ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MEMBANGUN BRAND IMAGE COMMUNICASTING ACADEMY (STUDY PADA PROGRAM CSR SHARING SESSION PERIODE FEBRUARI-MEI 2015) Daru Wibowo, S.I.P., M.M. Jurusan Marketing Communication, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Bina Nusantara University Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat, DKI Jakarta 11530 ABSTRAK Tujuan penelitian membahas strategi CSR yang dilakukan oleh public relations dari Communicasting Academy dalam membangun citra merek melalui program CSR mereka yaitu Sharing Session. Metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Berdasarkan analisis peneliti dari data yang diperoleh dari wawancara dengan 6 informan kunci, observasi yang dilakukan oleh peneliti langsung, dan data pendukung dari perusahaan. Hasil yang dicapai adalah kegiatan CSR Sharing Session merupakan kegiatan CSR pertama Communicasting Academy. Kegiatan ini telah berjalan secara terintegrasi dan berkala serta telah membangun citra merek di mata peserta. Simpulan dari penelitian ini adalah strategi PR Communicasting Academy dalam menjalankan program CSR Sharing Session ini telah berhasil membentuk citra merek mereka di mata partisipan. Citra merek perlu ditingkatkan Communicasting Academy agar membentuk brand awareness serta meningkatkan sales. (RC) Kata Kunci: CSR, Brand Image, Communicasting Academy, Sharing Session ABSTRACT The objective of this research is to discuss CSR strategy conducted by the Public Relations of Communicasting Academy on establishing brand image through their CSR programs Sharing Session. Methods that used in this research is qualitative approach with case study method. Based on the analysis from data obtained through interviews with six key informants, observations conducted by researchers directly, and supporting data from the enterprise. The results are Sharing Session is the first CSR activities implemented by Communicasting Academy. This integrated activity has been running regularly and have established the image of the brand in the eyes of the participants. Conclusion of this research is Communicasting Academy public relations strategy in carrying out CSR programs Sharing Session has managed to construct their brand image in the eyes of the participants. Brand image needs to be improved by Communicasting Academy in order to establish brand awareness and increase sales. (RC) Keywords: CSR, Brand Image, Communicasting Academy, Sharing Session PENDAHULUAN Dalam pasar yang berkembang dan penuh persaingan membuat sebuah usaha memerlukan strategi untuk menarik perhatian publik. Maka dari itu perusahaan, organisasi, maupun institusi menggunakan berbagai macam cara promosi untuk menarik perhatian publik. Namun kenyataannya perhatian publik saja tidaklah cukup. Agar membedakannya dari pada pesaing suatu produk harus memiliki citra merek. Menurut American Marketing Association Dictionary (2014), merek adalah nama, istilah, design, dan fitur-fitur lain yang membedakan satu penjual produk dengan produk lainnya. Merek adalah aset yang sangat berharga dan harus dikelola dengan baik. Kotler & Pfoertsch (2006) menyebutkan “brand image is created by marketing programs that link strong, favorable, and unique associations to the brand in the customer’s memory.”. Hal ini menunjukan bahwa citra merek yang dibangun menghubungkan asosiasi yang menciptakan merek yang kuat, disukai, dan memiliki k eunikan dalam memori pelanggan. Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah kumpulan kesan dan persepsi yang ada di benak konsumen mengenai suatu merek yang dirangkai dari informasi yang konsumen terima terhadap merek tersebut. Menurut Kotler and Lee (2005), CSR adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis yang bersifat deskresi dan kontribusi dari sumber daya perusahaan. Pemerintah Indonesia pun memahami pentingnya hubungan baik yang harus terjalin antara perusahaan dengan masyarakat sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan tentang CSR yang dituangkan salah satunya dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (BAPEPAM, 2007) yang berisi tentang keharusan penanam modal untuk melakukan kegiatan CSR. Dengan melakukan kegiatan CSR perusahaan berharap agar niat baiknya dapat diketahui dan dirasakan masyarakat dan dari situlah citra akan meningkat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 (KEMENAG, 2003) , adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Pendidikan adalah fundamental sebab pendidikan memberikan kita pengetahuan akan dunia. Seiring perkembangan zaman, pendidikan pun berkembang dan meluas. Semula kita hanya mengenal sekolah dan universitas, sekarang kita banyak menjumpai tempat-tempat les, tempat kursus keterampilan, serta lembaga-lembaga edukasi. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pahun 2003 Pasal 13 ayat 1 (KEMENAG. 2003) menyatakan pendidikan terbagi menjadi tiga jalur yaitu formal, non-formal dan informal. Communicasting Academy adalah institusi atau lembaga pendidikan dan merupakan unit bisnis PT Media Dreyasa Komunitama. Communicasting Academy bergerak dalam bidang komunikasi dan broadcasting. Kata Communicasting sendiri adalah gabungan dari kata communication dan broadcasting. Seperti namanya, Communicasting Academy menyediakan kelas-kelas dan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan komunikasi dan broadcasting seperti Public Speaking, News Presenting, Radio Broadcasting, serta Interview. Demand masyarakat yang tinggi akan ilmu-ilmu seperti public speaking dan broadcasting menjadi salah satu alasan berdirinya Communicasting Academy. Permintaan masyarakat yang tinggi terlihat dari pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan Communicasting Academy kepada perusahaan-perusahan, instansi-instansi pemerintah serta publik seperti kepada Kompas Gramedia, Rajawali TV, KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat, Abang None Jakarta, dan Koko Cici Jakarta. Semua perusahaan, termasuk institusi pendidikan seperti Communicasting Academy memerlukan citra yang kuat dan positif di masyarakat. Hal ini penting sebab untuk menarik pasar Communicasting Academy harus mempunyai image atau citra yang positif terlebih dahulu. Oleh sebab itu, Communicasting Academy mempercayakan public relations nya untuk membangun dan mempertahankan citra. Dari beberapa strategi yang dilakukan PR Communicasting Academy untuk membangun citra, salah satunya adalah kegiatan CSR yang dinamakan Sharing Session. Kegiatan Sharing Session adalah kegiatan dimana Communicasting Academy mengundang atau diundang komunitas-komunitas, perusahaan ataupun sekolah dan universitas untuk datang ke Communicasting Academy dan memberikan pelajaran atau pelatihan mengenai komunikasi secara cuma-cuma. Komunitas yang berpartisipasi bebas untuk memilih topik apa yang ingin mereka dapatkan kemudian Communicasting Academy akan menghadirkan salah satu fasilitatornya untuk membagikan materi. Setelah materi dibagikan, peserta akan mendapatkan kesempatan untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan. Kegiatan Sharing Session ini termasuk CSR sebab Communicasting Academy tidak menarik biaya sama sekali dan kegiatan ini memang bertujuan untuk membagikan ilmu. Membagi ilmu ini selaras dengan kegiatan usaha Communicasting Academy yang bergerak dalam bidang pendidikan. Jamali (2008) mendasarkan pelaksanaan CSR atas pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder). Dari hasil identifikasi yang dilakukan, masyarakat sebagai pemangku kepentingan berharap agar kegiatan CSR yang dilakukan dapat menciptakan dan menambah nilai kepada masyarakat. Dengan membagikan ilmu komunikasi dan penyiaran, Communicasting Academy memberikan nilai kepada masyarakat berupa skill berkomunikasi. PT Media Dreyasa Komunitama sendiri sejak tahun 2011 gencar membagikan ilmu tentang public speaking dan broadcasting kepada sekolah-sekolah dan universitas-universitas. Kegiatan berbagi ilmu inilah yang akhirnya mempelopori berdirinya Communicasting Academy oleh PT Media Dreyasa Komunitama. Kegiatan CSR Sharing Session menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan terus menerus dan masuk dalam KPI (Key Performance Indicator) PR. Walaupun tidak ada jadwal yang pasti, namun setiap bulannya Communicasting Academy melakukan kegiatan Sharing Session rata-rata sebulan sekali. Mengutip perkataan Donny de Keizer CEO dari PT Dreyasa Komunitama,“Ilmu itu tidak boleh disimpan. Ilmu harus dibagikan”. Suatu kegiatan yang didasarkan atas rasa ingin memberi seharusnya akan mempunyai efek yang positif. Beliau yakin bahwa kegiatan yang dilakukan dengan intention yang benar akan membuahkan hasil yang manis. Sejauh ini kegiatan Sharing Session telah mendapat feedback yang baik dari komunitas-komunitas serta instansi yang telah mengikutinya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana program Sharing Session mempengaruhi citra merek Communicasting Academy. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode riset penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2006), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif mempunyai potensi besar bagi kajian hubungan masyarakat dan kemunikasi pemasaran kerena menekankan arti penting dari mindfulness atau kecerdasan intuituf/kepekaan karena kualitatif berusaha untuk memahami orang-orang yang menduduki posisi tertentu dalam sebuah organisasi atau kelompok. Menurut Morse dalam Daymon dan Holloway, (2008) penelitian kualitatif merupakan proses yang memerlukan pertanyaan tajam, pencarian jawaban tanpa lelah, pengamatan aktif, dan ingatan yang akurat. Ini adalah sebuah proses penyatuan data, membuat yang tidak terlihat menjadi nyata, mengenali hal-hal penting dari yang tidak penting, menghubungkan secara logis fakta yang tampaknya tidak berhubungan, dan mencocokan kategori satu sama lain. Menurut Kriyantono (2006), studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Data merupakan hal yang paling penting dalam sebuah penelitian. Data yang digunakan harus berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan isi dari data tersebut harus sesuai dengan fakta yang ada. Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik bagaimana data itu ditemukan, digali, dikumpulkan, dikategorikan dan dianalisis (Ardianto, 2011). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara dan observasi partisipan dan nonpartisipan. Data sekunder didapat dari study pustaka, data perusahaan dan sosial media. Untuk menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan Model Miles and Huberman. Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga langkah untuk menganalisis data (Miles dan Huberman, dalam Emzir. 2010). Tiga langkah tersebut adalah Reduksi, Model data, dan Verifikasi atau penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data yang dilakukan adalah dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan analisa atau sebagai pembanding data itu (Moleong. 2006). Teknik triangulasi yang dipakai adalah Triangulasi Sumber, Triangulasi Metode, dan Triangulasi Teori.Sumber penelitian dalam penelitian ini adalah: a. CEO dan pendiri PT Media Dreyasa Komunitama yang juga merupakan salah satu pembicara di program Sharing Session yang mencetuskan kegiatan Sharing Session tersebut. b. Director of Business PT Media Dreyasa Komunitama yang merupakan salah satu pembicara di program Sharing Session. c. PR dari PT Media Dreyasa Komunitama / Communicasting Academy yang bertanggung jawab dalam menangani komunikasi internal dan eksternal perusahaan, serta menyusun strategi komunikasi perusahaan melalui program CSR, events, dan media. d. Corporate Secretary PT Media Dreyasa Komunitama / Communicasting Academy yang bertugas membantu PR dalam menangani komunikasi internal dan eksternal mengenai kegiatan-kegaian perusahaan termasuk didalamnya kegiatan Sharing Session. e. Dua orang pihak eksternal yang menjadi peserta program CSR Sharing Session. HASIL DAN BAHASAN Menurut Kotler dan Lee (2005), CSR adalah suatu komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis yang bersifat deskresi dan kontribusi dari sumber daya perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan di bab 2, diskresi yang dimaksud adalah bukan kegiatan bisnis yang diwajibkan dan harus dilakukan secara hukum, namun merupakan komitmen perusahaan yang bersifat sukarela dalam memilih dan mengimplementasikan praktek-praktek tersebut. CEO mengatakan bahwa CSR tersebut dijalankan bukan karena Communicasting Academy takut akan hukum, tapi karena kesadaran bahwa berbagi ilmu adalah hal yang baik untuk dilakukan. Hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Lee. Kotler & Lee (2005) mengemukakan bahwa ada 6 pilihan untuk berbuat kebaikan (six option for doing good) sebagai inisiatif sosial perusahaan dalam menjalankan CSR. Kegiatan Sharing Session Communicasting termasuk dalam kategori Community Volunteering. Menurut Yosephus, tanggung jawab filantropi dapat diwujudkan dengan kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal seperti pendidikan atau education (Yosephus, 2010). Hal itu sejalan dengan kegiatan Sharing Session yang memberikan ilmu tentang teknik berkomunikasi. Selain itu menurut Kotler dan Lee dalam 6 option for doing good, sebagai inisiatif perusahaan dalam menjalankan CSR mengatakan bahwa Community Volunteering adalah kegiatan dimana perusahaan mendukung dan menguatkan karyawan, partner retail, atau anggota franchise untuk menyumbangkan waktu mereka mendukung organisasi komunitas lokal. Dalam program CSR ini hal yang disumbangkan dapat bermacam-macam, baik uang, makanan, barang-barang kebutuhan lainnya, bahkan ilmu dan pengajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Corporate Secretary bahwa materi yang diberikan itu sebenarnya memiliki nilai jual karena materi tersebut juga yang diberikan di kelas-kelas. PR perusahaan juga mengatakan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan berbagi ilmu yang free, dilakukan oleh pihak Communicasting Academy melalui sumber daya manusianya. Dengan melakukan Sharing Session Communicasting Academy pun memberikan kontribusi kepada penerimanya. Kontribusi tersebut adalah kemampuan komunikasi. Sebuah skills atau keterampilan. Para pendiri Communicasting Academy melakukan kegiatan Sharing Session karena mereka sadar bahwa berbagi adalah suatu kebutuhan. Mereka melakukan ini atas dasar kemauan baik mereka. Kemauan baik ini sejajar dengan tanggung jawab filantropis dalam teori piramida CSR oleh Baron yang diutarakan Yosephus, (2010). Kemauan baik atau goodwill yang diutarakan oleh Baron sesuai dengan perkataan CEO yang menjelaskan bahwa Sharing Session dilakukan karena ia sadar bahwa dengan memberi sebenarnya dia tidak akan pernah berkekurangan. Dari hasil ini dapat ditarik bahwa alasan dilakukannya kegiatan Sharing Session adalah karena para pendiri Communicasting Academy telah mengerti bahwa berbagi ilmu adalah suatu kebutuhan, bukan keharusan. Communicasting Academy melakukan kegiatan Sharing Session karena alasan ingin memberi. Dari hasil identifikasi yang dilakukan Jamali (2008) yang mendasarkan pelaksanaan CSR atas pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder), masyarakat sebagai pemangku kepentingan berharap agar kegiatan CSR yang dilakukan dapat menciptakan dan menambah nilai kepada masyarakat. Dari pernyataan Jamali, Sharing Session seharusnya dapat menciptakan dan menambah nilai kepada masyarakat yang menerimanya. Tujuan yang ingin dicapai Communicasting Academy dengan melakukan Sharing Session adalah untuk menambah nilai kepada masyarakat. Nilai yang ingin ditambahkan kepada masyarakat adalah keahlian berkomunikasi. Melihat kembali jurnal Jamali (2008), ia menukaskan bahwa kegiatan CSR harus memberikan efek kepada stakeholdernya berupa bertambahnya nilai di masyarakat. Hal ini berarti target dari suatu CSR haruslah jelas agar tujuan CSR itu dapat tercapai. Target dari kegiatan CSR Sharing Session adalah masyarakat umum, sesuai dengan visi pendiri Communicasting yang ingin untuk menaikan awareness di masyarakat akan pentingnya ilmu komunikasi. Dengan memberikan ilmu komunikasi ini masyarakat umum akan mendapat nilai berupa communication skills. Michael Fontaine (2013) mengatakan bahwa konsumen serta komunitas yang termasuk dalam pemangku kepentingan berharap agar perusahaan menjalankan kegiatan CSR secara berkelanjutan. Tahap evaluasi dari pelaksanaan kegiatan Sharing Session yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan, dan terakhir evaluasi menunjukan bahwa “continuity” dilakukan agar perusahaan membuat hubungan yang berkelanjutan dengan para peserta atau penerima. Agar citra merek dapat terbangun dengan baik melalui kegiatan Sharing Session ini, kegiatan Sharing Session harus dirasakan manfaatnya oleh penerima atau peserta. Jamali (2008) mengidentifikasikan bahwa kegiatan CSR harus menciptakan atau menambah nilai di masyarakat. Communicasting Academy menambah nilai berupa kemampuan berkomunikasi kepada pesertanya. Pernyataan peserta kegiatan menunjukan bahwa mereka sudah merasa manfaat yang diterima ketika mereka mengikuti kegiatan Sharing Session. Mereka berdua menjadi tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik, serta tips dan trik dalam public speaking. Hadi (2011) dalam Tripple Bottom Line nya mengatakan bahwa perusahaan harus mendekatkan diri kepada masyarakatnya. Dari observasi yang dilakukan bahwa kegiatan ini adalah salah satu bentuk pendekatan diri Communicasting Academy kepada masyarakat. Dari sini terlihat bahwa perusahaan mencoba untuk mendekatkan diri kepada masyarakat di sekitarnya, menjalankan fungsi People dalam teori Triple Bottom Line Hadi. Kotler (2005) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Dari Kotler kita mengetahui bahwa citra merek yang meningkat harus terbentuk dan meningkat di mata konsumen. Dari hasil wawancara kepada para informan, mereka mengakui bahwa citra sudah terbentuk. Hal ini juga terlihat dari pernyataan informan luar yang mengatakan bahwa mereka menjadi tahu akan keberadaan Communicasting Academy sebagai institusi pendidikan komunikasi dan penyiaran yang memiliki sarana yang lengkap. CEO Communicasting Academy yang berkata bahwa banyak pihak yang mau bekerja sama dengan Communicasting Academy menandakan citra merek yang sudah mulai tebentuk sesuai dengan teori manfaat dari citra merek oleh Hasan (2014), yang mengatakan bahwa salah satu manfaat bagi perusahaan yang memiliki citra merek adalah klaim produk atau merek akan menciptakan orang-orang yang melakukan permintaan khusus. Singkatnya konsumen lah yang akan mencari produk. Maneet Kaur, Sudhir Agrawal (2011) dalam jurnalnya menemukan bahwa inisiatif CSR dapat sangat efektif dalam menempa hubungan yang bermakna mendalam dengan konsumen yang mengubah loyalitas konsumen menjadi promotor perusahaan dalam jaringan sosial mereka. Pemilihan-pemilihan yang minta untuk diberikan pelatihan oleh Communicasting Academy datang karena mereka mendapat rekomendasi dari pihak-pihak yang pernah mengikuti kegiatan Sharing Session. Word of mouth para peserta kegiatan Sharing Session akan Communicasting Academy dan informasi yang diterima mereka dari social media Communicasting Academy menunjukan bagaimana citra merek Communicasting Academy terbentuk. Hal ini dirasakan oleh PR, CorSec, dan CEO. Mereka aware atau sadar akan hal ini, dan oleh karena itu mereka mencoba untuk membuat kegiatan Sharing Session lebih menarik lagi, dan lebih luas lagi menyebarkan informasi tentang kegiatan ini melalui berbagai macam media. Kembali pada buku Hasan tentang manfaat citra merek, sebuah citra yang kuat akan membuat calon konsumen tertarik kepada produk. Dari hasil wawancara dengan CEO dan Corporate Secretary mereka berdua mengatakan bahwa kegiatan Sharing Session akan secara tidak langsung meningkatkan penjualan. Mengapa mereka mengatakan secara tidak langsung karena mereka sadar bahwa dengan melakukan kegiatan Sharing Session citra akan terbentuk. Dan bila citra terbentuk, barulah peningkatan penjualan akan dirasakan. Corporate Secretary yang berkata bahwa CEO pernah bersaran agar kegiatan Sharing Session ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan media visit agar media dapat melihat dan mudah-mudahan meliput kegiatan yang kita lakukan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dan stakeholder semakin mengetahui tentang kegiatan Sharing Session. Pengetahuan akan kegiatan CSR akan berpengaruh terhadap pandangan publik dan konsumen terhadap Communicasting Academy. Seperti jurnal dari Liesbet Van Der Smissen (2012) yang menemukan semakin tinggi pengetahuan konsumen akan CSR yang dilakukan perusahaan, semakin tinggi pula nilai emosional, fungsional, dan sosial yang dimiliki konsumen terhadap produk. Jurnal Sebastian Arendt & Malte Brettel (2010) mengatakan bahwa Keberhasilan produk perusahaan dipengaruhi oleh CSR yang dilakukan. CSR sangat berguna untuk membangun corporate identity. Dengan kegiatan CSR nya, Communicating Academy berhasil membentuk citra merek mereka di mata publik. Dari citra yang tertanam di mata publik tersebut mempengaruhi keberhasilan produk Communicasting Academy, seperti yang diutarakan CEO tentang manfaat CSR Sharing Session terhadap sales. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah menganalisa hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan yang bersifat merangkum pembahasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Kesimpulan yang didapat adalah: 1. Kegiatan Sharing Session adalah kegiatan CSR pertama dari Communicasting Academy. Kegiatan ini berhasil dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan atau berkala oleh PR dari Communicasting Academy. Suatu keinginan untuk berbagi ilmu lah yang mendasari kegiatan CSR ini dilakukan. Lebih luas lagi, ideologi pendiri untuk menaikan awareness masyarakat tentang ilmu komunikasi menjadi alasan kegiatan CSR Sharing Session dilakukan. Kegiatan ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi kegiatan. Dalam semua tahapan ini PR menjadi PIC dan dalam pelaksanaannya PR berkoordinasi dengan beberapa pihak. 2. Citra merek Communicasting Academy terbentuk melalui strategi CSR Sharing Session dari word of mouth mereka yang pernah mengikutinya. Para peserta Sharing Session menjadi tahu tentang fasilitas serta kelas-kelas yang ada di Communicasting Academy ketika mereka datang ke kegiatan Sharing Session. Dari hal tersebut mereka membagikan pengalaman dan ilmu yang didapat ke orang lain. Selain hal tersebut pembentukan citra merek juga terjadi lewat sosial media. Informasi yang disebarkan oleh PR tentang Sharing Session melalui akun sosial media Communicasting Academy diterima oleh masyarakat dan melalui informasi tersebut citra merek terbentuk. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, peneliti ingin memberikan saran kepada akademisi, praktisi serta perusahaan. Saran Akademis 1. Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk melihat pengaruh program CSR terhadap citra merek, brand awareness, dan akhirnya kepada penjualan atau sales. 2. Kedepannya, penulis berharap agar penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh kegiatan CSR kepada peningkatan citra merek di mata konsumen dan stakeholder. Saran Praktis 1. Kepada Communicasting Academy, walaupun citra sudah dirasa terbentuk, berdasarkan temuan ini peneliti bersaran agar kegiatan CSR Sharing Session harus dilakukan dengan lebih berkelanjutan, terukur, dan dengan lebih baik agar citra Communicasting Academy dapat meningkat . 2. Peneliti berharap agar Communicasting Academy tetap melaporkan kegiatan CSR nya, baik melalui sosial media maupun media lainnya agar citra Communicasting Academy tidak menurun. 3. PR dari Communicasting Academy diharapkan untuk tetap membina hubungan (continuity) dengan mereka yang pernah menjadi partisipan kegiatan Sharing Session. Saran Umum 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa kegiatan CSR mempunyai pengaruh yang positif kepada perusahaan (citra) dan masyarakat (value). Maka dari itu diharapkan agar perusahaan-perusahaan menerapkan strategi CSR sebagai wadah untuk membina hubungan mereka dengan masyarakat. REFERENSI BUKU Ardianto, E. (2011). Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Daymon, C & Holloway, I. (2008). Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta Emzir. (2010). Analisis Data Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Hadi, N. (2011). Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hasan, A. (2010 & 2014). Marketing dan kasus kasus pilihan Yogyakarta: Media Presindo. Kotler, P & Pfoertsch, W. (2006). B2B Brand Management. Jerman: Springer Berlin Heidelberg. Kotler, P, & Lee ,N. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey: John Willey and Sons, Inc Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group. Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Yosephus, S. (2010). Etika Bisnis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. JURNAL Arendt, S & Brettel, M. (2010) "Understanding the influence of corporate social responsibility on corporate identity, image, and firm performance", Management Decision, Vol. 48 Iss: 10, pp.1469 – 1492 Fontaine, M. (2013). Corporate Social Responsibility and Sustainability: The New Bottom Line?, International Journal of Business and Social Science Vol. 4 No. 4: pp. 111-119 Jamali, D. (2008). A Stakeholder Approach to Corporate Social Responsibility: A Fresh Perspective into Theory and Practice, Journal of Business Ethics, 82: pp. 213–231 Kaur, M , Agrawal, S. (2011) Corporate Social Responsibility – A Tool To Create a Positive Brand Image, Lovely Professional University, Volume 18 Number 1: pp. 681-688 Liesbet, V.D.S. (2012). The value of Corporate Social Responsibility for consumers. Faculty of Economics & Management, Hogeschool-Universiteit Brussel, Brussel. INTERNET American Marketing Association. 2014. Dictionary. Retrieved June 11 2015 from www.ama.org BAPEPAM. 2007. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Diperoleh Juni 11 2015 dari www.aria.bapepam.go.id KEMENAG. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diperoleh Juni 11 2015 dari www.kemenag.go.id