4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan famili Orchidaceae. Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25.000 spesies (Llamas, 2003). Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar, dari 25.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 diantaranya hasil silangan atau hibrida dan diperkirakan setiap tahun dihasilkan 1.000 hibrida baru (Sandra, 2005). Dendrobium adalah salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdiri atas 1600 spesies. Anggrek Dendrobium ditemukan pada tahun 1800 oleh seorang ahli botani yang terkenal yaitu Olof Swartz. Dendrobium berasal dari bahasa latin, Dendron yang berarti pohon dan Bios yang berarti hidup, sehingga Dendrobium berarti hidup di pohon (Williams et al., 1989). Puspitaningtyas et al. (2003) mengklasifikasikan anggrek Dendrobium sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Dendrobium Spesies : Dendrobium sp Anggrek Dendrobium sebagian besar cara hidupnya bersifat epifit yaitu tumbuh menumpang pada batang pohon lainnya tetapi tidak merugikan pohon yang ditumpanginya. Selain itu, ada juga beberapa spesies yang hidup litofit yaitu tumbuh menempel pada batu serta ada juga yang bersifat terestrial atau hidup dengan mengambil nutrisi dari dalam tanah (Williams et al., 1989). Pola pertumbuhan batang Dendrobium bertipe simpodial, yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung batang (pseudobulb) terhenti jika telah mencapai batas maksimum, kemudian pertumbuhan dilanjutkan oleh anakan baru. 5 Gunadi (1977) menyatakan bahwa akar anggrek Dendrobium adalah akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk melekatkan tanaman pada media atau substratnya, sedangkan akar udara berfungsi sebagai pengambil hara atau air dari lingkungan tumbuhnya. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin, dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara (Puspaningtyas et.al., 2003). Akar anggrek memiliki lapisan velamen yang berongga (spongy) seperti jaringan bunga karang. Velamen merupakan bagian terluar dari penyusun akar, berupa kumpulan sel yang tebal terdiri atas 2-8 lapisan sel (Dressler, 1990). Velamen pada akar berfungsi untuk melindungi lapisan bawah korteks dari dehidrasi, melindungi jaringan lapisan bawah dari kerusakan mekanis dan mencegah pengeringan dengan peningkatan lapisan pembatas disekeliling akar (Sinclair, 1990). Batang anggrek yang menyerupai umbi biasa disebut umbi semu atau pseudobulb. Umbi ini berfungsi untuk menyimpan air dan makanan sehingga dapat bertahan dalam kondisi kering. Menurut Bose dan Battcharjee (1980), pada anggrek simpodial pertumbuhan baru umumnya dimulai dengan terbentuknya tunas muda dengan daun-daun seperti sisik yang akhirnya tumbuh menjadi daun-daun yang sempurna. Daun anggrek Dendrobium berbentuk lanset dengan ujung tidak simetris, tersusun dalam dua baris berhadapan dan bersilangan. (Sastrapadja, et.al., 1979). Hew dan Yong (1998) menambahkan bahwa Dendrobium memiliki daun yang tebal. Selain itu, Dendrobium memiliki tiga tipe dalam pertumbuhan daunnya yaitu tipe evergreen atau tidak menggugurkan daunnya, tipe menggugurkan daunnya setelah satu musim, dan tipe yang tetap dorman selama periode kering. (Williams, et al., 1989). Organ reproduktif pada anggrek terdiri dari pollinia atau alat kelamin jantan dan gymnostenum atau alat kelamin betina. Bunga angrek Dendrobium termasuk bunga biseksual dimana putik dan benang sari terdapat dalam satu bunga yang terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963). Lingkaran luar berbentuk sepal atau kelopak bunga dan lingkaran dalam yang berbentuk petal atau mahkota bunga. Satu petalnya berdiferensiasi menjadi labellum atau bibir bunga. Pada umummnya bunga muncul pada tunas ujung atau apikal, namun pada tanaman dewasa bunga muncul diketiak daun (Sandra, 2005). 6 Sepal tengah Petal Pollinia Sepal lateris Labellum Gambar 1. Bentuk dan Bagian-Bagian Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong Anggrek Tahapan penanganan pascapanen bunga potong meliputi pemetikan, pembersihan, pengemasan, pengangkutan, pengawetan, dan penyimpanan. Tujuan penanganan pascapanen adalah memperkecil respirasi, memperkecil transpirasi, mencegah infeksi atau luka, memelihara estetika, dan memperoleh harga yang tinggi. Bunga anggrek yang dipanen harus berasal dari tanaman yang sehat dan sudah dewasa. Pemanenan bunga anggrek dilakukan saat proses transpirasi tidak terlalu besar, yakni pagi pukul 08.00-10.00 atau sore setelah pukul 16.00. Tujuan pemanenan pada pagi atau sore hari adalah untuk menurunkan tingkat kerusakan bunga akibat panas dan kekurangan air (Sandra, 2005). Menurut Nurfitria (2004), penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (a) Ketidakmampuan tangkai bunga untuk mengabsorpsi air yang disebabkan oleh adanya hambatan dari bakteri, cendawan, atau mikroorganisme lain; (b) Terlalu banyak kehilangan air akibat suhu lingkungan yang tinggi; (c) Kadar karbohidrat yang rendah sehingga kurang memadai untuk mendukung respirasi; (d) Hama dan penyakit; (e) Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak. Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah keasaman air, dan menghambat 7 jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 1999). Zat pengawet digunakan pada empat macam metode perlakuan yaitu conditioning, pulsing, pembukaan kuncup dan holding. Halevy dan Mayak (1981) menyatakan bahwa pulsing adalah metode perendaman dengan konsentrasi sukrosa tinggi atau dengan konsentrasi larutan lain dan digunakan sampai batas waktu bunga potong tersebut direndam dalam larutan holding. Kader (1992) menyatakan bahwa holding adalah larutan dengan konsentrasi sukrosa rendah yang digunakan selama masa peragaan yang telah dirangkai dalam vas bunga. Sukrosa atau gula pasir merupakan salah satu unsur yang umum digunakan untuk memperpanjang masa kesegaran beberapa jenis bunga potong karena sukrosa berfungsi sebagai sumber energi dan substrat respirasi (Deptan, 2006). Menurut Reid (1992) gula merupakan komponen penting dalam larutan pengawet untuk meningkatkan mekarnya kuncup bunga. Tirtosoekotjo (1996) menyatakan bahwa larutan sukrosa mulai dari 2-3 % yang digunakan sebagai sumber energi dan substrat respirasi terkonsumsi oleh bunga potong mawar secara perlahan-perlahan dan yang terbaik adalah pada larutan sukrosa 3 % terkonsumsi sampai pada hari ke-80. Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat dapat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Pan et al., 1998). Menurut Nurfitria (2004) perlakuan larutan pengawet dengan sukrosa 3 % + asam salisilat dalam 150 ppm dapat mempertahankan kesegaran bunga anggrek sampai 21 hari HSP (Hari Setelah Perlakuan). Kandungan asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar. Selain itu penggunaan asam salisilat lebih aman karena asam salisilat merupakan bahan organik yang aman bagi lingkungan. Peran Kalsium Bagi Tanaman Kalsium merupakan unsur utama yang mengendalikan proses fisiologi tanaman termasuk pada dinding sel, membran dan kromosom (Rigney & Wills, 1981). Sedangkan menurut Prawinata et al. (1994) kalsium merupakan elemen yang terlibat dalam pembentukan dinding sel. Kalsium berfungsi untuk memperkuat dinding sel dengan membentuk kalsium pektat. Kalsium pektat banyak ditemukan dalam lamela 8 tengah sel. Salunkhe et al. (1991) menyatakan bahwa pektat banyak disimpan di dalam dinding sel dan lamela tengah. Kalsium dapat mempertahankan rigiditas dinding sel dengan ikatan pektat. Kalsium berperan penting dalam menjaga keseimbangan permeabilitas diferensial membran sel (Prawiranata et al., 1994). Mc. Ainish et al. (1997) menyatakan bahwa kalsium berperan sangat penting dalam menjaga turgor dinding sel dan pembukaan stomata. Kalsium berikatan dengan pektat dalam lamela dan membran tengah serta mencegah kerusakan karena struktur yang kuat pada sel. Pektat adalah bahan utama penyusun dinding sel. Menurut Prawiranata et al. (1994), permeabilitas membran sel sangat erat kaitannya dengan ketahanan dinding sel dan kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti transpirasi dan evaporasi. Sel dengan permeabilitas tinggi umumnya memiliki kandungan kalsium yang rendah. Permeabilitas yang tinggi menyebabkan sel mudah mengalami kekurangan air dan mati. Fergusson dan Drobak (1998) menyatakan bahwa menurunnya kandungan kalsium dalam dinding sel dapat meningkatkan aktifitas enzim perusak dinding sel seperti poligalakturonase. Kader (1992) menyatakan bahwa pada tomat, lettuce dan kembang kol, senesen dapat ditunda dengan pemberian kalsium sedangkan Sriatun (2007) menambahkan bahwa perendaman tomat dalam kalsium dapat menghambat pelunakan daging buah tomat. Gejala pada tanaman yang kekurangan kalsium dapat dilihat pada kecepatan tumbuh jaringan yang semakin rendah dan perkembangan daun, bunga, buah dan akar yang terganggu. Beberapa gejala akibat kekurangan unsur kalsium tersebut atara lain terjadinya nekrosis pada daun muda Chrysanthemum dan Petunia, terjadinya kekeringan jaringan yang menyebabkan ujung daun muda menjadi putih dan mati pada anyelir, ujung daun terbakar dan mati pada Lisianthus, pucuk dan mahkota menjadi berwarna merah kecoklatan pada bunga sedap malam, nekrosis pada Sinningia, bracth necrosis pada Poinsettia, dan terjadinya bent neck, yaitu kondisi dimana tangkai bunga menjadi roboh dan melipat pada bunga tulip (Cresswell and Weir, 1997). Halevy et al. (1979) mengemukakan bahwa perlakuan CaCl2 pada bunga potong mawar dapat mendorong mekarnya kuntum bunga mawar dan menghambat senesen. 9 Tanaman anggrek yang kekurangan unsur kalsium akan menujukkan gejala ujung-ujung daun menghitam dan lama-kelamaan bercak hitam ini akan menyebar ke seluruh daun dan selanjutnya menyebabkan daun-daun tersebut gugur. Pada Cattleya, gejala kekurangan unsur kalsium tersebut seperti terjadinya gejala serangan virus mozaik pada tembakau (TMV) yang menyebabkan daundaun menjadi hitam dan berguguran. Ujung-ujung daun yang menghitam tersebut merupakan gejala kekurangan unsur kalsium yang berdampak pada tekanan turgor di dalam sel menjadi sangat rendah sehingga tanaman tersebut tidak mampu mengangkut/mendorong unsur hara hingga ke ujung daun (Rooyen, 2006).