1 perancangan model pengukuran kinerja corporate

advertisement
PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY BERDASARKAN INTEGRASI MODEL PENGUKURAN
KINERJA PRISM DAN SUSTAINABILITY REPORTING GUIDELINES
GLOBAL REPORTING INITIATIVE
(Studi Kasus PT. Semen Gresik (Persero), Tbk)
Aulia Rahmadhani1, Patdono Suwignjo2, Lantip Trisunarno3
Magister Teknik Industri-Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
email : [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Model pengukuran kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) yang
seringkali digunakan perusahaan adalah sustainability reporting guidelines global
reporting initiative (SRG GRI). Pelaksanaan pengukuran kinerja CSR didasarkan pada
pengungkapan informasi atas penggunaan tujuh puluh sembilan item indikator-indikator
kinerja GRI sebagai bentuk kontribusi perusahaan menjaga konsistensi keberlangsungan
konsep triple bottom lines. Namun, indikator-indikator kinerja dalam SRG GRI
memiliki keterbatasan dalam melaporkan keterlibatan stakeholders di dalam kegiatan
CSR perusahaan. Selain itu, dalam merumuskan kegiatan CSR hanya didasari pada
stakeholder requirement sedangkan dari sisi stakeholder contribution pada perusahaan
belum menjadi landasan ukuran keberhasilan kinerja CSR. Oleh karena itu, diperlukan
penggunaan model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang dapat mengakomodasikan
tidak hanya keinginan stakeholder tetapi juga kontribusi stakeholder. Berdasarkan
kebutuhan tersebut, maka dipilihlah model pengukuran kinerja PRISM untuk
melengkapi SRG GRI. Dalam penelitian ini model pengukuran kinerja PRISM
diintegrasikan dengan SRG GRI untuk menghasilkan model pengukuran kinerja CSR
baru. Tujuan dari penelitian ini adalah mengintegrasikan model pengukuran kinerja
PRISM dan SRG GRI, merumuskan key performance indicator CSR, dan menerapkan
hasil integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI pada perusahaan.
Perancangan model yang dibuat, dilakukan penerapan di PT. Semen Gresik
(Persero), Tbk, model dapat merumuskan empat puluh dua key performance indicator
(KPI) CSR. KPI CSR yang dirumuskan dapat digambarkan bahwa PT. Semen Gresk
(Persero), Tbk telah melaksanakan CSR untuk keseluruhan stakeholders, yaitu
pemegang saham, calon investor, karyawan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
Kata kunci : Pengukuran kinerja, corporate social responsibility, PRISM, GRI, key
performance indicator.
Pendahuluan
Peningkatan keuntungan perusahaan seringkali dilakukan melalui peningkatan
kapasitas produksi, penghematan biaya dan inovasi di bidang teknologi dan manajemen.
Peningkatan operasional tersebut bukan tanpa batas, karena peningkatan operasional
perusahaan tersebut juga berdampak terhadap keberadaan bumi, manusia, dan
1
perekonomian. Konsep ini yang kemudian dikenal dengan sustainability. Sustainability
adalah tujuan akhir yang harus dicapai oleh semua perusahaan. Tujuan akhir tersebut
diantaranya adalah menyeimbangkan antara kinerja ekonomi, kesejahteraan sosial (well
being), dan peremajaan serta pelestarian lingkungan hidup. Proses mencapai tujuan
akhir disebut sebagai sustainable development (pembangunan berkelanjutan) dan untuk
mencapai tujuan akhir tersebut, dibutuhkan “vehicle” dalam memberikan kontribusi
terhadap sustainability yang disebut dengan Corporate Social Responsibility
(Panapanaan et al., 2003).
Pengertian CSR secara umum menurut Suharto (2007) dapat dimaknai sebagai
sebuah cara yang dilakukan perusahaan dalam mencapai sebuah kesinambungan antara
tujuan ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat, seraya tetap merespon harapanharapan para stakeholders. Adapun stakeholders yang perlu dilibatkan dalam CSR
seperti shareholders, customer, suppliers, karyawan, pemerintah, eksekutif perusahaan,
dan masyarakat (King et al., 2010, Raghubir et al., 2010). Perlunya perusahaan
melibatkan stakeholders dalam CSR, didasari pada beberapa benefit atau manfaat yang
akan diperoleh perusahaan diantaranya yaitu dapat meningkatkan value perusahaan
(Kanter, 1999), menarik tenaga kerja (Backhaus et al., 2002), meningkatkan motivasi
karyawan (Maignan et al., 1999, Turban and W, 1997), menarik dan mempertahankan
customers (Luo and Bhattacharya, 2006, Sen and Bhattacharya, 2001), mempengaruhi
persepsi customers (Brown and Dacin, 1997, Handelman and Arnold, 1999, Sen and
Bhattacharya, 2001), mengurangi biaya produksi (Hart and Ahuja, 1996), meningkatkan
produktivitas (Melrose-Woodman and Kverndal, 1976) dan memberikan jaminan
reputasi perusahaan (image) pada saat terjadi krisis (Peloza, 2006, Schnietz and Epstein,
2005). Berdasarkan paparan diatas, dapat diartikan disini bahwasannya CSR yang
dilakukan perusahaan diperuntukkan untuk stakeholders yang termasuk dalam lingkup
operasional sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak operasional yang
terjadi dalam perusahaan. Sehingga, untuk mengetahui baik tidaknya perusahaan
memperlakukan para stakeholdersnya maka perlu dilakukan pengukuran kinerja.
Salah satu model pengukuran kinerja CSR yang sering digunakan oleh
perusahaan adalah dengan menggunakan SRG GRI. Model pengukuran kinerja SRG
GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Dalam kerangka pelaporan SRG GRI diberikan panduan bagaimana cara
mengungkapkan standarisasi pelaporan yang didalamnya mencakup pengungkapan
strategi, profil organisasi, tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator kinerja
yang terdiri dari enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab
produk, dan kinerja hak asasi manusia. Indikator-indikator kinerja yang ada tersebut
berfungsi sebagai perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai
kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002).
Pada dasarnya, kriteria kinerja SRG GRI yang dijadikan dasar dalam mengukur
kinerja CSR perusahaan terletak pada kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja
masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia (Suharto,
2008). Namun, kriteria-kriteria tersebut hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu:
karyawan, konsumen, supplier, dan masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang
ada tidak hanya terbatas pada keempat stakeholders tersebut. Selain itu dalam
merumuskan kegiatan CSR yang berdasarkan SRG GRI, hanya didasari pada keinginan
dan kebutuhan stakeholder (stakeholder want and need). Sedangkan dari sisi keinginan
2
dan kebutuhan perusahaan (stakeholder contribution) belum menjadi landasan ukuran
keberhasilan kinerja CSR perusahaan.
Pengukuran kinerja CSR yang baik tidak hanya perlu mengakomodasikan
kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need), tetapi juga harus
mengakomodasikan apa yang harus diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
(stakeholder contribution). Karena GRI belum mengakomodasikan kebutuhan tersebut,
maka perlu dilakukan penggunaan model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang
mengakomodasikan tidak hanya keinginan pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi
pemangku kepentingan. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka dipilihlah model
pengukuran kinerja PRISM untuk melengkapi model SRG GRI. Model pengukuran
kinerja PRISM dapat melakukan identifikasi stakeholder want and need dan stakeholder
contribution terhadap stakeholders perusahaan secara menyeluruh. Dalam hal ini,
proses identifikasi stakeholders want and need dan stakeholders contribution dilakukan
sebagai dasar dalam merumuskan indikator kinerja CSR perusahaan. Kelemahan dari
model PRISM untuk pengukuran kinerja CSR adalah tidak memberikan panduan secara
spesifik indikator apa yang harus dilaporkan, seperti yang sudah ditetapkan di model
pelaporan SRG GRI. Penelitian ini mencoba untuk menggabungkan kedua model
tersebut dengan mengambil sisi positif dari kedua model GRI dan PRISM yaitu : GRI
sudah menetapkan apa yang harus dilaporkan dan PRISM yang memperhatikan tidak
hanya stakeholder want and need tetapi juga stakeholder contribution.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang
model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi model pengukuran kinerja PRISM
dan SRG GRI. Sedangkan untuk tujuan penelitian, yang pertama adalah
mengintegrasikan model pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI sebagai model
pengukuran kinerja CSR. Kedua adalah merumuskan key performance indicator (KPI)
CSR perusahaan berdasarkan hasil integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan SRG
GRI. Tujuan yang ketiga adalah menerapkan hasil integrasi model pengukuran kinerja
PRISM dan SRG GRI pada perusahaan. Dalam rangka menjaga agar fokus penelitian
tidak melebar, perlu ditegaskan batasan dalam penelitian ini yaitu dalam melakukan uji
coba (penerapan) pada perusahaan, penelitian ini tidak melakukan pengukuran dan
hanya diuji cobakan pada satu perusahaan saja. Perusahaan yang menjadi objek
penelitian ini adalah PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Penulis memilih perusahaan
tersebut didasarkan pada tiga kriteria yaitu : perusahaan manufaktur khususnya di Jawa
Timur yang telah melaksanakan CSR sebagai bagian dari strategi perusahaan; waktu
pelaksanaan CSR di perusahaan dan kemudahan akses mendapatkan data dan ijin
penelitian.
Metodologi Penelitian
Tahap awal penelitian ini adalah menetapkan rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Dilanjutkan dengan melakukan studi literatur untuk mencari referensireferensi pendukung penelitian. Studi literatur ini dilakukan melalui buku teks, internet,
jurnal-jurnal ilmiah serta penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengukuran kinerja
CSR, PRISM, dan SRG GRI. Pada tahapan berikutnya dilakukan observasi objek
penelitian untuk mencari perusahaan dalam rangka menerapkan perancangan model
yang telah dibuat, sehingga kemudian diteruskan dengan melakukan survey
pendahuluan penelitian untuk mengetahui karakteristik pengukuran kinerja CSR
perusahaan. Selanjutnya pada tahap perancangan model, sebelumnya dilakukan
identifikasi mengenai model pengukuran kinerja sustainability yang ada. Dari beberapa
3
model yang ada, ditentukan untuk memilih model pengukuran kinerja sustianability :
SRG GRI. Kemudian dilakukan analisa mengenai kelemahan dari model SRG GRI.
Kelemahan dari model SRG GRI dapat diperbaiki dengan memilih model pengukuran
kinerja PRISM sebagai pelengkapnya. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dengan
mengambil sisi positif dari kedua model kemudian dilakukan integrasi model
pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI untuk mengukur kinerja CSR. Dari hasil
tahap perancangan model kemudian dilakukan penerapan pada perusahaan dengan
mengambil studi kasus di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholders perusahaan yang dilakukan
dengan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan (pembimbing penulis yang
ditunjuk oleh perusahaan). Selanjutnya mengidentifikasi daftar keinginan dan
kebutuhan serta kontribusi stakeholders perusahaan yang dilakukan wawancara dengan
pihak-pihak yang dianggap mengerti dan memahami karakteristik dari stakeholders.
Dari daftar keinginan dan kebutuhan tersebut, dilanjutkan dengan identifikasi tujuan
(objectives) agar dapat memenuhi requirement para stakeholders. Langkah berikutnya
adalah merumuskan strategi dan proses, serta kapabilitas perusahaan dalam memenuhi
tujuan (objectives) yang telah diidentifikasi. Perumusan dilakukan dengan wawancara
pada masing-masing wakil Departemen yang bertanggung jawab dan berhubungan
langsung dengan stakeholders. Selanjutnya dilakukan identifikasi key performance
indicator (KPI) PRISM berdasarkan pada hasil langkah sebelumnya dengan dibantu
oleh pihak manajemen perusahaan. Pada langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
indikator kinerja CSR SRG GRI untuk memenuhi tujuan (objectives). Dalam proses
penentuannya, dibantu oleh wakil dari seksi Administrasi dan Evaluasi CSR
perusahaan, dimana indikator-indikator kinerja CSR SRG GRI yang didapatkan
mengacu pada pedoman laporan SRG GRI (www.globalreporting.org). Dari hasil
penerapan, model dapat merumuskan KPI CSR perusahaan. Maka untuk mengetahui
KPI CSR tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi perusahaan, pada tahapan
selanjutnya dilakukan validasi KPI CSR. Validasi KPI CSR dilakukan dengan meminta
feedback dari masing-masing wakil Departemen yang dianggap sangat memahami
masalah yang diteliti tentang kesesuaian hasil rancangan KPI CSR dengan situasi yang
ada di perusahaan.
Analisa Kelebihan dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja PRISM dan SRG
GRI
Model pengukuran kinerja SRG GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka
pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Kerangka Pelaporan SRG GRI
ditujukan sebagai sebuah bentuk pelaporan yang dapat diterima umum dalam
melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi. Kerangka
Pelaporan SRG GRI mengandung isi umum dan sektor yang secara spesifik telah
disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan
secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi (GRI,
2002). Sedangkan model pengukuran kinerja PRISM merupakan salah satu model
pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun tiga
dimensi yang memiliki lima bidang sisi, yaitu dari sisi stakeholder satisfaction,
strategies, processes, capabilities dan stakeholder contribution (Kennerley and Neely,
2002).
Dalam rangka melakukan pengukuran kinerja CSR yang baik, maka perlu
melakukan analisa terhadap kelebihan dan kelemahan masing-masing kedua model
4
tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan dari GRI dan PRISM adalah sebagai berikut
:
Tabel 1. Identifikasi Kelebihan dan Kelemahan Model Pengukuran Kinerja PRISM dan
Indikator Kinerja GRI.
MODEL PENGUKURAN
KINERJA
KELEBIHAN
KELEMAHAN
PRISM
Dapat
mengidentifikasi
keseluruhan stakeholder dalam
perusahaan.
Dapat
mengidentifikasi
stakeholder want and need dan
stakeholder contribution pada
keseluruhan stakeholders.
Mempertimbangkan
dan
memperhatikan ukuran kinerja
lain seperti strategi, proses, dan
kapabilitas
yang
dimiliki
perusahaan.
Tidak dapat memberikan
panduan / pedoman mengukur
kinerja CSR
GRI merupakan standar
internasional yang dapat
memberikan panduan/pedoman
mengukur kinerja CSR
Indikator kinerja CSR GRI
hanya
dapat
melakukan
identifikasi terhadap keinginan
dan kebutuhan stakeholders.
Indikator kinerja CSR GRI
tidak dapat mengidentifikasi
stakeholders secara lengkap
Indikator kinerja CSR GRI
tidak
dapat
melakukan
identifikasi
kontribusi
stakeholders.
GRI
Perancangan Model Pengukuran Kinerja CSR
Model pengukuran kinerja CSR baru yang akan dirancang dalam penelitian ini
didasarkan pada integrasi model pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI.
Berdasarkan pada hasil identifikasi Tabel 1., maka model baru akan dikembangkan
dengan memperhatikan sisi positif dari kedua model tersebut. Pada Gambar 1.
didapatkan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mengukur kinerja CSR perusahaan.
1. Identifikasi stakeholder
Pada tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholder yang
termasuk dalam lingkup operasional perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan
stakeholder adalah merujuk kepada orang maupun kelompok yang terpengaruh dan
atau bisa mempengaruhi operasional perusahaan, baik yang termasuk kategori
internal maupun eksternal.
2. Identifikasi stakeholder want and need
Setelah melakukan identifikasi stakeholder, maka pada tahap selanjutnya adalah
mengidentifikasi stakeholder want and need. Yang dimaksud dengan stakeholder
want and need adalah melakukan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan
stakeholder terhadap perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh
apa yang diharapkan dan diinginkan oleh stakeholder terhadap perusahaan.
3. Identifikasi stakeholder contribution
Tahapan berikutnya yang dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholder
contribution yang berarti melakukan identifikasi terhadap kontribusi yang akan
5
diberikan stakeholder kepada perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
terhadap pemenuhan stakeholder want and need.
4. Identifikasi tujuan (objectives) untuk memenuhi stakeholder want and need dan
stakeholder contribution
Pada tahap ini dilakukan identifikasi tujuan (objectives) untuk memenuhi
stakeholder want and need dan stakeholder contribution pada masing-masing
stakeholder. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencapaian atau sasaran bagi
perusahaan untuk memenuhi stakeholder requirement.
5. Perumusan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives)
Setelah didapatkan tujuan (objectives), maka pada tahap selanjutnya adalah
merumuskan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives) tersebut. Adapun strategi
yang dimaksud adalah strategi-strategi yang akan dilakukan perusahaan dalam
memenuhi tujuan (objectives) dari masing-masing stakeholder.
6. Perumusan kemampuan proses untuk memenuhi tujuan (objectives)
Tahapan selanjutnya setelah merumuskan strategi, yaitu merumuskan kemampuan
proses untuk memenuhi tujuan (objectives). Adapun kemampuan proses yang
dimaksud adalah terkait dengan business process perusahaan dalam mendukung
terlaksananya strategi dalam memenuhi tujuan (objectives) dari masing-masing
stakeholder.
7. Perumusan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan proses
Setelah merumuskan strategi dan kemampuan proses, maka pada tahap berikutnya
adalah merumuskan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan
kemampuan proses.
8. Identifikasi KPI berdasarkan PRISM
Setelah beberapa tahapan sebelumnya telah dilakukan seperti mengidentifikasi
stakeholder, mengidentifikasi stakeholder want and need, mengidentifikasi
stakeholder contribution, merumuskan strategi untuk memenuhi tujuan (objectives),
merumuskan kemampuan proses untuk memenuhi tujuan (objectives), dan
merumuskan kapabilitas perusahaan untuk dapat menjalankan strategi dan proses,
maka tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi KPI berdasarkan PRISM.
9. Identifikasi indikator kinerja CSR berdasarkan SRG GRI
Dalam indikator kinerja SRG GRI terdapat empat kriteria kinerja yang dijadikan
dasar dalam mengukur kinerja CSR perusahaan yaitu kriteria kinerja praktek tenaga
kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi
manusia.
10. Identifikasi indikator kinerja CSR SRG GRI berdasarkan pada pemenuhan tujuan
(objectives)
Setelah didapatkan indikator kinerja CSR SRG GRI, maka pada tahap selanjutnya
adalah mengidentifikasi indikator kinerja tersebut berdasarkan pada pemenuhan
tujuan (objectives) dari masing-masing stakeholder.
11. Rekonsiliasi KPI PRISM dengan indikator kinerja CSR GRI
Pada tahap selanjutnya adalah merekonsiliasi KPI PRISM dengan indikator kinerja
CSR GRI sebagai KPI CSR perusahaan. Tahapan yang dilakukan dalam
rekonsiliasi :
 Kelompokkan KPI PRISM dengan indikator kinerja CSR SRG GRI sesuai
dengan masing-masing tujuan (objectives) dari tiap-tiap stakeholders.
 Pilih KPI PRISM sebagai KPI CSR apabila indikator kinerja CSR SRG GRI
tidak dapat melakukan pengukuran dalam mencapai tujuan (objectives).
6

Pilih indikator kinerja CSR SRG GRI sebagai KPI CSR apabila KPI PRISM
tidak dapat melakukan pengukuran dalam mencapai tujuan (objectives).
 Jika KPI PRISM dan indikator kinerja SRG GRI sama-sama dapat melakukan
pengukuran dalam mencapai tujuan (objectives), maka pilih salah satu diantara
KPI PRISM atau indikator kinerja CSR SRG GRI sebagai KPI CSR.
 Jika KPI PRISM dan indikator kinerja CSR SRG GRI sama-sama dapat
melakukan pengukuran dalam mencapai tujuan (objectives), pilih KPI PRISM
dan indikator kinerja SRG GRI sebagai KPI CSR apabila dirasa sangat penting
untuk dijadikan sebagai indikator kinerja dalam mencapai tujuan (objectives)
pada tiap-tiap stakeholders.
12. Penyusunan KPI CSR hasil rekonsiliasi ke dalam perspektif stakeholder
KPI-KPI CSR hasil rekonsiliasi dilakukan penyusunan ke dalam perspektif
stakeholder. Dari hasil penyusunan, maka dapat digambarkan bahwa KPI CSR
tersebut sebagai penunjuk kinerja bagi perusahaan dalam melaksanakan CSR untuk
keseleruhan stakeholders.
7
A
Objective
Strategi
Proses
D
Kapabilitas
1
1
Objective
Strategi
Proses
Kapabilitas
2
2
Objective
Strategi
Proses
Kapabilitas
5…
3
Objective
Indikator Kinerja GRI
1
4
Indikator Kinerja GRI
Objective
2
5…
1
KPI PRISM 1
KPI PRISM 2
KPI PRISM 3
KPI PRISM 4
2
KPI PRISM 1
KPI PRISM 2
KPI PRISM 3
KPI PRISM 4
5…
KPI PRISM 1
KPI PRISM 2
KPI PRISM 3
KPI PRISM 4
1
GRI 1
2
Indikator Kinerja GRI
5…
GRI 1
GRI 2
GRI 3
5…
GRI 2
GRI 3
GRI 1
GRI 2
GRI 3
E
REKONSILIASI KPI PRISM DENGAN INDIKATOR KINERJA CSR GRI
Stakeholder5…
(………………………………)
Want and Need Contribution
1
1
2
2
3…
3…
C
IDENTIFIKASI KPI PRISM DAN INDIKATOR KINERJA CSR GRI
Stakeholder 1
(………………………………)
Want and Need Contribution
1
1
2
2
3…
3…
Stakeholder 2
(………………………………)
Want and Need Contribution
1
1
2
2
3…
3…
Stakeholder 3
(………………………………)
Want and Need Contribution
1
1
2
2
3…
3…
Stakeholder 4
(………………………………)
Want and Need Contribution
1
1
2
2
3…
3…
B
1
KPI CSR 1
KPI CSR 2
KPI CSR 3
KPI CSR 4
KPI CSR 5
2
KPI CSR 6
KPI CSR 7
KPI CSR 8
KPI CSR 9
KPI CSR 10
3
KPI CSR 11
KPI CSR 12
KPI CSR 13
KPI CSR 14
KPI CSR 15
4
KPI CSR 16
KPI CSR 17
KPI CSR 18
KPI CSR 19
KPI CSR 20
5…
KPI CSR 21
KPI CSR 22
KPI CSR 23
KPI CSR 24
KPI CSR 25
KPI CSR 26
Gambar 1. Proses Identifikasi KPI CSR
8
Analisa Perancangan Model Pengukuran Kinerja CSR
Perancangan model pengukuran kinerja CSR yang sudah dilakukan pada
penelitian ini merupakan model baru dalam memperbaiki model pengukuran kinerja
CSR sebelumnya.
Tabel 2. Perbandingan Model Pengukuran Kinerja CSR GRI dan Integrasi PRISM GRI
GRI
1. Dapat mengidentifikasi indikator-indikator
kinerja CSR berdasarkan pada stakeholder
karyawan, konsumen, supplier, dan
masyarakat.
2. Indikator-indikator kinerja dalam GRI dapat
mengungkapkan informasi atas kegiatankegiatan CSR yang telah dilakukan
perusahaan.
3. Penentuan indikator-indikator kinerja GRI
didasarkan pada pemenuhan stakeholder
requirement.
PRISM-GRI
1. Dapat mengidentifikasi indikator-indikator
kinerja utama atau key performance indicator
berdasarkan pada keseluruhan stakeholder.
2. KPI-KPI CSR dalam Integrasi PRISM GRI
dapat mengungkapkan informasi atas kegiatankegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan
dan KPI-KPI CSR tersebut dapat diukur.
3. Penentuan KPI-KPI CSR PRISM GRI
didasarkan pada pemenuhan stakeholder
requirement dan stakeholder contribution.
Model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi PRISM dan GRI ini dibuat untuk
melengkapi dan memperbaiki indikator-indikator kinerja GRI. Selain itu, pada
perumusan kegiatan CSR dan evaluasi kinerja CSR tidak hanya didasarkan pada
keinginan dan kebutuhan stakeholder, tetapi juga didasarkan pada kontribusi
stakeholder pada perusahaan. Berdasarkan pada kelebihan-kelebihan yang ada dalam
model penelitian ini, diharapkan dapat dilakukan pengembangan pada penelitian
selanjutnya. Pengembangan tersebut dapat dilanjutkan pada tahap implementasi dan
hasil pengukuran KPI-KPI CSR yang diidentifikasi, sehingga akan didapatkan hasil
kinerja CSR perusahaan masuk dalam kategori baik atau buruk.
Penerapan Model
Dari tahapan-tahapan perancangan model yang telah dilakukan, maka dilakukan
penerapan pada PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Hasilnya adalah didapatkan empat
puluh dua (42) key performance indicator CSR yang disusun berdasarkan perspektif
stakeholder yaitu Pemegang Saham, Calon Investor, Karyawan, Konsumen,
Pemerintah, dan Masyarakat. Adapun hasil perumusan KPI CSR dapat dilihat pada
Gambar 1.
9
Key Performance Indicator PRISM
*1. PS1 *
*2. PS2 *
*3. PS3 *
*4. PS4 *
*5. PS5 *
*6. PS6 *
*7. I1 *
*8. I2 *
*9. I3 *
*10. I4 *
*11. I5 *
*12. I6 *
*13. KR1 *
*14. KR2 *
*15. KR3 *
*16. KR4 *
*17. K1 *
*18. K2 *
*19. K3 *
*20. K4 *
*21. K5 *
*22. S1 *
*23. S2 *
*24. S3 *
*25. P1 *
*26. P2 *
*27. P3 *
*28.. P4 *
*29. M1 *
*30. M2 *
*31. M3 *
*32. M4 *
*33. M5 *
Key Performance Indicator CSR
*1. Revenue growth *
*2. Sales volume growth *
*3. EBIT growth *
*4. Prosentase peningkatan harga saham *
*5. Volume perdagangan saham *
*6. Tingkat kenaikan pertumbuhan rata-rata deviden *
*7. ROA *
*8. ROE *
*9. EBITDA *
*10. DER *
*11. Jumlah kegiatan yang dilakukan bersama antara perusahaan dengan masyarakat dan media *
*12. Jumlah pertemuan antara pihak manajemen perusahaan dengan investor *
*13. Jumlah alokasi anggaran kesejahteraan karyawan *
*14. Tunjangan yang diberikan kepada karyawan tetap yang tidak diberikan kepada karyawan tidak tetap *
*15. Nilai asuransi karyawan *
*16. Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan berdasarkan jenis/kategori karyawan *
*17. Jumlah jam orang pelatihan persiapan pensiun (untuk karyawan akhir karir/pensiun) *
*18. Persentase karyawan yang menerima laporan kinerja dan perkembangan karier *
*19. Persentase total tenaga kerja yang menjadi wakil dalam komite keselamatan dan kesehatan kerja *
*20. Frekuensi kecelakaan kerja *
*21. Jumlah ketidakpatuhan dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan kontrak kerja dengan serikat pekerja *
*22. Jumlah pertemuan dan kegiatan yang dilakukan antara karyawan dengan pihak manajemen perusahaan *
*23. Presentase karyawan yang dilindungi oleh perjanjian kerja kolektif (melalui serikat pekerja) *
*24. Customer satisfaction survey *
*25. Jumlah komplain konsumen *
*26. Harga produk *
*27. Jumlah ketidakpatuhan perusahaan pada regulasi kesehatan dan keamanan produk yang dihasilkan *
*28. Prosentase produk yang tidak sesuai dengan standar SNI *
*29. Rasio keluhan konsumen yang terselesaikan terhadap total jumlah keluhan konsumen *
*30. Jumlah fasilitas layanan konsumen *
*31. Prosentase pembayaran on time *
*32. Prosentase konsistensi order *
*33. Prosentase jumlah kontrak kerjasama yang bertahan dan diperpanjang *
*34. Jumlah lapangan kerja per tahun *
*35. Besarnya anggaran untuk kepentingan lingkungan *
*36. Besarnya anggaran untuk kepentingan sosial *
*37. Prosentase keterlambatan pembayaran pajak *
*38. Frekuensi bantuan dalam menjaga kelestarian lingkungan *
*39. Total nilai bantuan (Rp) dalam menjaga kelestarian lingkungan *
*40. Jumlah tenaga kerja dari masyarakat sekitar *
*41. Frekuensi bantuan untuk pendidikan yang diberikan *
*42. Total nilai bantuan (Rp) untuk pendidikan yang diberikan
Indikator Kinerja CSR SRG GRI
*1. LA3 *
*2. LA8 *
*3. LA10 *
*4. LA11 *
*5. LA12 *
*6. LA6 *
*7. LA7 *
*8. LA9 *
*9. LA4 *
*10. PR5 *
*11. PR8 *
*12. PR2 *
*13. PR3 *
*14. PR1 *
*15. SO6 *
*16. SO1 *
Gambar 1. Hasil Perumusan KPI CSR
10
Validasi KPI CSR
Validasi KPI CSR dilakukan dengan meminta feedback dari masing-masing
wakil Departemen yang dianggap sangat memahami masalah yang diteliti tentang
kesesuaian hasil rancangan KPI CSR dengan situasi yang ada di perusahaan. Validasi
perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan yang komprehensif dan objektif dari KPIKPI CSR yang telah dirancang. Hal penting yang diperoleh dalam proses validasi
tersebut :
 Kesesuaian dari key performance indicator CSR yang dirancang dengan kondisi
perusahaan dalam tanggung jawabnya kepada stakeholders.
 Key performance indicator CSR yang dirancang dapat dijadikan sebagai tolak
ukur keberhasilan kinerja CSR perusahaan
 Key performance indicator CSR yang dirancang menunjukkan kegiatan CSR
yang dilakukan perusahaan tidak hanya terfokus pada satu stakeholder saja,
tetapi untuk keseluruhan stakeholder.
Kesimpulan
1. Perancangan model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi model
pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI dilakukan agar dapat mengetahui
kinerja CSR yang ditujukan untuk keseluruhan stakeholders. Pengukuran kinerja
CSR perusahaan dilakukan dengan mengidentifikasi siapa saja yang menjadi
stakeholders perusahaan. Selanjutnya dilakukan identifikasi apa saja yang
menjadi keinginan dan kebutuhan stakeholders terhadap perusahaan dan
kontribusi apa saja yang dapat diberikan stakeholders kepada perusahaan. Untuk
dapat memenuhi requirement dari stakeholders, dilakukan identifikasi tujuan
(objectives). Dari tujuan (objectives) yang didapat, perusahaan merumuskan
strategi, proses, dan kapabilitas agar dapat dihasilkan KPI PRISM. KPI PRISM
yang dihasilkan dilakukan rekonsiliasi dengan indikator kinerja CSR dari SRG
GRI untuk merumuskan KPI CSR perusahaan. Dalam proses rekonsiliasi
dilakukan pemilihan antara KPI PRISM dengan dan atau indikator kinerja CSR
SRG GRI yang dapat melakukan pengukuran pencapaian tujuan (objectives)
pada masing-masing stakeholders. Dari hasil perumusan KPI CSR,
dikelompokkan ke dalam perspektif stakeholders. Pengelompokkan KPI CSR ke
dalam perspektif stakeholders dapat digambarkan bahwa perusahaan telah
berkontribusi dan melaksanakan CSR untuk keseluruhan stakeholders.
2. Dalam perumusan KPI CSR, indikator kinerja CSR SRG GRI dapat digunak
untuk semua perusahaan. Sedangkan untuk KPI PRISM, tidak dapat digunak
untuk semua perusahaan karena kondisi masing-masing perusahaan berbeda.
Sehingga untuk mengidentifikasi KPI PRISM, disesuaikan dengan kondisi
perusahaan.
3. Penerapan perancangan model pengukuran kinerja CSR berdasarkan integrasi
model pengukuran kinerja PRISM dan SRG GRI pada PT. Semen Gresik
(Persero), Tbk dapat merumuskan 42 KPI CSR. KPI CSR dikelompokkan ke
dalam perspektif stakeholder yaitu stakeholder Pemegang Saham, Calon
Investor, Karyawan, Konsumen, Supplier, Pemerintah dan Masyarakat. KPI
CSR yang telah dirumuskan dapat menggambarkan kondisi kinerja CSR
Perseroan pada saat ini.
11
Daftar Pustaka
Backhaus, K. B., Stone, B. A. & Heiner, K. 2002. Exploring the Relationship Between
Corporate Social Performance and Employeer Attractiveness. Business &
Society, 41 (3), 177-209.
GRI 2002. Sustainability reporting guidelines. Global Reporting Initiative.
Handelman, J. M. & Arnold, S. J. 1999. The role of marketing actions with a social
dimension: appeals to the institutional environment. J Mark, 63 (July), 33-48.
Hart, S. L. & Ahuja, G. 1996. Does It Pay to Be Green? An Empirical Examination of
the Relationship Between Emission Reduction and Firm Performance. Business
Strategy and the Environment, 5 (1), 30-37.
Kanter, R. M. 1999. From Spare Change to Real Change: The Social Sector as Beta Site
for Business Innovation. Harvard Business Review, 77 (3), 123-132.
Kennerley, M. & Neely, A. 2002. Performance measurement frameworks: A review, In
Business Performance Measurement- Theory and Practice. In: Neely, A. (ed.).
Cambridge University Press.
King, R. C., Hartzel, K. S., Schilhavy, R. A. M., Melone, N. P. & Mcguire, T. W. 2010.
Social responsibility and stakeholder influence: Does technology matter during
stakeholder deliberation with high-impact decisions? Decision Support Systems,
48, 536-547.
Luo, X. & Bhattacharya, C. B. 2006. Corporate Social Responsibility, Customer
Satisfaction, and Market Value. Journal of Marketing, 70 (October), 1-18.
Maignan, I., OC, F. & TW, H. 1999. Corporate citizenship: cultural antecedents and
business benefits. J Acad Mark Sci, 26 (4), 455-469.
Melrose-Woodman, J. & Kverndal, I. 1976. Towards social responsibility: company
codes of ethics and practice, Liverpool, British Institute of Management.
Panapanaan, V. M., Kinnanen, L., Karvonen, M. & Phan, V. T. 2003. Roadmapping
corporate social responsibility in Finnish companies. Journal of Business Ethics,
44, 133-148.
Peloza, J. 2006. Using Corporate Social Responsibility as Insurance for Financial
Performance. California Management Review, 48 (2), 52-72.
Raghubir, P., Roberts, J., Lemon, K. N. & Winer, R. S. 2010. Why, When, and How
Should the Effect of Marketing be Measured? A Stakeholder Perspective for
Corporate Social Responsibility Metrics. Journal of Public Policy & Marketing,
29 (1), 66-77.
Schnietz, K. E. & Epstein, M. J. 2005. Exploring the Financial Value of a Reputation
for Corporate Social Responsibility During a Crisis. Corporate Reputation
Review, 7 (4), 327-345.
Sen, S. & Bhattacharya, C. B. 2001. Does Doing Good Always Lead to Doing Better?
Consumer Reactions to Corporate Social Responsibility. Journal of Marketing
Research, 38 (May), 225-243.
Suharto, E. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), Bandung, Refika
Aditama.
Suharto, E. 2008. Corporate Social Responsibility: Perspektif Ilmu Sosial. In: Seminar
Sehari Corporate Social Responsibility, Dinas Sosial Kota Surabaya, 24 April
2008 2008 Hotel J. W. Marriot Surabaya.
12
Download