PENENTUAN DOSIS IRADIASI PADA Fasciola - ANSN

advertisement
RisalahPertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan ~/ikasi Isotop dan RadiaSl; 2tXJI
PENENTUAN DOSIS IRADIASI PADA Fasciola gigantica (CACING DATI)
YANG MEMBER! PERLINDUNGAN PADA KAMBING
(Capra hircus Linn)
B.l. Tuasikal,M. Arifin, dan Tannizi
PuslitbangTeknologiIsotopdan Radiasi,BATAN
ABSTRAK
PENENTUAN DOSIS IRADIASI PADA FaYciola gigalltica (CACING HATI) YANG
MEMBER! PERLINDUNGAN PADA KAMBING (Capra hircus Linn). Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajaripengaruhirndiasi terhadappatogenitasFasciola giganticayang diharapkanmasih menimbulkan
respon kekebalan pada ternak kambing, sedangkantujuan dan sasaranakhir penelitian adalah untuk
memperolehteknik pengendaliancacing hati F:giganticapada ternak ruminansia.Percobaanmenggunakan
metaserkaria(ms) F:gigantica sebagaibahmlinfeksi yang diiradiasi sinar ganuna. Hewan percobaanyang
digunakan adalah 18 ekor kambing kacang (Iokal) jantan berumur :t 10 bulan yang dibagi menjadi 6
kelompok. Kelompok kambing pertama yaitu kontrol positif (diinfeksi ms iradiasi OGy), kedua kambing
kelompok kontrol negatif (tidak diinfeksi illS). Kelompok ketiga, kambing diinfeksi ms iradiasi 25Gy.
Kelompok keempat,kambing diinfeksi ms iradiasi 25Gy dengantantanganms ganas. Kelompok kelima,
kambing diinfeksi ms iradiasi 35Gy. Kelompok keenam,kalnbing diinfeksi ms 35 Gy dengantantanganillS
ganas.Uji tantangdiberikan 8 minggusetelahimunisasi.Parameteryang diamati adalah bobot badan (BB),
gambarandarah (Eosinofil, lib, PCV, Retikulosit),patologi anatomi(PA)hati. Hasil percobaanmenunjukkan
ada perbedaanantarabewaIlperlakuandan kontrol. Penurunanrobot badanteljadi padaternak kelompok 1,
yaitu 130 gram/minggudibandingkandengankelompok4 yangmengalarnikenaikanrobot badan sebesar80
gram/minggu. Prosentaseeosinofil kelompok4 lebih tinggi dibandingdengankelompok 6, masing-masing
90,6% dan 66,8%, yang hal ini menunjukkanbahwa immunisasidenganms 25Gy mampu mengeliminasi
tantanganms yang diberikan. Keadaanini dikonfmnasidengmlkondisi hati yang masihtampak normal hila
dibandingkandengan hati pada kelompok I, denganprosentaseeosinofil 98,6%. Selanjutnya,dari basil
pemeriksaanPCV daDHb, ternakkelompok I menunjukkangejala anemiapaling tinggi dibanding dengan
kelompok lain, yaitu untuk PCV daDHb: 22,33%daD8,94%,25,90%dan 10,10%,sem 27,10%dan 10,10%,
masiIlg untuk kelompok I, 4, dan 6. Pada kelompok kmnbing yang diiIueksi metaserkaria iradiasi
memperlihatkatlkeadaanPA hati masihbaik datlnilai basil pemeriksaandarahmasihdalamkisarannormal.
Metaserkaria iradiasi dosis 25Gy telah dapat memberikanperlindunganpada kambing terhadap infeksi
tantangmlmetaserkariaganas.
ABSTRACT
DETERMINAnON
OF IRRADIATION
DOSE FOR Fafciola giganJica (liVER
FLUKES)
FOR PROTECTION IN GOAT (Capra hircus Linn). An experiment was conducted to study the change
of pathogenicity of 6OCo-irradiatedF. gigantica that give immunological responses in goat. The aim of the
study was to see immunity respond of goats against F. gigantica, which at the end to develop a new strategic
technique for fluke control in small ruminant. lITadiated and non-irradiated -using 'Y-cell of 6OCOmetacercariae (mc.) of F. gigantica were used as the infection material that administered into 18 locally bred
goats averagely 10 months of age. These animal are divided into 6 groups of treatment as the following: (I)
infection with 0 Gy irradiated mc as positive control; (2) without any infection, as negative control; (3)
infection with 25 Gy irradiated mc; (4) immunisation with 25 Gy irradiated mc and then challenge by pure
infective mc; (5) infection with 35 Gy irradiated mc; and (6) immunisation with 35 Gy irradiated mc and then
challenge by pure infective mc. A period of 8 weeks was given to challenge immunisation. Body weight
change, blood value (eosinophyl, haemoglobin, PCV, and reticulocyte) and liver anatomical pathology (AP)
are observed and recorded. Result of this experiment showed a reduction in body weight change, 130
grams/week, in group I as compare to animal in group 4, which gain body weight of 80 grams/week. The
proportion of eosinophyl in group 4 found to be higher as compare to group 6, 90.6% and 66.8%, respectively,
which indicates that 25Gy mc immunization enables elimination of the mc challenge given. This condition
was confirmed by the "normal" seen on the aI1atomicalpathology of the liver as compare to animal in-group 1,
which found to be more cirrhosis with eosinophyl proportion of 98,6%. Furthermore, results from the
observation of PC V and Hb indicate that aIlaemia was found in aniInal from group 1 compare to the respective
groups: 22.33% and 8.94% vs 25.90% aIld 10.100/0and 27.10% and 10.100/0,respectively for PCV and HB ingroup animal 1,4, and 6. It can be concluded that mc-irradiated infected animal shows anatomical pathology
of the liver was normal and blood value in the range of nonnal. Twenty-five Gy irradiated mc stimulates
inunune response from the mc challenge.
PENDAHULUAN
Populasi kambing di Indonesia cukup besar,
yaitu 11.737.800ekor II], merupakansalahsatusumber
protein nasional. Namun demikian surnbanganyang
diberikan dalarn produksi daging di Indonesia masih
sedikit. Diantara faktor yang dapat mengharnbat
produktivitas ternak rurninansia adalah serangan
337
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radias~2001
penyakit. Salah satu penyakit temak yang cukup
merugikan adalah Fasciolosis yang dapat menyerang
hewan ruminansia baik kecil maupun besar, bahkan
dapat menginfeksi semua mamalia [2]. Fasciolosis
merupakan penyakit yang bersifat kronis sehingga
jarang
menyebabkan
kematian,
tetapi
dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar
karena biasanya terjadi penurunan produksi atau
pertumbuhan yang lambat akibat penyakit ini. Namun
demikian usaha penanggulangan penyakit Fasciolosis
ini belum maksimal, karena jarang sekali dilakukan
pencegahan oleh petemak terhadap penyakit ini.
Mengingat tidak efektifnya tanggap induk
semang terhadap cacing pada umumnya, maka tidak
banyak vaksin yang tersedia [3], karena vaksin parasit
yang terdiri dari organisme mati atau ekstrak dari
organisme tidak
berhasil memberikan proteksi.
Penelitian Fasciola pada kambing masih jarang
dilakukan, kebanyakan percobaan menggunakan sapi
dan domba. Penelitian penyakit parasiter dengan teknik
iradiasi bertujuan unhlk melemahkan ageD penyakit
tanpa menghilangkan daya antigeniknya dan berhasil
memberikan daya kebal pada domba ~
sapi [4].
Metaserkaria
Fasciola
gigantica
ifadiasi telah
memberikan perlindungan saInpai 98% pada sapi
terhadap Fasciolosis [5],. sedangkan pacta domba
berkisar antara 64-80%[6].
Terkait dengan hal tersebut di alas daii sebagai
tindak lanjut dari percobaan terdallulu, maka percobaan
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh iradiasi
terhadap patogenitas F. gigantica yang diharapkan
masih menimbulkan respon kekebalaIl pada temak
kambing; sedangkan tujuan dan sasaranaklur penelitiaIl
adalall untuk memperoleh teknik pengendalian cacing
hati F. gigantica pacta temak nuninansia.
BAHAN DAN METODE
Metaserkaria daTi siput Lymnaea rubiginosa
yang diperoleh daTi daerall sekitar kecamatan Surade
kabupaten Sukabumi digunakan dalam percobaan.
Sebanyak 18 ekor kambing lokal jantan berumur sekitar
10 bulan diguncakan sebagai hewan percobaan.
Percobaan dibagi menjadic6 kelompok sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Sebelum penelitian dimulai,
kambing diadaptasikan dan dibebas cacingkan terlebih
dallulu dengan obat cacing. Metaserkaria yang akan
digunakan untuk bahan imunisasi, diiradiasi dengan
dosis 25 Gy dan 35 Gy mengguncakan iradiator
Gammacell di P3TIR-BATAN Pasar Jum'at, Jakarta.
Setiap perlakuan daTi Metaserkaria diinfeksikan melalui
oral untuk setiap tiga ekor kaInbing kacang, jantan:
kelompok 1 (Ve+) untuk dosis 0 Gy (kontrol positif),
kelompok 2 (Ve-) untuk kontrol negatif, kelompok 3
untuk dosis 25 Gy tanpa uji tantang, kelompok 4 untuk
dosis 25 Gy kemudiaIl diuji tantang dengan
metaserkaria ganas, kelompok 5 wltuk dosis 35 Gy
tanpa uji tantaIlg, dan kelompok 6 untuk dosis 35 Gy +
uji tantang. Dosis ilueksi adalall 350 metaserkaria untuk
tiap ekor kambing. Uji tantang diberikan saat 8 lninggu
setelah imunisasi. Parameter yang diamati tiap minggu
338
adalahpertambahanbobot badandan gambarandarah
seperti kadar eosinofil, kadar hemoglobin (Hb),
persentasepacked cells volume (PCV), dan retikulosit
serta pemeriksaan telur cacing pacta feses (epg).
Pemotonganhewanpercobaandilakukan pactaminggu
keduapuluh,kemudiandilakukan pemeriksaanpatologi
aIlatomi (FA) yang dimaksudkan lUltuk melihat
kerusakanhati dan penemuancacingdewasa.
BASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan
bahwa metaserkaria F.gigantica iradiasi memberikan
perlindungan
pacta kainbing
kacang terhadap
infeksi/talltangan
yang
diberikan.
Dari
hasil
pengamatan bobot badan (Galnbar I) tampak kainbing
kelompok 1 sebagai Ve(+) pertUlllbuhannya terhambat
daD terjadi penUnlllan bobot badan rata-rata sebesar
O,13:tO,13 kg per minggu sedangkan kambing
kelompok 4 yang diiInunisasi dengan metaserkarif)
iradiasi 25 Gy + uji tantang menunjukkan pertumbuhan
yang paling baik (terjadi kenaikan bobot badan rata-rata
sebesar O,O8:tO,O4kg per lninggu).
Terharnbatnya
pertumbuhan kambing pacta kelompok kontrol positif
ini menunjukkan bahwa infeksi parasit cacing pada hati
menimbulkan kerusakan yang cukup parah, sehingga
terjadi perdarahan yang mengakibatkan anemia dan
selanjutnya dapat mengganggu pertumbuhan badan
hewan inangnya. Seperti diketahui bahwa salah satu
fungsi darah adalah mengangkut rnakanan untuk
disebar daD disimpan di dalam tubull. Kurangnya
jmnlall darall yang beredar dalam tubuh akan
menyebabkan berkurangnya zat makanan yang
didistribusikan ke selurull tubuh. Oleh karena itu, hal
tersebut merupakan Salall satu penghambat terhadap
pertwnbullan badan [7]. Keparahan infeksi cacing hati
pacta kelompok kontrol negatif didukung dengan hasil
gambaran P A hati kainbing kelompok 1 ini, yaitu
berupa perkapuran hebat selringga konsistensi
melungkat (jaringan hati menjadi keras), wama hati
belang pucat daDditemukan banyak cacing hati dewasa.
Sedangkelompok lain tidak ditemukan kerusakan organ
ltati daD juga tidak ditemukan cacing hati dewasa.
Derajat patogenitas Fasciola erat hubungannya dengan
jmnlah metaserkaria yang tertelan atau jumlah cacing
hati yang terdapat dalam organ yang terinfeksi. Pada
infeksi yang massif, dimana inang
menelan
metaserkaria dalamjumlah banyak, akan terjadi anemia
haemorrhagic acut, d.:'lllhaemorrhagi subcapsular hati
yang luas sehingga dapat berakibat fatal. Jika inang
dapat bertahan, maka dapat terjadi fibrosis dan
cholangitis hiperplastic yang menyebabkan konsistensi
hati meningkat. ISSEROFF dkk dalam GEORGI (8)
menunjukkan bahwa inflamasi dinding pembuluh
empedu pacta hati berhubungan dengan ekskresi asam
amino prolin dalaIn jmnlah besar dari F hepatica.
Gambaran hati normal pada kelompok kambing yang
diinfeksi metaserkaria iradiasi (kelompok 3 dan 5)
menunjukkan ballwa iradiasi mampu menunmkan
patogenitas F. gigantica sehingga berhasil dieliminasi
dari tubull kambing percobaan. Pizarello dan Witcofski
Risalah Peltemualllimiah Peneliliall datI Pengemballgall )\olikasi Isolop datI Radias~ZOO1
menyatakaIl ballwa iradiasi yang bertemu dengan
materibiologi (dalmnIml ini metaserkariaF. gigantica)
maka iradiasi ilU akan berinteraksiwrtuk melepaskan
sebagianenersiyang dikmldlUlgtlyapada nmteribiologi
tersebut. Selanjutnya, dengan serangkaimlperistiwa
fisika, kimia dan biokilnia maka sinar gc'llmnadapat
berakibat pada kelainan biologi yang disebabkanoleh
kelainan seluler berupa proliferasi, mutasi dan
transfontk'lsi,bahkankematian[9]. MenurutNAffiAHO
daD RATNASARI (1982) pengarull langslUlg dari
iradiasi yaitu dapat mengionisasi DNA, sedangkan
menurut RAHA YU (1986) ~
GUNAWARMAN
(1993) pengaruil langslUlg iradiasi terjadi karena
partikel sinar ganunamengenaimateri,sehinggaterjadi
perusakan fungsi biologi yaitu adanya Immbatan
sintesis DNA yang mempengaruiupembelalmnsel
karena DNA merupakml pembawa infonnasi lUltuk
sintesis RNA daD protein [10]. Pada kelompok
imunisasi (kelompok 4 daD 6) memperlilmtkaIl
gambaran PA hati yang nonnal pula, Iml ilU
menlUljukkan ballwa metaserkaria yang diatenuasi
dengan iradiasi dan mengalmni kerusakan seluler
menjadi lemall virulensinya setetapi lnasih mmnpu
merangsangkekebalan pada kmnbing daD memberi
perlindlUlgan terlmdap infeksi tantanganmetaserkaria
ganas. Pemanfaatan iradiasi lUltuk mengatenuasi
metaserkaria Fasciola gigantica telall memberikall
perlindlUlganyang sangattinggi terhadapinfeksi cacing
hati, yaitu perlindwlgan 98 % pada sapi daD80 % pad-'l
domba[II].
Pada Gambar 2. memperlihatkan ballwa
kambing kelompok 1 memplUlyai rataan persentase
eosinofil paling tinggi, (98,61%) karena kelompok
kambing ini diinfeksi oleh metaserkaria ganas,
sebagaimanadiketahui ballwa peningkatanpersentase
eosinofil umunmya disebabkan oleh infeksi parasit
cacing [12]. Sedangkanpersentaseeosinofil hewan
imunisasi terbaik adalall pada kelompok 4 (90,67%),
Iml ini menlUljukkanballwa ada usalla tubuh lUltuk
memusnallkanparasit(cacinghati) yang masuksaatuji
tantang denganjalan meningkatkanjWnlall eosinofil
tersebut.FINKELMAN et al. [13] berpendapatballwa
padawnwlmya ilueksi cacing padahewandan manusia
ditandai dengan timbulnya eosinofilia dan tingginya
imlUloglobulinE (Ig E) yang berturut-turutdisebabkan
oleh sitoken interleukin-5 (IL-5) dan IL-4 yang
dihasilkan oleh Tl12 helper subsetdari sel T. Seperti
telah diketallUi ballwa eosinofil bekerjasalnadengan
lirnfokinasedari sel T daD19BsertaIgG yang dibentuk
sel B lUltuk memusnahkaIlparasitcacing yang masuk
ke dalam tubuh induk semangnya.D AVIES dan
GOOSE [14] berpendapatbahwa degranulasi dari
eosinofil pada tegumenatau kulit cacing menimbulkan
vakuolisasipadadaeralltersebut,yang selanjutnyaakan
mengakibatkankematiancacing.
Rataan persentaseHb (Gambar 3) daD PCV
(Gambar 4) memmjukkanbahwakmnbing kelompok1
memplUlyai nilai paling rendah (Hb=8,94 mg%;
PCV=22,33%)karena infeksi metaserkariaganasakan
menyebabkankerusakanjaringan bati, perdarahandan
penghisapan darah oleh cacing dewasa sehingga
mengakibatkan terjadinya mlemia. DAWES &
HUGHES (15) mengatakanballwa alleluia merupakan
tandafascio!iosisyang klasik dan terjadi sebagaiakibat
kebiasaancacing menghisapdarall. SUKHDEO et of.
(16] membuktikan pendapat tersebut dengan
ditemukaImya lesi berupc'l ulsemsi hemoragik pada
mukosa saluran empedu di hati yang mengalami
lliperplasia. Rata.'lllpersentaseretikulositpun (Gambar
5) mempunyainilai tertinggipadakambing kelompok1
(10,11%),karenakeadaananemia pada kelompok ini
menimbulkan kompensasi tubuh yang kekurangan
darah merah dengan cam imobilisasi sel-sel darah
merah muda yaitu retikulosit. Gambar terlampir
menunjukkanbasil yang diperoleh menurut parameter
yang dillmati selamapercobaan.
KESIMPULAN
Dari basil penganlatall yang diperoleh
menUlljukkallballwa metaserkariairadiasi dosis ~5 Gy
dapat menunmkanpatogenitas cacing hati Fa~itiola
gigantica tetapi masih memberikanperlindUllganpada
kambingterlladapilueksi tantanganmetaserkariaganas.
Karena pada kelompok 4 ini hewan percobaantidak
mengalalnianemiayang ditUlljukkandengangambaran
rataallpresentase
Hb, PCV daDRetikulositmasihdalam
kisarannonnal. GalnbaranPA llatipUll masih nonnal.
Sedangkanpresentaseeosinofil,yang berfungsisebagai
salall satulllt kebal terhadapcacing,pada kelompok ini
lebih tinggi dibanding kelompok imunisasi lain
(kelompok6).
UCAPAN TERIMA KASIH
Pacta kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada kerabat kerja; Yusneti, DiI1ardi,
Santoso daD Toto Suroto yang telah banyak membantu
sehingga percobaan ini dapat berjalan dengan baik.
Ucapan terima kasih disan1paikan pula kepada Bapak
Dr. Sulk1TdonodaD Sul1aryantadari Balitvet Bogor yang
telah banyak memberikan bantuan pactapenelitian ini.
DAFTARPUSTAKA
1. ANONIMOUS, "Buku Statistik Petemakan",
Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen
Pertanian,Jakarta(1995) 12.
2. SUHARDONO,"Penggunaantikus untuk penelitian
Fasciola sp. di laboratorium", (Froc. gem.
Parasit Nasional Y, Ciawi, Bogor, \ 1988),
PerkumpulanPemberantasanPenyakit Parasit
Indonesia, Jakarta (1989) 359.
3. TIZARD, "Pengantar ImW1ologi Veteriner",
AirlanggaUniversityPress(1988)322-323.
4. SMITH, N.C., "Concepts & strategies for anti
parasite immunoprophylaxis & therapy", Int.
Jurr.alfor Par.22 (1992)1047.
339
Risalah Pertemtlan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan ~/ikasi lsotop dan RadiaSl; 2(XJ1
5. HAROUN, E. M., & HILL YER, G. V., "Resistance
to Fasciola: A Review", Vet. Parasitol., 20
(1986)63.
T AYLOR, M.G., Irradiation-attenuated antiparasite-vaccinesin ruminants,in Isotopesand
Radiation in Parasitology.I V., International
Atomic Energy Agency, VielUla (1981) 83.
6. YaNG, W.K., "Aninml Parasite Control Utilizing
.th
12.JAIN, ~.C.,
Vet. Hematology,4
Febiger,Philadelpia(1986)731.
Biotechnology", CRC Press,Inc. Boca Raton,
Florid.:'l(1992) 199-218.
7. SUHARDONO,
TUASIKAL,
B.J.,
dan
SUHARYANTO.. "Respon mannol terhadap
infeksi buatan dengan Fasciola gigantica",
Aplikasi Isotop dan Radiasi dalam Bidang
Pertanian; Peternakan dan Biologi, (Risalall
PertemuanIhniall, Jakarta 1-992)PAIR BATAN,
Jakarta(1993)813.
13. FINKELMAN, F.D., E.J. PEARCE, J.F. URBAN
and A.SHER, Regulation and biological function
of helmintll induced cytokine responses. In:
lmmunoparasitology Today, Ed. Ash, C. and
R.B. Gallagller, Elsevier, Cambridge, U.K. A62A66 (1991).
l4. DA VIES, C. and J. GOOSE, Killing of newly
excystedjuveniles of F. hepatica in sensitised
rats. Parasite immunol,3 (l981) 81-96.
8. GEORGI, l.R., Parasitology for Veterinarians, 4th
ed., W.B. Saunders Company, Plliladelpllia
(1985}78.
9. PIZZARELLO, D.l. and R.C. WITCOFSKI,
Interactionof Radiation with Living System,In
Basic Radiation Biology, Lea & Febiger,
Philadelphia(1967)84.
10. GUNA WARMAN,
R., Pengaruh iradiasi Sill.'lf
gamma
daD waktu
inkubasi
terhadap
kemampuan kultur Trichoderma viride datI
Rhizopus oryzae serta kuItur campurannya dalatll
menghasilkan enzym selulase pada substrat
Bagase., Skripsi Universitas Jenderal Soedinllan,
Fak. Biologi, Purwokerto (1993) 34-35.
15.DAWES, B. and D.L. HUGHES, Fascioliasis: tlt@
invasive stagesin mammals,Adv. Parasitol.,'8
(1970)259-274.
16. SUKHDEO, M. V.K., N.C. SANGSTER and D.F.
METrRICK, Permanentfeeding sites of adults
F. hepatica in rabbits., Int. J. Parasito1. 18
(1988)509-512.
~
-
-0-
tt
~
CI
Ke 12
C
'a
tt
.D-
o
.D-
o
m
-6-
Ke 16
--,A.- Ks 16
5
Gambar
I'J
III
0
2
4
6
8
I
1lllilcl,
-0
'Q. 14
Waktul ( Minggu )
I
'5
[,
'B
I
I
I
J)
Pengamll iradiasi F. gigantica terhadappertambahanrobot badan
kambing;Kel.1 = kontrol positif; Kel.2 = kontrol negatif; Kel.3 = 25
Gy; Kel.4 = 25 Gy + tantang;Kel.5 = 35 Gy; dan Kel.6 = 35 Gy +
tantang.
340
I
'111
Ed. Lea and
~
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan~/ikaSi. lsalop dan Radiasi, 2(XJ1
120
100
Kel 1
Kel 2
KeJ 3
Kel 4
Kel5
Kel6
Perlakuan
Gambar 2. Pengarull iradiasi F. gigafltica terhadap persentasesel eosinofil kambing: Ke
I = kontrol positif; Kel. 2 = kontrol negatif; Kel. 3 = 25 Gy; Kel. 4 = 25Gy +
tantang; Kel. 5 = 35 Gy; dan Kel.6 = 35 Gy + tantang.
Gambar3. Pengarulliradiasi F. gigantica terltadapkadar hemoglobin(Hb) kambing:
Kel. I = kontrol positif; Kel. 2 = kontrol negatif;Kel. 3 = 25Gy; Kel. 4 = 25
Gy + tantang;Kel. 5 = 35 Gy; danKel. 6 = 35 Gy + tantang.
341
RisalahPel1emuanIlmiahPene/iliandanPengembangan
AplikasiIsolopdanRadias~
ZOO1
30
28
-~
->
(.)
D-
26
24
22
20
Kel1
Kel2
Kel3
Kel4
Kel5
Kel6
Perlakuan
Gambar4. PengaruhiradiasiF. gigantica terhadappersentasePCV kmnbing: Kel. 1 =
kontrol positif; Kel. 2 = kontrol negatif;Kel. 3 = 25 Gy; Kel. 4 = 25Gy +
tantang;Kel. 5 = 35 Gy; Kel. 6 = 35 Gy + tantang.
12
10
-~.~
8
.2
~
~
;
6
Q)
~
4
2
Kel1
Kel2
Kel 3
Kel 4
Kel5
Kel6
Perlakuan
GaInbar5. PengarulliradiasiF. giganticaterhadappersentase
setretikulositkalnbing:
Kel. 1 = kontrol positif; Kel. 2 = kontrolnegatif;Kel. 3 = 25Gy;Kel. 4 =
25 Gy+ tantang;Kel. 5 = 35 Gy~daDKel. 6 = 35 Gy + tantang.
342
RisalahPerlemuan
IlmiahPene/i/ian
danPengembangan
AplikdS/o
lsolop danR~
2(x) /
DISKUSI
BOKY J. TUASIKAL
ELSJE L. SISWORO
1. Manakah perlakuanyang paling baik nomor 4 alau
nomor 3 '?
2. Akan diaplikasikan sebagaibasil dari Balan dalam
waktu dekatini ?
1. Kambing kelompok kontrol negatif merupakan
bewaIl nonnal dan pada penghitungan "Gain
weight" mendapat basil (+) berarti ada kel13ikan
bobot badan pada kelompok ini yang tidak berbeda
nyatadengankelompok4. lni berarti pertwnbuhan
kambing kelompok 4 masih baik seperti hewan
BOKY J. TUASIKAL
1. Yang paling baik adalallperlakuan4. yaitu kambing
kelompok ini telah diimunisasimetaserkaria25 kGy
dan mampu mengeliminasicacing dari uji tantang
(basil PA : bati tampaknormal,presentasi).
2. Belum karena kami masih melakukanpenelitian
bersama Pusvetma Surabaya pada tahun ini
menggunakanhewan percobaansapi. Batan hanya
memberi teknologi dan yang akan memproduksi
vaksin ini adalahPusvetmaSurabaya(sesuaidengan
peraturandari Dirjen Peternakan).
MARlA LINA
1. Bagain1ana perbandingan berat badall kambing
kontrol (-) dengall per1akuankelompok 4 (m.s
radiasi 25 kGy. Apakall acta perbedaaIl
(pellalubahanberatbadarldarl sebagainya)
?
2. Apakahtidak dicoba dengallm.s yang diradiasi< 25
kGy yang kemungkinall menimbulkan respon
kekebalal11ebih
baik ?
normal.
2. Kami belurn rnencoba iradiasi rn.s < 2S kGy, saran
ini akan kami pertirnbangkan.
HARSOJO
Apakah muogkin di Indonesia pada kemudiat1
11aribebasdari Fasciola?
BOKY J. TUASIKAL
Kemungkinan Indonesia bebas dari Fasciola
sangat kecil, hal ini berkaitan dengan budaya
petemakan Indonesia yang kurang memperhatikan
management pemelil1ara.1ntenk1knya karena penyakit
kecacingan pada wnumnya bersifat kronis lnaka gejala
klilus tidak talnpak jelas selungga petenmk tidak
rnernsa perlu rnelakukatl pernberiall obat cacing sebagai
pencegal1aJldaD sebagainya, selanjutJlya penyakit ini
selalu ada pada ternak rakyat.
343
Download