Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP

advertisement
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai
VEP1% pada PPOK Stabil
Indah Juliana, Suradi, Ana Rima Setijadi
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
Abstrak
Latar belakang: Inflamasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bersifat persisten dan progresif. Inhalasi kronik asap rokok menyebabkan
infiltrasi neutrofil ke saluran napas, melepaskan sitokin, kemokin proinflamasi, dan protease terutama MMP-9. Abnormalitas struktur
menyebabkan hiperinflasi dan tanda obstruksi, dinilai dengan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1%). Simvastatin diharapkan
dapat menghambat inflamasi PPOK. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simvastatin terhadap kadar
MMP-9 serum dan % VEP1 PPOK stabil.
Metode: Rancangan penelitian adalah uji klinis quasi experimental, pre dan post design pada pasien PPOK stabil di poliklinik RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, diambil secara consecutive sampling mulai Agustus-Oktober 2015 diberikan perlakuan simvastatin 1x20 mg dan
plasebo selama 4 minggu. Inflamasi diukur berdasarkan kadar enzim MMP-9 serum, penilaian klinis diukur dengan VEP1%. Analisis data
berdistribusi normal menggunakan uji paired t test atau independent sample t test dan wilcoxon signed rank test atau mann-whitney test
jika tidak normal.
Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 33 laki-laki dan 1 perempuan. Empat pasien diskontinyu karena eksaserbasi (1), meninggal dunia
(1), dan tidak patuh minum obat (2) sehingga totalnya 30 pasien laki-laki. Tidak ada perbedaan bermakna distribusi umur, derajat
merokok, komorbid, dan pengelompokan PPOK pada kedua kelompok (p>0,05).Penurunan selisih VEP1% pada simvastatin vs plasebo
(-1,36+7,77 vs -1,31+7,82) tidak berbeda bermakna (p=0,852). Peningkatan MMP-9 terjadi pada simvastatin dan plasebo (587,69±752,26
vs 143,41±459,75) dengan p=0,061.
Kesimpulan: Pemberian simvastatin 1x20 mg selama 4 minggu pada pasien PPOK tidak mempengaruhi kadar MMP-9 serum dan VEP1%.
(J Respir Indo. 2016; 36: 231-6)
Kata kunci: Simvastatin, MMP-9,VEP1, PPOK
Effect of Simvastatin Against Serum levels of MMP-9 and Values
FEV1% in Stable COPD
Abstract
Background: Inflammation of COPD is persistent and progressive. Chronic inhalation of cigarette smoke causes the neutrophil infiltration
into the airways, release cytokines, proinflammatory chemokines and proteases, especially MMP-9. Structural abnormalities lead to
hyperinflation and a sign of obstruction, assessed value of VEP%. Simvastatin is expected to inhibit the inflammation of COPD. This study
aimed to identify and analyze the effect of simvastatin on levels of serum MMP-9 and% VEP stable COPD.
Methods: The study design used quasi-experimental clinical trial, pre and post design in stable COPD patients in Dr. Moewardi Surakarta
hospital, taken by using consecutive sampling on August to October 2015, given 1x20 mg simvastatin treatment and placebo for 4 weeks.
Inflamasi measured by levels of the enzyme MMP-9 serum, clinical assessment measured by VEP%. Analysis of normal distribution of data
using a paired t test or independent sample t test and Wilcoxon signed rank test or the Mann-Whitney test if it is not normal.
Results: The subjects consisted of 33 men and one woman. Four patients discontinuous due to exacerbation (1), died (1), and are not
obedient to take medication (2) for a total of 30 male patients. No significant difference in the age distribution, the degree of smoking,
comorbidities, and grouping of COPD in both groups (p> 0.05) difference. Different of VEP1% between the simvastatin and placebo (-1.36 vs
-1.31 + 7.77 + 7,82) was not significantly different (p = 0.852). Increased MMP-9 occurred in the simvastatin and placebo (587.69 ± 752.26
vs 143.41 ± 459.75) with p = 0.061.
Conclusion: Delivery of simvastatin 1x20 mg for 4 weeks in patients with COPD did not affect serum levels of MMP-9 and VEP%. (J Respir
Indo. 2016; 36: 231-6)
Keywords: Simvastatin, MMP-9, VEP, COPD
Korespondensi: Indah Juliana
Email: [email protected]; Hp: 0811264030
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
231
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) meru­
­
pakan masalah kesehatan utama di dunia, terutama
di negara berkembang.1 Terdapat 4,8 juta pasien di
Indonesia dengan prevalens PPOK sekitar 5,6%.
Inflamasi PPOK bersifat persisten dan progresif.2 Inha­
lasi kronik asap rokok menyebabkan infiltrasi neutrofil
ke saluran napas.3 Neutrofil di paru mensekresi berbagai
sitokin, kemokin proinflamasi4 dan melepaskan protease
termasuk matrix metalloprotease 9 (MMP-9), sebagai
protease utama destruksi serat elastin intraaleveolar.5
Remodeling jaringan ikat dan kerusakan menetap
menye­babkan emfisema paru dan menimbulkan hiper­
inflasi dan tanda obstruksi.3 Derajat keparahan PPOK
ditentukan dengan mengukur VEP1.6
Simvastatin sebagai obat penurun kolesterol
golongan statin mempunyai efek pleiotropik ter­
masuk sebagai antiinflamasi, imunomodulator, dan
antioksidan sehingga dapat diharapkan mengurangi
morbiditas PPOK. Penggunaan simvastatin pada
PPOK dari berbagai penelitian tersebut masih bersifat
kontradiktif, belum banyak diteliti, dan pada sebagian
penelitian baru terbukti pada hewan coba. Penelitian
ini membuktikan pengaruh simvastatin terhadap kadar
MMP-9 serum dan nilai VEP1% pada PPOK stabil.
Tujuan penelitian ini membuktikan apakah pemberian
simvastatin dapat menurunkan kadar MMP-9 serum
dan meningkatkan nilai VEP1% pada PPOK stabil.
METODE
Penelitian dilakukan di RSUD Dr Moewardi Sura­
karta bulan Agustus sampai Oktober 2015. Ran­­cangan
penelitian yang dilakukan adalah quasi experimental,
pretest dan posttest design. Cara pemilihan sampel
penelitian adalah consequtive sampling. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah pasien terdiagnosis PPOK
stabil secara klinis kaki-laki dan perempuan, umur
lebih dari 40 tahun, berdasarkan selisih hari kela­hiran
dengan ulang tahun terakhir pada saat penelitian,
bersedia mengisi kuesioner secara lengkap dan benar,
bersedia diikutkan dalam penelitian dan menandatangani
lembar persetujuan. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah pasien yang memerlukan perawatan ICU dan
232
ventilator, mengalami eksaserbasi akut, menggunakan
antiinflamasi lain diluar terapi rekomendasi selama pene­
litian berlangsung, sedang hamil, menderita penyakit
hati/gagal ginjal/keganasan. Kriteria diskontinyu adalah
mengundurkan diri atau meninggal dunia, kepatuhan
minum obat < 80% atau > 120%, muncul efek samping
serius dari simvastatin jika didapatkan miopati yang
nyata, peningkatan SGOT/SGPT tiga kali batas atas
normal dan kreatin kinase sepuluh kali nilai atas.
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi diberikan edukasi, dicatat identitas, riwayat
merokok, penyakit lain yang diderita, dan lain-lain pada
formulir yang disediakan. Data awal subjek diperoleh dari
anamnesis, dilakukan pemeriksaan fungsi paru VEP1%,
dan diambil darah vena untuk memeriksa kadar MMP9 serum. Subjek dibagi menjadi 2 grup secara random,
kelompok Imendapat simvastatin 1x20 mg dan kelompok
II mendapat plasebo diminum antara jam 19.00 – 22.00
selama 4 minggu. Simvastatin dan plasebo dikemas
dengan warna yang sama. Bronkodilator, kortikosteroid,
antibiotik dan terapi suportif lainnya diberikan sesuai
prosedur terapi PPOK. Pasien di follow-up dan dievaluasi
efek samping melalui telepon dan saat pasien kontrol,
dicari adanya efek samping simvastatin atau plasebo.
Indikasi untuk penghentian perlakuan bila memenuhi
kriteria diskontinyu. Dilakukan penghitungan jumlah
obat tiap kali kontrol dan akhir penelitian. Setelah 4
minggu, dilakukan kembali pemeriksaan %VEP1 dan
MMP-9 serum.
Analisis data menggunakan uji beda paired t
test dan independent sample t test jika berdistribusi
normal, serta wilcoxon signed rank test atau mannwhitney test jika tidak berdistribusi normal.
HASIL
Penderita PPOK yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi pada awal penelitian sebanyak
34 orang tetapi selama periode penelitian dieksklusi
dan diskontinyu karena eksaserbasi 1 pasien,
meninggal dunia 1 pasien dan tidak patuh minum
obat 2 pasien. Total subjek penelitian sebanyak 30
orang laki-laki, terdiri 15 pasien PPOK stabil pada
tiap kelompok. Keseluruhan subjek penelitian ini
adalah 30 pasien laki-laki. Rerata umur subjek
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
kelompok simvastatin 63±8,09 tahun dan 69,0±6,590
tahun pada plasebo. Pada kelompok simvastatin,
Tabel 2.Perbandingan nilai awal (pre) dan nilai akhir (post)
variabel penelitian pada kelompok plasebo
sebaran frekuensi indeks massa tubuh (IMT) kurang
Variabel
3 orang (20%), normal 9 orang (60%), dan lebih 3
Kadar MMP-9
(ng/mL)
Mean±SD
Median
(Min-Max)
VEP1 % (%)
Mean ± SD
Median
(Min-Max)
orang (20%), sedangkan pada kelompok plasebo IMT
kurang 2 orang (13,3%), normal 9 orang (60%), dan
lebih 4 orang (26,7%). Derajat Indeks Brinkman berat
kelompok simvastatin 6(40%), sedang 5 (33,3%), ringan
4 (26,7%), sedang kelompok plasebo IB berat 6(40%),
sedang 9(60%), IB ringan tidak didapatkan. Sebagian
besar kelompok simvastatin dan plasebo (10 (33,3%) vs
Nilai awal
(Pre)
Nilai akhir
(Post)
1719,06 + 501,97 1862,47 + 437,43
1491,80
1846,3
(1123,50
– (841,0 – 2420,50)
2657,0)
48,27 + 16,53
48,01
(27,65 – 80,58)
46,96 + 17,84
41,74
(25,62 – 81,97)
p
0,247
0,527
Berdasarkan Tabel 3, rerata nilai VEP1% menu­
5 (33,3%) tidak mempunyai komorbid, Pengelompokan
run menjadi 50,34+13,23 setelah simvastatin diban­
PPOK paling banyak pada grup D untuk kelompok
dingkan sebelum simvastatin 51,69+15,64, peru­bahan
simvastatin 13 (86,7%) dan kelompok plasebo 10
tersebut secara statistik tidak bermakna (p = 0,509).
(66,7%). Berdasarkan Tabel 1 tentang karakteristik
dasar subjek penelitian, nilai p>0,05 menunjukkan
tidak terdapat perbedaan bermakna karakteristik
subjek penelitian diantara kedua kelompok.
Berdasarkan Tabel 2, rerata kadar MMP-9
sebelum pemberian plasebo 1719,06 + 501,97 sedang­
kan setelah pemberian plasebo meningkat menjadi
1862,47 + 437,43 dengan p = 0,247. Rerata nilai VEP1%
menurun menjadi 46,96±17,84 setelah plasebo jika
dibandingkan sebelum plasebo 48,27 + 16,53 dengan
p = 0,527. Perubahan signifikan tidak didapatkan pada
kedua variabel (nilai p > 0,05).
Karakteristik
Umur (tahun)
Mean ± SD
Median (Min-Max)
IMT
Kurang (<18,5)
Normal (18,5-22,9)
Lebih (>22,9)
Derajat Merokok (IB)
Tidak merokok
Ringan (0-200)
Sedang (> 200-600)
Berat (> 600)
Komorbid
Hipertensi
Hipertensive heart
disease (HD)
Penyakit jantung
Diabetes Mellitus (DM)
Tidak ada
Grup PPOK
A
B
C
D
63,87 + 8,09
64 (50 – 76)
dibandingkan sebelum pemberian simvas­
tatin 848,8
+609,98 (p = 0,012). nilai p < 0,05 menunjukkan MMP-9
secara statistik bermakna.
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan peningkatan
kadar MMP-9 dan penurunan VEP1% pada kelompok
simvastatin dan plasebo pada akhir penelitian. Rerata
kadar MMP-9 pada kedua kelompok menga­
lami
peningkatan setelah diberikan simvastatin (587,69
±752,27) dan plasebo (143,41±459,75) dengan nilai p =
penurunan, pada kelompok simvastatin -1,36±7,77
Kelompok
Plasebo
(n=15)
dan pada kelompok plasebo -1,31±7,82 dengan nilai p
p1
2 (13,3%)
9 (60,0%)
4 (26,7%)
0 (0,0%)
4 (26,7%)
5 (33,3%)
6 (40,0%)
0 (0,0%)
0 (0,0%)
9 (60,0%)
6 (40,0%)
2 (13,3%)
1 (6,7%)
6 (40,0%)
1 (6,7%)
1 (6,7%)
1 (6,7%)
10 (66,7%)
1 (6,7%)
2 (13,3%)
5 (33,3%)
1 (6,7%)
0 (0,0%)
1 (6,7%)
13 (86,7%)
1 (6,7%)
3 (20,0%)
1 (6,7%)
10 (66,7%)
= 0,852. Berdasarkan nilai p > 0,05, dapat disimpulkan
tidak didapatkan perubahan signifikan selisih nilai(post –
69,00 + 6,590 0,067
69 (57 – 82)
3 (20,0%)
9 (60,0%)
3 (20,0%)
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
lah pemberian simvastatin menjadi 1436,56 +593,79
0,061. Rerata VEP1% pada kedua kelompok mengalami
Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian
Kelompok
Simvastatin
(n=15)
Peningkatan signifikan pada rerata kadar MMP-9 sete­
0,570
0,413
pre) baik pada variabel MMP-9, % neutrofil sputum, skor
CAT, dan VEP1% antara kedua kelompok.
PEMBAHASAN
Perubahan patologi pada PPOK mem­pengaruhi
saluran napas perifer dan proksimal, parenkim paru,
dan pembuluh darah yang menyebabkan bron­
ki­tis kronik, emfisema, dan hipertensi pulmonal.7
0,406
Penatalaksanaan PPOK menggunakan bronkodilator
(LABA dan atau LAMA) dan kombinasi kortikosteroid
inhalasi dengan LABA yang lebih efektif dibandingkan
monoterapi, akan tetapi infamasi di paru masih terjadi
0,208
sehingga dibutuhkan antiinflamasi lain, salah satunya
dengan golongan statin (simvastatin).8
233
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
Tabel 3.Perbandingan nilai awal (pre) dan nilai akhir (post)
variabel penelitian pada kelompok simvastatin
Variabel
Kadar MMP-9
(ng/mL)
Mean ± SD
Median
(Min-Max)
VEP1%
Mean ± SD
Median
(Min-Max)
Nilai awal
(Pre)
51,69 + 15,64
52,11
(19,97 – 83,29)
50,34 + 13,23
53,64
(26,67 – 69,20)
dengan IB sedang (n = 9,60%). Risiko PPOK pada
p1
perokok dipengaruhi dosis rokok yang dihisap, usia
0,012*
mulai merokok, jumlah batang rokok pertahun dan
Nilai akhir
(Post)
848,87 + 609,98
1436,56 + 593,79
694,70
1493,90
(207,40 – 2066,50) (505,60 – 2333,60)
(n = 6,60%), sedangkan pada kelompok plasebo
lamanya merokok (indeks Brinkman). Peningkatan
mortalitas PPOK dihubungkan dengan bertambahnya
0,509
paparan asap rokok dan usia.6 Komorbid penelitian
ini pada kedua kelompok paling banyak dilaporkan
karena gangguan jantung, meliputi hipertensi, HHD,
penyakit jantung lain dan diabetes melitus (DM).
Tabel 4. Perbandingan selisih nilai variabel penelitian antara
kedua kelompok
Variabel
Post – Pre
MMP-9 (ng/mL)
Mean± SD
Median
(Min-Max)
Post – Pre
VEP1% (%)
Mean ± SD
Median
(Min-Max)
Kelompok
Simvastatin
(n=15)
587,69 + 752,26
680,10
(-1205,50 – 1695,10)
-1,36 + 7,77
-0,48
(-17,48 – 14,03)
Kelompok Plasebo
(n=15)
143,41 +459,75
163,5
(-516,50 – 1047,20)
-1,31 + 7,82
0,00
(-25,49 – 9,27)
p1
0,061
Penelitian ini mendapatkan distribusi komorbid bersifat
homogen dikedua kelompok sehingga komorbid tidak
mempengaruhi outcome penelitian. Pengelompokan
PPOK pada penelitian ini paling banyak pada Grup D
yaitu 13 (86,7%) kelompok simvastatin dan 10 (66,7%)
kelompok plasebo. Pengelompokan PPOK ditentukan
0,852
Keseluruhan subjek penelitian yang dianalisis
adalah 30 orang, keseluruhan sampel adalah lakilaki. Rerata umur subjek penelitian pada kelompok
simvastatin 63±8,09 tahun dan 69,0±6,590 tahun
pada kelompok plasebo dengan p = 0,067. Penelitian
Afonso et al.9 menyebutkan pasien PPOK lebih banyak
pada laki laki (n = 7308 pasien, 57%) insidensi PPOK
lebih tinggi pada laki-laki (3,54; 95%CI 3,33-3,77)
dibanding dengan perempuan (2,34; 95%CI2,17-2,52).
Faktor risiko terjadi insidensi PPOK dipengaruhi status
berdasarkan gejala klinis (menggunakan skor CAT),
derajat obstruksi (VEP1% uji paska bronkodilator),
riwayat eksaserbasi, dan rawat inap.
Peningkatan selisih nilai rerata MMP-9 pada
kelompok plasebo 143,41±459,75 dan kelompok
simvastatin 587,69±752,26 meskipun secara statistik
perbedaan keduanya tidak bermakna (p=0,061).
Peningkatan MMP-9 serum terjadi setelah pemberian
simvastatinmeskipun secara statistik tidak bermakna,
hal ini tidak sesuai hipotesis terdapat penurunan
MMP-9 serum setelah diberikan simvastatin. Pening­
katan MMP-9 ini masih dimungkinkan karena terjadi
coexisting disease lain yang tidak dikenali dan tidak
diterapi secara baik sehingga proses inflamasi yang
merokok, jenis kelamin laki-laki, dan pertambahan usia,9
terjadi terus berlangsung. Pelacakan coexisting
disease pada subjek penelitian ini hanya dilakukan
meskipun belum jelas hubungannya apakah karena
secara anamnesis dan dari catatan rekam medik,
usia yang menyebabkan PPOK atau pertambahan
tetapi tidak dilakukan pemeriksaan secara obyektif
usia mencerminkan kumulatif paparan selama hidup.6
sehingga tidak dikenali dan tidak mendapatkan
Indeks massa tubuh subjek penelitian sebagian
penatalaksanaan sesuai terapi rekomendasi. Selain itu,
besar masih normoweight yaitu 9 pasien (60%)
pengukuran MMP-9 yang berasal dari darah dianggap
baik pada kelompok simvastatin maupun kelompok
tidak cukup mewakili karena tempat utama inflamasi
plasebo. Status nutrisi pada emfisema biasanya
PPOK berada di saluran pernapasan, sebaiknya
buruk dan seringkali berkembang kearah kakeksia,
material yang diperiksa berasal dari metode exhaled
sedangkan pada tipe bronkitis kronik mempunyai
air condensate atau BAL. Peningkatan MMP-9 serum
IMT normal atau berlebih.10 Keseluruhan pasien pada
juga mungkin disebabkan penurunan secara relatif dari
penelitian ini adalah bekas perokok. Indeks Brinkman
specific endogenous inhibitor of MMP-9 dan TIMP
kelompok simvastatin paling banyak adalah IB berat
sehingga mempengaruhi keseimbangan protease
234
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
dan antiprotease pada proses inflamasi di paru.
yang dilakukan pengukuran fungsi paru 2-4 kali antara
Hal yang sama pada penelitian Maneechotesuwan
tahun 1995-2005 dan dicatat riwayat merokok setiap
et al.dengan metode randomized, double blind,
kali kunjungan. Hasil penelitian tersebut menyatakan
plasebo-controlled crossover study pada 30 pasien
bahwa pemberian statin dapat menghambat penu­
yang mendapat simvastatin 20 mg per hari selama
runan fungsi paru pada populasi usia lanjut. Subjek
4 minggu, didapatkan peningkatan MMP-9 serum,
yang tidak menggunakan statin mengalami penurunan
dimungkinkan terjadi inflamasi neutrofilik melalui
VEP1 23,9 ml/tahun (95%CI -27,8 sampai -20,1 ml/
jalur inflamasi lain menyebabkan neutrofilia saluran
tahun), sedangkan subjek yang menggunakan statin
napas sehingga tidak dapat ditekan simvastatin. Jalur
penurunan fungsi parunya lebih lambat 10,9 ml/tahun
inflamasi tersebut melalui N acetyl proline glycine
(95%CI -16,9 sampai -5,0 ml/tahun) dengan nilai p <
proline (N-ac-P-GP), suatu kolagen tripeptida, bera­
0,00.13
sal dari pemecahan ESM pada proses destruksi
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan
alveolar dan berperan pada inflamasi neutrofilik
bahwa penggunaan simvastatin dapat tidak dapat
parenkim paru dan saluran napas. Aktivasi N-ac-
menurunkan MMP-9 serum dan mengurangi derajat
P-GP dipicu oleh paparan asap rokok. N-ac-P-GP
obstruksi berdasarkan VEP1%.
11
merupakan kemoatraktan neutrofil, neutrofil menjadi
aktif, menyebabkan terjadi self perpetuating cycle,
KESIMPULAN
infiltrasi neutrofil, inflamasi kronik, dan emfisema
Kesimpulan penelitian ini bahwa simvastatin
paru. EkstraselularN-ac-P-GP persisten yang di­
20 mg selama 4 minggu tidak berpengaruh menu­
hasil­­kan tersebut menginduksi inflamasi neutrofil
yang resisten terhadap terapi golongan statin.12
Penurunan selisih nilai VEP1% didapatkan
runkan kadar MMP-9 serum dan VEP1%. Penelitian
pada kelompok simvastatin 1,36+7,77, begitu juga
Pemeriksaan kadar MMP-9 dapat dilengkapi dengan
pada kelompok plasebo -1,31+7,82 sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan nilai VEP1% pada
kedua kelompok yang secara statistik tidak bermakna
(p = 0,852).Pada penelitian ini didapatkan penurunan
VEP1% setelah penggunaan simvastatin, dapat di­
lanjutan disarankan memeriksa marker inflamasi
dari material yang berasal dari saluran pernapasan.
pemeriksaan TIMP sehingga dapat diketahui ke­
seim­
bangan kedua kadar tersebut. Pajanan asap
rokok dan polutan lain dikendalikan dalam penelitian
ini sehingga tidak mempengaruhi proses inflamasi.
mungkin­kan karena terjadi peningkatan MMP-9 serum
DAFTAR PUSTAKA
yang menandakan bahwa proses inflamasi masih
1. Barnes P J. New anti-inflammatory targets for
berlangsung. Selain itu, peningkatan VEP1 dikarenakan
sebagian besar subjek penelitian ini termasuk grup
D PPOK berdasarkan pengelompokan GOLD 2015
sehingga akan mempengaruhi keterampilanpasien
dalam bermanuver. Faktor perancu lain antara lain
paparan asap rokok dan polutan tidak dapat diken­
dalikan dalam penelitian ini menyebabkan proses
inflamasi juga tidak dapat dikendalikan. Selain itu,
manajemen terapi rekomendasi pada PPOK hanya
bersifat simptomatik dan tidak dapat memperbaiki
kerusakan jaringan paru yang sudah terjadi sehingga
nilai VEP1% tidak menunjukkan adanya perbaikan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
Alexeeff et al.13 secara longitudinal pada 803 subjek
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
chronic obstructive pulmonary disease. Nature
Rev. 2013;12:543-59.
2. Barnes P J. The cytokine network in chronic
obstruvtive pulmonary disease. Am J Respir Cell
Mol Biol. 2009:41;631-8.
3. Suradi. Peran kadar IL-1β, IL-12, IFN-γ dan IL-10
terhadap kadar elastase MMP-9 pada emfisema
paru suatu pendekatan immunopatobiologi (diser­
tasi). Universitas Airlangga. Surabaya: 2003.
4. Singh D, Edwards L, Tal-Singer R, Rennard S.
Sputum neutrophils as a biomarker in COPD:
findings from the ECLIPSE study. Respiratory
Research. 2010;11:1-12.
235
Indah Juliana: Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar MMP-9 Serum dan Nilai Vep1% pada PPOK Stabil
5. Stockley R A. Neutrofil and protease/anti­
protease imbalance. Am J Respir Crit Care Med.
1999;160:549-52.
population: prevalence, incidence and survival.
Respiratory Medicine. 2011;105:1872-84.
10.
Thajono
H
D. Analisis
faktor-faktor
yang
6. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
mempengaruhi nafsu makan pada pasien
Disease. (2015) Global strategy for the diagnosis,
dengan penyakit pernapasan obstruktif kronis di
management, and prevention of chronic obstructive
RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya. Universitas
pulmonary disease updated 2015. Manchester:
Indonesia. Jakarta: 2011.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease Inc. 2015.p.1-80.
7. Kaczmarek P, Sladek K, Skucha W, Rzeszutko M,
Iwaniec T, Dziedzina S. The influence of simvastatin
11.Maneechotesuwan K, Wongkajornsilp A, Bar­
nes P J. Simvastatin suppresses airway IL-17
and IL-10 in patients with stable COPD. Chest.
2015;148:1164-76.
on selected inflammatory markers in patients with
12.O’Reilly P J, Jackson, P. L., Wells, J. M., Dransfield
chronic obstructive pulmonary disease. Polskie
M T, Scanlon P D, Blalock J E. Sputum PGP is
Archiwum Medycyny Wewnetrzne J. 2010;120:11-8.
reduced by azithromycin treat­ment in patients with
8. Loukides S, Bartziokas K, Vestbo J, Singh D.
COPD and correlates with exacerbations. BMJ
Novel anti-inflammatory agents in COPD: tar­
geting lung and systemic inflammation. Current
Drug Targets. 2013;14:235-45.
9.Afonso A S M, Verhamme K M C, Sturkenboom
M C J M, Brusselle G G O. COPD in the general
236
Open. 2013;3:e004140. 13.Alexeeff S E, Litonjua A A., Sparrow D, Pantel
S, Vokonas P S, Schwartz J. Statin use reduces
decline in lung function VA normative aging study.
Am J Respir Crit Care Med. 2007;176:742–7.
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Download