undang-undang republik indonesia nomor....... tahun

advertisement
www.hukumonline.com
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR....... TAHUN....
TENTANG
USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a.
bahwa sehubungan dengan kemajuan dunia usaha yang semakin pesat yang diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, sehingga usaha perseorangan dan bentuk badan
usaha yang bukan badan hukum semakin berkembang;
b.
bahwa usaha perseorangan dan bentuk badan usaha yang bukan badan hukum sebagai
bagian integral dari dunia usaha merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai
kedudukan, peran, dan potensi yang strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian
nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi;
c.
bahwa peraturan tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Komanditer yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab UndangUndang Hukum Dagang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan
dunia usaha yang semakin maju pesat;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf
c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha
Bukan Badan Hukum.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN
HUKUM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Usaha Perseorangan adalah bentuk usaha yang didirikan oleh satu orang perseorangan
yang melakukan, kegiatan usaha secara terus-menerus dengan nama tertentu mempunyai
tempat kedudukan tetap, dan mempunyai tujuan mencari keuntungan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
Badan Usaha Bukan Badan Hukum adalah bentuk usaha bukan badan hukum, didirikan
berdasarkan perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja
sama secara terus-menerus dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga,
keahlian, dan/atau klien/pelanggan guna diusahakan bersama dengan nama bersama dan
mempunyai tempat kedudukan tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama
keuntungan yang diperoleh.
Persekutuan Perdata adalah badan usaha bukan badan hukum yang setiap sekutunya
bertindak atas nama sendiri serta bertanggung jawab sendiri terhadap pihak ketiga.
Persekutuan Firma adalah badan usaha bukan badan hukum yang setiap sekutunya berhak
bertindak untuk dan atas nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap
pihak ketiga secara tanggung renteng.
Persekutuan Komanditer adalah badan usaha bukan badan hukum yang mempunyai satu
atau lebih Sekutu Komplementer yang masing-masing berhak bertindak untuk dan atas
nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara
tanggung renteng, dan satu atau lebih Sekutu Komanditer yang tidak boleh bertindak atas
nama bersama semua sekutu dan tidak bertanggung jawab terhadap pihak ketiga melebihi
pemasukannya.
Sekutu Komanditer adalah sekutu yang tidak berhak bertindak atas nama bersama semua
sekutu dan tidak bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi.
Sekutu Komplementer adalah sekutu yang berhak bertindak atas nama bersama semua
sekutu dan bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi.
Barang adalah barang bergerak dan tidak bergerak, barang berwujud dan tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan uang.
Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan
persekutuan.
Hari adalah hari kalender.
Menteri adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Undang-Undang ini meliputi Usaha Perseorangan dan Badan
Usaha Bukan Badan Hukum.
Badan Usaha Bukan Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer.
Pasal 3
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum tidak boleh mempunyai nama
yang sama dengan nama Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum
yang telah didaftarkan lebih dahulu.
Nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Pasal 4
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum mempunyai alamat lengkap di
tempat kedudukannya.
Dalam surat menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan dan akta dalam hal
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum menjadi pihak harus
disebutkan nama dan alamat lengkap.
Pasal 5
Kegiatan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 6
Terhadap Badan Usaha Bukan Badan Hukum berlaku Undang-Undang ini, perjanjian persekutuan,
dan peraturan perundang-undangan lain.
BAB II
USAHA PERSEORANGAN
Pasal 7
Usaha Perseorangan mulai berdiri pada tanggal pertama kali kegiatan usaha dilakukan.
Pasal 8
Pemilik Usaha Perseorangan bertanggung jawab secara pribadi dengan seluruh kekayaannya atas
utang Usaha Perseorangan.
Pasal 9
Pemilik Usaha Perseorangan wajib membuat catatan kegiatan usaha dari Usaha Perseorangan
miliknya yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan kegiatannya sesuai dengan kebutuhan usahanya.
Pasal 10
Kewajiban melakukan pencatatan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tidak
berlaku terhadap Usaha Perseorangan yang:
a.
diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau anggota keluarga/kerabat
terdekat;
b.
pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima;
c.
jumlah peredaran usaha atau aset sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
usaha mikro;dan/atau
d.
bidang usahanya tidak memerlukan perizinan dari instansi tertentu.
(1)
(2)
(3)
Pasal 11
Usaha Perseorangan berakhir karena pemilik Usaha Perseorangan:
a.
meninggal dunia;
b.
ditaruh di bawah pengampuan;
Catatan:
perlu dikaji kembali apakah kurator dapat melanjutkan usaha tersebut untuk
kepentingan kurandus.
c.
dinyatakan pailit dan diikuti dengan insolvensi; atau
d.
mengakhiri sendiri kegiatan usaha setelah diselesaikannya semua kewajiban yang
berkaitan dengan kegiatan usahanya.
Dalam hal Usaha Perseorangan berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
kegiatan usaha dilanjutkan oleh seorang ahli warisnya, maka Usaha Perseorangan tersebut
merupakan Usaha Perseorangan baru.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Usaha Perseorangan juga berakhir
karena putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
BAB III
PERSEKUTUAN PERDATA
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Umum
(1)
(2)
Pasal 12
Persekutuan mulai berlaku sejak tanggal perjanjian persekutuan ditandatangani oleh para
sekutu atau pada tanggal yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan.
Perjanjian persekutuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam akta notaris
dalam bahasa Indonesia.
Pasal 13
Akta perjanjian persekutuan harus memuat sekurang-kurangnya:
a.
nama, tempat tinggal, kewarganegaraan, dan pekerjaan para sekutu perseorangan;
b.
nama, tempat kedudukan, dan status badan hukum bagi sekutu yang berbadan hukum;
c.
nama persekutuan;
d.
tempat kedudukan persekutuan;
e.
jangka waktu perjanjian persekutuan;
f.
kegiatan usaha persekutuan;
g.
pemasukan para sekutu;
h.
cara pembagian laba dan beban kerugian persekutuan;
i.
hak, kewajiban, dan tanggung jawab sekutu.
Pasal 14
Persekutuan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia
yang ditentukan dalam anggaran dasar.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Para Sekutu
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasal 15
Setiap sekutu dalam perjanjian persekutuan wajib memberikan pemasukan berupa uang,
barang, tenaga, keahlian, dan/atau klien/pelanggan.
Dalam hal, pemasukan para sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa barang
harus disebutkan dengan jelas rincian dan nilainya.
Dalam hal yang dimasukkan adalah barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
dengan cara:
a.
penyerahan hak milik atas barang kepada semua sekutu bersama-sama dalam ikatan
persekutuan; atau
b.
penyerahan pemanfaatan atas barang kepada persekutuan.
Penyerahan hak milik atas barang kepada semua sekutu bersama-sama dalam ikatan
persekutuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a mengakibatkan barang tersebut,
selama berlangsungnya persekutuan menjadi milik bersama dari semua sekutu yang tidak
dapat dibagi dan tidak menyebabkan barang tersebut menjadi bagian dari kekayaan pribadi
sekutu.
Dalam hal penyerahan hak milik atas barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
berupa barang bergerak terdaftar dan barang tidak bergerak harus didaftar atas nama
persekutuan.
Dalam hal penyerahan hak milik atas barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
tidak dapat didaftarkan atas nama persekutuan maka didaftarkan atas nama semua sekutu
dalam ikatan persekutuan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(7)
(8)
(9)
(10)
(1)
(2)
(3)
Penyerahan hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a tidak mengakibatkan
hak milik atas barang tersebut menjadi jaminan bagi perikatan pribadi sekutu.
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekutu yang
memberikan pemasukan berupa barang wajib menjamin tidak adanya tuntutan berupa
apapun berkenaan dengan kepemilikan barang tersebut.
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, maka
setelah penyerahan dilakukan, risiko selanjutnya atas. kepemilikan dan pemakaian barang
menjadi tanggung jawab persekutuan.
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, maka
risiko atas pemilikan barang tersebut tetap menjadi tanggung jawab sekutu yang
memberikan pemasukan, sedangkan risiko pemanfaatan atas barang tersebut menjadi
tanggung jawab persekutuan, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan.
Pasal 16
Sekutu yang menyanggupi untuk memberikan pemasukan berupa sejumlah uang dan/atau
barang dan tidak melakukannya pada tanggal yang diperjanjikan, dibebani bunga sebesar
suku bunga Bank Indonesia yang berlaku.
Pembebanan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi kewajiban
membayar tambahan berupa penggantian biaya dan/atau ganti rugi.
Pembebanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku bagi para sekutu
kecuali diperjanjikan lain.
Pasal 17
Para sekutu yang telah menyanggupi untuk memberikan pemasukan berupa tenaga dan/atau
keahlian ke dalam persekutuan, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada persekutuan
tentang semua hasil yang diperoleh dari tenaga dan/atau keahliannya sesuai yang diperjanjikan.
(1)
(2)
Pasal 18
Dalam hal persekutuan menderita kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
sekutu, maka sekutu tersebut diwajibkan membayar ganti rugi kepada persekutuan.
Kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat
diperhitungkan dengan keuntungan yang diperoleh persekutuan karena pekerjaan sekutu
yang bersangkutan.
Pasal 19
Seorang sekutu mempunyai tuntutan terhadap persekutuan mengenai:
a.
uang yang dikeluarkannya lebih dahulu untuk persekutuan;
b.
perikatan yang dilakukannya dengan itikad baik untuk kepentingan persekutuan; dan
c.
kerugian yang dideritanya yang tidak dapat dipisahkan dari pengurusan persekutuan
asalkan kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.
(1)
(2)
(3)
Pasal 20
Bagian, masing-masing sekutu dalam laba dan kerugian persekutuan ditetapkan dalam akta
persekutuan berdasarkan kesepakatan para sekutu dengan memperhatikan pemasukan
masing-masing sekutu.
Bagian, masing-masing sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap waktu dapat
diubah atas kesepakatan para sekutu yang dimuat dalam Akta Perubahan Persekutuan.
Perubahan bagian masing-masing sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku
sejak tanggal kesepakatan dibuat.
Pasal 21
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Ketentuan dalam akta persekutuan yang menetapkan bahwa sekutu tertentu tidak
memperoleh bagian laba adalah batal karena hukum.
Ketentuan dalam akta persekutuan yang menetapkan bahwa semua kerugian ditanggung
oleh satu orang atau lebih sekutu adalah sah.
Pasal 22
Sekutu yang berdasarkan ketentuan dalam akta persekutuan diberi wewenang melakukan
pengurusan persekutuan, dapat melakukan segala perbuatan yang berhubungan dengan
pengurusan persekutuan.
Dalam melakukan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekutu tersebut wajib
bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan persekutuan.
Sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak bertindak dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan persekutuan bertanggung jawab terhadap sekutu
lainnya atas kerugian yang diderita Persekutuan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak membebaskan sekutu lainnya
terhadap perikatan Persekutuan yang telah dibuat dengan pihak ketiga.
Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada sekutu dapat diberikan
wewenang tidak dalam akta persekutuan, melainkan dalam suatu akta tersendiri.
Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan
mengubah akta persekutuan, sedangkan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
sewaktu-waktu dapat ditarik kembali.
Pasal 23
Dalam hal beberapa sekutu dalam akta persekutuan diberi wewenang melakukan pengurusan
persekutuan dengan tidak ditentukan mengenai tugas masing-masing atau tidak ditentukan harus
bertindak bersama-sama, maka masing-masing sekutu tersebut berwenang melakukan segala
perbuatan yang berhubungan dengan pengurusan persekutuan.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 24
Dalam hal telah diperjanjikan bahwa seorang sekutu harus melakukan tindakan
kepengurusan bersama-sama dengan sekutu lainnya, maka sekutu tersebut tidak dapat
bertindak sendiri.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila persekutuan akan
menderita kerugian jika sekutu tidak melakukan tindakan tersebut.
Tindakan sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi tanggung jawab semua
sekutu apabila telah disahkan oleh sekutu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Dalam hal tindakan sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum atau tidak disahkan
oleh sekutu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka tindakan tersebut menjadi
tanggung jawab sekutu yang melakukannya.
Tindakan sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap pihak lain tetap mengikat
Persekutuan sepanjang pihak lain beritikad baik.
Pasal 25
Sekutu yang diberi wewenang melakukan pengurusan persekutuan, wajib memberikan
pertanggungjawaban kepada sekutu lainnya atas pengurusan yang dilakukannya dalam bentuk
catatan pembukuan Persekutuan dan laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan Persekutuan
(1)
Pasal 26
Setiap sekutu berhak melihat catatan pembukuan dan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25, serta surat-surat lain yang berkaitan dengan persekutuan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
Sekutu wajib menyampaikan kepada sekutu lainnya laporan keuangan tahunan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia, paling lambat 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya tahun buku Persekutuan.
Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memerlukan persetujuan
semua sekutu.
Pasal 27
Dalam hal tidak secara khusus diperjanjikan mengenai cara pengurusan, pengurusan persekutuan
dilakukan secara bersama-sama dan berlaku ketentuan sebagai berikut:
a.
para sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa kepada sekutu lainnya untuk
melakukan pengurusan.
b.
dengan tidak mengurangi ketentuan pada butir a, seorang sekutu berhak menolak perbuatan
pengurusan oleh sekutu lain selama perbuatan tersebut belum dilakukan.
c.
masing-masing sekutu boleh memakai barang milik persekutuan sesuai dengan
peruntukannya.
d.
masing-masing sekutu berhak mewajibkan sekutu lainnya untuk turut memikul biaya yang
diperlukan untuk pemeliharaan barang milik persekutuan.
Pasal 28
Seorang sekutu tanpa persetujuan sekutu lainnya tidak boleh mengubah barang tidak bergerak
milik persekutuan, meskipun perubahan tersebut menguntungkan persekutuan.
Pasal 29
Seorang sekutu termasuk sekutu pengurus tidak boleh mengalihkan, menggadaikan, atau
mengagunkan barang bergerak milik persekutuan.
(1)
(2)
Pasal 30
Masing-masing sekutu tanpa persetujuan sekutu lainnya boleh menerima pihak ketiga
sebagai peserta dari bagiannya dalam persekutuan.
Seorang sekutu termasuk sekutu pengurus tidak boleh menerima pihak ketiga sebagai
sekutu dalam persekutuan tanpa persetujuan sekutu lainnya.
Bagian Ketiga
Perikatan Sekutu Terhadap Pihak Ketiga
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 31
Masing-masing sekutu maupun persekutuan tidak bertanggung jawab atas utang yang
timbul dari perikatan yang dibuat oleh sekutu, kecuali perikatan tersebut dibuat berdasarkan
kuasa dari sekutu lainnya.
Jika sekutu bertindak berdasarkan kuasa dari sekutu lainnya, maka sekutu bertindak atas
nama semua sekutu dalam ikatan persekutuan, dan masing-masing sekutu serta
persekutuan bertanggung jawab atas perikatan tersebut.
Jika perikatan dibuat atas nama persekutuan mengenai kewajiban yang dapat dibagi,
masing-masing sekutu dapat dituntut oleh kreditor persekutuan untuk jumlah dan bagian
yang sama, meskipun bagian masing-masing sekutu dalam persekutuan tidak sama.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku jika pada waktu diadakan
perikatan, diperjanjikan dengan kreditor bahwa kewajiban masing-masing sekutu untuk
membayar utang persekutuan adalah sesuai dengan yang diperjanjikan.
Jika perikatan dibuat atas nama persekutuan mengenai kewajiban yang tidak dapat dibagi,
masing-masing sekutu bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang diperjanjikan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(6)
(7)
Jika salah satu atau lebih sekutu telah memenuhi kewajiban terhadap kreditor sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), sekutu tersebut mempunyai hak berdasarkan subrogasi terhadap
sekutu lainnya sesuai dengan perimbangan bagian sekutu lainnya dalam persekutuan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) berlaku
mutatis mutandis terhadap perikatan yang dibuat oleh sekutu tidak berdasarkan kuasa
sekutu lainnya tetapi memberi manfaat bagi persekutuan.
Pasal 32
Janji bahwa suatu perbuatan dilakukan atas tanggungan persekutuan hanya mengikat sekutu yang
melakukan perbuatan tersebut, dan tidak mengikat sekutu lainnya, kecuali jika sekutu lainnya
tersebut telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu, atau perbuatannya tersebut memberikan
manfaat bagi persekutuan.
Pasal 33
Jika sekutu membuat perjanjian atas nama persekutuan, maka persekutuan dapat menuntut pihak
lain dengan siapa perjanjian tersebut dibuat untuk melaksanakan perjanjian.
Bagian Keempat
Pembubaran Persekutuan dan Likuidasi
Pasal 34
Persekutuan bubar, karena:
a.
jangka waktu berdirinya persekutuan berakhir;
b.
diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan persekutuan atau musnahnya barang yang
dimasukkan dalam persekutuan;
c.
keluarnya seorang sekutu atau lebih, sehingga persekutuan hanya tinggal seorang sekutu;
d.
satu atau lebih sekutu meninggal dunia, pailit, atau berada di bawah pengampuan;
e.
kesepakatan para sekutu; atau
f.
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 35
Jika terjadi salah satu dari keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d,
persekutuan dapat dilanjutkan oleh sekutu yang masih ada dalam persekutuan, jika hal
tersebut telah diperjanjikan dalam akta perjanjian persekutuan.
Jika tidak diperjanjikan dalam akta perjanjian persekutuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), para sekutu yang masih ada dapat mengadakan perjanjian persekutuan baru.
Pasal 36
Dalam hal persekutuan bubar, harta yang tersisa setelah dibayar lunas utang persekutuan,
dibagi diantara para sekutu;
Dalam hal sisa harta persekutuan lebih kecil dari utang persekutuan, selisih tersebut
dianggap sebagai kerugian yang harus ditanggung oleh para sekutu sesuai yang ditentukan
dalam akta perjanjian persekutuan.
BAB IV
PERSEKUTUAN FIRMA
Bagian Kesatu
Umum
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pasal 37
Persekutuan Firma mulai berlaku sejak tanggal perjanjian persekutuan firma ditandatangani
oleh para sekutu atau pada tanggal yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan firma.
Perjanjian Persekutuan Firma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam akta
notaris dalam bahasa Indonesia.
Pasal 38
Persekutuan Firma memakai satu nama yang telah disepakati bersama untuk menjalankan
suatu usaha.
Nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Nama Persekutuan Firma harus didahulukan atau dicantumkan di belakang nama firma
dengan perkataan firma atau disingkat Fa.
Dalam surat menyurat, barang cetakan yang dikeluarkan atau media elektronik yang
digunakan oleh Persekutuan Firma, nama, alamat, dan tempat kedudukan Persekutuan
Firma harus disebut dengan jelas.
Pihak lain dapat memakai nama dari suatu Persekutuan Firma yang bubar, jika ditentukan
dalam akta perjanjian Persekutuan Firma.
Dalam hal akta perjanjian Persekutuan Firma tidak mengatur pemakaian nama Persekutuan
Firma yang telah bubar, nama firma hanya dapat dipakai oleh pihak lain dengan persetujuan
dari:
a.
seluruh sekutu dari Persekutuan Firma yang telah bubar; atau
b.
ahli waris sekutu dalam hal nama firma yang bubar tersebut memakai nama sekutu
yang telah meninggal dunia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemakaian nama Persekutuan Firma diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 39
Persekutuan Firma mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang
ditentukan dalam akta perjanjian Persekutuan Firma.
Bagian Kedua
Pendirian
Pasal 40
Persekutuan Firma didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu sebagaimana
ditentukan dalam akta perjanjian Persekutuan Firma.
(1)
(2)
Pasal 41
Persekutuan Firma didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta perjanjian
persekutuan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
Akta. perjanjian Persekutuan Firma harus memuat sekurang-kurangnya:
a.
nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu firma;
b.
nama persekutuan;
c.
tempat kedudukan persekutuan;
d.
kegiatan usaha persekutuan;
e.
saat dimulai dan berakhirnya; dan
f.
pemasukan sekutu.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3)
Dalam akta perjanjian Persekutuan Firma dapat ditetapkan para sekutu tertentu yang diberi
kuasa untuk mengurus, mewakili, dan menandatangani untuk dan atas nama Persekutuan
Firma dengan memperhatikan ketentuan dalam akta perjanjian persekutuan.
Pasal 42
Ketentuan dalam Pasal 41 secara mutatis mutandis berlaku juga bagi setiap perubahan dalam akta
perjanjian Persekutuan Firma termasuk perpanjangan jangka waktu Persekutuan Firma.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Sekutu Firma
(1)
(2)
Pasal 43
Dalam hal akta perjanjian Persekutuan Firma tidak menentukan lain, setiap sekutu firma
berwenang melakukan tindakan hukum, mengeluarkan dan menerima uang yang mengikat
Persekutuan Firma terhadap pihak ketiga dan sebaliknya.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku terhadap tindakan yang
berhubungan dengan maksud dan tujuan Persekutuan Firma.
Pasal 44
Setiap sekutu Firma bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Persekutuan Firma
untuk semua perikatan Persekutuan Firma terhadap pihak ketiga.
(1)
(2)
(3)
Pasal 45
Setiap sekutu baru yang akan masuk dalam Persekutuan Firma harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari seluruh sekutu yang ada.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan dalam akta
perjanjian Persekutuan Firma menetapkan pemberian kewenangan atau kuasa kepada
beberapa sekutu tertentu untuk menyetujui sekutu baru yang akan masuk.
Sekutu firma yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara
tanggung renteng dengan sekutu firma lainnya dan Persekutuan Firma terhadap semua
perikatan Persekutuan Firma.
Pasal 46
Dalam hal seorang sekutu firma keluar dari Persekutuan Firma dan Persekutuan Firma dilanjutkan
maka sekutu yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas kewajiban Persekutuan Firma
sebelum sekutu yang bersangkutan keluar.
Bagian Keempat
Pembubaran Persekutuan Firma dan Likuidasi
Pasal 47
Persekutuan Firma bubar karena:
a.
hal-hal yang diatur dalam perjanjian;
b.
musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan persekutuan;
c.
kesepakatan para sekutu;
d.
keluarnya. satu sekutu atau lebih, sehingga persekutuan hanya tinggal satu sekutu;
e.
satu sekutu meninggal dunia, ditaruh dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit sehingga
persekutuan hanya tinggal satu sekutu; atau
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
f.
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
putusan pengadilan yang membubarkan Persekutuan Firma dan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Pasal 48
Pembubaran Persekutuan Firma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, wajib:
a.
dibuat oleh para sekutu dengan akta otentik dihadapan notaris; dan
b.
diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai
peredaran nasional.
Dalam hal sekutu firma lalai, melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pembubaran tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Pasal 49
Dalam hal Persekutuan Firma bubar, para sekutu firma harus melakukan likuidasi atas:nama
Persekutuan Firma yang bubar kecuali ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan.
Para sekutu firma dapat mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator dengan persetujuan
semua sekutu.
Likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam menjalankan tugasnya bertindak
sebagai sekutu firma yang berkuasa penuh.
Pasal 50
Dalam hal Persekutuan Firma bubar, para sekutu tidak dapat melakukan tindakan hukum baru atas
nama persekutuan, kecuali untuk keperluan pemberesan kekayaan persekutuan.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Pasal 51
Dalam jangka waktu 14 (empat betas) hari sejak Persekutuan Firma bubar Likuidator wajib:
a.
memberitahukan kepada semua kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya
mengenai pembubaran Persekutuan Firma dengan surat tercatat; dan
b.
mengumumkan pembubaran dalam surat kabar.
Surat pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
a.
pembubaran persekutuan dan dasar hukumnya;
b.
nama dan alamat likuidator;
c.
tata cara pengajuan tagihan; dan
d.
jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak tanggal pemberitahuan dan pengumuman.
Tagihan yang diterima dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dinyatakan diterima atau ditolak oleh Likuidator, dalam jangka waktu paling lambat ... sejak
tanggal diterimanya ...
Catatan: pending mengenai jangka waktu.
Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan kemudian ditolak oleh likuidator, dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.
Pasal 52
Kewajiban likuidator dalam proses likuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49,
meliputi:
a.
pencatatan dan pengumpulan kekayaan Persekutuan Firma;
b.
penentuan tata cara pembagian kekayaan;
c.
pembayaran kepada kreditor;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
d.
pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada sekutu firma; dan
e.
tindakan lain yang dianggap perlu dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Dalam semua surat keluar, pada nama Persekutuan Firma harus ditambah kata-kata "dalam
likuidasi".
Pasal 53
Likuidator dapat meminta kekurangan dari sekutu firma seimbang dengan bagian masingmasing dalam Persekutuan Firma, jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi untuk
membayar semua utang persekutuan.
Apabila setelah selesainya perhitungan likuidasi terdapat sisa lebih kekayaan Persekutuan
Firma, sisa tersebut dibagi seimbang antara para sekutu dengan pemasukan sekutu.
Pasal 54
Dalam hal tidak diperjanjikan lain, setelah likuidasi dan pembagian, semua dokumen
Persekutuan Firma yang berhubungan dengan pemberesan disimpan oleh sekutu firma
yang dipilih dengan suara terbanyak dalam rapat Persekutuan Firma yang dihadiri oleh
semua sekutu firma atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri apabila tidak tercapai suara
terbanyak..
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak setiap sekutu firma
untuk memeriksa dokumen tersebut.
Pasal 55
Kreditor yang tidak diketahui identitas dan alamatnya pada saat proses likuidasi berlangsung
atau kreditor yang tidak menerima surat pemberitahuan pembubaran persekutuan dapat
mengajukan tagihannya melalui pengadilan negeri dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung
sejak pembubaran persekutuan diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.
Tagihan yang dilakukan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang belum dibagikan kepada
sekutu.
Dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada sekutu dan terdapat tagihan
kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekutu wajib membayarnya secara tanggung
renteng.
Pasal 56
Dalam hal tidak diperjanjikan lain, maka setelah likuidasi dan pembagian sisa harta
kekayaan, buku-buku dan surat-surat Persekutuan Firma disimpan oleh sekutu yang dipilih
oleh semua sekutu dalam rapat persekutuan yang dihadiri oleh semua sekutu atau yang
ditunjuk oleh pengadilan negeri apabila tidak tercapai persetujuan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak sekutu untuk
memeriksa buku-buku dan surat-surat Persekutuan Firma.
BAB V
PERSEKUTUAN KOMANDITER
Bagian Kesatu
Umum
(1)
Pasal 57
Persekutuan Komanditer mulai berlaku sejak tanggal perjanjian Persekutuan Komanditer
ditandatangani oleh para sekutu atau pada tanggal yang ditentukan dalam perjanjian
persekutuan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
Perjanjian Persekutuan Komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
akta notaris dalam bahasa Indonesia.
Pasal 58
(1)
Persekutuan Komanditer memakai satu nama yang telah disepakati bersama untuk
menjalankan suatu usaha.
(2)
Nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Nama Persekutuan Komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh memuat
nama sekutu komanditer, kecuali nama tersebut merupakan nama marga atau keluarga
sekutu komplementer.
(4)
Nama Persekutuan Komanditer harus didahului dengan frase Persekutuan Komanditer atau
disingkat PK atau CV.
(5)
Dalam surat menyurat, barang cetakan yang dikeluarkan oleh Persekutuan Komanditer,
nama, alamat, dan tempat kedudukan Persekutuan Komanditer harus disebut dengan jelas.
(6)
Pihak lain dapat memakai nama dari suatu Persekutuan Komanditer yang bubar, jika
ditentukan dalam akta perjanjian Persekutuan Komanditer.
(7)
Dalam hal akta perjanjian Persekutuan Komanditer tidak mengatur pemakaian nama
Persekutuan Komanditer yang telah bubar, nama Persekutuan Komanditer boleh dipakai
oleh pihak lain jika disetujui:
a.
seluruh sekutu dari Persekutuan Komanditer yang bubar; atau
b.
ahli waris sekutu komplementer, dalam hal nama Persekutuan Komanditer yang bubar
tersebut memakai nama sekutu komplementer yang telah meninggal dunia.
Catatan:
Ayat (6) dan ayat (7) ditinjau kembali dan diusulkan akan dimasukkan dalam Bab Pembubaran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemakaian Nama Persekutuan Komanditer diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendirian
(1)
(2)
Pasal 59
Persekutuan Komanditer didirikan oleh I (satu) atau lebih sekutu komanditer bersama-sama
I (satu) atau lebih sekutu komplementer dengan akta perjanjian Persekutuan Komanditer
yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
Akta perjanjian Persekutuan Komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya
a.
nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu;
b.
nama persekutuan;
c.
tempat kedudukan persekutuan;
d.
kegiatan usaha persekutuan;
e.
saat dimulai dan berakhirnya;
f.
pemasukan sekutu; dan
g.
penetapan sekutu komplementer yang berwenang mewakili Persekutuan Komanditer
di dalam dan di luar pengadilan.
Pasal 60
ketentuan dalam Pasal 59 secara mutatis mutandis berlaku juga bagi setiap perubahan dalam akta
perjanjian Persekutuan Komanditer termasuk perpanjangan jangka waktu Persekutuan
Komanditer.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban
Pasal 61
Dalam hal seorang sekutu komplementer keluar dari Persekutuan Komanditer dan Persekutuan
Komanditer dilanjutkan, maka sekutu yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas kewajiban
Persekutuan Komanditer sebelum sekutu yang bersangkutan keluar.
(1)
(2)
(3)
Pasal 62
Setiap masuknya sekutu baru harus disetujui oleh semua sekutu yang ada dan dinyatakan
dalam akta perubahan yang dibuat secara notariil.
Sekutu baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya bertanggung jawab atas perikatan,
yang dibuat setelah yang bersangkutan menjadi sekutu.
Dalam hal masuknya sekutu komplementer ke dalam persekutuan komanditer, maka yang
bersangkutan bertanggung jawab penuh secara tanggung renteng.
Pasal 63
Sekutu komanditer bertanggung jawab tidak melebihi bagian pemasukannya dalam persekutuan
atas kerugian persekutuan dan tidak berkewajiban untuk mengembalikan bagian keuntungan yang
pernah diterimanya.
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 64
Sekutu komanditer tidak berwenang melakukan pengurusan persekutuan terhadap pihak
ketiga.
Dalam hal sekutu komanditer melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) secara pribadi, maka sekutu komanditer bertanggung jawab penuh terhadap
pihak ketiga sebagaimana sekutu komplementer.
Pasal 65
Dalam akta perjanjian persekutuan komanditer dapat ditentukan bahwa sekutu komanditer
ditugaskan sebagai pengawas persekutuan.
Dalam akta perjanjian persekutuan komanditer dapat ditentukan bahwa sekutu
komplementer dapat melakukan tindakan pengurusan tertentu setelah mendapat
persetujuan lebih dahulu dari sekutu komanditer.
Penugasan sekutu komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengikat
perikatan yang dibuat oleh sekutu komplementer.
Perikatan yang buat oleh sekutu komplementer tanpa mengindahkan pembatasan
sebagaimana dimaksud, pada ayat (2) tetap sah dan mengikat persekutuan komanditer.
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan tanggung jawab dari sekutu
komplementer.
Bagian Keempat
Pembubaran Persekutuan Komanditer dan Likuidasi
Pasal 66
Persekutuan komanditer bubar karena
a.
hal-hal yang diatur dalam perjanjian;
b.
dengan musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan persekutuan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
kesepakatan para sekutu;
keluarnya seorang sekutu atau lebih, sehingga persekutuan hanya tinggal seorang sekutu;
meninggalnya seorang sekutu, sehingga persekutuan tinggal seorang sekutu;
kepailitan seorang atau beberapa orang sekutu, sehingga persekutuan hanya tinggal
seorang sekutu;
seorang sekutu berada di bawah pengampuan; atau
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 67
Persekutuan komanditer, yang didirikan untuk jangka waktu tertentu, sebelum jangka waktu
tersebut lewat, tidak dapat dituntut pembubarannya oleh seorang sekutu komanditer atau
sekutu komplementer kecuali dengan alasan yang sah.
Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
a.
seorang sekutu komanditer atau sekutu komplementer tidak memenuhi kewajibannya;
b.
karena sakit terus menerus dan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya; dan
c.
alasan lain yang didasarkan atas putusan hakim.
Pasal 68
Dalam hal persekutuan komanditer bubar, sekutu komplementer yang berwenang mengurus
harus melakukan likuidasi atas nama persekutuan, kecuali jika ditentukan lain dalam
anggaran dasar atau jika rapat sekutu komplementer yang dihadiri oleh semua sekutu
komplementer sepakat memutuskan mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator.
Dalam hal kata sepakat tidak tercapai diantara para sekutu komplementer, maka pengadilan
negeri dapat menentukan likuidator, dengan mengindahkan kepentingan semua sekutu dari
persekutuan.
Dalam hal likuidator bukan sekutu komplementer, maka likuidator itu menjalankan tugasnya
bertindak sebagai, sekutu komplementer yang berkuasa penuh untuk mengurus
persekutuan.
Pasal 69
Likuidator dapat meminta kekayaan sekutu komplementer, jika kekayaan persekutuan tidak
mencukupi untuk membayar semua utang persekutuan.
Dalam hal setelah likuidasi terdapat sisa kekayaan persekutuan, maka sisa tersebut
dibagikan kepada semua sekutu seimbang dengan pemasukan masing-masing.
Pasal 70
Apabila tidak diperjanjikan lain, setelah likuidasi dan pembagian, buku-buku dan surat-surat
persekutuan komanditer disimpan oleh sekutu komplementer yang dipilih dengan
kesepakatan dalam rapat yang dihadiri oleh semua sekutu, komplementer, atau yang
ditunjuk oleh pengadilan negeri jika tidak tercapai kata sepakat.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak para sekutu untuk
memeriksa buku-buku dan surat-surat tersebut.
BAB VI
KEWAJIBAN PENDAFTARAN
(1)
Pasal 71
Pemilik Usaha Perseorangan wajib mendaftarkan Usaha Perseorangan dalam Daftar yang
disediakan untuk itu di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
(4)
(5)
Republik Indonesia yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Usaha
Perseorangan.
Pendaftaran sebagaimana, dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan oleh pemilik Usaha
Perseorangan atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal dimulainya usaha.
Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum.
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya yang
besarnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan, Tata Cara Pendaftaran, Bentuk dan Isi Daftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 72
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 tidak berlaku terhadap Usaha Perseorangan
yang:
a.
diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau anggota keluarga/kerabat
terdekat;
b.
pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima
c.
jumlah peredaran usaha atau aset sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
usaha mikro dan/atau
d.
bidang usahanya tidak memerlukan perizinan dari instansi tertentu.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 73
Para sekutu firma wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Firma dalam Daftar yang
disediakan untuk itu di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Persekutuan Firma.
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diajukan permohonannya oleh
Sekutu Firma atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pendirian.
Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum.
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya yang
besarnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan, Tata Cara Pendaftaran, Bentuk dan Isi Daftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 74
Sekutu Firma wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Firma dalam daftar perusahaan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Pasal 75
Dalam hal pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 belum dilakukan, maka
Persekutuan Firma oleh pihak ketiga dianggap:
a.
menjalankan segala jenis usaha;
b.
didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan jangka waktunya; dan
c.
semua sekutu firma berwenang melakukan perbuatan hukum dan dapat mewakili atas nama
Persekutuan Firma.
Pasal 76
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 dan Pasal 75 berlaku juga bagi setiap
perubahan dalam Perjanjian Persekutuan Firma dan perpanjangan jangka waktu Persekutuan
Firma.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 77
Para sekutu komplementer wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Komanditer
dalam Daftar yang disediakan untuk itu di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Persekutuan Komanditer.
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diajukan permohonannya oleh
sekutu komplementer atau kuasanya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pendirian.
Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum.
Pendaftaran sebagaimana,dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya yang
besarnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan, Tata Cara Pendaftaran, Bentuk, dan Isi Daftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 78
Sekutu komplementer wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Komanditer dalam Daftar
Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan.
Pasal 79
Dalam hal pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 belum dilakukan maka
Persekutuan Komanditer oleh pihak ketiga dianggap:
a.
menjalankan segala jenis usaha;
b.
didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan jangka waktunya; dan
c.
semua sekutu komplementer berwenang melakukan perbuatan hukum dan dapat mewakili
atas nama Persekutuan Komanditer.
Pasal 80
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dan Pasal 79 berlaku juga bagi setiap
perubahan dalam perjanjian dan perpanjangan jangka waktu Persekutuan Komanditer.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
(1)
(2)
(3)
Pasal 81
Akta, pendirian Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer yang telah disahkan atau
anggaran dasar yang perubahannya telah disetujui sebelum Undang-Undang ini berlaku,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
Akta pendirian Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer yang belum disahkan atau
anggaran dasar yang perubahannya belum disetujui pada saat berlakunya Undang-Undang
ini, harus disesuaikan dengan ketentuan UndangUndang Undang ini.
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
persekutuan yang didirikan dan telah disahkan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, harus telah disesuaikan dengan Undang-Undang ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
1.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847: 23) yang
mengatur Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer;
2.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel voor Indonesie,
Staatsblad 1847: 23) yang mengatur Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Komanditer;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 83
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab UndangUndang Hukum Dagang yang mengatur mengenai Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Komanditer dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 84
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal......
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSILO BAMBANG YODHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal......
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Ttd.
HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN.... NOMOR....
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
RANCANGAN
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR...... TAHUN....
TENTANG
USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM
I.
UMUM
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata,
serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional diperlukan berbagai sarana
penunjang, antara lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan, dan
mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi
adalah ketentuan di bidang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum
yang pada saat ini Usaha Perseorangan belum ada pengaturannya sedangkan Badan
Usaha Bukan Badan Hukum masih didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang mengatur Persekutuan Perdata,
Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer. Dengan lahirnya Undang-Undang tentang
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum sebagai bagian integral dari
dunia usaha nasional diharapkan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan
Hukum dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan sehingga
tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada
khususnya dapat tercapai.
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Padan Hukum merupakan badan usaha
yang tidak mempunyai kedudukan sebagai badan hukum yang dipergunakan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya dengan mengadopsi
peraturan-peraturan yang mengaturnya yaitu berdasarkan sistem hukum perdata barat
sebagaimana tercantum dalam dua kodifikasi yang sampai sekarang masih berlaku yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Oleh
karena itu sesuai dengan sistem hukum perdata yang berlaku serta asas hukum yang diakui
yaitu adanya kebebasan berkontrak para pihak tetap mempunyai kebebasan mengatur
tentang apa yang berlaku bagi mereka para pendiri baik secara internal maupun eksternal.
Meskipun demikian kebebasan mengatur sendiri tetap dalam batas-batas tidak bertentangan
dengan undang-undang, tidak melanggar norma kesopanan dan kesusilaan, dan tidak
melanggar ketertiban umum.
Ketentuan yang mengatur tentang kegiatan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan
Badan Hukum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada
pada saat ini oleh karena ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengatur hal-hal yang sangat penting
dalam kegiatan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum, antara lain
yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang Usaha Perseorangan, hak dan kewajiban
para sekutu, serta kewajiban pendaftaran dan kewajiban memberitahukan kegiatan usaha
berakhir. Selain itu, dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi, maka
sudah saatnya apabila ketentuan-ketentuan tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha
Bukan Badan Hukum diatur dalam suatu undang-undang yang baru, dengan tetap mengacu
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945.
Di dalam Undang-Undang ini diatur tentang Usaha Perseorangan dan persekutuan yang
bertujuan mencari keuntungan bersama dan mendayagunakan pemasukan para sekutu
yaitu Persekutuan Perdata (Maatschap), Persekutuan Firma (Fa), dan Persekutuan
Komanditer (Commanditaire Vennootschap). Di dalam Persekutuan Komanditer terdapat
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
dua jenis sekutu yang berlainan sifat dan tugasnya, yaitu: sekutu komplementer atau yang
lazimnya disebut sekutu aktif atau sekutu pengurus/kerja dan sekutu komanditer atau
lazimnya disebut sekutu diam atau sekutu pasif.
Di dalam Undang-Undang ini juga diatur pembagian kewenangan antara para sekutu
berkenaan dengan pengurusan persekutuan (beheren) secara intern. Adapun yang
dimaksud pengurusan adalah kewenangan melakukan segala macam perbuatan yang
lazimnya termasuk kegiatan persekutuan sehari-hari, dengan memperhatikan maksud dan
tujuan persekutuan yang bersangkutan. Dengan demikian ruang lingkup kewenangan
pengurusan tersebut dibatasi oleh jenis persekutuan yang bersangkutan.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "bertentangan dengan ketertiban umum" antara lain adalah
bertentangan dengan perasaan kebangsaan dan SARA.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Tanggal pertama kali kegiatan usaha dilakukan dapat dibuktikan dengan segala alat bukti menurut
peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Yang dimaksud dengan "seluruh kekayaannya" adalah segala kebendaan si berutang baik yang
bergerak maupun tidak bergerak, baik ada atau yang akan ada di kemudian hari.
Yang dimaksud dengan, "atas utang Usaha Perseorangan" adalah segala perikatan yang lahir dari
kegiatan atau berkaitan dengan usaha Perseorangan.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 11
Di dalam hal Usaha Perseorangan berakhir, maka "penyelesaian kewajiban usaha" dalam hal:
Huruf a
dilakukan oleh ahli waris.
Huruf b
dilakukan oleh pengampu.
Huruf c
dilakukan oleh kurator.
Huruf d
berakhirnya usaha perseorangan dinyatakan dengan pemberitahuan kepada kantor wilayah
Departemen Hukum dan HAM yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan usaha
perseorangan dan diselesaikannya semua kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya.
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "berakhir karena meninggal dunia" adalah bahwa Usaha
Perseorangan dimaksud tidak lagi dijalankan oleh pemilik Usaha Perseorangan yang
meninggal tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Tanggal yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan adalah tanggal sebelum atau setelah
perjanjian persekutuan ditandatangani.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Tanggung jawab, hak, dan kewajiban sekutu adalah baik intern antar para sekutu maupun
ekstern terhadap pihak ketiga.
Pasal 14
Apabila tempat kedudukan persekutuan di desa maka harus disebutkan nama kecamatan dan
kabupaten atau kota.
Pasal 15
Ayat (1)
Mengingat bahwa "pemasukan" (inbreng) merupakan sifat hakiki dan persekutuan, maka
orang yang tidak memasukkan uang, barang, tenaga, keahlian, dan/ atau klien/langganan
bukan merupakan sekutu. Dalam hal hanya terdapat 2 (dua) orang pendiri dan salah satu
pendiri tidak memasukkan uang, barang, tenaga, keahlian, dan/atau klien/langganan maka
tidak ada persekutuan.
Dalam pengertian klien langganan termasuk juga keuntungan tambahan yang diperoleh
karena nama baik (goodwill).
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "rincian" adalah uraian yang menerangkan mengenai jenis atau
macam, jumlah, status, tempat kedudukan apabila barang berupa barang tidak bergerak,
dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut dengan
demikian tidak boleh disebut secara umum, misalnya sekutu menyatakan memasukan
seluruh barang bergerak miliknya.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pemanfaatan atas barang" adalah pemanfaatan atas barang
secara langsung (dan/ atau hasil yang diperoleh dari pemanfaatan barang tersebut.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "milik bersama yang tidak dapat dibagi dari semua sekutu"
(gebonden mede eigendom) adalah bahwa para sekutu tidak dapat menuntut agar barang
milik bersama tersebut dibagi di antara para sekutu.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan barang yang "tidak dapat didaftarkan" atas nama persekutuan
misalnya hak atas tanah yang tunduk pada hukum agraria yang berlaku, walaupun barang
tersebut dicatat atas nama semua sekutu, tetapi barang tersebut adalah untuk kepentingan
persekutuan.
Ayat (7)
Oleh karena penyerahan hak milik yang dimaksud pada ayat ini adalah untuk kepentingan
persekutuan guna mencapai maksud dan tujuan persekutuan, maka barang tersebut
sekalipun tercatat atas nama semua sekutu tetapi tidak karena hukum menjadi jaminan bagi
perikatan pribadi sekutu sehingga tidak dapat disita oleh kreditor pribadi sekutu.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Yang dimaksud dengan "sesuai yang diperjanjikan" adalah para sekutu dapat memperjanjikan
dalam akta perjanjian persekutuan, bahwa tidak semua hasil yang diperoleh dari tenaga dan/atau
keahliannya dimasukkan ke dalam persekutuan untuk dibagi.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "akta persekutuan" termasuk juga perubahan atas fakta
persekutuan yang dibuat secara sah.
Yang dimaksud dengan "pemasukan masing-masing sekutu" adalah pemasukan awal
maupun pemasukan kemudian.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Perubahan bagian masing-masing sekutu dapat terjadi antara lain karena adanya
pemasukan kemudian yang dihasilkan sekutu berdasarkan penilaian terhadap kualitas
kinerja sekutu, keahlian, kepuasan pelanggan, dan kerja sama dengan sekutu lainnya, atau
karena tambahan pemasukan dan/atau perubahan jumlah sekutu.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengurusan persekutuan" adalah pengurusan dalam rangka
mengelola persekutuan sehari-hari (beheersdaden) dan tidak mencakup wewenang
melakukan perbuatan kepemilikan (beschikkingsdaden).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah untuk melindungi sekutu lainnya
terhadap sekutu yang tidak bertindak dengan beritikad baik dan penuh tanggung jawab.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "akta tersendiri" adalah surat kuasa berupa akta di bawah tangan
atau akta notaris.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 23
Lihat Penjelasan Pasal 22.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) dan Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan sebagai pengaturan internal antara para sekutu.
Ayat (5)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan sebagai perwujudan asas praduga itikad baik yang
berlaku dalam hukum perdata.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Huruf a
Yang dimaksud dengan "memberi kuasa secara timbal balik untuk melakukan pengurusan"
adalah apa yang dilakukan oleh masing-masing sekutu juga mengikat sekutu lain untuk
bagiannya, meskipun sekutu tersebut tidak meminta persetujuan para sekutu lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "memakai barang milik persekutuan sesuai dengan peruntukannya"
adalah memakai barang sesuai dengan kepentingan persekutuan dan tidak menghalangi
sekutu lain untuk memakai barang tersebut sesuai hak para sekutu.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud "sesuai dengan yang diperjanjikan" adalah sesuai dengan perimbangan
bagian masing-masing sekutu dalam persekutuan atau sesuai dengan perimbangan lainnya.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "kewajiban yang tidak dapat dibagi" adalah kewajiban berupa
penyerahan barang dan/atau jasa secara utuh misalnya penyerahan gedung kantor, mobil,
dan lain-lain.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "barang yang dimasukkan dalam persekutuan" apabila yang
dimasukkan dalam persekutuan adalah pemanfaatan atas barang tersebut.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
"Perjanjian persekutuan baru" dimaksud dapat dibuat dengan ahli waris dari sekutu yang
meninggal dunia dan/atau pihak lain.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "yang bersangkutan" adalah:
−
ahli waris dalam hal sekutu meninggal dunia;
−
kurator dalam hal sekutu dinyatakan pailit; dan
−
pengampu dalam hal sekutu dibawah pengampuan.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "satu nama yang telah disepakati" dapat berupa nama dari salah
seorang sekutu, para sekutu bersama-sama atau satu nama lainnya yang disepakati
bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah para sekutu yang akan melanjutkan usaha dari
persekutuan yang telah bubar.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "akta perjanjian Persekutuan Firma tidak menentukan lain" misalnya
menurut perjanjian persekutuan tindakan sekutu yang bersangkutan harus terlebih dahulu
memerlukan persetujuan sekutu lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Walaupun setiap sekutu bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Persekutuan Firma,
akan tetapi kreditor Persekutuan Firma dapat memilih untuk melaksanakan hak tagihnya terlebih
dahulu atau langsung kepada Persekutuan Firma atau kepada satu sekutu atau lebih.
Pasal 45
Ketentuan dalam pasal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekutu yang baru masuk ke
dalam Persekutuan Firma yang sudah ada sewajarnya memikul semua akibat penyertaannya
dalam Persekutuan Firma tersebut.
Salah satu akibat dimaksud adalah bahwa setiap sekutu firma bertanggung jawab penuh secara
pribadi atas semua perikatan Persekutuan Firma terhadap pihak ketiga, termasuk perikatan yang
dibuat Persekutuan Firma sebelum ia masuk. Dengan demikian ketentuan ini memberikan
kepastian bagi pihak ketiga berkenaan dengan penerapan ketentuan likuidasi atau pemberesan
terhadap sekutu firma yang baru.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "putusan pengadilan" antara lain: karena Persekutuan Firma
melakukan tindak pidana korporasi sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana atau tuntutan Jaksa berdasarkan alasan yang sah dan terbukti bahwa
Persekutuan Firma melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan" adalah dalam hal
akta perjanjian Persekutuan Firma memberikan wewenang kepada sekutu tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "satu nama yang telah disepakati" dapat berupa nama dari salah
seorang sekutu komplementer, para sekutu bersama-sama atau satu nama lainnya yang
disepakati bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Larangan pada ayat ini dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya kesan yang keliru
pada pihak ketiga tentang kedudukan sekutu komanditer.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan CV adalah singkatan dari Commanditaire Vennootschap yang lazim
dipakai dalam masyarakat untuk Persekutuan Komanditer.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah para sekutu komanditer maupun sekutu
komplementer yang akan melanjutkan usaha dari persekutuan yang telah bubar
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (7)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "seluruh sekutu" adalah baik sekutu komanditer maupun
sekutu komplementer yang ada maupun yang bukan menjadi sekutu lagi.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR.........
www.hukumonline.com
Download