GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL ISU-ISU UTAMA • Globalisasi peningkatan integrasi ekonomi sebuah negara ke dalam pasar yang cakupannya lintas negara beserta dampaknya • Dependensi Ekspor kebergantungan negara pada kegiatan ekspor sebagai sumber utama pembiayaan untuk aktivitas pembangunannya • Transaksi Berjalan (Current Account) data yang memperlihatkan keseimbangan transaksi pembayaran sebuah negara yang didapat dari komponen ekspor-impor barang maupun jasa • Neraca Modal (Capital Account) data yang memperlihatkan jumlah total investasi asing swasta, bantuan dan pinjaman asing yang masuk dan keluar dari sebuah negara • Perdagangan Bebas (Free Trade) alur keluar (ekspor) dan masuk (impor) barang dan/atau jasa tanpa hambatan dalam bentuk apapun (tarif, kuota atau hambatan-hambatan lainnya) GATT DAN WTO • GATT (General Agreement on Tariffs) kesepakatan internasional (diikuti 23 negara) yang dibentuk pada 1947 di Jenewa dengan fokus melakukan diskusi untuk mencapai kesamaan visi dalam mereduksi hingga menghilangkan tarif perdagangan antar negara. • WTO (World Trade Organization) pengganti GATT yang dibentuk pada 1994 di Montevideo (Uruguay) dan diikuti 123 negara dengan fokus tidak hanya melakukan reduksi tarif perdagangan namun menyamakan visi implementasi perdagangan bebas berupa penghilangan proteksi produk (i.e. subsdi), HKI, penyelesaian sengketa dan sebagai langkah awal untuk memperoleh kerangka dalam semua mekanisme perdagangan internasional yang akan dibentuk di masa depan sebagai turunannya (i.e. TRIPS, AFTA, NAFTA, TPP). RASIONALITAS PERDAGANGAN INTERNASIONAL • Stimulan pertumbuhan ekonomi mendorong kapasitas konsumsi sebuah negara, mendorong peningkatan ouput global, memberi akses bagi negara-negara yang tidak dapat memproduksi komoditas tertentu dan hanya dapat diproduksi negara lain. • Penciptaan keunggulan komparatif setiap negara didorong untuk melakukan spesialisasi produksi sehingga memiliki komoditas yang menjadi keunggulan komparatifnya (i.e. negara yang lahan pertaniannya luas akan fokus dalam pengembangan sektor agrikultur). • Efisiensi perdagangan bebas “memaksa” negara untuk melakukan efisiensi dalam produksi karena, layaknya perusahaan, negara harus bersaing secara bebas dengan negara-negara lainnya. STRATEGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL • Kebijakan berfokus ke luar (outward looking policy) kebijakan yang fokus menciptakan komoditas yang unggul secara komparatif untuk kemudian “dijual” dengan memanfaatkan mekanisme perdagangan internasional kebijakan promosi ekspor • Kebijakan berfokus ke dalam (inward looking policy) kebijakan yang fokus memproteksi pasar domestik dari persebaran komoditas negara lain dengan pengenaan tarif, pengembangan teknologi dan pembatasan investasi asing kebijakan substitusi impor • Promosi ekspor kebijakan yang fokus pada insentif-insentif (i.e. bantuan modal) dari pemerintah bagi penciptaan produksi siap ekspor. • Substisusi impor kebijakan yang fokus pada penciptaan kapasitas produksi (i.e. pabrik) dalam negeri untuk menciptakan komoditas yang biasanya diimpor dari negara lain. KEBIJAKAN PROTEKSIONIS: INDUSTRI INFAN DAN TARIF • Industri infan (infant industry) industri yang baru didirikan dan belum berkapasitas besar serta dilindungi aktif oleh negara lewat kebijakan substitusi impor dalam mekanisme perdagangan bebas internasional yang sering dikategorikan infant industry adalah komoditas pertanian dan penghilangan tarifnya sering dilakukan bertahap dalam jangka waktu yang panjang (20-25 tahun). • Tarif pengenaan biaya tertentu untuk komoditas impor (i.e. pajak barang impor, cukai, pabean) sehingga barang impor dijual dengan lebih mahal dibandingkan barang dalam negeri. KEBIJAKAN PROTEKSIONIS: INDUSTRI INFAN DAN TARIF • Industri infan (infant industry) industri yang baru didirikan dan belum berkapasitas besar serta dilindungi aktif oleh negara lewat kebijakan substitusi impor dalam mekanisme perdagangan bebas internasional yang sering dikategorikan infant industry adalah komoditas pertanian dan penghilangan tarifnya sering dilakukan bertahap dalam jangka waktu yang panjang (20-25 tahun). • Tarif pengenaan biaya tertentu untuk komoditas impor (i.e. pajak barang impor, cukai, pabean) sehingga barang impor dijual dengan lebih mahal dibandingkan barang dalam negeri. TRADE PESSIMIST v. TRADE OPTIMIST • Trade Pessimist argumen-argumen yang menyatakan perdagangan bebas memberikan dampak negatif bagi negaranegara yang ikut di dalamnya terutama negara-negara terbelakang dan berkembang. • Trade Optimist argumen-argumen yang menyatakan perdagangan (bebas) internasional pasti memberikan dampak positif bagi setiap negara yang ikut di dalamnya. TRADE PESSIMIST 1. Pertumbuhan yang lambat dari ekspor (biasanya terjadi di negara yang kurang berkembang) berarti rendahnya harga ekspor dan berimbas pada transfer kekayaan yang lebih didapat negara maju (yang ekspansi ekspornya lebih baik). 2. Tanpa hambatan impor, negara-negara yang lebih banyak mengimpor ketimbang mengekspor akan mengalami defisit transaksi berjalan dan karenanya dipaksa untuk memperlambat pertumbuhan ekonominya. 3. Negara-negara yang hanya fokus pada ekspor sektor primer (i.e. agrikultur, SDA) akan tumbuh lebih statis karena mekanisme perdagangan internasional memaksa untuk melakukan industrialisasi. 4. Negara-negara yang kurang berkembang tidak memiliki kapasitas dalam strategi perdagangan bebas karena minimnya kemampuan teknologi maupun ahli-ahli (i.e ekonom) yang dapat menyusun strategi unggul dalam mengahadapi perdagangan bebas. TRADE OPTIMIST 1. Kompetisi dalam perdagangan bebas mendorong penggunaan sumber daya yang efisien, menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas produk dan memaksa setiap negara terus melakukan inovasi teknologi. 2. Akselerasi pertumbuhan ekonomi secara total dan mendorong negara lebih fokus dalam penciptaan simpanan (cadangan devisa). 3. Mendorong masuknya modal asing dan tenaga ahli dari negara lain yang merupakan faktor langka di negara berkembang. 4. Meminimalisasi peluang korupsi dan pemburuan rente di negara berkembang yang diakibatkan intervensi berlebihan dari pemerintah lewat ekonomi biaya tinggi. 5. Akses yang sama bagi setiap negara terhadap sumber daya yang langka. PERDAGANGAN BEBAS DAN TINGKAT KEKAYAAN Data memperlihatkan bahwa periode 1976-1982, ketika Indonesia mulai memberlakukan prinsip perdagangan bebas, pendapatan per kapita naik. Pasca krisis (2002 – 2010), setelah adanya undangundang investasi baru (2007) dan membuka lebih besar peluang investasi asing, pertumbuhan ekonomi kembali meningkat Sumber: Lowy Institute (2012) Sumber Referensi: Economic Development 11th Edition (Todaro&Smith, 2012; Chapter 12)