3 kompleks pada penglihatan, pikiran dan fisik.Aktivitas mengendalikan kemudi, kecepatan, pengereman, pergantian gigi, merespon kondisi jalan dengan segera dan mematuhi segala rambu-rambu di jalan yang membutuhkan kemampuan kognitif yang baik.Selain melibatkan kognitif, mengemudi juga melibatkan kondisi emosi dan fisik. Kondisi emosi contohnya yaitu perasaan terburu-buru, tidak sabar, stress, terganggu pengemudi lain dan adanya masalah pribadi saat berkendara. Sedangkan dari faktor fisik, mengemudi membutuhkan kondisi tubuh yang prima terutama kesehatan serta tingkat fokus yang baik pada tugas berkendara.Kondisi kontrol motorik, pendengaran dan penglihatan menjadi bagian fisik yang penting dalam tugas ini.Namun demikian, kondisi fisik seringkali mudah terganggu oleh kondisi saat berkendara.Berkendara yang terlalu lama atau tempat aktivitas berkendara yang tidak nyaman dapat menyebabkan kemampuan fisik menurun yang beberapa di antaranya ditandai dengan kelelahan fisik, mengantuk dan mata tidak fokus. Hal ini contohnya banyak dialami oleh pengemudi alat transportasi umum yang rata-rata bekerja lebih dari delapan jam sehari. Kelelahan fisik yang berdampak pula pada kognitif dan emosi pengemudi salah satunya dapat dipengaruhi oleh adanya whole body vibration (WBV). Nakashima (2004) menjelaskan bahwa paparan getaran dari kendaraan tersebut turut pula dapat menimbulkan beberapa efek penurunan level performa kerja seperti kognitif, pendengaran, kontrol motorik dan penglihatan. Sebagai contoh, kondisi kelelahan fisik termasuk mata tersebut juga dialami oleh para pengemudi bus kota di Yogyakarta. Jam kerja dalam sehari yang lebih dari 8 jam, masa kerja lebih dari 5 tahun serta lingkungan kerja yang tidak kondusif, misalnya getaran tempat duduk pengemudi sekitar 2 m/dt2, tingkat kebisingan di atas 85 dB, suhu kabin di atas 35°C, polusi udara, kemacetan lalu-lintas, jadwal perjalanan yang ketat dan waktu istirahat yang tidak cukup menjadi beberapa faktor yang menyebabkan para pengemudi bus sering mengeluh mudah mengalami kelelahan (Rusdjijati dkk., 2005). Hsieh dkk.(2007) menemukan bahwa vibrasi yang disimulasikan pada layar komputer meningkatkan waktu reaksi terhadap stimulus yang ditampilkan 4 pada layar, memperburuk tingkat kesalahan dan meningkatkan kelelahan visual.Selain itu vibrasi juga mempengaruhi tingkat ketajaman visual, seperti yang ditunjukkan oleh Ishitake dkk. (1998) yang menjelaskan bahwa perubahan besar pada ketajaman visual dan persepsi visual akibat WBV terjadi pada frekuensi 10 sampai 20 Hz, yang mengindikasikan bahwa frekuensi resonansi bola mata terjadi pada rentang frekuensi ini. Selain itu posisi duduk juga mempengaruhi performa visual dengan pengaruh terbesar pada posisi duduk tegak.Laporan Ishitake dkk.tersebut sesuai pula dengan laporan Dupuis dan Hartung (1980) yang menyebutkan bahwa pergerakan bola mata meningkat pada frekuensi getaran antara 12,5 hingga 31,5 Hz. Mencermati berbagai dampak paparan WBV pada tubuh pekerja terutama yang memerlukan performa visual yang prima seperti pengemudi alat transportasi, maka penulis merasa pengkajian mengenai hal tersebut perlu untuk dilakukan. Selain belum banyak dilakukan, melihat kondisi alat transportasi Indonesia masih banyak ditemui yang kurang mendapat perhatian perawatan sehingga kurang layak jalan, maka penelitian ini juga ingin memberikan pengetahuan kepada pihak pemerintah dan manajemen transportasi umum agar ke depannya lebih memperhatikan kondisi kerja dan desain alat kerja pengemudi, serta menjadi bahan penelitian lanjutan pada aspek performa visual pada aktivitas mengemudi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh getaran yang dialami tubuh terhadap tingkat ketajamandan waktu reaksi visual pengemudi saat bekerja. 1.3. Batasan Masalah Masalah yang diselesaikan pada penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut. 1. Penelitian bersifat laboratoris, yaitu dilakukan di laboratorium dengan lantai kerja sebagai sumber vertical WBV yang bergetar dengan frekuensi dan akselerasi getaran yang telah ditentukan. 5 2. Penelitian ini dikhususkan pada pengaruh variasi durasigetaran terhadap tingkat ketajaman dan waktu reaksi visual. 3. Subyek penelitian adalah mahasiswa yang dapat mengendarai mobil. 4. Posisi sikap kerja dilakukan dalam posisi duduk menggunakan kursi plat besi tanpa busa (rigid) dan sandaran punggung. 5. Subyek penelitian melakukan simulasi mengendarai sebagaimana kondisi pengemudi bus menggunakan bantuan software simulator mengemudi beserta perangkat keras pendukung dengan kondisi kursi pengemudi digetarkan dan dilanjutkan pengujian tes ketajaman dan waktu reaksi visual. 6. Faktor-faktor lingkungan seperti temperatur, kebisingan, kondisi jalan dan pencahayaan tidak termasuk dalam hal-hal yang disimulasikan di laboratorium. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama paparan getaran terhadap tingkat ketajaman dan waktu reaksi visual pada pengemudi. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat memberikan pengetahuan dan rekomendasi terhadap tenaga kerja tentang dampak dan efek yang dapat ditimbulkan oleh paparan getaran dari peralatan kerja sehari-hari sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan. 1.6. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai dampak getaran di tempat kerja yang banyak menimbulkan gangguan pada kesehatan pekerja dan performansi sudah banyak dilakukan sebelumnya.Riyantiningsih (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh vertical whole body vibration terhadap pekerjaan inspeksi visual, dimana ditemukan adanya perbedaan signifikan frekuensi dan amplitudo getaran serta interaksi keduanya terhadap ketelitian dan waktu reaksi. Selain itu 6 Setianto (2009) telah meneliti tentang pengaruh Body Mass Index (BMI) terhadap rambatan getaran pada berbagai sudut posisi duduk bersandar bus penumpang, dengan hasil bahwa posisi duduk tegak (90º) memberikan rambatan getaran tertinggi pada arah sumbu z subyek kategori kurus.Lalu Ishitake (1998) dalam penelitiannya tentang perubahan performa visual oleh pengaruh WBV menggunakan 10 variasi frekuensi yang diuji dan akselerasi yang tetap menemukan penurunan ketajaman visual dipengaruhi oleh besar frekuensi dan posisi duduk (tegak atau rileks).Sementara penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh durasi paparan getaran vertikal pada posisi duduk tegak dengan menggunakan frekuensi dan amplitudo tertentu terhadap ketajaman visual dan waktu reaksi dalam pekerjaan mengemudi.