hibah unggulan program studi modifikasi batu padas menjadi

advertisement
Bidang Unggulan : Energi,
Transportasi dan Lingkungan
Kode/Bidang Ilmu :112/ MIPA-Kimia
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
MODIFIKASI BATU PADAS MENJADI ADSORBEN DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENYERAP LIMBAH DETERJEN
KETUA PENELITI
: A.A. I.A. MAYUN LAKSMIWATI, S.Si.,M.Si.(NIDN:0008056702)
ANGGOTA PENELITI
: PUTU SUARYA, S.SI., M.SI.(NIDN: 0031127202)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS UDAYANA
OKTOBER 2015
RINGKASAN
Limbah dari pembuatan patung yakni berupa butiran-butiran batu padas
selama ini terbuang begitu saja dan keberadaannya telah mencemari lingkungan.
Batu padas ini akan digunakan menjadi adsorben melalui proses aktivasi, baik
aktivasi secara fisika maupun secara kimia untuk meningkatkan kapasitas
adsorpsinya. Adsorben ini merupakan material sisa dalam industri pembuatan
patung yang banyak terdapat di home industri di beberapa daerah di Pulau Bali.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendayagunakan limbah batu
padas sisa pembuatan patung sebagai adsorben untuk mengatasi pencemaran
limbah deterjen dalam badan perairan, dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari adsorben batu padas, mengetahui
kemampuan batu padas dalam mengadsorpsi limbah deterjen. Kemampuan batu
padas untuk mengadsorpsi deterjen diuji dengan menggunakan metode Batch.
Pengaruh pH dan waktu kontak adsorpsi dipelajari untuk mengoptimasi proses
adsorpsi dan aktivasi batu padas secara kimia untuk mendapatkan adsorben dengan
kapasitas adsorpsi optimum. Model isotermal Langmuir digunakan untuk
menentukan isoterm adsorpsi ini.
Hasil karakterisasi terhadap luas permukaan batu padas menunjukkan, batu
padas teraktivasi asam sulfat memiliki karakter terbaik dengan luas permukaan
spesifik paling besar yakni 18,2423 m2/g dibanding dengan batu padas teraktivasi
asam klorida 17,0122 m2/g dan batu padas alam sebesar 16,6568 m2/g . Hasil uji
adsorpsi batu padas terhadap limbah deterjen menunjukkan pada kajian variasi
waktu kontak, adsorpsi optimum batu padas alam (BA) sebesar 4,6934 mg/g, batu
padas teraktivasi asam sulfat (BAS) sebesar 4,9191 mg/g dan batu padas teraktivasi
asam klorida (BAK) sebesar 4,9693 mg/g. Kemampuan BAK menyerap limbah
deterjen dengan kajian variasi pH didapatkan pada pH 3 dengan jumlah deterje
yang terserap sebesar 4,737 mg/g. Sedangkan kemampuan BAK dalam menyerap
deterjen dengan kajian variasi konsentrasi deterjen didapatkan pada konsentrasi
100 ppm.
Kata Kunci: Batu Padas, Patung, adsorpsi, limbah deterjen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat Beliaulah penulis berhasil melaksanakan penelitian ini sampai pada tahap
akhir dan sekaligus dapat menyusun laporan akhir ini tepat pada waktunya.
Penelitian dapat terlaksana karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dikti sebagai pemberi dana untuk pelaksanaan peneleitian ini.
2. LPPM Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melaksanakan kegiatan ini.
3. Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana yang telah memberikan sarana
dan prasarana dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil. atas bimbingannya dan saransarannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
5. Rekan-rekan team peneliti yang telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
6. Rekan mahasiswa yang telah membantu penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Akhir kata, atas segala saran dan masukan yang bersifat membangun dari segala
pihak, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
PRAKATA........................................................................................................
iii
RINGKASAN .................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
3
2.1 Batu Padas ......................................................................................
3
2.2 Adsorpsi .........................................................................................
11
2.3 Studi Pustaka dan hasil yang sudah dicapai ...................................
11
2.4 Studi Pendahuluan yang sudah dilaksanakan................................
12
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................................. ..
13
BAB IV METODE PENELITIAN......... ........................................................
14
4.1 Preparasi Batu padas Teraktivasi Asam Sulfat ............................ .
15
4.2 Adsorpsi Batu Padas Hasil Aktivasi Terhadap Limbah deterjen ...
15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
20
5.1 Karakterisasi batu padas...................................................................
20
5.2 Uji Daya Batu Padas Terhadap Limbah Deterjen.............................
25
5.2.1 Kajian Variasi Waktu Adsorpsi.....................................................
27
5.2.2 Kajian Variasi pH..........................................................................
29
5.2.3 Kajian Variasi Konsentrasi...........................................................
30
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Bali sebagai daerah wisata telah mendatangkan devisa pada berbagai sektor
industri, baik home industry ataupun industri dalam skala besar. Namun demikian
perkembangan industri ini telah memberikan efek negatif terhadap lingkungan yakni
pencemaran. Industri patung berbahan baku batu padas menghasilkan limbah berupa
sisa pecahan batuan serta debu yang mencemari lingkungan.
Secara umum batu padas mempunyai keunggulan sifat sebagai penukar kation,
penyerap dan penyaring molekul yang sangat selektif (Surna, 1995). Sifat-sifat ini
sangat ditentukan oleh dua hal penting, yakni pengaruh komposisi kimia dan
pengaruh struktur kristalin. Komposisi kimia batu padas umumnya mempunyai unsur
utama kation aluminium, SiO2 dengan kandungan ion-ion di permukaan maupun di
dalam rongga yang mengimbangi distribusi muatan listrik strukturnya, maka dapat
menukar kation da anionnya dengan sistem di luarnya dan karena mempunyai
distribusi muatan maka bersifat sebagai pengadsorpsi dengan media adsorben untuk
mengikat atau menyerap adsorbat seperti ion logam (Catlow, 1992).
Selama ini batu padas khususnya di Bali hanya dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan patung, dan sebagai hasil samping adalah berupa limbah yang berupa
pecahan-pecahan kecil dan debu. Batu badas dikenal sebagai bahan penyerap sudah
sejak Belanda berada di Bali, ini terbukti adanya alat untuk menjernihkan air yang ada
di kabupaten Gianyar merupakan peninggalan sejarah. Alat ini disebut dengan topo,
seperti bak air yang mana dindingnya terbuat dari batu padas (Surna ,1995).
Batu padas dalam keadaan normal/biasa berbentuk kristal berpori yang terisi
kation, anion, silika dan alumina serta molekul air bebas yang berada di sekitar anion.
Keberadaan molekul air bebas ini akan mengganggu sifat adsorpsi batu padas, karena
pori-ori rongga dalam kristalinnya menjadi tersumbat atau dipenuhi oleh air tersebut.
Agar pori-pori batu padas kembali terbuka dan sifat adsorbennya bertambah maka
batu padas dipanaskan sehingga molekul air yang berada dalam kerangka batu padas
mengalami dihidrasi dan dapat membentuk rongga atau pori yang memungkinkan
adsorpsi reversibel dari molekul-molekul yang ukurannya lebih kecil dari ukuran
rongga terserbut (Roto dan Nindyasari, 2009). Dengan dilepaskannya molekul air
tersebut dari pori atau rongga permukaannya menyebabkan medan listrik meluas ke
dalam rongga utama dan akan efektif berinteraksi dengan molekul yang akan
diadsorpsi sehingga terjadilah mekanisme adsorpsi oleh batu padas (Suhala dan
Arifin, 1997).
Sebelum digunakan batu padas harus terlebih dahulu diaktivasi agar dapat
berfungsi sebagai adsorben dan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Aktivasi
pada batu padas dapat dilakukan secara fisika dan secara kimia. Aktivasi secara fisika
terutama dimaksudkan untuk menghilangkan pengotor-pengotor organik dan air,
memperbaiki
struktur
kristal
alumina
silika,
meningkatkan
porositas
dan
meningkatkan luas permukaan batu padas. Aktivasi cara ini biasanya dilakukan
dengan pencucian menggunakan akuades, penghancuran dan pengayakan dan
pemanasan pada temperatur kalsinasi (Han dan Joy, 1998). Sedangkan aktivasi secara
kimia
dimaksudkan
untuk
menghilangkan
pengotor-pengotor
anorganik,
membersihkan permukaan pori, mengatur kembali letak atom yang dipertukarkan,
memodifikasi bentuk, komposisi dan struktur alumina silika. Aktivasi secara kimia
dapat dilakukan dengan cara pertukaran ion, substitusi isomorfis dan dealuminasi.
Proses aktivasi tergantung pada beberapa faktor, yakni: bahan pengatif, waktu
perlakuan dan sejarah termal batu padas (Komadel, 2003). Perlakuan aktivasi batu
padas secara fisika dan kimia diharapkan dapat memperbaiki sifat batu padas alam
sehingga
dapat
digunakan sebagai
adsorben dan mengolah limbah
yang
terkontaminasi limbah deterjen.
Pada proses pencucian pakaian baik itu di perumahan ataupun di usaha
loundry digunakan deterjen. Deterjen yang digunakan umumnya tidak akan masuk
seluruhnya ke dalam bahan tekstil, sehingga limbah yang dihasilkan masih
mengandung deterjen.
Hal inilah yang menyebabkan limbah deterjen menjadi
permasalahan bagi perairan umum. Air limbah yang mengandung deterjen dapat
mengganggu keindahan, bersifat racun dan sulit didegradasi. Genangan air yang
berwarna banyak menyerap oksigen di dalam air sehingga dalam waktu yang lama
akan membuat air menjadi berbau (anonim, 2007).
Berbagai cara pengolahan konvensional yang diterapkan belum memberikan
hasil yang optimal dalam proses penghilangan deterjen.
Metode koagulasi dan
flokulasi umumnya mampu menyerap deterjen hingga 80 %, metode biologi
konvensional umumnya tidak berhasil menghilangkan limbah
dalam air limbah
(anonim 2012)
Beberapa metode untuk menghilangkan deterjen dalam air limbah yaitu
treatment kimia dan sorpsi. Treatment kimia melibatkan reaksi pengendapan,
sedangkan sorpsi melibatkan interaksi antara analit dengan permukaan zat padat
(adsorben). Adsorben yang telah dilaporkan untuk penanganan limbah deterjen dalam
limbah cair yaitu, resin sintetik, karbon aktif, sorben dari bahan anorganik seperti
zeolit, silika gel dan lempung, sorben dari bahan organik (biosorben) menggunakan
bahan-bahan organik mati sebagai sorben.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batu Padas dan Penggunaannya
Cadangan batu padas alam di Pulau Bali sangat berlimpah dan tersebar di
seluruh kabupaten di Bali, namum pemanfaatnya masih sangat terbatas yakni
pembuatan patung. Secara umum batu padas mempunyai keunggulan sifat sebagai
penukar kation, penyerap dan penyaring molekul yang sangat selektif (Surna, 1995).
Sifat-sifat ini sangat ditentukan oleh dua hal penting, yakni pengaruh komposisi kimia
dan pengaruh struktur kristalin. Komposisi kimia batu padas umumnya mempunyai
unsur utama kation aluminium, SiO2 dengan kandungan ion-ion di permukaan
maupun di dalam rongga yang mengimbangi distribusi muatan listrik strukturnya,
maka dapat menukar kation da anionnya dengan sistem di luarnya dan karena
mempunyai distribusi muatan maka bersifat sebagai pengadsorpsi dengan media
adsorben untuk mengikat atau menyerap adsorbat seperti ion logam.
Batu padas adalah senyawa kristal aluminosilikat yang mengandung mineral
ikutan seperti kuarsa, plagioklas, dan illit. Selain itu saluran dan rongga zeolit alam
umumnya masih tertutup oleh air maupun gas-gas lainnya. Sehingga pemakaian batu
padas alam secara langsung tanpa melalui pengolahan, pemanfaatannya terbatas.
Untuk mendiversifikasi pemanfaatan batu padas dan untuk meningkatkatkan nilai
tambah, batu padas yang akan digunakan memerlukan beberapa perlakuan seperti
peningkatan perbandngan Si/Al, modififikasi ion dan lain-lain, dengan demikian
penggunaan batu padas alam dapat lebih luas lagi (Sutarno,2009).
2.1.1 pH tanah
pH tanah yang dimaksud adalah banyaknya konsentrasi ion H pada suatu
sampel tanah. Menurut Tan (1991) kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan
ion
H+.telahtersediabanyakbukti
bahwasuatulempungjenuhhidrogenmengalami
dekomposisispontan.Ion hidrogenmeneroboslapisanoctahedraldan menggantikanatom
Al. Alumuniumyangdilepaskankemudiandijerapoleh komplekslempungdan suatu
komplekslempung–Al-Hterbentukdengan
cepat.IonAl+
dapatterhidrolisis
danmengahsilkan ionH+sepertiterlihat padareaksiberikutini:
Lempung
Al + 3H2O
Al(OH)3 + H
H+
Lempung
H
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam
tanah.tanah dipisahkankedalam beberapakelas sepertiditunjukkanpada gambar2.1
biasanyatanahmasam dijumpai
tersebut
konsentrasi
mengandung Al,
Fe,
biasanya beriklim agak
ionH+
pada daerah yang memiliki
iklim basah dan tanah
lebihbesardaripadaionOH-.Tanah-tanah
inidapat
dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah tanahalkalin
kering hingga kering. Akibat reaksi alakalinnya, tanah
tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn terlarut.
Gambar 2.1.Kisaran-kisaran pH tanah atau kelas-kelas reaksi
tanah..(DariN.C.Brady,TheNatureandPropertiesofSoiledisike8macmil
lanNewYork)
Dari gambar diatas pH dikatakan asam jika nilai dibawah 7 dan dikatakan basa jika
nilai pH diatas 7.
2.1.2 Sifat umum mineral batu padas
Air sangat mempengaruhi sifat batu padas,karena butiran dari tanah lempung
sangat halus, sehingga luas permukaan spesifikasinyamenjadilebihbesar.Dalam suatu
partikel batu padas yang ideal,muatan negative dalam keadaan seimbang,terjadi
substitusi isomorf dan kontinuitas perpecahan susunannya, sehingga muatan negative
pada permukaan partikel Kristal batu padas.Salah satu untuk mengimbangi muatan
negatif, partikel tanah lempung menarik muatan positif (kation) dari garam yang ada
dalam air porinya.Hal ini disebut pertukaran ion-ion.
Molekul air dan partikel batu padas akan menimbulkan lekatan yangs angat
kuat, karena air akan tertarik secara elektrik dan air akan berada disekitar partikel
lempung yang disebut air lapisan ganda, sedangkan air yang berada pada lapisan
dalam disebut air resapan. Lapisan air inilah yang menimbulkan gaya tarik menarik
anta rpartikel lempung yang disebut unhindered moisture film.
Molekul air merupakan molekul dipolar karena atom hydrogen tidak tersusun
simetris disekitar atom oksigen, melainkan membentuk sudut ikatan 105° akibatnya
molekul-molekul air berperilaku seperti batang-batang kecil yang mempunyai muatan
positif di satu sisi dan muatan negative di sisi lain. Sudut dipolar air terlihat pada
Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2. Sifat dipolar molekul air ( Das Braja. M, 1985)
2.1.3 Mineral Batu Padas
Mineral batu padas dapat terbentuk dari hasil dekomposisi silikat primer berupa
Si-O tetrahedral yang mana satu atom Si4+ dapat berikatan dengan 4 atom oksigen dan
Al-O oktahedral, yaitu satu atom Al3+ berikatan dengan enam atom oksigen. Pada
penggantian Si dengan satu atom Al dalam molekul tetrahedral atau penggantian Al
dengan kation yang bervalensi dua, contohnya Fe2+ dan Mg2+ dalam molekul
oktahedral sering terjadi. (Evangelou, 1998).
2.1.4 Aktivasi asam pada Batu Padas
Kapasitas adsorpsi dapat ditingkatkan dengan dua cara yaitu pemanasan dan
kontak asam. Pada proses pemanasan lempung dipanaskan pada temperatur 3003500C untuk memperluas permukaan butiran (Zulkarnaen,Wardoyo, S., dan Marmer,
D. H 1990). Sedangkan dengan cara kontak asam mempunyai tujuan untuk menukar
ion-ion K+, Na+, Ca2+ pada lempung dengan ion H+ dalam ruang antar lapis dan
melepas ion Al3+, Fe3+, Mg2+ dan pengotor lainnya dari kisi-kisi struktur sehingga
secara fisik lempung lebih aktif. Secara umum jenis asam yang digunakan adalah
asam sulfat (Suhala, S. dan Arifin, M.,1997). Melalui aktivasi kapasitas adsorpsi
lempung mengalami peningkatan.Lempung mempunyai struktur bertingkat dan
kapsitas pertukaran ion yang aktif pada bagian dasar. Oleh karena itu strukturnya
dapat diganti seperti struktur bagian dasar dengan cara penambahan asam yaitu asam
sulfat. Pengaruh valensi kation sangat dominan terhadap memudahkan pertukaran ion
dari permukaan yang bermuatan.Semakin tinggi valensi kation, maka semakin tinggi
pula kapasitas penggantian kationnya. Untuk ion-ion yang memiliki valensi yang
sama, maka yang memiliki kapsitas penggantian ion lebih tinggi adalah ion yang
mempunyai ukuran yang lebih besar. Ion yang monovalen seperti H+ dapat
menggantikan ion yang memiliki valensi yang lebih tinggi. Konsentrasi ion H+ yang
tinggi pada lempung mengakibatkan pecahnya situs lempung dan menembus lapisan
oktahedral, sehingga melepaskan spesies Al3+, Fe3+, dan Mg2+ (Kumar,1995). Proses
pelepasan aluminium dari lempung dapat ditulis dengan reaksi sebagai berikut ini :
(Al4)(Si8)O20(OH)4 + 3 H+
(Al3)(Si8)O20(OH)2 + Al3++2 H2O
(Al4)(Si8)O20(OH)4 + 6 H+
(Al2)(Si8)O20 + 2 Al3+ + 4 H2O
Aktivasi dengan asam sulfat telah dilakukan pada penelitian Kumar dkk.(1995),
yang menyatakan bahwa lempung dengan diaktivasi H2SO4 4 N dapat meningkatkan
porositas, keasaman permukaan terjadi karena batu padas dapat mengalami perubahan
struktur.Perubahan struktur terjadi pada luas permukaan dan mempunyai keasaman
permukaan yang maksimal. Asam sulfat (H2SO4) adalah asam yang mempunyai
valensi dua, hal tersebut dikarenakan dapat melepas dua ion H+ untuk
ditukarkan.Asam sulfat dikenal sebagai oksidator pada suhu tinggi yang dapat
melarutkan senyawa-senyawa organik.Kemampuan asam sulfat dalam melarutkan
senyawa yang ada di dalam tanah dapat dilihat dari nilai hilang berat tanah selama
perlakuan, seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Persentase berat tanah hilang akibat perlakuan dengan H2SO4 (Alim,
2001)
Konsentrasi H2SO4 (Molar)
% Berat yang hilang
3
37,7
6
43,1
12
39,8
15
42,3
18
41,7
Tabel 2.1 di atas menunjukkan bahwa asam sulfat pada luas 3-18 M dapat
memberikan kencenderungan yang kosntan terhadap berat tanah yang hilang. Artinya,
pada konsentrasi tersebut kemampuan asam untuk melarutkan komponen tanah telah
maksimal.
2.2
Adsorpsi
Adsopsi merupakan suatu proses terjadinya peristiwa penyerapan suatu zat pada
permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi.materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedangkan bahan
yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben. Adsorpsi
terjadi
karena
adanya interaksi gaya permukaan padatan dengan molekul - molekul adsorbat.
Energi adsorpsi yang dihasilkan bergantung pada tipe adsorpsi yang terjadi (Gregg
S.J, 1982).
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika disebabkan oleh
gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan
yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas
zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu(Atkins, 1997).
BAB III
TUJUAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakter (luas permukaan) dari batu padas teraktivasi asam
sulfat dan asam klorida dengan variasi konsentrasi asam dibandingkan
dengan batu padas alam.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam sulfat dan asam klorida terhadap
kapasitas adsorpsinya pada limbah deterjen dibandingkan dengan batu
padas alam.
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh konsentrasi asam sulfat dan asam klorida terhadap sifat fisiko-kimia dari
batu padas tersebut dan memanfaatkannya sebagai adsorben untuk menurunkan kadar
limbah deterjen.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Tempat, Waktu dan Pengambilan Sampel
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik
Universitas Udayana dari saat diterimanya usulan penelitian ini. Pengambilan batu
padas akan dilakukan di Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Rencana Kegiatan dapat
dilihat pada Tabel 1 dan 2 :
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan penelitian di Laboratorium
Bulan ke
No
Kegiatan
1
1
Survey dan pengambilan
batu padas ke Kab.
Gianyar
2
Penanganan awal batu
padas dan penyiapan
bahan penelitian
3
Eksperimen di lab :
Aktivasi batu padas
secara fisika
A
(pemanasan)dan kimia
(penambahan asam)
Karakterisasi adsorben
meliputi: Luas
permukaan, keasaman
B
permukaan, kandungan
kation, penentuan rasio
Si/Al,
2
3
X
X
4
5
6
X
X
X X
X X
X
7
8
9
1
1
0
1
12
Optimasi pH , Optimasi
Waktu, Optimasi rasio
adsorben dengan zat
C
warna, Isotherm adsorpsi
/ adsorpsi, Desorpsi zat
warna.
4
Analisis Data dan
Penyusunan laporan
5
Publikasi pada Jurnal
Nasional terakretasi / ber
ISSN
X
X
X
X
X
X
X
X
4.2. Bahan dan Alat yang Digunakan
4.2.1. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah limbah batu padas dari sisa pembuatan patung
diperoleh dari Kabupaten Gianyar Bali, AgNO3, HCl 37%, HNO3 , HF, NaOH, ,
H2SO4, NaCl, KMnO4, , indikator PP, Na2EDTA, larutan buffer pH 1 – 7, bahan
warna garmen asam dan basa, akuades dan akua demineralisasi.
4.2.2. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain : alat-alat gelas yang umum digunakan, Shaker,
Magnetic strirer, analyzer gas surface area, Spektrofotometer Serapan Atom (AAS),
Spektrofotometer Uv-Vis, pH meter dan kertas saring Whatman 42.
4.3. Pengamatan
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah :
1. Waktu kontak larutan zat warna dengan adsorbren batu padas
2. pH awal larutan
3. Absorbansi larutan standar zat warna asam dan zat warna basa sebelum dan
sesudah proses adsorpsi diukur dengan Spektrofotometer Uv Vis. Dari data ini,
konsentrasi zat warna yang sisa dalam larutan akan diperoleh dan banyaknya zat
warna yang teradsorpsi dapat ditentukan.
4.5. Prosedur Percobaan
4.5.1. Penyiapan Adsorben Batu Padas
Batu padasdikoleksi dari sisa pembuatan patung di Kabupaten Gianyar Bali.
Dikeringkan dengan sinar matahari. Batu padas ini kemudian digerus dan
diayak dengan ayakan 0,3 dan 0,2 mm. Ukuran partikel adsorbennya adalah
0,20-0,30 mm. Partikel adsorben yang diperoleh dicuci dengan akuades
sampai bersih (filtratnya bening) kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC dan disimpan dalam desikator (adsorben BA). Untuk adsorben
teraktivasi asam klorida(BAK) dan teraktivasi asam sulfat(BAS),sejumlah
berat tertentu B00 diasamkan masing-masing dengan asam klorida 0,1, 0,5 dan
1 M dan dengan asam sulfat 0,1, 0,5, dan 1 M, kemudian dicuci sampai
filtratnya netral (pH7), lalu dikeringakan dalam oven 100
o
Ckemudian
disimpan dalam desikator. Untuk mendapatkan adsorben teraktivasi asam
terbaik, masing-masing adsorben yang sudah diasamkan digunakan untuk
mengadsorpsi limbah deterjen pada konsentrasi tertentu (200 ppm). adsorben
yang mengadsorpsi limbah deterjen paling banyak merupakan adsorben yang
teraktivasi paling baik.adsorben teraktivasi asam klorida terbaik disebut
BAKG dan teraktivasi asam sulfat terbaik disebut BASG.
4.5.2. Penentuan pH Optimum Adsorpsi Limbah Deterjen oleh Masing-masing
Adsorben (BA, BAK, dan BAS)
Ke dalam 100 mL larutan limbah deterjen dengan konsentrasi 25 ppm dan pH
1 ditambahkan 500 mg adsorben. Campuran diaduk dengan kecepatan tetap
200 rpm selama 2 jam pada suhu kamar dan disaring dengan kertas saring
Whatman 42. Absorbansi filtrat diukur dengan Spektrofotometer Uv Vis.
Percobaan di atas diulangi pada pH yang berbeda masing-masing pada pH 1,
3, 5, dan 7. Setiap percobaan dilakukan 3 kali pengulangan. Hal yang sama
dikerjakan untuk setiap adsorben. Konsentrasi zat warna yang diserap untuk
tiap waktu dihitung dari:
Konsentrasi teradsorpsi = konsentrasi awal – konsentrasi akhir
Cadsorpsi = (Cawal – Cakhir)
Banyaknya zat warna yang teradsorpsi (mg) per gram adsorben ditentukan
menggunakan persamaan:
W
(C o  C e ) V
Wa
Dimana,
W = jumlah limbah deterjen yang teradsorpsi (mg/g)
Co = konsentrasi limbah deterjen sebelum adsorpsi
Ce = konsentrasi limbah deterjens etelah adsorpsi
V = volume larutan limbah deterjen(L)
Wa = jumlah adsorben, (g)
pH optimum adalah pH dimana konsentrasi teradsorpsi (Cadsorpsi) terbesar.
4.5.3. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi Limbah Deterjen oleh Adsorben
BA, BAK, dan BAS
Larutan limbah deterjen dengan konsentrasi 50 ppm disiapkan diatur pHnya
pada pH optimum (hasil 3.5.2). Ke dalam tiap-tiap 100 mL larutan limbah
deterjen ditambahkan 500 mg adsoprben. Tiap-tiap campuran dikocok dengan
stirer magnet dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit dan disaring dengan
kertas saring Whatman 42. Absorbansi filtrat diukur dengan Spektrofotometer
Uv Vis. Percobaan kemudian diulangi dengan variasi waktu pengocokan 5, 10,
15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120 dan 150 menit. Setiap percobaan dilakukan 3
kali pengulangan. Hal yang sama dikerjakan untuk setiap adsorben.
Konsentrasi yang diserap untuk tiap waktu dihitung dari:
Cadsorpsi= (Cawal – Cakhir)
Banyaknya limbah deterjenyang teradsorpsi (mg) per gram adsorben (batu
padas) ditentukan menggunakan persamaan:
W
(C o  C e ) V
Wa
dimana W = jumlah limbah deterjenyang teradsorpsi (mg/g)
Co = konsentrasi limbah deterjensebelum adsorpsi
Ce = konsentrasi limbah deterjensetelah adsorpsi
V = volume larutan limbah deterjen(L)
Wa = jumlah adsorben (g)
Waktu optimum adalah waktu dimana konsentrasi teradsorpsi (Cadsorpsi) terbesar
4.5.4. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Limbah Deterjen oleh Adsorben
Larutan limbah deterjen dengan konsentrasi 10, 25, 50, 75 dan 100 ppm
disiapkan pada pH optimum. Ke dalam tiap-tiap 100 mL larutan tersebut ditambahkan
500 mg adsorben. Tiap-tiap campuran diaduk dengan magnetik stirer 200 rpm selama
waktu optimum. Tiap-tiap campuran disaring dengan kertas saring Whatman 42.
Absorbansi tiap-tiap filtrat diukur dengan Spektrofotometer Uv Vis. Setiap percobaan
dilakukan 3 kali pengulangan.
Kapasitas biosorpsi dihitung dari persamaan Langmuir (Ce/qe = 1/Qob + Ce/Qo)
dengan mengalurkan Ce/Qe terhadap Ce untuk persamaan Langmuir. Dari slope
persamaan Langmuir dapat diperoleh nilai Qo yang berhubungan dengan kapasitas
adsorpsi.
Luaran Penelitian
Luaran dari peneltian ini adalah
1. Penerapan IPTEK dalam penanganan masalah pencemaran lingkungan
khususnya limbah deterjen melalui proses adsorpsi dengan lempung hasil
modifikasi
2. Publikasi hasil penelitian pada jurnal nasional dan seminar nasional
3. Pengkajian hasil modifikasi material dalam penerapan masalah lingkungan
sehingga dapat terus dipelajari pengananan masalah lingkungan dengan
menerapkan metode yang dipelajari.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.1 Karakterisasi Luas Permukaan Batu Padas
Luas permukaan adsorben merupakan karakter fisik yang sangat penting
dalam proses adsorpsi, karena luas permukaan mempengaruhi banyaknya adsorbat
yang teradsorpsi dan juga tergantung pada situs aktif. Menurut Perrich, (1981)
menyatakan bahwa semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
dapat terserap, sehingga proses adsorpsi dapat berjalan semakin efektif dan semakin
kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaan adsorben. Pada penelitian ini,
luas permukaan ditentukan dengan metode metilen biru. Panjang gelombang
maksimum metilen biru yang digunakan yaitu 684 nm. Banyaknya molekul metilen
biru yang dapat diadsorpsi sebanding dengan luas permukaan adsorben
Hasil pengukuran luas permukaan adsorben batu pada tanpa dimodifikasi
(BA), batu pada teraktivasi H2SO4 (BAS), dan batu padas teraktivasi asam klorida
disajikan dalam Tabel 5.1
Tabel 5.1. Nilai Luas Permukaan Adsorben
Adsorben
S (m2/g)
BA
16,6568
BAS
18,2423
BAK
17,0122
keterangan : S = luas permukaan adsorben
Penentuan luas permukaan adsorben menggunakan metode metilen biru
berdasarkan penentuan kapasitas adsorben yang menunjukkan banyaknya molekul
metilen biru yang dapat diadsorpsi pada permukaan adsorben. Berdasarkan data pada
Tabel 5.1, menunjukkan bahwa adsorben BAS dan BAK memiliki luas permukaan
relatif lebih tinggi dibandingkan batu padas tanpa dimodifikasi BA. Hal ini
disebabkan oleh adanya aktivasi batu padas dengan asam menjadikan pori pada
lempung lebih terbuka, sehingga dapat menyerap molekul metilen biru lebih banyak
dibandingkan BA. Peningkatan luas permukaan pada batu padas teraktivasi asam
dikarenakan adanya protonasi gugus OH menjadi OH2+ yang disertai terikatnya kation
H+. Adanya jumlah H+ yang semakin banyak dengan penambahan asam
dapat
mendesak (Ca, Mg, Fe, K, dan Na) yang menempati rongga-rongga pada lapisan
alumina silikat. Daisamping itu fungsi penambahan asam dapat melepaskan ion Al,
Fe, dan Mg dan pengotor-pengotor lainnya dari kisi-kisi struktur.
Kemampuan asam sulfat
dibandingkan dengan asam klorida untuk
mengaktivasi batu padas, jika dilihat dari luas permukaan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa asam sulfat memiliki kemampuan lebih baik. Hal ini terlihat
dari data luas permukaan batu padas teraktivasi asam sulfat (BAS) sebesar 18,2423
m2/g dan batu padas teraktivasi asam klorida (BAK) 17,0122 m2/g. Aktivasi dengan
asam sulfat telah dilakukan pada penelitian Kumar dkk. (1995), yang menyatakan
bahwa lempung dengan diaktivasi H2SO4 4 N dapat meningkatkan porositas,
keasaman permukaan terjadi karena lempung dapat mengalami perubahan struktur
montmorillonit sehingga memiliki sifat yang lebih efektif sebagai pendukung katalis.
Perubahan struktur terjadi pada luas permukaan
dan mempunyai keasaman
permukaan yang maksimal. Asam sulfat (H2SO4) adalah asam yang mempunyai
valensi dua, hal tersebut dikarenakan dapat melepas dua ion H+ untuk ditukarkan.
Asam sulfat dikenal sebagai oksidator pada suhu tinggi yang dapat melarutkan
senyawa-senyawa organik.
5.2 Uji Daya Serap Batu Padas Terhadap Limbah Deterjen
5.2.1 Penetuan waktu kontak optimum
Penentuan waktu kontak adsorpsi dilakuakan untuk mengetahui waktu
minimum yang dibutuhkan adsorbat batu padas dalam menyerap adsorbat secara
maksimum sampai tercapai keadaan setimbang. Waktu kontak adsorpsi dapat
diketahui dengan membuat grafik antara banyaknya deterjen yang terserap (mg/g)
terhadap waktu kontak adsorpsi. Variasi waktu interaksi adsorpsi deterjen pada
adsorben dipelajari pada waktu interaksi 0, 15, 30, 45, 60, 90,120 dan 150 menit.
Konsentrasi deterjen yang digunakan dalam mempelajari kajian ini adalah 25 ppm
dengan pH 3. Pengaruh waktu interaksi adsorpsi banyaknya deterjen yang terserap
oleh adsorben dengan berbagai variasi waktu dapat dilihat pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Kurva pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi banyaknya deterjen
yang terserap
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa sampel batu padas
teraktivasi asam sulfat (BAS) dan asam klorida (BAK) memiliki kemampuan lebih
besar untuk menyerap deterjen yakni sebesar 4,9191 mg/g oleh BAS dan 4,9171 mg/g
dibandingkan dengan batu padas alam yang hanya 4,6882 mg/g pada waktu 150
menit.
Dari gambar 5.1 juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya waktu
kemampuan adsorben untuk menyerap limbah deterjen juga semakin besar dan
peningkatan ini terjadi sampai rentang waktu 150 menit. Hasil ini didukung oleh
penelitian Agnestisia (2012) bahwa waktu kontak optimum penyerapan senyawa
oganik oleh batu padas mencapai waktu 4 jam.
5.2.2 Penetuan pH optimum
Penentuan pH optimum merupakan salah satu parameter penting dalam proses
adsorpsi yang mempengaruh keadaan ion dalam larutan. Penentuan pH terhadap
kapasitas adsorpsi bertujuan untuk mengetahui nilai pH yang memberikan adsorpsi
maksimum dari batu padas teraktivasi asam terhadap limbah deterjen. Proses
penyerapan dilakukan pada pH 1-7. Menurut Sukarjo (1989) penyerapan pada pH
tinggi (pH>7) lebih cenderung memberikan hasil yang kurang sempurna, karena
terbentuknya senyawa oksidasi dari unsur-unsur lebih besar sehingga akan menutupi
permukaan adsorben dan menghalangi proses penyerapan partikel-partikel terlarut
dalam adsorben. Dari hasil penelitian pengaruh pH terhadap penyerapan limbah
deterjen oleh batu padas teraktivasi asam terdapat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2.Kurva pengaruh pH terhadap adsorpsi limbah deterjen dengan
jumlah limbah yang terserap oleh batu padas.
Berdasarkan gambar tersebut pH optimum penyerapan limbah deterjen
terdapat pada pH 3 dengan jumlah deterjen yang terserap sebesar 4,737 mg/g. Pada
pH 1-3 kemampuan adsorpsi dari adsorben meningkat, sedangkan pada kondisi pH 35 turun dan turun lagi ke pH 7.
5.2.3 Konsentrasi optimum
Pada penentuan daya serap batu padas terhadap konsentrasi adsorbat
dilakukan dengan mengontakkan batu padas pada konsentrasi yaitu 10, 25, 50,75, dan
100 ppm. Adsorpsi deterjen dilakukan pada pH 3 dengan waktu kontak 150 menit
oleh batu padas teraktivasi asam klorida (BAK). Data hasil analisis variasi konsentrasi
deterjen terhadap banyaknya deterjen yang teradsorpsi disajikan dalam gambar
dibawah ini.
Gambar 5.3 Kurva pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi deterjen dengan
jumlah deterjen) yang terserap.
Dari gambar 5.3 menunjukkan kemampuan batu padas untuk menyerap
deterjen mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan konsentrasi. Daya serap
optimum batu padas terdapat pada konsentrasi 100 ppm yaitu sebesar 11,643 mg/g.
Pada konsentrasi adsorbat rendah jumlah ion deterjen dengan situs adsorpsi yang
terjerap menjadi kecil. Jika konsentrasi ion semakin meningkat maka kompetisi pada
situs adsorpsi semakin tinggi, sehingga jumlah deterjen yang terserap mengalami
peningkatan (Bhattcharyya dan Gupta, 2007).
Dilihat dari pola penyerapan deterjen oleh batu padas dengan kajian variasi
konsentrasi deterjen, terlihat bahwa pada konsentrasi 10 sampai 75 ppm terjadi
peningkatan penyerapan yang cukup tajam. Pada konsentrasi 75 sampai 100 ppm,
peningkatan penyerapan tidak setajam konsentrasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan
kemampuan batu padas dalam menyerap deterjen mulai mencapai titik jenuh.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan sementara yang bisa ditarik dari penelitian yang telah dilakukan
adalah:
1. Aktivasi batu padas terbaik dihasilkan dengan aktivasi menggunakan asam
sulfat konsentrasi 0,1 M dengan luas permukaan tertinggi 18,2423 m2/g dan
batu padas teraktivasi asam klorida 1 M 17,0122 m2/g dibandingkan dengan
batu padas alam sebesar 16,6568 m2/g.
2. Kondisi optimum daya adsorpsi batu padas dalam mengadsorpsi limbah
deterjen didapatkan pada waktu kontak 150 menit, pH 3 dan konsentrasi 100
ppm.
7.2 Saran
Pada penelitian ini perlu dipelajari pengaruh waktu adsorpsi yang lebih lama
dan konsentrasi larutan deterjen yang lebih tinggi sehingga dapat ditemukan kondisi
optimumnya, karena interaksi antara adsorben dan adsorben sangat ditentukan oleh
waktu dan konsentrasi larutan yang diserap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bruce, D.W., and O’ Hare, D., 1992, Inorganics Materials, John Wiley &
Sons Ltd, New York
2. Harlim Tjodi, 2003, Kajian Umum Limbah cair Rumah Tangga dan Industri ,
Jurusan Kimia F.MIPA dan Lembaga Penelitian Universitas Hasanudin,
Makasar
3. Lemke, S.L, 1998, Adsorption of Zearolenone by organophilic
montmorillonite Clay, J. Agric Food Chem., 46, 3789-3796
4. Masel, R.I., 1996, “Principle of Adsorption and Reaction on Solid Surface”,
edisi ke-1, John Wiley & Sons, Inc., Canada, 118 – 113, 235 – 230
5. McCabe, R., 1996, “Clay Chemistry”, edisi kedua, John Wiley & Sons, Inc.,
Oxford, 314 -325.
6. Ogawa,M and Koruda, K., 1998, Preparation of inorganic nanocomposites
Through Intercalation of Organoammonium Ion Into Layered silicates,Bull.
Chem. Soc. Jpn.., 70, 2593-2618
7. Susianah, T., 2005, Interkalasi Surfaktan Kationik ke dalam Struktur
Antarlapis Lempung Bentonit dan Pemanfaatannya sebagai Adsorben
Pengotor Minyak Daun Cengkeh, Tesis S-2, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
8. Suarya, P. 2005.Preparasi Lempung Terpilar Besi Oksida dan Pemanfaatnnya
sebagai Penyerap Pengotor Minyak Daun Cengkeh, Tesis, Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
9. Suarya, P. 2007. Adsorpsi Pengotor Minyak Daun Cengkeh oleh Lempung
Teraktivasi Asam, Hasil Penelitian, Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Udayana, Jimbaran
10. Suarya, P. 2008.Preparasi Lempung Teraktivasi Asam Sulfat Terpilar
Aluminium Oksida dan Pemanfaatnnya sebagai Penyerap Pengotor Minyak
Daun Cengkeh, Hasil Penelitian, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Jimbaran
11. Wijaya, K., Mudasir, Tahir, I., dan Asean, F., 2003, Inklusi Senyawa pNitroanilin ke dalam Pori-pori Montmorillonit Terpilar TiO2, Review Kimia,
6(2), hal. 84-94.
12. Zainudin, M., 1999, Metode penelitian, Universitas Airlangga, Surabaya
Lampiran 1. Pembuatan Larutan
1. Pembuatan Larutan H2SO4 2 M
Untuk membuat 1000 mL H2SO4 2 M, diambil sebanyak 111,04 mL H2SO4
pekat dan diencerkan dengan akuades pada labu ukur 1000 mL sampai tanda
batas. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
H2SO4 yang tersedia adalah 96 % (v/v); 1L = 1,84 kg; BM = 98,08 g/mol
[H2SO4] =
= 18,0098 M
V1.M1= V2.M2
V1.18,0098 = 1000 mL. 2M
V1 = 111,04 mL
2. Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
Untuk membuat 1000 mL HCl0,1 M, diambil sebanyak 8,3 mL HClpekat
dan diencerkan dengan akuades pada labu ukur 1000 mL sampai tanda batas.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
HClyang tersedia adalah 37 % (v/v); 1L = 1 = 36,5 g/mol
[HCl] =
= 11,96 M
V1.M1= V2.M2
V1.11,96 = 1000 mL. 0,1M
V1 = 8,36 mL
3. Pembuatan Larutan BaCl2.2H2O 0,25 M
Untuk membuat 100 mL BaCl2.2H2O 0,25 M, ditimbang dengan teliti
6,0750 g BaCl2.2H2O, kemudian dilarutkan dengan 20 mL akuades dan
diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas. Cara perhitungannya
adalah sebagai berikut :
M BaCl2.2H2O =
Berat BaCl2.2H2O = 0,25 M x 243 g/mol x
Berat BaCl2.2H2O = 6,0750 g
Lampiran 2 Hasil Penentuan Kadar Deterjen dengan Spektrofotometri UV-Vis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
1. Ketua Peneliti
1.
Nama Lengkap (dengan gelar)
Anak Agung Istri Agung Mayun
Laksmiwati,S.Si.,M.Si
2.
Jabatan Fungsional
Lektor / III d
3.
Jabatan Struktural
-
4.
NIP/NIK/No.Identitas lainnya
19670508 199702 2 001
5.
NIDN
0008056702
6.
Tempat dan Tanggal Lahir
Klungkung, 08 Mei 1967
7.
Alamat Rumah
Pasraman UNUD Blok F No. 11 Jimbaran
8.
Nomor Telepon/Faks /HP
0361 8953526. Hp. 085 935 098 474
9.
Alamat Kantor
Kampus Bukit Jimbaran
10.
Nomor Telepon/Faks
0361 703137 Ext.226
11.
Alamat e-mail
[email protected]
12. Lulusan yang telah dihasilkan
S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3=
Orang …
13. Bidang Keahlian
Biokimia
14.
1.
Mata Kuliah yg diampu
Biokimia
2. Bioteknologi
3. Biologi Molekuler
4. Teknologi Fermentasi dan Enzim
5. Analisis Bahan Pangan
P
B. Riwayat Pendidikan
Program
S-1
S-2
S-3
Nama
Perguruan
Tinggi
Universitas Udayana
Universitas Udayana
-
Bidang Ilmu
Kimia
Bioteknologi Pertanian
Tahun Masuk
1986
2001
Tahun Lulus
1994
2004
Judul
Skripsi/Thesis/
Disertasi
Penentuan kadar vitamin
B1 (Thiamin Hidroklorida)
pada beberapa jenis beras.
Deteksi strain virus dengue
penyebab penyakit demam
berdarah pada penderita dan
serangga vector aedes
aegypti di Denpasar
Nama
Pembimbing/
Promotor
1. Drs. H. Moeljono, Apt.
1.Prof.Dr.Ir.I Gede
Putu
Wirawan, M.Sc
2. Ir. I Nengah Simbung,
MS
2. Prof.Dr. dr. I Nyoman
Arhya, M.App.Sc
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir baik Nasional maupun
Internasional
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
No.
Tahun
Judul Penelitian
Sumber *)
1.
2.
20092010
Peran sinergis minyak ikan lemuru
(Sardinella Kongiceps) dan Vit.E
dalam menghambat peroksidasi lipid
pada tikus Hyperkolesterolimia.
Fundamental.
Jml (Juta Rp.)
3.
4.
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing,
Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan
Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
C2. Jumlah Mahasiswa yang terlibat dalam proyek penelitian Bapak/Ibu selama
3 tahun terakhir 2 Orang
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
Judul Pengabdian Kepada
No.
Tahun
Pendanaan
Masyarakat
Sumb
er *)
Jml (Juta
Rp.)
1.
2007
Pemanfaatan minyak kelapa dan minyak
jelantah sebagai bahan baku pembuatan
sabun cuci. Desa Penarukan, Tabanan.
DIPAUNU
D
Rp.
3.000.000
2.
2008
Pelatihan singkat cara membuat
pembasmi jentik nyamuk dari daun Sirih.
Desa Penarukan, Tabanan.
DIPAUNU
D
Rp.
3.000.000
3.
2008
Pemanfaatan daun salam sebagai obat
pengawet alami pada minyak kelapa.
Desa Pejeng, Gianyar.
DIPAUNU
D
Rp.
3.000.000
4.
2009
Pembuatan minyak kelapa murni (VCO)
dengan metode enzimatis dan
pemanfaatannya sebagai obat gosok.
Kantor Balai Desa Sambirenteng,
Buleleng.
DIPAUNU
D
Rp.3.000.000
5.
2010
Penggunaan Chemdraw sebagai alat
bantu dalam menuliskan atau
menggambarkan struktur kimia di
SMAN-1 Kuta Utara Badung.
DIPAUNU
D
Rp.3.000.000
6.
2012
Pelatihan pemanfaatan tanaman obat
komoditas pertanian untuk peningkatan
DIPAUNU
Rp.
derajat kesehatan keluarga di Desa
Pengotan, Bangli
7.
D
3.000.000
Pembuatan minyak kelapa dengan
menggunakan metode kering enzimatik di
Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan,
Kabupaten Jembrana.
8.
2013
Pemberdayaan Ibu-ibu, Bidan dan Kader
Posyandu melalui penyuluhan tentang
pemberian makanan yang memenuhi
empat sehat lima sempurna untuk
menngkatkan gizi dan daya tahan tubuh
pada bayi dan anak di Desa Pengotan,
Bangli.
8.
2013
Pemanfaatan surudan banten menjadi
olahan yang menarik. Ubud, Gianyar.
9.
2013
Pelatihan singkat pembuatan sabun
antibakteri alami dari daun mimba.
Karangasem
*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer
Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya.
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
baik Nasional maupun Internasional
No.
Judul Artikel
Ilmiah
Nama
jurnal
Volume/
Nomor
Tahun
publikasi
Tingkat
Lokal/Nasiona
l
Internasional
1.
Analisis protein pada Review
serum penderita
Kimia.
demam berdarah.
Volume
8, Nomer
2
Agustus,
2005
Nasional
2.
Analisis variasi
nukleotida daerah Dloop DNA
mitokondria pada
satu individu suku
Bali Normal.
Jurnal
Kimia
Volume
1, Nomer
1
Januari,
2007
Nasional
3.
Kadar thiamin
hidroklorida
(Vitamin B1) pada
nasi beras putih dan
beras merah pada
berbagai waktu
penyimpanan pada
alat Magic-Com
Jurnal
Kimia
Volume
6, Nomer
1
Januari
2012
Nasional
4.
Kadar total senyawa
fenolat pada madu
randu dan madu
kelengkeng serta uji
antiradical bebas
dengan metode
DPPH (Difenilpikril
Hidrazil).
Jurnal
Kimia
Volume
6, Nomor
2,
Juli 2012.
Nasional
.
5.
Isolasi dan
identifikasi senyawa
toksik pada ekstrak
methanol daun
gaharu (Gyrinops
verteegii). Jurnal
Kimia, Volume 7,
Nomo
Jurnal
Kimia
Volume
7, Nomor
2
Ju li 2013
Nasional
6.
Nilai daya hantar
listrik, kadar di
pasaran di
bandingkan dengan
madu alami. Jurnal
Kimia, Volume 7,
Nomor 2, Juli 2013.
Jurnal
Kimia
Volume
7, Nomor
2
Juli 2013
Nasional
F. Kegiatan Dosen Dalam Seminar ilmiah / lokakarya / penataran / workshop /
pagelaran / pameran / peragaan.
No.
Jenis Kegiatan*
Waktu
Tempat
Sebagai
Penyaji
1.
Workshop strategi
penanganan pengguna
formalin dan bahan
berbahaya lainnya.
12 Januari
2006
Fakultas
Teknologi
Pertanian
UNUD
Peserta
2.
Pelatihan Dasar Biologi
Molekuler dan Teknik
PCR
22-25
November
2005
Laboratoriu
m Biosains
dan
Bioteknologi
UNUD
Peserta
3.
Workshop E-Learning
8-9 Pebruari
2007
FMIPAJurusan
Kimia UND
Peserta
4.
Workshop” Analisis
DNA untuk kepentingan
Forensik.
14-15
Nopember
2008
UPT.
Laboratoriu
m Forensik
UNUD
Peserta
5.
International Conference
“ Biotechnology for a
Sustainable Future”
15-16
September
2009
UNUD
Lokakarya “ Proses
Pembelajaran dan Sistem
Penilaian dalam
Kurikulum Berbasis
Kompetensi”
17 Pebruari
2010
FMIPAUNUD
6.
Peserta
Peserta
Pesert
a
7.
Seminar Nasional Anti
Narkoba dan Anti HIVAIDS”Membatasi
peningkatan
penyalahgunaan narkoba
dan pengidap HIV-AIDS
melalui pendekatan
kultural yang
kontekstual.
22 Nopember
2011
Udayana
Science Club
Peserta
8.
Workshop on Advanced
Polymer Synthetic for
New Applications.
28 Nopember
2011
FMIPAUNUD
Peserta
9.
Workshop Metode
Pembelajaran
29 Nopember
2011
FMIPAKimia
Peserta
*jenis kegiatan : Seminar ilmiah / lokakarya / penataran / workshop / pagelaran /
pameran / peragaan.
**Mohon disertakan bukti/sertifikat telah mengikuti kegiatan tersebut dalam
bentuk hardcopy (fotocopy)
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No.
1.
2.
3.
4.
Dst.
Judul Buku
-
Tahun
Jumlah
Halama
n
Penerbi
t
Tingkat
Lokal
/nasional/
internasion
al
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No.
1.
Judul/Thema HKI
Tahun
Jenis
No.P/ID
-
2.
3.
4.
Dst.
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam
5 Tahun Terakhir
No.
1.
2.
3.
4.
Dst.
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun
Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
2. Anggota Peneliti
A. Identitas Diri
1.
Nama Lengkap (dengan
gelar)
Putu Suarya, S.Si., M.Si
2.
Jabatan Fungsional
Lektor
3.
Jabatan Struktural
-
4.
NIP
19721231199802 1 001
5.
NIDN
0031127202
6.
Tempat dan Tanggal Lahir
Gesing, 31 Desember 1972
7.
Alamat Rumah
Desa Sibetan kec. Bebandem kab.
Karangasem Bali
8.
9.
Nomor Telepon/Faks/
HP
Alamat Kantor
L/P
-/ - / 081337958766
Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Udayana, Kampus Bukit jimbaran, Kuta,
Badung Bali
10. Nomor Telepon/Faks
0361-703137 / 703137
11. Alamat e-mail
[email protected]
12. Lulusan yang Telah
Dihasilkan
S1 = 10 orang
Kimia Anoganik I (di S-1 Kimia)
Kimia Anoganik II (di S-1 Kimia
Kimia Anoganik III(di S-1 Kimia)
Korosi (di S-1 Kimia)
13. Mata Kuliah yang Diampu
Kapita Selekta Kimia Anoraganik (di S-1
Kimia)
Kimia Katalis (di S-1 Kimia)
Kimia Organologam (di S-1 Kimia)
Bioanoraganik (di S-1 Kimia)
B. Riwayat Pendidikan
S-1
S-2
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Udayana
Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu
Kimia
Kimia
Tahun Masuk – Lulus
1990-1995
1998-2001
Judul Skripsi / Thesis / Pengaruh CaCl2 dan Suhu
Disertasi
aktivasi Pada Arang Sekam
Padi dan Kemampuan
Adsorpsinya pada Metilen
Biru Klorida
Preparasi Lempung
Terpilar Besi Oksida dan
Pemanfaatannya untuk
Menjernihkan Minyak daun
Cengkeh
Nama
Drs. Made Sweda, M.Sc.
Pembimbing/Promotor
Drs I Wayan Wyadnya
Dr. Yateman Aryanto
Prof. Dr. Sri Juari
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber*
1
2.
2012/2013
Produksi bioetanol
berbahan sekam padi dan
peningkatan kadar etanol
dengan lempung terpilar
besi oksida
DIKTI
Modifikasi Silika gel dari
20010/2011 Sekam Padi dengan
Ligan Difenil Karbason
DIKTI
Jml (Juta
Rp)
50
Hibah bersaing
50
dan Aplikasinya untuk
Mengadsorpsi Cr III dan
Cr VI
Hibah Bersaing
3.
2009/2010
Sintesis Silika Gel dari
Sekam Padi
Dosen MudaDikti
10
4
2007
Adsorpsi Pengotor
Minyak daun Cengkeh
Menggunakan Lempung
Teraktivasi asam
Dosen MudaDikti
10
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber*
1
1.
2.
2012/2013 Pembuatan sabun mandi anti bakteri
dari daun mimba
Jml (Juta
Rp)
4
Bakti Ilmiah Mahasiswa Jurusan
2009/2010 Kimia Tahun 2010 di Desa Baha,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung
-
-
2010/2011 Bakti Ilmiah Mahasiswa Jurusan
Kimia Tahun 2011 di Desa Kerta,
Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar
-
-
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul tulisan
Tahun
Diterbitkan sebagai: *)
01
Optimasi Jenis Pelarut
dalam Ekstraksi Zat
Warna Alam dari Batang
Pisang Kepok (Mussa
paradisiacal L. cv kepok)
dan Pisang Susu (Mussa
paradisiacal L. cv susu)
2011
Artikel pada Jurnal Kimia
Vol.5, No.1, Januari 2011
02
Interkalasi Tetra Etil Orto
Silikat (TEOS) Pada
Lempung Teraktivasi
Asam Sulfat dan
Pemanfaatannya Sebagai
Adsorben Limbah Warna
Garmen
2010
Artikel pada Jurnal Kimia
Vol.4, No.1, Januari 2010
03
Interkalasi Benzalkonium
Klorida ke dalam Antar
Lapis Lempung dan
Pemanfaatannya sebagai
Penjernih Minyak Daun
Cengkeh
04
Studi Adsorpsi-desorpsi
Logam Timbal dalam
Larutan dengan
Cangkang Telur
05
Biosorption of Cr(III)
Ion On Algae Eucheuma
spinosum Biomassa
2009
Artikel pada Jurnal Kimia
Vol.3, No.1, Januari 2009
2008
Artikel pada Sigma Jurnal
Sain dan Teknologi vol.
11 No 2 Jjuli 2008
2008
Artikel pada Indonesian
Journal of Chemistry Vol.
8, No. 1, March 2008.,
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar
Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Tempat
1.
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku
Tahun
Jumlah
Halaman
Penerbit
H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No.
Judul / Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor
P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam
5 Tahun Terakhir
No.
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun
Tempat
Respon
Penerapan Masyarakat
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah,
asosiasi atau institusi lainnya)
No.
1.
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Penelitian Fundamental
Denpasar, 10 Febroari 2015
Pengusul,
(Putu Suarya, S.Si., M.Si.)
NIP 19721231199802 1 001
Download