Bab 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik corporate governance terhadap tindakan pajak agresif perusahaan. Sampel penelitian ini adalah 58 perusahaan pada industri manufaktur yang tercatat di BEI dengan periode observasi dari tahun 2007, 2008, 2010, dan 2011. Dari hasil pengujian dan analisis hasil penelitian baik dari statistika deskriptif maupun regresi menggunakan panel logistik didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara rata-rata industri, pasca reformasi pajak dengan pendekatan GETR perusahaan pada industri manufaktur lebih agresif walupun frekuensi agresifitas tidak terlalu tinggi, hal ini dapat dilihat pra reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2007 sebesar 31.62% dan pada tahun 2008 sebesar 31.19% dimana tarif pajak yang berlaku yaitu 30% dan pasca reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2010 sebesar 24.25% dan 2011 sebesar 24.7% dimana tarif pajak yang berlaku 25%. Pada pendekatan CuETR pasca reformasi pajak perusahaan pada industri manufaktur tidak agresif, hal ini dapat dilihat pada tahun 2007 nilai CuETR pada industri manufaktur sebesar 31.81% dan pada tahun 2008 sebesar 35.01% dimana tarif pajak yang berlaku adalah 30% dan pasca reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2010 sebesar 24.56% dan pada tahun 2011 sebesar 25.03% dimana tarif pajak yang berlaku 25%. Dan pada pendekatan BTD memiliki nilai rata-rata industri yang beragam 2.3%, 4.6%, 5.6%, dan 2.7%, dan pada 113 pasca reformasi pajak rata-rata nilai BTD lebih agresif dibandingkan pra reformasi pajak , fenomena ini diperkirakan terjadi karena sejak diberlakukannya undang-undang PPh No.36 tahun 2008, terdapat beberapa perluasan pokok-pokok undang-undang. 2. Dilihat dari level perusahaan, pada pendekatan GETR jumlah perusahaan yang melakukan agresifitas pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 27 perusahaan dengan selisih agresifitas lebih kecil dibanding pra reformasi pajak. Pada pendekatan CuETR jumlah perusahan yang melakukan agresifitas pajak pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 28 perusahaan dengan selisih agresifitas lebih kecil dibanding pra reformasi pajak, dan pada pendekatan BTD jumlah perusahaan yang melakukan agresifitas pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 18 perusahaan dengan selisih agresiftas pajak lebih sedikit dibanding pra reformasi pajak. 3. Komisaris independen tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melaui 3 model pengukuran pajak agresif (GETR, CuETR, dan BTD). Hal ini berarti komisaris independen bukanlah salah satu penentu dari tindakan pajak agresif. Hal ini diduga karena keberadaan komisaris independen di Indonesia hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi yang ada, dan keberadaan komisaris independen belum sepenuhnya dapat dipercaya oleh komisaris non-independent dalam mengambil keputusan, karena dianggap tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kondisi perusahaan. 114 4. Komite Audit tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melalui 2 model pengukuran pajak agresif (GETR dan CuETR). Hal ini berarti komite audit bukan salah satu penentu dari tindakan pajak agresif dalam 2 model tersebut. Hal ini diduga karena keberadaan komite audit hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi yang ada, ini dibuktikan pada data lapangan hanya 1,7% perusahaan pada perusahaan sampel yang tidak mematuhi regulasi tersebut. Namun hasil ini tidak konsisten dengan model pengukuran pajak agresif BTD yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan dengan arah negatif antara komite audit dengan tindakan pajak agresif. 5. Kepemilikan Institusional tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melalui 3 model (GETR,CuETR, dan BTD). Hal ini berarti kepemilikan institusional bukan salah satu penentu tindakan pajak agresif. Hal ini diduga karena perusahaanperusahaan di Indonesia masih belum jelas antara kepemilikan dan kontrol perusahaan, sehingga fungsi kepemilikan institusional dalam melakukan pengawasan kurang optimal. 6. Kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melalui model GETR dan BTD. Hal ini berarti kualitas audit adalah salah satu penetu tindakan pajak agresif pada model BTD. Hal ini diduga karena apabila suatu perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big-Four akan semakin sulit melakukan kebijakan pajak agresif karena auditor ekstenal ini akan bekerja optimal untuk mempertahankan reputasinya. Namun hasil ini tidak konsisten dengan kedua model tindakan pajak agresif yang lain 115 CuETR yang menyatakan tidak terdapat hubungan signifikan antara kualitas audit dengan tindakan pajak agresif. 7. Ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melalui 3 model (GETR,CuETR, dan BTD). Hal ini diduga karena berdasarkan data lapangan rata-rata perusahaan sampel adalah perusahaan besar sehingga tidak ada variasi ukuran perusahaan, sehingga sulit untuk melihat perbedaan tindakan pajak agresif antara perusahaan. 8. Tingkat pendanaan terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif melalui model GETR. Hal ini diduga karena semakin perusahaan berhutang maka tindakan melakukan manajemen secara agresif semakin tinggi, karena memanfaatkan interest expenditure dan hutang jangka panjang yang dapat dijadikan pengurang dalam perhitungan laba fiskal. Namun hasil ini tidak konsisten untuk model perhitungan tindakan pajak agresif (CuETR dan BTD) yang membuktikan tidak terbukti ada pengaruh antara tingkat pendanaan dan tindakan pajak agresif. 9. Profitabilitas terbukti berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif melalui 3 model (GETR,CuETR, dan BTD). Hal ini diduga karena perusahaan yang lebih profitable akan mengelola perencanaan pajaknya secara baik sehingga dapat menurunkan tarif pajak efektifnya. Dengan kata lain, semakin profitable perusahaan maka tindakan pajaknya akan semakin agresif. 116 5.2. Keterbatasan Penelitian Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan dalam mengukur tindakan pajak agresif melalui pendekatan kuantitaif, sehingga penelitian ini menjadi tidak mendalam dan hanya melihat agresifitas pajak secara umum. 2. Pada penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sehingga variabel-variabel yang digunakan hanya berkisar pada ukuran data akuntansi/komersial yang dikonversikan ke tindakan pajak agresif 3. Pada penelitian ini sampel yang digunakan berfokus pada industri maufaktur, sehingga tidak memberikan gambaran keseluruhan industri yang ada di Indonesia. 4. Penelitian ini hanya berfokus pada 4 karakteristik corporate governace Dari segi dewan komisaris, penelitian ini hanya berfokus pada jumlah komisaris independen. Dari segi komite audit ,penelitian ini hanya berfokus pada jumlah anggota komite audit, dari sisi kepemilikan, penelitian ini hanya berfokus pada kepemilikan institusonal, dan dari segi kualitas audit hanya menggunakan variabel dummy yang dilihat dari KAP big four dan non big four. 5.3. Saran Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan penulis untuk melakukan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 117 1. Melakukan penelitian tindakan pajak agresif melalui pendekatan kualitatif, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam mengenai tindakan pajak agresif 2. Menggunakan data primer, sehingga variabel-variabel yang digunakan dapat lebih mendalam untuk mengukur tindakan pajak agresif pada suatu perusahaan 3. Memperbanyak sampel penelitian menjadi semua industri di BEI, sehingga dapat diketahi agresifitas pajak tiap industri berdasarkan “benchmark” industri sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan industri yang ada di Indonesia. 4. Perlu melihat jumlah dewan komisaris secara keseluruhan tidak hanya komisaris independen , melihat adanya keberadaan komite audit independen tidak hanya jumlah anggota komite audit, dari segi kepemilikan melihat adanya kepemilikan keluarga, manajerial atau pemegang saham minoritas yang mempunyai pengaruh pada aktifitas perusahaan, dan terakhir dari segi kualitas auditor dapat dilihat juga dari spesialisasi auditor atau karakteristik dari auditor tersebut. Atau menambah komponen variabel corporate governace yang lebih luas seperti corporate social responsibility, hubungan politik, etika, serta komponen dalam corporate governance lainnya. 5.4. Implikasi Hasil Penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah beberapa dari variabel karakteristik corporate governance dalam penelitian tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Namun, 118 secara logika variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabel yang diduga dapat mengontrol untuk dapat meminimalisir tindakan pajak agresif pada perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI. Oleh karena itu berdasarkan penelitian ini pembuat kebijakan perpajakan (Direktorat Jenderal Pajak) sebaiknya lebih mengontrol perusahaan-perusahaan di BEI ,dengan cara melakukan pengembangan lebih lanjut dalam sistem perpajakan terutama mengenai peraturan perpajakan dan sistem pemeriksaan pajak yang bersih agar penerimaan negara yang bersumber dari pajak dapat dioptimalkan. Meskipun dari hasil penelitian ini reformasi perpajakan tidak menjadikan perusahaan menjadi lebih agresif dalam melakukan manajemen pajak, namun dalam membuat kebijakan reformasi perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak harus mempertimbangkan akibat potensial baik dari sisi perpajakan dan sisi non-pajak karena saat ini perusahaan semakin jeli dalam mencari celah untuk melakukan penghematan dan penghindaran pajak secara agresif. Bagi para investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di perusahaan karena perusahaan yang agresif pada tindakan perpajakannya kemungkinan juga akan agresif pada pelaporan keuangannya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dati Frank, Lynch, dan Rego (2009) yang menemukan pengaruh yang positif dan signifikan dari tindakan pajak agresif terhadap pelaporan keuangan komersil perusahaan yang agresif. 119