14 FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL Pendahuluan Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktivitas elektron atau kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya elektron valensi dari suatu material. Sel surya pada umumnya menggunakan material semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas (Shah et al. 1999). Elektrolit yang selama ini umum digunakan dalam sel surya pewarna tersensitisasi adalah pelarut organik berbentuk cair yang mengandung sistem redoks, yaitu pasangan I-/I3- (Gratzel 2003). Elektrolit didesain untuk memfasilitasi transport ion pada medium dengan tingkat viskositas tinggi dan memiliki kemampuan penuh untuk digunakan dalam proses penerimaan sinar dalam sel (Moon 2006). Dalam penelitian ini, elektrolit yang mengandung garam iodida akan diterapkan pada DSSC untuk mengetahui performa sel surya. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari nanopori ZnO, molekul dye yang teradsorpsi di permukaan ZnO, dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca konduktif. Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang umumnya sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) biasanya SnO2, yang berfungsi sebagai elektroda dan counterelectrode. Pada TCO counter electrode dilapisi katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I-/I3(iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanopori ZnO yang mana dye teradsorpsi di pori ZnO. Pada sel surya tersensitisasi dye cahaya foton diserap oleh dye yang melekat (attached) pada permukaan partikel TiO2 atau ZnO yang bertindak sebagai donor elektron dan berperan sebagai pompa fotoelektrokimia (Maddu 2007). Elektronelektron dari level HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital) ketika molekul dye menyerap foton dengan energi yang sesuai, mirip dengan fungsi klorofil pada proses fotosintesis tumbuhan. Tujuan Merakit dan mengkarakterisasi semikonduktor ZnO nanorod dan antosianin sebagai sel surya. Bahan Bahan-bahan yang digunakan diantaranya KI (Potasium Iodida) dalam bentuk serbuk, acetonitrile, Triton X-100, I2 dalam bentuk serbuk, larutan asam asetat 3 % dalam etanol, pensil karbon khusus, larutan antosianin, serbuk ZnO, scotch tape plaster dan beberapa kaca TCO. 15 Alat Peralatan yang digunakan antara lain beberapa gelas kimia, corong, botol wadah larutan, spatula, timbangan analitik, kertas tisu, sarung tangan dan masker, stirer magnetic, hotplate, blinder clip, beberapa multimeter, kabel penghubung dan hambatan variabel. Metode Sintesis Elektrolit Larutan elektrolit dibuat dengan cara melarutkan 0,8 gram KI (Potassium Iodide) ke dalam larutan acetonitrile sebanyak 10 mL yang kemudian diaduk merata. Selanjutnya ditambahkan 0,127 gram I2 (Iodine) ke dalam larutan tersebut sampai ketiga bahan tersebut terlarut dengan sempurna. Kemudian simpan dalam botol tertutup (Nadeak dan Susanti 2012). Metode Fabrikasi dan Karakterisasi Sel Surya ZnO/Antosianin Pembuatan sel surya dilakukan dengan membuat pasta 0.15 gram bubuk ZnO ditambahkan asam asetat 3 % dan Triton X-100 secukupnya digerus dengan menggunakan mortar. Kemudian adonan dioleskan diatas kaca ITO yang telah dibuat pola berukuran 2x2 cm2 dengan metode Doctor blade menggunakan spatula. Setelah pasta kering selanjutnya dipanaskan 250 oC diatas hotplete lalu direndam pada larutan antosianin selama 5 menit. I TCO Glass ZnO+Dye Electrolyte V RL Counter electrode TCO Glass Gambar 9 Struktur DSSC dalam pengujian IV sel surya ZnO nanorod dan antosianin Lampeni. Kemudian pada bagian atasnya ditutupi dengan kaca ITO lainnya yang telah dilapisi dengan menorehkan pensil karbon khusus (Gambar 9) pada bagian konduktifnya (Rahman 2011). Sel yang telah terbentuk ditambahkan 2 tetes elektrolit KI/I2 lalu dilakukan pengukuran performa sel surya. Pengamatan dan pengambilan data langsung dilakukan dengan paparan sinar matahari. Sesuai dengan gambar 9, V adalah voltmeter, I adalah amperemeter dan RL sebagai beban hambatan variabel sebesar 2 MΩ. 16 Hasil dan Pembahasan Besar dan kecilnya tegangan yang dihasilkan tergantung jumlah muatan pada masing-masing semikonduktor. Sesuai teori bahwa transfer elektron pada HOMO dan LUMO tergantung pada tingkat energi ionisasinya (Xu et al. 2010). Untuk mengetahui kinerja sel surya dilakukan pengukuran karakteristik arustegangan (I-V) pada kondisi tersinari dengan sumber cahaya dari sinar matahari langsung (Gambar 9). Perbedaan nilai tegangan terbuka (Voc) terjadi pada masing-masing konsentrasi basa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan medan listrik internal pada interface yang timbul akibat perbedaan muatan dan pengaruh ukuran partikel dari masing-masing sel. Kecilnya arus keluaran yang dihasilkan disebabkan oleh resistansi lapisan elektroda semikonduktor ZnO dan elektrolit yang sangat besar, dari hasil pengukuran diketahui nilai resistansi lapisan ZnO dalam orde megaOhm (MΩ). 0.08 1M 2M 3M Arus (mA) 0.06 0.04 0.02 0.00 0 50 100 150 200 250 300 350 Tegangan (mV) Gambar 10 Kurva IV sel surya dari ZnO/antosianin. Nilai resistansi yang sangat besar ini mengakibatkan elektron yang diinjeksi dari dye mengalami hambatan yang sangat besar. Sehingga jumlah elektron yang mengalir ke rangkaian luar menjadi kecil. Penyebab lainnya dapat diakibatkan oleh belum optimalnya fungsi dye dalam pembangkitan dan injeksi elektron ke lapisan elektroda ZnO. Efisiensi konversi sel surya dihitung menurut hubungan persamaan (5), yaitu dimana Pmax adalah daya maksimum yang dihasilkan sel surya dan Pin adalah daya dari sinar matahari. Daya maksimum diberikan oleh hubungan persamaan (6) berikut dengan fill factor diberikan oleh persamaan (7) 17 Berdasarkan hasil pengukuran nilai arus dan tegangan yang telah dibuat dalam bentuk kurva arus-tegangan (I-V), diperoleh parameter-parameter keluaran sel surya seperti dirangkum di dalam Tabel 2. Sel A (1M) B (2M) C (3M) Tabel 3 Nilai parameter dalam sel surya Voc Isc Vmax Imax Pmax ff (mV) (mA) (mV) (mA) (µW) (%) 116.1 0.012 44.6 0.009 0.401 0.103 162.1 0.024 77.5 0.014 1.085 0.278 342.8 0.149 191.1 0.067 12.803 0.251 ɳ (%) 0.1x10-2 0.2 x10-2 3.3 x10-2 Penambahan elektrolit KI/I2 pada sel, diketahui mampu meningkatkan tegangan terbuka (Voc). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah hole pada sel meningkat seiring dengan penambahan elektrolit KI/I2. Dari beberapa studi literatur diketahui bahwa penambahan elektrolit KI/I2 dapat meningkatkan peforma sel surya pada tegangan terbuka (Voc) (Zamrani dan Prajitno 2013). Untuk nilai fill factor yang diperoleh begitu variatif, perbedaan ini disebabkan oleh bentuk kurva I-V yang dihasilkan tidak sama. Semakin besar nilai fill factor yang didapatkan akan menunjukkan bentuk kelengkungan kurva yang semakin ideal. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat pula elektrolit KI/I2 mampu membentuk 25 % kelengkungan kurva dari bentuk ideal dengan nilai efisiensinya lebih tinggi dari dye yang lainnya. Sedangkan besar dan kecilnya nilai efisiensi sangat dipengaruhi oleh nilai Vmax dan Imax yang dihasilkan. Optimasi DSSC merupakan interaksi sistem molekul yang sangat kompleks. Permukaan kation-teradsorpsi memberikan pengaruh besar pada efisiensi DSSC. Selanjutnya, konsentrasi kation antarmuka juga mempengaruhi stabilitas keterikatan permukaan sensitizer. Simpulan Perbedaan nilai efisiensi yang dihasilkan dari antosianin disebabkan oleh perbedaan ukuran kristal dan morfologi kristal partikel ZnO pada sel surya. Besarnya nilai Vmaks sangat dipengaruhi oleh kualitas dye yang digunakan yang terkait dengan stabilitas. Rendahnya nilai Voc sangat dipengaruhi oleh kosentrasi dari dye, mengakibatkan rendahnya daya maksimum yang dihasilkan akibat penurunan rendahnya tegangan maksimum sehingga arus maksimumnya pun akan rendah.