S - KU R I K U L Se 21 WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2 A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal Pembatasan wilayah formal dilakukan dengan metode “Nilai Bobot Indeks”, yaitu metode pembatasan wilayah berdasarkan lebih dari satu kriteria. Contoh: 1. Pembatasan wilayah iklim (wilayah tropis, subtropis, kutub) berdasarkan letak lintang dan temperatur rata-ratanya. 2. Pembatasan wilayah pedesaan berdasarkan lokasi dan corak kehidupan penduduknya. 3. Pembatasan wilayah ekonomi berdasarkan angka pengangguran dan pendapatan per kapitanya. • Data angka pengangguran dan pendapatan per kapita wilayah A, B, C, D, E di kota Z: Wilayah Angka Pengangguran Pendapatan per kapita A 1% Rp950.000 B 2% Rp1.000.000 C 2% Rp1.100.000 D 3% Rp900.000 E 4% Rp850.000 1 GAN GEOGRAFI UM BUN si AS I IP GA KEL XI • • Perwilayahan tanpa nilai bobot indeks: A B C 1% Rp950.000 2% Rp1.000.000 2% Rp1.100.000 D E 3% Rp900.000 4% Rp850.000 Perwilayahan dengan nilai bobot indeks: Misalkan bobot angka pengangguran tiap 1% = 2 Bobot pendapatan per kapita < Rp1.000.000 = 1 Bobot pendapatan per kapita ≥ Rp1.000.000 =2 Wilayah Nilai Bobot A 1×2+1×1=3 B 2×2+1×2=6 C 2×2+1×2=6 D 3×2+1×1=7 E 4×2+1×1=9 ∑ = 31 Nilai rata-rata bobot wilayah A, B, C, D, E adalah 31 : 5 = 6,2. Dengan standar deviasi (penyimpangan) 0,5 maka terdapat standar nilai bobot indeks dan Keterangan: • Wilayah dengan nilai bobot indeks < 5,7 adalah wilayah A. • Wilayah dengan nilai bobot indeks > 6,7 adalah wilayah D dan E. • Wilayah dengan nilai bobot indeks antara 5,7 dan 6,7 adalah wilayah B dan C. 2 Gambar: b. A B C 3 6 6 D E 7 9 Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Fungsional Pembatasan wilayah fungsional menyangkut hubungan timbal balik (interaksi) antara beberapa bagian wilayah (unit wilayah) dengan pusat wilayah. Pembatasan wilayah fungsional dilakukan dengan metode analisis aliran barang atau orang dan analisis gravitasi. 1. Metode Analisis Aliran Barang Atau Orang Metode ini berdasarkan pada arah dan intensitas aliran barang atau orang antara pusat wilayah dengan bagian wilayah (wilayah sekitarnya). Variasi analisis aliran barang atau orang adalah teori grafik. Contoh: Penggunaan jalur angkutan umum antarwilayah menunjukkan adanya aliran barang atau orang dalam hubungan ekonomi dan sosial. Matriks jalur angkutan umum beberapa wilayah: Wilayah tujuan (jumlah/hari) Wilayah asal (jumlah/ hari) A B A B C 30 D E F 20 20 40 C 10 D 50 E 10 20 60 F 10 10 3 Jumlah jalur angkutan umum yang terbanyak adalah jalur yang berasal dari wilayah D (80) dan menuju ke wilayah D (130). Ilustrasi teori grafiknya sebagai berikut: C A B D E F Keterangan: = wilayah pusat = wilayah menengah • = wilayah pinggir – = jaringan jalan Wilayah A, B, C, E, F adalah bagian wilayah (unit wilayah) fungsional dengan wilayah D sebagai pusat wilayah. 2. Metode Analisis Gravitasi Analisis gravitasi menggunakan pendekatan massa dan jarak. • Massa, berupa jumlah penduduk, kesempatan kerja, dan pendapatan. • Jarak, berupa jarak mutlak dan jarak relatif yang dipengaruhi oleh waktu dan biaya. Interaksi antarwilayah berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan jarak. B. PUSAT PERTUMBUHAN a. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan adalah wilayah yang memiliki pertumbuhan lebih pesat dibandingkan wilayah lain di sekitarnya, menjadi pusat berbagai kegiatan ekonomi, dan dapat memengaruhi wilayah sekitarnya. 4 Pusat pertumbuhan ditunjuk sebagai pusat pembangunan agar dapat memengaruhi perkembangan wilayah di sekitarnya sehingga membantu pemerataan pembangunan. Pusat pertumbuhan memiliki hubungan fungsional dengan wilayah-wilayah di sekitarnya yang berfungsi sebagai hinterland. b. Faktor Pengaruh pada Perkembangan Pusat Pertumbuhan Perkembangan pusat pertumbuhan dipengaruhi oleh tujuh faktor, antara lain: 1. Faktor Lokasi Wilayah yang lokasinya strategis dengan aksesibilitas tinggi baik lewat darat, laut, dan udara dapat menjadi pusat pertumbuhan. 2. Faktor Sumber Daya Alam Wilayah yang memiliki sumber daya alam melimpah dan dikelola dengan baik dapat menjadi pusat pertumbuhan. 3. Faktor Sumber Daya Manusia Wilayah yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas mengelola wilayahnya dapat menjadi pusat pertumbuhan. 4. Faktor Topografi Wilayah dataran rendah akan berkembang lebih pesat dibandingkan wilayah pegunungan. Wilayah dataran rendah yang relatif halus (datar) berpotensi menjadi pusat pertumbuhan karena pembangunan jaringan transportasinya lebih mudah sehingga distribusi barang dan jasa lancar. 5. Faktor Fasilitas Penunjang Wilayah yang memiliki jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, terminal, pelabuhan laut dan udara, bahan bakar, air bersih, dan sarana kebersihan dapat menjadi pusat pertumbuhan. 6. Faktor Industri Wilayah yang memiliki banyak aktivitas industri dapat menjadi pusat pertumbuhan. 7. Faktor Sosial Budaya Masyarakat Wilayah dengan potensi sosial budaya tinggi dapat menjadi pusat pertumbuhan. C. TEORI PUSAT PERTUMBUHAN a. Teori Polarisasi Ekonomi (Gunar Myrdal) 1. Teori ini menyatakan bahwa setiap wilayah memiliki pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh, tenaga terampil, modal, dan barang dagangan dari daerah pinggiran. 5 2. b. Proses masuknya tenaga buruh, tenaga terampil, modal, dan barang dagangan berlangsung terus-menerus hingga terjadi pusat pertumbuhan yang semakin lama semakin pesat, kemudian terbentuk polarisasi (kutub) pertumbuhan ekonomi yang cenderung merugikan daerah pinggiran, seperti ketimpangan wilayah, peningkatan kriminalitas, dan kerusakan lingkungan. Teori Kutub Pertumbuhan/Growth Pole Theory (Perroux) 1. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan suatu pusat tidak serentak, tetapi muncul di tempat-tempat (kutub-kutub) tertentu dengan intensitas yang berbeda-beda. Pertumbuhan dimulai dari kutub-kutubnya lalu menyebar ke daerah yang tingkatnya lebih rendah. 2. Suatu kutub pertumbuhan merupakan pusat kegiatan “ekonomi”, yang mampu memengaruhi pusat-pusat lain. Contoh: Industri yang berkembang di sebuah kota akan memengaruhi wilayah sekitarnya, jika industri tersebut mengolah sumber daya alam dari wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya). 3. 4. c. Titik tempat awal pertumbuhan berlangsung disebut pusat pertumbuhan atau kutub pertumbuhan. Pusat pertumbuhan tersebut akan memberikan pengaruh positif berupa peningkatan kesejahteraan penduduk (sektor ekonomi) serta kemajuan lain di bidang sosial dan budaya. • Di sektor ekonomi, antara lain muncul berbagai peluang kerja, adanya pergerakan barang dan jasa. • Di bidang sosial budaya, seperti meningkatnya pelayanan kesehatan, tersedianya perumahan, sarana pendidikan, kelancaran informasi dengan berbagai media komunikasi. Kutub (pusat) pertumbuhan memancarkan kekuatan sentripetal dan sentrifugal. Teori Tempat Sentral/Central Place Theory (Christaller) 1. Teori ini menyatakan bahwa pusat-pusat pelayanan harus terletak di tempat yang sentral, yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi penduduk dalam jumlah maksimal, baik sebagai pemberi pelayanan maupun sebagai konsumen. 2. Jika topografi wilayah seragam dan tingkat ekonomi penduduk homogen (tidak ada produksi primer), maka akan tumbuh tempat sentral (pusat pelayanan) yang berjarak sama dengan pola keruangan berbentuk heksagonal (segienam). 6 1 6 2 5 4 1 6 3 4 5 Keterangan: = permukiman tingkat rendah, misalnya desa. = permukiman tingkat menengah, misalnya kecamatan. Wilayah merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya (1, 2, 3, 4, 5, dan lebih lengkap. 6). Fasilitas pelayanan di wilayah 3. Tempat sentral (pusat pelayanan) dapat tumbuh dan berkembang jika ada “threshold population” (jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan untuk kelancaran suplai barang). Jika jumlah penduduk tidak mencukupi, maka tempat sentral (pusat pelayanan) tidak akan terbentuk. 4. Tempat sentral (pusal pelayanan) dapat tumbuh dan berkembang jika ada “range” (jangkauan atau jarak yang harus ditempuh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya). 5. Hubungan antara tempat sentral dengan tempat sentral di sekitarnya membentuk jaringan dengan hierarki sebagai berikut: • Tempat Sentral Berhierarki 3 (K=3) Tempat yang sentral berhierarki 3 merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah di sekitarnya, sering disebut sebagai pasar optimal. • Tempat Sentral Berhierarki 4 (K=4) Tempat yang sentral berhierarki 4 disebut juga situasi lalu lintas optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah di sekitarnya yang terpengaruh oleh tempat yang sentral senantiasa memberikan kemungkinan lalu lintas yang efisien. • Tempat Sentral Berhierarki 7 (K=7) Tempat yang sentral berhierarki 7 disebut juga situasi administratif optimum. Pada hierarki ini terlihat adanya perbedaan yang jelas antara susunan tempat yang lebih tinggi dan tempat yang lebih rendah. 7 b a c 1 K = 6 +1 3 K =3 1 K = 6 +1 2 K=4 Gambar: Tempat sentral yang berhierarki 3 (a), berhierarki 4 (b), dan berhierarki 7 (c) 8 K = 6 ( 2 ) +1 K =7