Sesi-02 KOMPONEN ELEKTRONIKA 1 2.1 2 -1 Tujuan Mengenal dan memahami prinsip dasar Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, LED, beserta sifat-sifatnya. 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Resistor Resistor merupakan sebuah komponen elektronika yang berfungsi sebagai penghambat suatu nilai tegangan atau arus. Dilihat dari bahan yang dipakai, resistor diklasifikasikan menjadi dua group, yaitu wirewound dan komposisi resistor. Wirewound mempunyai ketelitian tinggi dengan power rating 2 watt keatas, mempunyai dua tipe resistor tetap (fixed) dan variable resistor. Komposisi resistor; Pada wirewound, untuk mendapatkan harga ohm yang tinggi memerlukan wire (kawat) sangat banyak yang secara umum tidak pernah dipergunakan. Pada komposisi resistor, dengan menambahkan powder karbon pada suatu material lain, dengan mudah dan ekonomis akan menghasilkan harga ohm yang tinggi. Carbon resistor tidak dapat dibuat seteliti seperti pada wirewound resistor, oleh karena itu pada komposisi resistor terdapat lingkaran kode warna pada ujung resistor (emas / perak) atau yang biasa disebut toleransi. Jika harga actual (ditentukan dengan pengukuran) dalam batas 5% dari harga nominalnya, maka resistor tersebut mempunyai toleransi dengan kode warna emas, untuk toleransi 10% diberi kode warna silver, sedang toleransi 20% tidak mempunyai kode warna. Simbol resistor diperlihatkan pada gambar berikut: Variabel Resistor Resistor Tetap Gambar 2-1 Simbol Resistor Kode Warna Resistor Semua peralatan elektronik menggunakan aneka resistor dengan berbagai ukuran. Harga resistor dapat ditentukan dengan cepat melalui metoda kode warna yang menunjukkan nilai dan toleransi resistor. Pada metoda ini terdapat 4 band warna yang dibaca dari ujung resistor ketengah. Band pertama disebut digit ke-1, band kedua disebut Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -2 digit ke-2, band ke-3 menunjukan volt yang harus ditambahkan sehingga didapatkan nilai dari resistor, band ke-4 menunjukan toleransi. Contoh: Resistor 10.000 ohm +10%, berarti kode band ke-1 warna coklat, band ke-2 warna hitam, band ke-3 orange, dan band ke-4 warna silver, dengan demikian resistor tersebut mempunyai harga antara 9000 ohm sampai 11000 ohm. Band ke-1 Band ke-2 Toleransi Pengali Gambar 2-2 Kode Warna Resistor DIGIT 1 dan 2 WARNA Band ke-1 dan ke-2 PENGALI TOLERANSI Band ke-3 Band ke-4 Hitam 0 100 = 1 Cokelat 1 101 = 10 Merah 2 102 = 100 Orange 3 103 = 1000 Kuning 4 104 = 10000 Hijau 5 105 = 100000 Biru 6 106 = 1000000 Violet 7 107 = 10000000 Abu-abu 8 108 = 100000000 Putih 9 109 = 1000000000 Emas 5% Perak 10% Tanpa Warna 20% Tabel 2-1 Tabel Kode Warna Resistor Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -3 Rating Daya (Power Rating) Daya (power) yang dikonsumsi oleh resistor akan didisipasikan dalam bentuk panas, dengan rumus: WR = I2R. Dimana: W = Daya (power) dalam watt I = Arus dalam Ampere (A) R = Resistor dalam Ohm (Ώ) Misalkan sebuah resistor 100 ohm mempunyai daya ½ watt, berarti daya maksimum yang didisipasikan dalam bentuk panas sebesar ½ watt. Dari rumus diatas: W = I2R R = 1000 Ώ Watt =½ Maka arus max yang diijinkan mengalir melalui resistor tersebut adalah: ½ = I2. 1000 I2 = ½ / 1000 I = √(1/2000) I = 0,25 mA (milli Ampere) Penerapan Resistor a. Rangkaian Seri Rangkaian seri adalah sejumlah komponen yang dipasangkan secara seri dan arus yang melalui tiap- tiap komponen sama besarnya. Contoh rangkain seri yang simple adalah lampu natal yang apabila salah satu putus maka semua tidak akan menyala. L1,2,3,4 = Lampu I = Arus V = Tegangan Batery Skematic Diagram Rangkaian Equivalent Gambar 2-3 Diagram skematik dan equivalent Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -4 Dari gambar 2.3 (A) empat buah lampu dengan power supply baterry yang di gambarkan secara simbol. Untuk mempelajari cara kerja dari rangkaian harus digambarkan dengan rangkaian equivalent seperti gambar 2.3 (B) tiap-tiap lampu direpresentasikan dengan resistor R1,R2,R3,dan R4. VR1 =I.R1 VR3 = I.R3 VR2 = I . R2 VR4 = I . R4 Pengukuran tegangan dan arus Untuk mengukur arus listrik digunakan ampere meter yang di pasangkan secara seri, pemasangan ampere meter ini tidak boleh terbalik karena penunjukkannya akan terbalik yang mungkin akan merusakkan jarum penunjuk. Ameter V I RL RL Voltmeter Gambar 2-4 Pengukuran arus dan tegangan Untuk pengukuran tegangan digunakan voltmeter yang di pasangkan secara paralel. Menghitung arus (I) Menurut hukum Ohm: V = I . R V = Tegangan baterry. I = Arus. R = Resistance Besarnya R dari gambar 2.11 ( B ): RTOTAL = R1 + R2 + R3 + R4 Sehingga I = V R = V R1 + R2 + R3 + R4 = Ampere Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -5 Tegangan drop (voltage drop) Arus yang melalui suatu tekanan ( resistor ), pada kedua ujung resistor tersebut akan timbul tegangan yang disebut tegangan drop (Drop voltage) besarnya sesuai dengan hukum Ohm : V = I . R VR1 I R1 R2 VR2 R3 VR3 R4 VR4 Gambar 2-5 Pengukuran tegangan drop b. Rangkaian Paralel Rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil. Dimulai dengan sebuah resistor yang dihubungkan dengan batere: Batere 3 4 R1 R2 Contoh rangkaian paralel dengan 3 buah resistor R1 R2 2 1 R3 R PENGGANTI 1 1 1 R1 R2 R3 Misalnya nilai R1 = 10 Ω, R2 = 20 Ω dan R3 = 30 Ω Maka total resistansinya adalah 1 / R total = [ 1 / R1 ] + [ 1 / R2 ] + [ 1 / R3 ] 1 / R total 1 / R total 1 / R total R total = = = = [ 1 /10 ] + [ 1 / 20 ] + [ 1 / 30 ] [ 3 / 30 ] + [ 1,5 / 30 ] + [ 1 / 30 ] [ 5,5 / 30 ] 30 /5,5 = 5,45 ohm Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -6 Cara lain = R1 dan R2 dihitung terpisah (disebut R equivalent) R eq R eq R eq R eq = = = = R1 x R2 / R1 + R2 10 x 20 / 10 + 20 200 / 30 20 /3 = 6,66 0hm Sehingga rangkaian menjadi: R eq 2 1 R3 Dan total resistansi dari 3 buah resistor adalah: R total R total R total R total R total = = = = = R eq x R3 / R eq + R3 20/3 x 30 / 20/3 + 30 6,66 x 30 / 6,66 + 30 198 / 36,66 5,40 Simulasi A Pertama 1. Rangkai gambar berikut. Gambar 2-6 Rangkaian resistor secara seri 1.a Ukur resistansi masing-masing resistor dan resistansi total rangkaian (R TOTAL). 1.b Ukur tegangan masing-masing resistor (VR1, VR2, VR3) saat dialiri tegangan 10 V. 1.c Ukur besar arus yang mengalir pada rangkaian (I). 1.d Cari resistansi total (RTOTAL), tegangan masing-masing resistor (VR1, VR2, VR3), dan arus yang mengalir pada rangkaian (I) menggunakan rumus hukum Ohm. 1.e Catat hasilnya pada tabel berikut: No. R1 R2 R3 Ohm () RTOTAL VR1 VR2 Volt (V) VR3 I Ampere (A) Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -7 2. Rangkai gambar berikut. Gambar 2-7 Rangkaian resistor secara paralel 2.a Ukur resistansi masing-masing resistor & besar resistansi pengganti (RPENGGANTI). 2.b Ukur arus masing-masing resistor (IR1, IR2, IR3) ketika dialiri tegangan 10 VDC. 2.c Ukur besar tegangan pada rangkaian (V). 2.d Cari resistansi pengganti (RPENGGANTI), arus masing-masing resistor (IR1, IR2, IR3), tegangan yang mengalir pada rangkaian (V) menggunakan rumus hukum Ohm. 2.e Catat hasilnya pada tabel berikut: No. R1 R2 R3 RPENGANTI Ohm () IR1 IR2 IR3 Ampere (A) V Volt (V) Tugas Akhir Buat kesimpulan dari percobaan simulasi yang telah dilakukan Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -8 2.2.2 Kapasitor Secara fisik kapasitor adalah dua konduktor yang di pisahkan oleh bahan isolator atau disebut bahan dielektrik. Conductor Bahan Isolator Conductor Gambar 2-8 Model Kapasitor Gambar berikut menunjukkan dua plate kapasitor yang dihubungkan seri, dengan button dan switch. G E A H E E + + + G + + + - - - - - H - + + + G + + + - - - - - H - E B Gambar 2-9 Hubungan Kapasitor Pada saat switch terbuka (open) tidak ada arus yag mengalir ke kapasitor (unchanged) karena tidak terdapat perbedaan potensial pada ke dua kapasitor (gambar A). Pada saat switch di tutup (close) ditunjukan pada gambar B, plate H negatif dibandingkan dengan plate G, atau pada plate tersebut terdapat perbedaan potensial sebesar tegangan battery E oleh karena elektron-elektron bebas pada plate G terdapat tegangan positif terminal battery. Plate G menjadi positif karena kekurangan elektron, sedang plate H negatif karena kelebihan elektron. Kapasitor dikatakan full change jika perbedaan potensial pada kedua plate kapasitor sama dengan tegangan battery. Pada gambar C switch terbuka (open), kapasitor akan tetap bermuatan karena tidak ada jalan elektron pada plate H menjadi plate G, sehingga kapasitor menyimpan energi yang diterima dari battery dan menahannya sampai diperlukan. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -9 Bentuk Kapasitor Kapasitor mempunyai berbagai macam bentuk dan bahan dilekttrik yang berbeda, diantaranya: Kapasitor dielektrik bentuk non-elektrolis, seperti gambar berikut: 180 pF 180 pf (a) (b) Gambar 2-10 Bentuk Kapasitor (a) Keramik (b) Mica Kapasitor elektrolis adalah kapasitor dengan kutub positif dan kutub negatif pada 1F/15 V kaki lainnya, bentuk kapasitor elektrolis dengan nilai dalam range microfarad adalah: + - Gambar 2-11 Bentuk Kapasitor Elektrolis Pararel Plate Capasitor Dua buah bahan konduktor berbentuk plate luas A dipasangkan pararel pada jarak antara plate adalah d. Muatan listrik Q tergantung ukuran dari plate, dan jarak antara ke dua plate (d) akan menentukan tegangan yang diperlukan untuk men set-up muatanmuatan llistrik Q. Rumus dari kapasitor adalah : C= Sehingga dapat ditulis menjadi : C= Dimana : A = Luas plate, cm2 Q E A d d = jarak antar plate, cm A (cm 2) d (cm) Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -10 Untuk mendapatkan harga Kapasitor (C) dalam micro forad dan ukuran linear dalam cm maka ditambah faktor konversi 8,84 x 10-8 Sehingga : Dimana C = 8,84 x 10-8 x A d A = luas plate dalam cm2 d = jarak antar plate pada cm C = kapasitor C pada dalam micro farad Rumus diatas berlaku untuk vacum atau diantara plate udara, dan jika didalam plate ditambahkan bahan-bahan isolator dinamakan bahan dielektrik. Untuk udara atau vacum konstanta dielektrik = 1 yang ditambahkan bahan-bahan lain mempunyai konstanta dielektrik lebih besar, maka dengan ukuran plate yang sama akan menaikan capasitor. Konstanta dielektrik di sebut K, sehingga rumus capasitor C menjadi: C = 8,84 x 10 Material Udara Resin Asbestro Paper Quarto Mica Porcelain KA d K (konstanta dielektrik) 1 2,5 2,7 4,5 4,5-7,5 5,5 Tabel 2-2 Konstanta Dielektrik (K) Contoh : Pararel plate dengan dielektrik udara mempunyai ukuran 10 x 6 cm dan jarak antara plae 0,1 cm maka: Kapasitornya (C) = 8,84. 10-8 = KA d 8,84 x10 –8 x 1 x 60 0,1 = 8,84 x 6x 10-6 = 53 x10 –6 C = 0,000053 µF atau 53 piko forad. Jika bahan dielektrik mica maka kapasitornya akan bertambah dimana mica mempunyai K= 6, sehingga C = 6 x 53 = 318 piko farad. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -11 Penyimpanan Energi listrik pada Kapasitor Dari analisa diatas proses penyimpanan energi listrik dalam capasitor terlihat bahwa, jumlah electron yang masuk atau keluar tergantung dari electron bebas yang ada dan tegangan yang diberikan pada plate tersebut. Jika tegangan yang diberikan besar, pergerakkan dari electron akan lebih cepat sehingga muatan yang tersimpan pada plate capasitor akan besar.Jumlah muatan dalam capasitor disebut Q , dimana perbandingan Q dengan tegangan disebut capasitor ( kapasitor ) dan diberi tanda C. Atau : C = Q V Unit pengukuran dari kapasitor C adalah Farad yang didefinisikan sebagai kapasitas dari kapasitor, dari satu plate yang bermuatan 1 coulumb ( 6,24 x 1018 elektron ) dengan perbedaan potensial 1 Volt. Ukuran 1 Farad adalah sangat besar, pada prakteknya kita hanya menggunakan ukuran μF (micro farad) = 10 –6 farad atau pico farad = 10-12 farad. Contoh : Kapasitor terhubung battery = 10 Volt, muatan pada plat 1/1000 coulumb. Maka : C = Q V = 0,001 10 = 0,0001 = 100 x 10-6 farad C = 100 micro farad (μF) Tegangan Break Down (Break Down Voltage) Kapasitansi dari kapasitor tegantung pada bahan dielektrik yang dipasangkan diantara kedua plate kapasitor, atau kapasitansi tergantung pada konstanta dielektrik (K). Sebagai contoh untuk mata ukuran yang sama, tegangan (V) yang sama, maka kapasitor dengan dielektrik mica mempunyai kapasitansi enam kali dari kapasitor yang menggunakan dielektrik udara. Dengan demikian, muatan listrik dari kapasitor akan bertambah sesuai dengan rumus: Q = C .V Pertimbangan lain dalam pemilihan dielektrik adalah tegangan Break Down dan dielektrik itu sendiri. Jika pada dielektrik dipasangkan tegangan sebesar tegangan break downnya, maka dielektrik tersebut akan bersifat konduktor sehingga plate kapasitor terhubung singkat (short cincuit), akibatnya kapasitor tersebut tidak dapat lagi menyimpan muatan listrik. Tegangan Break Down berfariasi tergantung pada material dan ketebalannya, seperti yang diperlihatkan pada tebel berikut: Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA Dielektrik Udara Fiber Bakelit Glass Mica Porcelain 2 -12 Dielektrik Strength (Volt per 0,001 inch) 80 50 500 200 2000 750 Tabel 2-3 Tegangan Break Down Sebagai contoh : pararel plate kapasitor dengan dielektrik udara dan tebalnya 1/1000, maka dielektrik tersebut akan break down pada tegangan 80 volt. Jika jarak plate / tebal dielektrik diperbesar menjadi 1/100 inch maka tegangan Break Down nya menjadi 800 volt. Didalam prakteknya kapasitor dengan tegangan maximum dari kapasitor tertulis pada kapasitor tersebut, misalnya 100 µF/25 Volt, 100 µF/50 Volt. Capasitive Reactance Seperti telah disebutkan, arus DC mengalir pada kapasitor akan berhenti ( = 0), bila tegangan pada kapasitor sama dengan tegangan baterry, maka arus akan tersimpan dalam kapasitor tersebut, dengan kata lain arus DC tidak dapat melewati kapasitor. Tidak seperti pada arus DC, arus Ac dapat melewati kapasitor. Besarnya arus yang dapat melewati kapasitor tergantung dari reaktansi kapasitor yang diberi simbol X C. Dimana : XC = 1 2πfC 2π = 6,28 f = frekuensi dalam Hertz c = Capasitansi dalam farad XC = Reaktansi capasitor dalam ohm Dari rumus diatas terlihat bahwa besarnya reaktansi tergantung pada frekuensi dan besarnya kapasitansi dari kapasitor untuk arus DC, dimana frekuensinya = 0, maka XC = 1 = ~ (tak terhingga) 0 Hal ini menunjukkan arus DC tidak dapat melewati kapasitor. Contoh : Kapasitor 2 μF dengan tegangan brekdown 110 Volt, frekunsi 60 Hz. Tentukan kapasitor reaktannya : XC = 1 2πfC Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -13 XC = = 1 6,28 x 60 x 2 x 10-6 106 6,28 x 60 x 2 XC = 1333 ohm Arus yang mengalir : I= E XC 110 = 1333 I = 0,0825 Ampere Jika frekuensi dinaikan menjadi 1000 Hz, kapasitor tetap maka reaktansinya akan berkurang menjadi : XC = = 1 6,28 x 1000 x 2 x 10-6 10-6 6,28 x 100 x 2 XC = 79,7 ohm Arus akan naik menjadi I= 110 79,7 = 1,38 Ampere Rangkaian Kapasitor Kapasitor mempunyai dua rangkaian yang digunakan dalam rangkaian listrik, yaitu : Rangkaian Seri dan Rangkaian Pararel Rangkaian Seri Dalam rangkaian seri, kapasitor tersusun secara berderet dari kapasitor yang satu ke kapasitor lainnya, seperti gambar berikut: C1 C2 C3 C4 Gambar 2-12 Susunan Kapasitor Rangkaian Seri Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -14 Dari rangkaian seri diatas, kapasitor total mempunyai nilai penjumlahan yang berbanding terbalik dari tiap-tiap kapasitor : 1 1 = CT 1 + C1 C2 1 + + C3 1 C4 Contoh : Empat buah capasitor mempunyai nilai masing-masing 1F, 0;1 F, 0;5 F, 0;22µF. Bila capasitor tersebut disusun seri, hitung capasitor totalnya ? Jawab : Diketahui : C1 = 1F C2 = 0,1 F C3 = 0,5 F C4 = 0,22 F Bentuk rangkaiannya : 1F 0,1F 0,5F 0.22F Untuk kapsitansi totalnya menjadi : 1 1 = CT 1F + 1 0,1F + 1 1 + 0,5F 0,22F Karena 1 F sama dengan 10-6, perhitungan menjadi : 1 = CT = 1 CT 1 = 1.10-6 + 1 0,1.10-6 + 1 0,5.10-6 + 1 0,22.10-6 (1 + 0,1 + 0,5 + 0,22) x 10-6 (1.10-6)x(0,1.10-6)x(0,5.10-6)x(0,22.10-6) 1,82.10-6 0,011.10-24 Sehingga CT menjadi : CT 1 = CT = 0,011.10-24 1,82.10-6 0,006.10-18 F Terlihat, bahwa kapasitansi totalnya sangat kecil. Ini berarti dengan menserikan kapasitor akan memperkecil nilai kapasitansi. Nilai-nilai kapasitor yang kecil biasanya sudah Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -15 tersedia dalam satuan nano (10-9) dan pico (10-12), jenisnya non-polaritis dengan dielektrik yang bervariasi dari keramik, mica, dan tantalum. Rangkaian paralel Kapasitor dengan rangkaian pararel adalah kapasitor yang disusun secara berjajar antara kapasitor satu dengan kapasitor lainnya, seperti gambar berikut: C1 C2 C3 C4 Gambar 2-13 Susunan Kapasitor Rangkaian Paralel Dalam rangkaian listrik rangkaian pararel sering digambarkan dengan model : C1 C2 C3 C4 Kapasitor totalnya serupa dengan hambatan yang disusun seri, yaitu : CT = C1 + C2 + C3 + C4 Contoh : Diketahui Kapasitor C1 = 1F, C2 = 0;1 F, C3 = 0;5 F, dan C4 = 0;22 F Kapasitansi totalnya : CT = (1 F + 0,1 F + 0,5 F + 0,22F) = (1 + 0,1 + 0,5 + 0,22) F = 1,82 F Dengan menggunakan rangkaian pararel, maka nilai kapasitansinya akan membesar sesuai dengan penjumlahan dari nilai kapasitansi masing-masing kapasitor. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -16 Konstanta Waktu RC Jika suatu rangkaian RC diberi tegangan DC maka muatan listrik pada kapasitor tidak akan langsung terisi penuh, akan tetapi membutuhkan waktu untuk mencapai muatan listrik pada kapasitor tersebut penuh. Setelah muatan listrik penuh dan sumber tegangan dilepas maka muatan listrik pada kapasitor tidak akan langsung kosong akan tetapi membutuhkan waktu untuk mencapai muatan listrik pada kapasitor kosong. Konstanta waktu RC R C dan rumus konstanta waktu secara universal : 1 Change (akhir awal )1 T e dimana : change = nilai perubahan akhir = nilai akhir variabel awal = nilai awal variabel e = nilai euler (2,7182818) T = waktu dalam satuan detik = konstanta waktu dalam satuan detik Untuk menentukan besar waktu yang dibutuhkan perubahan tertentu adalah 1 t ln change 1 akhir awal Simulasi A Pertama (Pengisian Muatan Listrik pada Kapasitor) 1. Rangkai gambar berikut Tentukan nilai C1 dan R1. C1 = …………………. dan R1 = ………………… C1 VS 12V R1 Gambar 2-14 Rangkaian Pengisian Kapasitor 2. Pasangkan Voltmeter pada C1. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -17 3. Tutup saklar S1 dan catat besar tegangan pada Voltmeter setiap 5 detik sampai besar tegangan yang terukur konstan. 4. Cari nilai waktu yang diperlukan untuk mencapai tegangan kapasitor maksimum. 5. Tuliskan data diatas pada tabel di bawah ini. t. (detik) B VC (Volt) Kedua (Pengosongan Muatan Listrik pada Kapasitor) 1. Susunlah rangkaian seperti gambar di atas dengan nilai komponen yang sama. 2. Pasangkan Voltmeter pada C1. 3. Tutup saklar S1 dan tunggu hingga tegangan pada kapasitor yang terukur pada Voltmeter maksimum. 4. Setelah VC maksimum buka saklar S1 kemudian catat besar V C yang terukur pada Voltmeter setiap 5 detik hingga VC adalah 0 (nol). 5. Cari nilai waktu yang diperlukan untuk mencapai tegangan kapasitor maksimum. 6. Tuliskan data diatas pada tabel berikut: t. (detik) C VC (Volt) Ketiga Melakukan pengamatan dan menganalisa beberapa rangkaian percobaan 1. Rangkai gambar berikut LAMP VS 12V C1 0.1 Gambar 2-15 Rangkaian Percobaan Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -18 Lakukan pengujian pada rangkaian percobaan Gambar 2.15 dan tuliskan hasil pengamatan pada lembar terpisah. 2. Rangkai gambar berikut R1 300R C1 VS LAMP 10000u 12V Gambar 2-16 Rangkaian Percobaan Lakukan pengujian pada rangkaian percobaan Gambar 2.16 dan tuliskan hasil pengamatan pada lembar terpisah. 3. Rangkai gambar berikut R1 300R VS 12V +88.8 +88.8 mA mA +88.8 Volts C1 10000uF LAMP Gambar 2-17 Rangkaian Percobaan Lakukan pengujian pada rangkaian percobaan Gambar 2.17 dan tuliskan hasil pengamatan serta pengukuran pada lembar terpisah. Tugas Akhir Buat kesimpulan dari percobaan simulasi yang telah dilakukan Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -19 2.2.3 Transistor Transistor adalah salah satu komponen elektronika aktif. Transistor dapat berfungsi sebagai penguat arus maupun tegangan. Dibawah ini adalah simbol transistor npn dan pnp. C E B B E C NPN PNP Gambar 2-18 Simbol transistor npn dan pnp Alpha DC Perbandingan arus kolektor dengan arus emitter hampir sama, alpha dc sebagai definisi perbandingan kedua arus tersebut. DC ( IC 1 IE 1) Beta DC Arus kolektor telah dihubungkan dengan arus emiter dengan menggunakan DC . Juga menghubungkan arus kolektor dengan arus basis dengan mendefnisikan beta DC transistor : DC ( IC IB 2) Hubungan antara DC dan DC Hukum kirchoff menyatakan : ( IE IC IB 3) Dengan aljabar maka dapat disusun menjadi : DC ( DC 1 DC 4) Transistor memiliki tiga buah kaki, yaitu base, kolektor dan emitter. Ketiga kaki tersebut dapat ditentukan menggunakan Ohmmeter. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -20 Mencari Kaki Base - Atur multimeter pada pengukuran ohmmeter x100. - Lakukan pengukuran seperti gambar dibawah ini. 1 - 2 3 -- + Perhatikan penunjukkan pergerakan jarum. Apabila jarum bergerak ke kanan dengan posisi probe yang satu tetap pada kaki 3 dan probe lainnya pada kaki 1 atau kaki 2 berarti kaki 3 adalah base transistor. Jika probe positif yang berada pada kaki 3 berarti transistor tersebut berjenis NPN, sebaliknya jika probe negatif berada pada kaki 3 berarti transistor tersebut berjenis PNP. Mencari Kaki Kolektor dan Emitter 1) Misal: transistor berjenis NPN 2) Lakukan pengukuran seperti gambar dibawah ini 1 2 3 -- + 1 2 3 -- + 3) Perhatikan penunjukkan jarum, apabila jarum bergerak ke kanan maka kaki 1 (pada probe positif) adalah emitter dan kaki 2 (pada posisi probe negatif) adalah kolektor. Atau Jika dipasang kebalikannya (probe positif pada kaki 2 dan probe negatif pada kaki 1) dan jarum tidak bergerak, maka kaki 1 adalah emitter dan kaki 2 adalah kolektor. Untuk transistor jenis PNP dapat dilakukan seperti diatas dan hasilnya kebalikan dari transistor jenis NPN. Transistor bipolar dapat difungsikan sebagai saklar elektronika dengan memanfaatkan dua keadaan transistor yaitu keadaan saturasi (sebagai saklar tertutup) dan keadaan cut off (sebagai saklar terbuka). Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -21 Pada saat saturasi maka arus kolektor adalah ICsat ( VCC RC 5) Pada saat cut off tegangan kolektor emitter sama dengan tegangan sumber kolektor dan arus basis mendekati nol. ( VCE cut VCC 6) ( IB cut 0 7) Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung dengan persamaan berikut: IB ( VBB VBE RB 8) Simulasi A Pertama (Karakteristik Transistor Bipolar) 1. Rangkai gambar berikut. Sebelum melakukan percobaan tentukan terlebih dahulu kaki-kaki pada transistor yang akan digunakan. Q1 = Transistor, RB = Resistor basis, RC = Resistor kolektor RC RB Q1 VCC VBB Gambar 2-19 Rangkaian Transistor 2. Atur RB sampai besar IB 10 A. 3. Ubah VCC : 0 ,0.3, 0.5, 0.8, 1, 2, 4, 6, 8, 10, 15, 20, 25, 30 volt. 4. Ukur besar VCE dan IC pada setiap perubahan VCC. 5. Catat data percobaan pada tabel dibawah. VCC VCE IC Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -22 Tabel 2-4 Hasil Percobaan simulasi 1 6. Ulangi untuk IB 20 A dan IB 30 A. B Kedua (Transistor Sebagai Saklar) 1. Rangkai gambar berikut. Q1 = Transistor npn, R1 = Resistor basis, R2 = Resistor kolektor R1 LED RES Q1 R2 2N3904 RES VS2 12V VS 12V Gambar 2-20 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar 2. Ukur besar tegangan R2 dan LED. 3. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada LED? 4. Ukur kembali besar tegangan R2 dan LED. 5. Ukur besar IB dan IC. Hitung besar penguatan transistor. 6. Buktikan nilai IB, IC dan VR1 menggunakan persamaan. C. Ketiga (Transistor sebagai Saklar tanpa RB) 1. Rangkai gambar berikut. Q1 = Transistor npn, R1 = Resistor emitter R1 RES LED Q1 NPN VS 12V Gambar 2-21 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar tanpa RB 2. Ukur besar tegangan R1 dan LED. 3. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada LED? Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -23 4. Ukur kembali besar tegangan R1 dan LED. 5. Ukur besar IB dan IC. Hitung besar penguatan transistor. 6. Buktikan nilai IB, IC dan VR1 menggunakan persamaan. D. Keempat (Transistor sebagai Saklar Penggerak Motor DC) 1. Rangkai gambar berikut. Q1 = Transistor npn, R1 = Resistor emitter Q1 NPN VS 12V +88.8 Gambar 2-22 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar Penggerak Motor DC 1. Ukur besar tegangan R1 dan Motor DC. 2. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada Motor DC? 3. Ukur kembali besar tegangan R1 dan Motor DC. 4. Ukur besar IB dan IC. Hitung besar penguatan transistor. Tugas Akhir Buat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. 2.2.4 Dioda Dioda Semikonduktor Dioda adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor. Dioda memiliki fungsi hanya mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan mengalir Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -24 dari sisi P menuju sisi N. Dibawah ini gambar simbol dan struktur dioda.Dibawah ini adalah bentuk karakteristik dioda. (Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas 0.7 volt) Struktur dan simbol dioda digambarkan seperti pada gambar berikut: P N Gambar 2-23 Struktur dan Simbol Dioda Pada sisi semikonduktor type P disebut anoda dan type N disebut katoda. Jika suatu battery dipasangkan pada dioda dengan terminal anoda positif dan katoda negatif, arus akan mengalir karena dioda mempunyai tahanan yang kecil, pada keadaan ini disebut dengan forward bias. Sebaliknya jika anoda diberi tegangan negatif dan katoda tegangan positif, arusnya mengalir sangat kecil sekali karena pada keadaan ini dioda mempunyai tahanan yang sangat besar disebut reverse bias. A K P N + K A - + Battery - Battery Gambar 2-24 Forward Bias Pada Dioda A P N - K A K - + + Battery Battery Gambar 2-25 Reverse Bias Pada Dioda Karakteristik Dioda Dengan memberikan tegangan positif pada anoda, dioda akan konduksi hingga arus mengalir pada beban RL. Dioda tidak dapat konduksi dengan baik hingga melampaui potensial bariernya, yaitu tegangan dengan nilai 0,7 volt untuk dioda silicon dan 0,3 volt untuk germanium Setiap pertambahan 0,1 volt menghasilkan arus yang curam seperti digambarkan pada gambar berikut: I D + - I IF RL 0,7 1,00 V Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -25 Gambar 2-26 Dioda Forward Bias dan Karakteristik Tegangan barier disebut juga tegangan knee dari dioda, besarnya tegangan knee juga dipengaruhi dengan temperatur seperti ditunjukan pada gambar 2.27. 0C 250C 0,5 1 V Gambar 2-27 Efek temperature pada tegangan knee dioda Jika dioda dipasang Reverse bias (anoda negatif, katoda positif) arus hanya mengalir beberapa micro ampere karena pada keadaan ini Dioda mempunyai tahanan sangat besar. D VBR + RL R E V E R S E 250C 1500C V Gambar 2-28 Dioda Reverse Bias dan Karakteristik Pada gambar 2.28 menunjukan arus reverse dipengaruhi oleh temperature, dengan kenaikan temperature arus naik secara signifikan. Jika tegangan reverse terus dinaikan sampai dengan tegangan break downnya (VBR), arus akan naik secara tajam. Pada keadaan temperature dan arus dioda akan naik dapat merusakan dioda tersebut. kombinasi karakteristik dioda diperlihatkan pada gambar berikut: I Forward bias V Reverse bias Gambar 2-29 Karakteristik Forward dan Reverse Dioda Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -26 TERAPAN dioda Semikonduktor Penyearah Setengah Gelombang Merupakan suatu rangkaian yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Pada setengah siklus positif dioda dibias forward, pada setengah siklus negatif dioda dibias reverse, maka tegangan pada RL seperti ditunjukan pada gambar berikut : D VIN VP 220 VAC RL 2 3 4 5 VP VDC 0 2 3 4 5 Harga rata-rata Gambar 2-30 Harga rata-rata dan Frequensi output Harga rata-rata adalah harga Vdc dari signal setengah gelombang. VDC = Vp r ( radiant) π (radiant) = 3,14 Tegangan maximum pada diode akan dikenal peak inverse voltage ( P IV) PIV = VM Perioda dan signal output adalah sama dengan perioda signal input. Setiap siklus input menghasilkan satu siklus output, maka frequensi out dari penyearah ½ gelombang sama dengan frequensi input. fOut = fIn Contoh : Suatu rangkaian penyearah dengan menggunakan transformer primer 220 V AC sekunder 9 VAC, berapakah tegangan DC pada beban dan berapa PIV ? D 220 VAC 9VAC P S RL Vp 2Vrms 2 9Volt Vp 17,726 Vdc 4,053Volt 3,14 Vin Vpiv 9Volt Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -27 Penyearah Gelombang Penuh Gambar 2.31 menunjukkan rangkaian penyearah jembatan selama setengah siklus positif tegangan sekunder dioda D2 dan D3 dibias forward dan selama ½ siklus negatif D1 dan D4 di bias forward. VO 220 VAC 60 HZ RL Gambar 2-31 Penyearah jembatan VP VDC 0 2 3 4 5 Harga rata-rata Gambar 2-32 Output Penyearah Jembatan Tegangan beban rata-rata adalah : VDC = 2VM/π ( radiant) Frequensi output : fOUT = 2 fIN Peak inverse voltage ( Pin ): PIV = 2 VM Contoh : Tegangan sekunder max 12 volt, berapa tegangan beban DC , frequensi output dan PIV ? Tegangan rata-rata : 2 Vm VDC = fOUT = 2fM π = 2 x 12 3,14 = 24 3,14 = 7,64 Volt = 2 x 60 = 120 Hz PIV = VM Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -28 = 12 Volt . Penyearah Dengan Center Tap Gambar 2.33 menyatakan bahwa selama siklus positif, tegangan sekunder diode D1 bias forward dan D2 bias reverse, maka arus melalui D1 dengan setengah lilitan ke beban R L, selama setengah siklus negatif arus melalui diode D2 dengan setengah lilitan ke beban RL. D1 RL 220 VAC P VP VDC S 0 - 2 Vm + 2 3 4 5 Harga rata-rata D2 Gambar 2-33 Penyearah Dioda dengan Center Tap Dari gambar diatas periode signal output adalah setengah perioda signal input atau tiap siklus input menghasilkan dua siklus output, maka fOut = 2fIn. Tegangan inverse puncak (PIV): D1 RL 220 VAC - 2 Vm + D2 Gambar 2-34 Tegangan Inverse Puncak Gambar 2.34 menunjukkan pada saat tegangan sekunder mencapai harga maximumnya, VIN adalah tegangan pada setengah lilitan sekunder, maka tegangan reverse pada diode yang tidak konduksi adalah : PIV = 2 Vm. Contoh : D1 12 V RL 220 VAC D2 Tegangan pada setengah lilitan = 12 Vac Vp 2 Vrms Vp Vm 2 12 V Vdc 2 Vm Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -29 Frequensi output : fOUT = 2 fIn = 2 x 50 Hz = 100 Hz Peak inverse voltage : PIV = 2 VM = 2 x.√2 x 12 Volt Dioda Zener Seperti dioda biasa, dioda zener mempunyai karakteristik forward dan reverse bias. Perbedaan utamanya terletak pada karakteristik reverse, dimana tegangan breakdownnya sudah ditentukan oleh pabrik yang berkisar antara 1 hingga ratusan volt. Tegangan breakdown konstan dioda zener pada suatu arus zener tertentu (Iz) yang ditentukan oleh pabrik memiliki parameter Iz minimum dan Iz maksimum. Berikut ini memperlihatkan gambar simbol dan karakteristik dioda zener. Katoda K A Anoda Gambar 2-35 Simbol Dioda Zener Tegangan break down Iz Minimum 0,6 - o,7 Volt Iz Maximum Daerah antara Iz Min dan Iz max disebut zenr region dimana tegangan zener konstan Gambar 2-36 Karakteristik Dioda Zener Pada forward bias, dioda zener akan mengalirkan arus setelah melewati tegangan bariernya (penghalang) yang berkisar 0,6 – 0,7 Volt. Tegangan Breakdown = Tegangan zener yang sudah ditentukan oleh pabrik Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -30 Iz Minimum = Arus minimum dimana zener mempertahankan tegangannya Iz maksimum = Arus maksimum yang diijinkan oleh zener Pada gambar 2.37 Rs dipilih agar arus yang melalui zener tidak melewati harga max Iz, dan besarnya Rs tergantung dari tegangan suplai, tegangan zener dan power disipasi zener (Pd). Power disipasi adalah maksimum daya yang didisipasikan oleh zener (biasanya disebutkan pada datasheet yang dikeluarkan oleh pabrik). Iz = Arus Zener Maximum Pd [ Watt ] = Iz x Vz Vz = Tegangan Zener 1 Rs 2 Zener Dioda V supply 3 Gambar 2-37 Rangkaian Dioda Zener Simulasi A Pertama (dioda dengan forward bias) 1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. (R 1 = 1 K Ohm) gkaian forward bias Gambar 2-38 Rangkaian Dioda Forward Bias 2. Berikan tegangan mulai dari 0, 0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9, 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 volt. Ukur besar tegangan dan arus pada dioda setiap tegangan sumber yang diberikan. 3. Tuliskan data hasil percobaan pada tabel di bawah ini. VSUMBER (Volt) VD (Volt) ID (Ampere) Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -31 B Kedua (dioda dengan reverse bias) 1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. (R 1 = 1 K Ohm) Gambar 2-39 Rangkaian Dioda Reverse Bias 2. Berikan tegangan mulai dari 0, 5, 10, 15, 20, 22, 24, 26, 28, dan 30 volt. Ukur besar tegangan dan arus pada dioda untuk setiap tegangan sumber yang diberikan. 3. Tuliskan data hasil percobaan pada tabel seperti di bawah ini. VSUMBER (Volt) VD (Volt) C Ketiga (pengukuran dioda zener) 1. Rangkai gambar berikut. Rs 2 ID (Ampere) 1 IL Is Iz D1 Vs = 15 Volt 1N4740A RL 3 Gambar 2-40 Rangkaian Percobaan Dioda Zener Karena fungsi utama zener adalah sebagai regulasi tegangan konstan pada zener region, maka agar zener berfungsi dengan baik, resistor Rs harus ditentukan dengan nilai yang tidak melampaui arus max zener. Contoh: dioda zener tipe 1N4740A mempunyai data; Tegangan zener = 10 Volt, Pd = 1 Watt, Iz min = 7mA. Tentukan resistor Rs dan maksimum beban Rl dari Gambar 2.40. Perhitungan menentukan Iz max dan Rs Pd = 1 Watt, Vz = 10 Volt Rs = Vs – Vz / Iz Pd = Iz x Vz = 15 V – 10 V / 0,1 A Iz = Pd / Vz = 5 V / 0,1 A Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA 2 -32 = 1 Watt / 10 Volt = 50 Ohm = 1 / 10 = 0,1 A = 100 mA, Ini adalah Iz max zener 2.2.5 LED LED atau Light Emiting Dioda merupakan suatu komponen yang dapat memancarkan cahaya berwarna-warni sesuai dengan jenis led tersebut jika dialiri arus. Led terbentuk dari dua common yaitu common anoda yang dihubungkan ke vcc dan common katoda yang dihubungkan ke ground. Prinsip dasar led adalah jika common anoda mendapat suplay tegangan atau arus dan common katoda dihubungkan ke ground maka led akan menyala, dan intensitas cahaya tersebut tergantung dari besar kecilnya arus yang melewatinya. Gambar berikut ini menunjukkan pengaktifan dengan aktif low (led menyala dengan aktif 0) dan aktif high (led menyala dengan aktif 1). vcc vcc R R (a) (b) Gambar 2-41 Pengaktifan Led (a) aktif Low (b) aktif High Pada gambar (a) common anoda sudah terhubung dengan vcc sedangkan common katoda belum terhubung kemana-mana atau dalam kondisi treshold (mengambang) sehingga led belum aktif. Jika common katoda diberi sinyal low atau digroundkan maka led akan menyala dengan intensistas sesuai dengan harga R yang terpasang, dan kondisi ini disebut pengaktifan dengan aktif low, begitupun sebaliknya untuk pengaktifan aktif high. Tugas Akhir Buat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. Panduan Praktikum AVR Atmega8535 LPKIA