Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian

advertisement
 Kementerian Perdagangan RI Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp: (021) 2352 8441 Fax: (021) 2352 8451 http://www.depdag.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Perdagangan
Tahun 2010
Diterbitkan Oleh: BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERDAGANGAN Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp : (021) 2352 8441 Fax : (021) 2352 8451 http: //www.depdag.go.id Laporan Akuntabilitas
Kinerja
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Jajaran Kementerian Perdagangan RI bertekad mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk
melaksanakan amanat pembangunan di bidang perdagangan. Amanat tersebut diterjemahkan dalam
Rencana Strategis 2010−2014 dan dilaksanakan dengan tujuan utama mencapai visi Kementerian
Perdagangan yaitu ”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing
Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”.
Renstra 2010-2014 memiliki sejumlah IKU (Indikator Kinerja Utama) yang relatif lebih komprehensif
dan tajam dibandingkan Renstra 2005-2009. Akuntabilitas menunjukkan bahwa kinerja perdagangan
menunjukkan peningkatan yang menggembirakan pada tahun 2010 ini. Sasaran pembangunan
perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian Perdagangan hampir
seluruhnya menunjukkan capaian kinerja optimal. Empat belas kelompok sasaran sebagaimana
tercantum pada Renstra 2010-2014, dan telah disempurnakan menjadi 15 kelompok sasaran dalam
Kontrak Kinerja(penambahan butir sasaran menyangkut urgensi perlindungan konsumen untuk
masyarakat luas), telah dapat dicapai target-targetnya hingga akhir tahun 2010.
Kinerja ekspor Indonesia tumbuh baik disertai membaiknya daya saing produk Indonesia. Posisi
Indonesia dalam kancah perdagangan global dan ekonomi dunia juga menunjukkan kinerja yang
positif. Saat ini, Indonesia dianggap memegang peranan penting dalam percaturan perdagangan
internasional. Sementara di dalam negeri inflasi nasional 2010 relatif berhasil dapat ditekan
walaupun sempat bergejolak akibat fluktuasi harga-harga internasional. Tingkat produksi dan harga
pasokan bahan pokok relatif stabil, dan program sektor perdagangan umumnya dapat berjalan
sesuai arahan rencana strategis.
Berbagai pencapaian pembangunan perdagangan pada tahun 2010 perlu dipertahankan dan
beberapa capaian kinerja yang belum mencapai target optimal diharapkan dapat diperbaiki di
tahun berikutnya. Misalnya dominasi komoditi primer pada ekspor nonmigas perlu dirubah dengan
ekspor produk olahan yang memiliki nilai tambah besar. Tentunya dengan kerja keras pemasaran
Indonesia Incorporated, dari tingkat lokal hingga ke luar negeri, dari eksportir UKM hingga Atase
Perdagangan dan ITPC (Indonesia Trade Promotion Centre). Di dalam negeri, pembenahan masih
perlu dilanjutkan terus menerus untuk menekan ekonomi biaya tinggi, untuk mewujudkan sarana
dan prasarana distribusi, sistem logistik, menurunkan disparitas harga antar provinsi, serta
pemberdayaan pasar tradisional dan pedagang UKM.
Akhir kata, diharapkan laporan akuntabilitas kinerja membawa manfaat dalam implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perdagangan, dan pada gilirannya
akan mendorong pelaksanaan kebijakan pembangunan perdagangan nasional yang tepat dan
berkelanjutan, memantapkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama perekonomian demi
kesejahteraan masyarakat.
Jakarta, Maret 2011.
a.n. MENTERI PERDAGANGAN R.I.
SEKRETARIS JENDERAL
ARDIANSYAH PARMAN
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 RINGKASAN EKSEKUTIF
Peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun
daya saing yang bernilai tambah dan berkelanjutan di pasar lokal dan global. Penilaian capaian
kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2010 dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan
terhadap ekonomi nasional. Kontribusi tersebut secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional. Walaupun pertumbuhan ekonomi global
cenderung mengalami penurunan dan berpotensi menciptakan instabilitas perekonomian nasional,
namun kinerja sektor perdagangan terhadap perekonomian nasional relatif tetap stabil, bahkan di
beberapa domain mengalami perkembangan positif.
Indikator Makro Sektor Perdagangan
REALISASI 2005-2009
INDIKATOR
2005
2006
2007
2008
2010
2009
*)
PDB
Nilai PDB (triliun, harga konstan 2000)
Perdagangan, Hotel, Restoran (triliun, harga konstan 2000)
Peranan Perdagangan, Hotel, Restoran (%)
Peranan Ekspor Barang dan Jasa (%)
Peranan Impor Barang dan Jasa (%)
Pertumbuhan PDB (%)
Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%)
Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa (%)
Pertumbuhan Impor Barang dan Jasa (%)
Kontribusi Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%)
PDB per kapita (IDR jt) (harga berlaku)
PDB per kapita (USD) (harga berlaku)
INFLASI
Umum
Bahan Makanan
PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR BARANG
Pertumbuhan ekspor (%)
Pertumbuhan ekspor non migas (%)
Pertumbuhan impor (%)
Pertumbuhan impor non migas (%)
Ekspor (juta USD)
Ekspor migas (juta USD)
Ekspor nonmigas (juta USD)
Impor (juta USD)
Impor migas (juta USD)
Impor nonmigas (juta USD)
Neraca Perdagangan (juta USD)
Pertumbuhan neraca perdagangan (%)
CADANGAN DEVISA
Cadangan Devisa (USD juta)
POPULASI
Tenaga Kerja Sektor Perdagangan (juta jiwa)
Pertumbuhan TK Perdagangan
Populasi nasional (juta Jiwa)
INVESTASI
PMDN Perdagangan (Rp Miliar)
PMDN Hotel dan Restoran (Rp Miliar)
PMDN Total (Rp Milliar)
PMA Perdagangan (USD juta)
PMA Hotel dan Restoran (USD juta)
PMA Total (USD juta)
1.750,7
293,9
15,4
33,6
29,3
5,6
8,6
8,6
12,4
n.a
12,7
1.320,6
1.846,7
311,9
14,9
31,0
25,6
5,5
6,1
9,2
7,6
1,0
15,0
1.663,0
1.964,3
340,4
15,0
29,4
25,4
6,3
8,5
8,0
8,9
1,4
17,5
1.942,1
2.082,3
363,8
14,0
29,8
28,7
6,1
7,2
9,5
10,0
1,2
21,4
2.245,2
2.177,0
367,9
13,3
24,2
21,4
4,5
1,1
(9,7)
(15,0)
0,2
23,9
2.349,6
2.310,7
400,6
13,7
24,6
23,0
6,1
8,7
14,9
17,3
1,5
27,0
3.004,9
17,1
13,9
6,6
12,9
6,7
11,3
11,1
16,4
2,78
3,88
6,96
15,64
19,66
18,75
24,02
15,67
85.660
19.232
66.428
57.701
17.458
40.243
27.959
11,57
17,67
19,81
5,83
4,62
100.799
21.210
79.589
61.066
18.963
42.103
39.733
42,11
13,20
15,61
21,96
24,79
114.101
22.089
92.012
74.473
21.933
52.541
39.628
(0,27)
20,09
17,26
73,48
87,75
137.020
29.126
107.894
129.197
30.553
98.644
7.823
(80,26)
(14,98)
(9,66)
(25,03)
(21,06)
116.490
19.018
97.472
96.856
18.989
77.867
19.634
151%
35,38
33,02
40,05
39,04
157.733
28.053
129.680
135.606
27.363
108.243
22.127
13%
34.724
42.586
56.920
51.639
69.562
96.207
16,7
n.a
220
17,4
4,19
223
14,7
-15,52
226
15,3
4,08
229
15,9
3,92
231
16,4
3,14
238
85,7
28,4
30.724,2
383,6
180,3
8.911,0
345,8
180,2
20.649,0
434,3
111,2
5.991,7
143
127,7
34.878,7
482,9
136,4
10.341,4
594,8
238,6
20.363,4
582,2
156,9
14.871,4
29,2
1,7
37.799,8
111,5
42,6
10.815,2
111,2
306,9
38.334,8
461
1.081,7
12.150,5
*) Sumber: BPS, BI, PidPres 17-8-2010, Renstra TK Sektor Perdagangan (perkiraan 2010), Data Perkembangan Pananaman Modal (Jan-Sep 2010)
Ringkasan pencapaian IKU pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada
Renstra 2010-2014 dan Kontrak Kinerja Kemendag 2010 disampaikan di bawah ini. Adapun uraian
pencapaian sasaran (15 sasaran) pembangunan perdagangan dielaborasi lebih jauh pada Bab III.
iv RINGKASAN EKSEKUTIF | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pencapaian Pembangunan Perdagangan 2010 Sesuai Sasaran 2009
Capaian
Target
Realisasi
1
Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas
• Persentase pertumbuhan ekspor non migas nasional
-9,64%
7%
33,02%
2
Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik
• Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor
terbesar (CR5)
48%
47%
47%
Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin
baik
• Persentase kontribusi ekspor di luar 10 produk utama
49%
53%
52,4%
26 ijin
8 hari
40 jenis
53 jenis
4 hari
4 hari
589 komoditi
590 komoditi
887 komoditi
Skor 44
Skor 47,7
140
perundingan
140
perundingan
12 jenis
12 jenis
6 hari
6 hari
-
3,4%
8,7%
-
2%
7,3 %
No
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Indikator Sasaran
Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan
sektor perdagangan luar negeri
• Jumlah perizinan online
• Jumlah hari waktu pelayanan
Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor
Indonesia di pasar global
• Jumlah komoditi dengan RCA > 1
Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar
global
• Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index
(NBI)
Meningkatnya kualitas keikutsertaan Indonesia di
berbagai forum perdagangan internasional
• Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional
(Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed
Minutes, Declaration, Chair Report)
Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan
sektor perdagangan dalam negeri
• Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri
• Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian
perdagangan dalam negeri
Meningkatnya output sektor perdagangan
• Persentase pertumbuhan PDB sektor perdagangan
Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap
PDB nasional
• Persentase konstribusi industri kreatif pada PDB
Akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK)
• Jumlah BPSK yang berfungsi
Pengawasan Barang Beredar dan Jasa
• Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi
Peningkatan kinerja logistik
• Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI)
dari tahun 2009
Stabilitas sejumlah harga bahan pokok yang terkendali
• Persentase rata-rata penurunan koefisien variasi
harga komoditi
• Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan
luar negeri
-
2010
-
7 hari
45 BPSK
2,76
2,8%
1,21
Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi
• Penurunan disparitas harga antar provinsi & nasional
2,9
50 BPSK
50 BPSK
14 produk
22 produk
0,5 poin
0,49
5%
4,5%
<1
0,22
1,5
1,8
Perdagangan Luar Negeri
Perbaikan kinerja perdagangan luar negeri itu menghasilkan neraca perdagangan Indonesia yang
surplus terus menerus. Ekspor tumbuh cepat melampaui target, bahkan menorehkan sejarah baru
dengan capaian sebesar US$ 15,3 miliar pada bulan Nopember 2010, yang merupakan nilai ekspor
bulanan tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor non migas
Januari-Desember 2010 sebesar 33,8%, jauh melampaui target Renstra sebesar 7-8,5%.
v RINGKASAN EKSEKUTIF | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pencapaian ekspor yang relatif membaik juga dicerminkan dengan perbaikan pada kualitas ekspor,
diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Daya saing produk-produk di luar 10 produk utama
semakin meningkat. Diversifikasi produk di luar 10 utama kembali terjadi di banyak pasar. Pada
periode Januari – Desember 2010, kinerja impor didominasi kelompok bahan baku dan penolong,
diikuti barang modal dan barang konsumsi. Hal ini menggambarkan peningkatan investasi dan
produksi nasional yang tinggi.
Kinerja Diplomasi Perdagangan
Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategy di
forum multilateral, regional, dan bilateral. Indonesia adalah anggota G-20 yang saat ini menjadi
salah satu negara dengan kondisi ekonomi yang semakin diperhitungkan dunia pasca krisis finansial.
Posisi Indonesia juga semakin mantap di dalam kelompok CIVITS (China, India, Vietnam, Indonesia,
Turkey, South Africa). Pada tahun 2010 telah dihasilkan 140 dokumen hasil perundingan yang terdiri
dari 123 hasil perundingan di Luar Negeri dan 17 hasil perundingan berupa agreement, kesepakatan
kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan lainnya dalam
memperjuangkan akses pasar. Secara bilateral, kesepakatan penting adalah MoU on Combating
Illegal Logging and Associated Trade yaitu perjanjian penanganan pemberantasan illegal logging
antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Promosi Perdagangan
Dua puluh lima pameran internasional terkemuka telah diikuti oleh Kementerian Perdagangan
dengan membawa produk-produk baru. Pameran Internasional yang terbanyak diikuti adalah
pameran di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Misi dagang 2010 dilakukan ke negara Belgia, Rusia
dan Belarus, Kanada, dan India. Kegiatan instore promotion dilaksanakan di Harrods Department
Store, London, Inggris selama sebulan penuh dengan tema kegiatan “Remarkable Indonesia”.
Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2010 berhasil mencapai transaksi US$ 369,3 juta.
Harga Pangan dan Pengawasan Barang Beredar
Target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri
berada pada kisaran 5–9%. Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara
komoditi yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut menunjukkan
adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari hingga September 2010 dan melampaui
target rata-rata koefisien variasi.
Dari pantauan Kementerian Perdagangan terhadap sejumlah komoditi pangan pokok hingga
September 2010, stabilitas harga komoditi seperti susu kental manis, kedelai dan tepung terigu
tetap terjaga. Namun, fluktuasi harga musiman terjadi pada komoditi beras dan daging terutama
pada puncak hari raya lebaran. Di akhir September 2010, harga beras dan daging sapi kembali
mengalami penurunan.
Selanjutnya dalam rangka kelancaran arus barang dan mengurangi disparitas harga, Kementerian
Perdagangan secara lintas sektoral mengembangkan sistem logistik nasional, menggabungkan sistem
transportasi dan pembangunan daerah yang terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional
dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan jalur perdagangan internasional. Target
penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio
antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah
komoditi, pada kisaran 1,5–2,5 di tahun 2010.
vi RINGKASAN EKSEKUTIF | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Dari 10 komoditas yang dipantau, komoditas yang disparitas harganya di bawah target minimal
(1,5%) ada 4 komoditi yakni: Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging
Ayam Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target maksimal (2,5%) ada
2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas
harganya masih berada pada rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan
(1,8%) dan Daging Sapi (1,5%).
Kementerian Perdagangan juga bekerjasama dengan pemda telah melakukan revitalisasi terhadap
128 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen. Pada tahun 2010 ini juga, telah membangun
gudang sebanyak 11 buah di 11 kabupaten sentra produksi pangan.Kementerian Perdagangan juga
melaksanakan penguatan kelembagaan perlindungan konsumen dengan membentuk Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat serta
peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya.
Untuk mengamankan pasar produk dalam negeri (trade defense), Kementerian Perdagangan telah
mengenakan tindakan anti dumping terhadap 7 produk impor yang melakukan unfair trade pada.
Produk yang telah dikenai Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) adalah aluminium mealdish, polyester
staple fiber dan H & I section, sedangkan yang masih menunggu Keputusan Menteri Keuangan
adalah wheat flour, hot rolled coil dan uncoated writing paper. Selanjutnya pengawasan terhadap
barang beredar dan jasa dilakukan terhadap 15 komoditi SNI Wajib dan 5 produk jasa di 15 daerah,
distribusi 3 komoditi, yaitu Gula, Bahan Berbahaya (B2) dan Minuman Beralkohol, serta melakukan
proses penarikan terhadap komoditi selang gas, lampu hemat energi, dan semen.
Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan melalui penyederhanaan perijinan impor,
peningkatan pelayanan perijinan perdagangan dengan pembentukan Unit Pelayanan Perdagangan
(UPP) dan percepatan waktu penerbitan ijin. Pada tahun 2010 telah dilakukan penyederhanaan
jenis perijinan impor dari 78 menjadi 53 jenis sehingga total perijinan perdagangan luar negeri
turun dari 108 jenis menjadi 89 jenis.Jumlah perijinan perdagangan luar negeri yang dapat diakses
melalui UPP (Inatrade) sebanyak 89 perijinan dengan seluruh 53 perijinan impor diantaranya telah
online dan rata-rata waktu pelayanan 4 hari, sedangkan perijinan perdagangan dalam negeri telah
online sebanyak 12 perijinan dari 21 perijinan dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari.
Pengembangan Citra dan Ekonomi Kreatif
Pengembangan Citra Indonesia secara luas ditujukan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga
sebagai Masyarakat dan Bangsa Indonesia diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Citra suatu negara di
dunia internasional diukur menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt. Ranking
persepsi estimated Indonesia pada tahun 2010 adalah posisi 38 dimana tercapai perbaikan dari tahun
2009 yang berada di posisi 43, dengan skor 47,7. Dengan skor tersebut maka realisasinya sebesar 108,4
dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan, antara lain:
1. Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Wahana Indonesia Is Creative, platform komunikasi
digital Ekonomi Kreatif Indonesia.
2. Aktivasi Aku Cinta Indonesia melalui kampanye di berbagai media massa cetak dan elektronika.
3. Partisipasi Indonesia dalam World Expo Shanghai China 2010, sebagai ajang komunikasi produk,
budaya dan tujuan wisata Indonesia sekaligus pembangunan nation branding. Paviliun Indonesia
juga meraih penghargaan perunggu untuk displai kreatif kategori-A dan menu nasi goreng
Indonesia meraih penghargaan kuliner favorit keempat dari 192 negara.
vii RINGKASAN EKSEKUTIF | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................ iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan.................. 2 B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan.................................................................. 5 C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010..................................... 6 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA ..................................................11
A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan.......................................................... 12 B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan...................................................................... 18 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 ..................................................22
A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010 ................. 23 B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010.......... 25 MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS ..................26
Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas .................................................27
Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor ........................................................44
Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor.......................................................49
Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri .......................54
Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor.........................................66
Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export) ..........................................71
Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional .......................................76
MISI II: PENGUATAN PASAR DALAM NEGERI............................................ 110
Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri ................... 111
Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan ...................................... 118
Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif ................................................... 126
Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk .................................... 138
Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa ...................................... 144
viii DAFTAR ISI | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 MISI III: PENYEDIAAN BAHAN POKOK DAN PENGUATAN JARINGAN DISTRIBUSI
NASIONAL ..................................................................................... 150
Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik ................................................. 151
Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri ................................. 154
Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi .............................................. 173
C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010 ................................................................................ 175 BAB IV PENUTUP..................................................................................... 183
LAMPIRAN.............................................................................................. 187
1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru).................................188 2. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama) ................................189 3. Lembar Kontrak Kinerja .....................................................................................................190 4. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) .............................................................195 5. Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri ..................................................202 6. Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag
Nomor : 40/M-DAG/PER/10/2010.....................................................................................203 7. Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun 2010 ..............................................................205 ix DAFTAR ISI | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 KETERKAITAN MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN .................................15
GAMBAR 2 EKSPOR NON MIGAS DARI JAN 2009 - DESEMBER 2010 .....................................................28
GAMBAR 3 PERAN TERHADAP TOTAL EKSPOR (PANGSA EKSPOR MIGAS DAN NON MIGAS) TAHUN 2004 - 2010 ........30
GAMBAR 4 POSISI EKSPOR INDONESIA DI ASIA (2005 - 2009) ..........................................................32
GAMBAR 5 KECENDERUNGAN PERTUMBUHAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA TAHUN 2004 - 2009 .....................33
GAMBAR 6 EKSPORTIR TERDAFTAR (ET) BERDASARKAN JENIS DAN PENGAJUAN .........................................36
GAMBAR 7 KOMPOSISI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR BERDASARKAN JENIS KOMODITI....................................37
GAMBAR 8 PERKEMBANGAN HARGA KARET 2009 - 2010...............................................................39
GAMBAR 9 IMPOR MENURUT PENGGUNAAN BARANG ....................................................................43
GAMBAR 10 EKSPOR INDONESIA PADA LIMA NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2010 ....................................45
GAMBAR 11 TREN PASAR EKSPOR BARU INDONESIA ....................................................................46
GAMBAR 12 NILAI KONTRAK DAGANG ITPC TAHUN 2006-2010 (JUTA USD) .........................................48
GAMBAR 13 PERTUMBUHAN EKSPOR NON MIGAS PRODUK UTAMA TAHUN 2009 - 2010 ...............................51
GAMBAR 14 NILAI EKSPOR 10 PRODUK POTENSIAL (US$ JUTA)........................................................52
GAMBAR 15 KOMPOSISI EKSPOR PRODUK UTAMA DAN PRODUK LAINNYA TAHUN 2009 - 2010 .........................53
GAMBAR 16 TRADE BALANCE 2010....................................................................................67
GAMBAR 17 KASUS TUDUHAN DUMPING, SUBSIDI DAN SAFEGUARD TERHADAP INDONESIA S.D. DESEMBER 2010........83
GAMBAR 18 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN PASAR DAN DISTRIBUSI S.D. DES 2010 ................................ 112
GAMBAR 19 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN S.D. DES. 2010 ............. 113
GAMBAR 20 JUMLAH IJIN BIDANG KEMETROLOGIAN S.D.DES 2010................................................... 113
GAMBAR 21 PERKEMBANGAN PENILAIAN KEMUDAHAN DOING BUSINESS DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2008 - 2011 .. 117
GAMBAR 22 KONTRIBUSI SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PDB 2005 – 2010 ..................................... 120
GAMBAR 23 SUB SEKTOR DALAM EKONOMI KREATIF .................................................................. 129
GAMBAR 24 TRIPLE HELIX EKONOMI KREATIF ........................................................................ 134
GAMBAR 25 PENYELESAIAN KASUS YANG DITANGANI BPSK TAHUN 2009 - 2010 (SEPTEMBER) ...................... 139
GAMBAR 26 ILUSTRASI SISTEM RANTAI PASOK KOMODITAS MINYAK GORENG .......................................... 153
GAMBAR 27 PERKEMBANGAN HARGA KOMODITI TERTENTU JAN-SEPT 2010 .......................................... 156
GAMBAR 28 PERKEMBANGAN HARGA BERAS UMUM DAN TERMURAH .................................................. 160
GAMBAR 29 PERBANDINGAN HARGA BERAS UMUM DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR ECERAN ........................... 161
GAMBAR 30 PERBANDINGAN HARGA GULA DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010 ............................. 163
GAMBAR 31 PERBANDINGAN HARGA MINYAK GORENG KEMASAN DAN CURAH TAHUN 2010 .......................... 164
GAMBAR 32 PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN RBD OLEIN INTERNASIONAL S.D. DESEMBER 2010.................... 165
GAMBAR 33 PERKEMBANGAN HARGA TERIGU DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010 .......................... 166
GAMBAR 34 PERKEMBANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TAHUN 2007 - 2010................................. 169 x DAFTAR GAMBAR | DAFTAR TABEL
TABEL 1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 .............................23
TABEL 2 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 1 .....................................................................27
TABEL 3 KINERJA EKSPOR INDONESIA (2009-2010) ...................................................................29
TABEL 4 PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA MENURUT SEKTOR TAHUN 2009 - 2010.................................30
TABEL 5 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 2 .....................................................................44
TABEL 6 PERUBAHAN PASAR TUJUAN EKSPOR ..........................................................................46
TABEL 7 NEGARA TUJUAN EKSPOR BARU TAHUN 2009 – 2010 ........................................................47
TABEL 8 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 3 .....................................................................49
TABEL 9 PERTUMBUHAN GDP ASIA ....................................................................................50
TABEL 10 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 4 ....................................................................54
TABEL 11 REALISASI PERIJINAN IMPOR YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010 ..................58
TABEL 12 JUMLAH PERIJINAN DAN WAKTU PENYELESAIAN .............................................................59
TABEL 13 TOTAL DATA CEPT FORM D TERKIRIM KE PORTAL NSW MELALUI INATRADE ..............................62
TABEL 14 PERIJINAN YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010 ....................................63
TABEL 15 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 5 ....................................................................66
TABEL 16 PERKEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI 2010 ...............................................................66
TABEL 17 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 6 ....................................................................71
TABEL 18 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 7 ....................................................................76
TABEL 19 JUMLAH HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2010 .....................................................77
TABEL 20 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA HASIL-HASIL PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
TAHUN 2008-2010 ........................................................................................77
TABEL 21 PERKEMBANGAN HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2008-2010......................................78
TABEL 22 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PARTISIPASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
TAHUN 2008 - 2010.......................................................................................82
TABEL 23 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 8 .................................................................. 111
TABEL 24 PERKEMBANGAN PELAYANAN/PERIJINAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN 2009 - 2010 ............ 111
TABEL 25 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 9 .................................................................. 118
TABEL 26 PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN (%) .................................................... 118
TABEL 27 PDB PERDAGANGAN ...................................................................................... 119
TABEL 28 PERKEMBANGAN PENERBITAN RESI GUDANG DARI TAHUN 2008-2010..................................... 122
TABEL 29 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN RESI GUDANG TAHUN 2008 – 2010 ........................................ 122
TABEL 30 PEMBIAYAAN SUBSIDI SISTEM RESI GUDANG (S-SRG) ...................................................... 123
TABEL 31 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 10 ................................................................ 126
TABEL 32 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 11 ................................................................ 138
xi DAFTAR TABEL | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TABEL 33 14 PRODUK SNI WAJIB YANG DIAWASI TAHUN 2010 ...................................................... 141
TABEL 34 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 12 ................................................................ 144
TABEL 35 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN INDONESIA ..................................... 145
TABEL 36 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 13 ................................................................ 151
TABEL 37 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX INDONESIA ................................................................ 151
TABEL 38 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX............................................................................ 152
TABEL 39 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 14 ................................................................ 154
TABEL 40 KOEFISIEN VARIASI HARGA BAHAN POKOK DALAM NEGERI (%) ............................................. 155
TABEL 41 PERKEMBANGAN REALISASI REVITALISASI PASAR TAHUN 2005 - 2010 ..................................... 156
TABEL 42 RASIO KOEFISIEN VARIASI HARGA KOMODITI DI DALAM DAN LUAR NEGERI JAN-DES TAHUN 2010 ......... 159
TABEL 43 ANDIL BEBERAPA KOMODITI TERHADAP INFLASI/DEFLASI NASIONAL TAHUN 2010
(INFLASI JANUARI - DESEMBER 6,96%) ................................................................... 171
TABEL 44 PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA PANGAN POKOK TAHUN 2010 ....................................... 172
TABEL 45 PERKEMBANGAN TREND HARGA PANGAN POKOK TAHUN 2010............................................ 172
TABEL 46 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 15 ................................................................ 173
TABEL 47 TARGET DAN REALISASI KOEFISIEN VARIASI PROVINSI DAN NASIONAL TAHUN 2006 – 2010 ................ 173
TABEL 48 REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENURUT UNIT ORGANISASI ESELON I TAHUN 2010 . 176
TABEL 49 REALISASI ANGGARAN MENURUT MISI DAN SASARAN STRATEGIS ............................................ 177
TABEL 50 REALISASI ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN 2010.................................................. 180
xii DAFTAR TABEL | LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
xiv DAFTAR TABEL | 2010 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
A.
2010 Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian
Perdagangan
Kementerian
Perdagangan
menyelenggarakan
urusan pemerintahan
negara di bidang
perdagangan
Kabinet Indonesia Bersatu Kedua periode 2009-2014 yang dibentuk
berdasarkan Keppres No. 84/P Tahun 2009, semakin menegaskan peran
Kementerian Perdagangan sebagai salah satu organisasi yang berperan
penting dalam pencapaian target-target nasional. Langkah kemajuan
yang dicapai sektor perdagangan dalam periode Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 sekaligus mengukuhkan
Kementerian Perdagangan sebagai ujung tombak perekonomian
nasional, dan sangat mempengaruhi dinamika perekonomian nasional.
Kementerian Perdagangan tetap menjalankan fungsinya secara khusus
(terpisah dengan sektor industri) mengingat sektor perdagangan
memiliki tingkat kompleksitas permasalahan dan tantangan yang tinggi
sehingga memang perlu untuk dikelola oleh menteri yang khusus
menangani perdagangan. Sektor perdagangan senantiasa dihadapkan
pada tantangan perdagangan global dan dalam negeri, dengan tetap
memperhatikan tantangan untuk dapat meningkatkan daya saing
Indonesia di pasar global.
Sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka tugas
Kementerian Perdagangan adalah membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan negara di bidang
perdagangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perdagangan secara
umum menyelenggarakan fungsi menetapkan kebijakan nasional di
bidang perdagangan, melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan, mengawasi pelaksanaannya, melaksanakan bimbingan
teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah,
serta mewakili pemerintah dalam berbagai bentuk kerjasama dengan
negara dan lembaga internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Kementerian
Perdagangan terdiri atas unsur:
1.
2.
3.
4.
5.
Pemimpin, yaitu Menteri;
Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretariat Jenderal;
Pelaksana, yaitu Direktorat Jenderal;
Pengawas, yaitu Inspektorat Jenderal; dan
Pendukung, yaitu Badan dan/atau Pusat.
2 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Postur strategis
perdagangan:
Terwujudnya bangsa
yang berdaya saing
untuk mencapai
masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera
Sejalan dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis Kementerian
Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun
daya saing yang berkelanjutan di pasar lokal dan global. Membangun
daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan
seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan
memanfaatkan peluang yang ada.
Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana
menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sumber daya yang
dimiliki. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peran serta
Kementerian Perdagangan, dalam rangka membangun daya saing
tersebut, perlu adanya suatu sistem manajemen yang efektif dan efisien
yang berbasis kinerja harus sejalan dan sinergi dengan perkembangan
dinamika pembangunan perdagangan.
Selanjutnya, sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,
bahwa tugas utama Kementerian Perdagangan adalah terkait dengan
misi mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 1 Dalam UU tersebut,
termuat postur strategis Perdagangan nasional yang diharapkan
terbangun pada tahun 2025, yaitu: Terwujudnya bangsa yang berdaya
saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.
Tiga fokus prioritas
Peningkatan Ekspor
Tugas strategis Kementerian Perdagangan merujuk pada postur strategis
perdagangan nasional dalam RPJPN 2005−2025 dan telah dijabarkan
dalam RPJMN 2010−2014, yaitu meningkatkan ekspor non-migas dan
berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat. 2 RPJMN 2010−2014
menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan
sektor perdagangan yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara
konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN
2010−2014. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkahlangkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Mengacu pada tugas strategis tersebut, ada tiga fokus prioritas dalam
RPJM 2010-2014 dalam upaya peningkatan ekspor, yaitu (i) Fokus
Prioritas Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, (ii) Fokus
Prioritas Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor, dan (iii)
Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Ekspor.
Tiga fokus prioritas
Peningkatan Daya Beli
Masyarakat
Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat dan terkait dengan
bidang perdagangan dalam negeri, ada tiga fokus prioritas, yaitu: (i)
Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang
Pengembangan Logistik Nasional, (ii) Fokus Prioritas Penguatan Pasar
Domestik dan Efisiensi Pasar Komoditi, dan (iii) Fokus Prioritas
Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan.
1
Lihat UU No. 17 tahun 2007, delapan misi pembangunan nasional. Lihat Lampiran Perpres No. 5 tahun 2010, Buku II Bab 3. 2
3 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Empat program yang
mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas dan
fungsi teknis yang
diemban Kementerian
Perdagangan
Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan fungsi teknis pembangunan
perdagangan dalam dan luar negeri, Kementerian Perdagangan memiliki
program-program penunjang. Program-program ini didesain khusus
untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas kerja seluruh SDM dan
elemen organisasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatankegiatan teknis. Program-program tersebut adalah: (1) Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Perdagangan, (2) Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kementerian Perdagangan; (3) Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan, dan (4) Program
Penelitian dan Pengembangan. Program-program ini bertujuan untuk
menciptakan tata kelola yang baik dan didalam organisasi Kementerian
Perdagangan. Selain itu yang sangat berkaitan dengan penelitian dan
pengembangan bertujuan untuk menciptakan arah kebijakan
perdagangan dalam dan luar negeri yang inovatif melalui penyediaan
hasil kajian penelitian yang mampu menjawab tantangan masa depan.
Program pertama dan kedua yang disebutkan di atas dilaksanakan oleh
unit organisasi Sekretariat Jenderal. Unit ini bertanggung jawab
terhadap seperti penyusunan dan kepatuhan standard operating
procedure (SOP) yang prima, redefinisi visi dan misi serta restrukturisasi
berkelanjutan terhadap organisasi Kementerian Perdagangan. Lebih
lanjut, pelaksanaan rekrutmen pegawai yang transparan, penegakan
disiplin dan regulasi, dan penyusunan laporan yang baik juga menjadi
bagian tanggung jawab unit ini. Tahun 2010 ini, Sekretariat Jenderal
telah menyelesaikan sebanyak 2.458 SOP dari pekerjaan yang telah
dilakukan unit, penyusunan rencana strategi Kementerian Perdagangan
2010-2014, proses rekrumen pegawai CPNS tahun 2010 yang transparan,
dan salah satu produk disiplin hukum dan regulasi melalui Keputusan
Menteri Perdagangan Nomor 1028/M-DAG/KEP/8/2010 tentang
pembentukan organisasi koordinasi, monitoring dan evaluasi percepatan
Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dalam
rangka pengawasan internal.
Program ketiga, yakni yang berkaitan dengan pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur pada prinsipnya dikoordinasikan oleh
unit Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat
Jenderal melakukan investigasi dan evaluasi terhadap anggaran dan
kinerja yang dilaksanakan seluruh unit yang berada dalam internal
Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, nilai strategis yang telah
dicapai Inspektorat Jenderal adalah mengantarkan Kementerian
Perdagangan memperoleh opini BPK dengan hasil WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) dan penilaian oleh Kementerian PAN dan RB terhadap
Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2009 yang mendapatkan hasil “CC”.
Selaku unit pengawas, untuk tahun 2011, harapannya dapat
mempertahankan prestasi yang ada melalui pengawalan dalam
penyusunan laporan keuangan dan akuntabilitas dengan melakukan
reviu bersama unit-unit secara teratur.
4 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
B.
2010 Program keempat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan
dilaksanakan oleh unit Badan Penelitian dan Pengkajian Kebijakan
Perdagangan (BP2KP). Dalam kinerja tahun 2010 ini, Kementerian
Perdagangan sangat intensif mengkaji perlindungan konsumen, ekonomi
kreatif, dan logistik nasional sebagai bagian pembangunan perdagangan
dalam negeri dan pengembangan iklim investasi perdagangan. Di lain
sisi, unit ini juga aktif untuk mengkaji pengelolaan impor, kerjasama
bilateral, regional, maupun multilateral. Hasil kajian-kajian ini
memberikan rekomendasi terhadap Kementerian Perdagangan untuk
mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada visi-misi 2010-2014. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan
Tujuh pilar Reformasi
Birokrasi untuk good
governance and clean
government
Langkah Reformasi Birokrasi secara internal telah dilakukan Kementerian
Perdagangan melalui penataan struktur organisasi untuk meningkatkan
kinerja Kementerian mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat.
Kebijakan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja.
Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, dilakukan
melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set)
serta sistem manajemen pemerintahan sebagai upaya perwujudan tata
pemerintahan yang baik dan bersih, terbebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme/KKN (good governance and clean government). Langkah
tersebut dilakukan melalui tujuh pilar untuk meningkatkan kinerja
Kementerian Perdagangan, yaitu (i) kepemimpinan, (ii) perencanaan,
(iii) organisasi, (iv) manajemen SDM, (v) penganggaran berbasis kinerja,
(vi) proses bisnis, dan (vii) pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
Unit organisasi baru:
1. Direktorat Jenderal
Standardisasi dan
Perlindungan
Konsumen,
2. Direktorat Jenderal
Pengembangan
Ekspor Nasional,
3. Badan Pengkajian
dan Pengembangan
Kebijakan
Perdagangan.
Kementerian Perdagangan telah melakukan redefinisi visi dan misi
(Renstra Perdagangan 2010-2014) serta penyempurnaan struktur
organisasi melalui Penajaman struktur organisasi dan tupoksi dalam
rangka mendukung visi dan misi yang baru dengan menyusun organisasi
sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing unit. Perubahan
struktur organisasi tersebut dilatarbelakangi dengan tanggung jawab
Kementerian Perdagangan yang semakin kompleks, baik di dalam
maupun di luar negeri.
Dengan ditetapkannya Permendag Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010,
sebagai langkah Restrukturisasi organisasi yang dilakukan dengan regrouping berdasarkan fungsi yang dijalankan Kementerian Perdagangan
sehingga terdesain 1 unit eselon I baru yaitu “Direktorat Jenderal
Standardisasi
dan
Perlindungan
Konsumen”,
kemudian
disempurnakannya Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)
menjadi “Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional”, serta
penyempurnaan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan
Perdagangan menjadi “Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan”.
5 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pembentukan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen merupakan komitmen Kementerian untuk menguatkan peran
pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada konsumen
sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Perubahan nomenklatur BPEN menjadi “Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional” mengintegrasikan setiap jenis
pelayanan kedalam satu unit, sehingga memiliki keunggulan dalam
spesialisasi pelayanan dan akumulasi keahlian.
Perubahan nomenklatur Badan Pengembangan dan Penelitian
Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan dalam rangka mewujudkan suatu lembaga analisa
kebijakan perdagangan yang lebih fokus dan profesional sehingga
memberikan rekomendasi kebijakan yang artikulatif, antisipatif,
komprehensif dan tepat waktu serta mampu mendukung perumusan
kebijakan perdagangan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.
Harapan penajaman
fungsi birokrasi melalui
struktur organisasi baru
Desain atau struktur organisasi baru Kementerian Perdagangan hasil
penajaman fungsi birokrasi sebagaimana dipaparkan di atas, menjadi
sebagai berikut:
1.
Menteri Perdagangan;
2.
Sekretariat Jenderal;
3.
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;
4.
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen;
5.
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri;
6.
Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional;
7.
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional;
8.
Inspektorat Jenderal;
9.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan
10. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.
Bagan struktur organisasi Kementerian Perdagangan pasca penataan
organisasi, dapat dilihat pada Lampiran 1
C.
Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010
Sektor perdagangan
sebagai mesin
perekonomian global
Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan
pembangunan perdagangan nasional sepanjang 2010. Kenaikan harga
minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang
terjadi di berbagai belahan dunia merubah pola suplai dan harga, serta
turut mempengaruhi sektor perdagangan nasional. Isu tersebut bahkan
sudah dimulai sejak akhir tahun 2009.
6 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Dalam tahun berjalan, ekonomi global kembali pulih yang ditandai
dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, meskipun
aktifitas perdagangan dunia masih bergerak perlahan. Pemulihan
ekonomi global lebih baik dari perkiraan semula, dimana di banyak
negara, the strength of the rebound berlangsung moderat dengan
akselerasi pemulihannya berbeda-beda. Growth Domestic Product (GDP)
dunia tumbuh positif di tahun 2010, dimana tren kinerja negara
berkembang sangat berpengaruh positip.
Sektor perdagangan dunia yang menjadi mesin perekonomian global
dengan pertumbuhan melebihi pertumbuhan output sempat mengalami
penurunan global demand. Negara-negara yang postur ekonominya
didominasi oleh kekuatan ekspor terpukul karena pasar di negara-negara
tujuan ekspor mengalami kontraksi, penurunan tingkat output, defisit
neraca perdagangan, dan transaksi berjalan dan meningkatnya
pengangguran. Hal ini berimbas pada lemahnya permintaan. Selain
penurunan permintaan ini, negara-negara tujuan ekspor juga memiliki
tendensi proteksionis melalui penutupan akses pasar atau pendistorsian
kompetisi, sehingga mempersulit akses ke pasar-pasar tujuan ekspor.
Pada masa yang akan
datang perkembangan
ekspor Indonesia harus
berbasis pada
peningkatan keragaman
produk
Sementara itu, melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berakibat
pada melemahnya permintaan dunia dan aktivitas produksi global
memaksa tingkat persaingan produk ekspor di pasar global semakin ketat
dan harga komoditas berfluktuasi. Tantangan lain adalah adanya
kemungkinan serbuan produk impor dari negara lain, akibat dari
menurunnya permintaan produk di beberapa pasar utama ekspor dunia,
yang kemudian dialihkan ke pasar Indonesia. Dengan melemahnya
permintaan dunia, harga komoditas di pasar internasional pada 2010
tercatat moderat kecuali minyak bumi dan pangan.
Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus
berbasis pada upaya peningkatan keragaman produk dan penciptaan nilai
tambah termasuk peningkatan volume. Namun demikian, secara
keseluruhan perekonomian dunia di tahun 2010 tetap lebih baik dari
tahun 2009. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan
hanya sebesar 1,9 persen, namun di akhir 2010 tercatat sebesar 3,1
persen. Kinerja perekonomian emerging markets Asia menguat dan terus
menguat sehingga menjadi jangkar stabilisasi sekaligus dorongan
pemulihan ekonomi bagi negara-negara lain. WTO mencatat
pertumbuhan ekspor global 2010 sebesar 1,1 persen, sedangkan IMF
secara mengejutkan mencatat angka pertumbuhan ekspor global sebesar
2,47 persen.
Peran sektor
perdagangan semakin
penting dalam
perekonomian nasional,
baik secara kuantitas
maupun kualitas
Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian
nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas,
pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan
kontribusi PDB sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Secara kualitas,
semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan
yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung
7 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 sektor
industri,
pertanian,
kehutanan,
perikanan,
turisme,
pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan
pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor
perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan
pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor–impor seperti
Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta
peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan
sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern,
penyediaan kebutuhan pokok, stabilisasi harga, sinergi pengembangan
UKM dan petani di bidang perdagangan, dan pengembangan inovasi
dagang melalui entrepreneurship kreatif.
Tantangan-tantangan
baru pembangunan
infrastruktur
perdagangan
Infrastruktur perdagangan masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan
(advancement). Namun hal ini tidak hanya terlepas dari peran
Kementerian Perdagangan semata. Dukungan dari instansi terkait perlu
diakselerasi, diharmonisasi, termasuk, kebijakan di pusat dan di daerah,
lintas regional, lintas geografis, terutama di daerah-daerah tertinggal,
perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah terpencil (remote area).
Lambatnya pembangunan infrastruktur perdagangan hampir dapat
dipastikan berujung pada rendahnya pelayanan suplai barang dan jasa,
menambah cost, dan mencederai kepercayaan publik terhadap
pemerintah. Sementara itu, lingkungan eksternal yang berkembang
secara cepat dapat berdampak positif dengan terciptanya berbagai
peluang pasar, tetapi dapat juga berdampak negatif dengan munculnya
berbagai tantangan atau ancaman. Kecenderungan bisnis global
menunjukkan beberapa hal seperti keterbukaan perdagangan (trade
openness), keterkaitan secara global, kecenderungan proteksionistik,
liberalisasi perdagangan melalui blok-blok perdagangan; proses
transnasionalisasi (multi national corporations-MNCs), perkembangan
teknologi informasi yang super cepat diikuti terciptanya gap-gap
informasi perdagangan, serta mengedepannya isu lingkungan dan nonperdagangan lainnya.
Tetap mewaspadai
proteksionisme melalui
instrumen non-tariff
barrier (NTB)
Keterkaitan secara global baik dalam aspek produksi, keuangan,
pemasaran, dan aspek lainnya dalam berbisnis secara global saat ini
memberikan peluang sekaligus ancaman bagi kelangsungan bisnis dalam
negeri. Munculnya proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier
(NTB), terutama yang dilakukan oleh negara-negara maju namun diikuti
oleh sementara Negara berkembang seperti India dan China, menjadi
ancaman bagi Indonesia dalam hal akses pasar produk ekspor ke negaranegara tersebut. Sedangkan liberalisasi perdagangan melalui
pembentukan blok perdagangan yang terus berlangsung saat ini akan
menciptakan peluang dan sekaligus ancaman riil bagi Indonesia dalam
upaya peningkatan perdagangan luar negeri. Di satu sisi liberalisasi
perdagangan di dunia meningkatkan peluang pasar ekspor Indonesia,
namun di sisi lain juga meningkatkan akses pasar produk impor ke
pasaran dalam negeri karena Indonesia membutuhkan barang atau bahan
8 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 baku yang tidak diproduksi di dalam negeri. Hal ini harus diamati secara
proporsional sehingga tidak merugikan kepentingan Indonesia.
Munculnya raksasa ekonomi baru seperti China, di satu sisi merupakan
peluang bagi Indonesia untuk memperluas serta menganekaragamkan
tujuan ekspor, namun di sisi lain membuka kran impor dalam volume
dan pertumbuhan yang sangat berbeda dengan masa lalu sehingga
menciptakan defisit. Begitu pula munculnya negara-negara dengan
perekonomian yang bertumpu pada ekspor yang berkembang pesat
seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand merupakan tekanan terhadap
produk domestik, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik.
Kecenderungan negara-negara dagang meningkatkan hambatan nontarif
menuntut aspek kualitas dan standar produk Indonesia, umumnya produk
pertanian dan perikanan memperhatikan penjagaan lingkungan dan
kesehatan. Sebagai bagian upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar
nontradisional, peluang masih terbuka peluang pemanfaatan berbagai
skema perdagangan seperti imbal dagang atau alternatif perdagangan
lainnya, yang perlu lebih dioptimalkan. Sektor penunjang perdagangan
seperti perbankan dan asuransi Indonesia diharapkan menyediakan
pelayanannya di pasar-pasar berkembang.
Efektifitas sistem
logistik, sarana
prasarana perdagangan,
serta kelancaran arus
distribusi
Di sisi perdagangan dalam negeri, isu terbesar yang dihadapi adalah
terkait dengan efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan,
serta kelancaran arus distribusi antar wilayah di Indonesia. Disamping
itu, penguatan kelembagaan perdagangan dalam negeri untuk upaya
perlindungan konsumen, kemetrologian, dan persaingan usaha yang
sehat masih perlu optimalisasi. Peran sektor perdagangan bertambah
penting dengan ditandai munculnya keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai
pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kontribusi subsektor
perdagangan eceran yang semakin signifikan dalam pembentukan PDB
dan penciptaan lapangan kerja secara luas. Koridor-koridor ekonomi di
bagian timur pulau Sumatera, bagian utara pulau Jawa, poros Jawa-BaliNusa Tenggara, wilayah kepala burung Papua, Sulawesi Utara, dan poros
Kalimantan-Sulawesi pada umumnya merupakan tantangan strategis
pembangunan perdagangan.
Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi
pengangguran, diharapkan semua sektor atau lapangan usaha termasuk
sektor perdagangan mengembangkan dan memperluas kesempatan
kerja, sehingga sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk
menekan angka pengangguran sampai pada kisaran 5-6 persen pada akhir
tahun 2014 dapat tercapai (sasaran RPJMN 2010-2014).
Kendala sektor
perdagangan dan tangan
pelayanan publik
Secara umum sektor perdagangan masih menghadapi berbagai kendala,
yaitu: tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha
yang akhirnya mempengaruhi daya saing produk ekspor, lemahnya sistem
9 BAB I PENDAHULUAN LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 jaringan koneksi dan distribusi nasional yang kurang mendukung
peningkatan daya saing ekpor, meningkatnya nilai tukar rupiah riil
efektif, penurunan investasi, keterbatasan dan penurunan kualitas
infrastruktur serta masih belum memadainya perangkat hukum di sektor
perdagangan. Berbagai masalah di atas jelas relatif mempengaruhi
kinerja sektor perdagangan. Oleh sebab itu berbagai kendala harus
dipecahkan sehingga kinerja sektor perdagangan dapat meningkat.
Dari sisi internal kementerian, perbaikan kinerja manajemen
Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 mengalami akselerasi
melalui reformasi birokrasi. Otomasi perizinan dan optimalisasi
pelayanan terhadap dunia usaha menjadi tantangan besar yang harus
diwujudkan secara berkelanjutan. Hal ini terkait dengan strategi
nasional ke arah efektifitas dan efisiensi bisnis yang diharapkan mampu
mengangkat performa perdagangan dan investasi nasional, serta
membuka kemakmuran masyarakat.
10 BAB I PENDAHULUAN BAB II
PERENCANAAN DAN
KONTRAK KINERJA
A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
A.
2010 Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan
VISI
Perencanaan strategis Kementerian Perdagangan telah menghasilkan
renstra yang menjadi pedoman pencapaian kinerja optimal Kementerian
Perdagangan selama 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan strategis
mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Program
Utama Kementerian Perdagangan, dengan uraian sebagai berikut:
Visi Kementerian Perdagangan adalah:
”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing
Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”
MISI
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Kementerian
Perdagangan menetapkan 3 (tiga) Misi organisasi, yaitu:
1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas.
2. Menguatkan pasar dalam negeri.
3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi
nasional
TUJUAN
Sebagai penjabaran Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan
pembangunan perdagangan periode 2010−2014 yang ingin dicapai yaitu:
1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi perdagangan luar
negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke
negara-negara tertentu dan meningkatkan kelancaran arus barang
ekspor dan impor.
2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi
pada pelayanan publik yang optimal.
3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk
ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar
global.
4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan
internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia
dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan
dan kompleksitas.
5. Perbaikan
iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan
melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebijakan
perdagangan dalam negeri di pusat dan di daerah.
6. Peningkatan kinerja sektor perdagangan dan ekonomi kreatif
melalui fasilitasi promosi dan penciptaan kebijakan perdagangan.
7. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar
dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk
yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan
dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar
12 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 dari praktek perdagangan tidak sehat.
8. Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok di
Indonesia, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pokok
dapat terjaga.
9. Penciptaan jaringan distribusi yang efisien melalui penciptaan
sarana dan kebijakan distribusi
mendukung dan sinergis.
SASARAN
serta
layanan
logistik
yang
Sasaran strategis merupakan penjabaran tujuan organisasi Kementerian
Perdagangan yang lebih spesifik dan terukur. Sasaran yang ingin dicapai
pada masing-masing tujuan sebagaimana telah dipaparkan di atas dan
acuan bagi seluruh pelaksanaan program dan kegiatan, sebagai berikut:
TUJUAN 1
PENINGKATAN AKSES PASAR EKSPOR DAN FASILITASI EKSPOR, sasaran
yang ingin dicapai antara lain:
1. Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas, sebagai salah satu
sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai
indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara
tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin
baik; dan
3. Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga
ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang.
TUJUAN 2
MELAKUKAN PERBAIKAN IKLIM USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI
AGAR MENJADI LEBIH KONDUSIF, sasaran yang ingin dicapai antara lain:
4. Membaiknya
layanan perizinan dan non-perizinan sektor
perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online
maupun dalam hal minimasi waktu layanan.
TUJUAN 3
PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR, sasaran yang ingin dicapai adalah:
5. Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di
pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produkproduk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global; dan
6. Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang
pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan
ekspor.
TUJUAN 4
MELAKUKAN PENINGKATAN PERAN DAN KEMAMPUAN KEMENTERIAN
PERDAGANGAN DALAM DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL,
13 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 sasaran yang ingin dicapai adalah:
7. Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di
berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan
yang dihasilkan di berbagai forum internasional, yang mampu
memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional.
TUJUAN 5
PERBAIKAN IKLIM USAHA PEDAGANGAN DALAM NEGERI, sasaran yang
ingin dicapai adalah:
8. Membaiknya
layanan perizinan dan non-perizinan sektor
perdagangan dalam negeri, baik dalam hal jumlah perizinan
online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.
TUJUAN 6
PENINGKATAN KINERJA SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN,
SERTA EKONOMI KREATIF, sasaran yang ingin dicapai adalah:
9. Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh
semakin positif setiap tahunnya.
10. Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB
nasional, sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi
nasional.
TUJUAN 7
PENINGKATAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, sasaran yang ingin dicapai
adalah:
11. Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk setiap tahun.
12. Pengawasan Barang Beredar dan Jasa
TUJUAN 8
PENCIPTAAN JARINGAN DISTRIBUSI PERDAGANGAN YANG EFISIEN
sasaran yang ingin adalah:
13. Peningkatan kinerja logistik Indonesia.
TUJUAN 9
STABILISASI DAN PENURUNAN DISPARITAS HARGA BAHAN POKOK
sasaran yang ingin dicapai antara lain:
14. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga
tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat, dan
15. Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga
kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi.
14 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 1
Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan
Tahun 2010 – 2014
KEBIJAKAN
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2010−2014 telah
menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan
sektor perdagangan.
Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara
konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN
2010−2014. Arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi lima
pokok pikiran, yaitu:
1. Mengembangkan kebijakan dan diplomasi perdagangan di fora
internasional dengan senantiasa menjaga kepentingan nasional,
integritas wilayah, dan pengamanan kekayaan SDA nasional.
2. Menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
15 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
3. Menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarkelompok masyarakat
dan antardaerah.
4. Memantapkan nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka
memantapkan budaya dan karakter bangsa.
5. Menata
kelembagaan perdagangan yang
masyarakat dalam kegiatan perekonomian.
STRATEGI
mendorong
prakarsa
Berdasarkan lima pokok pikiran tersebut di atas, Kementerian
Perdagangan menetapkan beberapa langkah strategis, yaitu:
1. Pengembangan kebijakan dan diplomasi perdagangan dengan
senantiasa menjaga kepentingan nasional, integritas wilayah dan
pengamanan kekayaan SDA nasional dilakukan melalui:
a. Peningkatan partisipasi
multilateral dan regional.
dan
kepemimpinan
dalam
forum
b. Peningkatan kemitraan ekonomi dan perdagangan bilateral yang
strategis.
c. Peningkatan dan pengamanan akses pasar luar negeri.
d. Pengamanan kebijakan perdagangan dan kebijakan terkait lainnya.
2. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dilakukan
melalui:
a. Peningkatan konsumsi produk dalam negeri.
b. Peningkatan dan pengembangan ekspor.
c. Pengelolaan impor dengan baik.
d. Penciptaan iklim investasi dan perdagangan yang lebih kondusif.
e. Optimalisasi belanja pemerintah.
f.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau kawasan
perdagangan bebas seperti kawasan perdagangan bebas Batam,
Bintan, dan Karimun.
g. Peningkatan perlindungan
pengamanan pasar domestik
konsumen
dalam
negeri
serta
3. Pemerataan hasil-hasil pembangunan sehingga dapat menurunkan
kesenjangan antarkelompok masyarakat dan antardaerah dilakukan
melalui:
a. Penciptaan sistem logistik yang efisien untuk menjaga kelancaran
distribusi bahan pokok dan meminimasi disparitas harga antar daerah.
b. Fasilitasi Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM), antara lain melalui:
revitalisasi pasar tradisional, pendidikan dan pelatihan ekspor bagi
UMKM, fasilitasi produk UMKM untuk masuk dalam distribusi pasar ritel
16 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
modern, fasilitasi desain, branding dan kemasan, dan promosi.
4. Pemantapan nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka
memantapkan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui:
a. Aktivasi secara intensif gerakan Aku Cinta Indonesia yang akan memacu
rasa percaya diri bangsa untuk berkarya serta meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap produk dalam negeri dengan mengkonsumsi
produk-produk dalam negeri.
b. Pencitraan Indonesia baik ke dalam maupun ke luar negeri.
c. Pengembangan Ekonomi Kreatif yang mendukung penciptaan nilai
tambah terhadap produk-produk dalam negeri dan pengembangan jasa
kreatif yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
5. Penataan dan peningkatan peranan kelembagaan perdagangan
dilakukan melalui penataan waralaba, kemitraan usaha, distributor,
keagenan, ritel, trading house, eksportir, dan lembaga
perlindungan konsumen agar masyarakat dapat terlibat secara luas
dalam aktivitas perekonomian perdagangan.
PROGRAM
didukung 66
kegiatan
Untuk mengimplementasikan arah kebijakan dan strategi pembangunan
perdagangan 2010−2014, maka Kementerian Perdagangan akan
melaksanakan sembilan program utama yang didukung oleh 66 kegiatan.
Dari 66 kegiatan yang akan diimplementasikan terdapat 27 kegiatan
prioritas bidang dengan 5 kegiatan diantaranya akan mendukung prioritas
nasional.
Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis
Kementerian Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan
strategi nasional serta arah kebijakan dan strategi Kementerian
Perdagangan, maka dilakukan program-program kementerian yang terdiri
dari sembilan program utama, yaitu:
1. Peningkatan Perdagangan Luar Negeri;
2. Pengembangan Ekspor;
3. Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional;
4. Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri;
5. Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi;
6. Dukungan Manajemen dan
Kementerian Perdagangan;
7. Peningkatan Sarana
Perdagangan;
dan
Pelaksanaan
Prasarana
8. Pengawasan dan Peningkatan
Kementerian Perdagangan, dan
Teknis
Aparatur
Akuntabilitas
9. Penelitian dan Pengembangan Perdagangan.
17 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA Tugas
Lainnya
Kementerian
Aparatur
Negara
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
B.
2010 Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan
Peningkatan
Perdagangan Luar
Negeri
Agar kinerja dapat tercapai secara maksimal untuk mencapai tujuan-tujuan
strategis, Kementerian Perdagangan menyusun Kontrak Kinerja sebagai
acuan dalam mengimplemetasikan kegiatan pada tahun 2010. Rincian
Kontrak Kinerja yang meliputi program, indikator kinerja outcome dan
output, serta anggaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kontrak Kinerja diuraikan sebagai berikut.
1.
Peningkatan Perdagangan Luar Negeri
Program ini ditujukan untuk mendorong peningkatan pertumbuhan
ekspor barang dan jasa yang menitikberatkan pada fasilitasi
perdagangan (trade facilitation) dan peningkatan daya saing. Program
ini memiliki sasaran strategis untuk meningkatnya pertumbuhan ekspor
non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan nasional dan
penyerdehanaan perijinan perdagangan luar negeri.
Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan
pertumbuhan ekspor non migas sebesar 7%, jumlah perijinan online
sebanyak 40 jenis, dan Jumlah hari waktu pelayanan menjadi selama 4
(empat) hari. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga menargetkan
Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang
dilayani melalui INATRADE mencapai sebanyak 1500 pengguna.
Pengembangan Ekspor
2.
Pengembangan Ekspor
Program ini dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekspor Nasional
dengan menitikberatkan pada upaya pengembangan produk yang
berdaya saing, promosi dan penyediaan informasi pasar yang akurat
dan terpercaya.
Program ini memiliki sasaran strategis yaitu untuk Perbaikan citra
produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan
mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor. Pada tahun 2010 ini,
Kementerian perdagangan menargetkan skor dimensi dalam Simon
Anholt Nation Brand Index (NBI) mencapai angka 44 dan Concentration
Ratio pada 5 (lima) negara tujuan besar (CR) mencapai 47%, dan
jumlah penyelenggaran ITPC menjadi sebanyak 20 ITPC.
Peningkatan
Kerjasama
Perdagangan
Internasional
3.
Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
Program ini dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan ekspor
barang dan jasa yang menitikberatkan pada peningkatan diplomasi
perdagangan (trade diplomacy) dan pengamanan perdagangan (trade
defense). Beberapa arah program ini ditujukan untuk Peningkatan
Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional,
Peningkatan kerjasama di bidang perdagangan jasa, Peningkatan
kerjasama dan perundingan, dengan mengoptimalkan, Peningkatan
pengamanan dan perlindungan akses pasar, dan Peningkatan
tatakelola yang baik.
18 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Sasaran strategis program ini yaitu untuk Meningkatnya intensitas
keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan
meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan diberbagai forum
internasional yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan
nasional. Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan
Jumlah hasil Perundingan Perdagangan Internasional (Agreement,
Kerjasama Komoditi, MRA, MOU, Agreed Minutes, Declaration, Chair
Report) mencapai 140 perundingan.
Pengembangan dan
Pengamanan
Perdagangan Dalam
Negeri
4.
Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri
Pada program pengembangan dan pengamanan perdagangan dalam
negeri ini, Kementerian Perdagangan memiliki 2 (dua) fokus perhatian
yakni untuk pertama, menunjang penguatan perdagangan dalam
negeri, dan kedua mendukung standarisasi dan perlindungan
konsumen.
• Program ini dilakukan untuk mendukung pengembangan dan
penguatan perdagangan dalam negeri yang menitikberatkan pada
pengembangan sistem distribusi nasional dan penguatan
kelembagaan perdagangan serta pengamanan pasar dalam negeri.
Program ini memiliki sasaran strategis yakni Penyerdehanaan
Perijinan Perdagangan Dalam Negeri. Pada tahun 2010 ini, untuk
mendukung program ini, Kementerian Perdagangan menargetkan
Jumlah Perijinan Online yang dapat diterbitkan sebanyak 12 Jenis
dan Jumlah hari waktu penyelesaian pelayanan selama 6 (enam)
hari.
• Program ini memiliki kesamaan dengan program Perdagangan
Dalam Negeri yang telah dijelaskan sebelumnya, namum
terdapat perbedaan penakanan, yaitu fokus pada aspek
Standarisasi dan Perlindungan Konsumen. Program ini memiliki
sasaran strategis terbentuknya lembaga yang dapat melindungi
konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan konsumen.
Dengan program ini, Kementerian perdagangan menargetkan
pada tahun 2010 ini, Jumlah BPSK yang terbentuk dan berfungsi
sebanyak 50 BPSK.
Peningkatan Efisiensi
Pasar Komoditi
5.
Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi
Program ini dilakukan untuk mendukung penciptaan jaringan distribusi
dan pasar komoditi yang efisien melalui optimalisasi pemanfaatan
kegiatan pengelolaan resiko dan pembentukan harga bagi dunia usaha;
peningkatan efektivitas dan efisiensi sistem resi gudang; dan
peningkatan kapasitas pasar lelang dan pasar fisik terorganisir.
Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan adanya
peningkatan jumlah Gudang yang masuk skema SRG menjadi sebanyak
45 Gudang dan Jumlah cakupan komoditi sebanyak 7 (tujuh) komoditi,
daerah menjadi 7 (tujuh) cakupan daerah dan kontributor dalam
19 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
sistem informasi harga sebanyak 160 orang.
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
Kementerian
Perdagangan
6.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Perdagangan
Program ini dilaksanakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas dan fungsi yang diemban Kementerian Perdagangan. Program ini
memiliki (usulan) sasaran strategis yakni Meningkatnya kontribusi PDB
Industri kreatif terhadap PDB nasional sebagai salah satu alternatif
baru penggerak ekonomi nasional. Untuk mencapai sasaran program
ini, Kementerian Perdagangan menargetkan pada tahun 2010
Prosentase kontribusi industri kreatif pada PDB sebesar 2%. Melalui
target ini, program ini mengedepankan arah pelaksanaannya pada
Pengembangan standar bidang perdagangan, Pemberdayaan Dagang
Kecil dan Menengah, dan Pengembangan Ekonomi Kreatif.
20 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 2010 BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA TAHUN 2010
A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
A.
2010 Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun
2010
Kinerja perdagangan
tahun 2010
menunjukkan hasil yang
optimal.
Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum
Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah,
maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Tahun 2010 di lingkungan Kementerian Perdagangan.
Indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Perdagangan disusun
dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,
Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2010-2014, serta
dengan mengakomodasikan keinginan stakeholder. Kinerja Perdagangan
dalam waktu satu tahun menunjukkan hasil pengukuran yang cukup baik
terhadap target hampir diseluruh indikator kinerja utama yang menjadi
indikator sasaran pembangunan perdagangan tahun 2010. Kilas capaian
sasaran kinerja Kementerian Perdagangan dari Oktober 2009 sampai
dengan Oktober 2010 sebagai berikut:
Tabel 1
Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010
No
Misi Perdagangan dan Indikator Kinerja
Utama
a. Prosentase Pertumbuhan Ekspor Non Migas
b.
Concentration ratio pada 5 negara
tujuan ekspor terbesar (CR5)
c.
Kontribusi Ekspor diluar 10 produk
utama
d.
e.
Prosentase
Capaian (%)
7 % - 8.5 %
33,02% *)
471,7%
43% – 47%
48,80%
96,31%
53%-60%
52,4%
98,8%
40 ijin
53 ijin
132,5%
590 – 605
komoditi
887 komoditi
146,6%
140 Perundingan
140
Perundingan
100%
Jumlah Perijinan online
Jumlah Komoditi dengan RCA >1
komoditi
f. Jumlah hasil perundingan internasional
3
Realisasi
2010
MISI I: Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas
1
2
Target 2010
MISI II: Menguatkan Pasar Dalam Negeri
a. Jumlah Perijinan online Perdagangan
Dalam Negeri
b. Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian
perdagangan dalam negeri
c. Prosentase Kontribusi Industri Kreatif pada
PDB
d. Jumlah BPSK yang berfungsi
9 jin
12 ijin
133%
6 hari
6 hari
100%
2%
7,3%
365%
50 BPSK
54 BPSK
108%
MISI III: Menjaga Ketersediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional
a. Peningkatan skor Logistic Performance
Index (LPI) dari tahun 2009
b. Prosentase Rata-rata Penurunan Koefisien
Variasi Harga (KVH) Komoditi
c. Rasio variasi harga komoditi tertentu di
dalam dan luar negeri
d. Penurunan disparitas harga antar provinsi
23 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 0,5 poin
0,49 poin
99,7%
5%-9%
4,3%
86%
<1
0,3
100%
1,5 – 2,5
1,74
100%
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Dari capaian indikator kinerja utama tersebut dalam tabel, terlihat bahwa
hampir semua indikator kinerja Kementerian Perdagangan sesuai dengan
yang ditargetkan pada awal tahun, maupun yang telah ditetapkan dalam
Renstra. Capaian indikator kinerja utama ini bersama dengan indikatorindikator kinerja lainnya akan dibahas lebih lanjut di bagian evaluasi.
ungan Menteri Perdagangan di pelabuhan
Kebijakan Kementerian
Perdagangan selalu
mengupayakan
antisipatif terhadap isuisu perdagangan
Kunj
Kementerian Perdagangan telah berusaha untuk merumuskan kebijakan
yang mengantisipasi perubahan faktor-faktor ekonomi dunia yang terjadi
selama tahun 2009 – 2010, serta menampung aspirasi-aspirasi pelaku usaha
dalam negeri sehingga dapat mendukung iklim usaha yang kondusif. Pada
tabel di atas, diketahui jumlah kebijakan yang diterbitkan kementerian
perdagangan melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini memberikan
kesan positip, bahwa Kementerian Perdagangan mengupayakan secara
teratur dan responsif terhadap isu-isu perdagangan.
Salah
satu
implementasi
kebijakan
tersebut
adalah
dengan
menyederhanakan prosedur perijinan bidang perdagangan luar negeri dan
perdagangan dalam negeri secara online. Berdasarkan dari target tahun
2010 sebanyak 9 (Sembilan) ijin harus telah online, bahkan capaian yang
terlaksana melebihi target yaitu 12 ijin. Seiring dengan konsep
penyederhanaan ijin ini, capaian dan target penyelesaian waktu perijinan
juga ditetapkan selama 6 (enam) hari telah tercapai. Capaian lain juga
juga ditunjukkan adanya target pembangunan 50 BPSK pada tahun 2010
telah tercapai melebihi target yakni 54 BPSK. Pembangunan ini untuk
meningkatkan pengawasan dan memberikan perlindungan konsumen yang
semaksimal mungkin.
Setelah mengalami penurunan ekspor non-migas pada tahun 2009, ratarata pertumbuhan ekspor non migas telah kembali meningkat pada Agustus
2009–Agustus 2010 sebesar 26,32 %, melampaui target Renstra sebesar 78,5%. Perbaikan kualitas produk ekspor Indonesia mampu meningkatkan
daya saing produk ekspor diluar 10 produk utama. Perbaikan kualitas ini
mendorong peningkatan persentase jumlah(nilai) produk ekspor diluar 10
produk utama yang mencapai 52,4% pada tahun 2010, dari 52% pada tahun
24 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 2009. Pencapaian tersebut masih 98,87% dari target yang ditetapkan pada
RENSTRA 2010-2014 sebesar 53%-60%, namun lebih tinggi dari capaian
2009.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan telah mencatat bahwa
pencapaian target koefisien variasi harga (KVH) bahan pokok, yakni
indikator disparitas harga bahan pokok, berada mendekati target 5%-9%,
yakni 4,3%. Artinya perbedaan harga diupayakan relatif sama antara
daerah yang satu dengan yang lain, sehingga dapat mencegah terjadinya
ketimpangan pasokan bahan pokok antara daerah yang satu dengan yang
lain. Selain itu juga, untuk Logistic Performance Index (LPI) menunjukkan
capaian kinerja yang sesuai target yaitu 2,67, sehingga dapat mendukung
distribusi perdagangan yang efisien.
Kementerian Perdagangan sangat optimis bahwa target 2014, seperti yang
telah tertuang dalam Renstra, akan tercapai melihat kondisi awal kinerja
tahun 2010 ini mempunyai kecenderunga yang baik. Dukungan keinginan
yang kuat dari Pemerintah secara keseluruhan, memberikan peluang bagi
Kementerian Perdagangan untuk mencapai visi-misi pembangunan
perdagangan yakni menjadikan perdagangan sebagai sektor penggerak
pertumbuhan dan daya saing ekonomi.
B.
Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan
Tahun 2010
Hasil evaluasi
indikator kinerja
menggambarkan
perkembangan capaian
sasaran
Analisis dan evaluasi akuntabilitas akan menjabarkan hasil evaluasi
capaian indikator-indikator kinerja Kementerian menurut sasaran yang
tertuang dalam Rencana Strategis secara lebih terperinci dalam
menggambarkan perkembangan setiap sasaran dan indikator-indikatornya.
Subbab ini juga mengulas kembali capaian IKU yang telah dijelaskan
sebelumnya, sehingga terlihat keterkaitan antara IKU dan indikator lainnya
dalam mencapai sasaran yang ditentukan.
Metodologi pengukuran pencapaian dalam indikator kinerja secara umum
digunakan dua jenis rumus yang tersedia 3, yang dipakai dengan
mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi.
Penggunaan rumus pertama, akan tepat digunakan apabila kondisi capaian
realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukkan
pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk
realisasi capaian menunjukkan hubungan linear. Sedangkan rumus kedua
akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan
semakin tinggi/rendah realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang
semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik. Adapun Evaluasi
dan analisis secara rinci dari masing-masing sasaran yang terdapat di
dalam 3 (tiga) misi Kementerian Perdagangan yang diuraikan sebagai
berikut.
3
Diambil dari Pedoman Sakip Kementerian Perdagangan Tahun 2010 25 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 MISI I:
PENINGKATAN KINERJA
EKSPOR NONMIGAS
BERKUALITAS
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas
“Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas, sebagai salah satu sumber
utama pertumbuhan ekonomi nasional”
Kinerja pertumbuhan
ekspor nonmigas jauh
melampaui target
Secara umum, kinerja Kementerian Perdagangan pada sasaran pertama ini
telah memberikan capaian yang baik terlihat dari angka realisasi rata-rata
yang mendekati target. Bahkan realisasi indikator kinerja pertumbuhan
ekspor non-migas sebesar 33,02% atau sekitar 3,5 kali lipat dari yang
ditargetkan sebesar 7%. Capaian masing-masing indikator-indikator kinerja
sasaran pertama ini -selanjutnya disingkat menjadi IK- dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1
No
Indikator Kinerja
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
% pertumbuhan ekspor non migas
nasional
7%
33,02%
471,7%
2
Jumlah rekomendasi kebijakan
peningkatan ekspor dan investasi
1 rekomendasi
1 rekomendasi
100%
3
Jumlah PP tentang Kawasan
Ekonomi Khusus
1 PP
2 PP
200%
4
Jumlah peraturan perdagangan yang
dilimpahkan ke KEK
1 peraturan
0 Peraturan
0%
5
Jumlah penerbitan eksportir
terdaftar
243 ET
456 ET
187,65%
6
Jumlah penerbitan surat
persetujuan ekspor
900 SPE
887 SPE
98,56%
7
Jumlah partisipasi pada forum
kerjasama komoditas ekspor di
dalam dan luar negeri
22 partisipasi
forum
20 Forum
90,90%
8
Jumlah komoditi yang diberikan
bimbingan teknis di bidang ekspor
14 komoditi
13 Komoditi
92,86%
9
Jumlah rumusan kebijakan ekspor
dan impor
19 kebijakan
25 kebijakan
131,8%
10
Jumlah penerbitan pengakuan
sebagai Importir Produsen (IP)
2000 IP
1593 IP
79,65%
(%)
1
Capaian
27 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Comment [c1]: Draft LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-1
Prosentase
Pertumbuhan Ekspor
Non-migas Nasional
Posisi ekspor Indonesia pada paruh pertama 2010 lebih tinggi kenaikannya
dibanding ekspor dunia, yaitu sekitar 45 persen dari periode yang sama
tahun sebelumnya. Selanjutnya total ekspor 2010 sebesar US$ 157,7 miliar
merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia, naik 35%
dibanding ekspor 2009 yang hanya sebesar US$ 116,5 miliar. Ekspor
nonmigas 2010 mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 129,7 miliar,
meningkat 33,02% dibanding 2009, yang berarti 3,5 kali lipat di atas target
RPJM sebesar 7%-8,5%. Ekspor non migas Desember 2010 mencapai rekor
tertinggi untuk ekspor bulanan sebesar US$ 13,5 miliar, meningkat 24,6%
dibandingkan Desember 2009.
Rata-rata ekspor non migas bulanan meningkat bila dibandingkan dari
tahun 2009 sebesar US$ 9,0 miliar menjadi US$ 10,8 miliar pada tahun
2010. Peningkatan ini tampaknya akan terus cenderung meningkat (lihat
Gambar 2), seiring dengan semakin bergairahnya ekonomi dan investasi
dalam negeri yang dapat memacu perkembangan ekspor non migas
Indonesia. Gambar 2
Ekspor Non Migaspdari Jan 2009
- Desember 2010
g
US$ Miliar
Persen
200
15.0
12.5
Rata ‐ rata nilai ekspor non migas bulanan 2010 sebesar US$ 10,8 miliar
Rata ‐ rata nilai ekspor non migas bulanan 2008 sebesar US$ 9,0 miliar
150
10.0
100
7.5
Growth rate (yoy)
50
5.0
Moving p.a growth rate
0
2.5
Growth rate m to m
-50
0.0
Jan'09Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov DesJan'10Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
Sumber: BPS (diolah) Surplus perdagangan
2010 Mencapai US$
22.0 miliar
Total ekspor selama 2010 adalah sebesar US$ 157,7 miliar dimana dari
nilai tersebut Ekspor non-migas mencapai US$ 129,67 miliar. Total impor
selama 2010 adalah sebesar US$ 135,6 miliar dengan nilai impor nonmigas sebesar US$ 108,24 miliar. Surplus perdagangan 2010 mencapai
US$ 22.1 miliar, terdiri dari surplus non-migas US$ 21.4 miliar dan migas
US$ 0,6 miliar. Surplus perdagangan non migas tahun 2010 adalah
tertinggi sejak memasukkan nilai impor kawasan berikat di tahun 2008.
Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan surplus perdagangan
non-migas 2009 yang mencapai US$ 19,6 miliar.
Pada paruh pertama 2010, neraca perdagangan menunjukkan surplus di
atas 1 miliar USD, kecuali pada bulan April dan Juni. Selanjutnya pada
paruh kedua, bulan Juli terjadi defisit namun surplus kembali di bulan
28 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Agustus. Pada bulan September hingga Desember 2010, surplus bulanan
menembus 2 miliar USD, dengan catatan bulan Desember 2010 mencapai
angka 3,7 miliar USD.Dibandingkan dengan kinerja tahun 2009, surplus
perdagangan bulan September dan November masih di bawah 2 miliar
USD. Sedangkan di bulan Desember 2009 sekalipun menembus 3 miliar
USD namun masih di bawah capaian surplus perdagangan Desember
2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor non-migas
Indonesia tahun 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik yang
akhirnya memiliki dampak positif terhadap neraca perdagangan
Indonesia tahun 2010. Meskipun hal ini bukan hanya hasil kinerja
Kementerian Perdagangan, namun Kementerian Perdagangan memiliki
peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor
non-migas tersebut.
Tabel di bawah menunjukkan neraca perdagangan Indonesia secara
bulanan pada tahun 2009 dan 2010.
Tabel 3
Kinerja Ekspor Indonesia (2009-2010)
TAHUN
2010
2009
BULAN
EKSPOR
Dec
Nov
Oct
Sept
Aug
Jul
Jun
May
April
Mar
Feb
Jan
Jan-Dec
Dec
Nov
Oct
Sept
Aug
Jul
Jun
May
April
Mar
Feb
Jan
Jan-Dec
16.783,4
15.338,2
14.399,6
12.181,6
13.706,2
12.486,9
12.293,5
12.656,6
12.035,2
12.774,4
11.166,5
11.595,9
157.732,6
13.382,5
10.775,4
12.242,7
9.842,6
10.545,4
9.684,1
9.381,5
9.253,0
8.454,0
8.614,7
7.080,4
7.153,3
116.510,0
Ekspor
nonmigas
13.511,0
12.586,3
11.557,7
10.098,7
11.766,1
10.605,5
10.392,0
10.287,4
9.830,6
10.605,8
8.991,2
9.251,0
129.679,9
10.826,0
8.438,0
10.131,2
8.092,9
8.913,0
8.195,2
7.929,4
8.157,3
7.200,0
7.333,1
6.056,0
6.206,2
97.491,7
IMPOR
13.089,5
13.071,0
12.120,0
9.654,1
12.220,8
12.625,9
11.713,2
9.980,4
11.235,8
10.972,6
9.498,1
9.490,5
135.606,1
10.326,6
8.814,7
9.430,1
8.516,6
9.297,6
8.683,3
7.935,5
7.846,7
6.706,8
6.554,1
5.815,5
6.600,6
96.829,2
IMPOR
nonmigas
10.496,2
10.124,0
9.735,6
7.653,9
10.014,0
10.518,0
9.323,7
8.003,8
8.712.8
8.720,6
7.452,6
1.936,9
108.243,2
8.223,2
6.983,8
7.514,0
6.145,3
7.818,9
6.846,5
6.493,7
6.546,1
5.474,5
5.624,1
5.044,9
5.319,1
77.848,5
(juta USD)
Neraca
Perdagangan
3.693,9
2.267,2
2.279,6
2.527,5
1.485,4
(139,0)
580,3
2.676,2
799,4
1.801,8
1.668,4
2.105,4
22.126,5
3.001,9
1.960,7
2.812,6
1.326,0
1.247,8
1.000,8
1.446,0
1.412,3
1.747,2
2.060,6
1.264,9
552,7
19.680,8
Keterangan Desember 2010 adalah angka sementara
Sumber: BPS
Kontribusi ekspor nonmigas 2010 mencapai
82,22% terhadap total
ekspor Indonesia
Berdasarkan Tabel 4, kontribusi ekspor non-migas rata-rata 2010 sangat
tinggi terhadap total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 82,22% dibandingkan
dengan rata-rata kontribusi ekspor migas 2010 sebesar 17,78%. Kinerja
ekspor Indonesia saat ini mengalami diversifikasi dengan mulai
29 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 meningkatnya ekspor produk non migas tidak hanya produk utama tetapi
produk lainnya. Penguatan ekspor non migas selama tahun 2010 didorong
oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya, peningkatan tertinggi terjadi pada sektor
pertambangan naik sebesar 35,36% disusul peningkatan ekspor di sektor
industri sebesar 33,47%, peningkatan pertanian 14,90% dan di sektor lainnya
sebesar -8,33%. Tabel 4
Perkembangan Ekspor Indonesia Menurut Sektor
Tahun 2009 - 2010
Periode
Migas
2009
Perub
'10/'09
(%)
2010
Peran thd Total
Ekspor (%)
2009
2010
19.018,0
28,052.7
47,50
16,32
17,78
- Minyak Mentah
7.820,3
10395.0
32,92
6,71
6,59
- Gas Alam
8.935,7
13706.3
53,39
7,67
8,69
- Minyak Olahan
2.262,3
3951.4
74,66
1,94
2,50
97.491,7
129,679.9
33,02
83,68
82,22
4.352,8
5,001.3
14,90
3,74
3,17
73.435,8
98,013.2
33,47
63,03
62,14
Non Migas
- Pertanian
- Industri
- Pertambangan
Total
19.703,1
26,655.5
35,36
16,91
16,90
116.510,0
157,732.6
35,38
100,00
100,00
Sumber: BPS
Gambar 3
Peran Terhadap Total Ekspor (Pangsa Ekspor Migas dan Non Migas)
Tahun 2004 - 2010
Comment [P2]: 18%
16%
21%
19%
21%
80
22%
100
22%
120
78%
79%
81%
79%
84%
82%
40
78%
60
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
20
0
% NONMIGAS
Sumber: BPS, (diolah)
30 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 % MIGAS
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pangsa ekspor
nonmigas Indonesia
sejak tahun 2004
sampai 2010 terus
meningkat
Berdasarkan Gambar 3, Komposisi pangsa ekspor nonmigas dan ekspor
migas selama 2004-2010 menunjukkan persentase ekspor nonmigas (dengan
pembulatan) berturut-turut 78% (2004), 78% (2005), 79% (2006), 81%
(2007), 79% (2008), 84% (2009), dan 82% (2010). Rata-rata pangsa ekspor
nonmigas selama tahun 2004 – 2009 adalah 80,14%. Kecenderungannya
adalah ekspor non migas akan stabil dan tetap perlu dipertahankan pada
perolehan nilai pangsa rata-rata.
Peluncuran ekspor perdana kopi ke Dubai oleh Menteri Perdagangan Menteri Perdagangan meninjau pabrik pulp & paper di Riau pada
saat peluncuran ekspor Pulp & Paper
31 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Indonesia di urutan ke
30 eksportir dunia
Keberhasilan ekspor Indonesia selama ini telah menempatkan Indonesia di
urutan ke 30 (berdasarkan nilai ekspor) eksportir dunia dengan
kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2007. Sedangkan di
sektor regional (berdasarkan nilai ekspor), pada tahun 2009 Indonesia
berada pada posisi di urutan ke-10 eksportir di Asia dengan nilai US$ 131,68
miliar tumbuh dengan trend sebesar 7.99% selama periode 2005-2009.
Posisi pertama (berdasarkan nilai ekspor) ditempati oleh China dengan niai
US$ 1,338 miliar trend pertumbuhan sebesar 10.04%. Secara rinci, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar ....
Tabel 1
Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2005 3,507 976 638 291 2006 4,126 1,187 692 341 2007 4,750 1,436 765 380 2008 5,524 1,643 826 416 2009 4,154 1,338 606 337 Trend (%) 05‐09 6.51 10.04 0.76 5.02 241 276 309 316 247 1.86 ‐21.79 169 159 103 115 137 105 192 200 125 135 158 123 212 215 158 158 178 141 237 320 196 184 190 168 188 171 150 149 140 132 4.38 6.47 12.77 8.59 2.26 7.99 ‐20.64 ‐46.46 ‐23.41 ‐19.20 ‐26.43 ‐21.49 Nilai (juta USD) Negara Total China Japan Korea, Rep. Taiwan, China Malaysia Saudi Arabia India Thailand Singapore Indonesia Sumber: Kementerian Perdagangan
Gambar 4
Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)
Sumber: Kementerian Perdagangan
32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Perubahan (%) '09/08 ‐24.80 ‐18.58 ‐26.57 ‐18.98 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 5
Kecenderungan Pertumbuhan Ekspor dan Impor Indonesia
Tahun 2004 - 2009
1.1
15,000.0
1.1
15,000.0
1.0
12,000.0
1.0
12,000.0
0.9
9,000.0
0.9
9,000.0
0.8
6,000.0
0.8
6,000.0
0.7
3,000.0
0.7
3,000.0
0.6
0.0
0.6
0.0
2004
2005
2006
Nilai Ekspor Dunia
2007
2008
(%)
18,000.0
US$ Miliar
US$ Miliar
1.2
2009
Pangsa Ekspor Indonesia (%)
Impor
Ekspor
18,000.0
0.5
2004
2005
Nilai Impor Dunia 2006
2007
2008
2009
Pangsa Impor Indonesia Sumber: BPS (diolah)
IK-2
Jumlah Rekomendasi
Kebijakan Peningkatan
Ekspor dan Investasi
Kegiatan Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi merupakan kegiatan
yang lintas sektoral dan mencakup bidang yang sangat luas Dalam rangka
peningkatan ekspor dan peningkatan investasi, kementerian Perdagangan
tergabung dalam Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi
(Timnas PEPI) yang juga dikoordinir oleh Kemenko Perekonomian. Beberapa
hasil yang telah dicapai selama tahun 2010 antara lain terkait dengan
perubahan kelembagaan dan penetapan kebijakan yang sifatnya lintas
sektoral.
Rekomendasi kebijakan yang telah dihasilkan yaitu yang terkait dengan
peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Dalam hal ini terkait dengan
koordinasi penetapan kebijakan Bea Keluar Kakao dengan Kementerian
Keuangan serta koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan yang terkait
dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan
Karimun (BBK).
Terkait dengan kelembagaan, perubahan struktur Timnas PEPI yang pada
tahun sebelumnya terdiri dari 4 (empat) Pokja menjadi 2 (dua) Pokja yaitu
Pokja Ekspor dimana Kementerian Perdagangan menjadi leading sector, dan
Pokja Investasi dengan leading sector BKPM.
Dengan demikian, capaian peningkatan ekspor dan peningkatan investasi
pada tahun 2010 menghasilkan capaian 100% yang menunjukkan keberhasilan
yang cukup baik.
Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi juga telah dilaksanakan pada
tahun 2009 yang menghasilkan satu laporan kebijakan peningkatan ekspor
dan peningkatan investasi. Dengan demikian, maka realisasi dan capaian
peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada tahun 2009 dan 2010
menunjukkan kinerja yang sama. Hal ini dapat dibuktikan melalui
peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 sebagaimana
telah dijelaskan melalui indikator pertumbuhan Ekspor non-migas.
33 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-3
Jumlah PP tentang
Kawasan Ekonomi
Khusus
Jika pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan di bawah koordinasi
Kementerian Perekonomian telah berhasil menyusun Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, maka pada tahun 2010
ini, masih di bawah koordinasi dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian,
Kementerian
Perdagagan
bersama-sama
dengan
kementerian atau lembaga lainnya (Dewan Nasional KEK) telah berhasil
menyusun beberapa peraturan pelaksana tentang KEK. Beberapa peraturan
pelaksana yang telah diterbitkan adalah:
1. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus, dan
2. Peraturan Presiden Nomor 33 tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan
Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.
Selain itu, Dewan Nasional KEK juga telah menyiapkan draft peraturan
pelaksana lainnya yaitu RPP Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus. Draft ini memuat ketentuan-ketentuan mendasar tentang
pembentukan dan penyelenggaraan KEK seperti persyaratan pengusulan
KEK, ketentuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan pendelegasian
kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada Administrator KEK
dan lain-lain. Draft PP tersebut sudah final di tingkat Dewan Nasional dan
telah diajukan kepada Presiden untuk ditandatangani.
Terbitnya beberapa peraturan pelaksana sebagaimana tersebut di atas
tentu saja menjadi landasan hukum yang sangat penting dalam kelancaran
tugas Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Hal ini juga
mencerminkan keberhasilan Dewan Nasional KEK dalam pelaksanaan
pengembangan KEK.
Jika pada tahun 2010, indikator pengembangan KEK dalam upaya
peningkatan Ekspor non-migas adalah jumlah PP tentang KEK, maka pada
tahun 2009, indikator pengembangan KEK adalah terbitnya Undang-Undang
tentang KEK yang merupakan dasar hukum awal terbentuknya KEK di
Indonesia. Hal ini telah terealisasi melalui terbitnya Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus sehingga menunjukkan
capaian kinerja 100%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja tahun 2010
sebesar 200% adalah sangat baik jika dibandingkan capaian tahun 2009.
Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari peran aktif kementerian
perdagangan dan instansi lainnya dalam pengembangan KEK.
IK-4
Jumlah Peraturan
Perdagangan yang
Dilimpahkan ke KEK
Dalam rangka mendukung pengembangan KEK dan menciptakan iklim usaha
yang kondusif bagi sektor investasi, Kementerian Perdagangan pada tahun
2010 menargetkan penetapan 1 (satu) kebijakan yang mengatur tentang
pendelegasian kewenangan penerbitan perizinan di bidang perdagangan
kepada Administrator KEK.
Kementerian Perdagangan dalam hal ini sangat pro-aktif dalam menyusun
konsep peraturan (Permendag) dimaksud dengan melakukan penyusunan
34 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Draft Permendag sejalan dengan penyusunan konsep RPP Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Penyusunan Draft Permendag
tersebut telah final di tingkat Kementerian Perdagangan dan juga sudah
dibahas pada rapat sinkronisasi peraturan yang terkait dengan KEK dengan
instansi terkait di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian.
Draft final peraturan tersebut sebenarnya sudah dapat ditetapkan sebagai
peraturan menteri, namun demikian salah satu dasar hukum peraturan
tersebut adalah Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa peraturan
tersebut masih dalam bentuk RPP dan belum dapat ditetapkan sebagai PP
karena masih menunggu ditandatangani Presiden.
Dengan demikian, maka draft Permendag tersebut belum dapat ditetapkan
sebagai Peraturan Menteri Perdagangan. Meskipun realisasi terhadap
indikator kinerja ini masih 0 (nol) karena belum ditetapkannya peraturan
menteri tersebut, namun kementerian perdagangan telah memiliki final
draft yang akan ditandatangani segera setelah ditetapkannya RPP Tentang
Penyelenggaraan KEK.
Meskipun capaian ini masih 0% namun tidak dapat katakan bahwa hal ini
mutlak kelalaian kementerian, karena hal ini disebabkan oleh faktor
eksternal yang ada di luar kendali Kementerian Perdagangan.
Secara keseluruhan, capaian pengembangan KEK selama tahun 2010 lebih
baik dibandingkan tahun 2009 mengingat beberapa capaian yang telah
diperoleh. Jika pada 2009, capaian yang diperoleh adalah penetapan UU 39
Tahun 2009 Tentang KEK sementara capaian tahun 2010 adalah 2 (dua)
peraturan pelaksana yang terkait dengan pengembangan KEK dan 1 (satu)
draft peraturan menteri.
IK-5
Jumlah Penerbitan
Eksportir Terdaftar
Penerbitan Eksportir Terdaftar (ET) bertujuan untuk menginventarisir,
mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor, baik ekspor produk
pertanian dan kehutanan serta industri dan pertambangan yang
ditataniagakan. Selain itu, penerbitan eksportir terdaftar juga ditujukan
untuk mengetahui perkembangan ekspor komoditi yang dianggap sangat
strategis. Penerbitan ET terdiri dari ETPIK, ETK/EKS, ETR, ET Timah dan ET
Prekursor. Penerbitan ET selama tahun 2010 merupakan penerbitan RT
untuk beberapa komoditi yaitu komoditi Timah, Prekursor, Kopi, Rotan dan
Kayu serta produk industri kehutanan.
Penetapan ET, selain dikategorikan berdasarkan komoditi juga
dikategorikan berdasarkan ET yang baru maupun ET yang sifatnya
Perpanjangan. Total Penerbitan ET pada tahun 2010 adalah sejumlah 493
ET. Dari jumlah tersebut 93 % merupakan ET komoditi pertanian dan
kehutanan dan 62 % merupakan Penetapan ET baru.
35 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 6
Eksportir Terdaftar (ET) Berdasarkan Jenis dan Pengajuan
Sumber: Kementerian Perdagangan
Penerbitan ET sejumlah 456 ET pada tahun 2010 melampaui target yang
ditetapkan sebesar 243 ET sehingga capaian kinerja Tahun 2010 adalah
sebesar 187,65% yang mencerminkan keberhasilan yang sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan Kementerian Perdagangan dalam
menginventarisir dan mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor
menunjukkan kinerja yang baik sehingga mampu mendorong upaya
peningkatan ekspor non-migas.
Meskipun pencapaian Tahun 2010 sangat baik jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan, namun pencapaian tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 681 ET.
IK-6
Jumlah Penerbitan
Surat Persetujuan
Ekspor
Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor dilaksanakan dalam rangka
pelaksanaan pengawasan ekspor terutama untuk produk sumber daya alam
seperti produk pertambangan dan produk pertanian dan kehutanan. SPE
merupakan persyaratan bagi para eksportir pada saat melakukan ekspor
beberapa komoditi yang diatur.
Pada tahun 2010, realisasi penerbitan SPE berjumlah 1022 SPE dari 900 SPE
yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik yang
menghasilkan capaian sebesar 98,56%. Dari 887 SPE, 491 SPE (55,4%)
diterbitkan untuk komoditi pertanian dan kehutanan dan 396 SPE (44,6)
diterbitkan untuk komoditi industri dan pertambangan. Penerbitan SPE
pada tahun 2010 sedikit lebih kecil (98,56%) target yang ditetapkan yaitu
sejumlah 900 SPE.
Meskipun pencapaian Tahun 2010 cukup baik meskipun sedikit lebih kecil
dari target yang ditetapkan. Pencapaian tersebut juga lebih kecil
dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 yang berjumlah 951 ET. Meskipun
jumlah SPE yang diterbitkan pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan
dengan penerbitan SPE pada tahun 2009, namun nilai ekspor non-migas
tahun 2010 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini mungkin
disebabkan perbedaan nilai/harga komoditi ekspor pada tahun tersebut.Hal
ini menunjukkan keberhasilan Kementerian Perdagangan dalam memenuhi
komitmen dalam peningkatan pertumbuhan ekspor non-migas melalui
36 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Ekspor produk bernilai tambah tinggi.
Gambar 7
Komposisi Surat Persetujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi
IK-7
Jumlah Partisipasi
pada Forum Kerjasama
Komoditas Ekspor di
Dalam dan Luar Negeri
Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah berpartisipasi aktif
dalam forum kerjasama komoditi ekspor di dalam dan luar negeri.
Kerjasama sebagaimana dimaksud merupakan kerjasama lintas sektoral
yang terkait dengan beberapa komoditi ekspor seperti kopi, lada, karet,
perikanan, CPO, pupuk, alas kaki, tekstil serta komoditi produk
pertambangan seperti timah dan batubara. Forum kerjasama yang diikuti
Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 ini sebanyak 20 forum dari 22
forum yang ditargetkan dengan tingkat hasil capaiannya sebesar 90,90%.
Forum kerjasama komoditas ekspor yang dilakukan antara lain bertujuan
untuk melakukan evaluasi terhadap mekanisme ekspor pupuk urea, timah
dan batubara. Terkait dengan produk pertambagan kerjasama ini ditujukan
dalam rangka peningkatan nilai tambah ekspor produk pertambangan sesuai
amanat Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.
Terkait dengan komoditi alas kaki dan tekstil, partisipasi dalam forum
kerjasama yang dilakukan bertujuan untuk melakukan brainstorming
terhadap kebijakan ekspor di India (Alas Kaki) dan Taiwan (TPT) serta
pengembangan desain produk dan teknik produksi. India dan Taiwan
merupakan Negara yang sangat maju dalam hal produksi tekstil dan alas
kaki. Melalui kegiatan brainstorming ini diharapkan agar para produsen alas
kaki dan TPT Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan desain produk
serta efisiensi produksi kedua komoditi tersebut.
Terkait dengan komoditi pertanian dan kehutanan, partisipasi dalam forum
kerjasama ekspor dilakukan antara lain untuk memperbaiki image Indonesia
di negara tujuan ekspor CPO terutama Uni Eropa (EU) akibat adanya
negative campaign EU terhadap CPO Indonesia. Dengan kata lain Indonesia
melakukan positive campaign terhadap produk CPO di Negara tujuan Ekspor
Indonesia untuk memperbaiki image negative para pembeli di luar negeri.
Bentuk partisipasi lainnya adalah keterlibatan Indonesia dalam
International Tri-Partite Rubber Council (ITRC) bersama dengan Malaysia
dan Thailand dalam rangka menjaga kestabilan harga komoditi karet di
pasar internasional yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai ekspor
37 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 non-migas.
Selain itu, Ditjen Perdagangan Luar Negeri juga mengikuti beberapa forum
internasional yang terkait dengan peningkatan kualitas mutu komoditi
ekspor antara lain Sidang EEE (Electrical and Electronic Equipment) ASEAN,
Sidang CODEX, Sidang ISO/TC 45 Rubber and Rubber Product.
Secara total, dengan target sejumlah 22 partispasi forum dan realisasi
sebesar 20 partisipasi forum, menunjukkan capaian kinerja sebesar 90,90%.
Dalam hal ini, secara garis besar Kementerian Perdagangan sudah dapat
dinyatakan berhasil dalam pencapaian sasaran dimaksud, terutama dengan
kemampuan menjaga kestabilan harga karet dan image produk CPO
Indonesia di pasar global.
Pada tahun 2009, target partisipasi Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam
Forum Kerjasama Komoditas Ekspor ditargetkan sebesar 19 negara/forum
sedangkan realisasinya adalah 16 negara/forum sehingga capaiannya
sebesar 84,2%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian Tahun
2010 lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2009.
Hal ini tentu saja merupakan keberhasilan Ditjen Perdagangan Luar Negeri
dalam berpartisipasi aktif pada forum komoditas ekspor di dalam dan luar
negeri. Hal ini tentu saja untuk memenuhi tuntutan perdagangan global
dalam mempertahankan pertumbuhan ekspor Indonesia pasca krisis
finansial Tahun 2008.
Keterlibatan dalam
ITRC mampu menjaga
kestabilan harga dan
suplai karet dunia
sehingga mampu
meningkatkan nilai
Ekspor karet Indonesia
ITRC
merupakan badan yang bertanggung jawab dalam mengawasi
pengurangan ekspor dan supply karet alam melalui mekanisme Agreed
Export Tonnage Scheme (AETS) dan Supply Management Scheme (SMS).
Sejak tanggal 1 Januari 2002 pengurangan supply karet alam sebesar 4%
melalui SMS dan pengurangan ekspor sebesar 10% melalui AETS.
Pelaksanaan AETS dan SMS telah terbukti mampu mengangkat kembali
harga karet alam dunia pada saat krisis global yang terjadi pada kuartal
ketiga 2008. Harga karet dunia pada Januari 2009 adalah sebesar US$ cents
146.09/kg, bahkan pada Desember 2010 harga karet alam sudah mencapai
US$ cents 466,40/kg. Perkembangan harga karet pada 2009 – 2010 dapat
dilihat secara rinci pada Gambar berikut.
Kestabilan harga karet sebagaimana dilihat pada 2 (dua) tahun terakhir
mencerminkan keberhasilan Kementerian Perdagangan partisipasinya di
Forum Kerjasama Komoditas Ekspor (Dalam dan Luar Negeri) dalam
meningkatkan ekspor non-migas.
38 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 8
Perkembangan Harga Karet 2009 - 2010
Sumber: IRCo.
IK-8
Jumlah Komoditi yang
Diberikan Bimbingan
Teknis di Bidang
Ekspor
Bimbingan teknis di bidang ekspor diberikan kepada para pelaku usaha,
dalam hal ini para eksportir. Dalam bimbingan teknis, para pelaku diberikan
informasi update tentang kebijakan di bidang ekspor yang dapat menunjang
kelancaran proses ekspor. Kebijakan di bidang ekspor tersebut bukan hanya
yang terkait dengan regulasi di dalam negeri, tetapi juga ketenetuan di
negara tujuan ekspor. Selain itu, melalui bimbingan teknis, Kementerian
Perdagangan dapat mengetahui permasalahan ekspor yang ada di masingmasing daerah sehingga dapat dijadikan bahan masukan penyusunan
kebijakan yang dapat memperlancar dan meningkatkan nilai ekspor nonmigas Indonesia.
39 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kegiatan Bimbingan Teknis Kebijakan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT) di Jawa Tengah
Selama Tahun 2010, bimbingan teknis yang telah dilakukan adalah
bimbingan teknis untuk komoditi Kulit, Beras, Pala, Kopi, Hasil Hutan,
Perikanan, Pelatihan Manajemen Ekspor Produk Makol, alas kaki, TPT,
otomotif dan komponen, produk kimia, pertambangan serta kerajinan kulit
kayu. Kegiatan ini dilakukan di masing-masing daerah yang dominan
melakukan ekspor komoditi.
Secara umum, dari 14 komoditi yang
ditargetkan, tercapai 13 komoditi. Dengan demikian, capaian keberhasilan
indikator ini dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor non-migas adalah
sebesar 92,86%. Tidak berhasilnya satu komoditi ekspor untuk diberikan
bimbingan teknis disebabkan adanya alasan teknis.
Dalam pelaksanaan bimbingan teknis ini diperoleh informasi mengenai
kendala yang dihadapi pelaku usaha terkait produksi dan pelaksanaan
ekspor. Kendala yang paling banyak dihadapi adalah keterbatasan
permodalan khususnya pelaku usaha berskala UKM dan bahan baku
khususnya untuk alas kaki kulit. Dengan penyampaian informasi terkait
kegiatan ekspor dari Pusat ke daerah dan sebaliknya, tentu saja akan
memperlancar kegiatan ekspor yang akhirnya meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia sebagaimana tercermin pada Tabel Perkembangan Ekspor
Indonesia Menurut Sektor Tahun 2009 – 2010.
Bimbingan teknis komoditi ekspor juga dilakukan pada tahun 2009 antara
lain terhadap komoditi lada, bahan jamu, ikan dan produk ikan serta
beberapa pertemuan teknis lainnya. Kegiatan ini belum dijadikan sebagai
indikator pencapaian sasaran pada tahun 2009.
IK-9
Jumlah Rumusan
Kebijakan Ekspor dan
Impor
Kegiatan yang dilakukan adalah penyusunan dan penetapan 25 Peraturan
Menteri Perdagangan. Peraturan ini terdiri dari 12 kebijakan ekspor, dan 13
kebijakan impor.
Kebijakan ekspor yang ditetapkan adalah kebijakan yang terkait dengan
Harga Patokan Ekspor (HPE) untuk beberapa komoditi yaitu CPO dan produk
turunananya, Rotan, Kayu, Kulit, dan Kakao dengan tujuan sebagai bahan
perhitungan dalam penentuan besarnya Bea Keluar. Tujuan dari penetapan
Harga Patokan Ekspor (HPE) dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Pemenuhan kebutuhan bahan baku di dalam negeri
2. Kelestarian sumber daya alam
3. Stabilitas harga barang di dalam negeri
Penetapan HPE tahun 2010 mencakup komoditi Kakao yang belum
ditetapkan pada tahun 2009. Dengan demikian, kinerja penetapan
kebijakan HPE tahun 2010 dapat dikatakan lebih baik dari tahun
sebelumnya. Kebijakan HPE ditetapkan secara rutin setiap bulan selama
satu tahun.
Penetapan HPE tahun 2010 mencakup komoditi Kakao yang belum
ditetapkan pada tahun 2009. Kebijakan HPE ditetapkan secara rutin setiap
40 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 bulan selama satu tahun. Dapat ditambahkan pula bahwa beberapa
kebijakan ekspor masih dalam tahap finalisasi yaitu kebijakan ekspor yang
terkait dengan perdagangan timah dan Verifikasi atau Penelusuran Ekspor
Produk Pertambangan Tertentu.
Kebijakan impor yang ditetapkan sejumlah 13 kebijakan yang secara garis
besar ditujukan untuk kepentingan nasional dengan memperhatikan aspek
Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan, dan Moral Bangsa (K3LM);
mendorong penggunaan produk dalam negeri; meningkatkan ekspor nonmigas, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif dan tertib administrasi
di bidang impor. Secara lebih spesifik, kebijakan yang ditetapkan selama
tahun 2010 antara lain terdiri dari kebijakan yang terkait dengan impor
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), API, impor Produk Tertentu dan impor
barang modal dan bahan baku. Daftar kebijakan ekspor impor yang telah
ditetapkan dapat dilihat secara lebih rinci pada Lampiran 4.
Dengan target 19 kebijakan Ekspor impor dan realisasi sejumlah 25
kebijakan, menunjukkan capaian kinerja sebesar 131,8%. Hal ini
menunjukkan keberhasilan yang cukup baik dalam menetapkan kebijakan
Ekspor dan impor yang mendukung pertumbuhan Ekspor non-migas.
Keberhasilan penetapan kebijakan ini dapat dilihat pada peningkatan
pertumbuhan ekspor non-migas sebagaimana telah dibahas pada IK-1.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Pada Saat Press Conference
Kebijakan Di Bidang Impor
Dari beberapa indikator yang terkait dengan penetapan kebijakan (IK-6, IK7, IK-8, dan IK-16) maka dapat dilihat bahwa penetapan maupun koordinasi
penyusunan kebijakan yang dilakukan Kementerian Perdagangan dalam
meningkatkan ekspor non-migas mencakup sektor yang luas dan bervariasi
serta dari level yang lebih tinggi dan bersifat umum seperti Perpres dan PP
ke level yang lebih spesifik yaitu Peraturan Menteri. Penetapan kebijakan
tersebut juga merupakan kebijakan yang memiliki dampak langsung kepada
sektor Perdagangan maupun dampak tidak langsung terhadap sektor-sektor
41 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 terkait ekonomi lainnya, seperti investasi.
Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan juga mencakup kurun waktu jangka
pangjang maupun yang sifatnya jangka pendek. Semua kebijakan tersebut
mendukung kepada peningkatan ekspor non-migas dalam jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Kebijakan-kebijakan tersebut di atas
juga diharapkan mampu menciptakan iklim perdagangan luar negeri yang
lebih kondusif serta iklim investasi yang mendukung kepada percepatan dan
pembangunan sektor perdagangan.
IK-10
Jumlah Penerbitan
Pengakuan Sebagai
Importir Produsen
Importir Produsen (IP) adalah Perusahaan Pemilik Angka Pengenal Importir
Produsen (API-P) yang telah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen
untuk mengimpor barang yang hanya dibutuhan dalam proses produksinya
dan dilarang diperdagangkan atau dipindahtangankan. Selama tahun 2010,
Kementerian Perdagangan melalui Ditjen perdagangan Luar Negeri telah
menerbitkan sebanyak 1593 IP yang terdiri dari 14 Jenis IP yaitu:
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ IP Bahan Berbahaya (B2)
IP Besi atau Baja IP Etilena IP Gula IP Nitrocellulose (NC) IP Pelumas IP Prekursor Non Pharmasi 95
305 13 130 2 15 46 -
IP Beras
IP BPO
IP Garam
IP Limbah Non B3
IP PCMX
IP Plastik
IP Tekstil
44
5
48
168
1
164
557
Pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan sejumlah
2955 IP. Dengan demikian maka realisasi penerbitan IP pada tahun 2010
lebih kecil jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009. Namun demikian,
capaian 2010 dapat dikatakan sangat baik meskipun hanya mencapai 79,65
%. Ketidakberhasilan dalam mencapai target 100% tentu saja bukan
merupakan kegagalan kementerian, tetapi lebih karena faktor eksternal
dimana jumlah produsen yang mengajukan permohonan pengajuan IP tidak
sebanyak jumlah yang ditargetkan.
Pelaksanaan tertib administrasi impor melalui penerbitan IP bagi produsen
yang mengimpor bahan baku juga dapat dilihat melalui grafik Impor
Menurut Penggolongan Barang. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
impor bahan baku pada 2010 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi
yaitu sebesar 33 % dengan nilai impor sebesar US$ 9,4 Miliar. Sedangkan
nilai impor bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar US$ 7,0 Miliar.
42 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 9
Impor Menurut Penggunaan Barang
Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang (US$ Miliar)
15.4
2.1
Barang Modal
‐16.0
1.8
33.7
9.4
Bahan Baku/Penolong
Barang Konsumsi
Pertumbuhan (%)
‐2.4
7.0
1.0
0.6
64.8
Jan'2011
Jan'2010
3.6
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu BP2KP)
Jumlah penerbitan ET, SPE dan IP merupakan ketentuan pemerintah yang
ditetapkan dalam rangka tertib administrasi serta pelaksanaan pengawasan
kegiatan ekspor dan impor yang mendukung pertumbuhan ekspor nonmigas. Kegiatan inventarisir dan pengawasan ekspor bertujuan untuk
peningkatan komoditi ekspor yang memiliki nilai tambah (value-added) yang
lebih baik sehingga memiliki nilai dagang yang lebih tinggi. Dengan
demikian maka ekspor Indonesia bukan lagi merupakan ekspor komoditi
yang bernilai tambah rendah. Kegiatan impor yang medukung ekspor nonmigas dimaksudkan untuk memudahkan importir produsen dalam hal ini
yang berorientasi ekspor untuk melakukan impor bahan baku yang
membantu kelancaran dan peningkatan ekspor non-migas.
Hal ini juga tercermin melalui realisasi ekspor non-migas Indonesia menurut
sektor sebagaimana tercantum pada Tabel 1 (dari IK-1). Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ekspor di semua sektor non-migas
dengan pertumbuhan di atas 10 %.
Hal ini juga tercermin melalui realisasi ekspor non-migas Indonesia menurut
sektor sebagaimana tercantum pada Tabel ... (dari IK-1). Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ekspor di semua sektor
non-migas dengan pertumbuhan di atas 10 %.
43 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Comment [d3]: Tabel akan diurutkan kembali P Salman LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor
“Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi
berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik”
Penetrasi pasar tujuan
ekspor non tradisional
Sebagai upaya pengembangan dan promosi ekspor, Kementerian
Perdagangan terus mengupayakan penajaman strategi penetrasi pasar.
Hal tersebut bertujuan untuk terus mengembangkan dan menjaga
kesinambungan ekspor dengan memasuki negara tujuan ekspor baru,
dalam hal ini, yaitu pasar non tradisional, dengan tentunya tidak
meninggalkan dan tetap mengembangkan ekspor di pasar tradisional.
Pangsa ekspor non migas Indonesia terhadap pasar ekspor tradisional
tahun 2010 mengalami kenaikan sekitar 1% dibandingkan nilai ekspor non
migas pada tahun 2009 yaitu dari 47,87% menjadi 48,80%, dan demikian
juga dengan terhadap pangsa pasar ekspor non tradisional
yang
mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2009. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa peluang pasar ekspor produk Indonesia baik ke
negara tradisional maupun non tradisional masih terbuka dan memiliki
potensi untuk ditingkatkan.
Tabel 5
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2
No
11
12
Indikator Kinerja
Realisasi
47%
47,20%
99,57%
20 ITPC
19 ITPC
95%
Concentration ratio pada 5 negara
tujuan ekspor terbesar (CR5)
Jumlah penyelenggaraan ITPC
IK-11
Concentration Ratio
Pada 5 (lima) Negara
Tujuan Ekspor Terbesar
(CR5)
Capaian
Rencana Tingkat
Capaian
(%)
Sepanjang 2010 konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara
tujuan utama yakni Jepang, RRT, Amerika Serikat, Malaysia dan
Singapura, mencapai angka 47,20%. Jika dibandingkan dengan target yang
ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2010 telah menunjukkan
hasil yang cukup baik dengan capaian sebesar 99,57% dari target yang
ditetapkan. Namun, realisasi ini telah cukup menunjukkan bahwa
sebagian besar ekspor Indonesia tidak terkonsentrasi kepada lima pasar
utama tersebut atau dengan kata lain ekspor non migas Indonesia telah
terdiversifikasi ke pasar lainnya. Diharapkan tingkat konsentrasi 5 pasar
utama tersebut terus menurun hingga 43-47% selama periode 2010-2014.
Konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama pada
tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan dengan
konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama pada
44 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 tahun 2009 yang besarnya sebesar 48,9%. Adapun untuk perbandingan
realisasi dan capaian rasio konsentrasi ekspor nin migas Indonesia di lima
negara tujuan utama tidak dapat dilakukan karena pada LAKIP tahun 2009
tidak mencantumkan target dan pencapaian CR5.
Gambar 10
Ekspor Indonesia pada Lima Negara Tujuan Utama
Tahun 2010
Sumber: BPS (diolah) Diversifikasi pasar
ekspor Indonesia
mengarah pada negaranegara emerging
market
Pada tahun 2010, Jepang dan AS masih menjadi negara tujuan utama
ekspor non migas Indonesia dengan pangsa pasar masing – masing
sebesar 12,72% dan 10,28%. Namun peningkatan pangsa ekspor ke RRT
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik, dari 9,15% pada tahun 2009
menjadi 10,85% pada tahun 2010. Pertumbuhan ini sejalan dengan
realisasi Asean – China Free Trade Agreement yang efektif berlaku di
awal tahun 2010. Kedepannya, Indonesia menargetkan pengembangan
pasar baru sebagai emerging market yaitu beberapa negara antara lain
Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, intensifikasi ekspor
ke negara Brasil, Rusia, India dan China perlu untuk lebih ditingkatkan.
Perjalanan perdagangan ekspor-impor dengan transportasi laut
45 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 6 Perubahan Pasar Tujuan Ekspor
Negara Tujuan Jepang Rep. Rakyat Cina Amerika Serikat India Singapura Malaysia Korea Selatan Thailand Belanda Taiwan Pilipina Jerman Hongkong Italia Australia Spanyol Vietnam Inggris Uni Emirat Arab Brasilia Belgia Saudi Arabia Perancis Turki Bangladesh Nilai: Juta USD 2007 2008 2005 2006 9.562 3.960 9.508 2.865 7.069 3.309 2.595 1.918 2.234 1.786 1.393 1.782 1.485 1.002 1.126 1.205 678 1.291 904 403 997 524 624 543 353 12.199 5.467 10.683 3.326 7.824 3.790 3.415 2.054 2.518 2.285 1.377 2.026 1.703 1.213 1.604 1.641 1.022 1.432 1.013 626 1.136 672 724 724 427 13.093 6.664 11.311 4.885 8.990 4.593 3.746 2.647 2.749 2.338 1.829 2.316 1.687 1.380 1.868 1.906 1.355 1.454 1.325 786 1.332 944 803 1.045 633 13.795 7.787 12.531 7.061 10.105 5.984 4.660 3.215 3.881 2.901 2.051 2.465 1.809 1.864 2.107 1.665 1.673 1.547 1.651 993 1.349 1.192 939 872 836 2009 JAN‐NOV 2009 2010 11.979 8.920 10.470 7.351 7.948 5.636 5.174 2.598 2.903 2.875 2.357 2.326 2.112 1.651 1.712 1.830 1.454 1.431 1.265 888 1.048 956 870 678 781 10.729 7.713 9.426 6.443 7.234 4.906 4.475 2.324 2.547 2.583 2.131 2.059 1.874 1.448 1.565 1.707 1.298 1.304 1.151 761 945 863 756 590 674 Perub. % 10/09 Trend % 05‐09 37,75 60,47 27,59 35,22 20,21 39,47 39,70 58,48 27,66 13,67 34,10 28,83 21,77 48,26 36,92 11,31 30,57 18,61 15,77 73,55 14,72 24,05 35,54 62,20 39,10 5,91 21,87 3,59 30,17 5,02 16,44 18,42 11,13 10,04 12,65 15,60 7,57 7,94 15,37 11,75 8,87 22,37 2,87 12,31 22,68 2,75 19,42 9,68 6,51 25,33 14.779 12.377 12.026 8.712 8.696 6.842 6.252 3.683 3.252 2.936 2.857 2.653 2.282 2.147 2.143 1.900 1.694 1.547 1.332 1.320 1.084 1.071 1.025 957 937 Sumber: Kementerian Perdagangan
Tren Pasar Ekspor
Baru Meningkat
sebagai
keberhasilan
ekspor Indonesia
Gambar 11
Tren Pasar Ekspor Baru Indonesia
Beberapa pasar tujuan ekspor nonmigas Indonesia khususnya ke negara
nontradisional, dalam enam tahun terakhir mengalami tren perubahan di atas
10%. Hal ini menunjukkan keberhasilan diversifikasi ekspor, yang didukung
dengan program promosi ekspor tahun 2010 yang lebih memfokuskan pada
pasar-pasar ekspor non tradisional. Kemajuan dapat terlihat di pasar-pasar
India, Korea Selatan, Thailand,Taiwan, Pilipina, Vietnam, Uni Emirat Arab,
Brasilia, Saudi Arabia, dan Bangladesh.
Negara Tujuan
Dalam upaya mengurangi konsentrasi ekspor non migas ke lima negara tujuan
46 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Ekspor Baru
upaya mengurangi
konsentrasi ekpor
ke Negara tujuan
utama
2010 utama, pada tahun 2010, Indonesia telah melakukan ekspor ke beberapa
negara tujuan baru. Negara-negara tersebut antara lain Vatikan, Chrismast
Island, US Minor Outlying, Montserrat, Niue, Kep. Cook dan Kep. Marshall.
Tabel 7
Negara Tujuan Ekspor Baru Tahun 2009 – 2010
Negara Tujuan
Ekspor Baru
No
1
2
3
4
5
6
7
Vatikan
Christmas Islands
US Minor Outlying
Montserrat
Niue
Kep. Cook
Kep. Marshall
Nilai Ekspor (US$
Ribu)
2009
262,7
219,1
37,7
30,4
11,6
582,1
99,2
Volume Ekspor (Ton)
2010
2009
2010
238,0
141,9
31,1
3,6
701,7
1.602,7
121,0
33,0
5,6
17,2
0,2
29,4
88,2
80,6
37,1
29,8
0,1
28,9
2.118,7
Sumber: BPS (diolah) IK-12
Jumlah
Penyelenggaraan ITPC
Tahun 2010, nilai
kontak dagang yang
dihasilkan mencapai
US$ 183,5 juta
Selama tahun 2010, terselenggara 19 kantor ITPC di berbagai kota dagang
dunia, yakni Sidney-Australia, Sao Paulo-Brazil, Vacouver-Canada, SantiagoChile, Lyon-Prancis, Hamburg-Jerman, Budapest-Hongaria, Chennai-India,
Milan-Italian, Osaka-Jepang, Busan-Korea Selatan, Mexico City-Mexico,
Lagos-Nigeria, Jeddah-Arab Saudi, Johannesburg-Afrika Selatan, BarcelonaSpanyol, Dubai-PEA, Los Angeles_Amerika Serikat, dan Chicago-Amerika
Serikat. Kantor-kantor ITPC di berbagai negara telah berhasil mendorong
kunjungan pembeli ke Indonesia melalui partisipasi pada pameran dangan
internasional, penyelenggaraan pameran/promosi produk Indonesia di
Showroom ITPC dengan mengundang pengusaha setempat, menghubungkan
pembeli
dengan
pengusaha
Indonesia
(trade
inquiries)
dan
mendiseminasikan informasi peluang-peluang pasar luar negeri baik melalui
surat, e-mail maupun secara langsung di daerah-daerah, sehingga mampu
menghasilkan nilai kontak dagang sebesar US$ 183.541.993,-; melayani
3.669 permintaan hubungan dagang (inquiries), serta menghasilkan 284
judul informasi pasar.
Hasil kinerja penyelenggaraan ITPC mulai tahun 2006 hingga tahun 2010
menunjukan adanya peningkatan nilai kontak dagang yang signifikan
(Gambar 7). Capaian ITPC selama tahun 2010 merupakan yang tertinggi
dalam 5 (lima) tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan capaian tahun
2009, realisasi tahun 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 79,75%.
Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan permintaan
ekspor dari negara-negara non tradisional, antara lain dari Persatuan
Emirat Arab (PEA), Nigeria, India, dan lain-lain.
47 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 12
Nilai Kontrak Dagang ITPC Tahun 2006-2010 (juta USD)
Sumber: Kementerian Perdagangan
48 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor
“Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga
ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang”
Tabel 8
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 3
No
13
14
Indikator Kinerja
% kontribusi ekspor di luar 10
produk utama
Jumlah laporan hasil identifikasi
komoditi pertanian dan kehutanan
Startegi diversifikasi
produk ekspor nonmigas
terbukti mampu
meningkatkan
ketahanan ekspor
nonmigas Indonesia
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
53%
52,4%
98,9%
5 Laporan
5 Laporan
100%
Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan
diversifikasi produk ekspor. Hal ini telah dilakukan Indonesia sejak
beberapa tahun terakhir khususnya setelah krisis ekonomi 1998.
Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan
ekspor Indonesia pada produk tertentu sehingga berdampak positif
terhadap ketahanan ekspor Indonesia. Semakin banyak pilihan produk
Indonesia yang diekspor maka akan semakin menguatkan posisi Indonesia
di kancah perdagangan internasional.
Strategi diversifikasi produk ekspor nonmigas ini terbukti mampu menjaga
daya saing dan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat krisis di
tahun 2008 dan 2009. Indonesia terbukti sebagai salah satu negara dengan
tingkat pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan negara lainnya pada
tahun 2009. Berdasarkan data dari IMF dalam World Economic Forum Asia
Outlook (Oktober 2010), pertumbuhan PDB/GDP (Produk Domestik
Bruto/Growth Domestic Product) Indonesia pada tahun 2009 adalah
sebesar 4.5% dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 adalah
sebesar 1,7%. Untuk tahun 2010, berdasarkan projeksi terakhir dari IMF,
pertumbuhan PDB Indonesia adalah sebesar 6,0% dimana pertumbuhan PDB
ASEAN adalah sebesar 6,6%.
49 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 9
Pertumbuhan GDP Asia
IK-13
Prosentase Kontribusi
Ekspor di Luar 10
Produk Utama
Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan
diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk
mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu.
Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor maka akan
semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan
internasional.
Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan menargetkan bahwa
kontribusi ekspor di luar 10 produk utama sebesar 53%. Realisasi kontribusi
ekspor di luar 10 Produk Utama tersebut hanya 52,5% sehingga capaian
kinerjanya hanya 99,05%. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2009,
realisasi yang dicapai pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kontribusi
ekspor di luar 10 produk utama pada tahun 2010 mengalami penurunan
tipis dibandingkan dengan tahun 2009 yang berkontribusi sebesar 52,7%.
Namun jika ditinjau dari besarnya kontribusi produk ekspor di luar 10
produk utama berturut-turut pada tahun 2009 dan 2010 yang menunjukkan
angka lebih dari 52%, hal ini menunjukkan bahwa saat ini kinerja ekspor
Indonesia telah cukup terdiversifikasi. Permintaan untuk ekspor produkproduk Indonesia di luar 10 produk utama menunjukkan kontribusi yang
cukup baik.
Kontribusi ekspor diluar 10 produk utama pada tahun 2010 mengalami
sedikti penurunan dibandingkan dengan kontribusi pada tahun
50 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
sebelumnya. Namun apabila dilihat dari nilai ekspor produk diluar 10
produk utama periode Januari-November 2010 mengalami kenaikan
sebesar 33,18% dibandingkan dengan peride yang sama tahun 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa program Kementerian Perdagangan sudah tepat
sasaran, namun masih perlu untuk ditingkatkan dalam upaya menggenjot
ekspor diluar 10 produk utama (produk potensial) untuk mengurangi
ketergantungan kepada 10 produk utama.
Angka tersebut menunjukkan pada waktu mendatang, akan semakin
banyak komoditi potensial, termasuk produk yang masih tradisional dan
belum diolah secara modern yang kompetitif di pasar global seperti
makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempahrempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan
kantor dan tanaman obat.
Meskipun capaian kinerja ini tidak mencapai 100%, namun capaian ini
dapat dikatakan cukup baik karena mengingat upaya yang telah dilakukan.
Upaya yang dilakukan Ditjen Perdagangan Luar Negeri antara lain
melakukan identifikasi potensi produk-produk potensial di luar 10 produk
utama khususnya untuk komoditi pertanian dan kehutanan. Ditjen
Perdagangan Luar Negeri juga memberikan bantuan peralatan antara lain
mesin untuk pengembangan komoditi baik secara horizontal maupun
secara vertikal sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi komoditi
tersebut. Selain itu, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional telah berupaya
dengan malakukan seminar, workshop dan pelatihan mengenai
pengembangan produk maupun pengembanan pasar ekspor kepada para
pelaku usaha baik di pusat maupun didaerah. Ditjen PEN juga telah
melakukan uapaya untuk mempromosikan produk diluar 10 produk utama
dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pameran (di dalam maupun di
luar negeri), misi dagang, maupun dengan melalui instore promotion.
Gambar 13
Pertumbuhan Ekspor Non Migas Produk Utama
Tahun 2009 - 2010
Nilai Ekspor (US$ Miliar)
Pertumbuhan (%)
6.6
10.11
TPT
13.0
8.35
3.7
9.68
ELEKTRONIK
7.94
11.73
SAWIT
37.9
8.41
17.8
12.4
7.88
6.00
6.1
2.24
ALAS KAKI
34.1
44.1
37.6
1.53
1.38
1.17
50.1
UDANG
0.85
0.77
KOPI
0.73
0.78
23.0
5.2
Nilai Satuan
Volume
18.5
Januari‐November '09
Nilai
‐2.5
11.2
9.6
9.6
‐18.7
Sumber: BPS (Diolah) 31.2
6.3
2.30
Januari‐November '10
93.9
1.56
OTOMOTIF
KAKAO
67.3
16.3
4.34
PRODUK HASIL HUTAN
22.0
25.7
4.3
8.51
PRODUK KARET
21.0
17.1
51 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 ‐6.1
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Produk kulit, medis,
herbal, minyak atsiri,
ikan, kerajinan,
perhiasan, rempahrempah.
Kontribusi produk ekspor di luar 10 produk utama pada periode Januari –
November 2010 salah satunya disumbang oleh 10 produk potensial, yang
meliputi kulit & produk kulit, peralatan medis,obat-obatan herbal,
makanan olahan, minyak atsiri, ikan & produk perikanan, kerajinan,
perhiasan, rempah-rempah, serta peralatan kantor bukan kertas. Produkproduk potensial tersebut berkontribusi sebesar 5,84% dari total ekspor
non migas Indonesia dengan nilai ekspor sebesar US$ 6,78 milyar. Nilai
tersebut mengalami peningkatan sebesar 22,60% jika dibandingkan dengan
nilai ekspor kelompok produk ini pada periode yang sama tahun 2009. Hal
ini mengindikasikan bahwa 10 produk potensial tersebut dapat
dikembangkan lebih besar pada tahun–tahun mendatang.
Gambar 14
Nilai Ekspor 10 Produk Potensial (US$ Juta)
Sumber: BPS (diolah) IK-14
Jumlah Laporan Hasil
Identifikasi Komoditi
Pertanian dan
Kehutanan
Kegiatan yang dilakukan terkait dengan indikator kinerja ini adalah
Monitoring dan Evaluasi, Identifikasi, Verifikasi terhadap komoditi Pisang dan
Nanas, Tanaman Obat, Teh, Mete, Karet, Perikanan, Kulit, Kayu Olahan,
Rotan. Selain itu, dilaksanakan pula pelaksanaan identifikasi kebijakan
ekspor yang terkait dengan komoditi Rumput Laut, Tanaman Hias, Bunga
Potong, Issue Dibdg Ekspor, Maniok, Buah Tropis, Sayur Mayur, rempahrempah di 93 daerah. Hal ini ditujukan sebagai bahan masukan dalam
perumusan kebijakan ekspor.
Dalam rangka meningkatkan kontribusi komoditi pertanian dan kehutanan
diluar 10 produk utama, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melakukan upaya identifikasi potensi-potensi yang mungkin untuk
dikembangkan dalam rangka meningkatkan keberagaman jenis produk
ekspor.
Komoditi pertanian dan kehutanan yang diidentifikasi adalah komoditi
rumput laut, maniok, buah tropis, sayur mayur dan rempah-rempah (jahe).
Melalui identifikasi ini dapat diketahui secara lebih rinci tentang kondisi
52 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 ekspor, daerah penghasil masing-masing komoditi, serta potensi dan peluang
ekspor masing-masing komoditi dan daerah penghasil.
Stakeholder terkait
dengan diversifikasi
produk ekspor
nonmigas
Pemilihan komoditi yang akan dilakukan identifikasinya tentu saja
disesuaikan dengan sasaran Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan
diversifikasi produk ekspor non-migas.
Laporan hasil identifikasi ini selanjutnya akan diinformasikan kepada para
stakeholders terkait sebagai informasi penting yang dapat membantu para
eksportir maupun pejabat pemerintah yang terkait dengan promosi ekspor
komoditi, terutama untuk komoditi di luar 10 Produk Utama. Informasi ini
terutama diberikan kepada perwakilan perdagangan di luar negeri baik
kepada ITPC maupun Atase Perdagangan di negara akreditasi untuk
dipromosikan kepada para calon buyer di negara akreditasi. Hasil ini tentu
saja mendukung sasaran Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan
diversifikasi produk ekspor non-migas. Hal ini tercermin dari komposisi
ekspor di luar produk utama yang sampai dengan Tahun 2010 adalah sebesar
52,5 % sebagaimana terlihat pada Gambar 15.
Gambar 15
Komposisi Ekspor Produk Utama dan Produk Lainnya
Tahun 2009 - 2010
Sumber: BPS (diolah)
53 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 2: Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Luar Negeri Agar Menjadi Lebih Kondusif
Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri
“Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar
negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi
waktu layanan”
Tabel 10
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 4
No
15
16
17
18
19
20
Indikator Kinerja
Jumlah perizinan online
Jumlah hari waktu pelayanan
Jumlah penerbitan kebijakan
fasilitasi ekspor dan impor
Jumlah sistem elektronik bidang
fasilitasi pelayanan publik
Jumlah pengguna (hak akses)
perijinan ekspor/impor online yang
dilayani melalui INATRADE
Jumlah bimbingan teknis bidang
fasilitasi perdagangan
IK-15
Jumlah Perizinan
Online
Rencana Tingkat
Capaian
40 jenis
4 hari
53 jenis
4 hari
Capaian
(%)
132,50%
100%
4 kebijakan
4 kebijakan
100%
2 sistem
2 sistem
100%
1500 pengguna
1536
pengguna
102%
5 bimbingan
teknis
5 bimtek
100%
Realisasi
Guna menciptakan iklim usaha yang kondusif maka peningkatan kualitas
pelayanan perijinan kepada pelaku usaha di bidang perdagangan luar negeri
menjadi perhatian serius Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu,
Kementerian Perdagangan telah membangun pelayanan perijinan ekspor dan
impor secara elektronik (e-licensing) yang disebut dengan “INATRADE” dan
telah beroperasi sejak tanggal 17 Desember 2008, yang waktunya
bersamaan dengan peluncuran National Single Window (NSW) tahap
pertama. Sistem INATRADE merupakan bentuk dukungan Kemententerian
Perdagangan terhadap NSW.
54 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Presiden RI pada saat peluncuran Sistem NSW
Launching pelayanan perijinan perdagangan baik perijinan luar negeri
maupun perijinan dalam negeri secara online dengan sistem elektronik
melalui website INATRADE dilakukan oleh Menteri Perdagangan pada tanggal
10 Agustus 2010.
Menteri Perdagangan RI pada saat launching Inatrade
55 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pembangunan sistem perijinan secara elektronik (e-licensing) dimaksud
adalah sejalan dengan Inpres Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program
Ekonomi Tahun 2008-2009, serta ketentuan Pasal (16) Perpres Nomor 10
tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka National
Single Window (NSW).
Beberapa pejabat dari kementerian terkait dalam launching INATRADE
Sampai dengan akhir tahun 2010, sistem perijinan ekspor dan impor secara
elektronik (e-licensing) telah dapat melayani permohonan sebanyak 53 jenis
perijinan impor termasuk pengiriman Surat Pendaftaran Barang (SPB) secara
online dan selebihnya sebanyak 36 perijinan ekspor (28 jenis perijinan
ekspor yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan, 7 berupa Laporan
Surveyor (LS) dan 1 Laporan BRIK (Badan Revitalisasi Industri Kehutanan)),
proses permohonan perijinannya belum dapat dilaksanakan secara online.
Namun demikian, seluruh perijinan tersebut (89 perijinan ekspor dan impor)
sudah dapat disampaikan secara elektronik ke Ditjen Bea dan Cukai, untuk
selanjutnya diteruskan ke portal NSW.
Hal tersebut tentu sangat membantu dalam kelancaran flow of documents
dalam proses customs clearance sehingga sangat membantu pelaku usaha
ekspor dan impor. Hal ini juga sangat mendukung tujuan terwujudnya
perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri sehingga menjadi lebih
kondusif bagi sektor perdagangan. Pada tahun 2010, dari 40 jenis perijinan
impor yang ditargetkan dapat dilakukan secara online, realisasi perijinan
adalah sebanyak 53 perijinan impor telah dilakukan secara online. Dengan
demikian capaian tahun ini adalah sebesar 132,5% yang menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik. Keberhasilan ini tentu saja merupakan hasil
kerja keras seluruh unit kementerian Perdagangan cq. Ditjen Perdagangan
Luar Negeri dan tentu saja komitmen yang kuat dari pimpinan beserta
jajarannya.
56 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Perijinan ekspor dan impor yang telah diterbitkan melalui UPP/Inatrade
dari tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2010 menunjukan perkembangan
yang cukup baik karena mengalami kenaikan jumah penerbitan setiap
tahunnya. Diharapkan dengan adanya ketentuan bahwa perijinan secara
online dapat diakses oleh seluruh importir dengan terlebih dahulu harus
memiliki password dan user-name maka dalam tahun tahun mendatang
pengguna sistem Inatrade dan jumlah perijinan melalui INATRADE akan
terus meningkat:
IK-16
Jumlah Hari waktu
Pelayanan
Pada saat ini, pelayanan perijinan perdagangan luar negeri kepada
pelaku usaha dapat dilakukan melalui sistem INATRADE (on line) dan
melalui Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) Luar Negeri. Kementerian
Perdagangan dalam hal ini Ditjen Perdagangan Luar Negeri pada Tahun
2010 telah berhasil menerapkan jumlah hari waktu pelayanan perizinan
melalui sistem INATRADE dengan rata-rata waktu penyelesaian selama 4
(empat) hari kerja. Hal ini berarti capaian untuk indikator ini mencapai
100%. Hal ini merupakan keberhasilan yang cukup baik bagi Kementerian
Perdagangan dalam meningkatkan pelayanan publik.
Dalam rangka memberikan pelayanan perijinan perdagangan luar negeri
yang efisien dan efektif kepada pelaku usaha melalui sistem INATRADE
(online) Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 40/M-DAG/PER/10/2010 Tentang Jenis Perijinan
Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi standar (Standard Operating Procedur),
dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement). Di dalam Permendag
tersebut ditetapkan standar pelayanan untuk 53 perijinan yang telah dapat
dilakukan secara online. Waktu penyelesaian perijinan berdasarkan
Permendag ini dikategorikan kepada proses secara manual dan proses secara
elektronik yang dilakukan oleh Importir Jalur Prioritas (IJP), MITA NonPrioritas, dan Importir Umum. Secara rinci, janji layanan (SLA) ini dapat
dilihat pada Lampiran.
Perlu diketahui pula bahwa target waktu
penyelesaian perizinan dan pendaftaran melalui UPP ataupun secara
elektronik melalui website INATRADE sangat tergantung kepada kelengkapan
dari keseluruhan syarat dan ketentuan yang disampaikan oleh pelaku usaha.
Realisasi pelayanan perijinan ekspor dan impor pada tahun 2010 adalah
sebagaimana dilihat pada tabel di bawah ini.
57 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tabel 11
Realisasi Perijinan Impor yang Diterbitkan
Melalui UPP/INATRADE Tahun 2010
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jenis Perijinan
Importir Produsen Besi atau Baja Importir Produsen Beras Importir Produsen Gula Importir Produsen Pelumas Importir Produsen Tekstil Importir Produsen Etilena Importir Produsen Garam Importir Produsen Plastik Importir Produsen Bahan Berbahaya Importir Bahan Perusak Ozon Importir Produsen Limbah Non B3 Importir Produsen Nitrocellulose 13 Importir Produsen Prekursor Non Pharmasi 14 15 Importir Produsen PCMX Importir Terdaftar Besi atau Baja Importir Terdaftar Produk Tertentu 16 Dst. Dst.... 53 Daftar Produsen Yang Dapat Mengimpor Barang Jadi Rata‐rata Pelayanan Manual/UPP
Rata-Rata
Total
Hari
(Pelayanan
Perijinan
Perizinan)
Online
Rata-Rata
Total
Hari
(Pelayanan
Perijinan
Perizinan)
1,92 305 ‐‐‐ ‐‐‐ 2 2,63 3 2 2 2,25 2 44 130 15 557 13 48 164 ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ 1 1 1 ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ 3 3 5 2 95 1 2 2 5 ‐‐‐ ‐‐‐ 2,08 168 1 3 2 2 ‐‐‐ ‐‐‐ 2 46 ‐‐‐ ‐‐‐ 2 1 ‐‐‐ ‐‐‐ 2 229 ‐‐‐ ‐‐‐ 2,67 1479 ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ ‐‐‐ 3 222 2,40 1,48 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata waktu pelayanan perijinan
melalui UPP adalah selama 2,4 hari untuk perijinan melalui UPP dan 1,48
hari untuk perijinan secara elektronik. Hal ini tentu saja menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik bagi Kementerian Perdagangan khususnya
Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam memenuhi komitmen untuk
meningkatkan pelayanan perizinan dan non-perizinan kepada para pelaku
usaha ekspor dan impor. Secara rinci, realisasi pelayanan perizinan ekspor
dan impor pada tahun 2008, 2009, 2010 dan tahun-tahun sebelumnya dapat
dilihat pada Lampiran.
58 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pada tahun 2009, janji pelayanan perbaikan perizinan di bidang
perdagangan luar negeri adalah rata-rata waktu penyelesaian perijinan
untuk Importir Jalur Prioritas (IJP) adalah 8 jam (1 hari kerja). Hal ini sudah
dapat dilaksanakan dengan baik oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri.
Dengan demikian, capaian keberhasilan Ditjen Perdagangan Luar Negeri
dalam meningkatkan pelayanan perizinan kepada pelaku usaha pada tahun
2009 dan 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik.
Penyediaan sejumlah perizinan online melalui inatrade yang mendukung
NSW dan upaya penyederhanaan waktu pelayanan permohonan perizinan
ekspor dan impor memegang peranan yang sangat vital dalam proses debirokratisasi dan pernyederhanaan perijinan untuk memperbaiki layanan
perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri. Perkembangan
capaian jumlah perijinan dan waktu penyelesaian pelayanan dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12
Jumlah Perijinan dan Waktu Penyelesaian
Perbaikan iklim usaha
perdagangan
Total ijin
Jumlah ijin melalui UPP
(INATRADE)
Jumlah perijinan On-line
Rata-rata waktu penyelesaian
2009
Capaian
2010
Target Capaian
108 ijin
-
89 ijin
78 ijin
26 ijin
8 Hari
40 ijin
4 Hari
89 ijin
53 ijin
4 Hari
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa proses deregulasi dan penyederhaaan
perijinan untuk meningkatkan pelayan perijinan berlangsung dengan baik.
Terkait dengan penyederhaanaan perijinan, dapat dilihat melalui penurunan
jumlah ijin, dari 108 pada tahun 2009 menjadi 89 ijin di tahun 2010 (turun
sebesar 17,59%). Yang mengalami peningkatan menggembirakan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah rata-rata waktu
penyelesaian, dimana tahun 2009 rata-rata perijinan di bidang perdagangan
luar negeri dapat diselesaikan dalam waktu 8 hari maka pada tahun 2010
dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari. Hal ini juga didukung dengan
meningkatnya jumlah perijinan yang dapat dilayani secara on-line, dimana
pencapaian 2010 melebihi target yang ditetapkan sejumlah 40 perijinan dan
realisasi perijinan online sebesar 53 perizinan impor. Hal ini menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik dengan pencapaian sebesar 132,50%.
IK-17
Jumlah Penerbitan
Kebijakan Fasilitasi
Ekspor dan Impor
Guna meningkatkan kinerja pelayanan perijinan perdagangan luar negeri
secara elektronik kepada dunia usaha dengan efektif, efisien, mudah dan
transparan melalui
Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dan
pengajuan/penerimaan permohonan dan pemrosesan perijinan secara
elektronik (e-Licensing) sesuai dengan target yang telah ditetapkan maka
perlu diterbitkan kebijakan yang mengatur Prosedur Operasi Standar
59 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level
Arrangement).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2010 Kementerian
Perdagangan telah menerbitkan 2 (dua) kebijakan Menteri Perdagangan,
yaitu:
1. Kebijakan/Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 32/M-DAG/PER/8/
2010 tanggal 9 Agustus 2010 tentang Unit Pelayanan Perdagangan (UPP)
yang mengatur mengenai tugas dan fungsi dan struktur organisasi UPP
guna meningkatkan kinerja layanan UPP kepada dunia usaha.
2. Kebijakan/Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
:
40/MDAG/PER/10/2010 tanggal 12 Oktober 2010 tentang Jenis Perijinan
Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi standar (Standard Operating
Procedure), dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) Dengan
Sistem Elektronik Melalui Inatrade Dalam Rangka Indonesia National
Single Window.
Demikian pula, dengan memperhatikan perkembangan ketentuan perjanjian
internasional dan peraturan perundangan – undangan serta perkembangan
teknologi yang dapat digunakan dalam proses penerbitan SKA maka
Kementerian Perdagangan telah melakukan
penyempurnaan terhadap
kebijakan yang terkait dengan penerbitan SKA, yaitu :
1) Kebijakan/Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
:
24/MDAG/PER/5/2010 tanggal 24 Mei 2010 tentang Intansi Penerbit Surat
Keterangan Asal (Certificate of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia.
Sebagai pengganti Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 43/MDAG/PER/10/2007 tentang Penerbit Surat Keterangan Asal (Certificate
of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia.
2) Kebijakan/Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
:
33/MDAG/PER/8/2010 tanggal 19 Agustus 2010 tentang Surat Keterangan Asal
(Certificate of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia. Penerbitan
Peraturan Menteri Perdagangan tersebut merupakan penyempurnaan
dari ketentuan penerbitan SKA sebagaimana sebelumnya diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 43/M-DAG/PER/10/2007.
Dengan diterbitkannya empat kebijakan ini, maka setiap aktifitas yang
mendukung kegiatan fasilitasi ekspor maupun impor telah memiliki landasan
hukum. Dari 4 target kebijakan yang ditetapkan, telah diterbitkan 4
kebijakan sehingga capaian indikator ini adalah 100% yang menunjukkan
kinerja keberhasilan yang cukup baik. Hal ini tentu saja merupakan kerja
keras dari semua pihak dan komitmen yang cukup baik dari pimpinan.
Pada tahun 2009, telah ditetapkan sejumlah 3 (tiga) Peraturan Menteri
Perdagangan yang terkait fasilitasi ekspor dan impor. Beberapa peraturan
tersebut adalah yang terkait dengan tarif SKA, ketentuan pelayanan
perijinan ekspor dan impor melalui Inatrade dan jenis peraturan ekspor dan
impor terkait dengan SLA (Service Level Arrangement) dan SOP (Standard
Operating Procedure).
60 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-18
Jumlah Sistem
Elektronik Bidang
Fasilitasi Pelayanan
Publik
Dalam rangka meningkatkan iklim usaha perdagangan luar negeri agar
menjadi lebih kondusif, maka Kementerian Perdagangan secara terus
menerus melakukan perbaikan dan penyempurnaan
terhadap sistem
layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri.
Pengembangan terhadap sistem layanan publik secara elektronik tersebut
antara lain bertujuan untuk meningkatkan jumlah perizinan yang
permohonan dapat di akses secara on line dan berkurangnya waktu layanan
kepada pelaku usaha.
Pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya adalah terhadap sistem
penerbitan SKA atau SKA On Line, yang dimulai sejak tahun 2006 di 23 (dua
puluh tiga) IPSKA, dan pada tahun 2007 dikembangkan dengan jumlah IPSKA
yang dapat memanfaatkan sistem ini menjadi 28 (dua puluh delapan) IPSKA
dari 85 (delapan puluh lima) IPSKA di seluruh Indonesia. Sementara itu,
sampai dengan tahun 2009 di 57 Instansi Penerbit SKA (IPSKA) lainnya masih
melakukan penerbitan SKA secara manual. Dengan dilakukan pengembangan
terhadap sistem penerbitan SKA On Line maka saat ini, seluruh jenis SKA
dapat diterbitkan secara elektronik (otomasi) pada 28 IPSKA Otomasi.
Pengembangan terhadap sistem layanan publik yang dilakukan pada tahun
2010 adalah sebagai berikut :
1) Pembangunan sistem penerbitan SKA secara elektronik (On Line) di 57
(lima puluh tujuh) IPSKA yang merupakan kegiatan lanjutan berupa
pengembangan sistem sarana perekaman (recording) dan transfer data
SKA di 57 (lima puluh tujuh) IPSKA pada tahun 2009. Dengan sistem
tersebut, maka data penerbitan SKA di 57 IPSKA tersebut akan dapat
disampaikan melalui jaringan publik (internet) ke Kementerian
Perdagangan setiap hari untuk melengkapi database SKA Nasional.
Database nasional tersebut untuk selanjutnya akan ditukarkan dengan
data SKA antar negara ASEAN.
2) Pengembangan sistem dan aplikasi permohonan perijinan ekspor dan
impor secara elektronik (e-licensing) antara lain adalah pengembangan
sistem inhouse untuk perijinan ekspor-impor di lingkungan Kementerian
Perdagangan dan penambahan fasilitas serta fitur-fitur lainnya yang
belum berfungsi dengan baik pada tahun 2009. Dengan penambahan
fitur document tracking akan memudahkan pelaku usaha yang ingin
mengetahui secara real time proses pengurusan dokumennya.
Dengan pengembangan sistem tersebut pada tahun 2010 maka, proses
pengajuan dan penerbitan SKA di daerah yang belum memiliki sistem
otomasi pada tahun 2011 dapat dilakukan secara melalui website:
http://www.e-ska.kemendag.go.id.
Selain itu, terkait dengan SKA, maka dalam rangka mendukung pelaksanaan
ASEAN Single Window, melalui sistem Inatrade sejak tanggal 1 Juli 2009
telah dilakukan pertukaran data CEPT Form D dengan Malaysia. Total data
CEPT Form D yang telah dikirim ke portal NSW melalui INATRADE selama
tahun 2010 adalah sebanyak 36.135 SKA dengan perincian sebagai berikut:
61 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 13
Total Data CEPT Form D Terkirim ke Portal NSW Melalui INATRADE
No.
Nama Negara
Terkirim
Proses
Kirim
Total
1
Brunei Darussalam
143
2
145
2
Cambodia
69
2
71
3
Laos
19
-
19
4
Malaysia
11.181
185
11.366
5
Myanmar
124
1
125
6
Philippines
6.076
132
6.208
7
Singapore
2.896
33
2.929
8
Thailand
8.571
148
8.719
9
Vietnam
6.463
90
6.553
35.542
593
36.135
Total
Sumber: Kementerian Perdagangan
IK-19
Jumlah Pengguna (hak
akses) Perijinan Ekspor
dan Impor Online yang
Dilayani Melalui
INATRADE
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
28/MDAG/PER/6/2009 Tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan Ekspor dan
Impor dengan Sistem Elektronik Melalui Inatrade dalam Kerangka
Indonesia National Single Window, ditetapkan bahwa pelayanan perijinan
perdagangan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki
hak akses (hak pengguna).
Untuk lebih memaksimalkan pelayanan perijinan ekspor dan impor secara
on line, maka Kementerian Perdagangan dalam hal ini Ditjen
Perdagangan Luar Negeri pada tahun 2010, menargetkan sebanyak 1500
perusahaan telah memiliki pengguna hak akses (hak pengguna). Adapun
realisasi perusahaan yang telah memiliki hak akses sampai dengan akhir
tahun 2010 adalah sebanyak 1.536 perusahaan/pengguna. Tercapainya
target hak akses sebesar 102% ini menggambarkan bahwa baik perusahaan
maupun Pemerintah sangat antusias dalam usaha untuk memperbaiki
layanan perijinan dan non-perijinan khususnya di bidang perdagangan
luar negeri. Disamping itu, tersedia kemudahan berupa fasilitas bagi
perusahaan
untuk
mendapatkan
hak
akses
melalui
http://inatrade.depdag.go.id dan mengisi formulir yang tersedia secara
lengkap dan benar serta menyampaikan hasil pencetakan kepada petugas
INATRADE.
Namun demikian, apabila memperhatikan data yang ada dengan masih
kecilnya jumlah perusahaan yang benar-benar memanfaatkan dan
menggunakan hak akses dalam rangka permohonan perijinan secara
online dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang telah memiliki hak
akses, maka untuk periode yang akan datang perlu dilakukan
telaah/kajian yang lebih mendalam agar pemanfaatan layanan perijinan
ekspor dan impor secara on line (e-licensing) oleh perusahaan yang telah
62 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 memiliki hak akses dapat meningkat secara signifikan.
Kinerja indikator ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya
karena indikator ini belum dijadikan sebagai indikator sasaran. Selain itu,
landasan hukum terkait hak akses (pengguna) baru diterbitkan pada
pertengahan tahun 2009. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa
kinerja Kementerian Perdagangan cq. Ditjen Perdagangan Luar Negeri
sangat baik mengingat pada tahun pertama sudah berhasil
mensosialisasikan dan meyakinkan 1.536 pelaku usaha untuk memperoleh
hak akses (pengguna) online dalam pengajuan permohonan perijinan
perdagangan luar negeri khususnya perijinan di bidang impor.
Perijinan elektronik dengan fitur document tracking dan pemenuhan
Service Level Arrangement merupakan terobosan yang dilakukan
Kementerian Perdagangan untuk memudahkan pelaku usaha yang ingin
mengetahui secara real time proses pengurusan dokumennya. Dengan
penyederhanaan proses perijinan di bidang perdagangan ini, diharapkan
dapat meningkatkan daya saing untuk mendorong laju pertumbuhan
ekspor.
Fasilitas ini dapat digunakan oleh pelaku usaha yang telah memiliki hak
akses. Untuk mendapatkan hak akses, pelaku usaha dapat melakukan
permohonan dengan mendaftar melalui http://inatrade.depdag.go.id dan
mengisi formulir yang tersedia secara lengkap dan benar serta
menyampaikan hasil pencetakan kepada petugas INATRADE.
Dalam perijinan secara elektronik ini diberlakukan prinsip perijinan
”single entry dan single exit point” sehingga tatap muka antara pemohon
dengan pejabat pemroses dapat dihindari dalam
proses perizinan
khususnya perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri.
Hal-hal diatas merupakan upaya penyerderhanaan proses perijinan serta
perbaikan fungsi pelayanan perizinan (ekspor dan impor) agar pelayanan
yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, tertib, transparan, dan
terprediksi (good governance) kepada publik secara terpadu. Jumlah
layanan perijinan ekspor dan impor yang diterbitkan melalui
UPP/INATRADE Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14
Perijinan yang Diterbitkan Melalui UPP/INATRADE Tahun 2010
No
Jenis Perizinan
2010
1
Nomor Pengenal Importir
3.170
2
Importir Terdaftar (IT)
4.338
3
Persetujuan Impor (PI)
3.597
4
Importir Produsen (IP)
1.625
5
API-K
6
Pengecualian Persetujuan Impor
63 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 40
30
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 No
Jenis Perizinan
2010
7
Persetujuan Ekspor (PE) Produk
Pertanian & Kehutanan
513
8
Eksportir Terdaftar (ET) Ekspor Produk
Pertanian & Kehutanan
493
9
Perijinan Ekspor (PE) Produk Pertanian
& Kehutanan Lainnya
42
10
Persetujuan Ekspor (PE) Produk Industri
& Pertambangan
439
11
Eksportir Terdaftar (ET) Ekspor Produk
Industri & Pertambangan
20
12
Perijinan Ekspor (PE) Produk Industri &
Pertambangan Lainnya
5
13
Surat Pendaftaran Barang (SPB)
Total Perijinan
10.931
23.144
Sumber: Kementerian Perdagangan
IK-20
Jumlah Bimbingan
Teknis bidang Fasilitasi
Perdagangan
Guna mendukung visi dan misi Kementerian Perdagangan maka pada
tahun 2010 telah pula dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis. Bimbingan
teknis ini diberikan kepada para pelaku usaha di daerah dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai
perkembangan penyelenggaraan fasilitasi ekspor dan impor antara lain :
1) Bimbingan teknis skema imbal dagang di 2 (dua) daerah yaitu :
Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat dengan jumlah peserta sebanyak
140 orang;
2) Bimbingan teknis SKA di 5 (lima) daerah yaitu : Bengkulu, NTB, Jambi,
Lampung dan DI. Yogyakarta dengan jumlah peserta sebanyak 375
orang;
3) Bimbingan teknis aplikasi Inatrade di 7 (tujuh) daerah yaitu : Sulawesi
Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Batam dan DKI Jakarta dengan jumlah peserta sebanyak 560 orang,
khusus untuk Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan
pengulangan dari kegiatan tahun sebelumnya, hal ini dimaksudkan
untuk memperdalam materi yang diberikan serta mengakomodir
munculnya beberapa isu-isu baru yang terjadi di propinsi;
4) Dalam rangka pemberdayaan UKM khususnya yang berorientasi ekspor
melalui kegiatan ini telah pula diberikan pengetahuan mengenai
tatacara dan prosedur penyusunan laporan keuangan dan sistem
pembiayaan perdagangan (Trade Fiancing) di 12 (dua belas) daerah
yaitu : Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Riau, Kalimantan Timur, DI. Yogyakarta, Jawa Tengah,
Sulawesi Utara, Bali, Lampung dan Sulawesi Selatan) dengan peserta
sebanyak 720 orang.
64 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Melalui pelaksanaan bimbingan teknis tentang penyelenggaraan fasilitasi
ekspor dan impor tersebut, maka pelaku usaha di bidang perdagangan
luar negeri dapat memanfaatkan semaksimal mungkin fasilitas dan
kemudahan yang diberikan oleh pemerintah maupun pihak negara tujuan
ekspor.
Sedangkan pada tahun 2009 jumlah bimbingan teknis yang diberikan
berjumlah total 27 Bimbingan teknis dengan perincian sebagai berikut:
1) Bimbingan teknis Penggunaan Aplikasi Inatrade di 9 (sembilan)
daerah yaitu Sumut, Pekanbaru, Sumbar, Palembang, DKI,
Jateng, Jatim, Batam dan Jabar dengan jumlah peserta 720
orang;
2) Bimbingan teknis verifikasi Pengguna Jasa Inatrade di 5 wilayah
Propinsi DKI Jakarta;
3) Bimbingan teknis kebijakan tatacara penerbitan SKA di 6 (enam)
daerah;
4) Bimbingan teknis SKA dalam rangka FTA (CEPT-AFTA, ACFTA,
AKFTA, IJEPA Dan AANZ) di 8 (delapan) daerah yaitu Ambon,
Bengkulu, Gorontalo, Sulteng, Jateng, Batam, Sulsel, dan Kaltim;
5) Bimbingan teknis Penyusunan Dasar-Dasar Laporan Keuangan di 5
(lima) daerah yaitu Bengkulu, Palu, Manado, Aceh dan Jawa
Barat.
Perbedaan pada tahun 2009 dengan 2010 terletak pada jenis Bimtek yang
dilaksanakan, dimana pada tahun 2009 terdapat 11 Bimtek berfokus pada
SKA dan 9 Bimtek berfokus pada pengembangan Inatrade, sedangkan pada
tahun 2010 terdapat 12 Bimtek berfokus pada sistem pembiayaan
perdagangan (Trade Financing) dan penyusunan laporan keuangan.
Secara umum, seluruh indikator yang terkait dengan penyederhanaan
perizinan perdagangan luar negeri adalah untuk membaiknya layanan
perijinan dan non-perijinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam
hal jumlah perijinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.
Hal ini sebagaimana dilihat pada uraian sebelumnya telah menunjukkan
keberhasilan yang sangat baik. Hal ini tentu saja mendukung terhadap
tujuan akhir dari sasaran ini adalah untuk perbaikan iklim usaha
perdagangan luar negeri agar menjadi lebih kondusif. Hal ini salah
satunya dapat dilihat dari iklim investasi yang membaik yang dilihat dari
realisasi investasi dari dalam negeri (PMDN=Penanaman Modal Dalam
Negeri) maupun realisasi investasi dari luar negeri (PMA=Penanaman
Modal Asing) pada tahun 2009.
Selain itu perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri juga dapat
dilihat melalui hasil survei yang dilakukan oleh Japan Bank for
International Cooperation (JBIC).
65 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 3: Peningkatan Daya Saing Ekspor Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor
“Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global,
yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang
mampu bersaing di pasar global”
Tabel 15
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 5
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Indikator Kinerja
Realisasi
590 komoditi
ekspor
887
150,34%
3 komoditi
1 komoditi
33,3%
650 NPB
985 NPB
151,54%
100 NRP
695 NRP
695%
1 road map
0 road map
0%
20 LPK
50 LPK
250%
11 Kerjasama
15
Kerjasama
136%
28 Sertifikat
27 Sertifikat
96,43%
9 komoditi
10 komoditi
101%
Jumlah komoditi dengan RCA > 1
Jumlah komoditi ekspor yang diawasi
mutunya melalui preshipment inspection
Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran
Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan
mutu barang impor melalui pengawasan
pra-pasar
Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi
Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan
mutu barang produk dalam negeri setara
dengan mutu produk impor
Jumlah road map kerjasama Lembaga
Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam
maupun luar negeri
Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK)
yang dipantau
Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu
barang dengan pihak dalam dan luar
negeri
Jumlah sertifikat mutu barang yang
diterbitkan
Jumlah penambahan ruang lingkup
komoditi yang diakreditasi atau
disertifikasi
IK-21
Jumlah Komoditi
Dengan RCA > 1
Capaian
Rencana
Tingkat Capaian
(%)
Tabel 16
Perkembangan Daya Saing Ekonomi 2010
C o u n t ry
In d u s tr ia l
P ro d u c ti o n
(c h a n g e ,% )
T ra d e B a l a n c e
C u rr e n t - a c c o u n t
B a la n c e
(l a t e s t 1 2 m o n t h s ) $ B
U SA
In d o n e s ia
B rit a i n
M alaysia
A u s t ra li a
T h a i la n d
B ra z il
P h i lip p in e s
S i n g a p o re
Hong Kong
In d ia
2 ,8
4 ,2
3 ,3
4,2
2,7
-2, 5
2,7
29,2
9,0
5,4
2 ,7
Q4
Nov
Nov
D ec
Q4
D ec
D ec
D ec
D ec
Q3
Nov
66 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 -643
22
-150
34
43
18
20
- 3 ,2
41
- 43
-116
D ec
D ec
D ec
D ec
D ec
D ec
D ec
Nov
D ec
D ec
D ec
-46 1
8,7
- 42
28,4
-43, 4
14,8
-47, 5
9 ,6
41,7
14,8
- 5 3 ,1
Q3
Q3
Dec
Dec
Q3
Dec
Dec
S ep
Dec
Q3
Q3
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Sumber: Economist
Perkembangan daya saing ekonomi pada tabel di atas, di sisi industrial
production, trade balance (neraca perdagangan), dan current account balance
(neraca pembayaran) sesungguhnya bercerita kekuatan daya saing Indonesia
yang tak pernah terbayangkan yang relatif hanya tersaingi oleh Singapura dan
Malaysia. Dari bingkai tersebut, (terutama di sisi keunggulan neraca
perdagangan dan neraca pembayaran), kekuatan daya saing produk ekspor
Indonesia berbicara. Indonesia memiliki surplus perdagangan barang sebesar 22
miliar USD, dan neraca pembayarannya surplus 8,7 miliar USD yang jauh lebih
beruntung ketimbang Inggris, AS, India sebagaimana tabel di bawah ini.
Gambar 16
Trade Balance 2010
Diukur dengan RCA (Revealed Comparative Advantage), sebenarnya hingga
tahun 2009, komoditi Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif di pasar
global, atau memiliki RCA>1 sebanyak 887 komoditi dari 5238 komoditi HS-6
tahun 1996. Data ini diperkirakan kuat bertahan di 2010. Dalam menopang
peningkatan daya saing itulah, Kemendag terus melakukan pemetaan komoditi,
pembinaan kualitas, serta disain produk melalui kerjasama pelaku usaha besar
kecil di daerah, pemerintah daerah, asosiasi, dan trade intelligence.
67 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-22
Jumlah Komoditi
Ekspor yang
Diawasi Mutunya
Melalui
Preshipment
Inspection
Sampai dengan tahun 2010, sesuai dengan Permendag No. 10/M-DAG/4/2008
tentang Ketentuan Karet Alam Spesifikasi Teknis Indonesia (SIR) yang
Diperdagangkan ke Luar Negeri, telah dilakukan pengawasan mutu terhadap 1
(satu) komoditi ekspor yaitu komoditi SIR. Pengawasan mutu tersebut dilakukan
melalui preshipment inspenction dengan skema penerbitan Tanda Pengenal
Produsen (TPP) terhadap para eksportir produsen karet SIR. Jumlah TPP yang
telah diterbitkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 6 (enam) TPP. Selain itu,
pada tahun 2010 telah disusun 2 (dua) draft kebijakan pengawasan mutu
komoditi ekspor untuk kakao dan kopi, dan telah disosialisasikan kepada para
stakeholder untuk mendapatkan masukan (Regulatary Impact Assesment).
Capaian untuk jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui
Preshipment Inspection adalah 33,33%. Sebagaimana telah disampaikan diatas
pengawasan melalui Preshipment Inspection baru dilakukan untuk komoditi
karet melalui skema TPP, sedangkan dua komoditi lainnya, yaitu kakao dan
kopi dasar hukumnya masih berbentuk draft kebijakan.
IK-23
Jumlah Penerbitan
Nomor
Pendaftaran
Barang (NPB)
dalam kerangka
pengawasan mutu
barang impor
melalui
pengawasan prapasar
Pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra pasar telah dilakukan
oleh Kementerian Perdagangan dengan skema penerbitan Nomor Pendaftaran
Barang (NPB). Pengawasan mutu barang impor tersebut, ditujukan untuk dapat
mendukung kenggulan komparatif produk ekspor dengan cara menjaga mutu
bahan baku produk impor yang telah diberlakukan SNI-nya secara wajib.
Capaian untuk tahun 2009 adalah sebesar 137,8 %, dengan target 500 NPB dan
realisasinya adalah 689 NPB. Pada tahun 2010, untuk 54 komoditi yang SNI-nya
telah diberlakukan secara wajib, terdapat kenaikan penerbitan NPB sebesar
142,96% yaitu dari 689 NPB pada tahun 2009 menjadi 985 NPB pada tahun 2010.
Apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2010
terdapat kenaikan sebesar 151,54%.
68 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-24
Jumlah penerbitan
Nomor Regristrasi
Produk (NRP)
dalam kerangka
pengawasan mutu
barang produk
dalam negeri
setara dengan
mutu produk
impor
IK-25
Jumlah road map
kerjasama
lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK)
baik dalam
maupun luar
negeri
IK-26
Jumlah Lembaga
Penilai Kesesuaian
(LPK) yang
dipantau
IK-27
Jumlah kerjasama
bidang pengujian
mutu barang
dengan pihak
dalam dan luar
negeri
Sesuai dengan kesepakatan WTO, dimana terdapat ketentuan untuk penerapan
non-diskriminasi terhadap standar mutu produk impor dengan produk sejenis
yang diproduksi di dalam negeri, untuk itu Kementerian Perdagangan telah
melakukan pengawasan mutu produk dalam negeri melalui pengawasan pra
pasar dengan skema penerbitan Nomor Registrasi Produk (NRP) baik untuk
produk yang akan dipasarkan di dalam negeri maupun yang akan di ekspor.
Capaian untuk tahun 2009 adalah sebesar 250 %, dengan target 100 NRP dan
realisasinya adalah 250 NRP.Pada tahun 2010, terdapat kenaikan penerbitan
NRP sebesar 278% yaitu dari 250 NRP pada tahun 2009 menjadi 695 NRP pada
tahun 2010. Apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada
tahun 2010 terdapat kenaikan sebesar 695%.
Roadmap kerjasama dengan LPK luar negeri belum dapat terealisasi karena
masih adanya kendala dengan pihak LPK luar negeri yang belum siap melakukan
kerjasama di bidang sertifikasi dalam rangka mendukung pengawasan mutu
barang. Roadmap yang dimaksud dalam indikator ini adalah untuk mewujudkan
kerjasama antara LPK di Indonesia dengan LPK di luar negeri melalui Mutual
Recognition Arrangement (MRA). Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka
capaian untuk IK ini adalah 0%, dimana Road Map kerja sama LPK baik dalam
maupun luar negeri tidak terealisasi. Meskipun realisasi hanya 0%, namun hal
ini dikarenakan hal yang ada di luar kendali Kementerian Perdagangan.
Untuk meningkatkan efektivitas dan dukungan pelaksanaan pengawasan mutu
barang di daerah, pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan telah melakukan
pemantauan kompetensi LPK di daerah, dengan jumlah LPK yang telah dipantau
adalah sebanyak 50 LPK dari 26 daerah. Capaian untuk tahun 2009 adalah
sebesar 100 %, dengan target 20 LPK dan realisasinya adalah 20 LPK. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2009 maupun target pada tahun 2010, terdapat
peningkatan jumlah LPK yang dipantau sebesar 250% yaitu dari 20 LPK di 20
daerah menjadi 50 LPK dari 26 daerah.
Hingga tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah menandatangani 15 MoU
dengan sejumlah instansi baik dari dalam dan luar negeri (LSPro PPMB, LSPro
Pustand, Modern Testing Service, LSPro Chempack, LSPro PPMB (CB Test),
Intertek Testing Utama, Pasific Indo Dairy, BPSMB Bali, TUV Internastional
Indonesia, TUV Nord Indonesia, Raflindo Agung Surveyor, BPSMB Palembang, PT
Beckjorindo Paryaweksana, Pasific Jaya Niaga, dan Indo Surya Kencana) guna
meningkatkan pelayanan pengujian mutu barang di Direktorat PPMB.
Tercapainya penandatangan 15 MoU tersebut berarti capaian untuk IK ini
melampaui target yang direncanakan, dimana pada Tahun 2010 ditargetkan
terdapat 11 kerja sama bidang pengujian mutu bang dengan pihak dalam dan
luar negeri.
IK-28
Jumlah sertifikat
mutu barang yang
diterbitkan
Sertifikat mutu Barang/Produk adalah Sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga
Sertifikasi Produk (LSPro) yang mendapat akreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) dan atau yang ditunjuk oleh Kementerian Teknis. LSPro PPMB
pada tahun 2010 selain telah memperoleh Akreditasi KAN juga mendapat
69 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 penunjukan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM untuk
melakukan pelayanan sertifikasi produk.
Sertifikat Produk dikeluarkan setelah melalui proses audit dokumen sistem
mutu dan implementasinya dilapangan (pabrik) serta kelulusan hasil uji mutu
produk.
Pada tahun 2010 LSPro di Kementerian Perdagangan telah menerbitkan
sertifikat sebanyak 23 sertifikat, yang terdiri dari 14 sertifikat produk
kelistrikan (kipas angin, lampu hemat energi, tusuk kontak dan kotak kontak
serta sakelar), 4 sertifikat produk BAN Kendaraan Bermotor, 3 sertifikat produk
Tepung Terigu, 1 sertifikat produk Gula dan 1 sertifikat produk Pupuk. Dengan
demikian, capaian untuk IK ini sebesar 82,14%, dari sebanyak 28 sertifikat yang
ditargetkan, terdapat 23 sertifikat mutu barang yang mampu direalisasikan.
IK-29
Jumlah
penambahan ruang
lingkup komoditi
yang diakreditasi
atau disertifikasi
Hingga tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah mengajukan proses
penambahan ruang lingkup pengujian untuk 10 komoditi yakni Pupuk
Haspramin, Pupuk SP 18, kosmetik, HSD, MFO, batu bara, korek api, helm,
korek api kayu, dan sepatu pengaman. Kesembilan komoditi tersebut sedang
dalam proses akreditasi di Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dengan
tercapainya 10 komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi dari 9 komoditi
yang ditargetkan, maka capaian untuk IK ini sebesar 101%.
70 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 3: Peningkatan Daya Saing Ekspor Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export)
“Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya
akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor”
Tabel 17
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 6
No
30
31
32
Indikator Kinerja
Skor dimensi dalam Simon Anholt
Nation Brand Index (NBI
estimated)
Jumlah pameran dagang dalam
negeri
Jumlah promosi dagang
internasional yang diikuti
IK-30
Skor Dimensi Anholt
Nation Brand Index
(NBI)
Capaian
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Skor 44
Skor 47,7
108,4%
21 pameran
21 pameran
100%
57 kegiatan
46 kegiatan
80,7%
(%)
Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui peringkat
suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt.
Pencitraan Indonesia ke Luar Negeri melalui (a) pengembangan strategi
komunikasi Nation Branding yang dilakukan secara holistik; (b) Optimalisasi
keikutsertaan Indonesia pada World Expo Shanghai China 2010 (WESC 2010)
dan mengupayakan keikutsertaan dalam World Expo berikutnya; dan (c)
penguatan posisi Indonesia di pameran dagang internasional potensial.
Ranking persepsi ekspor Indonesia pada tahun 2010 berada pada posisi 38
dimana tercapai perbaikan dari tahun 2008 yang berada di posisi 43,
dengan skor 47,7. Dengan skor sebesar 47,7, maka realisasi adalah sebesar
108,4 dibandingkan dengan target yang ditetapkan yakni skor 44. Capaian
tersebut paling kurang merefleksikan upaya terpadu yang dilakukan
berbagai pihak terkait dalam memperbaiki citra bangsa Indonesia,
termasuk melalui keikutsertaan pada berbagai event internasional, salah
satunya WESC 2010 tersebut. Adapun mengingat tidak tersedianya data
secara regular, maka tidak dilakukan perbandingan dengan capaian tahuntahun sebelumnya.
71 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Paviliun Indonesia pada World Expo Shanghai China (WESC 2010)
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, untuk rangking
persepsi Indonesia pada tahun 2008 berada di bawah Singapura (rangking
24), Thailand (rangking 34), dan Malaysia (rangking 39). Hal ini cukup
beralasan dikarenakan negara-negara tersebut telah lebih dulu memiliki
konsep pencitraan, misalnya Singapura dengan “Uniquely Singapore” (yang
kini berubah menjadi “Yours Singapore”), Malaysia dengan “Malaysia Truly
Asia” dan Thailand dengan konsep “Amazing Thailand”-nya.
Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan dan memperbaiki
pencitraan terhadap masyarakat global adalah melalui optimalisasi
keikutsertaan pada World Expo Shanghai China (WESC) 2010. WESC 2010
merupakan bagian dari World Expo yang telah diselenggarakan dari satu
negara ke negara lainnya sejak tahun 1800-an. Pada penyelenggaraan
tahun 2010, WESC mengambil tema “BETTER CITY, BETTER LIFE” yang
merepresentasikan harapan umum sebagian besar umat manusia untuk
dapat hidup lebih baik di lingkungan perkotaan pada masa depan. Untuk
itu diharapkan pada Expo 2010 dapat dibangun suatu proyek percontohan
dari kehidupan perkotaan yang harmonis dan berkesinambungan.
Selama penyelenggaraan, Paviliun Indonesia telah menarik perhatian
jutaan pengunjung World Expo Shanghai China dan telah melampaui target
awal sebanyak 3 juta pengunjung selama 6 bulan pelaksanaan. Sampai
dengan berakhirnya WESC 2010, Paviliun Indonesia telah dikunjungi oleh
8.15 juta pengunjung yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, baik
dari China maupun mancanegara. Selain itu, hal yang sangat
membanggakan lainnya adalah Paviliun Indonesia pada penyelenggaraan
WESC 2010 adalah Indonesia termasuk dalam tipe A (kategori tertinggi),
mendapatkan bronze award categori CREATIVE DISPLAY.
72 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-31
Jumlah Pameran
Dagang Dalam Negeri
Selama tahun 2010, terselenggara sebanyak 21 partisipasi maupun
penyelenggaraan pameran dagang dalam negeri. Pameran dagang tersebut
adalah Trade Expo Indonesia, Pameran Pangan Nasional "Feed The World"
Exhibition & Conference, Agrinex International Expo 2010, Pameran IFFINA
2010, Pameran Adi Wastra Nusantara 2010, Pameran Inacraft 2010, Batam
Expo 2010, Pameran Produk Hak kekayaan Intelektual (HKI), Bengkulu
Expo 2010, Sriwijaya Fair 2010, International Halal Business and Food Expo
2010, The 6th Texcraft, Sail Banda 2010, NTB Expo 2010, Surabaya
International Jewelry Fair 2010, Pekan Batik Nusantara 2010, Pameran
International Pelayanan Publik, Cosmobeaute Indonesia 2010, Celebes
Expo 2010, SIKIB Expo 2010, dan Pameran Mutumanikam Nusantara 2010.
Adapun dari penyelenggaraan dan partisipasi pada 21 pameran dagang
dalam negeri selama tahun 2010 berhasil mengumpulkan transaksi dagang
sebesar USD 369,5 juta dan mengikutsertakan 1.034 UKM/perusahaan
potensial ekspor. Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan dan
partisipasi pada pameran dagang dalam negeri di tahun 2009, dari sisi
jumlah tidak terdapat perubahan. Pada tahun 2009 juga diselenggarakan
dan diikuti sebanyak 21 pameran dagang dalam negeri. Namun, transaksi
tahun 2009 hanya sebesar USD 285,77 juta dan mengikutsertakan 926
perusahaan/UKM. Adapun untuk indikator jumlah pameran dalam negeri,
capaian tahun 2009 yakni sebesar 100% tidak dapat dibandingkan dengan
capaian tahun 2009, mengingat pada tahun 2009 jumlah pameran dalam
negeri bukan merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja
Kementerian Perdagangan.
Peningkatan capaian partisipasi dan penyelenggaraan pameran dagang
dalam negeri salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya
apresiasi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, terhadap produkproduk dalam negeri. Selain itu, pada tahun 2010 minat UKM/perusahaan
Indonesia untuk berpartisipasi pada sejumlah pameran dagang dalam
negeri melalui Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan. IK-32
Jumlah Promosi Dagang
Internasional yang
Diikuti
Selama tahun 2010, tercatat sebanyak 46 kegiatan promosi dagang
internasional yang diikuti maupun diselenggarakan oleh Kementerian
Perdagangan. Kegiatan tersebut meliputi 41 partisipasi pada pameran
dagang luar negeri, 4 kegiatan misi dagang, dan 1 kegiatan in-store
promotion.
Adapun kegiatan pameran dagang luar negeri yang diikuti Kementerian
Perdagangan selama tahun 2010 yakni China ASEAN Expo (CAEXPO) 2010;
Pameran Seoul Food and Hotel 2010; The 6th Fukuoka International Gift
Show 2010; Medical Fair Australia 2010; Tokyo International Gift Show
2010; Agri Pro ASIA 2010; Saudi Building and Interior Expo 2010; Tripoli
International Fair; Gulf Bid Bahrain 2010; Foire International D’Alger 2010;
Dar es Salaam International Trade fair (DITF) 2010; Baghdad International
Trade Fair; The 5th International Hotel, Restaurant and Food Exhibition
for Qatar (DIYAFA 2010); International Furniture & Design Exhibition and
Awards 2010 (INFDEX 2010); The Big Five Show 2010; Pasar Malam Tong
73 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tong 2010; Pameran Foire de Paris; Pameran Alimentaria Mexico; Pameran
JA Show New York; 41st House & Gift Fair Brasil; Pameran Vicenzaoro
Autumn 2010; BNV-Budapest International Fair; World Food Moscow 2010;
Accenta – Flanders Expo; Alimentaria Barcelona; International Fisaldo Las
Palmas, Spanyol; Fancy Food, New York; Misi Budaya dan Promosi,
Istambul – Turki; Gifts Show - Moscow, Rusia; FIM, Madrid – Spanyol; HighPoint, Amerika Serikat; Stylemax; Cairo International Fair 2010; Food,
Hotel & Propac Arabia; Beautyworld Middle East; Inter Build Egypt 2010;
Asian Pacific Food Expo 2010; Korea International Jewellery & Watch Fair
2010; Bangkok International Fashion Fair; The 7th China International
Small & Medium Enterprise Fair; dan Pameran Taste of Indonesia &
Handicraft. Pameran instore promotion di Harrods, London Selain partisipasi pada sejumlah pameran dagang internasional, kegiatan
promosi dagang yang juga dilakukan oleh Kementerian Perdagangan
selama tahun 2010 adalah menyelenggarakan misi dagang di 4 negara
yakni Misi Dagang ke Brussel – Belgia (26-27 April 2010), misi dagang
Vancouver – Canada (29 Juni 2010), misi dagang Rusia dan Belarus (15-18
September 2010), dan misi dagang India (15-17 Desember 2010). Di samping kegiatan promosi berupa partisipasi pada pameran dagang
internasional dan misi dagang, salah satu kegiatan promosi lain yang
diselenggarakan selama tahun 2010 adalah In-store Promotion yang
diselenggarakan pada tanggal 27 Maret – 1 Mei 2010, dengan
mengikutsertakan 16 pengusaha bertempat di Harrods, London.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2010,
jumlah realisasi partisipasi pada kegiatan promosi dagang internasional
hanya mencapai 80,7%. Salah satu hal yang menyebabkan tidak
tercapainya target sebanyak 57 partisipasi pada kegiatan promosi luar
negeri antara lain karena terjadinya penyesuaian kebijakan penetrasi
74 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 pasar yang lebih dikhususkan kepada pasar-pasar nontradisional, antara
lain di wilayah Afrika, Timur Tengah dan Emerging Asia. Penyesuaian
kebijakan penetrasi pasar ini merupakan salah satu upaya mengurangi
dependensi terhadap pasar-pasar tradisional. Pengalihan target pasar ini
juga mengakibatkan penyesuaian pada besarnya biaya-biaya yang
dibutuhkan untuk partisipasi pada berbagai kegiatan pameran dagang
internasional.
Pada tahun 2009, terdapat sebanyak 25 kegiatan serupa yang
dilakukan di berbagai negara terdiri dari 15 pameran luar negeri, 7
kegiatan misi dagang, dan 3 kegiatan instore promotion. Akan
tetapi tidak dilakukan perbandingan antara realisasi dan capaian
tahun 2010 dengan tahun 2009 dikarenakan pada tahun 2009 jumlah
pameran dalam negeri bukan merupakan salah satu indikator
pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan.
75 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 4: Peningkatan Peran dan Kemampuan Kementerian Perdagangan Dalam Diplomasi Perdagangan Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional
” Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai
forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan di
berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagi
kepentingan nasional”
Tabel 18
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 7
No
33
34
35
36
37
38
39
Indikator Kinerja
Jumlah hasil perundingan perdagangan
internasional (Agreement, kerjasama
komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes,
Declaration, Chair Report)
Jumlah partisipasi dalam perundingan
perdagangan internasional dalam rangka
pembukaan, peningkatan dan pengamanan
akses pasar
Jumlah perundingan bidang jasa yang
diikuti
Jumlah partisipasi perundingan kerjasama
multilateral
Jumlah partisipasi perundingan kerjasama
regional
Jumlah partisipasi perundingan kerjasama
bilateral di kawasan Asia, Amerika dan
Australia
Jumlah partisipasi perundingan kerjasama
bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan
Timur Tengah
IK-33
Jumlah hasil
perundingan
perdagangan
internasional
(Agreement, kerjasama
komoditi, MRA, MoU,
Agreed Munutes,
Declaration, Chair
Report)
Rencana
Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
140 hasil
perundingan
140
100%
40 perundingan
41
102,5%
10 perundingan
10
100%
30 perundingan
30
100%
62 perundingan
62
100%
20 perundingan
20
100%
12 perundingan
12
100%
Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan
internasional, maka Kementerian Perdagangan melakukan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional.
Pendekatan diplomasi dalam menghadapi perundingan perdagangan
internasional tersebut dilakukan melalui 3 (tiga) pilar negosiasi
perdagangan yang meliputi: Multilateral yang bertumpu pada sistem
perdagangan Multilateral (WTO), Regional yang berfokus pada ASEAN +
Mitra Dialog dan APEC, Bilateral yang berorientasi pada penjajakan
pengembangan Economic Partnership Agreement (EPA) dan Free Trade
Agreement (FTA).
Dengan latar belakang tersebut, maka target yang telah dicapai pada
tahun 2010 adalah 140 (seratus empat puluh) hasil perundingan
perdagangan internasional, dengan kata lain pencapaian Kementerian
76 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 perdagangan adalah 100%, dan hasilnya berupa Agreement, kesepakatan
kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair
Report, dan dokumen perundingan lainnya (Annotated agenda, Minutes of
Meeting, Summary report, Agreed Conclusions, Agreed Record of the
Meeting, Joint Statement, Conclusion and Recommendation, Protocol,
Record of Discussions, dan Joint Press Release). Berikut adalah tabel
jumlah hasil kesepakatan yang telah dicapai Kementerian Perdagangan
pada tahun 2010: Tabel 19
Jumlah Hasil Kesepakatan Kerjasama Tahun 2010
No
Tahun
Bentuk Kesepakatan
2010
1
MoU
2
2
Agreement
0
3
Ratifikasi
7
4
MRA
0
5
Agreed Minutes
10
6
Chair Report
3
7
Declaration
1
8
kesepakatan kerjasama komoditi
1
10
Dokumen lainnya
116
TOTAL
140
Sumber: Kementerian Perdagangan
Kinerja Kementerian Perdagangan mengenai hasil kesepakatan yang telah
dicapai dapat dilihat secara kumulatif dari tahun ketahun. Berikut adalah
bagan perbandingan capaian hasil kesepakatan jika dibandingkan dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2010:
Tabel 20
Capaian Indikator Kinerja Hasil-hasil Perundingan Perdagangan Internasional Tahun
2008-2010
No 1 Indikator Kinerja Jumlah hasil‐hasil perundingan perdagangan internasional 2008 50 Hasil Perundingan Tahun 2009 57 Hasil Perundingan 2010 140 Hasil Perundingan Sumber: Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil-hasil perundingan
perdagangan internasional pada tahun 2008, 2009, dan 2010 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 telah dicapai 140 hasil
kesepakatan dari beberapa perundingan perdagangan internasional di fora
(multilateral, regional, dan bilateral) yang diikuti oleh Kementerian
Perdagangan dan telah berjalan secara optimal. Kenaikan hasil kesepakatan
77 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 pada tahun 2010 dari tahun 2009 dikarenakan pemfokusan Kementerian
Perdagangan pada beberapa kesepakatan yang belum mencapai
kesepakatan pada tahun-tahun sebelumnya, walaupun timbul konsekuensi
dari pemfokusan ini yaitu menurunnya total partisipasi dari 178 menjadi
175. Pada tahun 2009 IK hasil kesepakatan kerjasama perdagangan
internasional difokuskan pada 4 (empat) hal, yaitu: MoU, Agreement,
Ratifikasi, dan MRA, oleh sebab itu berikut adalah tabel perbandingan
beberapa hasil kesepakatan yang telah dicapai pada tahun 2008-2010:
Tabel 21
Perkembangan Hasil Kesepakatan Kerjasama
Tahun 2008-2010
No
MoU yang telah
ditandatangani oleh
Kementerian
Perdagangan
Bentuk Kesepakatan
Tahun
2008
2009
2010
1 MoU ‐ 4 2 2 Agreement 7 6 0 3 Ratifikasi 1 3 7 4 MRA 0 4 0 Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan:
a) Pencapaian MoU pada tahun 2010, antara lain:
1.
Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade
the Republic of Indonesia and the Ministry of Industry and
Trade of the Republic of Mozambique on Trade Promotion
Cooperation ditandatangani pada tanggal 9 Juni 2010 di Jakarta,
Indonesia. MoU ini dibentuk dalam rangka kesepakatan untuk
mempromosikan perdagangan dan skema investasi termasuk
melalui pemrosesan bahan baku. Kerja sama ini akan dibentuk
berdasarkan pengaturan preferensi. Kedua pihak sepakat untuk
meningkatkan perdagangan melalui kerja sama bahan baku (tekstil
dan produk tekstil) dan bidang perbankan.
2.
The Memorandum of Understanding between the Ministry of
Economic Development of the Russian Federation and the
Ministry of Trade of Republic of Indonesia on Mutual
Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy
ditandatangani pada tanggal 10 November 2010 di Yokohama,
Jepang. MoU ini dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama di
bidang perdagangan, investasi dan ekonomi antara Indonesia dan
Rusia. Ruang lingkup dari kerangka kerja sama tersebut adalah (i)
eksplorasi dan studi mengenai peluang dalam meningkatkan
perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi antara Rusia
dengan Indonesia; (ii) memberikan bantuan kepada badan usaha
dari kedua negara dalam membangun kerja sama di bidang
perdagangan, investasi, dan ekonomi, identifikasi dan harmonisasi
78 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 bidang perspektif kerja sama; dan (iii) mempersiapkan
penyusunan proposal yang bertujuan untuk menghapuskan kendala
yang menghambat perkembangan perdagangan, investasi, dan
kerja sama ekonomi kedua negara.
Ratifikasi Perjanjian
yang telah dilakukan
oleh Kementerian
Perdagangan
b) Pencapaian ratifikasi:
1. “Framework Agreement on TPS-OIC” (WTO). TPS-OIC adalah
kerangka persetujuan pertukaran penurunan konsesi tarif. Dokumen
dasar, yang menetapkan atas prinsip-prinsip umum menuju
pembentukan sistem preferensial perdagangan di antara negaranegara anggota OKI. Bertujuan untuk meningkatkan perdagangan di
antara mereka melalui pertukaran preferensi perdagangan.
Preferensi ini meliputi para-tarif dan non-tarif konsesi, dan
perlakuan perdagangan lain untuk semua komoditas, termasuk
pertanian dan preferensial produk-produk hewani, dan produksi dan
semi-produk manufaktur. Sebagai tindak lanjut hasil sidang The
Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of
The Organization of Islamic Conference (COMCEC) pada tanggal 5-8
Oktober 2010 di Istanbul, Turki, Kementerian Perdagangan telah
mengajukan permohonan kepada Presiden RI melalui surat Mendag
tertanggal 6 September 2010 dan surat ratifikasi ke Kementerian
Luar Negeri melalui tertanggal 2 September 2010.
2. “Preferential Trade Agreement Among D-8 (PTA D-8)”. Dengan
adanya ratifikasi PTA D-8, Indonesia akan banyak mengambil
manfaat dengan saling memberikan preferensi perdagangan dan
memberlakukan tarif dan non tarif secara efektif dengan
menurunkan tarif bea masuk bagi barang-barang yang berasal dari
Indonesia. Secara progresif membebaskan dan mendorong
perdagangan barang dan jasa, menciptakan transparansi,
liberalisasi dan memfasilitasi investasi. Dengan disepakatinya
kesepakatan preferensi perdagangan diantara negara anggota D-8
dan OKI, banyak manfaat yang diperoleh Indonesia. Pemberian
preferensi tarif akan saling melengkapi dan mendukung pertukaran
produk di antara negara-negara anggota D-8 dan OKI. Melalui
peningkatan perdagangan akan tercipta sejumlah lapangan kerja,
peningkatan devisa dan peningkatan investasi. Penciptaan peluang
baru dalam bidang perdagangan tersebut pada akhirnya akan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kementerian Perdagangan
telah mengirimkan surat ratifikasi kepada Kementerian Luar Negeri,
pada bulan November 2010.
3. “ASEAN-India Free Trade Agreement”. Status entry into force
Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN-India FTA, aturan-aturan
spesifik produk, serta mencapai kesepakatan-kesepakatan lebih
lanjut atas berbagai prinsip, modalitas dan elemen-elemen yang
akan menjadi dasar perdagangan jasa dan investasi sebagaimana
yang dituangkan dalam draft teks Persetujuan Jasa dan Persetujuan
79 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Investasi AIFTA beserta lampirannya telah berlaku per 1 Januari
2010 untuk Brunei Darussalam, Malaysia, Singapore, Thailand, dan
India. Sedangkan Indonesia meratifikasi persetujuan ini pada
tanggal 15 Juni 2010 dengan penerbitan legal enactment pada
tanggal 24 Agustus 2010 dan telah diimplementasikan sejak 1
Oktober 2010. Komitmen Indonesia memberikan perlindungan cukup
signifikan bagi industri nasional karena hanya 46,17% pos tarif
Indonesia yang akan dihapuskan pada tahun 2016 (meskipun sesuai
kesepakatan akan di-review bersama secara timbal-balik).
4. The Second Protocol to Amend Agreement on Trade in Goods
ASEAN-China FTA. Perjanjian ASEAN-China mencakup perjanjian
dalam bidang-bidang Perdagangan Barang, Jasa, Investasi dan
Penyelesaian Sengketa yang disusun secara terpisah antara satu dan
lainnya. Perdagangan Barang saat ini akan melaksanakan
perundingan paket ke-2. Protokol pertama merupakan bagian dari
proses pengintegrasian sektor jasa di ASEAN secara bertahap,
sementara protokol kedua merupakan penyesuaian terhadap
beralihnya kesepakatan Common Effective Preferential Tariff for
AFTA (CEPT-AFTA) ke perjanjian barang yang lebih komprehensif
dan berlaku efektif sejak 17 Mei 2010, yakni ASEAN Trade in Goods
Agreement. Kementerian Perdagangan telah mengirimkan surat
ratifikasi kepada Kementerian Luar Negeri, pada tanggal 31
Desember 2010.
5. ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). ASEAN Trade in Goods
Agreement (ATIGA) merupakan kodifikasi atas keseluruhan
kesepakatan ASEAN dalam perdagangan barang (trade in goods),
baik dalam CEPT Agreement maupun keputusan-keputusan penting
lainnya oleh Kepala Negara/Kepala Pemerintahan ASEAN dan oleh
para Menteri Ekonomi ASEAN. ATIGA terdiri dari 11 Bab, 98 Pasal
dan 10 Lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-prinsip umum
perdagangan internasional (non-discrimination, Most Favoured
Nations-MFN treatment, national treatment), liberalisasi tarif,
pengaturan tarif dan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi
perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur
pemeriksaan penyesuaian, SPS (Sanitary and Phytosanitary
Measures), dan kebijakan pemulihan perdagangan (safeguards,
anti-dumping, dan countervailing measures). Agreement ini telah
diratifikasi Kementerian Perdagangan dengan Peraturan Presiden
No. 2 Tahun 2010.
6. Trade Agreement Between The Government of The Republic of
Indonesia and The Government of Kuwait. Persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kuwait tentang
Kerja Sama Perdagangan ditanda tangani Menteri Perdagangan
Republik Indonesia dengan Menteri Perdagangan dan Industri Kuwait
pada tanggal 30 Mei 2007 di Jakarta. Persetujuan perdagangan ini
bertujuan untuk memfasilitasi, mempromosikan perdagangan, dan
80 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 memperkuat kerja sama ekonomi antara kedua negara sesuai
dengan ketentuan dan hukum domestik masing-masing negara.
7. Agreement Between The Government of The Republic of
Indonesia and The Government of the Arab Republic of Egypt on
Economic and Technical Cooperation. Persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mesir ini ditanda
tangani pada saat sidang komisi bersama ke-5 pada tanggal 3-4
April 2007 di Jakarta. Pelaksanaan diadakan persetujuan ini adalah
untuk memaksimalkan kerja sama serta pengembangan potensi
masing-masing
terutama
dalam
hubungan
ekonomi
dan
perdagangan, di mana Indonesia sedang menggalakkan usaha untuk
menembus pasar-pasar non-tradisional di kawasan Afrika, Timur
Tengah sebagai alternatif tujuan pemasaran produk-produk
Indonesia, termasuk meningkatkan pangsa pasar Mesir.
IK-34
Jumlah Partisipasi
Dalam Perunding-an
Perda-gangan
Internasio-nal Dalam
Rangka Pembukaan,
Pening-katan dan
Pengaman-an Akses
Pasar
Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum
multilateral yang dilakukan melalui kerjasama dan perundingan
internasional di forum World Trade Organization (WTO) telah membuat
komposisi kekuatan negara-negara berkembang dengan negara maju dalam
forum tersebut menjadi berimbang. Kepemimpinan Indonesia dalam
berbagai kelompok inti (misal: G33, G20 di WTO dan ASEAN) membuat
posisi Indonesia semakin diperhitungkan di forum internasional dan
regional. Dalam melakukan negosiasi dan diplomasi perdagangan
internasional Kementerian Perdagangan bertindak sebagai koordinator
untuk posisi Indonesia dan selalu berpegang kepada prinsip kepentingan
nasional.
Perkembangan kerja sama di forum multilateral, bilateral, dan regional
perlu mendapatkan perhatian kita tidak saja karena pertumbuhannya yang
begitu pesat dalam 10 tahun terakhir, tetapi juga karena komitmennya
bersifat WTO-Plus sehingga perlu disikapi dengan hati-hati. Upaya-upaya
untuk memajukan kepentingan perdagangan Indonesia dalam hubungannya
dengan negara lain adalah dengan diplomasi perdagangan (trade
diplomacy).
Partisipasi aktif di perundingan perdagangan internasional sangat penting
karena ada kepentingan Indonesia di dunia internasional dalam rangka
pembukaan dan peningkatan akses pasar. Pada tahun 2010 ini, Indonesia
telah mengikuti sebanyak 175 (seratus tujuhpuluh lima) perundingan lebih
besar dari yang sudah kita targetkan sebelumnya yaitu sebesar 174 (seratus
tujuhpuluh empat) perundingan baik di dalam negeri maupun di dalam
negeri dalam merumuskan strategi dan posisi runding Indonesia baik dalam
forum kerjasama multilateral, regional maupun bilateral. Hal ini disebabkan
pada akhir tahun ada partisipasi dalam rangka perundingan perdagangan
internasional yang belum terjadwal sebelumnya sehingga terjadi
penambahan jumlah partisipasi perundingan perdagangan internasional.
Berikut adalah bagan perbandingan pencapaian dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010:
81 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 22
Capaian Indikator Kinerja Partisipasi Perundingan Perdagangan Internasional
Tahun 2008 - 2010
Tahun No Indikator Kinerja 2008 1 Jumlah partisipasi perundingan perdagangan Internasional 2009 2010 185 Perundingan 178 Perundingan 175 Perundingan Sumber: Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2008-2010
terdapat penurunan jumlah partisipasi perundingan perdagangan
Internasional, hal ini
disebabkan pada tahun 2010 Indonesia lebih
memfokuskan partisipasi pada sidang yang berpotensi lebih besar untuk
menghasilkan kesepakatan. Pada tahun 2009 jumlah partisipasi perundingan
perdagangan internasional tidak dicantumkan dalam IK Kementerian
Perdagangan, sehingga indikator ini tidak dapat dibandingkan.
Kasus tuduhan
dumping, subsidi, dan
safeguard terhadap
Indonesia yang
ditangani pada tahun
2010
Selain melakukan perundingan perdagangan internasional Kementerian
Perdagangan juga melakukan pembelaan atas tuduhan dumping, subsidi,
dan safeguard. Tindakan pembelaan tersebut sangat penting seiring
dengan meningkatnya ekspor Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Peningkatan terasa dalam satu tahun terakhir karena krisis global dunia
yang membuat negara-negara cenderung menjaga pasar dalam negerinya
dengan lebih ketat. Indonesia telah menjadi target pengenaan
antidumping, subsidi, dan safeguard di pasar negara tujuan ekspor.
Jumlah kasus tuduhan terhadap Indonesia yang ditangani sampai dengan
bulan Desember 2010 sebanyak 204 kasus, yang terdiri dari 166 kasus
tuduhan dumping, 13 kasus tuduhan subsidi dan 25 kasus tindakan
safeguards. Dari berbagai tuduhan tersebut, sekitar 49,51% telah
dihentikan karena tidak terbukti melakukan dumping, subsidi dan tindakan
safeguard. Namun masih terdapat 94 kasus (46,08%) yang dikenakan, dan
sekitar 4,41% masih dalam proses penanganan kasus. Pemerintah
memfasilitasi para eksportir menghadapi kasus dumping atau pengenaan
safeguard serta melakukan diplomasi perdagangan internasional bila
diperlukan.
82 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 17
Kasus Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard
Terhadap Indonesia s.d. Desember 2010
Sumber: Kementerian Perdangangan
Dalam rangka melakukan pengamanan pasar di dalam negeri, telah
dilakukan beberapa langkah pengamanan yaitu:
1. Sistem peringatan dini dengan melakukan pengawasan dan identifikasi
terhadap barang impor.
2. Melakukan penyelidikan anti dumping dan subsidi terhadap produk
impor yang merugikan industri sejenis di dalam negeri. Hasil
penyelidikan anti dumping dan subsidi pada tahun 2010 adalah: 1
produk aluminium dari Malaysia dinyatakan terbukti dumping dan
dikenakan BMAD, 3 produk (polyester staple fiber dari India dan H
section dari RRT; Hot Rolled Coil dari Malaysia dan Korea) sudah
selesai diproses dan 2 produk (uncoted writing paper dari Finlandia
dan hot rolled plate dari RRT) dalam proses penyelidikan.
IK-35
Jumlah perundingan
bidang jasa yang diikuti
Di bawah ini adalah beberapa perundingan di bidang jasa yang mengalami
perkembangan pada tahun 2010:
Sidang Jasa WTO
Sepanjang tahun 2010, telah diselenggarakan sidang jasa dalam bentuk
cluster sidang (services week) di WTO sebanyak 5 kali. Sidang-sidang
tersebut terdiri atas Sidang Working Party on Domestic Regulations
(WPDR), Working Party on GATS Rules (WPGR), Committee on Specific
Commitments (CSC), Committee on Trade in Financial Services (CTFS),
Council for Trade in Services (CTS), dan Council for Trade in ServicesSpecial Session (CTS-SS). Kemudian pada sidang cluster jasa pada bulan
November 2010, terdapat satu sesi tambahan dari sidang CTS yang
membahas khusus mengenai pelaksanaan MFN-Excemption negara-negara
anggota WTO.
83 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Selain dari rangkaian sidang-sidang tersebut, seringkali juga dilakukan
beberapa pertemuan bilateral dan plurilateral yang dilakukan dalam
rangka membahas akses pasar jasa (mekanisme request-offer). Sepanjang
tahun 2010, Indonesia telah melakukan pertemuan bilateral antara lain
dengan Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, Swiss, dan
Australia.
Beberapa dokumen yang telah dihasilkan sepanjang perundingan jasa pada
tahun 2010 antara lain Draft Waiver untuk negara-negara Least Developed
Countries (LDC) serta WPDR Chairman Annotated Text on Draft Text of
Disciplines on Domestic Regulations. Sementara itu agenda pembahasan
yang menjadi kepentingan Indonesia seperti Emergency Safeguard
Mechanism (ESM) belum mengalami kemajuan berarti karena pada tahun
2010, negara-negara proponen isu ini (kelompok ASEAN-minus Singapura)
masih menunggu pembahasan statistik perdagangan jasa yang background
notes-nya akan dikeluarkan oleh Sekretariat WTO pada awal tahun 2011.
ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS)
Sidang CCS ke 64 berlangsung pada tanggal 9–11 November 2010 di Manila,
Philipina. Sidang membahas isu-isu penting, seperti komitmen ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS) Paket 7 yang membahas
penggunaan unbound* pada Schedule of Commitments Philipina. Selain itu
juga dibahas mengenai pemenuhan threshold AFAS Paket 8, dan isu-isu
pada pertemuan sectoral working groups yang dilaksanakan secara backto-back dengan pertemuan CCS leaders, yaitu Pertemuan Logistic and
Transport Services Sectoral Working Group (LTSSWG), Business Services
Sectoral Working Group (BSSWG) dengan fokus pembahasan pada sub
sektor arsitektur dan engineering, dan Healthcare Services Sectoral
Working Group (HSSWG) dengan fokus pembahasan pada subsektor
medical, dental, dan nursing.
Hasil pertemuan Business Services Sectoral Working Group (BSSWG): (1)
Pertemuan mencatat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada MRAs di
bawah sektor Business Services. Khusus di sektor akuntan, pertemuan
meng-highlighted keputusan mengenai pembentukan Sekretariat ASEAN
Federation on Accountant (AFA) secara permanen di Jakarta, Indonesia.
Hal ini akan dilakukan secara bertahap, dan diharapkan, proses transisi
dimaksud dapat selesai dan difinalisasikan pada pertemuan AFA Council
berikutnya di Kuala Lumpur pada bulan November 2010; (2) Pertemuan
juga mencatat program-program Professional Exchange di sektor arsitek
dan engineer. Dibicarakan pula mengenai kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam implementasi exchange programme ini, terutama yang
berkaitan dengan peraturan domestik masing-masing ASEAN Member
States (AMS), dan pertemuan mendiskusikan perlu adanya standar
akreditasi dan sertifikasi serta harmonisasi dari professional requirement
standard khususnya yang terkait dengan program dimaksud; (3) Pertemuan
juga menyampaikan pandangan mengenai WTO negotiating proposal on
Professional Service, dan disepakati bahwa perlu dilakukan diskusi lebih
84 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 lanjut mengenai proposal ini pada pertemuan-pertemuan MRA terutama
yang terkait dengan impediments to the trade liberalisation. Selain itu
ASEAN Architect Council (AAC) Chairman menawarkan kepada pertemuan
untuk membantu menyediakan dokumen-dokumen WTO sektor jasa arsitek
yang lebih update untuk disirkulasi dan didiskusikan pada pertemuan
berikutnya.
Hasil Pertemuan Logistic and Transport Services Sectoral Working Group
(LTSSWG): (1) Dalam pertemuan ASEC meminta ASEAN Member States
(AMS) yang belum menyerahkan daftar identifikasi Impediment dan
Domestic Rules and Regulations sektor logistik karena masih melakukan
konsultasi internal untuk dapat menyampaikan laporan hasil konsultasi
tersebut sebelum 31 Desember 2010; (2) Pertemuan juga membahas
kompilasi dari the Qualification of Profession yang akan digunakan untuk
menyusun mekanisme fasilitasi movement of natural person dalam jasa
logistik. Pertemuan sepakat untuk menyusun daftar minimum
requirements yang diberlakukan bagi sektor jasa logistik, dan AMS diminta
untuk menyampaikan daftar dimaksud kepada ASEC sebelum tanggal 31
Desember 2010; (3) Terkait dengan definisi ASEAN mengenai courier
services/ express delivery services (EDS), AMS mendapat kesulitan untuk
membuat definisi bersama tentang courier services/ express delivery
services, karena terdapat perbedaan definisi dan interpretasi di antara
AMS. Pertemuan sepakat untuk menggunakan definisi yang ada pada
peraturan nasional setiap AMS yang akan disampaikan pada pertemuan
LTSSWG ke-5; (4) Indonesia sebagai country coordinator dalam outreach
programmes menyampaikan preliminary concept paper tentang program
dimaksud. AMS meminta waktu untuk mempelajari concept paper dan
akan memberikan feedback kepada Indonesia paling lambat tanggal 17
Desember 2010. Indonesia akan menyampaikan concept paper kepada
ASEC pada tanggal 31 Desember 2010. AMS meminta waktu untuk
mempelajari concept paper dan akan menyampaikan masukan, serta
nominasi pembicara yang merupakan pakar dalam bidang logistik dan
transportasi pada tanggal 17 Desember 2010 kepada Filipina.
Hasil Pertemuan Healthcare Services Sectoral Working Group (HSSWG): (1)
Pertemuan mengusulkan meng-update kontak detail setiap tiga bulan dan
pertemuan juga menyetujui penawaran Indonesia untuk menjadi
koordinator komunikasi dalam AMS koordinator HSSWG; (2) Selanjutnya,
uploading dan updating website akan dilakukan oleh ASEC, namun mengupdate ASEC website merupakan tanggung jawab masing-masing AMS
coordinator.
Pada sectoral working groups dibahas antara lain mengenai mutual
recognations agreements pada jasa accoutancy, land surveying,
architecture, engineering, dental, medical practioners, dan nurse. Selain
itu juga dibahas mengenai domestic regulations pada sektor-sektor
tersebut.
MRA on Engineering berdasarkan total dari ASEAN Chartered Professional
Engineers (ACPEs) saat ini mencapai 346 orang yang berasal dari Indonesia
85 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 93 orang, Malaysia 104 orang, dan Singapura 149 orang.
MRA on Architectural Services, Indonesia dalam pertemuan menyampaikan
mengenai aplikasi ASEAN Architect (AA) baru sebanyak 17 orang, sehingga
total AA dari Indonesia berjumlah 27 orang.
MRA on Nursing Services, Indonesia terpilih menjadi koordinator untuk
mengumpulkan data dari semua negara anggota ASEAN dan
mengirimkannya ke Sekretariat ASEAN.
MRA on Medical Practioners, Indonesia telah menyampaikan peraturan
nasional terkait pengaturan tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan
asing.
MRA on Dental Practioners, Indonesia menyatakan sudah mempunyai kode
etik dan pedoman-pedoman dalam bahasa (ethical code and guideline)
sehingga perlu diterjemahkan. Indonesia juga telah memasukkan daftar
regulasi domestik terkait dokter gigi dalam bentuk soft copy. Pertemuan
sepakat bahwa perlu dibuat matriks persyaratan masuk (entry
requirements) untuk dokter gigi yang akan bekerja di negara ASEAN
sebagai bahan perbandingan di antara AMS.
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
Sesuai dengan Chapter 6, Article 50 Persetujuan AJCEP, Sub-Komite
Perdagangan Jasa akan dibentuk setahun setelah entry into force AJCEP
untuk menegosiasikan aturan dan komitmen liberalisasi perdagangan jasa.
Sub-komite untuk bidang jasa dan investasi telah terbentuk pada tanggal
15 Desember 2009 pada saat seluruh parties telah menyampaikan namanama wakilnya.
Pertemuan Sub-Komite Jasa AJCEP dilaksanakan pertama kali di Tokyo,
Jepang pada tanggal 7 Juni 2010. Pada pertemuan tersebut Jepang
menyatakan bersedia untuk melakukan perundingan jasa di fora regional
(AJCEP) dan mengindikasikan akan menggunakan pendekatan negatif
dalam perundingan. Enam sektor jasa yang menjadi perhatian Jepang
kepada ASEAN adalah : (i) computer-related, (ii) telekomunikasi, (iii)
konstruksi, (iv) distribusi, (v) finansial dan (vi) maritim.
ASEAN belum mempunyai common position untuk memulai negosiasi jasa
AJCEP, maka dilaksanakan pertemuan Sub-Komite Jasa AJCEP Caucus
ASEAN pada tanggal 2-3 Agustus 2010 di Bangkok, Thailand. Beberapa
negara ASEAN memberikan indikasi bahwa perundingan AJCEP tidak akan
lebih liberal dari kesepakatan EPA dengan Jepang dan Indonesia memotori
tingkat ambisi seperti kesepakatan di tingkat ASEAN-China dan ASEANKorea (setingkat AFAS IV). Sedangkan Myanmar menyatakan basis
perundingan dengan Jepang adalah EPA plus komitmen terkait lainnya.
Pertemuan Sub-Komite Jasa yang ketiga dilaksanakan pada tanggal 5-8
Oktober 2010 di Krabi, Thailand. Pada pertemuan ini ada beberapa hal
yang perlu digarisbawahi, yaitu agenda Cost and Benefit untuk melakukan
negosiasi jasa AJCEP di tingkat regional dihapus dari pembahasan karena
86 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 negosiasi ASEAN-Jepang di bidang jasa sudah merupakan mandat dari
perjanjian AJCEP, terkait Negotiation general principles, modalities dan
procedures, Jepang menyampaikan keinginannya agar AJCEP di bidang
jasa memberikan tingkat ambisius yang tinggi melebihi perjanjian bilateral
(EPA) Jepang dengan 7 negara ASEAN dengan alasan hal tersebut akan
membawa hasil yang lebih baik bagi pelaku bisnis kedua pihak, Jepang
menyatakan keinginan untuk menggunakan pendekatan negative list dalam
schedulling services committment dan juga tidak menginginkan
dimasukkannya chapter of Movement of Natural Persons (MNP) pada
agreement. Sementara itu pihak ASEAN menyatakan bahwa pendekatan
positive list sudah merupakan mandat dari para Menteri ASEAN dan
kesepakatan seluruh AMS dalam modalitas perjanjian yang dilakukan oleh
ASEAN dalam seluruh perundingan dengan mitranya. Mengingat hasil dari
pertemuan ini belum mencapai kesepakatan secara substantif, untuk itu
pihak ASEAN menekankan pentingnya dalam agenda berikutnya untuk
menghasilkan kesepakatan dalam principle dan modalities untuk
negosisasi ini.
Pada tahun 2009 hingga September 2010 koordinasi perundingan bidang jasa
masih terbagi sesuai fora perundingannya, oleh sebab itu Indikator Kinerja
ini belum dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena tidak
terdapat dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Perdagangan.
IK-36
Jumlah partisipasi
perundingan kerjasama
multilateral
Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum
multilateral dilakukan melalui kerjasama dan perundingan internasional di
forum World Trade Organization (WTO).
Agriculture
Negosiasi isu pertanian di WTO pada semester I 2010 adalah terkait
tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on
Agriculture Special Session/COA-SS) membahas masalah Draft Modalitas.
Pembahasan telah memasuki tahap penyusunan roadmap draft Schedule of
Concessions Putaran Doha untuk pilar market access, domestic support,
dan export subsidies.
Sepanjang tahun 2010, posisi Indonesia dalam perundingan bidang
pertanian membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian,
diantaranya adalah Template Schedule of Concession on Market Access,
Domestic Support dan Export Competition, Value of Agriculture
Production (VOP) & Data, dan isu-isu klarifikasi dalam ”CIA Paper”; Isu-isu
pending draft modalitas termasuk SP (Special Product) dan SSM (Special
Safeguard Mechanism).
87 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kementerian Perdagangan selalu aktif dalam fora perdagangan internasional Non-Agricultural Market Access (NAMA)
Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal 20-23 September 2010
membahas proposal yang berisi scope, registration, data quality
requirement sebagai penerapan good laboratory practice dan akreditasi
laboratorium, labelling, assessment, S&D Treatment and Technical
Cooperation, and Annex A. Sedangkan untuk pembahasan Proposal NTBs
on Remanufactured Goods, difokuskan pada isu definisi remanufactured
goods dan kaitannya dengan durability dan warranty.
Kesimpulan Chairman sidang NG NAMA tanggal 26 November 2010
menyatakan bahwa meskipun dapat diterima untuk menyelesaikan
masalah secara horisontal, tetapi diskusi secara horisontal terkait lebih
dari 4 (empat) sektor yang diindentifikasikan dalam persetujuan tidak
dapat diterima. Terkait dengan hal tersebut, maka lebih baik melakukan
diskusi secara prosedural untuk membahas tentang proposal tersebut.
88 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Sebuah sudut kegiatan dari kerjasama perdagangan internasional
Rules
a. Dispute Settlement Body (DSB) Indonesia-AS (Tobacco Act)
Terkait dengan penyelesaian sengketa, pada tanggal 13-14 Mei 2010
telah dilaksanakan konsultasi antara Indonesia dan AS di kantor WTO
Jenewa terkait dengan keberatan Indonesia atas dikeluarkannya
kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Act AS.
Pada kesempatan tersebut, Indonesia menyampaikan bahwa industri
rokok kretek mempunyai peranan penting bagi perekonomian dan
memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara, terutama bagi
petani tembakau dan cengkeh serta masyarakat yang bekerja pada
industri rokok kretek.
Pada tanggal 22 Juni 2010, Indonesia telah menyampaikan request
pembentukan panel sidang DSB dan ditolak oleh pihak AS. Selanjutnya
Indonesia kembali mengajukan request pada tanggal 20 Juli 2010 yang
tidak dapat ditolak pihak AS dan Indonesia sedang melakukan
peninjauan terhadap anggota dan pihak ketiga dalam panel DSB untuk
kasus Tobacco Act AS.
Untuk mengamankan kepentingan nasional, dalam sidang DSB pada
tanggal 20 Juli 2010 di WTO, Jenewa, Indonesia menyampaikan kembali
permintaan pembentukan panel untuk yang kedua kalinya. Dalam
sidang tersebut, DSB menyetujui permintaan RI untuk membentuk
panel guna memeriksa pelanggaran US Family Tobacco Act.
Pada tanggal 9 September 2010, RI dan Amerika Serikat menyetujui
komposisi anggota panel. Komposisi panel tersebut telah secara resmi
dimuat dalam dokumen WTO WT/DS406/3 yang tidak bersifat rahasia
89 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 dan dapat diakses oleh semua Anggota WTO.
Pada tanggal 14 Oktober 2010, sesuai dengan proses panel DSB di mana
Indonesia sebagai penggugat utama harus menyerahkan executive
summary dari gugatannya, maka Indonesia telah mengirimkan First
Written Submission yang kemudian disampaikan kepada oleh PTRI
Jenewa kepada Panel DSB – WTO tanggal 20 Oktober 2010. First
Written Submission tersebut disusun berdasarkan hasil rapat antara
Tim dari Kemendag dan Lawyer Indonesia Duane Layton.
Tanggal 13-14 Desember 2010 telah diadakan sidang panel DSB–WTO di
Jenewa yang akan menghadirkan Indonesia sebagai penggugat utama,
serta pihak AS sebagai tergugat. Agenda sidang antara lain akan
membacakan opening statement, membahas written submission kedua
belah pihak yang bersengketa, dan Q&A session dari panel terhadap
kedua belah pihak serta pandangan third parties.
b. Negotiating Group on Rules (NG on Rules)
Sidang NG on Rules sampai saat ini masih membahas beberapa isu
utama, antara lain seperti zeroing, circumvention, dan product
underconsideration. Untuk isu ini, Indonesia pada dasarnya keberatan
dengan penerapan zeroing dalam menentukan dumping margin. Karena
dengan metode ini akan meningkatkan dumping margin dan dianggap
merugikan bagi negara-negara berkembang.
Sedangkan untuk fisheries subsidies, Indonesia tengah mempersiapkan
proposal baru dengan tetap berbasis pada proposal Indonesia yang lama
serta mengakomodir perkembangan perundingan.
Perundingan NG on Rules saat ini terbagi menjadi beberapa sesi, yaitu
sesi plurilateral, bilateral dan wrap up. Namun, tidak semua negara
diundang dalam sesi plurilateral maupun bilateral. Indonesia juga tidak
ikut andil di dalam sesi plurilateral anti dumping dalam sidang
dimaksud.
Trade Facilitation
Dalam rangka menindaklanjuti mandat Pertemuan Trade Negotiating
Commitee (TNC). Chairperson Negotiating Group on Trade Facilitation
(NGTF), Duta Besar Guatemala, Mr. Eduardo Ernesto Spreisen-Yurt
melakukan
inisiatif
dengan
mengadakan
pertemuan
Informal
Brainstroming Trade Facilitation pada tanggal 17 Desember 2010 di WTO.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para Delegasi/Duta besar negara
proponen dalam isu-isu pembahasan NGTF.
Secara khusus Indonesia termasuk dalam proponen bersama dengan China
dan Korea terhadap Artikel 7.4 (PCA/Customs Audit). Terkait dengan hal
tersebut pada tanggal 29 November-1 Desember 2010, Indonesia telah
melakukan trilateral informal meeting dengan Korea dan China sebagai
langkah untuk memperjelas posisi dari para proponen mengingat terdapat
perbedaan definisi dan implementasi antara ketiga negara proponen.
90 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Selanjutnya para proponen sepakat untuk melakukan komunikasi lebih
lanjut terkait definisi dan implementasi audit yang dilakukan masingmasing customs officer.
Selama ini Indonesia berperan aktif dalam perundingan trade facilitation.
Indonesia juga telah lebih maju dengan upaya dan pengalaman dalam
memberikan fasilitasi perdagangan. Hal ini yang menjadi pertimbangan
bahwa untuk mendapatkan market access yang lebih luas maka Indonesia
dapat mendorong terselesaikannya perundingan trade facilitation.
Terdapat perkembangan penanganan isu trade facilitation, yaitu: sebelum
tahun 2010 dari keseluruhan 60 isu, masih terdapat 33 isu yang belum
mempunyai rekomendasi posisi dasar. Selama tahun 2010, penyelesaian 60
isu TF dapat dirinci sebagai berikut:
a.
Isu yang sudah memiliki posisi dasar
" 23 isu sudah disetujui oleh instansi terkait, antara lain: internet
publication, consultation, notification, detention, dan risk
management;
" 26 isu sudah disetujui namun masih perlu klarifikasi dari instansi
terkait, antara lain: advance ruling, right of appeal, Coordination
of activities and requirements of [all] border agencies, expedited
shipment dan use of international standards;
" 1 isu masih belum/ tidak disetujui yaitu test procedur (second
confirmatory test).
b.
Isu yang belum memiliki posisi
10 isu masih memerlukan kajian lebih lanjut, antara lain: import
alerts/rapid alerts, declaration of transhipped goods, consular fees,
same borders procedures within a customs union, dan basic freedom
of transit.
Hal penting yang memerlukan keputusan dan arahan di tingkat
nasional adalah usulan dalam penyusunan Draft Agreement mengenai
kewajiban untuk membentuk Komite Nasional/ National Enquiry
Point untuk bidang trade facilitation. Anggota tim teknis/ perunding
pada umumnya belum memiliki keseragaman gambaran tentang
keterkaitan focal point (Komite Nasional/ National Enquiry Point)
bidang trade facilitation dengan nofication bodies lainnya khususnya
BSN dan Badan Karantina Pertanian. Sementara itu di sisi lain
terdapat pemikiran untuk mengintegrasikan kewenangan dengan Tim
Nasional Indonesia National Single Window (TIM NAS INSW).
Trade and Environment
Untuk bidang trade and environment, secara spesifik terdapat tiga mandat
perundingan dalam kerangka pembahasan di Committee on Trade and
Environment–Special Session (CTE-SS) WTO, khususnya terkait dengan para
31 DDA.
Pembahasan paragraf 31 (i) mengenai hubungan antara existing WTO rules
91 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 dengan Specific Trade Obligations (STOs) yang digariskan oleh Multilateral
Environmental Agreements (MEAs) belum terdapat suatu perkembangan
yang berarti. Adapun posisi Indonesia adalah:
y Pemerintah Republik Indonesia mendukung pandangan bahwa tidak ada
konflik antara STOs dalam MEAs dengan aturan WTO;
y Pemerintah Republik Indonesia siap untuk memulai pembahasan textnegotiation untuk isu ini.
pembahasan paragraf 31 (ii) mengenai kerja sama pertukaran informasi
antara WTO dengan Sekretariat MEAs, hingga saat ini tidak terdapat
perkembangan yang berarti. Posisi Indonesia adalah mendukung adanya
prosedur pertukaran informasi secara reguler antara Sekretariat MEAs
dengan WTO yang selama ini sudah berjalan baik dan memadai.
Perundingan paragraf 31 (iii) mengenai penurunan atau eliminasi
environmental goods and services. Perundingan paragraf ini bersifat
sangat contentious.
Masalah utama dalam pembahasan isu ini adalah mengenai:
1. Cakupan barang environmental goods(EGs); dan
2. Treatment penurunan/ penghapusan tarif EGs.
Hingga saat ini, belum tercapai kesepakatan diantara anggota WTO dalam
menentukan definisi, kriteria, pendekatan, dan kategori EGs. Perdebatan
terfokus pada upaya identifikasi EGs, yang apabila dipetakan terdapat tiga
pendekatan (approach), yaitu: (1). List Approach; (2). Integrated/Project
Approach; dan (3). Request-Offer Approach. Posisi Indonesia adalah
menekankan bahwa penetapan EGs tidak dapat dilakukan hanya dengan
salah satu approach, tetapi dengan menggunakan multiple approaches
yang menurut Indonesia adalah gabungan antara List Approach (barang
sangat terbatas dan fungsi barang mayoritas untuk lingkungan hidup) dan
pendekatan rekomendasi untuk barang yang memiliki fungsi ganda. Dalam
kaitan ini, tim teknis perunding CTE belum dapat menyusun daftar produk
dalam EGs, namun mengindikasikan Indonesia tetap pada posisi bahwa
kriteria EGs adalah yang single environmental use dan non-production
process method (Non-PPM). Pengertian Indonesia adalah bahwa EGs adalah
barang yang memiliki kegunaan utama bagi pelestarian lingkungan hidup,
bukan barang yang dihasilkan melalui proses yang ramah lingkungan
(environmentally product).
Di samping perundingan CTE-SS, terdapat pula CTE Reguler yang
membahas mengenai beberapa paragraf dari Deklarasi Doha, yaitu
paragraf 32 mengenai isu eco-labelling untuk tujuan perlindungan
lingkungan hidup. Posisi Indonesia adalah mendukung penerapan ecolabelling yang tidak bersifat mandatory (voluntary basis), karena
dikhawatirkan akan bisa menjadi penghambat perdagangan
Pada SOM tanggal 7-8 Juli 2010, terdapat perkembangan menarik terutama
terjadi pada pembahasan EGs, dalam rangka mengedepankan prinsip triple
92 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 win: trade, development, environment. Tanpa prejudice terhadap posisi
anggota yang bersangkutan, beberapa proposal untuk mendorong
perundingan telah disampaikan beberapa negara seperti Singapura (list of
Goods), Brasil (biofuel), Argentina (clean development mechanism) dan
Argentina-Brasil (development issues).
Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)
Sidang Council for TRIPs dan Council for TRIPs-Special Session
dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2010. Sidang TRIPs Council
membahas isu-isu antara lain: Notifikasi, Non-Violation and Situation
Complaints (NVSC), Relationship between TRIPs and CBD, dan Protection
of Traditional Knowledge, dan IP Enforcement trends. Council for TRIPs
secara khusus pada tanggal 27 Oktober 2010 membahas review atas
Implemention of Para 6 System. Untuk Sidang Council for TRIPs-Special
Session, dibahas isu yang menjadi mandat perundingan isu TRIPs yaitu
pembentukan sistem registrasi dan notifikasi multilateral untuk wines and
spirits.
Dalam sidang TRIPs kali ini, delegasi Indonesia menyampaikan beberapa
point of intervention, yaitu pada mata agenda Relationship between TRIPs
and CBD, dan Protection of Traditional Knowledge, dan IP Enforcement
trends dan Review atas Implemention of Para 6 System. Kemudian
Indonesia (Kementerian Kesehatan) berkeinginan untuk mengadakan
National Workshop terkait Para 6 System dan Public Health. IP Director
WTO menyambut baik inisiatif Indonesia dan menyatakan bahwa hal
tersebut merupakan prioritas bagi WTO. Untuk tema workshop, diusulkan
2 (dua) tema besar, yaitu: i) pembahasan spesifik mengenai Para 6
System; dan ii) Public Health. Terkait waktu pelaksanaan, pihak WTO
mengusulkan workshop dilaksanakan pada bulan Februari 2011.
Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama
multilateral pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian
Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
IK-37
Jumlah Partisipasi
Perundingan Kerjasama
Regional
Indonesia
berperan
dalam
implementasi
cetak
biru
AEC
mengkonsolidasikan semua perjanjian ASEAN menjadi ASEAN Trade in
Goods Agreement (ATIGA); ASEAN Comprehensive Investment Agreement
(ACIA); ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS ke-7); dan Mutual
Recognition Agreement (MRA) di beberapa sektor.
93 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kegiatan Sidang KTT ASEAN ke‐16 Tanggal 8 April 2010 di Hanoi, Vietnam
ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara
negara-negara anggota ASEAN dengan China yang efektif 1 Januari 2010
untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau
mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non
tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi,
sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan
perekonomian para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ASEAN dan China.
Dalam perdagangan Indonesia-RRT, pemanfaatan preferensi tarif oleh kedua
pihak cukup tinggi dan perdagangan antara kedua pihak terus ditingkatkan.
Perkembangan perdagangan Indonesia-RRT periode Januari-November 2010,
mencatat surplus pada perkembangan ekspor non-migas sebesar 12.377,2 juta
94 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 USD jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 8.920,1 juta USD. (Sumber:
Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan)
Masih dalam kerangka ACFTA, pada tanggal 7 Januari 2010 di Nanning, RRT
dalam Forum on the ASEAN-China Free Trade Area telah diluncurkan ACFTA
Business Portal (BIZ Portal). Kemudian pada tanggal 1-2 Juli 2010, di Kunming,
China, dilaksanakan seminar dan kunjungan ke host dari ACFTA Business Portal.
Indonesia tercatat sebagai pengunjung BIZ Portal keempat terbesar di dunia
dengan 63 ribu visitors dan lebih dari 3 juta hits setelah RRT, Amerika Serikat,
dan Singapura.
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) merupakan
kesepakatan antara ASEAN dengan Jepang berlaku efektif sejak 1 Desember
2008 untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas. Hingga saat ini Indonesia
merupakan satu-satunya Pihak yang belum dapat mengimplementasikan
Persetujuan AJCEP karena permasalahan transposisi HS 2002 ke HS 2007.
Indonesia dan Jepang sedang dalam proses penyelesaian transposisi HS agar
Indonesia dapat segera mengimplementasikan Persetujuan AJCEP. Persetujuan
Perdagangan Jasa dan Investasi masih dalam tahap perundingan, dijadwalkan
akan diselesaikan pada pertemuan AEM-METI ke-17 bulan Agustus 2011.
ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA)
AKFTA merupakan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN dengan Korea.
Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Investasi AKFTA pada tanggal 18 Maret
2010. Berdasarkan Pasal 31 ayat 3 Persetujuan tersebut, tanggal mulai
berlakunya persetujuan investasi AKFTA bagi Indonesia adalah 30 hari setelah
tanggal notifikasi kepada seluruh pihak.
Pada tanggal 8-9 Desember 2010 bertempat di Sekretariat ASEAN telah
berlangsung pertemuan Special Session of the AKFTA Implementing Committee
95 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 (AKFTA-IC). Pertemuan ini secara khusus ditujukan untuk mendengarkan
laporan sementara dari Joint Impact Study of the ASEAN-Korea Trade in Goods
Agreement (Joint Study) yang dilakukan oleh konsultan yang telah ditunjuk.
Dalam pertemuan AEM-ROK Consultations di Da Nang, Vietnam pada bulan
Agustus 2010 dilaporkan bahwa tingkat utilisasi ASEAN adalah sekitar 50%
sementara utilisasi di pihak Korea adalah sekitar 20% dari total perdagangan di
antara kedua pihak. Hasil sementara kajian yang terbagi ke dalam dua periode
yakni sebelum dan sesudah berlakunya AKFTA-Goods dapat diketahui bahwa
ekspor Korea ke ASEAN mengalami peningkatan dari sebelum dan sesudah
berlakunya AKFTA-Goods. Khusus untuk periode berlakunya AKFTA-Goods dalam
tiga tahun terakhir (2007-2010), ekspor Korea ke ASEAN mengalami penurunan
pada periode Juni 2008-Mei 2009 sebelum meningkat kembali pada periode Juni
2009-Mei 2010. Kecenderungan serupa berlaku pula untuk ekspor ASEAN ke
Korea untuk periode pengamatan yang sama.
Kecenderungan penurunan ekspor pada tahun 2008-2009 tersebut di atas
sejalan dengan kecenderungan ekspor Korea dan ASEAN ke dunia. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa krisis keuangan dunia pada tahun 2008-2009 mempunyai
dampak baik pada perdagangan berbasis MFN maupun perdagangan di bawah
skim FTA.
Berdasarkan kajian di atas maka tingkat utilisasi AKFTA-Goods selama tiga
tahun implementasi sesungguhnya cukup baik meskipun masih dapat
ditingkatkan. Tingkat utilisasi ini merupakan perhitungan jumlah impor yang
menggunakan preferensi dibagi dengan total impor yang produk yang "eligible"
untuk mendapatkan preferensi.
ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA)
Entry Into Force (EIF) Persetujuan Perdagangan Barang AIFTA telah dimulai
sejak tanggal 1 Januari 2010 untuk negara yang telah menyelesaikan
ratifikasinya.
Indonesia meratifikasi persetujuan ini pada tanggal 15 Juni 2010 dengan
penerbitan legal enactment pada tanggal 24 Agustus 2010 dan telah
diimplementasikan sejak 1 Oktober 2010.
Komitmen Indonesia memberikan perlindungan cukup signifikan bagi industri
nasional karena hanya 46,17% pos tarif Indonesia yang akan dihapuskan pada
tahun 2016 (meskipun sesuai kesepakatan akan di-review bersama secara
timbal-balik).
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA)
Persetujuan AANZFTA telah berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2010, dan
Indonesia merupakan satu dari tiga pihak yang belum mengimplementasikan
AANZFTA karena masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007 yang belum tuntas.
Selanjutnya telah dibentuk Joint Committee ASEAN Australia-New Zealand
Free Trade Area (JCM-AANZFTA). JCM ini sendiri telah mengadakan pertemuan
pertamanya pada tanggal 24-28 Mei 2010 di Makati City, Filipina yang
membahas isu-isu Persetujuan Perdagangan Barang, Intellectual Property,
96 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Rules of Origin (RoO).
Pada pertemuan ke-2 FTA Joint Committee of AANZFTA (FJC-AANZFTA) yang
dilaksanakan pada tanggal 23-26 November 2010 mencatat bahwa Laos dan
Kamboja telah menyelesaikan proses ratifikasinya dan akan enter into force
masing-masing pada tanggal 1 dan 4 Januari 2011. Dalam kesempatan ini
Indonesia menyatakan telah memasuki fase kedua proses ratifikasi dan
diharapkan dapat segera menyelesaikan ratifikasi perjanjian ini. Indonesia juga
menambahkan bahwa penyelesaian segera atas masalah transposisi akan ikut
mempercepat bergabungnya Indonesia ke dalam AANZFTA, dan untuk itu
Indonesia akan terus bekerja sama dengan Australia dan New Zealand
menyelesaikan masalah ini.
Pada pertemuan trilateral Indonesia, Australia, dan New Zealand pada tanggal
23 November 2010 (sebelum pelaksanaan Pertemuan ke-2 JCM AANZFTA)
membahas masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007. Pada Pertemuan dimaksud,
Australia, dan New Zealand (ANZ) mengajukan 2 (dua) proposal baru, yaitu (i)
pembahasan transposisi di fokuskan pada 20 (duapuluh) pos tarif yang menjadi
kepentingan Pihak ANZ; dan (ii) pembulatan pecahan pada submisi Indonesia
pada tanggal 22 Oktober 2010.
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)
Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC tanggal 5-6 Juni 2010 di SapporoJepang, digelar dengan mengusung tema “Change and Action”. Para Menteri
melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal WTO dan sepakat bahwa proses
“review” terhadap kebijakan proteksionis tetap perlu dilanjutkan baik di WTO
maupun di lingkungan APEC. Selaras dengan hal tersebut, diperlukan dorongan
politis yang lebih kuat untuk menggulirkan kembali Perundingan Putaran Doha
menuju penyelesaian pada tahun 2011, dan para Menteri sepakat bahwa
momentum G20-Summit di Toronto dan Seoul, serta APEC Economic Leaders'
Meeting (AELM) di Yokohama, dapat dimanfaatkan untuk memberikan dorongan
politik yang diperlukan.
Para Menteri secara intensif juga membahas berbagai program kerja APEC
tahun ini yang hasilnya dilaporkan pada AELM 2010, diantaranya Report on the
Assessment of Bogor Goal Achievement. Sejumlah bidang kerjasama yang
mencatat kemajuan antara lain adalah investasi, standar dan ketentuan
teknis, ketentuan asal barang, supply-chain connectivity, fasilitasi
perdagangan, Hak Kekayaan Intelektual, environmental goods and services, dan
Ease of Doing Business.
Pada tanggal 10-11 November 2010, pelaksanaan APEC Ministerial Meeting ke22 di Yokohama, Jepang telah membahas beberapa agenda, yaitu Supporting
the Multilateral Trading System, Bogor Goals and Regional Economic
Integration, the Way Forward of APEC, APEC Leaders’ Growth Strategy, Human
Security, ECOTECH, dan APEC Reform.
Pada pembahasan Supporting Multilateral Trading System and Preventing
Protectionism dibahas mengenai isu penyelesaian Perundingan Putaran Doha
WTO dan langkah yang harus dilakukan dan disepakati untuk tetap berusaha
97 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 menyelesaikan perundingan pada tahun 2011, mengingat tahun 2012 akan
diwarnai oleh political event yang terjadi di berbagai negara termasuk Amerika
Serikat.
Untuk pembahasan Bogor Goals, tetap masih relevan dan menjadi prioritas
utama bagi terciptanya free and open trade and investment di kawasan Asia
Pasifik, dan pada pembahasan ini disepakati bahwa para ekonomi yang dinilai
kemajuannya telah mencapai tremendous progress, namun masih banyak hal
yang masih harus dilakukan di berbagai bidang, seperti tariff, non-tariff
barriers (NTB), investasi, jasa, dan structural reforms. Selain itu, para
ekonomi juga menekankan pentingnya peningkatan kerja sama di APEC dan
unilateral efforts dari masing-masing ekonomi.
Kemudian, untuk pembahasan Regional Economic Integration (REI), Ekonomi
APEC menyepakati bahwa Free Trade Area of the Asia and Pacific (FTAAP)
merupakan salah satu cara dalam mencapai REI dengan pathways antara lain
melalui kerja sama FTAs/RTAs seperti ASEAN+3, ASEAN+6 dan Trans Pacific
Strategic Economic Partnership (TPP), serta sectoral initiatives antara lain di
bidang jasa, investasi, structural reforms dan supply-chain connectivity.
Pada pembahasan The Way Forward of APEC, terdapat kesamaan pandangan
bahwa APEC perlu memperkuat kerja sama khususnya di bidang trade and
investment liberalization and facilitation (TILF), guna melanjutkan amanat
Bogor Goals dan mempercepat REI dengan memperhatikan kualitas
pertumbuhan di kawasan melalui pengimplementasian Growth Strategy dengan
mengedepankan kerja sama ekonomi dan teknis yang berkualitas.
Pada pembahasam APEC Leaders’ Growth Strategy, tiap ekonomi APEC
memiliki prioritas masing-masing terkait Growth Strategy, oleh karenanya
pengimplementasian tujuan Growth Strategy tersebut diwujudkan dalam action
plan yang akan terdiri dari proyek-proyek APEC. Jepang mengusulkan tahun
2015 sebagai target tahap pertama untuk melaporkan kepada Leaders
mengenai kemajuan APEC dalam mempromosikan Growth Strategy.
Kemudian,Amerika Serikat menyampaikan salah satu key deliverables
penyelenggaraan APEC 2011, yaitu reformasi struktural. Pada pertemuan para
pemimpin APEC ke-18 di Amerika Serikat, para pemimpin APEC akan
menyatakan “pledge” tujuan yang akan dicapai masing-masing ekonomi pada
tahun 2015.
Pada pembahasan Human Security, beberapa ekonomi menyampaikan
prioritasnya terutama terkait food security dan emergency preparedness dan
menyampaikan pentingnya ketersediaan dan akses terhadap pangan, serta
membuka sistem perdagangan dan menghindari food export restrictions. Juga
disampaikan pentingnya capacity building di bidang teknologi pangan untuk
meningkatkan ketersediaan pangan. Selain itu diharapkan bahwa Friends of the
Chair on Food Security akan meneruskan inisiatif APEC di bidang ketahanan
pangan. Rusia mengindikasikan akan melanjutkan agenda human security
terutama food security di tahun 2012 saat Rusia menjadi tuan rumah APEC.
Selain itu Indonesia menggarisbawahi tiga dimensi Human Security yang
98 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 merupakan prioritas Indonesia. Pertama, terkait Indonesia menyampaikan
bahwa isu bencana alam merupakan isu yang dialami oleh beberapa ekonomi
APEC. Oleh karenanya, Indonesia menyambut baik pengangkatan isu emergency
preparedness ke tingkat working group (Emergency Preparedness Working
Group, EPWG). Dalam mengimplementasikan human security, APEC harus
mensinergikan dengan forum internasional terkait lainnya, salah satunya adalah
ASEAN Regional Forum (ARF) di mana Indonesia dan Jepang menjadi co-chairs
ARF Disaster Relief Exercises (ARF DiREX) pada tahun 2011. Kedua, Indonesia
menyampaikan dukungannya terhadap keberlanjutan inisiatif APEC di bidang
ketahanan pangan. Ketiga, relevansi counter terrorism pada perdagangan dan
investasi.
Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu bersama para Menteri anggota APEC menghadiri pertemuan tahunan para menteri anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) pada tanggal 10‐11 November 2010 di Yokohama, Jepang. Pada pembahasan APEC Reform, para Menteri sepakat untuk mengkaji
persoalan keanggotaan baru APEC (tidak ada penambahan hingga dicapai
konsensus). Rusia mengindikasikan akan mengangkat persoalan
keanggotaan APEC pada tahun 2012.
Para Menteri mengeluarkan dua dokumen, yaitu APEC Joint Ministerial
Statement 2010 dan AMM’s Standalone Statement on Advancing WTO Doha
Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism.
Pada pertemuan tersebut, dilakukan juga pertemuan bilateral dengan
Rusia dan Jepang. Pertemuan Bilateral dengan Rusia, kedua negara
berupaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara, dan membahas
beberapa isu yang menjadi agenda utama pembahasan APEC serta
menyepakati untuk melakukan penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) on Mutual Cooperation in the Field of Trade,
Investment, and Economy dalam bentuk Joint Dialogue. Kedua pihak juga
sepakat untuk menindaklanjuti Joint Dialogue tersebut dengan melakukan
99 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 pertemuan setiap tahunnya melalui kunjungan kerja sama yang dilakukan
secara bergantian antara kedua negara.
Pertemuan Bilateral dengan METI Jepang, kedua pihak membahas
mengenai East Asia Economic Integration, Comprehensive Economic
Partnership in East Asia (CEPEA), Economic Research Institute for ASEAN
and East Asia (ERIA), dan isu-isu dalam forum APEC seperti Bogor Goals
dan TPP. Indonesia menyatakan mendukung sepenuhnya ERIA dan CEPEA,
namun prioritas pertama Indonesia adalah untuk menyelesaikan
perundingan WTO-DDA.
Selain pelaksanaan APEC Ministerial Meeting ke-22, di sela-sela pertemuan
tersebut juga dilaksanakan APEC Business Advisory Council (ABAC)
Dialogue with Leaders pada tanggal 13 November 2010, di Yokohama,
Jepang. Pertemuan ini membahas rekomendasi ABAC kepada Para
Pemimpin yaitu komitmen untuk merealisasikan kawasan perdagangan
bebas di Asia-Pasifik yang menjadi wahana dalam mencapai free and open
trade and investment di Asia-Pasifik sebagaimana Bogor Goals; akselerasi
pertumbuhan micro and Small and Medium Enterprises (MSME’s) melalui
kebijakan peningkatan capacity building dan peningkatan kesejahteraan
sosial; dan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan melalui ketahanan
pangan dan energi.
Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama
regional pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian
Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
IK-38
Jumlah partisipasi
perundingan kerjasama
bilateral di kawasan
Asia, Amerika dan
Australia
Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan pasar ekspor, Indonesia
diharapkan berpartisipasi aktif pada sidang-sidang International, salah
satunya adalah melakukan negosiasi secara bilateral yang intensif dengan
negara-negara mitra dagang utama dan negara-negara yang menjadi pasar
non-tradisional Indonesia.
Hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara
mitra dagang di wilayah Asia Timur dan Tenggara, Amerika Utara, Tengah
dan Selatan, Australia dan Pasifik merupakan hal yang sangat penting
karena negara-negara di wilayah tersebut adalah negara yang potensial
bagi produk Indonesia untuk lebih meningkatkan pasar ekspor. Berikut
adalah beberapa negosiasi bilateral yang dilakukan Indonesia sepanjang
tahun 2010:
Indonesia telah
mengirimkan nurses
dan caregivers
sebanyak 116 kandidat
pada tahun 2010
Indonesia–Jepang
Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)
saat ini, antara lain pemenuhan akses pasar ke Jepang di bidang kesehatan
(nurse dan caregivers). Pengiriman nurses dan caregivers telah
dilaksanakan sebanyak 3 kali, tahun 2009 Indonesia mengirimkan sebanyak
368 kandidat (177 nurses dan 191 caregivers), tahun 2010 sebanyak 116
kandidat (39 nurses dan 77 caregivers). Indonesia juga memperoleh
program dan bantuan untuk meningkatkan kapasitas daya saing, yaitu
100 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 antara lain melalui program Manufacturing Industry Development Centre
(MIDEC). Sampai saat ini dari 13 bidang kerja sama MIDEC, 11 bidang telah
berjalan, yaitu: Metal working; Mold and Dies; Welding; SME; NAFED;
Automotive; Electronic; Steel; Textile; Food and Beverages; dan Non Ferrous.
Namun, masih terdapat 2 (dua) sektor kerja sama MIDEC yang belum berjalan
yaitu: Energy Conservation dan dan Petrochemical & Oleo-chemical.
Sosialisasi IA-CEPA
dilakukan untuk
meningkatkan
hubungan perdagangan
dan investasi kedua
negara
Indonesia-Australia
Terkait peluncuran negosiasi Indonesia-Australia Free Trade Agreement
(IAFTA), dalam pertemuan bilateral di Canberra pada tanggal 10 Maret 2010
disampaikan perubahan format kerjasama bilateral kedua negara menjadi
Economic Partnership Agreement (EPA). Hubungan kerja sama perdagangan
kini menjadi IA-Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Telah diadakan sosialisasi mengenai IA-CEPA di berbagai kota di Indonesia
yang dihadiri oleh instansi pemerintah, swasta dan perguruan tinggi untuk
mendapatkan dukungan dan masukan atas rencana IA-CEPA.
Pada tanggal 2 November 2010 di Jakarta, Indonesia, telah dilaksanakan
peluncuran IA-CEPA oleh pemimpin kedua negara (Presiden RI dan PM
Australia). Kerja sama tersebut mencakup kerja sama dalam bidang
ekonomi, perdagangan dan investasi yang diharapkan mampu
meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara yang
saling menguntungkan.
Pada tanggal 13-15 Desember 2010, telah diadakan pertemuan antara Chief
Negotiator kedua negara serta bilateral meeting pada tingkat Senior Official
dalam rangka membahas preliminary discussion on IA-CEPA.
Indonesia-RRT
Komisi Bersama Indonesia–RRT atau Joint Commission Meeting (JCM)
merupakan wadah formal bilateral tahunan yang menindaklanjuti
Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh
kedua Kepala Negara pada tahun 2005, di bidang ekonomi perdagangan
dan investasi. JCM terakhir (ke-10) diadakan pada tanggal 3 April 2010 di
Yogyakarta.
Kedua pihak telah menyepakati Agreement on Expanding and Deepening
Bilateral Economic and Trade yang salah satu isi pentingnya adalah
pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on
Economic Cooperation.
Pihak RRT sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi buah-buahan
tropis (Pisang, Nanas, Rambutan) dan sarang burung walet dari Indonesia
untuk dapat memasuki pasar RRT (saat ini pihak RRT telah mengijinkan
masuknya buah Salak dan Manggis Indonesia ke RRT). Selain itu, pihak RRT
akan membantu mempercepat proses pembukaan Cabang Bank Mandiri di
RRT dengan telah ditandatangani Cross Border Supervision Agreement
antara Bank Sentral kedua negara. Untuk menindaklanjuti hal tersebut,
101 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 maka pada saat kunjungan Wapres RI ke CA Expo pada tanggal 21 Oktober
2010, ditandatangani MoU by and between Indonesia Exim Bank and
Industrial and Financial Cooperation between Republic of Indonesia and
the People’s Republic of China.
Indonesia dan Amerika
Serikat sepakat untuk
membina kemitraan
yang lebih
komprehensif
Indonesia–Amerika Serikat
Sebagai tindak lanjut dari MoU on Combating Illegal Logging and
Associated Trade, AS telah memberikan bantuan penyelenggaraan
Workshop on the Socialization of Integrated Laws, Regulations and
Agreements for Indonesian Provinces Affected by Illegal Logging and
Associated Trade. Selain itu, sejak tahun 2009 Indonesia dan AS
menyelenggarakan secara bersama (co-host) suatu Regional Dialogue (RD)
to Promote Legally Harvested Timber Products, yang diadakan secara
bergantian di Indonesia dan AS. RD pertama diselenggarakan pada tanggal
2 September 2009 dan RD kedua pada tanggal 19-21 Juli 2010 di Seattle,
Washington.
Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk membina kemitraan
komprehensif di masa mendatang yang akan diwujudkan melalui
kerjasama di bidang perdagangan, investasi, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, kesehatan, perubahan iklim, keamanan serta
people-to-people contacts.
Pada pertemuan Trade and Investment Council ke-10 yang diadakan di Bali
pada tanggal 30 September–1 Oktober 2010 membahas perkembangan isu
kebijakan perdagangan dan investasi pada kedua negara seperti kerjasama
Trans Pacific, industri film, Angka Pengenal Impor (API), labelisasi untuk
berbagai produk, impor daging sapi AS ke Indonesia dan pemutakhiran
daftar negatif investasi.
Indonesia–Argentina
Pada tanggal 21-22 September 2010 telah dilaksanakan Sidang Komisi
Bersama (SKB) ke-5 Indonesia-Argentina di Buenos Aires, Argentina.
Dalam pertemuan tersebut dibahas isu-isu penting terkait perkembangan
hubungan kerja sama bilateral kedua negara dan upaya untuk
meningkatkan kerjasama di berbagai bidang seperti perdagangan,
investasi, pertanian, energi (Compressed Natural Gas/CNG), kerjasama
teknik, ilmiah dan teknologi, olah raga, pariwisata, pendidikan, farmasi,
dan kekonsuleran.
Di antara isu penting yang menjadi concern Indonesia di bidang
perdagangan adalah upaya untuk mengurangi defisit perdagangan dengan
Argentina selama 5 (lima) tahun terakhir (2005 - 2009) dan permintaan
agar Argentina mempertimbangkan kembali dan bekerja sama untuk
mengatasi kebijakan dan ketentuan perdagangan yang merugikan
Indonesia seperti tuduhan dumping, under invoice dan safeguards
measures yang menghambat ekspor Indonesia ke Argentina.
Untuk mengurangi hambatan perdagangan bilateral kedua negara,
102 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Indonesia
mencoba
mengadakan
persuasi
agar
Argentina
mempertimbangkan penggunaan bahasa Inggris dalam dokumen
perdagangan, terutama dalam merespon tuduhan dumping dan under
invoice dari yang selama ini menggunakan bahasa Spanyol. Terhadap hal
ini Argentina menyatakan akan mempertimbangkannya dan berharap dapat
memberikan solusi terbaik bagi meningkatnya hubungan perdagangan
bilateral kedua negara di masa yang akan datang.
Indonesia berhasil meyakinkan Argentina untuk membuka pasarnya lebih
lebar terhadap jenis produk ekspor Indonesia yang siap masuk pasar
Argentina seperti tekstil, elektronik, peralatan listrik, minyak kelapa
sawit, produk hortikultura, kertas dan produk kertas, kayu olahan, karet,
alas kaki, suku cadang sepeda motor, sepeda motor, coklat, udang, ikan
beku, kopi, buah yang diawetkan, mesin pencetak, furnitur, kerajinan
tangan, perhiasan, kimia, dan perlengkapan rumah tangga.
Indonesia–Bangladesh
Pada tanggal 8-9 Agustus 2010 telah dilaksanakan Sidang Komisi Bersama
(SKB) ke-2 Indonesia-Bangladesh di Bukit Tinggi. Pertemuan telah
membahas agenda kerja sama di bidang perdagangan antara lain:
‐
Mendorong pelaku usaha untuk menindaklanjuti hasil Business MatchMaking;
‐
Mendorong pertukaran delegasi dagang kedua negara dengan
mempertimbangkan pembentukan kebijakan visa on arrival bagi para
pelaku usaha kedua negara;
‐
Mendorong Promosi produk masing-masing melalui penyelenggaraan
pameran dagang maupun pameran tunggal di kedua negara;
‐
Mengintensifkan fungsi Indonesia-Bangladesh Joint Business Council.
Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama
bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia pada tahun sebelumnya
bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator tersebut
pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
IK-39
Jumlah Partisipasi
Perundingan Kerjasama
Bilateral di Kawasan
Eropa, Afrika dan Timur
Tengah
Berikut ini adalah beberapa hubungan perdagangan bilateral antara
Indonesia dengan negara-negara mitra dagang di wilayah Eropa, Afrika,
dan Timur Tengah.
Indonesia-Uni Eropa
Dalam rangka meningkatkan potensi perdagangan bilateral Indonesia-Uni
Eropa telah dilaksanakan beberapa rangkaian pertemuan bilateral antara
Indonesia-UE, yaitu European Union-Indonesia Business Dialogue (EIBD),
Working Group Trade and Investment (WGTI) serta Vision Group.
EIBD merupakan forum tahunan yang melibatkan sektor swasta dan
pemerintah. Pada pertemuan EIBD yang ke-2 yang dilaksanakan pada
tanggal 29-30 November 2010, telah dihasilkan paket rekomendasi
kebijakan bagi Pemerintah R.I dan UE untuk memastikan terwujudnya
103 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 peluang bisnis dan investasi.
WGTI adalah suatu forum pertemuan antara pemerintah Indonesia dan Uni
Eropa (EU) yang khusus membahas isu perdagangan dan investasi kedua
negara. Forum ini telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu WGTI ke1 diadakan pada tanggal 24-25 Maret 2009 di Jakarta, dan WGTI ke-2 pada
tanggal 25-26 Maret 2010 di Brussels, Belgia. Dalam WG tersebut
dihasilkan Agreed Conclusions and Follow Up Actions yang menjadi
kesepakatan kedua negara.
Pada WGTI ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2010, yang
membahas isu Renewable Energy Directive (RED), Registration Evaluation
Authorization Restriction of Chemical (REACH), dan market access, namun
fokus utama UE antara adalah investasi, Sanitary Phytosanitary (SPS) dan
Technical Barriers to Trade (TBT). Kedua pihak sepakat untuk saling bertukar
informasi dan mengadakan pertemuan tingkat teknis secara reguler.
Kemudian, pertemuan Vision Group yang berupa pertemuan antara para
expert untuk melakukan joint study sebagai bagian dari Long Term Vision
antara Indonesia–UE telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2010. Vision
Group sepakat agar rekomendasi yang dihasilkan bersifat konstruktif dan
meningkatkan kerja sama bilateral secara inonvatif. Selain itu implementasi
yang efektif dan komitmen politis merupakan sebagai faktor penting dalam
menjalankan reformasi kebijakan/aturan.
Suasana sidang kerjasama perdagangan Indonesia-Uni Eropa
Indonesia–European Free Trade Association (EFTA)
Menindaklanjuti “Record of Understanding For A Possible Future Trade
Agreement Between Indonesia and The EFTA States” tahun 2005, pada
tanggal 24-25 Februari 2010 telah dilakukan perundingan informal
mempersiapkan perundingan kerja sama perdagangan antara IndonesiaEFTA.
Pada tanggal 5-9 Juli 2010, disepakati oleh kedua negara untuk memulai
proses perundingan dan mengganti nama perjanjian kerjasama tersebut
104 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 dari Comprehensive EFTA-Indonesia Free Trade Agreement (CEITA) diganti
menjadi Indonesia–EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement
(IE-CEPA). Kedua pihak juga sepakat bahwa perjanjian yang akan
dihasilkan adalah perjanjian kemitraan ekonomi yang bentuknya strategis
bagi Indonesia karena lebih komprehensif. Dalam perundingan ini yang
ditekankan bukan hanya penghapusan tarif dan pembukaan akses pasar,
akan tetapi mencakup penghapusan hambatan non tarif, di mana
penekanan diletakkan pada peningkatan kapasitas SDM, investasi dari EFTA
dan kerjasama ekonomis/teknis yang merupakan bagian integral dari
kemitraan ekonomi ini.
Pada tanggal 28-29 September 2010, telah dilaksanakan konsultasi pra
negosiasi oleh Tim Perunding Indonesia kepada Sekretariat EFTA, untuk
melakukan pertukaran informasi mengenai perkembangan ekonomi dan
hubungan perdagangan, serta membahas isu substansi dan prosedur dalam
rangka mempersiapkan perundingan Comprehensive EFTA-Indonesia Trade
Agreement (CEITA).
Menteri Perdagangan RI mengharapkan agar Swiss juga dapat bekerja sama
dengan Indonesia di sektor infrastruktur, Swiss dalam hal ini memiliki ABB
Switzerland, holding company di bidang investasi.
Telah dilaksanakan
sosialisasi II-CECA untuk
meningkatkan
hubungan perdagangan
dan investasi kedua
negara
Indonesia–India
(CECA)
Comprehensive
Economic
Cooperation
Agreement
Tim Joint Study Group telah melakukan pertemuan sebanyak 5 kali, dan
pertemuan terakhir dilakukan di Jakarta pada tanggal 15 September 2009
untuk menandatangani JSG Report.
Di bidang perdagangan barang, studi tentang II-CECA menunjukkan potensi
untuk lebih ditingkatkan mengingat tren perdagangan kedua negara sangat
pesat dan dinamis. Dengan simulasi model Detailed Computable General
Equilibrium (CGE), bila tarif bea masuk diturunkan sebesar 50%, maka
kesejahteraan penduduk India akan meningkat sebesar 0,5% dan penduduk
Indonesia sebesar 0,7% dari GDP. Di samping itu, ekspor Indonesia ke India
akan meningkat sebesar 16,04% dan ekspor India ke Indonesia juga akan
meningkat sebesar 15,49%. Tingkat kesejahteraan dan ekspor akan
meningkat dua kali lipat bila tarif bea masuk diturunkan menjadi 100%.
Di bidang perdagangan jasa, studi mengidentifikasi beberapa sektor jasa
yang dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara yaitu antara
lain: Teknologi Informasi, Telekomunikasi, Keuangan, Audio Visual,
Kesehatan, Pendidikan, Pariwisata, Konstruksi, Jasa Professional dan
Transportasi.
Di bidang investasi, terungkap beberapa sektor yang menjadi minat
investor Indonesia di India adalah antara lain meliputi Hybrid-seeds,
Processed Food, Electrical and Non-electrical machinery, Chemicals,
Infrastructure, Hotel, Hospitality and Tourism. Sebaliknya, India berminat
pada sektor Food Processing, Textile fibre, Plastics, Wood Products, Agribiotech,
Pharmaceuticals,
Light
engineering,
Audio-visual,
105 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Telecommunications, IT and Education di Indonesia.
Indonesia dan India telah melaksanakan sosialisasi Indonesia-India CECA. Hal
yang dibahas dalam sosialisasi adalah untuk mengevaluasi kemungkinan bagi
Indonesia dan India untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan
investasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa antara Indonesia dan India
layak untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi melalui
kerangka II-CECA.
Sosialisasi tersebut merupakan kerja sama Kemendag dengan KADIN
Komite India dan Economic Association of Indonesia and India (ECAII).
Indonesia–Iran Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP)
Pada tanggal 12-15 Oktober 2003, Menteri Perdagangan Iran berkunjung ke
Indonesia melakukan pembicaraan bilateral dengan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan RI. Hasil dari pertemuan tersebut adalah dilakukan
penandatanganan Joint Statement dengan salah satu isinya menyebutkan
bahwa kedua negara sepakat untuk melakukan pengkajian kemungkinan
diadakannya “Gradual Trade Liberalization yang nantinya diharapkan
berkembang menjadi Comprehensive Economic Partnership (CEP)”.
Pada tanggal 14-18 Februari 2004, Memperindag RI berkunjung ke Iran
untuk menghadiri KTT D-8 di Iran. Dalam kesempatan tersebut
Memperindag RI dan Mendag Iran melakukan pertemuan bilateral. Dengan
merujuk kepada Joint Statement yang ditandatangani tanggal 13 Oktober
2003 di Jakarta, kedua Menteri sepakat menandatangani MoU on the
Establishment of Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP)
Indonesia-Iran. MoU tersebut memuat kesepakatan:
‐
‐
‐
Untuk segera membentuk Tim Teknis guna mengidentifikasi produkproduk yang akan diajukan untuk memperoleh Preferensi Tariff dan
melakukan pembahasan draft PTA;
Kedua pihak sepakat paling lambat 3 (tiga) bulan dari sejak
penandatanganan MoU akan saling mempertukarkan list of products
yang diusulkan untuk memperoleh konsesi tarif dari masing-masing
pihak;
Tim Teknis kedua negara paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
ditandatangani MoU akan melakukan pertemuan untuk membahas list
of products dan draft PTA serta Framework Agreement dalam rangka
pembentukan FTA yang merupakan tujuan akhir dari CTEP.
Pada saat SKB ke-9 RI-Iran di Teheran 20-21 Juni 2005, draft Framework
Agreement tersebut ditandatangani oleh Menteri Perdagangan kedua
negara. Sedangkan pada SKB ke-10 RI-Iran yang diselenggarakan pada
tanggal 9-11 Juni 2008 di Jakarta, Indonesia telah menyampaikan proposal
untuk modalitas penurunan tarif sebagai berikut :
‐
‐
‐
Tarif 0%-15% dikenakan Margin of Preference (MOP) = 25%;
Tarif di atas 15%-25% dikenakan MOP = 50%;
Tarif di atas 25%-75% dikenakan MOP = 75%.
106 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 The First Trade Negotiating Committee (TNC-1) Indonesia-Iran
diselenggarakan pada tanggal 25-26 November 2010 di Medan. Pada TNC-1
disepakati hasil-hasil sebagai berikut:
1. Mengacu pada pasal 13 FACTEP, Indonesia telah meratifikasi CTEP
pada tanggal 12 Desember 2006, untuk itu Indonesia meminta Iran
untuk segera meratifikasi FACTEP. Iran akan menginformasikan
perkembangan CTEP melalui saluran diplomatik, dan meminta
Indonesia untuk mengkomunikasikan instrumen ratifikasi kepada Iran
melalui saluran diplomatik;
2.
Pada SKB ke-10 Indonesia telah menyampaikan modalitas penurunan
tarif dengan Margin of Preference (MOP), sedangkan Irak
mengusulkan penurunan tarif dengan menggunakan line by line.
Kedua pihak akan membahas modalitas penurunan tarif secara rinci
pada pertemuan yang akan datang;
3.
Kedua pihak sepakat untuk melengkapi request list dengan kode HS
pihak lain. Oleh karena itu, Indonesia akan melengkapi request list
sementara dengan HS 8 digit sesuai sistem pengkodean Iran, dan Iran
juga akan melengkapi request list dengan HS 10 digit sesuai dengan
sistem pengkodean Indonesia. Untuk melakukan hal ini, kedua belah
pihak sepakat untuk tukar-menukar buku tarif versi terbaru melalui
saluran diplomatik;
4.
Indonesia mengusulkan tingkat dasar untuk pengurangan tarif
menggunakan tarif MFN Applied per 1 Januari 2009 bagi kedua pihak;
5.
Berdasarkan pada Minutes of Meeting of the Second Session of the
Iran-Indonesia Consultation Committee on PTA, pihak Iran telah
menyampaikan draft PTA dan Indonesia akan menyampaikan counter
draft PTA melalui saluran diplomatik;
6.
Iran telah menyampaikan draft ROO kepada Indonesia pada tanggal 27
November 2006, dan Indonesia akan segera menyampaikan counter
draft ROO tidak lebih dari pertemuan TNC berikutnya pada bulan
Maret 2011.
Penandatanganan kerjasama perdagangan Indonesia-Iran
107 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pertemuan JSG-TEC
Indonesia-Tunisia
bertujuan mengkaji
perdagangan, investasi,
dan hambatan serta
peluang peningkatan
perdagangan kedua
negara
Indonesia-Tunisia
Pembentukan Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation
(JSG-TEC) didasarkan pada keputusan Joint Commission Indonesia-Tunisia
ke-8 yang dilaksanakan di Bali pada 21-23 November 2006. Tugas dari JSG
adalah mengkaji peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan
investasi serta peluang dan hambatan dalam rangka meningkatkan
perdagangan dan investasi di kedua negara. Pertemuan pertama JSG telah
dilaksanakan pada tanggal 17-18 Juni 2009 di Tunis, Tunisia.
Kemudian pada tanggal 16-17 Juni 2010 telah dilaksanakan the Second
Meeting of Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation
Indonesia-Tunisia di Denpasar, Bali. Adapun hasil-hasil pertemuan adalah
sebagai berikut :
1.
Dalam rangka mengintensifkan dan meningkatkan perdagangan
bilateral, pihak Tunisia menyampaikan draft rancangan PTA yang
akan dinegosiasikan oleh kedua belah pihak. Pihak Indonesia
menyambut baik inisiatif Tunisia dan diinformasikan bahwa perjanjian
perdagangan harus didasarkan pada studi kelayakan terlebih dahulu
untuk menilai manfaat dan berfungsi sebagai pedoman atau acuan
untuk proses negosiasi. Keputusan untuk mendirikan PTA akan diambil
oleh masing-masing otoritas yang relevan melalui saluran diplomatik;
2.
Sehubungan dengan studi kelayakan PTA, pihak Tunisia setuju dengan
studi yang dilakukan oleh pihak Indonesia dan hasilnya akan dinilai
oleh kedua belah pihak;
3.
Kedua pihak telah melakukan pertukaran daftar produk potensial
untuk diperdagangkan oleh kedua negara;
4.
Kedua pihak telah mendiskusikan kebijakan dan hambatan
perdagangan, dan melakukan pertukaran informasi tariff duties yang
diterapkan oleh kedua negara. Pihak Tunisia menyampaikan bahwa
tarif yang diterapkan pada tahun 2010 akan diturunkan menjadi ratarata 15% pada tahun 2014;
5.
Merujuk pada Agreement on Promotion and Protection of Investment,
kedua negara mendorong peningkatan investasi sebagai sarana untuk
memajukan perdagangan bilateral. Dengan pembentukan PTA,
diharapkan perdagangan bilateral dapat lebih maju lagi. Dalam
pertemuan JSG ke-2 Indonesia menyampaikan peraturan investasi
kepada pihak Tunisia;
6.
Isu lain yang dibahas dalam JSG ke-2, yaitu kedua pihak sepakat
untuk mengembangkan kerja sama di bidang investasi, promosi
perdagangan, bea cukai, zona ekonomi khusus, perikanan, industry
dan handicraft;
7. Pertemuan JSG ke-3 disepakati untuk dilaksanakan di Tunisia pada
awal tahun 2011, untuk membahas kerja sama bidang ekonomi dan
perdagangan dan studi kelayakan tentang promosi perdagangan.
108 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Telah ditandatangani
MoU on Mutual
Cooperation in the
Field of Trade,
Investment, and
Economy
Indonesia–Rusia
Pada tanggal 15-18 September 2010 telah dilaksanakan pertemuan
bilateral dengan Chairman of the Russian–Indonesian Business Council and
members, President of the Russian Business Academy dan President of
Russian Chambers of Commerce.
Dalam pertemuan bilateral tersebut membahas berbagai peluang
kerjasama yang mana diharapkan dapat meningkatkan potensi serta
peluang sektor perdagangan dan investasi antara kedua negara. Kerjasama
ini diusulkan dapat bergerak pada kerja sama eksplorasi dan pengolahan
bidang pertambangan untuk biji tembaga dan nikel, pengadaan peralatan
militer dan alutsista, perkapalan, perhotelan, kendaraan transportasi,
special economic zones, transportasi, energi dan perbankan.
Untuk menangani hal tersebut di atas, diusulkan pembentukan Joint
Website Business to Business (B2B) dan mengaktifkan rencana
pembentukan Joint Trade and Investment Forum (JTIF).
Terkait perkembangan MoU on the Mutual Cooperation in the Field of
Trade, Investment, and Economy antara Indonesia-Rusia, pada tanggal 29
September 2010, Indonesia telah berinisasi untuk menyampaikan draft
pertama kepada Rusia dan Rusia telah membahas counter draft dimaksud.
Pada tanggal 3 November 2010, draft MoU telah disepakati kedua pihak
dan dapat ditandatangani oleh kedua Menteri pada pertemuan APEC
Ministerial Meeting di Yokohama.
MoU tersebut merupakan hasil dari pertemuan SKB Indonesia-Rusia VI pada
tanggal 18-20 Oktober 2009 di Jakarta, kedua negara menyepakati untuk
membentuk forum khusus dalam kerangka Komisi Bersama RI-Rusia untuk
membahas bidang perdagangan dan investasi yang lebih fokus dan
mendalam.
The Memorandum of Understanding between the Ministry of Economic
Development of the Russian Federation and the Ministry of Trade of
Republic of Indonesia on Mutual Cooperation in the Field of Trade,
Investment, and Economy telah ditandatangani pada tanggal 10 November
2010 di Yokohama, Jepang. MoU ini dilaksanakan untuk meningkatkan
kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan ekonomi antara Indonesia
dan Rusia.
Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama
bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah pada tahun
sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator
tersebut pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
109 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 MISI II:
PENGUATAN PASAR DALAM
NEGERI
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 5 : Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Dalam Negeri Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri
“Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam
negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi
waktu layanan”
Perijinan bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan pembinaan
pasar dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan, dan
kemetrologian, serta yang terkait dengan perdagangan berjangka komoditi
dan sistem resi gudang.
Tabel 23
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 8
No
Indikator Kinerja
40
Jumlah perizinan online
perdagangan dalam negeri
41
42
Jumlah hari waktu pelayanan
penyelesaian perdagangan dalam
negeri
Jumlah rumusan kebijakan
pembinaan usaha, lembaga
perdagangan dan pendaftaran
perusahaan yang disusun
IK-40
Jumlah perizinan online
perdagangan dalam
negeri
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
12 jenis
12 jenis
100%
6 hari
6 hari
100%
10 kebijakan
10 kebijakan
100%
UPP perdagangan dalam negeri memberikan layanan perizinan dengan
prinsip ”single entry dan single exit point” sehingga proses perijinan
khususnya perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap
muka antara pemohon dengan pejabat pemroses.
Saat ini terdapat 21 jenis perijinan yang dilayani oleh Kementerian
Perdagangan, dengan 12 jenis perijinan yang sudah dapat dilayani secara
online. Target jumlah perijinan perdagangan dalam negeri dapat tercapai
sesuai Renstra.
Tabel 24
Perkembangan Pelayanan/Perijinan Perdagangan Dalam Negeri
Tahun 2009 - 2010
No
Tahun
2009
29
Tahun
2010
30
103
46
-
0
∆%
1
2
Jasa Surveyor
Surat Izin Usaha Penjualan
Langsung (MLM):
3
SIUP P4
11
101
918
STP Waralaba Asing
27
22
(-122)
4
Jenis Perizinan
111 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Keterangan
Pindah Ke BKPM
Jasa ini baru
dilaksanakan pada akhir
tahun 2009
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
No
Jenis Perizinan
5
6
7
8
9
10
11
12
STP Keagenan/Distributor
SIUP3A
SIUP-Minuman Beralkohol
PKAPT
PGAPT
SPPGAP
SPPGRAP
Pameran, Konvensi dan Seminar
Int’l
Tahun
2009
1911
310
120
117
119
338
402
Tahun
2010
1853
738
182
122
181
162
451
(-103)
238
151
104
152
(-208)
112
22
29
131
∆%
2010 Keterangan
Sumber: Kementerian Perdagangan
Perijinan terkait dengan pembinaan pasar dan distribusi, antara lain: (i)
ijin usaha perdagangan minuman beralkohol (SIUP-MB), (ii) ijin distributor
importir terdaftar minuman beralkohol, (iii) persetujuan penyelenggaraan
pameran dagang, (iv) ijin pedagang kayu antar pulau terdaftar (PKAPT),
dan (v) ijin pedagang gula antar pulau terdaftar (PGAPT).
Gambar 18
Jumlah Ijin Bidang Pembinaan Pasar dan Distribusi s.d. Des 2010
Seperti yang ditunjukkan pada di atas jumlah ijin bidang pembinaan
pasar dan distribusi yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga
Desember 2010 didominasi oleh Surat Persetujuan Penjualan Gula
Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP) , sebanyak 451 ijin usaha. Hal tersebut
menunjukkan Permendag yang mengatur tata niaga gula dalam rangka
menjaga stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjangkau bagi
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, Surat Ijin Usaha Perdagangan-Minuman Beralkohol
sebanyak 182 ijin usaha hingga Desember 2010. Hal tersebut
menunjukkan Permendag yang mengatur tata niaga impor minuman
beralkohol memicu ekspektasi positif dari dunia usaha yang ingin
berkecimpung di usaha tersebut.
112 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 19
Jumlah Ijin Bidang Pembinaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan s.d. Des. 2010
Sementara itu, jumlah ijin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran
perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga Desember
2010 sebanyak 1.853 yang menggambarkan iklim berusaha di Indonesia
semakin kondusif, dilihat dari kacamata investor, terutama oleh pelaku
usaha perdagangan asing.
Gambar 20
Jumlah Ijin Bidang Kemetrologian s.d.Des 2010
1.524 2.494 Kalibrasi alat ukur
Sertifikat kalibrasi
557 Penelitian UTTP
Tera
171 986 Tera ulang
Komposisi ijin bidang kemetrologian hingga September 2010, didominasi
oleh ijin kalibrasi sebanyak 2.494 alat ukur, diikuti dengan ijin tera ulang
1.524 alat ukur dan ijin-ijin lainnnya. Indikasi ini menunjukkan bahwa
geliat dunia usaha untuk memaksimalkan peran kemetrologian relatif
besar dan meningkatnya kesadaran pentingnya berusaha secara jujur (fair
trade) sehingga iklim usaha semakin kondusif.
113 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra
Kemendag Tahun 2010 – 2014. Selanjutnya, Kementerian Perdagangan
akan terus memantau perkembangan komposisi ijin di bidang
kemetrologian ini pada tahun-tahun berikutnya.
IK-41
Jumlah hari waktu
pelayanan
penyelesaian
Waktu penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat dan
tanpa dipungut biaya. Sebelumnya, penyelesaian perijinan memakan
waktu antara 5-15 hari kerja, tetapi dengan penerapan sistem online,
waktu persetujuan permohonan perizinan menjadi sekitar 1−5 hari kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa Kementerian Perdagangan telah berhasil
mengurangi waktu pelayanan penyelesaian perijinan.
Untuk pengurusan ijin bidang perdagangan berjangka komoditi dan sistem
resi gudang , rata-rata waktu penyelesaian permohonan perijinan
menjadi lebih singkat, dari sebelumnya memakan waktu 45 hari kerja
menjadi 32 hari kerja.
Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra
Kemendag Tahun 2010 – 2014
IK-42
Jumlah Rumusan
Kebijakan Pembinaan
Usaha, Lembaga
Perdagangan dan
Pendaftaran
Perusahaan yang
Disusun
Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat dan
Kementerian Perdagangan pembinaan dunia usaha melalui :
tertib,
‐
Pembinaan kelembagaan dan lembaga perdagangan: eksportir,
importir, perdagangan besar (wholesaler), perdagangan eceran
(retailer).
‐
Pembinaan terhadap kewajiban pelaku usaha.
‐
Pembinaan dalam peningkatan SDM di bidang perdagangan melalui
penyelenggaraan pelatihan, penyusunan standar profesi usaha dan
profesi jasa, serta sertifikasi usaha dan profesi jasa.
‐
Kewajiban pendaftaran perusahaan bagi setiap perusahaan,
‐
Kewajiban melaporkan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP)
kepada setiap perseroan terbatas (PT), perusahaan asing yang ada di
Indonesia, Persero, Perum dan Perusahaan Daerah.
Kesemuanya itu memerlukan rumusan kebijakan di bidang Pembinaan
Usaha, Lembaga Perdagangan, dan Pendaftaran Perusahaan. Rumusan
kebijakan yang telah disusun Kementerian Perdagangan selama tahun
2010 terdapat 10 kebijakan yang berkaitan dengan Pembinaan Usaha,
Lembaga Perdagangan, dan Pendaftaran Perusahaan. Rumusan kebijakan
tersebut antara lain :
1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28 Tahun 2010 yang
merupakan Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10
Tahun 2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin
Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing.
114 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 18 Tahun 2010 tentang
Penundaan Pelaksanaan Peraturan Menteri Perdagangan 46 Tahun
2009 tentang Penerbitan SIUP bagi Provinsi DKI Jakarta
3. Nota Kesepahaman 3 (Tiga) Menteri, berisikan tentang Sinergi
Program Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan
melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro. Dari segi perdagangan,
Kementerian Perdagangan akan mengambil peran untuk melakukan
fasilitasi sarana usaha produktif, bimbingan teknis dan pelatihan
kewirausahaan kepada usaha mikro dan PKL setelah mendapatkan
usulan dari Pemerintah Daerah. Salah satu program pemberdayaan
dan pembinaan usaha mikro yang dimiliki Kementerian Perdagangan
adalah kemitraan dengan usaha besar dan mikro atau PKL.
4. Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perizinan di bidang usaha
yang terkait dengan lingkungan.
5. Rancangan Instruksi Presiden tentang Peningkatan Daya Saing,
Pemanfaatan dan Pemenuhan Komitmen Cetak Biru Masyarakat
Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Periode 2010 – 2011.
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 01
Tahun 2010 Tentang Percepatan Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04
Tahun 2010 Tentang Syarat-syarat Perdagangan Antara Pemasok
Barang dan Toko Modern.
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kepada
Seluruh Kepala Dinas Propinsi maupun Kabupaten dan Kota yang
membidangi Perdagangan, Nomor 104 Tahun 2010, tentang
Penjelasan Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)
9. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor
57 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Identifikasi, Monitoring dan
Supervisi Percepatan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Memulai
Usaha Bidang Perdagangan
Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 123
Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Uang Jaminan
Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing.
Nota Kesepahaman 3 (Tiga) Menteri, berisikan tentang Sinergi Program
Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui
Penguatan Sektor Usaha Mikro. Dari segi perdagangan, Kementerian
Perdagangan akan mengambil peran untuk melakukan fasilitasi sarana
usaha produktif, bimbingan teknis dan pelatihan kewirausahaan kepada
usaha mikro dan PKL setelah mendapatkan usulan dari Pemerintah
Daerah. Salah satu program pemberdayaan dan pembinaan usaha mikro
yang dimiliki Kementerian Perdagangan adalah kemitraan dengan usaha
besar dan mikro atau PKL.
115 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Penandatanganan Nota Kesepahaman 3 (tiga) Menteri tentang Sinergi Program Pengembangan Ekonomi dan
Penataan Lingkungan Perkotaan melalui
Penguatan Sektor Usaha Mikro
Berbagai Rumusan Kebijakan Pembinaan Usaha, Lembaga Perdagangan
dan Pendaftaran Perusahaan yang disusun oleh Kementerian Perdagangan
berdampak positip dan berhasil mengurangi jumlah hari yang dibutuhkan
dalam memulai usaha di Indonesia dari 105 hari pada awal tahun 2008,
turun menjadi 60 hari di akhir tahun 2009, dan di akhir tahun 2010
menjadi 47 hari.
Sesuai amanat Renstra Kementerian Perdagangan tahun 2010-2014,
Indikator kinerja ini baru diterapkan dan dilaksanakan dalam kerangka
tugas untuk menyederhanakan perijinan perdagangan. Rumusan dan
kebijakan ini disusun dan ditetapkan menyesuaikan perkembangan zaman
di tahun-tahun mendatang, agar dapat mendukung penciptaan iklim
usaha yang kondusif. Sebagai contoh perkembangan memulai usaha di
Indonesia melalui penilaian doing business dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
116 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 21
Perkembangan Penilaian kemudahan Doing Business di Indonesia Selama
Tahun 2008 - 2011
Sumber : Doing Business 2011 ,“Making a Difference for Entrepeneurs”
Jumlah Hari
Penyelesaian
Perijinan Pelaku
Usaha PBK & SRG
Sementara itu, terkait dengan perijinan bidang perdagangan berjangka
komoditi antara lain: (i) ijin usaha Bursa Berjangka, Kliring Berjangka,
Pialang Berjangka, (ii) ijin Wakil Pialang, (iii) Sertifikat Pendaftaran
Pedagang Berjangka, dan (iv) Persetujuan Kantor Cabang Pialang
Berjangka, Penyelenggara SPA dan Peserta SPA, serta Bank Penjamin.
Bappebti telah berhasil meningkatkan kualitas layanan perizinan dari 45
hari menjadi maksimal 32 hari. Jenis-jenis perizinan yang diterbitkan
antara lain:
• 1 Izin Usaha Pialang Berjangka Penanaman Modal Asing (PMA)
• 563 Izin Wakil Pialang Berjangka
• 2 Persetujuan Pialang Berjangka Peserta Sistem Perdagangan Alternatif
• 19 Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka
• 41 Penetapan Pembukaan Kantor Cabang Pialang Berjangka
Jumlah Hari
Pemrosesan
Persetujuan Kontrak
Komoditi Yang
Diajukan Oleh Bursa
Pada tahun 2010 Bappebti telah berhasil mempercepat jumlah hari
pemrosesan persetujuan kontrak komoditi yang diajukan bursa menjadi
maksimal 32 hari dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: pengajuan
proposal kontrak, verifikasi data, masukan penilaian oleh Biro Hukum &
Biro Perniagaan, pembuatan rekomendasi untuk Kepala Bappebti,
persetujuan kontrak.
Untuk Tahun 2010, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) mengusulkan 2 kontrak
baru yaitu kontrak Mini Emas 250 gram dan kontrak Mini Olein, 2 kontrak
untuk direvisi yaitu kontrak Emas dan Olein. Sementara Bursa Komoditi
Derivatif Indonesia (BKDI) mengusulkan 4 kontrak baru yaitu kontrak
GOLDUD, GOLDID, GOLDTI, GOLDTU, dan 1 kontrak untuk direvisi yaitu
CPOTR.
117 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 6: Peningkatan Kinerja Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Ekonomi Kreatif Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan
”Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin
positif setiap tahunnya”
Tabel 25
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 9
No
43
44
45
46
47
Indikator Kinerja
% Pertumbuhan PDB sektor
perdagangan
Jumlah waralaba asing yang
terdaftar (berdasarkan Surat Tanda
Pendaftaran yang dikeluarkan oleh
Kemendag)
Jumlah waralaba lokal/UKM yang
terdaftar (berdasarkan Surat Tanda
Pendaftaran yang dikeluarkan oleh
Disperindag Kab/Kota)
Jumlah Gudang Yang Masuk Dalam
Skema SRG
Jumlah cakupan komoditi, daerah
dan kontributor dalam sistem
informasi harga
IK-43
Prosentase
Pertumbuhan PDB
sektor perdagangan
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
3,4%
8,7%
255,9%
126 waralaba asing
143
118%
51 waralaba lokal
0
0%
45 Gudang
24
7 komoditi, 7
daerah, 160 orang
7 komoditi, 7
daerah, 160
orang
53,33 %
100 %
Kinerja perdagangan, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia,
juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi Indonesia sendiri. Pertumbuhan
PDB ASEAN (regional) tahun 2010 sebesar 7,8%, sedangkan PDB Indonesia
tumbuh 6,1% di bawah tetangga terdekat Singapura, Malaysia. Di sisi lain
dinamika ekonomi dan faktor geografis Indonesia mempengaruhi kinerja
perdagangan, antara lain stabilitas makro, kondisi infrastruktur, kebijakan
iklim usaha dan investasi, serta juga climate change.
Tabel 26
Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Asean (%)
Negara
2006
2007
2008
2009
2010
Brun ei
4,4
0,2
- 1,9
- 1,8
2,0
Indon esia
5,5
6,3
6,0
4,6
6,1
Sin gapura
8,6
8,8
1,5
- 0,8
14,5
M alaysia
5,8
6,5
4,7
- 1,7
7,2
Thailand
5,1
5,0
2,5
- 2,3
7,8
Vietnam
8,2
8,5
6,3
5,3
6,8
Filipina
5,3
7,1
3,7
1,1
7,3
Laos
8,1
7,9
7,2
7,3
7,5
M yanmar
7,0
5,5
3,6
5,1
5,3
Kambo ja
10,8
10,2
6,7
0,1
6,3
6,1
6,7
4,2
1,2
7,8
ASEAN
Sumber: ADB
118 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari
kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan
untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi,
transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan,
dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang
positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam
pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan-kegiatan ini antara lain
meliputi perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha,
pembangunan/revitalisasi pasar tradisional, peningkatan kelancaran
distribusi bahan kebutuhan pokok dan barang strategis, penurunan
disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga dengan harga yang
layak untuk konsumsi masyarakat.
PDB sektor perdagangan pada tahun 2008 sebesar 363,8 triliun (atas harga
konstan 2000), namun pada tahun 2010 nilai PDB sektor perdagangan
sebesar 400,6 triliun. Sektor perdagangan adalah sumber pertumbuhan
ekonomi nasional yang paling besar. Laju pertumbuhan ekonomi 2010
adalah 6,1%, sedangkan sektor perdagangan menyumbang 1,5% atau angka
tertinggi dibangdingkan sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik,
Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan,
Real Estat dan Jasa Perusahaan; dan Jasa-jasa lainnya yang menyumbang
berturut-turut 0,4%; 0,3%; 1,2%; 0,0%; 0,4%; 1,2%; 0,5%;dan 0,6%.
Tabel 27
PDB Perdagangan
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Harga Berlaku
(triliun rupiah)
2008
2009
2010
Harga Konstan 2000
(triliun rupiah)
2008
2009
2010
691,5
363,8
744,1
881,1
Sumber: BPS
119 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 368,6
400,6
Laju
(Persen)
Sumber
(Persen)
8,7
1,5
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Gambar 22
Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDB 2005 – 2010
Ket: Termasuk Hotel dan Restoran
Sumber: BPS
Kontribusi sektor
perdagangan terhadap
PDB tahun 2010
mengalami kenaikan
sebesar 8,7%
dibandingkan tahun
2009
Nilai tambah sektor perdagangan selama periode 2005−2010 menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari Rp 293,9 triliun pada tahun
2005, Rp 691,5 triliun pada tahun 2008, menjadi Rp 881,1 triliun pada
tahun 2010 (harga berlaku). Adapun kontribusi sektor perdagangan, hotel
dan restoran terhadap PDB selama periode tersebut meningkat. Pada
tahun 2010, kontribusi sektor perdagangan terhadap PDB mengalami
kenaikan dari tahun 2009 sebesar 8,7%.
Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan juga mengalami
fluktuasi dari tahun 2005-2010. Tingkat pertumbuhan sektor perdagangan
mencapai penurunan terendah pada tahun 2009, yaitu sebesar 1,1%. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa memburuknya kinerja ekspor juga
memberikan pengaruh negatif terhadap dukungan perdagangan terhadap
perekonomian. Walaupun tumbuh dengan nilai pertumbuhan kecil, namun
hal tersebut tetap menggembirakan karena tetap tumbuh positif, berbeda
dengan sejumlah negara maju dan berkembang yang justru mengalami
pertumbuhan negatif.
IK-44
Jumlah waralaba asing
yang terdaftar
(berdasarkan Surat
Tanda Pendaftaran yang
dikeluarkan oleh
Kemendag)
Kementerian Perdagangan hingga akhir tahun 2010 telah menerbitkan
Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) dengan jumlah 143 STPW. Hal
ini mengambarkan bahwa minat pengusaha dalam berbisnis waralaba
memiliki trend yang meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun 2009
Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan STPW sebanyak 121 STPW.
Kenaikan jumlah penerbitan STPW tahun 2010 melebihi target yang
ditetapkan sebesar 118% yaitu 126 STPW. Indikator kinerja ini baru di
terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.
120 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-45
Jumlah waralaba
lokal/UKM yang
terdaftar (berdasarkan
Surat Tanda
Pendaftaran yang
dikeluarkan oleh
Disperindag Kab/Kota)
IK-46
Jumlah pengelola
Sistem Resi Gudang
(SRG)
Pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan belum menerima laporan
penerbitan Surat Tanda Penerbitan Waralaba Lokal yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan belum dapat
diimplementasikannya Permendag No.31/M-DAG/PER/8/2008 di daerah.
Pemda belum menerbitkan Perda maupun SK Bupati/Walikota yang
mengatur mengenai penerbitan STPW, sehingga usaha waralaba lokal
belum dapat diberikan STPW. Kementerian perdagangan menyarankan
agar selama Peraturan Daerah yang mengatur tentang waralaba belum
diterbitkan, Pemerintah Daerah dapat menginisiasi untuk menerbitkan
Surat Keputusan Bupati/Walikota yang mengacu kepada Permendag No.
31/M-DAG/PER/8/2008. Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010
sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.
Sistem Resi Gudang merupakan salah satu instrumen penting dan efektif
dalam sistem pembiayaan perdagangan. Di Indonesia, Sistem Resi Gudang
ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi
Gudang. Pengertian tentang resi gudang menurut undang-undang tersebut
adalah "dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang
yang diterbitkan oleh pengelola gudang".
Ketentuan tentang pelaksanaan UU Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem
Resi Gudang diatur dalam Peraturan Pemerintah dengan telah
diterbitkannya pada 22 Juni 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun
2007 tentang Resi Gudang.
Disamping peraturan pemerintah tersebut, pada tanggal 29 Juni 2007,
telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 26/MDAG/PER/6/2007 yang telah menetapkan delapan komoditi pertanian
sebagai barang yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan
Sistem Resi Gudang. Kedelapan komoditi itu adalah: Gabah, Beras,
Jagung, Kopi, Kakao, Lada , Karet, Rumput laut.
Pada tahun 2010 jumlah Gudang yang telah masuk dalam skema SRG
sebanyak 24 unit atau sebesar 53 % dari target yang telah ditetapkan. Hal
ini terjadi dikarenakan dalam pelaksanaan/implementasi SRG di daerah
ditemui adanya beberapa ketidaksiapan daerah terutama mengenai
masalah kelembagaan dalam SRG, yang meliputi pengelola gudang, LPK,
perbankan, serta pelaku usaha di daerah sendiri.
Resi Gudang total telah
diterbitkan sebanyak 86
resi dengan volume
sebanyak 3.022 ton
Daerah-daerah yang sudah mengimplementasikan Sistem Resi Gudang
hingga tahun 2010 yaitu Indramayu, Subang, Karanganyar, Jombang,
Banyumas, Banyuwangi, Barito Kuala, Sidrap, Pinrang dan Gowa. Secara
total, Resi Gudang yang telah diterbitkan sebanyak 86 resi dengan total
volume komoditi sebanyak 3.022 ton (2.896 ton gabah dan 126,25 ton
jagung) atau total senilai Rp. 10,67 milyar. Berikut adalah tabel
perkembangan penerbitan Resi Gudang dari Tahun 2008 – 2010.
121 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tabel 28
Perkembangan Penerbitan Resi Gudang Dari Tahun 2008-2010
PENERBITAN
TAHUN
Resi Gudang
Jumlah
2008
2009
2010
16
13
57
TOTAL
86
Komoditi
%
Volume (ton)
-19%
338%
508.83
214.11
2,299.94
%
-58%
974%
3,022.88
Nilai Barang (Rp)
1,431,616,200
552,962,240
8,678,733,500
%
-61%
1469%
10,663,311,940
Sumber: Kementerian Perdagangan
Untuk pembiayaan Resi Gudang hingga saat ini telah dilakukan oleh
lembaga keuangan bank seperti BRI, Bank BJB, Bank Jatim, Bank Kalsel,
dan lembaga keuangan non-bank seperti BPRS Bina Amanah Satria
Purwokerto, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Kliring
Berjangka Indonesia (Persero) dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir
(LPDB) Kementerian KUKM. Nilai total pembiayaan yang telah diberikan
sejak mulai dilaksanakannya SRG tahun 2008 hingga tahun 2010 sebesar
Rp. 4,6 milyar atau rata-rata 70 % dari nilai Resi Gudang yang diagunkan.
Tabel 29
Perkembangan Pembiayaan Resi Gudang Tahun 2008 – 2010
TAHUN
Jumlah RG
Nilai
PEMBIAYAAN
%
2008
6
Rp
313,900,000
2009
5
Rp
136,800,000
2010
33
TOTAL
44
Rp
Rp
4,185,892,350
44%
2960%
Lembaga Keuangan
BPRS Bina Amanah, BRI,
Bank Jatim
BRI
BRI, Bank Jatim, Bank BJB,
Bank Kalsel, PKBL KBI, LPDB
4,636,592,350
Sumber: Kementerian Perdagangan
Untuk meringankan beban bunga bank dalam pemanfaatan SRG, khususnya
bagi Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan Koperasi Tani,
pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang pemberian Subsidi
Bunga Kredit Resi Gudang melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG). Untuk
pelaksanaan skema Subsidi Resi Gudang tersebut, telah diterbitkan pula
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang
Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang. Subsidi Bunga ini akan disalurkan
melalui bank-bank pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Beban bunga kepada peserta (Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok
Tani dan Koperasi) S-SRG ditetapkan sebesar 6%. Sedangkan selisih tingkat
bunga S-SRG dengan beban bunga Peserta S-SRG merupakan subsidi
Pemerintah. Subsidi bunga diberikan selama masa jangka waktu S-SRG
paling lama 6 bulan. Bank-bank yang saat ini telah ditetapkan oleh
122 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kementerian Keuangan sebagai Bank Penyalur S-SRG adalah Bank Jabar
dan Bank Jatim, Bank BRI, Bank Jateng, Bank Kaltim sedangkan untuk
Bank DIY masih dalam proses Perjanjian Kerjasama Pembiayaan antara
Bank tersebut dengan Kementerian Keuangan.
Tabel 30
Pembiayaan Subsidi Sistem Resi Gudang (S-SRG)
NO
BANK PENYALUR
JUMLAH RESI GUDANG
DIBIAYAI S-SRG
2
NILAI PEMBIAYAAN S-SRG
(Rp)
1
Bank BRI
775.493.600
2
Bank BJB
7
829.000.000
3
Bank Kalsel
4
119.031.500
4
Bank Jateng
0
-
5
Bank Jatim
4
TOTAL
17
632.205.000
2.355.730.100
Sumber: Kementerian Perdagangan
Sesuai dengan peraturan yang ada, untuk dapat ikut serta sebagai
lembaga dalam Sistem Resi Gudang (SRG), maka pelaku Sistem Resi
Gudang harus mendapat persetujuan dari BAPPEBTI, adapun Persetujuan
Kelembagaan yang telah dikeluarkan hingga saat ini sebanyak 48
persetujuan, terdiri dari:
-
Pusat Registrasi
:
1
Persetujuan
-
Pengeloa Gudang
:
6
Persetujuan
-
Gudang
:
24
Persetujuan
-
LPK Inspeksi Gudang
:
3
Persetujuan
-
LPK Manajemen Mutu
:
1
Persetujuan
-
LPK Uji Mutu Komoditi
:
13
Persetujuan
Dalam perkembangannya selama 5 tahun terakhir ini Implementasi Sistem
Resi Gudang (SRG) belum berjalan seperti yang diharapkan, karena adanya
beberapa kendala antara lain:
a) Kurangnya Pemahaman dan Komitmen Masyarakat, Pelaku Usaha, dan
Dunia Perbankan Terhadap Mekanisme SRG;
b) Pemanfaatan Gudang Belum Optimal;
c) Kualitas Produk Belum Sepenuhnya Memenuhi Standard Mutu Yang
Diharapkan;
d) Sinergi Antar Instansi Terkait, Pemda & Sektor Swasta Serta Pelaku
SRG Belum Maksimal;
e) Minimnya Pengkajian dan Penelitian tentang Sistem Resi Gudang;
f) Pihak yang Memanfaatkan Sistem Resi Gudang masih sangat terbatas;
g) Belum ada kesepahaman dalam proses pelaksanaan Skema Subsidi Resi
Gudang (S-SRG) di lapangan sehingga proses pencairan kredit S-SRG
relatif lebih lama.
123 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 IK-47
Jumlah Cakupan
Komoditi, Daerah dan
Kontributor Dalam
Sistem Informasi Harga
Dalam Rangka mendukung Sistem Resi Gudang, kementerian perdagangan
melalui Bappebti telah mengembangkan sistem informasi harga komoditi.
Latar belakang pengembangan sistem informasi harga ini karena Indonesia
sebagai negara produsen utama komoditi primer hingga saat ini belum
memiliki referensi harga yang dapat mewakili harga komoditas unggulan
Indonesia. Pihak-pihak yang berkepentingan masih mengacu harga
komoditasnya kepada pasar Internasional maupun pada Bursa Komoditi
yang diharapkan menjadi sarana pembentukan harga. Akan tetapi karena
hal tersebut belum sepenuhnya berjalan, maka harga yang terbentuk di
bursa saat ini belum mencerminkan harga riil di pasar, sehingga para
petani/produsen masih kesulitan untuk mendapatkan harga jual yang
wajar bagi komoditi yang akan dipasarkan.
Keberhasilan pengembangan Sistem Resi Gudang tergantung dukungan dari
instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
BUMN dan instansi terkait lainnya dalam meningkatkan jumlah pelaku
usaha SRG. Dengan telah dibangunnya 41 gudang SRG melalui Dana
Stimulus Fiskal di tahun anggaran 2009 dan 11 gudang lagi di tahun 2010 di
beberapa daerah sentra produksi, diharapkan dapat mempercepat
penerapan SRG. Dengan meningkatnya jumlah gudang secara tidak
langsung akan berdampak pada peningkatan jumlah pelaku usaha, apalagi
didukung dengan kegiatan-kegiatan dari Kementerian Perdagangan.
Sistem informasi harga ini telah diterapkan pada 7 komoditi yaitu kakao,
kopi, lada putih, gabah, beras, jagung dan kedelai di 8 daerah sentra
produksi yaitu Makassar (sentra kakao dan jagung),Lampung(sentra kopi),
Pangkalpinang(sentra lada), Indramayu(sentra gabah dan beras),
Banyumas(sentra gabah dan beras), Jombang(sentra gabah), Gowa dan
Surabaya(sentra kedelai) dengan 20 orang kontributor pada tiap daerah.
Empat daerah diantaranya adalah pilot project penerapan sistem resi
gudang (makassar, indramayu, banyumas, jombang).
Mekanisme kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut: para kotributor
bertugas mengirimkan informasi harga secara riil yang terjadi pada masingmasing level melalui SMS ke nomor yang telah ditetapkan Bappebti, 2 kali setiap
hari, yaitu sesi pagi dan sesi sore. Sesi pagi mulai pukul 8.00 s/d pukul 12.00 WIB.
Sedangkan sesi sore mulai pukul 13.00 s/d pukul 17.00. Informasi harga komoditi
yang dikirimkan kontributor akan diproses dengan cara verifikasi format SMS dan
harga komoditi yang masuk akan dibandingkan dengan indeks harga sesi
sebelumnya secara otomatis oleh sistem aplikasi, sehingga dapat terbentuk harga
referensi yang valid, reliable, dan transparan baik ditingkat petani/produsen,
pedagang pengumpul/perantara dan eksportir. Dari hasil diskusi yang pernah
dilakukan dengan konsultan dari IFC, diketahui bahwa harga yang terbentuk dari
sistem informasi harga bappebti kementerian Perdagangan memiliki pola (patern)
yang tidak jauh berbeda dengan pola harga komoditas secara internasional. Hal
ini menunjukkan bahwa harga yang terbentuk adalah wajar sesuai dengan
permintaan pasar. Untuk melihat harga yang terbentuk, calon pengguna dapat
mengakses ke alamat website: http//infoharga.bappebti.go.id/
124 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Diharapkan harga referensi yang terbentuk dapat membantu para petani
untuk menentukankan harga jual komoditinya, yang secara tidak langsung
akan meningkatkan kesejahteraan para mereka melalui peningkatan posisi
tawar pada level petani/produsen, sekaligus menjadi harga referensi yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan Sistem Resi Gudang.
2010 125 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUJUAN 6: Peningkatan Kinerja Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Ekonomi Kreatif Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif
“Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional, sebagai
salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional”
Tabel 31
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 10
No
48
49
50
51
49
50
51
52
Indikator Kinerja
% Kontribusi industri kreatif pada PDB
Jumlah UKM kreatif yang mengikuti
pameran DN dan LN
Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang
diberikan promosi/ pemasaran,
kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan
akses pembiayaan
Jumlah brand produk ekonomi kreatif
yang dihasilkan
Jumlah UKM kreatif yang mengikuti
pameran DN dan LN
Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang
diberikan promosi/ pemasaran,
kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan
akses pembiayaan
Jumlah brand produk ekonomi kreatif
yang dihasilkan
Rencana Tingkat
Capaian
2%
Jumlah promosi produk dalam negeri
7,3 %
Capaian
(%)
300,%
100 UKM
227 UKM
227%
400 UKM
464 UKM
116%
26 brand
26
100%
100 UKM
227 UKM
227%
400 UKM
464 UKM
116%
26 brand
26
100%
4 kegiatan
67
kegiatan
1.675%
Realisasi
Di Indonesia, Ekonomi Kreatif muncul ketika pemerintah berupaya untuk
meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM) serta didukung oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
kemudian membentuk tim Indonesia Design Power 2006 – 2010 yang
bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang
diterima di pasar internasional dengan karakter nasional.
126 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Produk budaya Indonesia menarik perhatian masyarakat luas
Tampil
an halaman rumah website indonesiakreatif.net
IK-48
Prosentase Konstribusi
industri kreatif pada
PDB
Kontribusi ekonomi kreatif berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) yang
telah diolah oleh tim riset Pengembangan Ekonomi kreatif Kementerian
Perdagangan sampai dengan tahun 2008 tercatat sebesar 7,3%. Dari hasil
pengolahan data tersebut kontribusi Industri Kreatif (IK) menurut nilai ratarata 2002-2008: Kontribusi PDB IK (berdasar harga berlaku) Rp 360 trilyun;
Penyerapan tenaga kerja 7,68 juta orang; Penciptaan lapangan kerja di
bidang kreatif sebesar 3 juta usaha; dan kontribusi terhadap total ekspor
Indonesia sebesar 7,5 % (setara dengan Rp 114 triliun).
127 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Data yang digunakan masih merupakan data tahun 2008, mengingat sampai
dengan saat ini belum dilakukan pengolahan data kontribusi IK tahun 2010.
Selanjutnya secara periodik akan dilakukan pengolahan data terhadap IK.
Secara umum pencapaian sasaran melebihi target yang telah ditetapkan.
Pencapaian ini merupakan indikasi keberhasilan semua Kementerian/Lembaga
serta pemangku kepentingan lainnya yang terlibat aktif dalam pengembangan
Ekonomi Kreatif, termasuk Kementerian Perdagangan.
IK-49
Jumlah UKM kreatif
yang mengikuti
pameran DN dan LN
Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN telah
memberikan fasilitasi berupa kepesertaan pada berbagai pameran dagang
di dalam maupun luar negeri kepada 227 UKM yang bergerak di industri
kreatif antara lain di Pameran IFFINA, Inacraft, Java Jazz, Pameran Produk
Industri Berbasis HKI, Adiwastra, Pameran Foire de Paris (Perancis), Tripoli
International Fair (Libya), Fukuoka International Gift Show (Jepang),
Bangkok International Fashion Fair (Thailand), dan lain-lain.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebanyak 100 UKM,
capaian jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran dagang di dalam dan
luar negeri mencapai 227% dari target yang ditetapkan. Capaian ini
merupakan hasil dari kontinuitas Kementerian Perdagangan dalam
melakukan
kegiatan-kegiatan
promosi
yang
diharapkan
dapat
menumbuhkan apresiasi terhadap produk-produk kreatif karya anak
bangsa, sehingga produk-produk kreatif Indonesia dapat menjadi pilihan
utama konsumen dalam negeri bahkan konsumen mancanegara. Capaian
ini sekaligus menunjukkan komitmen yang kuat dari Kementerian
Perdagangan untuk terus menerus mendukung pertumbuhan industri
kreatif. Akan tetapi untuk indikator jumlah UKM kreatif yang mengikuti
pameran di dalam maupun luar negeri, tidak dapat dilakukan
perbandingan dengan capaian maupun realisasi dengan tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini mengingat pada tahun 2009, indikator dimaksud tidak
menjadi salah satu indikator pengukuran kinerja Kementerian
Perdagangan, sehingga tidak tersedia data untuk dapat menjelaskan
capaian untuk indikator dimaksud pada tahun-tahun sebelumnya.
Diharapkan perusahaan/UKM kreatif yang mengikuti pameran dalam dan
luar negeri dapat memperoleh manfaat berupa perluasan akses pasar dan
peningkatan product awareness yang pada akhirnya akan membawa
kepada peningkatan skala usahanya. Selain itu dengan semakin banyaknya
UKM kreatif yang berpartisipasi pada pameran di dalam dan luar negeri
dapat membawa pada peningkatan apresiasi masyarakat terhadap produk
kreatif karya anak bangsa.
Salah satu bentuk lain dukungan pengembangan ekonomi kreatif yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah dengan memfasilitasi
masyarakat dalam upaya peningkatan ekonomi kreatif melalui Portal
Indonesia Kreatif sebagai media informasi, komunikasi dan edukasi tentang
ekonomi kreatif di Indonesia dengan menyediakan ruang publik digital bagi
para pemerhati ekonomi kreatif Indonesia pada alamat situs
www.indonesiakreatif.net. Portal Indonesia Kreatif secara lengkap
128 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 memberikan informasi tentang pemahaman ekonomi kreatif, Indonesia
kreatif, program pengembangan ekonomi kreatif, serta publikasi hasil
penelitian dan statistik terkait ekonomi kreatif. Penyediaan akses
Indonesia kreatif diharapkan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam mengembangkan produk-produk ekonomi kreatif
Indonesia.
Portal Indonesia Kreatif juga menyediakan microsite kreatif yang berisi
antara lain tentang bidang arsitektur, desain, fesyen, kerajinan,
periklanan, dan lain-lain. Kementerian Perdagangan juga telah
memprakarsai pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia, dimana telah
diluncurkan cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif yang meliputi 14
sub sektor yaitu:
Gambar 23
Sub Sektor Dalam Ekonomi Kreatif
IK-50
Jumlah pelaku ekonomi
kreatif yang diberikan
promosi/ pemasaran,
kemitraan, fasilitasi,
penghargaan dan akses
pembiayaan
Secara keseluruhan, pada tahun 2010 terdapat 464 UKM potensial ekspor telah
memperoleh fasilitasi dari Ditjen PEN Kementerian Perdagangan berupa
promosi, pelatihan, workshop, lokakarya dan lain-lain. Jika dibandingkan
dengan target yang ditetapkan untuk jumlah pelaku ekonomi kreatif yang
memperoleh fasilitasi promosi/pemasaran, kemitraan, penghargaan dan akses
pembiayaan, pada tahun 2010 dapat direalisasikan sebesar 116% dibandingkan
dengan target 400 UKM. Capaian ini menjadi salah satu perwujudan komitmen
Kementerian Perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di
Indonesia dan sekaligus menunjukkan semakin meningkatnya tingkat
kepercayaan dan partisipasi pelaku ekonomi kreatif terhadap berbagai
program pemerintah.
Selain itu terealisasinya capaian sebesar 116% merupakan hasil dari sosialisasi
program kegiatan Kementerian Perdagangan yang dilakukan secara bersamaan
dengan program promosi.
129 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Fasilitasi yang diberikan antara lain Pelatihan Kalkulasi Harga Ekspor & Tehnik
Negosiasi Produk Kerajinan, Lokakarya Ekspor "Dukung Creativepreneur utk
Menembus Pasar Dunia" (PPKI), Pelatihan Standar Kemasan Mebel dan
Handicraft untuk Ekspor, Workshop “Introduction Export to EU for Handicraft
Sector”, dan lain-lain.
Selain berbagai kegiatan pelatihan dan workshop, pada tahun 2010 juga telah
diresmikan Wahana “Indonesia is Creative” yang merupakan showcase
berbagai produk UKM kreatif berbasis seni dan budaya dari berbagai daerah di
Indonesia. Wahana “Indonesia is Creative” ini terletak di Terminal 2D
Keberangkatan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Wahana “Indonesia Is
Creative” merupakan bentuk implementasi kerja sama antara Kementerian
Perdagangan dengan PT. Bank Negara Indonesia mengenai Kerjasama
Pengembangan Kegiatan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pengusaha UKM,
dimana dalam perwujudannya juga bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura II
dan PT. Alun Alun Indonesia Kreasi.
Keberadaan Wahana “Indonesia is Creative” ini dimaksudkan untuk
mempromosikan produk-produk unggulan berbasis budaya dan kreativitas
anak bangsa Indonesia seperti kerajinan, makanan dan spa yang berkualitas
tinggi, berselera dunia, serta dapat mewakili pencitraan Indonesia secara
positif, dengan disajikan secara kontemporer, memiliki nilai tambah dan
berdaya saing global.
Di samping penyelenggaraan Wahana “Indonesia is Creative”, salah satu
kegiatan yang telah diselenggarakan sebagai bentuk dukungan terhadap
pelaku ekonomi kreatif adalah penyelenggaraan Pekan Produk Kreatif
Indonesia (PPKI) 2010. PPKI 2010 mengangkat tema “Eksplorasi Budaya
Nusantara Melalui Keanekaragaman Kreativitas Pemuda Untuk Mendukung
Kebangkitan Ekonomi Kreatif Indonesia” diselenggarakan pada tanggal 23 – 27
Juni 2010 di Jakarta Convention Center (JCC). Ruang lingkup kegiatan
Konvensi PPKI 2010 merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Pameran,
Konvensi dan Gelar Seni Budaya. Kementerian perdagangan mengemban tugas
sebagai ketua pelaksana Konvensi dalam PPKI 2010 dengan tujuan adalah: (1)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Indonesia; (2) Memfasilitasi pelaku
kreatif Indonesia agar dapat menjadi creativepreneur; (3) Meningkatkan
apresiasi masyarakat Indonesia dan dunia terhadap Ekonomi Kreatif Indonesia;
(4) Meningkatkan sinergitas para pemangku kepentingan Ekonomi Kreatif
untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif di Indonesia; (5)Melakukan aktivasi
“Aku Cinta Indonesia”; dan (6)Menciptakan jejaring antar pelaku kreatif di
Indonesia.
Terkait dengan pemberian penghargaan terhadap pelaku ekonomi kreatif,
pada penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2010 diberikan penghargaan
Primaniyarta aktegori Barang dan Jasa Ekonomi Kreatif kepada 3 (tiga)
perusahaan/UKM.
Perusahaan/ UKM yang memperoleh fasilitasi berupa promosi/ pemasaran,
kemitraan, penghargaan dan akses pembiayaan, diharapkan dapat
memberikan sejumlah manfaat dalam hal pengembangan usaha. Adapun
130 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 manfaat yang dapat dirasakan antara lain perluasan akses pasar, peningkatan
product awareness, peningkatan daya saing hingga pengembangan kapasitas
produksi.
Terkait dengan capaian maupun realisasi di tahun-tahun sebelumnya, realisasi
dan capaian indikator jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan
promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses
pembiayaan pada tahun 2010 tidak dilakukan perbandingan. Hal ini
mengingat pada tahun 2009, indikator dimaksud tidak menjadi salah satu
indikator pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan, sehingga tidak
tersedia data untuk dapat menjelaskan capaian untuk indikator dimaksud
pada tahun-tahun sebelumnya.
Dalam rangka pemberdayaan potensi pelaku kreatif, Kementerian
Perdagangan telah memfasilitasi pelaku kreatif dalam beberapa kegiatan
antara lain pelatihan kewirausahaan, temu usaha serta fasilitasi pendaftaran
HKI dan halal. Kementerian Perdagangan juga memfasilitasi pelaku kreatif
dalam event nasional seperti: Festival Musik, Festival Film, penganugerahan
award serta event-event lain yang mendukung pengembangan ekonomi
kreatif.
Pelaku kreatif yang telah difasilitasi antara lain: bimbingan teknis dan
sosialisasi kepada 2000 pelaku kreatif potensial di 4 perguruan tinggi,
penganugerahan 10 award festival ekonomi kreatif yang dikuti 1111 peserta,
fasilitasi panggung pada 10 musisi Java Jazz dan 5 sineas yang mengikuti
Jakarta International Film Festival (JIFFEST).
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, target Kementerian
Perdagangan dalam memfasilitasi 400 pelaku kreatif telah tercapai. Dapat
dilihat dari jumlah pelaku kreatif yang telah difasilitasi sebanyak 3126 pelaku
kreatif.
IK-51
Jumlah brand produk
ekonomi kreatif yang
dihasilkan
Nation branding merupakan identitas, ciri yang unik dan khas dari suatu
bangsa, sehingga bangsa itu dikenal di dunia internasional, dan yang paling
penting menjadi suatu kebanggaan dari rakyatnya sendiri. Dalam rangka
membangun citra merek dan memperkuat merek, khususnya merk Indonesia,
Kementerian Perdagangan memfasilitasi beberapa produk UKM binaan PDKM
yang potensial untuk difasilitasi pengembangan mereknya.
Pengembangan merek produk kreatif telah dilakukan dengan beberapa tahap,
yakni identifikasi dan pemilihan merek, penyusunan brand strategy,
penyusunan brand Identity, penyusunan buku pengembangan merek, dan
pelatihan merek. Saat ini telah dilakukan pencapaian target pada tahun 2010
sebanyak 26 produk dari 325 target yang ditetapkan untuk 5 tahun (periode
2010-2014).
IK-52
Jumlah promosi produk
dalam negeri
Sepanjang tahun 2010, telah dilakukan sebanyak 67 kegiatan promosi
produk dalam negeri, baik berupa partisipasi pada berbagai pameran
dagang
skala
nasional
maupun
skala
internasional
maupun
penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2010. Kegiatan promosi
131 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 produk dalam negeri di berbagai ajang, baik berskala nasional maupun
internasional dimaksudkan untuk memperkenalkan berbagai produk
Indonesia di pasar global sekaligus untuk memperluas akses pasar bagi
perusahaan Indonesia. Pada kepesertaan di berbagai pameran dalam dan
luar negeri, UKM dan perusahaan Indonesia menampilkan berbagai produk
Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi yang tidak kalah
dengan produk-produk dari negara-negara maju.
Adapun kegiatan pameran dagang luar negeri yang diikuti Kementerian
Perdagangan selama tahun 2010 sebanyak 41 kegiatan yakni China ASEAN
Expo (CAEXPO) 2010; Pameran Seoul Food and Hotel 2010; The 6th
Fukuoka International Gift Show 2010; Medical Fair Australia 2010; Tokyo
International Gift Show 2010; Agri Pro ASIA 2010; Saudi Building and
Interior Expo 2010; Tripoli International Fair; Gulf Bid Bahrain 2010; Foire
International D’Alger 2010; Dar es Salaam International Trade fair (DITF)
2010; Baghdad International Trade Fair; The 5th International Hotel,
Restaurant and Food Exhibition for Qatar (DIYAFA 2010); International
Furniture & Design Exhibition and Awards 2010 (INFDEX 2010); The Big Five
Show 2010; Pasar Malam Tong Tong 2010; Pameran Foire de Paris;
Pameran Alimentaria Mexico; Pameran JA Show New York; 41st House &
Gift Fair Brasil; Pameran Vicenzaoro Autumn 2010; BNV-Budapest
International Fair; World Food Moscow 2010; Accenta – Flanders Expo;
Alimentaria Barcelona; International Fisaldo Las Palmas, Spanyol; Fancy
Food, New York; Misi Budaya dan Promosi, Istambul – Turki; Gifts Show Moscow, Rusia; FIM, Madrid – Spanyol; High-Point, Amerika Serikat;
Stylemax; Cairo International Fair 2010; Food, Hotel & Propac Arabia;
Beautyworld Middle East; Inter Build Egypt 2010; Asian Pacific Food Expo
2010; Korea International Jewellery & Watch Fair 2010; Bangkok
International Fashion Fair; The 7th China International Small & Medium
Enterprise Fair; dan Pameran Taste of Indonesia & Handicraft
Selain partisipasi pada sejumlah pameran dagang internasional, kegiatan
promosi dagang yang juga dilakukan oleh Kementerian Perdagangan
selama tahun 2010 adalah menyelenggarakan misi dagang di 4 negara
yakni Misi Dagang ke Brussel – Belgia (26-27 April 2010), misi dagang
Vancouver – Canada (29 Juni 2010), misi dagang Rusia dan Belarus (15-18
September 2010), dan misi dagang India (15-17 Desember 2010).
Di samping kegiatan promosi berupa partisipasi pada pameran dagang
internasional dan misi dagang, salah satu kegiatan promosi lain yang
diselenggarakan selama tahun 2010 adalah In-store Promotion yang
diselenggarakan pada tanggal 27 Maret – 1 Mei 2010, dengan
mengikutsertakan 16 pengusaha bertempat di Harrods, London. 132 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pameran Adi Wastra Nusantara untuk produk kreatif di dalam negeri Kementerian
Perdagangan sangat
antusias untuk
mendukung
perkembangan ekonomi
kreatif melalui berbagai
kegiatan
Selama tahun 2010, terselenggara sebanyak 21 partisipasi maupun
penyelenggaraan pameran dagang dalam negeri. Pameran dagang tersebut
adalah Trade Expo Indonesia, Pameran Pangan Nasional "Feed The World"
Exhibition & Conference, Agrinex International Expo 2010, Pameran IFFINA
2010, Pameran Adi Wastra Nusantara 2010, Pameran Inacraft 2010, Batam
Expo 2010, Pameran Produk Hak kekayaan Intelektual (HKI), Bengkulu
Expo 2010, Sriwijaya Fair 2010, International Halal Business and Food Expo
2010, The 6th Texcraft, Sail Banda 2010, NTB Expo 2010, Surabaya
International Jewelry Fair 2010, Pekan Batik Nusantara 2010, Pameran
International Pelayanan Publik, Cosmobeaute Indonesia 2010, Celebes
Expo 2010, SIKIB Expo 2010, dan Pameran Mutumanikam Nusantara 2010.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebanyak 4 kegiatan,
capaian tahun 2010 mencapai 1.250% atau sebanyak 67 kegiatan sepanjang
tahun. Keberhasilan pencapaian ini menunjukkan dukungan Kementerian
Perdagangan terhadap pengembangan ekspor berbagai produk Indonesia.
Pada prinsipnya, seluruh subsektor ekonomi, termasuk ekonomi kreatif,
akan berkembang baik apabila terdapat sinergi dan kerjasama yang baik
antara Pemerintah, Akademisi, dan Pelaku Usaha. Pada subsektor ekonomi
kreatif dengan ke-khas-annya yang menghasilkan produk atau jasa
spesifik/khusus, kerjasama ke-3 pihak tersebut perlu terus terbina
sehingga dapat memberikan iklim yang kondusif bagi berkembangnya
produk-produk ide kreatif. Gambar dibawah ini memberikan suatu ilustrasi
tentang koordinasi yang optimal antara Akademisi, Pelaku Usaha, dan
Pemerintah yang didukung oleh infrastruktur fisik dan non-fisik.
133 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 24
Triple Helix Ekonomi Kreatif
Sumber: Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. Kondisi persaingan yang semakin tajam antara produk dalam negeri dan
produk impor, diperlukan upaya peningkatan penggunaan produk dalam
negeri dengan tujuan menumbuhkan rasa kecintaan dan kebanggaan
terhadap produk dalam negeri. Upaya menciptakan pemahaman dan
sosialisasi penggunaan produk dalam negeri memerlukan waktu yang lama
dan perlu dilakukan secara berkelanjutan karena untuk merubah persepsi
masyarakat terhadap produk dalam negeri membutuhkan tahapan yang
panjang.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, produksi dalam negeri telah
menunjukkan peningkatan dari sisi kualitas, kuantitas dan variasi jenis
produk. Pencitraan Indonesia di dalam negeri dilakukan melalui strategi:
nation branding, kampanye “Aku Cinta Indonesia”, dan ekonomi kreatif.
Akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum menyenangi produksi
dalam negeri. Persepsi masyarakat terhadap produksi dalam negeri masih
rendah, selain masyarakat masih didominasi pemikiran bahwa produk impor
jauh lebih baik dari produk domestik. Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi
Kementerian Perdagangan untuk mendukung peningkatan citra Indonesia,
sehingga kampanye program “Aku Cinta Indonesia” semakin digiatkan, salah
satunya dengan terus melakukan kampanye di 33 propinsi.
Promosi Penggunaan Produk Dalam Negeri pada tahun 2010 yang dilakukan
Kementerian Perdagangan melalui berbagai kegiatan diantaranya:
a) Pameran Pangan Nusa (PPN) 2010 diselenggarakan di Jakarta
International Expo (JIExpo) Kemayoran pada 13-17 oktober 2010. Tahun
ini, PPN mengangkat tema ‘Cita Rasa Bahari’, yaitu menampilkan
kekayaan laut Indonesia dalam bentuk beragam pangan olahan. Tujuan
134 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 pameran ini adalah untuk menciptakan nilai tambah atas sumber daya
alam Indonesia yang melimpah baik di darat, laut, dan perairan lainnya
yang merupakan bahan dasar produk kuliner dan makanan olahan.
Lewat PPN, diharapkan citra produk pangan UKM lebih kompetitif.
Wakil Presiden Budiono didampingi Ibu Herawati, Mari Elka Pangestu Wiliam Wongso (Juri Lomba Kuliner), dan Bondan
Winarno (presenter kuliner), melihat hasil kreasi para juru masak daerah dalam mengolah makanan rasa bahari
b) Program Aku Cinta Indonesia (ACI) dan 100% Cinta Indonesia yang
dikemas dalam tiga acara yang masing-masing bertajuk “Parade Produk
Asli Indonesia”, “Bali Creative Festival”, “Pemecahan Rekor Muri pada
Pagelaran Busana 250 Perancang dan 250 Peraga”, merupakan
rangkaian kesinambungan programpemerintah dalam mengedepankan
perekonomian berbasis kreatifitas. Acara ini berlangsung dari 3 hingga
5 Desember 2010 dan dimaksudkan untuk membangun nilai kebaruan
yang berakar pada kekayaan budaya Indonesia dan membangun
semangat kewirausahaan yang akan menghasilkan sumber daya yang
mandiri, inovatif, serta nilai guna yang berdampak positif bagi
kehidupan sosial dan lingkungan.
135 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Wamendag dalam Acara Aktivasi ACI berphoto dengan Kepala Sekolah SMKN 6 Surabaya sebagai pendukung acara pada
peragaan busana yang mendapatkan Rekor MURI
c) Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Selasa 26 Oktober 2010
menyelenggarakan Forum Temu Usaha UKM dan Toko Modern serta Misi
Dagang Lokal di Semarang. Kegiatan Misi Dagang Lokal diikuti oleh 15
pengusaha dari 3 (tiga) provinsi, yaitu Lampung, Kalimantan Timur,
dan Jawa Tengah. Diharapkan Forum Temu Usaha UKM dan Toko
Modern serta Misi Dagang Lokal UKM dapat memanfaatkan kegiatan ini
untuk membuka wawasannya dalam menjalin kemitraan dengan toko
modern dan meningkatkan daya saingnya agar dapat lebih kompetitif.
Dirjen PDN sedang memperhatikan produk unggulan UKM yang dipamerkan pada acara Forum Temu Usaha UKM dan
136 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Toko Modern serta Misi Dagang Lokal di Semarang
d) Festival Ekonomi Kreatif Tingkat SMU dan Sederajat se-Indonesia Tahun
2010 dengan tema: Wujud Penggalian Potensi Ekonomi Kreatif Lokal
yang dilaksanakan pada Rabu 22 Desember 2010 di Auditorium
Kementerian Perdagangan.
Kegiatan bertujuan untuk menanamkan pondasi awal dari
pengembangan pengetahuan ekonomi kreatif sejak dini, sehingga para
pelajar SMU dan sederajat dapat memperoleh bekal yang cukup serta
wawasan yang memadai dan berkontribusi aktif dalam mengembangkan
ekonomi kreatif.
Pelaksanaan FEKSI 2010 secara nasional telah berlangsung dengan
lancar, hal ini merupakan refleksi sebuah proses pencerahan dan
pemahaman awal bagi para peserta yang notabene pelajar SMU dan
sederajat ini, tentang ekonomi kreatif, baik menyangkut aspek
kebijakan maupun aspek mikro ekonomi kreatif.
Ajang FEKSI 2010 sekaligus merupakan pengalaman baru bagi para
peserta untuk mencoba mengenali sekaligus menggeluti aktivitas
ekonomi kreatif, mulai dari sekolah mereka masing-masing. Mulai dari
hal kecil, sebelum akhirnya kelak mereka menerjuni profesi di bidang
ekonomi kreatif ini seusai tamat sekolah.
Pada Malam Grand Final FEKSI 2010 diadakan penentuan pemenang
dari serangkaian lomba, yaitu lomba debat tentang Ekonomi Kreatif
dan Lomba menulis artikel tentang Ekonomi Kreatif sekaligus
penyerahan piala bergilir Menteri Perdagangan.
Malam Grand Final FEKSI 2010
137 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 7: Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk
“Terbentuknya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek
perdagangan yang merugikan konsumen”
Tabel 32
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 11
No
53
54
55
Indikator Kinerja
Jumlah BPSK yang berfungsi
Fasilitasi pembentukan BPSK
Jumlah rumusan kebijakan dan
standar, norma, kriteria dan prosedur
di bidang perlindungan konsumen
IK-53
Jumlah BPSK yang
Berfungsi
Rencana Tingkat
Capaian
50 BPSK
5 BPSK
5 rumusan
50 BPSK
9 BPSK
Capaian
(%)
100%
100,%
5 Rumusan
100%
Realisasi
Upaya perlindungan konsumen yang semakin baik dapat dicerminkan
adanya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek
perdagangan yang merugikan konsumen. Oleh karena itu, salah satu
indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja peningkatan
perlindungan konsumen adalah akumulasi jumlah Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) yang terbentuk setiap tahunnya.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, BPSK mempunyai tugas utama untuk
menyelesaikan persengketaan konsumen di luar lembaga pengadilan
umum. BPSK beranggotakan unsur perwakilan aparatur pemerintah,
konsumen dan pelaku usaha atau produsen yang diangkat atau
diberhentikan oleh Menteri. BPSK memiliki kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan dari para pihak yang
bersengketa, melihat atau meminta tanda bayar, tagihan atau kuitansi,
hasil test lab atau bukti-bukti lain. Keputusan BPSK bersifat mengikat dan
penyelesaian akhir bagi para pihak
BPSK yang semula berjumlah 23 (tahun 2004) meningkat menjadi 45
(tahun 2010) yang tersebar di Kabupaten/Kota. Apabila dikaitkan dengan
jumlah Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, maka jumlah BPSK yang
ada masih sangat minim yaitu hampir 10 % dari 470 Kabupaten/Kota.
Padahal jika melihat peranan dan fungsi BPSK sebagai sarana yang sangat
penting bagi konsumen dalam memperoleh haknya, maka jumlah tersebut
masih sangat minim.
Target peningkatan perlindungan konsumen pada periode 2010−2014
adalah pembentukan 5 BPSK setiap tahun. Tahun 2010, jumlah BPSK yang
terbentuk telah melebih target yaitu mencapai 9 (sembilan) BPSK.
Sehingga realisasi pada tahun 2010 akumulasi jumlah BPSK yang
terbentuk menjadi 54 BPSK, yang pada tahun 2009 telah terbentuk 45
138 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 BPSK di berbagai Kabupaten dan Kota.
Peranan yang diharapkan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
peningkatan BPSK yaitu memberikan dukungan baik dalam bentuk dana
operasional yang dialokasikan dari APBD setempat, maupun fasilitasi
sarana dan prasarana penunjang.
Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra
Kemendag Tahun 2010 – 2014.
Selama tahun 2009-2010, BPSK tercatat telah menyelesaikan kasus
sengketa konsumen sebanyak 268 kasus, yang terdiri atas 183 kasus di
tahun 2009 dan 85 kasus hingga Agustus 2010. Dari sejumlah kasus
tersebut, penyelesaian terbanyak dilakukan melalui mediasi.
Gambar 25
Penyelesaian Kasus yang Ditangani BPSK Tahun 2009 - 2010 (September)
Sumber: Kementerian Perdagangan
IK-54
Fasilitasi Pembentukan
BPSK
Pada tahun 2009, melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2009,
telah terbentuk 3 (tiga) BPSK di kota Tebing Tinggi dan Binjai, serta
Kabupaten Bogor. Sehingga total BPSK yang terbentuk sampai dengan
akhir tahun 2009, sebanyak 45 BPSK. Sementara pada tahun 2010, melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pembentukan BPSK,
terdapat 9 (sembilan) BPSK yang terbentuk di 9 (sembilan)
Kabupaten/Kota yakni Kota Serang, Kota Kendari, Kota Bukittinggi, Kota
Singkawang, Kota Pontianak, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Batu Bara.
Sehingga sampai tahun 2010, telah terbentuk tambahan 9 (Sembilan)
BPSK. Dengan demikian total BPSK yang terbentuk mencapai 54 BPSK di
seluruh Indonesia.
Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra
Kemendag Tahun 2010 – 2014.
139 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Disamping target pembentukan BPSK dapat terpenuhi, diharapkan rasio
jumlah BPSK yang telah memiliki anggota dan sekretariat akan
meningkat. Pendidikan serta pelatihan teknis baik untuk anggota maupun
sekretariat BPSK perlu ditingkatkan, agar kasus yang ditangani lebih
cepat terselesaikan sehingga upaya untuk meningkatkan perlindungan
konsumen dapat terpenuhi.
IK-55
Jumlah Rumusan
Kebijakan dan Standar,
Norma, Kriteria dan
Prosedur di Bidang
Perlindungan Konsumen
Dalam upaya pengembangan perlindungan konsumen, sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2001 tentang Badan
Perlindungan Konsumen Nasional maka dibentuklah Badan Perlindungan
Konsumen Nasional (BPKN). Namun demikian, operasional lembaga ini
baru terlaksana pada 5 Oktober 2004, sesuai Keppres Nomor 150 Tahun
2004.
BPKN yang dibentuk Pemerintah merupakan lembaga independen yang
berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam
upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia
Aktivitas BPKN yang menonjol saat ini adalah penyusunan grand scenario
kebijakan perlindungan untuk memastikan kecenderungan dan prioritas
penanganan perlindungan konsumen yang efektif di masa datang, serta
peningkatan dan perumusan amandemen Undang-undang Perlindungan
Konsumen, sebagai pertimbangan bagi pemerintah untuk penyempurnaan
Undang-undang Perlindungan Konsumen. Hingga Oktober 2010, BPKN
telah mengeluarkan 5 (lima) rekomendasi kepada Pemerintah terkait
perlindungan konsumen, yaitu:
Jumlah Produk ber-SNI
wajib yang diawasi
1.
Saran dan rekomendasi perihal pelabelan tabung gas rumah tangga 3
kg dan 12 kg yang ditujukan kepada Menteri Perdagangan
2.
Saran dan rekomendasi kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral perihal
kebijakan PT. PLN dan sistem Payment Point Online Bank.
3.
Saran dan rekomendasi kepada Presiden dan kepada Kepala Eksekutif
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) perihal rekomendasi
permasalahan nasabah Bank IFI dengan LPS.
4.
Saran dan rekomendasasi perihal pengunaan tabung gas 3 kg yang
ditujukan kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Dalam Tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan
pengawasan terhadap 14 Produk SNI Wajib. Ke-14 Produk SNI Wajib ini
telah mendapatkan notifikasi dari World Trade Organization (WTO).
Terjadi peningkatan jumlah Produk ber-SNI wajib yang diawasi, dari 9
Produk SNI wajib pada Tahun 2009 menjadi 14 Produk SNI wajib pada
Tahun 2010 atau naik 150% terhadap Produk SNI wajib yang diawasi.
140 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 33
14 Produk SNI Wajib yang diawasi tahun 2010
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Rumusan
Kebijakan, Standar,
Norma dan Pedoman
Pengawasan Barang dan
Jasa
Produk SNI Wajib yang diawasi
Ban
8 Baja Tulangan Beton
Lampu Hemat Energi
9 Semen
Tabung Elpiji
10 Air Minum Dalam Kemasan
Regulator Gas Elpiji
11 Garam Beryodium
Selang Gas Elpiji
12 Baja Lapis Seng
MCB / Saklar
13 Kipas Angin
Terigu
14 Kompor Gas Satu Tungku
Hingga Desember 2010, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan 11
kebijakan terkait Kebijakan, Standar, Norma dan Pedoman Pengawasan
Barang dan Jasa, yaitu:
1. Keputusan Menteri Perdagangan tentang Tim Terpadu Pengawasan
Barang Beredar.
2. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri logam.
3. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri mesin.
4. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri elektronika dan
aneka.
5. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri kimia.
6. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil agro.
7. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil hutan.
8. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Pelayanan Purna Jual Telepon
Seluler.
9. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perparkiran.
10. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Periklanan.
11. Petunjuk Teknis Pengawasan Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga.
Jumlah Kegiatan
Pengawasan Barang dan
Jasa
Untuk mencegah kerugian yang dialami konsumen dari produk-produk
yang tidak dibawah standar mutu serta produk dan jasa yang tidak sesuai
ketentuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka Kementerian
Perdagangan telah mengadakan beberapa kegiatan yang terkait
pengawasan barang dan jasa, antara lainnya:
Meningkatkan efektifitas pengawasan barang beredar, dengan
dibentuknya Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TPBB) melalui
Keputusan Menteri Perdagangan No. 732.1/M-DAG/KEP/5/2010 tentang
Pembentukan Tim TPBB sudah ditandatangani tanggal 14 Mei 2010.
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dalam Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar, telah dilakukan rapat koordinasi
perencanaan pelaksanaan Pengawasan Terpadu
141 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Wujud dari koordinasi pengawasan adalah antara lain telah
dilaksanakannya Pengawasan terpadu dengan melibatkan Kementerian
Koordinator Perekonomian, Kementerian Koordinator Perekonomian Kesra
dan Badan POM.
Telah dilaksanakan Pengawasan Berkala pada beberapa daerah untuk
produk yang telah diterapkan SNI Wajib yaitu Lampu Swaballast,
Regulator, Tabung Baja, Baja Tulangan Beton, Baja Lapis Seng, Kotak
Kontak, Tusuk Kontak, Kipas Angin, Kompor Gas Satu Tungku, Selang
Karet, Ban Mobil, Ban Sepedamotor, Air Minum Dalam Kemasan, Tepung
Terigu, Semen, dan Garam Beryodium.
Pengawasan berdasarkan Permendag No. 19/M-DAG/PER/5/2009 tentang
Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi
pada produk: Televisi, Mesin Cuci, Mesin Multifungsi Berwarna, AC,
Telepon Seluler, dan Seterika
Pengawasan terhadap Jasa diantaranya: Pelayanan Purna Jual Telepon
Seluler, Perparkiran, Periklanan, Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga,
dan Pasar Moderen.
142 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Aktivitas pengawasan barang oleh Kementerian Perdagangan 143 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 TUJUAN 7: Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa
“Semakin intensifnya pengawasan terhadap produk yang diharuskan memiliki
SNI wajib, sehingga produk yang dikonsumsi masyarakat semakin terjamin
kualitasnya”
Tabel 34
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 12
No
Indikator Kinerja
56
57
58
Jumlah produk ber SNI wajib yang
diawasi
Jumlah rumusan kebijakan, standar,
norma dan pedoman pengawasan
barang dan jasa
Jumlah kegiatan pengawasan barang
dan jasa
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
14 produk
22 produk
157%
11 kebijakan/
petunjuk
16
kebijakan/
petunjuk
145%
7 kegiatan
6 kegiatan
86%
Salah satu unsur perlindungan konsumen adalah pengawasan terhadap
barang beredar dan jasa. Pertumbuhan ekonomi 2009 dan 2010 banyak
dipicu oleh meningkatnya sisi konsumsi masyarakat dan konsumsi rumah
tangga perusahaan. Kepercayaan masyarakat terhadap pasar meningkat.
Indeks tendensi bisnis selalu meningkat setiap triwulan di tahun 2010.
Begitu pula indeks tendensi konsumen 2010 dari 103 pada Triwulan I
sampai 107 pada Triwulan IV, khususnya di wilayah Jabodetabek (lihat
Tabel 28). Hal demikian harus diikuti upaya menjaga kualitas barang dan
jasa demi kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Kegiatan-kegiatan pengawasan barang beredar menjadi concern
masyarakat umum, wakil masyarakat di DPR dan Pemerintah cq
Kementerian Perdagangan. Terlebih memasuki era perdagangan bebas di
mana telah tersepakati perjanjian perdagangan regional dan bilateral
seperti ASEAN Economic Community, ASEAN plus mitra dialog (al China,
Korea Selatan), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),
yang semuanya dapat membawa implikasi terhadap perubahan impor ke
pasar domestik. Peran Kementerian Perdagangan secara regular dan
teratur untuk mengawasi peredaran barang dan jasa sehingga dapat
diperoleh kepercayaan masyarakat.
Sesuai dengan Renstra Kementerian Perdagangan 2010 – 2014, Indikator
kinerja ini baru diterapkan dan dilaksanakan pada tahun 2010.
144 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 35
Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen Indonesia
INDEKS
2007
2008
2009
T-IV
T-I
T-II
T-III
T-IV
TENDENSI BISNIS
112
104
112
111
TENDENSI KONSUMEN
106
95
94
103
2010
T-I
T-II
T-III
T-IV
T-I
T-II
T-III
T-IV
102
97
110
113
108
103
104
107
107
101
102
106
108
105
103
105
111
101
ITB dan ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB/ITK < 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. Nilai ITB/ITK = 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding
triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITB/ITK > 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding triwulan sebelumnya.
Sumber: BPS
IK-56
Jumlah produk ber SNI
wajib yang diawasi
Untuk mencegah kerugian yang dialami konsumen dari produk-produk yang
tidak dibawah standar mutu serta produk dan jasa yang tidak sesuai
ketentuan, maka dilaksanakan pengawasan terhadap produk ber SNI
Wajib, kartu manual dan garansi, penandaan Botasupal, serta pelayanan
jasa yang dilakukan di daerah Jambi, Tanjung Pinang, Batam, Bengkulu,
Jogya, Semarang, Denpasar, Padang, Surabaya, Manado, Pekan Baru,
Banda Aceh, Lampung, Kupang, Bandung, Medan, Pontianak.
Pengawasan untuk produk yang telah diterapkan SNI Wajib telah
dilaksanakan terhadap produk antara lain Lampu Swaballast, Regulator,
Tabung Baja, Baja Tulangan Beton, Baja Lapis Seng, Kotak Kontak, Tusuk
Kontak, Kipas Angin,
Kompor Gas Satu Tungku, Selang Karet, Ban Mobil,
Ban Sepedamotor, Air Minum Dalam Kemasan, Tepung Terigu, Semen,
Garam Beryodium.
Selain pengawasan terhadap produk yang telah diberlakukan SNI Wajib,
telah dilakukan juga pengawasan berdasarkan Permendag No. 19/MDAG/PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan
Kartu Jaminan/Garansi terhadap manual, kartu garansi serta penandaan
Botasupal yaitu terhadap produk-produk Televisi, Mesin Cuci, Mesin
Multifungsi Berwarna, AC, Telepon Seluler, dan Seterika.
Selain pengawasan terhadap produk, pengawasan juga telah dilakukan
terhadap jasa yang beredar di masyarakat antara lain pengawasan
terhadap Jasa Pelayanan Purna Jual Telepon Seluler, Jasa Perparkiran,
Jasa Periklanan, Jasa Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga, dan Jasa
Pasar Modern.
Selama periode renstra sebelumnya, indikator ini belum termasuk sebagai
indikator kinerja kementerian perdagangan. Baru setelah tahun 2010 ini,
indikator kinerja ini baru diterapkan.
IK-57
Jumlah rumusan
kebijakan, standar,
norma dan pedoman
Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan barang dan jasa maka telah
disusun Petunjuk Teknis Pengawasan produk industry logam, mesin,
elektronik, aneka, kimia, agro, hasil hutan dan jasa. Petunjuk Teknis yang
145 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
pengawasan barang dan
jasa
2010 disusun pada 2010 adalah:
1. Petunjuk Teknis Pengawasan Tepung Terigu
2. Petunjuk Teknis Pengawasan Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua
3. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk Perlengkapan Makanan dan
Minuman
4. Petunjuk Teknis Pengawasan Sepatu Pengaman
5. Petunjuk Teknis Pengawasan Selang Karet
6. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perbengkelan Kendaraan Roda Dua
7. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perdagangan Properti
8. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Pembiayaan Konsumen Kendaraan
Bermotor Roda Dua
9. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perparkiran
10. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perhotelan
11. Petunjuk Teknis Pengawasan Iklan
12. Petunjuk Teknis Pengawasan Mesin Multifungsi
13. Petunjuk Teknis Pengawasan Katub Tabung LPG
14. Petunjuk Teknis Pengawasan Setrika Listrik
15. Petunjuk Teknis Pengawasan Monitor Komputer
16. Petunjuk Teknis Pengawasan Regulator Tabung LPG
IK-58
Jumlah kegiatan
pengawasan barang dan
jasa
Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan barang beredar, Telah
dibentuk Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TPBB) melalui
Keputusan Menteri Perdagangan No. 732.1/M-DAG/KEP/5/2010 tentang
Pembentukan Tim TPBB sudah ditandatangani tanggal 14 Mei 2010.
Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dalam Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar, telah dilakukan serangkaian rapat koordinasi
perencanaan pelaksanaan pengawasan terpadu. Wujud dari koordinasi
pengawasan adalah antara lain telah dilaksanakannya pengawasan terpadu
dengan melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian
Koordinator Perekonomian Kesra, Badan POM dan Kantor Dinas yang
membidangi perdagangan di provinsi dan kabupaten/kota. Adapun
kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil - Perlindungan
Konsumen (PPNS-PK) dan Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PPBJ)
Untuk meningkatkan pengawasan di pusat dan daerah, maka telah
dilaksanakan pendidikan dan pelatihan PPBJ untuk 3 (tiga) angkatan
(90 orang). Total PPBJ diseluruh Indonesia yang telah dididik sampai
146 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 dengan saat ini berjumlah 994 orang dan yang masih aktif adalah 710
orang. Telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan PPNS-PK untuk 3
(tiga) angkatan (88 orang). Total PPNS-PK diseluruh Indonesia yang
telah dididik sampai dengan saat ini berjumlah 906 dan masih aktif
adalah 797 orang.
2. Bimbingan Teknis PPBJ dan PPNS-PK
Bimbingan Teknis PPBJ telah dilaksanakan untuk 3 (tiga) angkatan di
Pusat dan Daerah, Bimbingan Teknis PPNS-PK telah dilaksanakan untuk
3 (tiga) angkatan di Pusat.
3. Penanganan Kasus
Untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha dalam mengikuti
ketentuan yang berlaku, telah dilaksanakan penanganan kasus
terhadap produk dan jasa sebagai berikut Jasa Cara Menjual Alat
Listrik Rumah Tangga, Jasa Layanan Purna Jual Telepon Seluler, LHE
yang tidak memenuhi SNI Wajib, Printer Berwarna yang tidak memiliki
tanda hologram BOTASUPAL, Tabung Baja gas Elpiji, Selang tabung gas,
Regulator tabung gas. Pelaksanaan Penegakan Hukum akan dilakukan
pada tahun 2010 berkoordinasi dengan Biro Hukum, Kepolisian dan
Kejaksaan.
4. Sosialisasi Peraturan Pengawasan Barang dan Jasa
Telah dilaksanakan sosialisasi peraturan/kebijakan dan hasil-hasil
pengawasan di beberapa daerah antara lain Bandung, Semarang,
Batam, Pekan Baru, Surabaya, Ambon, Gorontalo, Kendari, Manokwari,
Bengkulu, Pontianak, Mataram, Medan.
Selain sosialisasi dengan aparatur pemerintah, juga dilaksanakan
sosialisasi kebijakan pencantuman label yang bekerjasama dengan
beberapa asosiasi seperti: APRINDO, APGAI, ADMINKOM, MATAHARI
GROUP, ACE HARDWARE GROUP.
5. Pengawasan Distribusi
Untuk menjamin agar pendistribusian Gula Kristal Rafinasi tidak
mengancam industri gula nasional, maka dilaksanakan pengawasan
distribusi terhadap Gula Kristal Rafinasi di wilayah Jawa Timur dan
Makassar.
6. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengawasan Produk
Kemendag telah menyusun petunjuk pengawasan produk industri
logam, mesin, elektronik, aneka, kimia, agro, hasil hutan dan jasa.
147 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
148 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 MISI III:
PENYEDIAAN BAHAN POKOK
DAN PENGUATAN JARINGAN
DISTRIBUSI NASIONAL
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUJUAN 8: Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan yang Efisien Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik
“Peningkatan kinerja logistik Indonesia”
Tabel 36
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 13
No
59
60
Indikator Kinerja
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
0,5 poin
0,49
99,7%
2 rekomendasi
2
100%
Peningkatan skor Logistic Performance
Index (LPI) dari tahun 2009
Jumlah rekomendasi penataan sistem
distribusi
IK-59
Peningkatan Skor
Logistic Performance
Index (LPI)
Sasaran yang ingin dicapai dalam penciptaan jaringan distribusi perdagangan
yang efisien adalah peningkatan kinerja logistik Indonesia. Pada tahun 2009,
LPI Indonesia berada pada peringkat 75 dari 155 negara yang disurvei, dengan
skor 2,76, dimana peringkat di masing-masing pilar logistik yang diukur
adalah: kepabeanan 72 (skor 2,43), infrastruktur 69 (skor 2,54),pengiriman
internasional 80 (skor 2,82), kompetensi logistik 92 (skor 2,47),ketertelusuran
80 (2,77), dan ketepatan waktu 69 (skor 3,46).
Tabel 37
Logistic Performance Index Indonesia
Tahun
Sasaran
Skor Logistic Performance Index
2007
2009
Skor berdasarkan
publikasi tahun 2013
3,01
2,76
3,26
Tahun 2009, rata-rata waktu pelayanan perizinan dan non perizinan
perdagangan luar negeri adalah 8 hari, yang akan diturunkan menjadi 5 hari di
2010, dan menjadi 1 hari di 2014. Target peningkatan kinerja logistik
ditetapkan dengan mempertimbangkan upaya penyederhanaan perizinan
perdagangan luar negeri yang akan dilakukan di atas. Target yang akan
dicapai pada periode 5 tahun ke depan adalah peningkatan 0,5 basis poin LPI,
dari 2,76 (skor LPI 2009) menjadi 3,26 di tahun 2014. Target ini dicapai
berdasarkan publikasi LPI pada tahun 2013, mengingat LPI dipublikasikan
dalam periode 2 tahunan.
Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra
Kemendag Tahun 2010 – 2014.
151 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 38
Logistic Performance Index
Rank Country 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18 20 23 27 29 33 35 39 40 41 44 47 53 75 Germany Singapore Sweden Netherland Luxemberg Switzerland Japan United Kingdom Belgium Norway Australia Taiwan Korea, Rep. China Malaysia Lebanon Thailand Turkey Saudi Arabia Brasil Philipines India Vietnam Indonesia IK-60
Jumlah Rekomen-dasi
Penata-an Sistem
Distribusi
LPI 4.11 4.09 4.08 4.07 3.98 3.97 3.97 3.95 3.94 3.93 3.84 3.71 3.64 3.49 3.44 3.34 3.29 3.22 3.22 3.20 3.14 3.12 2.96 2.76 Customs Infrastructure 4.00 4.02 3.88 3.98 4.04 3.73 3.79 3.74 3.83 3.86 3.68 3.35 3.33 3.16 3.11 3.27 3.02 2.82 2.91 2.37 2.67 2.70 2.68 2.43 4.34 4.22 4.03 4.25 4.06 4.17 4.19 3.95 4.01 4.22 3.78 3.62 3.62 3.54 3.50 3.05 3.16 3.08 3.27 3.10 2.57 2.91 2.56 2.54 International Shipments 3.66 3.86 3.83 3.61 3.67 3.32 3.55 3.66 3.31 3.35 3.78 3.64 3.47 3.31 3.50 2.87 3.27 3.15 2.80 2.91 3.40 3.13 3.04 2.82 Logistics Competence 4.14 4.12 4.22 4.15 3.67 4.32 4.00 3.92 4.13 3.85 3.77 3.65 3.64 3.49 3.34 3.73 3.16 3.23 3.33 3.30 2.95 3.16 2.89 2.47 Tracking & Tracing Timelinesss 4.18 4.15 4.22 4.12 3.92 4.27 4.13 4.13 4.22 4.10 3.87 4.04 3.83 3.55 3.32 3.16 3.41 3.09 3.32 3.42 3.29 3.14 3.10 2.77 4.48 4.23 4.32 4.41 4.58 4.20 4.26 4.37 4.29 4.35 4.16 3.95 3.97 3.91 3.86 3.97 3.73 3.94 3.78 4.14 3.83 3.61 3.44 3.46 Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sistem distribusi nasional
yang terintegrasi guna mampu menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok
masyarakat secara adil dan merata. Dengan sistem logistik yang efektif dan
efisien, suatu barang atau jasa akan berada ditangan penguna jasa dalam bentuk
dan kondisi yang sesuai dengan keinginan, dalam jumlah yang tepat, pada waktu
yang tepat serta harga yang terjangkau. Kenyataan yang ada menunjukkan hal
yang berbeda. Sistem logistik nasional di Indonesia belum efisien dan efektif.
Berberapa permasalahan distribusi komoditi kerap kali menjadi isu strategis di
tingkat nasional, yang memperlihatkan lemahnya dukungan sektor logistik
nasional. Permasalahan-permasalahan tentang distribusi pupuk, BBM, beras, dan
gula, adalah beberapa contoh distribusi barang di tingkat domestik yang kadang
bermasalah.
Kementerian Perdagangan sesuai dengan amanat yang diemban dalam Sistem
Logistik Nasional (SISLOGNAS) pada tahun 2010 ini mengeluarkan dua
rekomendasi dalam Penataan Sistem Distribusi yaitu Rekomendasi Pengembangan
Cetak Biru Sistem Distribusi Nasional dan Rekomendasi Pengembangan Sistem
Informasi Distribusi Nasional 7 (tujuh) komoditas penentu. Kedua Rekomendasi
tersebut terkait dalam tugas stabilisasi harga dan pasokan, penurunan disparitas
harga antar provinsi, peningkatan ekspor dari komoditas terpilih yang juga
merupakan bagian dari implementasi Rencana Aksi Cetak Biru Sistem Logistik
yang diintegrasikan dalam percepatan pembangunan enam Koridor Ekonomi.
152 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 26
Ilustrasi Sistem Rantai Pasok Komoditas Minyak Goreng
Sumber: Kementerian Perdagangan
Penataan sistem
distribusi mampu
menghubungkan
simpul ekonomi secara
efisien
Diharapkan melalui penataan sistem distribusi akan mampu memperbaiki
sistem distribusi domestik sehingga setiap simpul ekonomi di daerah bisa
terhubung secara efisien. Hasil analisis peraturan yang terkait dengan
peraturan sistem logistik adalah peraturan-peraturan dalam cluster logistik
tidak bermasalah bagi pelaku usaha umum dan pelaku yang terkait dengan
ekspor-impor dan logistik. Kedepan diharapkan penentuan nasional gateway
akan mempengaruhi rute perdagangan internasional barang-barang ekspor dan
impor Indonesia. Biaya logistik akan efisien, sehingga ekspor Indonesia dapat
semakin bersaing serta juga harga domestik kebutuhan masyarakat seperti
minyak goreng, beras, akan lebih terjangkau.
Untuk menjamin kelangsungan usaha jasa logistik, pemerintah perlu
mengeluarkan payung hukum yang tegas untuk freight forwarding. Terkait
dengan kegiatan ekspor-impor, kebijakan yang ada telah cukup jelas, namun
dari sisi transparansi membutuhkan sosialisasi yang lebih intensif. Terkait
dengan karantina dalam sistem logistik, kebijakan yang diperlukan adalah
kebijakan yang meningkatkan kompetensi SDM logistik.
153 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUJUAN 9: Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri
”Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau
sesuai kondisi daya beli masyarakat”
Tabel 39
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 14
No
61
62
63
64
Indikator Kinerja
% Rata-rata penurunan koefisien variasi
harga komoditi
Jumlah pengembangan pasar
percontohan
Rasio variasi harga komoditi tertentu di
dalam dan luar negeri
Jumlah rumusan kebijakan dan
standar, norma, kriteria dan prosedur
di bidang pembinaan pasar dan
distribusi
IK-61
% Rata-rata
Penurunan Koefisien
Variasi Harga
Komoditi
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
5%
4,5%
90%
13 unit
12 unit
92,31
<1
0,22
6 Jenis
6
100%
Kementerian Perdagangan terus mengamati perkembangan harga di seluruh
wilayah Indonesia serta memperhitungkan tingkat pergerakan harga
komoditas strategis selama kurun waktu tertentu, diantaranya dengan
melakukan estimasi dan kalkulasi perkembangan harga komoditi tersebut
menggunakan koefisien variasi.
Harga dapat dikatakan stabil jika koefisien variasi harga (persen) (Standar
deviasi/rata-rata x 100 persen) berada pada range yang wajar atau
koefisien rasio variasi harga di dalam negeri lebih kecil dibandingkan di luar
negeri. Oleh karena itu, target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah
rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5–9%.
Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara komoditi
yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut
menunjukkan adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari
hingga September 2010 dan melampaui target rata-rata koefisien variasi.
Harga rata-rata daging ayam mengalami peningkatan mulai dari Rp
21.758/kg hingga Rp 27.315/kg. Peningkatan tersebut utamanya terjadi
pada saat liburan sekolah dan secara berkelanjutan datangnya bulan Puasa
hingga perayaan Idul Fitri. Demikian halnya dengan daging ayam, telur
ayam pun memiliki koefisien variasi yang relatif tinggi diantara komoditi
lain, dengan koefisien variasi 8,4. Harga telur ayam selama tahun 2010
menunjukkan kecenderungan meningkat dengan kisaran harga Rp 14.814/kg
pada Januari 2010 hingga 16.450/kg pada September 2010.
Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan tidak langsung antara kedua
komoditi tersebut. Pemicu relatif tingginya koefisien variasi tersebut
disebabkan oleh tingginya permintaan di dalam negeri.
154 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 40
Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Dalam Negeri (%)
No.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
Komoditas
Beras
Gula Pasir
Jagung
Kedelai
Tepung Terigu
Minyak Goreng
Susu Kental Manis
Susu Bubuk
Daging Ayam
Daging Sapi
Telur
Rata-rata koefisien
variasi (%)
2006
4,5
1,9
4,9
1,9
1,6
5,2
1,7
0,8
8,3
2,2
4,2
2007
2,5
2,7
3,7
4,7
11,7
15,0
6,2
7,1
9,2
3,1
7,7
2008
0,7
0,8
9,8
3,9
3,7
14,3
1,2
4,8
9,7
5,8
9,2
2009
1,0
12,1
2,3
1,3
0,4
5,5
0,5
0,4
2,6
1,6
2,9
2010
4,3
4,0
4,0
3,0
0,8
5,7
1,1
0,6
8,5
2,2
5,7
3,4
6,7
5,8
2,8
3,6
Sumber: Rentra Kemendag Periode 2010-2014, BPS diolah
Namun demikian, terdapat beberapa komoditi yang memiliki koefisien
variasi pada kisaran ±1%, seperti susu kental manis, kedelai dan tepung
terigu. Relatif stabilnya seluruh komoditi tersebut disebabkan oleh
terjaganya pasokan dalam negeri dan stabilnya permintaan konsumen.
Secara keseluruhan, rata-rata koefisien variasi harga komoditi tertentu
pada tahun 2010 adalah 4,3% dan berada di bawah target yang ditetapkan
dalam Rencana Strategis Kementerian, yaitu kisaran 5-9%. Kondisi
perekonomian dan pemerintahan yang stabil mendukung konstelasi
perkembangan harga komoditi tertentu di Indonesia untuk tetap terjaga
dalam pergerakan yang stabil. Sementara untuk daging sapi, bila dibanding
tahun 2009, koefisien variasi daging sapi mengalami sedikit peningkatan.
Hal tersebut mengindikasikan adanya kecenderungan kenaikan harga daging
sapi selama tahun 2010. Terutama pada bulan Agustus 2010, harga daging
sapi sedikit bergerak naik sebagai akibat datangnya hari raya Idul Fitri, yang
mencapai harga rata-rata Rp 67.682/kg.
Hal menarik ditunjukkan oleh perolehan nilai koefisien variasi untuk
komoditi minyak goreng. Selama tahun 2010, koefisien variasi minyak
goreng justru mencapai 2,8% (menurun dibanding tahun 2009 yang
mencapai 5,5%, bahkan jauh lebih kecil dibanding tahun 2008 yang
mencapai 14,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa program pemerintah
melalui Kementerian Perdagangan untuk menetapkan harga patokan ekspor
komoditi CPO dan turunannya adalah tepat, disamping memang pada saat
yang sama harga CPO dan RBD Olein di dunia relatif stabil, meski cenderung
meningkat menjelang hari raya Idul Fitri.
155 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 27
Perkembangan Harga Komoditi Tertentu Jan-Sept 2010
Sumber: BPS IK-62
Jumlah Pengembangan
Pasar Percontohan
Pada periode 2005−2010, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah telah melakukan revitalisasi terhadap 1065 pasar
tradisional sebagai pasar percontohan, baik revitalisasi fisik maupun
revitalisasi manajemen. Revitalisasi fisik dilakukan melalui pembangunan
pasar baru maupun renovasi. Revitalisasi juga mencakup pelaksanaan
pelatihan manajemen pengelolaan pasar dan pendampingan terhadap
pengelola, konsumen, serta melakukan sosialisasi revitalisasi pasar
tradisional. Selain merevitalisasi pasar tradisional, juga dilakukan
pembangunan gudang sebanyak 41 buah di tahun 2009
Tabel 41
Perkembangan Realisasi Revitalisasi Pasar Tahun 2005 - 2010
Tahun
Pembangunan Pasar
Pembangunan Gudang
2005*)
2006*)
2007*)
2008
2009**)
2010**)
Unit
74
67
70
101
473
280
Anggaran (x Rp1000)
20.869.190
51.025.000
103.780.000
136.850.000
465.000.000
137.322.500
Unit
41
00
Anggaran (x Rp1000)
120.000.000
000.000
Jumlah
1065
777.524.190
41
120.000.000
Ket: *)Termasuk pembangunan pasar dalam rangka pelaksanaan Inpres No. 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Prop. Maluku dan Prop. Maluku Utara Pasca Konflik **)Termasuk pembangunan pasar yang sumber pembiayaannya berasal dari DAK Perdagangan Sumber: Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan 156 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kemampuan Kementerian Perdagangan dalam memenuhi Proposal
Permohonan Revitalisasi Pasar Tradisional dari daerah sangat dipengaruhi
oleh kemampuan Anggaran Pemerintah Pusat melalui APBN. Karenanya
Jumlah pembangunan pasar tradisional setiap tahunnya jumlah tidak tetap
dan pada tahun 2009 cukup banyak pasar yang dibangun dikarenakan adanya
Program Stimulus Fiskal Pemerintah.
Gambar Pasar Bukit Jaya di Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah
Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan
pemerintah daerah telah melakukan revitalisasi terhadap 266 pasar
tradisional, baik revitalisasi fisik, maupun revitalisasi manajemen.
Revitalisasi fisik dilakukan melalui pembangunan pasar baru, maupun
renovasi. Revitalisasi manajemen dilakukan dengan melaksanakan pelatihan
manajemen pengelolaan pasar dan pendampingan terhadap pengelola,
konsumen, serta melakukan sosialisasi revitalisasi pasar tradisional.
Revitalisasi dilakukan dalam rangka mengembangkan pasar percontohan
sebanyak 12 Pasar dari 13 Pasar yang direncanakan. Pasar yang tidak
terbangun adalah Pasar Siteba Kota Padang dimana Pemerintah setempat
menyatakan secara resmi perihal ketidaksanggupan dalam pembangunan
pasar karena kurangnya waktu yang tersedia sehingga anggaran kemudian
dikembalikan ke kas negara
157 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Diagram Pengalokasian Dana Alokasi Khusus Bidang Perdagangan Tahun 2010
Selain revitalisasi dan renovasi pasar tradisional, Kementerian Perdagangan
juga telah mengembangkan inisiatif dan mendukung upaya pemerintah
daerah untuk mengembangkan pasar tradisional yang khusus atau spesialis,
antara lain pasar wisata kuliner dan pasar bunga. Selain memberdayakan
UMKM dan pedagang kecil, pasar khusus yang dikelola dengan baik dapat
menarik wisatawan dan bisa menyumbang ke PAD.
Masih dalam rangka revitalisasi pasar tradisional, Kementerian Perdagangan
bersama seluruh mitranya sedang menyusun pedoman untuk pembangunan
dan pengelolaan pasar tradisional yang “ramah dan segar”. Selain itu,
terkait dengan pasar lelang, sebagai bentuk guna memperpendek mata
rantai perdagangan dan distribusi, telah dikembangkan 3 Pasar Lelang di
Propinsi D.I. Yogyakarta dan Gorontalo.
IK-63
Rasio variasi harga
komoditi tertentu di
dalam dan luar negeri
Sementara itu, Kementerian Perdagangan juga terus mengamati
perkembangan harga komoditi strategis yang terjadi di luar negeri.
Pergerakan harga di luar negeri harus senantiasa dimonitor dan dilakukan
penghitungan cermat dengan perbandingan kondisi di dalam negeri untuk
mengantisipasi kebijakan yang harus diterapkan selanjutnya.
Target indikator rata-rata rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu
tersebut di dalam negeri dibandingkan dengan di luar negeri adalah lebih
kecil dari 1 (<1). Hal itu mengindikasikan sebaran perkembangan harga
rata-rata di dalam negeri lebih terjaga volatilitasnya dibanding dengan
tingkat fluktuasi yang terjadi di luar negeri untuk komoditi yang sama.
Dari beberapa komoditi strategis yang dilakukan penghitungan, kedelai
merupakan komoditi yang koefisien variasinya mendekati 1. Hal tersebut
menunjukkan bahwa fluktuasi harga kedelai di dalam negeri hampir
menyamai tingkat fluktuasi harga kedelai dunia. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa harga kedelai di dalam negeri terkait langsung dengan
perkembangan harga internasional.
158 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Berbeda dengan beras, gula dan terutama terigu. Rasio koefisien variasi
terigu dalam negeri dan terigu luar negeri sangat kecil sekali, yaitu 0,04.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan harga terigu di dalam
negeri relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan harga terigu di luar
negeri. juga menggambarkan perbedaan tingkat fluktuasi tersebut,
meskipun secara nominal harga terigu di dalam negeri 5% lebih mahal.
Secara keseluruhan, rata-rata rasio koefisien variasi harga komoditi
tertentu di dalam negeri dibandingkan dengan di luar negeri adalah 0,22%
Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan harga komoditi tertentu
di dalam negeri relatif stabil dan terkendali dibandingkan di luar negeri,
dengan tetap memperhatikan terjadinya peningkatan dan penurunan harga
komoditi tersebut.
Tabel 42
Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Di Dalam dan Luar Negeri
Jan-Des Tahun 2010
No.
Komoditas
2006
2007
2008
2009
2010
1.
Beras
2,07
0,42
0,03
0,07
0,45
2.
Gula
0,11
0,61
0,11
6,49
0,15
3.
Minyak Goreng
0,47
0,25
0,40
0,14
0,35
4.
Terigu
0,13
0,16
0,32
0,11
0,04
5.
Kedelai
0,20
0,69
0,48
0,04
0,25
6.
Jagung
0,99
3,85
4,47
1,52
0,19
7.
Susu
0,64
0,60
0,50
0,07
0,09
0,66
0,94
0,90
1,21
0,22
Rata-rata rasio koefisien
variasi
Perkembangan Beras
Harga beras dunia pada Desember 2010 mengalami kenaikan dibandingkan
dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara lain adanya
pembelian dari Bulog Indonesia 230.000 ton untuk Thai 5% broken, selain
itu Bulog juga bermaksud membeli 1 juta ton sampai akhir tahun ini untuk
pengiriman Februari. Selain itu untuk mengantisipasi tingginya permintaan
dari Indonesia, Asosiasi Makanan Vietnam menaikkan harga dasar beras
kualitas 5% broken sebesar 13,7% menjadi $540/ton, dan beras kualitas
25% broken sebesar 7,87% menjadi $480/ton.
untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di daerah, Kementerian
Perdagangan meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar Beras:
a. Surat No. 111 terbit bulan Januari 2010 dengan harga af gudang
Rp.5230/kg di Jawa dan Rp. 5400/kg di luar Jawa
b. Surat No. 975 terbit bulan Juli 2010 dengan harga af gudang
Rp.5630/kg di Jawa dan Rp. 5730/kg di luar Jawa
c. Surat No. 1095 terbit bulan Agustus 2010 dengan harga af gudang
Rp.5100/kg di Jawa dan Rp. 5200/kg di luar Jawa
159 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 d. Surat No. 1721 terbit bulan November 2010 dengan harga af gudang
Rp.5600/kg di Jawa dan Rp. 5700/kg di luar Jawa
e. Surat No. 1756.1 bulan November, Mendag juga sudah meminta Bulog
untuk melakukan Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras menggunakan
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) seharga Rp. 1600/kg dengan
mekanisme penyaluran seperti raskin
Persetujuan impor beras oleh BULOG sebanyak 1,5 juta ton dengan Surat
Mendag No. 1276/M-DAG/9/2010 tanggal 22 September 2010 yang
bertujuan untuk meningkatkan stok beras Pemerintah, karena tahun 2010
adalah merupakan stok terendah selama kurun 5 tahun terakhir.
Berdasarkan Inpres Nomor 7 tahun 2009 ditetapkan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP), yakni GKP = Rp. 2640/kg di petani atau Rp. 2685/kg di
penggilingan, GKG = Rp. 3.300/kg di penggilingan atau Rp. 3345/kg di
gudang bulog, Beras DN Rp. 5060/kg di gudang Bulog.
Gambar 28
Perkembangan Harga Beras Umum dan Termurah
Januari – Desember 2010
10,000
9,500
9,000
8,500
8,000
7,500
7,000
6,500
6,000
5,500
5,000
4,500
4,000
Oct-07 Nov 07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Ags 08 Sep-08 Oct-08 Nov 08 Dec-08 Jan 09 Feb 09 Mar 09 Apr 09 Mei 09 Juni 09 Juli 09 Agst 09 Sept 09 Okt 09 Nov 09 Des 09 Jan 10 Peb 10 Mar 10 Apr 10 Mei'10 Juni'10 Juli'10 Agst'10 Sept'10 Okt'10 Nov'10 Des I Des II Des III
2007
Umum (Kg)
2008
2009
6,375 6,221 6,132
6,253 6,406 6,405 6,404
6,436 6,440 6,441
6,502 6,594 6,725 6,706
6,643 6,636 6,640
6,640 6,660 6,699 6,705
6,707 6,938 7,495
7,721 7,485 7,393 7,403
7,601 8,037 8,383
8,430 8,493 8,668 9,059
9,098 9,129
Termurah (Kg) 4,766 4,770 4,910 5,105
5,066 4,938 4,876
4,979 5,118 5,123 5,230
5,247 5,247 5,237
5,308 5,396 5,511 5,502
5,471 5,467 5,484
5,487 5,426 5,462 5,451
5,436 5,604 6,079
6,264 6,036 5,951 5,952
6,093 6,417 6,695
6,720 6,756 6,901 7,254
7,279 7,310
Sumber: Disperindag seluruh Indonesia harga harian
2010
5,981 5,985 6,147 6,405
160 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 29
Perbandingan Harga Beras Umum Domestik dan Paritas Impor Eceran
Tahun 2010
Sumber: Reuters (FOB Thailand dan Vietnam)
Perbandingan antar negara sebenarnya disebutkan bahwa produktivitas per
hektar gabah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, jauh lebih tinggi dari
produktivitas negara-negara pengekspor beras seperti Thailand dan
Vietnam, namun ketidakmampuan Indonesia bersaing dengan negaranegara tersebut disebabkan oleh inefisiensi dalam proses produksi gabah
menjadi beras, seperti masalah infrastruktur, kondisi pabrik penggilingan
padi yang sudah tertinggal teknologinya, kondisi keuangan petani, lahan
marginal yang terpaksa menjual gabah sebelum kering untuk mengatasi
masalah cashflows dsb sehingga Indonesia tidak memiliki kemampuan
bersaing dengan negara pengekspor beras
161 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Menko Ekuin, Mendag dan Kepala Bulog sedang memeriksa Gudang beras Bulog
Perkembangan Gula
Hingga akhir 2009, disaat harga gula dunia bergejolak, harga domestik
relatif stabil, namun cenderung meningkat. Stabilitas harga gula tidak
terlepas dari peningkatan produksi gula dalam negeri dan terjaganya
pasokan serta upaya pemerintah dan pengusaha. Stabilitas harga gula
mengalami gangguan memasuki Februari 2010, dan mencapai harga
tertinggi dengan harga Rp 11.302/kg. Upaya stabilisasi harga gula
berangsur menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tren penurunan
mulai ditunjukkan mulai dari bulan Pebruari 2010 dan hingga akhir
semester-I tahun 2010, harga gula berhasil ditekan, dengan harga rata-rata
mencapai Rp 9.958/kg pada Juni 2010, kembali mendekati harga pada
bulan Oktober 2009.
Kecenderungan tingginya harga gula di dalam negeri yang pada 2010
disebabkan karena produksi yang tidak tercapai, di samping itu
peningkatan harga gula ini juga didukung oleh kondisi hasil panen tebu dan
produksi gula di Australia. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kualitas
dan kuantitas gula yang dihasilkan menurun. Bahkan sebanyak 18% dari
lahan tebu yang ada dibiarkan tidak dipanen akibat curah hujan tinggi.
Sementara belum diketahuinya jumlah kerja yang diekspor India,
mendorong harga gula dunia terus mengalami peningkatan.
162 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 30
Perbandingan Harga Gula Domestik dan Paritas Impor
Tahun 2010
Sumber BPS, LIFFE, USDA (diolah)
Dalam rangka stabilisasi harga gula dan untuk memenuhi kebutuhan gula
dalam negeri, setelah mengintegrasikan dengan perkiraan jumlah produksi
tahun 2010, telah diberikan ijin impor Gula Kristal Putih (GKP) sebesar 450
ribu ton untuk mengisi ketersediaan GKP sebelum memasuki musim giling
2011.
Kebijakan yang diterapkan membuat harga gula stabil namun pada level
tinggi (di atas Rp. 10.000,-/kg). Hal ini diduga karena tingginya harga
lelang gula petani yang mencapai rata-rata Rp. 9.000,- /kg . Disamping itu
harga internasional yang juga cenderung mengalami kenaikan turut
mempengaruhi kondisi harga gula di dalam negeri.
Perkembangan Minyak
Goreng
Gejolak harga dan pasokan minyak goreng di dalam negeri terjadi pada
awal tahun 2010 dan Juli 2010 ketika harga minyak kelapa sawit
internasional mengalami kenaikan tajam pada kedua waktu tersebut.
Kenaikan harga minyak kelapa sawit dunia ini sempat mengakibatkan
kelangkaan pasokan minyak kelapa sawit di dalam negeri, yang memicu
peningkatan harga minyak goreng. Antisipasi yang dilakukan pemerintah
melalui peraturan bea keluar secara progresif, pengurangan harga jual
dalam negeri dan pengamanan daya beli masyarakat, menstabilkan harga,
dan menjamin kecukupan pasokan di dalam negeri.
163 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 31
Perbandingan Harga Minyak Goreng Kemasan dan Curah
Tahun 2010
Harga minyak goreng kemasan relatif stabil, bahkan menunjukkan
penurunan, sedangkan minyak goreng curah cenderung fluktuatif dan
meningkat. Pada Januari 2010, harga minyak goreng curah mengalami
puncak peningkatan sejak pertengahan tahun 2009, dengan harga ratarata Rp 9.207/kg. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan relatif
bergerak stabil pada kisaran Rp 11.000/620 mL. Harga estimasi eceran
minyak goreng berfluktuasi pada kisaran harga Rp. 9.800/kg-Rp.
11.000/kg dan mendekati harga minyak goreng umum. Upaya
Kementerian Perdagangan untuk terus menstabilkan harga minyak goreng
terus ditingkatkan, utamanya untuk mencegah kelangkaan pasokan
minyak goreng di dalam negeri sehingga dapat mengantisipasi gejolak
harga yang mungkin terjadi, selain tentunya turut mengamati
perkembangan harga CPO internasional.
Pelaksanaan pasar murah Minyakita di beberapa propinsi dalam rangka
menjelang Hari Besar keagamaan tahun 2010 dan dalam rangka stabilisasi
harga minyak goreng sekaligus memperkenalkan atau mempromosikan
MINYAKITA kepada masyarakat sasaran.
Pasar murah dalam rangka stabilisasi harga dilakukan di beberapa daerah
164 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
(DKI Jakarta, Bodetabek, Sumut, Sumbar, Jabar, Jateng, Bali, NTB dan
NTT), dengan setiap daerah akan melaksanakan Pasar murah di 5 (lima)
titik lokasi yang berjumlah minyak goreng sebesar 5.000 liter dengan
harga jual Rp. 8.000,-/liter.
Pemberian fasilitas PPN DTP untuk Minyakita tahun 2010 sebesar Rp. 240
Milyar melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK/ 011/2010.
Penjualan Minyakita ke pasar komersial oleh beberapa produsen. Dari
AIMMI dilaporkan telah dilakukan penjualan Minyakita oleh produsen ke
pasar komersial di daerah Lampung, Banten dan beberapa wilayah di DKI
Jakarta. Kenaikan harga minyak goreng, yang umumnya dipengaruhi oleh
peningkatan harga CPO dunia.
Apabila dilihat perkembangan harga CPO dan RBD Olein dunia tahun 2010,
cenderung menunjukkan tren peningkatan harga sepanjang tahun 2010.
Cenderung meningkatnya harga CPO, khususnya pada pertengahan tahun
2010, terutama dipicu oleh menjelang datangnya bulan Puasa, yang
memicu peningkatan permintaan dari negara-negara muslim dunia. Selain
itu, cuaca yang sulit terprediksi dan isu stok CPO yang mengalami titik
terendah dalam kurun waktu satu tahun terakhir menjadi faktor lain yang
mendorong harga CPO mengalami peningkatan.
Gambar 32
Perkembangan Harga CPO dan RBD Olein Internasional s.d. Desember 2010
US$/ton
1.250
1.150
1.050
950
850
750
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul I
Jul II
Jul III
Jul IV
Aug I
Aug II Aug III Aug IV Aug V
Sep I
Sep II Sep III Sep IV
Okt I
Okt II
Okt III
Okt IV
Nov I
Nov II Nov III Nov IV Nov V
Des I
2010
CPO (CIF R'dam)
785
794
829
826
815
803
789
808
828
839
885
916
918
908
908
915
908
925
934
943
998
1.011
1.042
1.074
1.145
1.131
1.110
1.159
1.207
RBD Olein (Malaysia)
782
789
815
818
803
787
770
795
824
834
918
918
922
894
892
919
894
913
925
942
1.000
999
1.029
1.060
1.131
1.106
1.083
1.145
1.189
Sumber: Reuters (diolah)
165 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Perkembangan Terigu
Terigu merupakan komoditas yang bahan bakunya masih mengandalkan
impor. Dengan demikian, fluktuasi kenaikan harga gandum dunia akan
berdampak langsung pada pembentukan harga terigu di dalam negeri.
Hal menggembirakan terlihat dari pergerakan harga terigu sepanjang
Oktober 2009 s.d September 2010. Harga terigu periode tersebut relatif
stabil bahkan cenderung turun. Harga rata-rata terigu sampai dengan
September 2010 masih relatif sama dengan harga pada tahun 2008, dengan
kisaran Rp 7.482/kg–Rp 7.664/kg.
Gambar 33
Perkembangan Harga Terigu Domestik dan Paritas Impor
Tahun 2010
Sumber: Gandum (CBOT) dan Terigu (Unit Value Impor Turki, Pusdata Perdagangan) (diolah) Namun, bila dibandingkan dengan harga terigu internasional selama kurun
Oktober 2009 hingga September 2010, harga terigu domestik 50% lebih
tinggi. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya pasokan terigu di dalam
negeri. Meskipun harga terigu impor sejak pertengahan tahun 2010 terus
mengalami peningkatan, harga terigu di dalam negeri masih relatif stabil.
Berbeda dengan harga paritas impor yang justru bergerak naik, dengan
tren meningkat sejak Juni 2010. Kementerian Perdagangan terus
berupaya untuk menekan harga terigu domestik dengan tetap menjaga
keseimbangan pasokan di dalam negeri.
Terdapat penambahan 14 industri baru tepung terigu sehingga mampu
menyerap tenaga kerja di sektor industri Tepung Terigu sebesar > 5500
orang
166 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 PPN impor gandum yang diterima negara ± 1 Trilyun. Hingga akhir 2010,
kapasitas terpasang untuk pemenuhan kebutuhan nasional mencapai 7
juta ton dengan kelebihan stok 2 juta ton. Sepanjang 2010, pasokan
terigu dari impor sebesar 10 s/d 15%.
UKM domestik menyerap sekitar 70% total produksi tepung terigu
domestik, dimana pertumbuhan UKM thn 2010 meningkat sebesar 3-5%
dari 30.000 UKM yg sudah ada.
Total investasi industri tepung terigu meningkat menjadi ± 12,9 Trilyun
Keberadaan Terigu impor memberikan dampak terhadap menurunnya
total produksi terigu domestik sebesar 8,7% dan Penjualan domestik
mengalami penurunan sebesar 2,22%
Dengan terjaminnya stok dan pasokan gandum, maka harga tepung terigu
sepanjang 2010 menunjukkan kecenderungan stabil tanpa ada fluktuasi
harga
Perubahan iklim di sentra-sentra produksi gandum seperti di Australia,
Ukraina, Moscow dan US mengakibatkan berkurangnya tingkat produksi
gandum untuk kebutuhan ekspor serta penurunan kualitas gandum.
1. Harga gandum dunia pada bulan Desember 2010 mengalami kenaikan
dibandingkan dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara
lain:
2. Meningkatnya permintaan gandum dunia, seperti permintaan gandum
dari Irak sebesar 100.000 ton dan Mesir yang telah melakukan tender
sebanyak 110.000 ton U.S hard wheat dan 120.000 ton French soft
wheat;
3. Adanya kekhawatiran dari importir akan penurunan tingkat supply
gandum di dunia yang diakibatkan oleh tingginya tingkat curah hujan
yang terjadi di Australia dan cuaca kering yang melanda sentra
produksi gandum di Amerika Serikat;
Cuaca kering yang melanda sentra produksi gandum di Amerika juga telah
menurunkan kualitas gandum yang dihasilkan.(Reuters, Desember 2010)
Perkembangan Kedelai
Selama kurun waktu Oktober 2009 s.d September 2010, harga kedelai
dalam negeri di tingkat eceran mengalami fluktuasi yang tinggi. Hingga
Mei 2010, perkembangan harga kedelai di dalam negeri menunjukkan tren
penurunan dengan kisaran Rp 8.617/kg–Rp 8.191/kg. Peningkatan harga
kedelai mulai terjadi pada bulan Juni 2010, yaitu sebesar Rp 8.217/kg
dan terus belanjut hingga Agustus 2010 yang mencapai Rp 8.902/kg.
Komoditas kedelai merupakan komoditas yang dapat dibudidayakan di
Indonesia. Namun hasil produksi yang dihasilkan belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar dalam negeri. Upaya
peningkatan produksi dan produktivitas kedelai nasional terus diupayakan
sedangkan kekurangan kebutuhan kedelai selama ini masih dilakukan
melalui impor. Hal ini menyebabkan harga kedelai di dalam negeri sangat
dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai dunia.
167 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Apabila dibandingkan dengan harga kedelai impor selama kurun waktu
yang sama, harga kedelai domestik masih jauh lebih tinggi dengan harga
rata-rata hampir mencapai Rp 9.000/kg. Harga kedelai impor juga
berfluktuasi dengan kisaran harga Rp 4.531/kg–Rp 5.112/kg selama
periode Oktober 2009–September 2010. Hingga akhir tahun 2010,
diperkirakan harga kedelai impor terus merangkak naik, dan hal tersebut
akan mempengaruhi perkembangan harga kedelai di dalam negeri. Tanpa
mengabaikan asumsi anomali cuaca yang sedemikian cepat berubah,
Kementerian Perdagangan bersama sektor terkait berupaya untuk terus
mendorong produksi kedelai.
Harga kedele dunia pada bulan Desember 2010 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara
lain:
Berkurangnya panen karena cuaca kering dan temperatur panas yang
melanda daerah sentra produksi kedele di Amerika Selatan yaitu
Argentina. Rencana pemerintah RRT untuk meningkatkan permintaannya
terhadap bahan pokok khususnya kedele dan jagung.(Reuters, Desember
2010).
Stabilitas harga bahan pangan dan kecukupan pasokan selama kurun 2009
hingga paruh pertama tahun 2010 sempat terkendala oleh berbagai
gejolak seperti krisis pangan dunia dan efek perubahan iklim yang terjadi
di berbagai belahan dunia (kondisi Rusia: musim kering yang paling
ekstrim dalam 100 tahun terakhir, kondisi RRT: banjir dan tanah longsor,
dan kondisi Pakistan: hujan dan banjir besar melanda). Hal tersebut
secara langsung memicu kenaikan harga pangan dunia, khususnya bijibijian (gandum, kedelai, jagung, dan beras). Meskipun masih jauh dari
gejolak harga pangan pada tahun 2008, harga internasional beberapa
komoditas pangan mulai merangkak naik. Hal tersebut juga berdampak
pada pengetatan kebijakan di hampir semua negara untuk mengamankan
pasokan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Kondisi serupa juga dialami Indonesia. Perubahan iklim yang cukup
ekstrim terjadi di sepanjang semester-I tahun 2010 sehingga
mempengaruhi produksi pangan dalam negeri. Namun demikian, kendati
harga bahan-bahan pangan di dalam negeri berfluktuasi, namun secara
umum harga dan kecukupan pasokan bahan pangan dapat dikendalikan.
Andil inflasi bahan pangan pun cukup rendah dan stabil.
168 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Gambar 34
Perkembangan Harga Kedelai Internasional
Tahun 2007 - 2010
Sumber: CBOT (FOB Amerika) dan Pusat Data Perdagangan (Unit Value Impor Kedelai Amerika) (diolah) IK- 64
Jumlah Rumusan
Kebijakan dan
Standar, Norma,
Kriteria dan Prosedur
di Bidang Pembinaan
Pasar dan Distribusi
Dalam penanganan stabilisasi harga bahan pokok, Pemerintah menetapkan
kebijakan antisipasi gejolak siklus dan musim dari komoditas pangan dalam
negeri, terutama meliputi beras, minyak goreng, kedelai, tepung terigu, dan
gula, tapi juga tetap memperhatikan jagung, telur, ayam, dan daging
Salah satu indikator pencapaian stabilisasi harga adalah dengan melihat
tingkat inflasi pada periode tertentu. Berkaitan dengan itu, pemerintah
menargetkan tingkat inflasi rata-rata tahun 2010-2014 sebesar 4-6%. Hingga
bulan September 2010, inflasi nasional mencapai 5,28%, dan diprediksi akan
melampaui target pemerintah.
Pengaruh tingkat inflasi bahan makanan sangat mempengaruhi tingkat inflasi
secara nasional menunjukkan pergerakan meningkatnya nilai inflasi bahan
makanan mendorong tingkat inflasi nasional. Demikian sebaliknya, turunnya
inflasi bahan makanan mempengaruhi tingkat inflasi nasional. Hal tersebut
mendorong Kementerian Perdagangan untuk semakin ketat dan proaktif
mencermati perkembangan harga bahan kebutuhan pokok di dalam negeri,
dengan secara bersamaan mencermati kondisi pangan dunia.
Secara umum, selama kurun waktu Oktober 2009 s.d September 2010, angka inflasi
bulanan berada pada kisaran yang fluktuatif dengan tingkat tertinggi pada bulan
Juli 2010 sebesar 1,57% dan bulan Juni 2010 sebesar 0,97%. Inflasi bahan makanan
cenderung tinggi khususnya pada pertengahan tahun 2010 yang sempat mencapai
4,69% pada bulan Juli, namun andil inflasi bahan pangan kembali menurun tajam
dan relatif stabil pada bulan-bulan berikutnya.
169 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Kementerian
Perdagangan dengan
Bulog berkoordinasi
untuk melakukan
Operasi Pasar (OP)
dalam mengantisipasi
dan mengendalikan
harga beras
Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras, Menteri Perdagangan sudah
meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar (OP) Beras, melalui surat
nomor 1721/M-DAG/SD/11/2010 tanggal 19 Nov 2010 dengan harga
penjualan beras af Gudang Bulog adalah Rp. 5.600,-/kg di Pulau Jawa dan
Rp. 5.700,-/kg di luar Pulau Jawa.
Selain itu juga Menteri Perdagangan sudah meminta Bulog untuk melakukan
Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras khusus bulan Desember 2010 menggunakan
Cadangan Beras Pemerintah dengan mekanisme penyaluran seperti Raskin
terhadap Rumah Tangga sasaran (RTS), melalui surat nomor 1756.1/MDAG/SD/11/2010 tanggal 26 Nov 2010.
Adapun langkah tindak lanjut pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga gula
dan pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, serta setelah
mengintegrasikan dengan perkiraan jumlah produksi tahun 2010, maka telah
direncanakan alokasi impor GKP sebesar 450 ribu ton untuk mengisi
ketersediaan GKP sebelum memasuki musim giling 2011. Ijin dan alokasi
impor diberikan kepada 6 Perusahaan yaitu PTPN IX (70 ribu ton), PTPN X
(90 ribu ton), PTPN XI (90 ribu ton), PT. RNI (50 ribu ton), PT. PPI (90 ribu
ton)dan BULOG (60 ribu ton). Namun, sampai saat ini importir gula yang
ditunjuk belum melakukan transaksi pembelian gula dari luar negeri karena
harga internasional untuk penyerahan Desember 2010-Januari 2011 masih
tinggi (US$ 709/ton). Diperkirakan harga internasional akan turun untuk
penyerahan pada bulan Maret-April 2011 (US$ 677/ton). Berhubung batas
waktu importasi GKP adalah 15 April 2011, maka kemungkinan perlu
dilakukan batas waktu perpanjangan waktu impor menjadi 30 April 2011.
Pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga minyak goreng dilakukan melalui
penyaluran MINYAKITA dengan pelaksanaan pasar murah sebagai salah satu
upaya memperkenalkan atau mempromosikan MINYAKITA kepada masyarakat
sasaran dengan harga jual Rp. 8.000/liter.
Pemerintah telah melanjutkan kebijakan PPN DTP Minyak Goreng untuk
Minyakita tahun anggaran 2011 dengan pagu anggaran sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam APBN 2011 sebesar Rp. 250 Milyar dan atau
perubahannya (usulan perubahan pagu sesuai dengan perkiraan realisasi).
170 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Mendag bersama Para Pabrikan Minyak Goreng dengan PPn DPT
Tabel 43
Andil Beberapa Komoditi Terhadap Inflasi/Deflasi Nasional
Tahun 2010 (Inflasi Januari - Desember 6,96%)
No
Komoditi
Bahan Makanan 1 Beras 2 Minyak Goreng 3 Daging Sapi 4 Daging Ayam Ras 5 Telur Ayam Ras 6 Tepung Terigu 7 Cabe Rawit 8 Cabe Merah 9 Bawang Merah 10 Tahu 11 Tempe 12 Kedelai Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tambahan 1 Gula Pasir A B JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGST
SEPT
OKT
NOV
DES
0.40 0.35 0.02 0.00 (0.04) (0.02) 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.13 0.00 0.00 0.01 (0.01) 0.00 0.02 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.24 (0.16) 0.00 0.00 0.05 0.02 0.00 (0.02) 0.16 0.01 0.00 0.00 (0.16) (0.07) 0.00 0.00 0.03 0.01 0.00 0.01 0.01 0.06 0.02 0.00 0.00 0.00 0.11 0.01 0.00 0.00 0.01 (0.03) 0.00 0.02 0.05 (0.01) 0.00 0.00 0.00 0.73 0.13 0.00 0.00 0.07 0.04 0.00 0.05 0.26 0.07 0.00 0.00 0.00 1.08 0.86 (0.01) 0.01 0.17 0.07 0.00 0.08 0.16 0.07 0.00 0.00 0.00 0.09 0.20 0.02 0.02 0.03 0.00 0.00 0.02 (0.19) (0.06) 0.00 0.00 0.00 0.09 0.02 0.01 0.03 0.06 (0.02) 0.00 (0.04) (0.19) (0.02) 0.00 0.01 0.00 (0.19) 0.04 0.01 (0.02) (0.10) (0.02) 0.00 (0.03) (0.07) 0.10 0.00 0.00 0.00 0.38 0.12 0.04 0.00 0.05 0.00 0.00 0.02 0.10 0.07 0.00 0.00 0.00 0.67 0.23 0.22 0.00 0.03 0.03 0.00 0.12 0.22 0.02 0.00 0.00 0.00 0.33 0.07 0.05 0.04 0.06 0.08 0.12 0.11 0.10 0.08 0.09 0.07 0.06 0.01 (0.01) (0.03) (0.01) (0.03) 0.02 0.01 0.00 0.02 0.01 0.01 Sumber: BPS (diolah)
Sementara itu, tingginya andil inflasi bahan makanan periode tersebut
lebih disebabkan pada memburuknya kondisi pangan dunia dan
pergerakan iklim yang cenderung tidak stabil. Apabila dilihat dari
komposisi kelompok bahan makanan yang menjadi penyumbang inflasi,
beberapa komoditi seperti beras, cabe merah, cabe rawit, dan daging
ayam ras menyumbang andil tertinggi inflasi bahan makanan.
171 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Tabel 44
Perkembangan Harga Rata-rata Pangan Pokok
Tahun 2010
No.
Komoditi
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Beras Umum
Beras Termurah
Gula
Minyak Goreng Kemasan
Minyak Goreng Curah
Daging Sapi
Daging Ayam
Telur Ayam
Tepung Terigu
Cabe Merah
Cabe Rawit
Bawang Merah
Sumber: BPS
Kg
Kg
Kg
Liter
Liter
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Jan
7.495
6.079
10.661
11.179
9.207
61.124
20.778
12.403
7.611
20.787
15.311
12.554
Feb
7.721
6.264
10.488
11.120
9.110
61.121
21.118
12.258
7.592
22.157
17.095
13.117
Mar
7.485
6.036
10.325
11.072
9.215
61.008
21.959
12.689
7.567
13.755
15.338
13.731
Apr
7.393
5.951
10.012
10.988
9.238
61.000
21.727
12.925
7.539
16.264
13.444
14.996
Mei
7.403
6.082
9.836
10.959
9.129
60.890
22.407
12.233
7.440
19.684
13.412
13.938
Harga Rata-rata
Jun
Jul
7.601
8.037
6.093
6.417
9.501
9.669
10.950
10.869
9.084
9.125
60.876
62.058
23.993
26.799
13.292
14.891
7.435
7.459
30.115
36.504
23.416
29.640
16.849
19.495
Agst
8.383
6.695
9.708
10.868
9.600
65.349
27.081
14.653
7.462
27.048
27.467
16.209
Sept
8.421
6.720
9.841
10.915
9.868
69.109
28.957
14.440
7.444
21.499
23.136
16.243
Okt
8.493
6.756
10.217
10.923
10.024
64.984
25.495
13.805
7.458
17.393
21.783
20.831
Nov
8.668
6.901
10.419
11.208
10.721
64.932
23.863
13.828
7.494
19.602
22.160
23.175
Des
9.115
7.292
10.402
11.610
11.151
64.884
23.737
14.517
7.523
36.531
41.913
21.407
Tabel 45
Perkembangan Trend Harga Pangan Pokok
Tahun 2010
No.
Komoditi
1
Beras Umum
2
Beras Termurah
3
Gula
4
Minyak Goreng Kemasan
5
Minyak Goreng Curah
6
Daging Sapi
7
Daging Ayam
8
Telur Ayam
9
Tepung Terigu
10
Cabe Merah
11
Cabe Rawit
12
Bawang Merah
Sumber: BPS
Satuan
Kg
Kg
Kg
Liter
Liter
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Jan:
Peb
3.0
3.0
1.6
0.5
1.1
0.0
1.6
1.2
0.3
6.6
11.7
4.5
Peb:
Mar
3.1
3.6
1.6
0.4
1.1
0.2
4.0
3.5
0.3
37.9
10.3
4.7
Mar:
Apr
1.2
1.4
3.0
0.8
0.3
0.0
1.1
1.9
0.4
12.2
12.3
9.2
Apr:
Mei
0.1
2.2
1.8
0.3
1.2
0.2
3.1
5.4
1.3
21.0
0.2
7.1
Mei:
Jun
2.7
0.2
3.4
0.1
0.5
0.0
7.1
8.7
0.1
53.0
74.6
20.9
Perubahan
Jun:
Jul:
Jul
Agst
5.7
4.3
5.3
4.3
1.8
0.4
0.7
0.0
0.5
5.2
1.9
5.3
11.7
0.8
12.0
1.6
0.3
0.0
21.2
25.9
26.6
7.3
15.7
16.9
Agst:
Sept
0.5
0.4
1.4
0.4
2.8
5.8
7.2
1.5
0.2
20.8
15.8
0.2
Sept:
Okt
0.9
0.5
3.8
0.1
1.6
6.0
12.0
4.4
0.2
18.8
5.9
28.2
Okt:
Nov
2.1
2.1
2.0
2.6
7.0
0.1
6.4
0.2
0.5
12.7
1.7
11.3
Nov:
Des
5.2
5.7
0.2
3.6
4.0
0.1
0.5
5.0
0.4
86.4
89.1
7.6
Sejak awal tahun 2010, peningkatan harga beras yang cenderung tinggi
secara konsisten menyumbang tingginya andil inflasi bahan makanan.
Bahkan inflasi beras sempat memberikan kontribusi tingkat inflasi 0,35%
pada Januari 2010, yang pada saat itu inflasi bahan makanan mencapai
0,40%. Pada pertengahan tahun 2010, harga beras relatif terkendali,
namun komoditi cabe merah dan cabe rawit mengalami fluktuasi dengan
andil inflasi total sebesar 0,23%, dari laju inflasi bahan makanan hingga
semester-1 2010 yang mencapai 1,08%. Perkembangan harga beberapa
bahan kebutuhan pokok selama Oktober 2009 s.d September 2010
menunjukkan fluktuasi yang cukup beragam. Peningkatan cukup signifikan
ditunjukkan oleh telur ayam ras dengan kisaran harga di atas Rp
16.000/kg. Demikian halnya dengan beras dan kedelai yang menunjukkan
tren peningkatan. Sementara itu, beberapa komoditi seperti tepung
terigu, susu kental manis, dan minyak goreng curah mengindikasikan
tingkatan stabil dan cenderung menurun dalam periode yang sama.
172 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Trend
1.8
1.7
0.2
0.4
1.8
0.6
1.4
1.6
0.1
10.5
13.8
5.7
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUJUAN 9: Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi
”Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga kelangkaan
dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi”
Tabel 46
Capaian Indikator Kinerja Sasaran 15
No
65
66
Indikator Kinerja
Penurunan disparitas harga antar
provinsi
Jumlah peraturan teknis
perdagangan berjangka komoditi
(PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan
Pasar Lelang (PL)
IK-65
Penurunan disparitas
harga antar provinsi
Rencana Tingkat
Capaian
Realisasi
Capaian
(%)
1,5
1,8
120%
15 peraturan
12 Peraturan
80%
Indikator yang digunakan untuk mengukur disparitas harga bahan pokok
antarprovinsi adalah rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi
dibandingkan variasi harga nasional (standar deviasi/rata-rata harga).
Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah
penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi
dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada
kisaran 1,5–2,5 di tahun 2010 (dan seterusnya hingga tahun 2014).
Tabel 47
Target dan Realisasi Koefisien Variasi Provinsi dan Nasional
Tahun 2006 – 2010
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Komoditas
Beras
Gula Pasir
Kedelai
Tepung Terigu
Minyak Goreng
Jagung Pipilan
Susu Bubuk
Telur Ayam Ras
Daging Ayam Ras
Daging Sapi
Rata-rata
2006
1,4
1,4
3,0
2,4
1,3
2,2
2,2
1,6
1,5
1,4
2007
2,2
1,2
1,4
1,0
1,0
2,9
1,1
1,4
1,2
1,2
2008
4,5
2,7
1,2
1,1
1,1
1,3
1,1
1,2
1,4
1,1
2009
2,5
1,0
4,7
5,4
1,2
3,3
4,3
2,2
2,7
1,5
2010
1,6
1,4
1,9
2,6
1,3
1,8
3,7
1,4
1,3
1,5
1,8
1,5
1,7
2,8
1,8
Sumber: Rentra Kemendag Periode 2010-2014, BPS diolah
Meskipun rasio koefisien variasi komoditi kedelai, tepung terigu, jagung
dan susu bubuk berada di kisaran nilai 2, namun keduanya masih berada
dalam target rata-rata rasio koefisien variasi provinsi dan nasional. Hal
173 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 tersebut merupakan cerminan semakin membaiknya infrastruktur di
daerah dan skala nasional dalam memperlancar distribusi nasional. Selain
itu, hal tersebut juga semakin menunjukkan semakin rendahnya
disparitas harga antar provinsi di Indonesia.
Disparitas harga yang terjadi selama lima tahun terakhir (2006 – 2010)
bergerak antara 1,5% sampai 2,8%. Disparitas terendah terjadi pada tahun
2007 (1,5%) dan tertinggi terjadi pada tahun 2009 (2,8%). Ditargetkan
disparitas harga pada 2010 antara 1,5 – 2,5%. Trend yang terjadi bersifat
fluktuatif, yakni 1,8% (2006) turun menjadi 1,5% (2007) naik ke kisaran
1,7% (2008) dan naik lagi cukup signifikan menjadi 2,8% pada tahun 2009.
Tahun 2010 turun ke angka 1,8% sebagaimana terjadi pada tahun 2006.
Dari 10 komoditas yang dipantau, pada tahun 2010 ini komoditas yang
disparitas harganya di bawah target minimal (1,5%) ada 4 komoditi yakni:
Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging Ayam
Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target
maksimal (2,5%) ada 2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu
Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas harganya masih berada pada
rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan (1,8%) &
Daging Sapi (1,5%).
IK-66
Jumlah peraturan teknis
perdagangan berjangka
komoditi (PBK), Sistem
Resi Gudang (SRG) dan
Pasar Lelang (PL)
Dalam rangka penyelenggaraan pengawasan bursa komoditi, pasar lelang,
dan sistem resi gudang diperlukan aturan yang jelas untuk menghindari
praktek perdagangan yang illegal dan menciptakan fair business. Pada
tahun 2010, Bappebti telah mengeluarkan peraturan teknis di bidang PBK,
SRG dan PL sebanyak 12 peraturan dengan perincian sebagai berikut:
a. 9 Peraturan teknis di bidang PBK
b. 1 Peraturan teknis di bidang SRG
c. 2 Peraturan teknis di bidang PL
Peraturan-peraturan yang telah diterbitkan pada tahun 2010 yaitu:
1.
Peraturan Nomor 87/BAPPEBTI/Per/12/2010 Tentang Jenis Perizinan
di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Prosedur Operasi
Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan
(Service Level Arrangement);
2.
Peraturan Nomor 86/BAPPEBTI/Per/12/2010 Tentang Penetapan
Daftar Bursa Dan Kontrak Berjangka Luar Negeri;
3.
Peraturan Nomor 85/BAPPEBTI/Per/10/2010 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi NOMOR 69/BAPPEBTI/Per/6/2009 Tentang
Penggerak Pasar (Market Maker) dan Kewajiban Melakukan Transaksi
Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka;
4.
Peraturan Nomor 84/BAPPEBTI/Per/09/2010 Tentang Penetapan
Daftar Bursa Dan Kontrak Berjangka Luar Negeri;
174 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Comment [P4]: Kaitan dengan sasaran? LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 5.
Peraturan Nomor 83/BAPPEBTI/Per/06/2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kegiatan Promosi atau Iklan, Pelatihan. dan Pertemuan
di Bidang Perdagangan Berjangka;
6.
Peraturan Nomor 82/BAPPEBTI/Per/04/2010 Tentang Tata Cara
Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa Berjangka Luar Negeri;
7.
Peraturan Nomor 81/BAPPEBTI/Per/02/2010 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi Nomor 80/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Persyaratan
Calon Dan Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Komisaris Dan
Direksi Bursa Berjangka;
8.
Peraturan Nomor 80/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Persyaratan
Calon Dan Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Komisaris Dan
Direksi Bursa Berjangka;
9.
Peraturan Nomor 79/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Sistem
Pengawasan Tunggal (Supervisory System) Dan Sistem Perdagangan
Dalam Transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.
10. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 14/BAPPEBTI/PER-SRG/12/2010
tentang Jenis Perizinan di Bidang Sistem Resi Gudang, Prosedur
Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat
Layanan(Service Level Arrangement);
11. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010
tentang Persetujuan Penyelenggara Pasar Lelang Dengan
Penyerahan Kemudian (Forward);
12. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010
tentang Persetujuan Lembaga Kliring dan Penjaminan Pasar Lelang
Dengan Penyerahan Kemudian (Forward).
Dengan diterbitkannya peraturan-peraturan teknis tersebut di atas, maka
diharapkan akan semakin meningkatkan kepastian hukum bagi para
pelaku usaha di bidang PBK, PL & SRG dan di lain sisi meningkatkan
perlindungan terhadap konsumen dengan semakin memperkecil peluang
terjadinya penyimpangan.
C.
Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010
Pagu Anggaran tahun 2010 Kementerian Perdagangan berjumlah sebesar
Rp. 1.470.743.558.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.215.168.778.143,atau 82,62%. Jika dibandingkan dengan Pagu anggaran belanja anggaran
tahun 2009 sebesar Rp. 1.648.481.754.000,-, maka telah terjadi
penurunan sebesar Rp. 177.738.196.000,- atau sekitar 10,7%.
Anggaran belanja tersebut dialokasikan ke masing-masing unit eselon I (1)
Sekretariat Jenderal sebesar Rp 408 miliar; (2) Ditjen Perdagangan Dalam
Negeri Rp 374 miliar; (3) Ditjen Perdagangan Luar Negeri Rp 162 miliar; (4)
Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional Rp 67 miliar; (5) Inspektorat
Jenderal Rp 22 miilar; (6) Badan Pengembangan Ekspor Nasional Rp 264
175 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 miliar; (7) Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Rp. 130
miliar, dan (8) Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Rp 40
miliar. Secara rinci, anggaran dan realisasi eselon I berikut ini.
Tabel 48
Realisasi Anggaran Kementerian Perdagangan
Menurut Unit Organisasi Eselon I Tahun 2010
Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam Rupiah)
No.
Unit Organisasi
PAGU
Sekretariat
Jenderal
DitJen
Perdagangan
Dalam Negeri
DitJen
Perdagangan
Luar Negeri
DitJen
Kerjasama
Perdagangan
Internasional
Inspektorat
Jenderal
Badan
Pengembangan
Ekspor Nasional
Badan
Pengawas
Perdagangan
Berjangka
Komoditi
Badan
Penelitian dan
Pengembangan
Perdagangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
Realisasi
%
Sisa
%
408.332.894.000
321.255.203.912
78,67
87.077.690.088
21.33
374.012.064.000
342.101.868.628
91.47
31.910.195.372
8.53
162.761.600.000
142.975.778.198
87.84
19.785.821.802
12.15
67.750.000.000
64.311.837.405
95.81
2.838.162.595
4.19
22.726.000.000
21.013.021.846
92.46
1.712.978.154
7.54
264.250 .000.000
189.557.783.814
71.73
74.692.216.186
28.27
130.311.000.000
122.782.420.230
94.22
7.528.579.770
5.78
40.600.000.000
36.621.862.525
90.20
3.978.137.475
9.80
1.470.743.558.000
1.215.168.778.143
82.62
255.574.779.857
17.38
Dari tabel di atas, realisasi anggaran Kementerian Perdagangan tahun 2010
sebesar 82.62%. Penyerapan anggaran ini berbanding lurus dengan
pelaksanaan kinerja yang secara menyeluruh telah dilaksanakan dengan
baik. Berdasarkan hal ini, maka terdapat sisa anggaran sebesar 17.38%.
Sisa anggaran ini didalamnya terkandung muatan kebijakan penghematan
anggaran, namun demikian penghematan anggaran harus tetap
memperhatikan mutu dari capaian kinerja.
Realisasi Anggaran
Menurut Unit Organisasi
Tingkat Eselon I Tahun
2010
Berdasarkan prosentase realisasi anggaran Kementerian Perdagangan
menurut Satuan Kerja Eselon I dapat dilihat pada Tabel 37. Penyerapan
anggaran selama tahun 2010 tertinggi adalah Satuan Kerja Direktorat
Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) dengan prosentase
sebesar 95,81%. Sebaliknya, yang terkecil adalah Satuan Kera Badan
176 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dengan prosentase sebesar 71,73%.
Namun perlu diperhatikan besar kecilnya prosentase penyerapan anggaran
tergantung dari besaran angka mutlak dari anggaran Satuan Kerja.
Realisasi Anggaran
Menurut Pencapaian
Misi dan Sasaran Tahun
2006 – 2010
Berdasarkan penggunaan anggaran menurut pencapaian Misi, Kementerian
Perdagangan mengalokasikan sebagian anggarannya untuk ke-3 misi yang
diemban. Untuk misi Peningkatan Kinerja Ekspor Nonmigas Berkualitas
mempunyai anggaran sebesar Rp.102.023.270.000,-, misi Penguatan Pasar
Dalam Negeri mempunyai anggaran sebesar Rp. 24.030.725.000,- , dan
misi Penyediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional
mempunyai anggaran sebesar Rp.51.783.145.000,-.
Secara rinci,
penggunaan anggaran menurut Misi dan Sasaran ini dapat dilihat di Tabel
di bawah ini.
Tabel 49
Realisasi Anggaran Menurut Misi dan Sasaran Strategis
Kementerian Perdagangan Tahun 2010
No. MISI SASARAN Peningkatan Kinerja Ekspor Nonmigas Berkualitas % pertumbuhan ekspor non migas nasional Pertumbuhan Ekspor Nonmigas 1 INDIKATOR Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK Jumlah penerbitan eksportir terdaftar Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di dalam dan luar negeri Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor 2 Diversifikasi Pasar Ekspor 3 Diversifikasi Produk Ekspor 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP) Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) Jumlah penyelenggaraan ITPC % kontribusi ekspor di luar 10 produk utama Jumlah laporan hasil identifikasi komoditi pertanian dan kehutanan Jumlah perizinan online Jumlah hari waktu pelayanan Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor Jumlah sistem elektronik bidang fasilitasi pelayanan publik Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE 177 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) PAGU Realisasi % 11.733.226 10,630,800 90,60 816,285 800,000 98,00 937,800 930,800 99,25 1,966,930 1,900,000 96,00 1,035,984 1,000,000 96,53 2,693,011 2,200,000 81,69 3,296,883 3,000,000 91,00 986,333 800,000 81,11 642.380 572,000 89,04 25.582.920 25,575,000 99,97 3.315.122 3,210,664 96,85 35,962 33,864 94,17 1,610,520 1,526,800 94,85 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 No. MISI SASARAN Keunggulan Komparatif Produk Ekspor 5 6 Pencitraan Indonesia Peran Indonesia di Forum Internasional 7 INDIKATOR PAGU Realisasi % Jumlah bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan 1,668,640 1,650,000 98,8 Jumlah komoditi dengan RCA > 1 7.619.392 7,138,800 93,69 4,030,950 3,997,850 99,13 570,400 471,506 82,66 778,740 700,500 89,95 390,500 275,779 70,62 400,400 316,103 78,95 34,000 26,747 78,67 753,472 663,925 99,51 14,943 8,500 56,58 40.627.454 40,599,900 99,93 18,825,150 18,799,900 99,87 21,802,304 21,800,000 99,99 12.502.776 11.838.988 94,69 11.186.366 11.010.383
98.43 425.000 400.618
94,26 2,350,000 2,324.053
98.90 4.350.000 4.320.455
99.32 1.000,000 968.899
96.89 Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah 1.800.000 1.784.413
99.13 Jumlah perizinan online 8.100.377 8,000,000 98,76 Jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui preshipment inspection Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra‐pasar Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor Jumlah road map kerjasama Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI) Jumlah pameran dagang dalam negeri Jumlah promosi dagang internasional yang diikuti Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Munutes, Declaration, Chair Report) Jumlah partisipasi dalam perundingan perdagangan internasional dalam rangka pembukaan, peningkatan dan pengamanan akses pasar Jumlah perundingan bidang jasa yang diikuti Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral Jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia Peguatan Pasar Dalam Negeri 8 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian 178 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 No. MISI SASARAN Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan 9 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif Akumulasi Jumlah BPSK yang Dibentuk 11 12 Peningkatan Kinerja Logistik Penyediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional 13 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri Disparitas Harga Antar Propinsi 14 INDIKATOR Jumlah rumusan kebijakan pembinaan usaha, lembaga perdagangan dan pendaftaran perusahaan yang disusun % Pertumbuhan PDB sektor perdagangan Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag) Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota) Jumlah Gudang Yang Masuk Dalam Skema SRG Jumlah cakupan komoditi, daerah dan kontributor dalam sistem informasi harga % Konstribusi industri kreatif pada PDB PAGU Realisasi % 5,528,990 5,445,850 98,50 2,521,608 2,500,000 99,14 1,149,652 1,125,000 97,86 2,346,890 2,295,628 97.81 1,080,480 1,064,529 98,52 40,830,352 39,815,500 97,15 Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan 5,882,060 5,880,000 99,96 1,306,590 1,305,500 99,92 800,000 790,000 98,75 Jumlah promosi produk dalam negeri 32,841,702 31,840,000 96,95 Jumlah BPSK yang berfungsi 4.270.438 4,260,000 99,75 Fasilitasi pembentukan BPSK 2,443,753 2,440,000 99,85 1,826,685 1,820,000 99,63 20.000.000 19,900,000 99,50 31.783.145 30,776,400 96,83 30,000,000 29,000,000 96,67 1,783,145 1,776,400 99,62 590.900 590,000 99,85 213,127,472 208,895,914 98,01 Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang perlindungan konsumen Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009 Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi % Rata‐rata penurunan koefisien variasi harga komoditi Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri Jumlah pengembangan pasar percontohan Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan pasar dan distribusi Penurunan disparitas harga antar provinsi Jumlah peraturan teknis perdagangan berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL) TOTAL Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) 179 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Realisasi Anggaran
Menurut Program Tahun
2010
Efektifitas program mencapai sasaran sangat terkait dari cerminan serapan
anggaran yang digunakan sebagai sumber daya keuangan. Pada tahun 2010,
Kementerian Perdagangan memiliki 7 (tujuh) program, yakni programprogram yang terdapat dalam Kontrak Kinerja tahun 2010. Sementera itu,
pada tahun 2009 sebanyak 15 program. Secara perbandingan jumlah
program yang dilaksanakan, penurunan jumlah program berbanding lurus
dengan penurunan pagu anggaran Kementerian Perdagangan. Penurunan
anggaran tersebut sebesar 10,7% terhadap pagu anggaran Tahun 2009 atau
setara dengan Rp. 178 milyar.
Pada tabel di bawah ini, disajikan dalam bentuk prosentase realisasi
anggaran menurut program yang terdapat dalam kontrak kinerja selama
tahun 2010 yang menunjukkan penyerapan anggaran rata-rata diantara
angka 86%. Tahun 2010, Penyerapan anggaran tertinggi Kementerian
Perdagangan terdapat pada program Pengembangan dan Pengamanan
Perdagangan Dalam Negeri. Penyerapan anggaran kedua terbesar adalah
program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Perdagangan. Sementara itu, penyerapan anggaran terkecil
terdapat pada program peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional.
Tabel 50
Realisasi Anggaran Menurut Program Tahun 2010
Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam
ribuan Rupiah)
No.
PROGRAM
1
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan
408.332.894
321.255.204
78,67
2
Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan
Dalam Negeri
374.012.064
342.101.869
91.47
3
Peningkatan Perdagangan Luar Negeri
162.761.600
142.975.778
87,84
4
Peningkatan Kerjasama Perdagangan
Internasional
67.750.000
64.311.837
95.81
5
Pengembangan Ekspor
264.250 .000
189.557.784
71.73
6
Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi
130.311.000
122.782.420
94.22
1407.417.558
1.182.984.892
84.05
TOTAL
Keterangan:
PAGU
Realisasi
*hanya untuk program pengembangan ekonomi kreatif
** untuk kedua program pengembangan dan pengamanan perdagangan luar negeri
(lihat Tapkin)
Sumber: Kementerian Perdagangan
180 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 %
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
182 BAB IV PENUTUP 2010 BAB IV
PENUTUP
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 Target Ke-14 sasaran
strategis Kementerian
Perdagangan telah
berhasil dicapai secara
optimal pada tahun
2010.
Kinerja perdagangan internasional dan perdagangan dalam negeri secara
bertahap semakin membaik dan penuh harapan akhirnya dapat mencapai
visi Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, sasaran-sasaran yang
ditetapkan oleh Rencana Strategis Kementerian Perdagangan menjadi
pedoman kerja dan menjadi prinsip dasar pelayanan prima yang harus
diberikan oleh institusi Kementerian Perdagangan terhadap seluruh lini
aktifitas seperti kemudahan transaksi, investasi, distribusi dan ekspor,
serta perlindungan-perlindungan dalam rangka persaingan yang sehat.
Kementerian Perdagangan selaku instansi pemerintah yang sebagian besar
aktifitasnya lebih berorientasi pada kegiatan yang bersifat pelayanan,
menyadari benar bahwa kinerja sektor perdagangan mengalami banyak
tantangan. Termasuk tantangan dalam mengupayakan peningkatan sarana
perdagangan, hal-hal penunjang lain seperti peningkatan kemampuan
teknis baik aparat dan pelaku usaha sehingga mampu meningkatkan
kinerja sektor perdagangan. Berdasarkan rencana strategis Kementerian
Perdagangan 2010-2014, telah ditetapkan 15 (lima belas) sasaran dan 66
kegiatan yang capaian kinerjanya telah diuraikan pada Bab 3. Dari hasil
analisa dan pengukuran capaian kinerja di tahun 2010, Kementerian
Perdagangan telah berhasil mencapai sasaran dimaksud berdasarkan
tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya. Bahkan untuk indikator
kinerja utama (IKU) Pertumbuhan Ekspor Non-migas telah tercapai
sebesar 33,2% dari yang ditargetkan sebesar 7% artinya tingkat
capaiannya sebesar 471,7%. Begitu juga dengan IKU jumlah perijinan yang
dapat dilayani secara online baik untuk kebutuhan dalam dan luar negeri,
kinerjanya telah melebihi target hingga mencapai 133%. Hal tersebut
tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran dengan hasil yang dicapai
dalam hitungan rata-rata adalah melewati perkiraan target sasaran,
dengan nilai hampir 100 persen. Walaupun rata-rata pencapaian sasaran
meraih hasil yang baik, namun belum semua indikator menunjukkan hasil
sebagaimana yang ditargetkan.
Keberhasilan kinerja
perlu dipertahankan,
serta meningkatkan
kinerja yang targetnya
belum tercapai
Ada beberapa sasaran yang capaiannya sesuai dan bahkan melampaui
target, namun beberapa sasaran lainnya masih perlu mendapatkan
perhatian khusus. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut
terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, serta penganggaran
agar menjadi lebih baik pada tahun-tahun berikutnya.
Keberhasilan pencapaian sasaran kinerja Kementerian Perdagangan
tentunya dikaitkan juga dengan upaya Menteri Perdagangan yang secara
bersamaan menetapkan program prioritas yang dapat menjadikan
Kementerian Perdagangan sebagai core dalam penguatan perekonomian
nasional melalui sektor perdagangan. Permasalahan dalam pencapaian
kinerja kualitatif ini adalah dalam pemilihan prioritas, sehingga dampak
yang dicapai dari suatu pelaksanaan program, dapat menggerakkan
institusi lain (khususnya dunia usaha), sehingga terjadi proses berantaimisalnya dalam peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
melaksanakan prosedur perdagangan dan sebagainya.
184 BAB IV PENUTUP LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 LAK Kementerian sebagai
referensi berkaitan
dengan keberhasilan dan
kegagalan kinerja
Laporan Akuntabilitabilitas Kinerja (LAK) ini semoga bermanfaat dan
dapat menjadi referensi penting berkaitan dengan kinerja perdagangan
tahun 2010. Metode kuantitatif, penetapan indikator kinerja, serta
analisis deskriptif terhadap hasil capaian diharapkan dapat membantu
mengarahkan pembaca untuk memberikan penilaian dan masukkan
terhadap kesempurnaan LAK ini. Dengan demikian, laporan akuntabilitas
ini dapat menjadi alat untuk menginventarisasi keberhasilan dan
permasalahan-permasalahan yang ada, dan dengan demikian dapat
dimanfaatkan untuk proses perencanaan selanjutnya.
185 BAB IV PENUTUP LAMPIRAN
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru)
188 BAB IV PENUTUP 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama)
189 BAB IV PENUTUP 2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 3. Lembar Kontrak Kinerja
NO
PROGRAM
SASARAN
1
Peningkatan
Perdagangan
Luar Negeri
Meningkatnya
pertumbuhan
ekspor non
migas, sebagai
salah satu
sumber utama
pertumbuhan
nasional
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
-
-
-
-
-
-
Diversifikasi
produk ekspor
nonmigas yang
semakin baik,
sehingga
ketergantungan
pada produk
ekspor tertentu
menjadi
berkurang
Penyederhanaa
n perijinan
perdagangan
luar negeri
-
-
-
-
190 BAB IV PENUTUP URAIAN
Jumlah
rekomendasi
kebijakan
peningkatan ekspor
dan investasi
Jumlah PP tentang
Kawasan Ekonomi
Khusus
Jumlah peraturan
perdagangan yang
dilimpahkan ke
KEK
Jumlah penerbitan
eksportir terdaftar
TARGET
1
rekomendasi
Jumlah penerbitan
surat persetujuan
ekspor
Jumlah partisipasi
pada forum
kerjasama
komoditas ekspor
di dalam dan luar
negeri
Jumlah komoditi
yang diberikan
bimbingan teknis di
bidang ekspor
Jumlah rumusan
kebijakan ekspor
dan impor
Jumlah penerbitan
pengakuan sebagai
Importir Produsen
(IP)
Jumlah laporan
hasil identifikasi
komoditi pertanian
dan kehutanan
900 SPE
Jumlah penerbitan
kebijakan fasilitasi
ekspor dan impor
Jumlah sistem
elektronik bidang
fasilitasi pelayanan
publik
Jumlah pengguna
(hak akses)
perijinan
ekspor/impor
online yang
dilayani melalui
INATRADE
Jumlah bimbingan
teknis bidang
fasilitasi
perdagangan
(dalam ribuan rupiah)
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME
ANGGARAN
URAIAN
TARGET
7%
%
816,285
pertumbuhan
ekspor non
migas
nasional
1 PP
937,800
1 peraturan
243 ET
1,966,930
22
partisipasi
forum
1,035,984
14 komoditi
2,693,011
19 kebijakan
3,296,883
2000 IP
986,333
5 komoditi
% kontribusi
ekspor di luar
10 produk
utama
4 kebijakan
Jumlah
perizinan
online
Jumlah hari
waktu
pelayanan
2 sistem
1500
pengguna
5 bimbingan
teknis
53%
40 jenis
4 hari
642,380
35,962
1,145,046
465,474
1,668,640
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 NO
PROGRAM
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
SASARAN
Meningkatnya
keunggulan
komparatif
produk ekspor
Indonesia di
pasar global,
yang
menunjukkan
semakin
banyaknya
produk-produk
dalam negeri
yang mampu
bersaing di
pasar global
-
-
-
-
-
-
-
2
Pengembang
an Ekspor
Perbaikan citra
produk ekspor
Indonesia di
pasar global,
yang pada
akhirnya akan
mendukung
kontinuitas dan
pertumbuhan
ekspor
-
-
191 BAB IV PENUTUP URAIAN
TARGET
Jumlah komoditi
ekspor yang
diawasi mutunya
melalui
preshipment
inspection
Jumlah penerbitan
Nomor Pendaftaran
Barang (NPB)
dalam kerangka
pengawasan mutu
barang impor
melalui
pengawasan prapasar
Jumlah penerbitan
Nomor Regristrasi
Produk (NRP)
dalam kerangka
pengawasan mutu
barang produk
dalam negeri
setara dengan
mutu produk impor
Jumlah road map
kerjasama lembaga
Penilaian
Kesesuaian (LPK)
baik dalam maupun
luar negeri
Jumlah Lembaga
Penilai Kesesuaian
(LPK) yang
dipantau
Jumlah kerjasama
bidang pengujian
mutu barang
dengan pihak
dalam dan luar
negeri
Jumlah sertifikat
mutu barang yang
diterbitkan
Jumlah
penambahan ruang
lingkup komoditi
yang diakreditasi
atau disertifikasi
Jumlah pameran
dagang dalam
negeri
3 komoditi
Jumlah promosi
dagang
internasional yang
diikuti
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME
URAIAN
TARGET
Jumlah
komoditi
dengan RCA >
1
590
komoditi
ekspor
650 NPB
778,740
1 road map
390,500
20 LPK
400,400
11
Kerjasama
144,600
28 Sertifikat
753,472
9 komoditi
57 pameran
4,030,950
570,400
100 NRP
21 pameran
ANGGARAN
550,330
Skor dimensi
dalam Simon
Anholt Nation
Brand Index
(NBI)
Skor 44
18,825,150
21,802,304
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 NO
3
PROGRAM
Peningkatan
Kerjasama
Perdagangan
Internasional
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
SASARAN
Diversifikasi
pasar tujuan
ekspor yang
semakin baik,
sebagai indikasi
berkurangnya
ketergantungan
ekspor pada
suatu negara
tertentu,
sehingga
keberlanjutan
pertumbuhan
ekonomi
semakin baik
-
Meningkatnya
intensitas
keikutsertaan
Indonesia di
berbagai forum
internasional
dan
meningkatnya
hasil
perundingan
yang dihasilkan
diberbagai
forum
internasional
yang mampu
memberi nilai
tambah bagi
kepentingan
nasional
-
-
-
-
-
-
4
Pengembang
an dan
Pengamanan
Perdagangan
Dalam Negeri
Penyederhanaa
n perijinan
perdagangan
dalam negeri
Meningkatnya
output sektor
perdagangan
yang senantiasa
tumbuh
semakin positif
setiap
tahunnya
-
-
192 BAB IV PENUTUP URAIAN
Jumlah
penyelenggaraan
ITPC
TARGET
20 ITPC
Jumlah partisipasi
dalam perundingan
perdagangan
internasional
dalam rangka
pembukaan,
peningkatan dan
pengamanan akses
pasar
Jumlah
perundingan
bidang jasa yang
diikuti
Jumlah partisipasi
perundingan
kerjasama
multilateral
Jumlah partisipasi
perundingan
kerjasama regional
40
perundingan
10
perundingan
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME
URAIAN
TARGET
Concentration
47%
ratio pada 5
negara tujuan
ekspor
terbesar (CR5)
Jumlah hasil
perundingan
perdagangan
internasional
(agreement,
kerjasama
komoditi,
MRA, MoU,
Agreed
Munutes,
Declaration,
Chair Report)
140 hasil
perundinga
n
ANGGARAN
25,582,920
4,712,776
1,000,000
30
perundingan
2,250,000
62
perundingan
3,100,000
Jumlah partisipasi
perundingan
kerjasama bilateral
di kawasan Asia,
Amerika dan
Australia
Jumlah partisipasi
perundingan
kerjasama bilateral
di kawasan Eropa,
Afrika dan Timur
Tengah
20
perundingan
900,000
12
perundingan
540,000
Jumlah rumusan
kebijakan
pembinaan usaha,
lembaga
perdagangan dan
pendaftaran
perusahaan yang
disusun
10 kebijakan
Jumlah waralaba
asing yang
terdaftar
(berdasarkan Surat
Tanda Pendaftaran
yang dikeluarkan
oleh Kemendag)
126 waralaba
asing
Jumlah
perizinan
online
perdagangan
dalam negeri
Jumlah hari
waktu
pelayanan
penyelesaian
perdagangan
dalam negeri
%
Pertumbuhan
PDB sektor
perdagangan
12 jenis
8,100,377
6 hari
3,4%
2,521,608
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 NO
PROGRAM
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
SASARAN
-
5
6
Pengembang
an dan
Pengamanan
Perdagangan
Dalam Negeri
Peningkatan
Efisiensi
Pasar
Komoditi
Terbentuknya
lembaga yang
dapat
melindungi
konsumen dari
praktek
perdagangan
yang merugikan
konsumen
-
Semakin
intensifnya
pengawasan
terhadap
produk yang
diharuskan
memiliki SNI
wajib, sehingga
produk yang
dikonsumsi
masyarakat
semakin
terjamin
kualitasnya
Peningkatan
kinerja logistik
Indonesia
-
-
TARGET
51 waralaba
lokal
Jumlah rumusan
kebijakan dan
standar, norma,
kriteria dan
prosedur di bidang
perlindungan
konsumen
Jumlah rumusan
kebijakan, standar,
norma dan
pedoman
pengawasan barang
dan jasa
5 rumusan
5 BPSK
11 kebijakan
Jumlah kegiatan
pengawasan barang
dan jasa
-
Jumlah
rekomendasi
penataan sistem
distribusi
Stabilitasi
harga bahan
pokok yang
terkendali,
sehingga harga
tetap
terjangkau
sesuai kondisi
daya beli
masyarakat
-
Jumlah
pengembangan
pasar percontohan
13 unit
-
6 jenis
Penurunan
disparitas
harga bahan
pokok antar
provinsi,
sehingga
kelangkaan dan
penimbunan
bahan pokok
dapat
diminimasi
-
Jumlah rumusan
kebijakan dan
standar, norma,
kriteria dan
prosedur di bidang
pembinaan pasar
dan distribusi
Jumlah peraturan
teknis perdagangan
berjangka komoditi
(PBK), Sistem Resi
Gudang (SRG) dan
Pasar Lelang (PL)
-
Jumlah pengelola
Sistem Resi Gudang
(SRG)
ANGGARAN
1,149,652
Jumlah BPSK
yang
berfungsi
50 BPSK
2,443,753
1,826,685
Jumlah
produk ber
SNI wajib
yang diawasi
14 produk
Peningkatan
skor Logistic
Performance
Index (LPI)
dari tahun
2009
% Rata-rata
penurunan
koefisien
variasi harga
komoditi
Rasio variasi
harga
komoditi
tertentu di
dalam dan
luar negeri
0,5 poin
13,306,920
7 kegiatan
-
193 BAB IV PENUTUP URAIAN
Jumlah waralaba
lokal/UKM yang
terdaftar
(berdasarkan Surat
Tanda Pendaftaran
yang dikeluarkan
oleh Disperindag
Kab/Kota)
Fasilitasi
pembentukan BPSK
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME
URAIAN
TARGET
2
rekomendasi
15 peraturan
45 pengelola
Penurunan
disparitas
harga antar
provinsi
5%
<1
1,5
20,000,000
30,000,000
1,783,145
590,900
777,250
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 NO
PROGRAM
INDIKATOR KINERJA OUTPUT
SASARAN
-
7
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Perdagangan
Meningkatnya
kontribusi PDB
Industri kreatif
terhadap PDB
nasional
sebagai salah
satu alternatif
baru penggerak
ekonomi
nasional
-
-
-
-
194 BAB IV PENUTUP URAIAN
Jumlah cakupan
komoditi, daerah
dan kontributor
dalam sistem
informasi harga
Jumlah UKM kreatif
yang mengikuti
pameran DN dan
LN
Jumlah pelaku
ekonomi kreatif
yang diberikan
promosi/
pemasaran,
kemitraan,
fasilitasi,
penghargaan dan
akses pembiayaan
Jumlah brand
produk ekonomi
kreatif yang
dihasilkan
Jumlah promosi
produk dalam
negeri
TARGET
7 komoditi, 7
daerah, 160
orang
100 UKM
400 UKM
26 brand
4 kegiatan
INDIKATOR KINERJA
OUTCOME
URAIAN
TARGET
ANGGARAN
1,080,480
% konstribusi
industri
kreatif pada
PDB
2%
5,882,060
1,306,590
800,000
32,841,702
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
4. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)
(dalam ribuan rupiah)
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
Meningkatnya
pertumbuhan
ekspor non migas,
sebagai salah satu
sumber utama
pertumbuhan
nasional
REALISASI
3
4
7%
26,28%
1 rek.
1 PP
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
1 rek.
100%
816,285
800,000
1 PP
100%
937,800
930,800
1,966,930
1.900.000
% Pertumbuhan
ekspor non
migas nasional
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(Berdasarkan
perhitungan
moving
p.a.growth rate
s.d. Oktober
2010)
Jumlah
rekomendasi
kebijakan
peningkatan
ekspor dan
investasi
Jumlah PP
tentang
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Jumlah
peraturan
perdagangan
yang
dilimpahkan ke
KEK
Jumlah
penerbitan
eksportir
terdaftar
Jumlah
penerbitan
surat
persetujuan
ekspor
Jumlah
partisipasi pada
forum
kerjasama
komoditas
ekspor di
dalam dan luar
negeri
Jumlah
komoditi yang
diberikan
bimbingan
teknis di
bidang ekspor
Jumlah
rumusan
kebijakan
ekspor dan
impor
Jumlah
penerbitan
pengakuan
sebagai
Importir
Produsen (IP)
195 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
1 peraturan
1 peraturan
100%
243 ET
237 ET
97,53%
900 SPE
900 SPE
98,88%
22
partisipasi
forum
20 Forum
90,90%
1,035,984
1.000.000
14 komoditi
13 Komoditi
92,86%
2,693,011
2.200.000
19 kebijakan
17 Kebijakan
89,47%
3,296,883
3.000.000
2000 IP
1984 IP
99,20%
986,333
800,000
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
Diversifikasi
produk ekspor
nonmigas yang
semakin baik,
sehingga
ketergantungan
pada produk
ekspor tertentu
mjd berkurang
Penyederhanaan
perijinan
perdagangan luar
negeri
-
-
-
-
-
-
Meningkatnya
keunggulan
komparatif produk
ekspor Indonesia di
pasar global, yang
menunjukkan
semakin banyaknya
produk-produk
dalam negeri yang
mampu bersaing di
pasar global
-
-
-
-
% kontribusi
ekspor di luar
10 produk
utama
Jumlah laporan
hasil
identifikasi
komoditi
pertanian dan
kehutanan
Jumlah
perizinan
online
Jumlah hari
waktu
pelayanan
Jumlah
penerbitan
kebijakan
fasilitasi ekspor
dan impor
Jumlah sistem
elektronik
bidang fasilitasi
pelayanan
publik
Jumlah
pengguna (hak
akses)
perijinan
ekspor/impor
online yang
dilayani
melalui
INATRADE
Jumlah
bimbingan
teknis bidang
fasilitasi
perdagangan
Jumlah
komoditi
dengan RCA > 1
Jumlah
komoditi
ekspor yang
diawasi
mutunya
melalui
preshipment
inspection
Jumlah
penerbitan
Nomor
Pendaftaran
Barang (NPB)
dalam kerangka
pengawasan
mutu barang
impor melalui
pengawasan
pra-pasar
Jumlah
penerbitan
Nomor
Regristrasi
196 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
3
4
53%
50%
5 komoditi
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
5 komoditi
100%
642,380
572,000
4 kebijakan
4 kebijakan
100%
35,962
33,864
2 sistem
2 sistem
100%
1,145,046
1,137,000
1500
pengguna
1278
pengguna
85,20%
465,474
389,800
5 bimbingan
teknis
5 bintek
100%
1,668,640
1,650,000
590 komoditi
ekspor
450
3 komoditi
3 komoditi
100%
4,030,950
3,997,000
650 NPB
500 NPB
76,92%
570,400
550,000
100 NRP
95 NPB
95%
778,740
750,000
40 jenis
4 hari
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
-
-
-
-
-
Perbaikan citra
produk ekspor
Indonesia di pasar
global, yang pada
akhirnya akan
mendukung
kontinuitas dan
pertumbuhan
ekspor
-
-
Diversifikasi pasar
tujuan ekspor yang
semakin baik,
sebagai indikasi
berkurangnya
ketergantungan
ekspor pada suatu
negara tertentu,
sehingga
keberlanjutan
pertumbuhan
ekonomi semakin
baik
-
-
Produk (NRP)
dalam kerangka
pengawasan
mutu barang
produk dalam
negeri setara
dengan mutu
produk impor
Jumlah road
map kerjasama
lembaga
Penilaian
Kesesuaian
(LPK) baik
dalam maupun
luar negeri
Jumlah
Lembaga
Penilai
Kesesuaian
(LPK) yang
dipantau
Jumlah
kerjasama
bidang
pengujian mutu
barang dengan
pihak dalam
dan luar negeri
Jumlah
sertifikat mutu
barang yang
diterbitkan
Jumlah
penambahan
ruang lingkup
komoditi yang
diakreditasi
atau
disertifikasi
Skor dimensi
dalam Simon
Anholt Nation
Brand Index
(NBI)
Jumlah
pameran
dagang dalam
negeri
Jumlah promosi
dagang
internasional
yang diikuti
Concentration
ratio pada 5
negara tujuan
ekspor terbesar
(CR5)
Jumlah
penyelenggaraa
n ITPC
197 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
3
4
1 road map
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
0
road map
0%
390,500
102,000
20 LPK
15 LPK
75%
400,400
350,500
11
Kerjasama
9 Kerjasama
81,81%
144,600
141,700
28 Sertifikat
27 sertifikat
96,43%
753,472
749,800
9 komoditi
7 komoditi
77,78%
550,330
497,800
Skor 44
Skor 44
21 pameran
21 pameran
100%
18,825,150
18,799,900
57 pameran
57 pameran
100%
21,802,304
21,800,000
47%
47%
100%
20 ITPC
20 ITPC
100%
25,582,920
25,575,000
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
Meningkatnya
intensitas
keikutsertaan
Indonesia di
berbagai forum
internasional dan
meningkatnya hasil
perundingan yang
dihasilkan
diberbagai forum
internasional yang
mampu memberi
nilai tambah bagi
kepentingan
nasional
Jumlah hasil
perundingan
perdagangan
internasional
(agreement,
kerjasama
komoditi, MRA,
MoU, Agreed
Munutes,
Declaration,
Chair Report)
Jumlah
partisipasi
dalam
perundingan
perdagangan
internasional
dalam rangka
pembukaan,
peningkatan
dan
pengamanan
akses pasar
Jumlah
perundingan
bidang jasa
yang diikuti
Jumlah
partisipasi
perundingan
kerjasama
multilateral
Jumlah
partisipasi
perundingan
kerjasama
regional
Jumlah
partisipasi
perundingan
kerjasama
bilateral di
kawasan Asia,
Amerika dan
Australia
Jumlah
partisipasi
perundingan
kerjasama
bilateral di
kawasan Eropa,
Afrika dan
Timur Tengah
Jumlah
perizinan
online
perdagangan
dalam negeri
Jumlah hari
waktu
pelayanan
penyelesaian
perdagangan
dalam negeri
-
-
-
-
-
-
-
Penyederhanaan
perijinan
perdagangan dalam
negeri
-
-
198 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
3
4
140 hasil
perundingan
140 hasil
perundingan
40
perundingan
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
41
102,5
11.186.366
11.010.383
10
perundingan
10
100
425.000
400.618
30
perundingan
30
100
2,350,000
2,324.053
62
perundingan
62
100
4.350.000
4.320.455
20
perundingan
20
100
1.000,000
968.899
12
perundingan
12
Perundingan
100
1.800.000
1.784.413
12 jenis
6 hari
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
-
Meningkatnya
output sektor
perdagangan yang
senantiasa tumbuh
semakin positif
setiap tahunnya
-
-
-
-
-
Meningkatnya
kontribusi PDB
Industri kreatif
terhadap PDB
nasional sebagai
salah satu
alternatif baru
penggerak ekonomi
nasional
-
-
-
Jumlah
rumusan
kebijakan
pembinaan
usaha, lembaga
perdagangan
dan
pendaftaran
perusahaan
yang disusun
% Pertumbuhan
PDB sektor
perdagangan
Jumlah
waralaba asing
yang terdaftar
(berdasarkan
Surat Tanda
Pendaftaran
yang
dikeluarkan
oleh
Kemendag)
Jumlah
waralaba
lokal/UKM yang
terdaftar
(berdasarkan
Surat Tanda
Pendaftaran
yang
dikeluarkan
oleh
Disperindag
Kab/Kota)
Jumlah Gudang
yang Masuk
dalam Skema
SRG
Jumlah
cakupan
komoditi,
daerah dan
kontributor
dalam sistem
informasi harga
% Konstribusi
industri kreatif
pada PDB
Jumlah UKM
kreatif yang
mengikuti
pameran DN
dan LN
Jumlah pelaku
ekonomi
kreatif yang
diberikan
promosi/
pemasaran,
kemitraan,
fasilitasi,
penghargaan
dan akses
pembiayaan
199 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
3
4
10 kebijakan
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
10
100%
8,100,377
8,000,000
126 waralaba
asing
125
100%
2,521,608
2,500,000
51 waralaba
lokal
50
98,04%
1,149,652
1,125,000
45 gudang
24 gudang
53,33%
2,346,890
2,295,628
7 komoditi,
7 daerah,
160 orang
7 komoditi,
7 daerah,
160 orang
100%
1,080,480
1,064,529
2%
2%
100 UKM
100 UKM
100%
5,882,060
5,880,000
400 UKM
398
99,5%
1,306,590
1,305,500
3,4%
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
2
-
Terbentuknya
lembaga yang
dapat melindungi
konsumen dari
praktek
perdagangan yang
merugikan
konsumen
-
-
Semakin
intensifnya
pengawasan
terhadap produk
yang diharuskan
memiliki SNI wajib,
sehingga produk
yang dikonsumsi
masyarakat
semakin terjamin
kualitasnya
-
-
Peningkatan
kinerja logistik
Indonesia
-
Stabilitasi harga
bahan pokok yang
terkendali,
sehingga harga
tetap terjangkau
sesuai kondisi daya
beli masyarakat
-
-
-
Jumlah brand
produk
ekonomi
kreatif yang
dihasilkan
Jumlah promosi
produk dalam
negeri
Jumlah BPSK
yang berfungsi
Fasilitasi
pembentukan
BPSK
Jumlah
rumusan
kebijakan dan
standar,
norma, kriteria
dan prosedur di
bidang
perlindungan
konsumen
Jumlah produk
ber SNI wajib
yang diawasi
Jumlah
rumusan
kebijakan,
standar, norma
dan pedoman
pengawasan
barang dan
jasa
Jumlah
kegiatan
pengawasan
barang dan
jasa
Peningkatan
skor Logistic
Performance
Index (LPI) dari
tahun 2009
Jumlah
rekomendasi
penataan
sistem
distribusi
% Rata-rata
penurunan
koefisien
variasi harga
komoditi
Rasio variasi
harga komoditi
tertentu di
dalam dan luar
negeri
Jumlah
pengembangan
pasar
percontohan
200 BAB IV PENUTUP RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
3
4
26 brand
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
26
100%
800,000
790,000
4 kegiatan
4 Kegiatan
100%
32,841,702
31,840,000
50 BPSK
50
5 BPSK
5
100%
2,443,753
2,440,000
5 rumusan
5
100%
1,826,685
1,820,000
14 produk
14
11 kebijakan
11
13,306,920
13,300,000
100%
20,000,000
19,900,000
92,3%
30,000,000
29,000,000
7 kegiatan
7
0,5 poin
0,49
2
rekomendasi
2
5%
4,3%
<1
0,3
13 unit
12
100%
100%
2010 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
RENCANA
TINGKAT
CAPAIAN
(TARGET)
REALISASI
2
3
4
-
Jumlah
rumusan
kebijakan dan
standar,
norma, kriteria
dan prosedur di
bidang
pembinaan
pasar dan
distribusi
6 jenis
6
-
Penurunan
disparitas
harga antar
provinsi
1,5 - 2,5
1,74
-
Jumlah
peraturan
teknis
perdagangan
berjangka
komoditi (PBK),
Sistem Resi
Gudang (SRG)
dan Pasar
Lelang (PL)
15 peraturan
12
INDIKATOR
PENCAPAIAN
SASARAN
SASARAN
1
Penurunan
disparitas harga
bahan pokok antar
provinsi, sehingga
kelangkaan dan
penimbunan bahan
pokok dapat
diminimasi
201 BAB IV PENUTUP PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET
ANGGARAN
RENCANA
REALISASI
5
6
7
100%
1,783,145
1,776,400
80%
590,900
584,456
LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 5. Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri
Jumlah
Peraturan
12
Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Harga Patokan Ekspor
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 58/M-DAG/PER/12/2010
Tentang Ketentuan Impor Barang Modal Bukan Baru.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 57/M-DAG/PER/12/2010
Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 54/M-DAG/PER/12/2010
Tentang Ketentuan Impor Besi Atau Baja.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/9/2009
Tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian
Minuman Beralkohol.
1
Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor: 52/M-DAG/PER/12/2010 Nomor: PB. 02/MEN/2010
Tentang Larangan Impor Udang Spesies Tertentu Ke Wilayah Republik Indonesia.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 39/M-DAG/PER/10/2010
Tentang Ketentuan Impor Barang Jadi Oleh Produsen.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 38/M-DAG/PER/10/2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006
Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.
1
Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor: 26/M-DAG/PER/6/2010 Nomor: PB.01/MEN/2010
Tentang Larangan Sementara Impor Udang Spesies Tertentu Ke Wilayah Republik
Indonesia.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 23/M-DAG/PER/5/2010
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/MDAG/PER/12/2008 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 17/M-DAG/PER/3/2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal
Importir (API).
1
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 11/M-DAG/PER/3/2010 tentang Ketentuan Impor
Mesin, Peralatan Mesin, Bahan Baku, Cakram Optik Kosong dan Cakram Optik Isi.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 05/M-DAG/PER/2/2010 tentang Pencabutan
Permendag Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 16/M-DAG/PER/2/2010 tentang
Larangan Sementara Impor Babi dan Produk Turunannya.
1
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 02/M-DAG/PER/1/2010 tentang perubahan atas
Permendag No. 23/M-DAG/PER/6/2009 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk
Tekstil
202 BAB IV PENUTUP LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 6. Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag Nomor : 40/MDAG/PER/10/2010
No
Jenis Perijinan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Importir Produsen Besi atau Baja Importir Produsen Beras Importir Produsen Gula Importir Produsen Pelumas Importir Produsen Tekstil Importir Produsen Etilena Importir Produsen Garam Importir Produsen Plastik Importir Produsen Bahan Berbahaya Importir Bahan Perusak Ozon Importir Produsen Limbah Non B3 Importir Produsen Nitrocellulose Importir Produsen Prekursor Non Pharmasi Importir Produsen PCMX Importir Terdaftar Besi atau Baja Importir Terdaftar Produk Tertentu Importir Gula Kristal Putih Importir Cakram Optik Importir Terdaftar Mesin Multifungsi Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna Dan Mesin Printer Berwarna Importir Terdaftar Intan Kasar Importir Terdaftar Minuman Beralkohol Importir Terdaftar Sacharin dan Garamnya Importir Terdaftar Garam Importir Terdaftar Nitrocellulose (NC) Importir Terdaftar Prekursor Non Pharmasi Importir Terdaftar Bahan Perusak Ozon (BPO) Importir Terdaftar Bahan Peledak Industri (Komersial) Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) Persetujuan Impor Barang Hibah Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru Persetujuan Impor Barang Sementara Persetujuan Impor Tidak Re ‐ Ekspor Barang Ex ‐ Impor Sementara Persetujuan Impor Tabung LPG 3 Kg 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 203 BAB IV PENUTUP SLA (Service Level Arrangement = Hari)
Non
Manual
IJP
Umum
Prioritas
7 5 10 7 5 5 10 7 5 10 5 10 1 1 1 1 1 1 1 1 4 7 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 7 6 6 10 4 5 6 7 7 5 10 7 4 1 1 1 1 5 3 3 3 3 6 5 5 5 5 10 1 3 5 10 5 5 10 10 1 1 1 1 4 3 3 3 3 5 5 5 5 5 6 10 4 5 6 10 4 5 6 7 4 5 6 5 5 1 1 3 3 5 5 5 1 3 5 5 1 3 5 5 1 3 5 10 1 3 5 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 No
Jenis Perijinan
34 Persetujuan Impor Beras 35 Persetujuan Impor Cengkeh Persetujuan Impor Gula Kristal Putih 36 (Plantation White Sugar) 37 Persetujuan Impor Cakram Optik Persetujuan Impor Mesin Multifungsi 38 Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna Dan Mesin Printer Berwarna 39 Persetujuan Impor Minyak dan Gas Bumi 40 Persetujuan Impor Minuman Beralkohol Persetujuan Impor Sacharin dan 41 Garamnya 42 Persetujuan Impor Pupuk Bersubsidi 43 Persetujuan Impor Garam Industri 44 Persetujuan Impor Intan Kasar 45 Persetujuan Impor Siklamat 46 Persetujuan Impor Bahan Berbahaya (B2) Persetujuan Impor Bahan Peledak Industri 47 (Komersial) Persetujuan Impor Bahan Perusak Ozon 48 (BPO) 49 Persetujuan Impor Nitro Cellulose (NC) Persetujuan Impor Prekursor Non 50 Pharmasi 51 Persetujuan Impor Tanpa API Persetujuan Impor Tanpa NPIK Untuk 52 Barang Kiriman Daftar Produsen Yang Dapat Mengimpor 53 Barang Jadi 204 BAB IV PENUTUP SLA (Service Level Arrangement = Hari)
Non
Manual
IJP
Umum
Prioritas
5 10 1 1 3 3 5 5 10 1 3 5 7 1 3 5 10 1 3 5 7 5 1 1 3 3 5 5 7 1 3 5 7 10 10 10 10 1 1 1 1 4 3 3 3 3 5 5 5 5 5 6 10 4 5 6 10 4 5 6 10 4 5 6 10 4 5 6 5 1 3 5 5 1 3 5 5 1 3 5 LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2010 7. Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun 2010
(Ribu US$) NO
IPSKA
T A H U N 2010
Total
1
D.I. Yogyakarta
Jan-Mar
37,500.13
Apr-Jun
34,735.89
Jul-Sep
33,348.03
Okt-Des
35,111.84
2
3
4
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
475,497.35
641,021.67
350,137.23
547,905.71
651,587.42
392,155.85
528,246.97
697,557.79
461,943.74
595,210.75
821,833.36
601,983.71
2,146,860.79
2,812,000.24
1,806,220.53
140,695.89
5
Jakarta Timur
419,247.50
438,016.79
489,416.98
591,688.59
1,938,369.86
6
Jakarta Utara
415,673.22
449,380.51
525,891.46
732,116.84
2,123,062.03
7
Kab. Bandung
44,195.36
49,982.65
59,353.83
59,625.39
213,157.24
8
Kab. Bekasi
459,275.31
453,278.52
399,095.84
427,613.25
1,739,262.92
9
Kab. Bogor
111,265.50
131,895.53
113,267.14
131,404.67
487,832.84
10
Kab. Cirebon
41,033.73
56,402.47
58,124.39
48,000.24
203,560.82
11
Kab. Tangerang
211,480.90
237,785.10
251,593.19
356,057.93
1,056,917.12
12
Kbn. Cakung
134,967.12
117,691.33
107,421.11
100,771.69
460,851.25
13
Kbn. T. Priok
22,759.16
19,746.20
19,763.11
24,934.11
87,202.57
14
Kota Batam
16,384.04
16,369.06
13,287.83
13,560.40
59,601.33
15
Kota Surakarta
105,463.63
124,549.63
111,001.89
119,100.82
460,115.98
16
Otorita Batam
272,844.17
316,344.50
345,580.40
395,156.58
1,329,925.65
189,961.13
101,781.76
97,075.84
90,779.40
479,598.13
1,306,963.13
1,347,315.70
1,231,303.24
1,228,100.32
5,113,682.39
328,962.80
339,983.62
337,764.80
342,938.98
1,349,650.20
572,784.81
591,394.82
2,195,052.03
1,909,478.29
2,279,464.42
8,308,619.79
707,935.35
821,391.44
3,409,714.78
17
Prop. Bali
18
Prop. DKI Jakarta
19
Prop. Jabar
20
Prop. Jateng
509,154.20
521,718.19
21
Prop. Jatim
2,246,745.35
1,872,931.73
Prop. Kalsel
1,071,351.28
809,036.71
22
23
Prop. Kalitim
793,819.86
787,543.07
895,964.70
1,019,345.32
3,496,672.95
24
25
26
Prop. Lampung
Prop. Riau
Prop. Sulsel
397,814.03
196,072.17
212,125.93
480,529.44
237,758.79
121,381.70
736,935.69
243,356.71
274,439.74
798,674.96
338,212.73
165,473.18
2,413,954.12
1,015,400.40
773,420.55
27
28
Prop. Sumbar
Prop. Sumut
TOTAL
369,615.37
1,540,827.85
554,689.88
2,087,099.47
12,922,159.13
418,011.11
1,649,674.68
13,299,597.21
547,950.53
2,368,357.92
13,289,618.69
1,890,266.89
7,645,959.91
15,646,254.18
205 BAB IV PENUTUP 
Download