Siaran Pers No. 10/393 UNTUK DISIARKAN SEGERA 21 Oktober 2010 International Monetary Fund Washington, D.C. 20431 USA IMF Melihat Pertumbuhan Kuat di Asia akan Terus Berlangsung, Dibutuhkan Kebijakan Ketat Lebih Lanjut Asia tetap kokoh dalam memimpin pemulihan ekonomi global dan pertumbuhan kuat di kawasan ini siap untuk terus berlanjut, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan hari ini dalam Regional Economic Outlook (REO) terbaru untuk Asia dan Pasifik yang disiarkan di Jakarta, Indonesia. Dikatakan IMF, ekspansi di Asia melampaui ekspektasi pada paruh pertama tahun ini, mendorong IMF merevisi keatas proyeksi pertumbuhan tahun 2010 kawasan ini menjadi 8 persen, hampir 1 persen lebih tinggi daripada proyeksi yang dibuatnya pada bulan April. Perekonomian negara-negara di kawasan Asia mengalami ekspansi yang kuat. China dan India berada di depan dengan tingkat pertumbuhan pada tahun 2010 masing-masing diproyeksikan 10,5 persen dan 9,7 persen, sedangkan Indonesia diperkirakan tumbuh 6 persen. Di Jepang, pertumbuhan saat ini diproyeksikan 2,8 persen. Pada tahun 2011, pertumbuhan kawasan diperkirakan menjadi moderat dan lebih berkelanjutan sebesar 6,8 persen. Menurut analisis REO, pertumbuhan ekonomi yang kuat membawa berbagai tantangan kebijakan baru. Tekanan inflasi akan terus meningkat, sementara harga-harga di beberapa pasar properti mengalami pertumbuhan dengan tingkat dua-digit. Mengingat Asia tetap sebagai tujuan yang menarik bagi investasi asing terkait dengan lesunya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, arus modal masuk dapat menambah tekanan lanjutan terhadap harga-harga di dalam negeri pada waktu yang mendatang. Oleh sebab itu, telah tiba waktunya bagi negara-negara di kawasan ini untuk menormalkan kebijakan moneter dan fiskal, demikian menurut Mr. Anoop Singh, Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik. “Kami menyambut dengan baik langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini oleh para pembuat kebijakan dalam mengendalikan risiko inflasi dan membatasi meningkatnya kerentanan pada sektor finansial, namun sekarang banyak hal yang masih bisa dilakukan mengingat pertumbuhan kuat yang terus berlangsung di kawasan ini,” Mr. Singh mengatakan. Regional Economic Outlook menunjukkan perlunya pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut di banyak negara di Asia, termasuk melalui apresiasi nilai tukar yang lebih besar. Langkah lebih cepat untuk menarik stimulus fiskal yang diterapkan selama krisis keuangan global juga akan membantu menjaga terhadap berbagai risiko yang dapat menyebabkan ekonomi menjadi terlalu panas. Namun demikian, REO mencatat seandainya terjadi kemerosotan kondisi ekonomi global yang secara negatif mempengaruhi Asia, masih terdapat ruang untuk kembali ke kondisi kebijakan yang lebih stimulatif. Mengelola arus modal masuk ke kawasan ini merupakan sebuah tantangan yang sulit. Arus modal masuk menawarkan banyak kesempatan, tetapi juga membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas keuangan. Langkah-langkah kebijakan makro yang berhatihati telah diambil dengan sepatutnya di banyak negara di kawasan ini untuk meminimalkan risiko, tetapi mungkin masih banyak tindakan yang perlu dilakukan. Masalah-masalah penting tersebut baru-baru ini dibahas dalam sebuah konferensi tingkat tinggi mengenai “Kebijakan Makro yang Berhati-hati: Suatu Perspektif Asia” yang diselenggarakan oleh People’s Bank of China dan IMF di Shanghai. Menyeimbangkan kembali pertumbuhan ekonomi Asia tetap merupakan prioritas kebijakan yang paling utama dalam jangka menengah. Mengingat permintaan eksternal dari negara-negara maju kecil kemungkinan untuk kembali ke tingkat sebelum krisis dalam waktu dekat, maka Asia membutuhkan permintaan domestik yang lebih kuat agar dapat terus berada di jalur pertumbuhan yang kuat. Berbagai macam reformasi dibutuhkan untuk mendukung konsumsi domestik dan investasi, termasuk memperkuat jaring pengaman sosial, memastikan akses terhadap kredit, mengurangi pembatasan pada sektorsektor jasa, serta perbaikan infrastruktur. Apresiasi nilai tukar merupakan bagian penting dari proses penyeimbangan kembali. “Wajar saja dengan perekonomian Asia yang tumbuh semakin kuat, mata uang mereka pun akan ikut menguat,” kata Mr. Singh dari IMF. “Ini sungguh suatu tanda bagi keberhasilan Asia.”