PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumber daya hasil hutan maupun hasil pertanian sebagai potensi bahan selulosa yang sangat kaya. Potensi selulosa alam yang melimpah ini merupakan cadangan bahan baku bagi kepentingan pembangunan. Selulosa merupakan polimer alami yang menyerupai serabut liat, tidak larut dalam air, secara alami terdapat pada kayu, kapas, rami, dan tumbuhan lainnya. Selulosa umum digunakan sebagai bahan pakaian, serat pembuatan kertas, bahan bangunan, tekstil, sebagai sumber kimiawi untuk membuat alkohol atau bahan kimia lainnya, serta material alam yang dapat diperbaharui. Agar selulosa lebih kompetitif sebagai bahan fungsional dalam industri, teknologi pengolahannya terus disempurnakan. Selain itu, perlu dilakukan modifikasi baik secara fisik atau kimiawi dari selulosa. Polimer alami dan polimer sintetik dapat dimodifikasi agar diperoleh sifat-sifat yang lebih baik. Salah satu cara yang digunakan melalui teknik kopolimerisasi pencangkokan dan penautan silang. Kopolimerisasi pencangkokan dan penautan silang dilakukan dengan cara menumbuhkan atau menggabungkan polimer sintetik pada tulang punggung polimer alami dan beberapa rantai lurus atau bercabang dapat bergabung melalui sambung silang dengan adanya agen penaut silang membentuk polimer bertautan silang. Kopolimerisasi pencangkokan merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan untuk memodifikasi sifat-sifat kimia dan fisika polimer alami dan sintetik (Silvianita et al. 2004; Suka 2010). Modifikasi polimer alami seperti pati, selulosa dan kitosan telah banyak dipublikasikan dalam literatur dan bermanfaat dalam industri karena kombinasi dari sifat-sifat polimer alami dan polimer sintetik. Modifikasi selulosa secara kopolimerisasi pencangkokan dan penautan silang secara luas digunakan sebagai bahan penyerap air (Saikia & Ali 1999). Penelitian ini bertujuan memodifikasi selulosa menggunakan teknik pencangkokan dan penautan silang sesuai dengan Doane et al. (2009), Li et al. (2007), dan Liang et al. (2009). Penelitian difokuskan pada kopolimerisasi pencangkokan monomer akrilamida pada tulang punggung selulosa, sehingga diperoleh senyawa baru yang mempunyai sifat lebih baik. Keberhasilan kopolimerisasi pencangkokan dan penautan silang dipantau menggunakan analisis inframerah transformasi Fourier (FTIR) serta pengujian kadar nitrogen dan kapasitas absorpsi air. Pembentukan polimer penautan silang bertujuan memberikan sifat kaku dan keras kepada polimer. TINJAUAN PUSTAKA Kereaktifan Selulosa Selulosa ialah homopolisakarida yang tersusun dari satuan anhidroglukopiranosa yang berikatan dengan ikatan glikosida-β(1,4) membentuk rantai molekul linear glukan. Selulosa secara empiris dapat ditulis sebagai (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasinya yang menyatakan jumlah satuan glukosa yang berikatan. Derajat polimerisasi selulosa tumbuhan berada pada kisaran 305–15300. Perbandingan energi ikatan antara berbagai atom menunjukkan bahwa ikatan hidrogen sekitar 10 kali lebih lemah daripada ikatan koordinasi, tetapi sekitar 100 kali lebih kuat daripada gaya van der Waals. Energi ikatan antara gugus-gugus –OH selulosa hampir sama atau sedikit lebih besar daripada energi ikatan gugus –OH dalam alkohol. Menurut Chaplin (2004), residu glukosa ke(n+1) terorientasi 180° relatif terhadap residu ke-n, sehingga satuan berulang dari rantai selulosa ialah suatu dimer, yaitu selobiosa [4O-(β-D-glukopiranosil)-D-glukopiranosa], dan bukan D-glukopiranosa (Gambar 1). H CH2OH O O H OH OH H H OH H H OH OH H H H H O CH2OH H O CH2OH O OH H H OH H H OH OH H H O H H n H OH O CH2OH Gambar 1 Rumus Haworth selulosa. Berdasarkan Gambar 1, setiap residu anhidroglukosa dari rantai selulosa memiliki 3 gugus –OH. Ketiganya tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi saling bertautan melalui ikatan hidrogen. Gugus-gugus –OH pada molekul selulosa dapat membentuk 2 macam ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antara gugus-gugus –OH dari satuan glukosa yang berdekatan dalam molekul selulosa yang sama disebut ikatan intramolekul (O5’H-O3 dan O2’-HO6) yang menyebabkan masingmasing rantai memiliki kekakuan tertentu. Terdapat juga ikatan hidrogen antara gugusgugus –OH dari molekul-molekul selulosa yang berdampingan atau disebut ikatan 1