bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
“ Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. ”
2. Menurut Komaruddin :
“ Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan
menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing satu keseluruhan yang
terpadu. “
3. Sedangkan menurut Kamus Akuntansi :
“ Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayatayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan
tentang perbedaan yang muncul. “
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan berfikir
untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga
dapat diketahui ciri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain
serta fungsi masing-masing bagian dari keseluruhan.
12
13
2.2 Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling
lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu tranksaksi.
Tranksaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli
aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang
diperlukan perusahaan. Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan
“ laba ”.
Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk operasi perusahaan
sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun untuk pembelian aktiva tetap
memiliki sifat kontinyu dan tidak kontinyu. Kebutuhan kas yang terus menerus
(kontinyu) seperti pembelian bahan baku dan bahan pembantu, membayar upah
dan gaji, membeli supplies kantor habis pakai, dana dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan kas yang tidak kontinyu atau tidak rutin seperti pembelian kas untuk
aktiva tetap, pembayaran angsuran hutang, pembayaran deviden, pemberian pajak,
dan sebagainya. Kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran tersebut di atas
merupakan aliran kas keluar (cash outflow) atau termasuk dalam pembelanjaan
aktif.
Adapun aliran kas masuk (cash inflow) atau termasuk dalam pembelanjaan
pasif merupakan sumber-sumber dari mana kas diperoleh. Seperti pada aliran kas
keluar aliran kas masuk juga ada yang sifatnya terus menerus (rutin) dan tidak
terus menerus (tidak rutin). Aliran kas masuk yang kontinyu (rutin) sebagian besar
berasal dari penjualan produk perusahaan yang dijual secara tunai. Di samping itu
juga penerimaan-penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan
14
penjualan kredit yang dilakukan. Adapun penerimaan kas yang tidak rutin antara
lain peneriman uang dari sewa gedung, penjualan aktiva yang tidak terpakai,
penerimaan modal saham dari para investor, penerimaan hutang atau kredit dari
bank, dan penerimaan bunga.
Adapun jenis-jenis kas yang lainnya
- Dana Kas Kecil
Masalah kas dari suatu perusahaan begitu banyak meliputi jumlah kas
yang cukup besar. Agar frekuensi yang berkaitan dengan kas berkurang, maka
perusahaan dapat membentuk dana kas kecil untuk pembayaran-pembayaran yang
jumlahnya relatif kecil. Bila dana kas kecil sudah menipis, maka jumlah tersebut
akan ditambah lagi oleh kas pusat. Dalam penerapan kas kecil ada dua alternatif
yaitu :
- Sistem dana tetap (Imprest system of cash fund).
- Sistem dana berubah (Fluctuation system).
2.2.1 Pengertian Kas
Kas adalah aktiva perusahaan yang selalu berputar ke segenap bagian
dalam tubuh perusahaan. Kas merupakan media pertukaran dan dasar untuk
mengukur perkiraan yang terdapat di dalam laporan keuangan karena kas bersifat
relevan, sederhana serta dipakai secara universal di dalam menilai parubahan
modal dan pertukaran barang dan jasa. Kas juga dimasukkan sebagai aktiva lancar
karena kas memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, bahkan paling tinggi diantara
semua aktiva perusahaan yang ada. Oleh karena itu, di dalam mengelola kas harus
15
diterapkan suatu pengendalian yang baik atas kas, karena kas sering dijadikan alat
untuk melakukan penyelewengan dan kecurangan.
Pengertian kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1995-2.2) adalah
sebagai berikut : " Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan."
Jadi dengan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa kas terdiri dari uang
tunai yang ada di perusahaan baik yang ada di dalam kas kecil maupun dana-dana
kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek yang belum disetor ke
bank serta item-item lainnya yang dapat disamakan dengan kas, artinya dapat
digunakan sebagai alat tukar atau dapat diterima sebagai simpanan.
Pengertian kas menurut Standar Akuntansi Keuangan (1996-PSAK 9.2)
menyebutkan bahwa : " Yang dimaksud dengan kas adalah alat pembayaran yang
siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan".
Pengertian kas menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002-PSAK 31.3)
menyebutkan bahwa : " Kas adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah
maupun valuta asing yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.”
Pengertian kas adalah termasuk mata uang rupiah dan valuta asing yang
ditarik dari peredaran dan yang masih dalam masa tenggang untuk pertukaran ke
Bank Indonesia atau Bank Sentral Negara yang bersangkutan. Sementara
pengertian kas tersebut tidak termasuk emas batangan dan uang logam yang
diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional.
16
Bentuk kas yang sangat mudah untuk disembunyikan dan mudah untuk
dipertukarkan (transferable). sehingga jika hilang dan sulit untuk melacaknya.
Karena faktor risiko tinggi yang melekat pada kas tersebut, sehingga dibutuhkan
tindakan-tindakan pengendalian dan pengamanan yang baik
2.2.2 Sifat dan Komposisi Kas
Menurut Smith and Skousen (1992:267) sifat dan komposisi kas adalah
sebagai berikut :
" To be reported as " cash ", an item must be readily available and not restricted
for use in the payment of current obligations. Item that are classified as cash
include coin and currency on hand and unrestricted funds available on deposit in
a bank, which are often called demand deposits since they can be withdrawn upon
demand."
Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk dilaporkan
sebagai " Kas ", harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiban saat ini dan
harus bebas dari pembatasan kontrak yang membatasi penggunaannya untuk
penyelesaian hutang. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dana yang tersedia
pada simpanan pada bank, cek dan giro bilyet.
Kelancaran pembiayaan perusahaan, terutama tergantung oleh ada
tidaknya uang tunai. Uang tunai yang ada dalam perusahaan harus tersedia dengan
cukup. Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki petty cash fund atau dana kas
kecil untuk sejumlah kecil pengeluaran sehari-hari. Ada beberapa motif untuk
menahan uang kas dalam perusahaan yaitu :
17
1. Motif Transaksi
Motif menahan uang kas yang digunakan perusahaan untuk menyelenggarakan
kegiatan sehari-hari seperti pembelian dan penjualan.
2. Motif Berjaga-jaga
Motif menahan uang kas yang diperlukan untuk kemungkinan kebutuhan
mendadak.
3. Motif Spekulasi
Motif menahan uang kas untuk spekulasi yang diperlukan jika perusahaan
harus mengadakan transaksi yang dapat menghasilkan laba atau kesempatan
bisnis yang menguntungkan.
2.2.3 Fungsi Kas
Kas adalah aktiva yang tidak produktif oleh karenanya harus dijaga, agar
jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada uang kas yang menganggur.
Daya beli uang bisa berubah-ubah mungkin naik atau turun, tetapi kenaikan atau
penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali terhadap
kas.
Kas juga menjadi begitu penting, karena baik perorangan, perusahaan dan
bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi likuiditas yang memadai, yaitu
mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar
kewajibannya pada saat jatuh tempo agar aktivitas operasional perusahaan yang
bersangkutan dapat terus berlangsung.
18
Fungsi kas menurut Keiso and Weygandt (1998:332) adalah
" cash, the most liquid assets is the standard medium of exchange and the basic
for measuring and accounting for all other items."
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kas adalah
1. Memberi dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pos-pos yang lain
dalam neraca.
2. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian, maka kas dapat
terlibat secara langsung dalam hampir semua transaksi usaha.
3. Untuk mengetahui posisi likuiditas perusahaan.
2.2.4 Pengelolaan Kas
Pengelolaan kas atau manajemen kas merupakan salah satu fungsi
manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kas. Pengelolaan kas dapat
dianggap sebagai suatu fungsi keuangan yang mendasar dalam kebanyakan
perusahaan karena kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha sehari-hari,
maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan operasi perusahaan. Jumlah
kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran usaha sehari-hari, maupun bagi
keperluan yang menunjang pelaksanaan keputusan-keputusan strategis berjangka
panjang, seperti usaha penelitian dan pengembangan, usaha perluasan kapasitas,
dan sebagainya.
Tujuan utama perusahaan dalam mengelola kas pada dasarnya adalah
meminimalkan risiko perusahaan dalam keadaan insolvency, yaitu keadaan
19
perusahaan yang tidak mampu lagi untuk membayar hutang-hutang tepat pada
waktunya. Dalam keadaan demikian, perusahaan secara teknis dapat dikatakan
bangkrut.
Jumlah kas yang berlebihan atau kurang, keduanya mempunyai akibat
negatif bagi perusahaan. Kekurangan kas dapat mengakibatkan tidak terbayarnya
berbagai kewajiban, seperti hutang gaji dan hutang bank, hutang dagang kepada
supplier, dan sebagainya. Jelas hal ini akan menurunkan produktivitas kerja serta
merugikan nama baik perusahaan di mata supplier, sebaliknya kas yang
berlebihan berarti menyerap dana modal kerja yang langka dan mahal, sehingga
menaikkan beban tetap perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk mencapai tujuan dari pengelolaan
kas, harus didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Adanya anggaran kas yang direncanakan dengan baik yaitu dengan
mengestimasi penerimaan dan pengeluaran kas untuk periode yang akan
datang.
2. Adanya pengelolaan atas penerimaan dan pengeluaran kas.
3. Investasi yang terarah atas dana yang berlebihan.
4. Menjalin hubungan yang baik dengan bank.
5. Adanya pengendalian intern kas atas penerimaan dan pengeluaran kas.
Alasan perlunya dilakukan pengelolaan dan pengendalian kas adalah
sebagai berikut :
1. Kas merupakan aktiva lancar yang mudah sekali disalahgunakan. Pengendalian
terhadap kas harus dibentuk dan diciptakan untuk meyakinkan bahwa kas milik
20
perusahaan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh seseorang
dalam hubungannya dengan perusahaan
2. Jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus diatur secara hati-hati
sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kas pada suatu waktu.
Pengeluaran kas secara harian, seperti membayar seluruh keperluan dan jasa
yang diperlukan atau dibeli oleh perusahaan dan menyelesaikan seluruh
kewajibannya jika jatuh tempo, mengharuskan suatu dan kas yang memadai
yang harus tetap dipertahankan untuk kebutuhan tersebut.
Pada sisi lain, kas bukan merupakan aktiva yang produktif (dimiliki tetapi
tidak dapat memberikan pengembalian), sehingga tidak perlu memegang uang
dalam jumlah yang besar yang melebihi jumlah yang dibutuhkan secara harian
dan suatu jumlah tertentu untuk berjaga-jaga. Kas yang lebih dari suatu jumlah
yang dibutuhkan, harus diinvestasikan dalam surat berharga yang memberikan
penghasilan / dalam aktiva produktif lainnya.
2.2.5 Pengelolaan atas Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001:456), Penerimaan kas terdiri dari jaringan
prosedur sebagai berikut :
" a) Prosedur penerimaan kas dari penjualan tunai.
b) Prosedur penerimaan kas dari piutang.
c) Prosedur penyetoran kas ke bank."
Sumber penerimaan kas dalam perusahaan manufaktur berasal dari
penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Dalam pengendalian intern yang
21
baik, setiap penerimaan kas harus disetor dalam jumlah penuh ke bank pada hari
yang sama atau hari kerja berikutnya. Tidak diperkenankan melakukan
pengeluaran kas dari kas yang diterima dari sumber-sumber tersebut. Dengan
demikian catatan penerimaan kas di dalam jurnal penerimaan kas dapat
direkonsiliasi dengan catatan setoran ke bank yang terdapat dalam rekening koran
bank. Dengan kata lain, catatan kas perusahaan dapat dicek ketelitian dan
keabsahannya dengan cara membandingkan dengan catatan bank.
Prosedur pencatatan penerimaan kas yang dapat digunakan adalah :
a) Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi penerimaan kas dan setiap penerimaan
kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
b) Diadakan pemisahan fungsi penerimaan kas dan fungsi pencatatan kas.
c) Diadakan pengawasan ketat terhadap fungsi penerimaan kas, selain itu
setiap hari dibuat laporan kas.
2.2.6 Pengelolaan atas Pengeluaran Kas
Menurut Mulyadi (2001:515), Pengeluaran kas terdiri dari jaringan
prosedur sebagai berikut :
" a) Prosedur pembuatan bukti kas keluar.
b) Prosedur pembayaran kas.
c) Prosedur pencatatan pengeluaran kas. "
Pengendalian intern yang baik mengharuskan setiap pengeluaran kas
dilakukan dengan cek. Untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil
dilakukan melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan sistem imprest.
22
Pengeluaran kas dengan cek dapat menjamin diterimanya pembayaran
tersebut oleh perusahaan yang berhak menerimanya dan memungkinkan
dilibatkannya pihak ketiga (dalam hal ini bank) untuk ikut serta mengawasi
pengeluaran kas. Dengan demikian, sistem pengeluaran kas ini hanya akan
menyangkut pengeluaran kas dengan cek saja, sedangkan kas yang tidak dapat
dilakukan dengan cek diatur dalam sistem kas kecil.
Prosedur pengawasan yang penting adalah :
a) Semua pengeluaran kas menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran-
pengeluaran kecil dibayar dengan kas kecil.
b) Dibentuk kas kecil yang diawasi ketat.
c) Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti (dokumen)
yang lengkap.
d) Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu.
e) Diharuskan membuat laporan kas harian.
2.2.7 Efektivitas Pengelolaan Kas
Pengertian efektivitas menurut Arens and Loebbecke (1997:792) adalah
sebagai berikut :
" Effectiveness refers to the resources used to achieve these objectives. "
Definisi di atas menerangkan bahwa efektivitas menunjukkan sumberdaya
yang digunakan untuk mencapai tujuannya.
Sedangkan menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas diuraikan sebagai
berikut : " Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan
23
(atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu."
Sedangkan
yang
dimaksud
dengan
pengelolaan
kas
adalah
memaksimalkan uang yang tersedia dan pendapatan bunga yang menganggur dan
termasuk pencegahan terhadap kesalahan pada perkiraan kas, merupakan langkah
awal yang baik untuk mencegah kesalahan yang terjadi dalam mengelola kas serta
pada perkiraan-perkiraan lainnya.
Jadi dapat dikatakakan bahwa efektivitas pengelolaan kas adalah
kemampuan suatu perusahaan atau organisasi untuk mencegah terjadinya suatu
kesalahan pada perkiraan kas dan kemampuan suatu perusahaan atau organisasi
untuk memaksimalkan uang yang tersedia dan pendapatan bunga dalam
menjalankan aktivitas operasionalnya.
2.2.8 Anggaran Kas
Anggaran kas (cash budget) merupakan skedul yang menyajikan perkiraan
aliran kas masuk dan aliran kas keluar suatu perusahaan selama periode tertentu
pada waktu yang akan datang. Periode penyusunan anggaran kas ini dapat disusun
untuk waktu tahunan triwulan, bulanan, mingguan atau harian. Namun, pada
umumnya perusahaan menggunakan anggaran kas bulanan yang disusun untuk
jangka waktu 3 bulan, 6 bulan sampai 12 bulan. Anggaran kas untuk jangka waktu
yang lebih panjang digunakan untuk perencanaan yang bersifat umum dan
menyeluruh, sedangkan anggaran jangka waktu yang lebih pendek biasanya untuk
pengendalian kas yang bersifat nyata dan spesifik.
24
2.2.9 Penyusunan Anggaran Kas
Yaitu estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan
datang. Pada dasarnya budget kas dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari : hasil penjualan tunai,
piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, dividen, hasil penjualan aktiva
tetap, dan penerimaan-penerimaan lain.
2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk pembelian bahan mentah,
pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya
penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran bunga, deviden, pajak,
premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran lain-lain.
Budget kas juga harus disusun supaya pimpinan perusahaan dapat
mengetahui :
1. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan.
2. Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasinya
perusahaan.
3. Besarnya dana beserta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup
defisit kas.
4. Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Penyusunan budget kas biasanya dilakukan dengan beberapa cara :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional
perusahaan.
25
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau
sumber dana-dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena
rencana operasi perusahaan.
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah
adanya tranksaksi finansial, dan budget kas yang final ini merupakan gabungan
dari tranksaksi operasional dan tranksaksi finansial yang menggambarkan
estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Rasio Finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan
perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan
data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba /
rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor
untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian
informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain
dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah
ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa
26
lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di
masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain
dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat
memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan
keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja
tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan
yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas,
dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur,
analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh
perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keungannya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor
dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Dengan menggunakan analisis rasio akan membantu stakeholder dalam
hal :
1. Memberikan dasar dalam meramalkan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang.
2. Memberikan petunjuk atau gejala-gejala yang timbul dari informasi yang
disajikan.
3. Memudahkan dalam menginteprestasikan laporan keuangan.
Rasio keuangan merupakan suatu bentuk rumusan matematis yang
menunjukan hubungan diantara angka-angka tertentu. Dalam analisis keuangan
angka-angka berasal dari data-data keuangan, analisis rasio mampu menjelaskan
27
hubungan antara variabel-variabel yang bersangkutan sehingga dapat digunakan
untuk menilai kondisi keuangan
Analisis rasio pada dasarnya terdiri dari dua macam perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu dengan cara
membandingkan rasio-rasio keuangan dari satu perusahaan tertentu dengan
rasio keuangan yang sama dari perusahaan lain yang sejenis / industri (rasio
industri) dalam waktu yang sama.
2. Perbandingan
Internal
(Time
Series
Analysis)
yaitu
dengan
cara
membandingkan rasio-rasio dan waktu-waktu tertentu dengan rasio dari waktuwaktu sebelumnya dari perusahaan yang sama, cara ini akan memberikan
informasi
rasio
dari
waktu
kewaktu
sehingga
dapat
diketahui
perkembangannya dan untuk proyeksi dimasa yang akan datang.
Rasio-rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar,
yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya
2. Rasio Leverage (Hutang)
Rasio hutang digunakan untuk mengukur seberapa besar operasi perusahaan
dibiayai dari hutang
3. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas operasi perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada.
28
4. Rasio Profitabilitas (Rentabilitas)
Yaitu
rasio
untuk
mengukur
efektivitas
operasi
perusahaan
dalam
menghasilkan laba.
5. Rasio Penilaian
Yaitu nisbah untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai
perusahaan.
Rasio keuangan menurut Skousen, (2001:69) bertujuan untuk menekan
bahwa pembuatan dari laporan keuangan oleh akuntan bukanlah akhir dari proses,
tetapi awal. Laporan kemudian dianalisis oleh penanam modal, kreditur, dan
manajemen untuk mendeteksi tanda adanya kinerja yang kurang dan
memperkirakan bagaimana perusahaan akan dilakukan dimasa yang akan datang.
Kebenaran untuk mengartikan rasio tergantung pada perbandingan nilai
rasio perusahaan dengan nilai untuk perusahaan yang sama dalam tahun
sebelumnya, sama seperti untuk menilai perusahaan lain dalam industri yang
sama.
Menurut Dwi Prastowo, (1995:54), “ Suatu rasio mengungkapkan
hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau
perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. ”
Sedangkan untuk jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Rasio Likuiditas.
2. Rasio Rentabilitas.
29
2.3.1 Rasio Rentabilitas
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak
manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk menentukan
tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan analisis
rentabilitas yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
antara laba diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal, dalam hal ini
penulis akan mengemukakan beberapa pendapat antara lain :
Menurut pendapat S. Munawir (2004:33), pengertian tentang rentabilitas
sebagai berikut : ” Rentabilitas atau probabilitas adalah menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (Bambang Riyanto, 1995:27)
memberikan pengertian rentabilitas adalah sebagai berikut : ” Rentabilitas suatu
perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. ”
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas suatu
perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang
bersangkutan
untuk
mendapatkan
keuntungan.
Oleh
karena
rentabilitas
merupakan pencermian efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal
kerjanya, maka cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi
suatu perusahaan merupakan cara yang baik.
30
Dengan demikian jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap
perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset
rentabilitas sesuai dengan standar.
Menurut Abbas Kartadinata (1983:66), pada dasarnya profitabilitas dapat
di bagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Perbandingan laba terhadap penjualan.
2. perbandingan laba terhadap aktiva.
Perbandingan antara laba dengan penjualan dikenal dengan profit on sales,
sedangkan perbandingan antara laba dengan aktiva dikenal dengan return on
assets, sering juga disebut dengan rentabilitas.
2.4 Rentabilitas
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak
manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk menentukan
tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan analisis
rentabilitas yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
2.4.1 Pengertian Rentabilitas
Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal, dalam hal ini
penulis akan mengemukakan beberapa pendapat antara lain :
31
Menurut pendapat S. Munawir, pengertian tentang rentabilitas sebagai
berikut : “ Rentabilitas atau Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto memberikan pengertian rentabilitas
adalah sebagai berikut : “ Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Menurut Alex S. Nitisemito mengatakan sebagai berikut :
“ Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan
persentase.”
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas
suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang
bersangkutan
untuk
mendapatkan
keuntungan.
Oleh
karena
rentabilitas
merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal
kerjanya, maka cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi
suatu perusahaan merupakan cara yang baik. Dengan demikian maka jelaslah
bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu
perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap perusahaan dalam
operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset rentabilitas sesuai
dengan standar.
32
Menurut Bawsir (1997:173) yang dimaksud rentabilitas adalah “
Kemampuan dalam menghasilkan laba, baik dengan menggunakan data eksternal
maupun dengan data internal. ” Dari pernyataan tersebut dapat diambil
kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase.
2.4.2 Rentabilitas Ekonomis (Earning Power)
Profitabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dengan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase dengan demikian profitabilitas ekonomi
menujukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan seluruh modal
yang bekerja didalamnya. Modal yang dipergunakan dalam menghitung
profitabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan demikian
pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanya
laba yang berasal dari operasi perusahaan operating profit. Oleh karena itu, laba
yang diperoleh diluar perusahaan atau dari efek tidak diperhitungkan dalam
menghitung profitabilitas ekonomi, bagi perusahaan disamping laba profitabilitas
merupakan masalah yang penting karena laba yang besar belum merupakan
ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi
baru dapat diketahui dengan membandingkan dengan modal yang digunakan.
Jadi yang dimaksud dengan rentabilitas ekonomis adalah perbandingan
antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Oleh karena
33
pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu
perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.
” Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba
dari keseluruhan modal, baik modal asing maupun sendiri yang digunakan
menghasilkan laba tersebut ”, (Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo, 1998:255).
Laba yang besar bukanlah suatu ukuran bahwa perusahaan telah dapat
bekerja
dengan
efisien.
Efisien
baru
dapat
digunakan
atau
dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang digunakan atau dengan
menghitung rentabilitasnya.
Menurut Bambang Riyanto (1995:30), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas
ekonomis ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu :
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales,
perbandingan dimana dinyatakan dengan persentase.
2. Turnover of operating assets (tingkatan perputaran aktiva usaha) yaitu
kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertntu. Turnover
tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating
assets.
Untuk dapat meningkatkan rentabilitas ekonomis atau earning power dari
suatu perusahaan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning power
adalah sebagai berikut :
34
1. Profit margin
Yang dimaksud dengan profit margin adalah perbandingan antara net operating
income dengan sales atau penjualan bersih dan dinyatakan dalam persentase,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
‫܉܊܉ۺ‬۰‫ܓ܉ܒ܉۾ܐ܉ܔ܍ܜ܍܁ܐܑܛܚ܍‬
ࡺ ࢋ࢚ࡼ࢘࢕ࢌ࢏࢚ࡹ ࢇ࢘ࢍ࢏࢔ ൌ ‫ܖ܉ܔ܉ܝܒܖ܍۾‬۰‫ܐܑܛܚ܍‬
2. Turnover operating asset (Tingkat perputaran modal usaha)
Yaitu dengan cara membandingkan antara net sales atau penjualan bresih
dengan operating asset atau modal usaha, dan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
ࢀ࢕࢚ࢇ࢒ࢇ࢙࢙ࢋ࢚࢙ࢀ࢛࢘࢔࢕࢜ࢋ࢘ ൌ
‫ܖ܉ܔ܉ܝܒܖ܍۾‬۰‫ܐܑܛܚ܍‬
‫܉ܞܑܜܓۯܔ܉ܜܗ܂‬
Dengan dasar kedua faktor di atas, maka secara matematis dapat diketahui
besarnya rentabilitas ekonomi yaitu hasil kali profit margin dan turnover of
operating assets.
Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomi dengan memperbesar
profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di
bidang produksi, penjualan dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk
memperbesar rentabilitas ekonomi dengan memperbesar turnover of operating
assets, dan berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai
aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihakpihak manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk
menentukan tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan
35
analisis rentabilitas yang berikaitan dengan peningkatan efisiensi kerja
perusahaan.
2.4.3 Rentabiltas Modal Sendiri
Yang dimaksud dengan rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan
antara jumlah laba dengan modal sendiri di pihak lain, atau dengan kata lain
bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Namun
dalam perhitungan laba disini ada perbedaan dengan rentabilitas ekonomi laba
yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, sedangkan
laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha
setelah dikurangi dengan bunga modal asing atau pinjaman dan pajak perseroan.
Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara rentabilitas ekonomis dengan
rentabilitas modal sendiri baik dari segi modal yang diperhitungkan ataupun dari
laba yang dipergunakan untuk menentukan tingkat rentabilitas bagi suatu
perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (1995:28), rentabilitas juga dibedakan menjadi
2 macam, yaitu :
1) Rentabilitas ekonomis ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam proses.
2) Rentabilitas ekonomis dapat pula diartikan sebagai perbandingan antara laba
usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
36
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas
ekonomis sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan
dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah
laba yang berasal dari operasi perusahaan atau disebut dengan laba usaha.
Sedangkan laba yang berasal dari luar usaha tidaklah diperhitungkan. Begitu
pula dengan modal, modal yang digunakan hanyalah modal yang bekerja
dalam perusahaan sedangkan modal yang berasal dari luar perusahaan tidak
diperhitungkan. Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha ialah
perbandingan antara jumlah laba tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu
pihak, jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba di pihak lain atau dengan
kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan
dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan
keuntungan. Dapat diartikan juga sebagai perbandingan antara jumlah laba
yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain
merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja
untuk menghasilkan keuntungan.
37
2.4.4 Cara Meningkatkan Rentabilitas
Adapun beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan antara
lain seperti yang dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito adalah sebagai berikut :
1. Menaikkan profit margin yaitu dengan jalan mengusahakan kenaikan net sales
lebih besar daripada kenaikan operating expenses.
2. Menaikkan profit margin dengan mengusahakan penurunan sales dengan
harapan hal ini disertai dengan turunnya operating expenses yang jauh lebih
besar.
3. Menaikkan turnover of operating assets yaitu dengan mengusahakan kenaikan
net sales yang jauh lebih besar daripada kenaikan operating assets.
4. Menaikkan turnover of operating assets dengan menurunkan net sales dengan
harapan operating assets dapat diturunkan lebih banyak.
5. Menaikkan profit margin dan sekaligus turnover of operating assets yaitu
mengusahakan kenaikan profit margin dan sekaligus turnover of operating
assets. Karena tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka dengan demikian tingkat
rentabilitas yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi
pula.
Dalam mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah
keuntungan semata-mata kuranglah tepat sebab keuntungan yang tinggi tersebut
belum mesti disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula.
Tinggi dan rendahnya rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya rentabilitas ekonomis atau return on investment (ROI).
38
Adapun yang dimaksud dengan return on investment ini menurut pendapat
S. Munawir adalah sebagai berikut :
“ Return on investment adalah salah satu bentuk dari profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. “
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan sebagaimana yang
dimaksud definisi di atas dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
ROI = Profit Margin x Net Operating Income atau
ࡾࡻࡵൌ
ࡺ ࢋ࢚ࡻ࢖ࢋ࢘ࢇ࢚࢏࢔ࢍࡺ ࢋ࢚ ࡿࢇ࢒ࢋ࢙ࡵ࢔ࢉ࢕࢓ ࢋ
‫܆‬
ࡺ ࢋ࢚ࡿࢇ࢒ࢋ࢙
ࢀ࢕࢚ࢇ࢒࡭࢙࢙ࢋ࢚
Dapat Juga digunakan rumus :
ROI = EBIT / Total Asset x 100%
Dari analisa return on investment kita dapat mengetahui atau mengukur
efisiensi daripada penggunaan modal secara keseluruhan untuk menghasilkan
suatu keadaan manajerial yang baik. Adapun cara untuk memperbesar tingkat
rentabilitas dapat dilakukan seperti cara tersebut di atas tentunya yang sesuai
dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan.
.
Download