MODUL PERKULIAHAN Analisis Wacana Analisis Wacana Media Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi S1 Brodcasting Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh A71416EA Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Abstract Kompetensi Mendeskripsikan analisis wacana untuk membedah isi media Mahasiswa dapat memahami analisis Wacana dan penggunaannya dalam mengungkap reaitas yang dibingkai oleh media Analisis Wacana Pengertian wacana Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse. Wacana sebagai satuan bahasa terlengkap diatas kalimat dan satuan gramatikal tertinggi dalam hierarki gramatikal. Lubis (1993) mendefinisikan bahwa wacana adalah kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, atau diucapkan, atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda. Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini, sebelumnya aliran-aliran linguistik hanya membatasi analisanya pada sosial kalimat, namun belakangan ini barulah para ahli bahasa memalingkan perhatiannya pada penganalisaan wacana. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Selain mengetahui isi teks, analisis wacana juga dapat mengungkap pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan dipahami. Analisis Wacana akan memungkinkan untuk memperlihatkan motivasi yang tersembunyi di belakang sebuah teks. Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Jadi objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa diatas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya. Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang membentuk wacana. PERSPEKTIF WACANA Dalam kaitannya dengan bahasa, ada tiga pandangan bahasa dalam bahasa Pandangan pertama diwakili kaum positivisme-empiris. Menurut mereka, analisis wacana menggambarkan hubungan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal) — Analisis Isi (kuantitatif) Pandangan kedua disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pertanyaan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari pembicara. – Analisis Framing (bingkai) Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak difahami sebagai medium neutral yang terletak di luar diri pembicara. Bahasa difahami sebagai representasi yang berperanan dalam membentuk subjek , tema-tema wacana , ataupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh kerana itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Ini karana penggunaan perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam kategori pertama. JENIS WACANA Jenis wacana dibedakan sesuai dengan sudut pandang wacana tersebut dilihat. Jika dilihat dari tujuannya, wacana dibedakan menjadi wacana lisan dan wacana tulis. 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wacana lisan Bahasa lisan menjadi bahasa yang pertama kali digunakan, jauh sebelum manusia mengenal huruf. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih berada dalam budaya lisan. Bahasa lisan memiliki ciri – ciri yang berlainan dengan bahasa tulis. Ciri–ciri wacana lisan sebagai berikut: a) Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus b) Wacana lisan sulit diulang c) Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud d) Wacana lisan menyatukan partisipanya dalam satu situasi dan konteks yang sama. e) Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis f) Wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama g) Wacana lisan sering melibatkan partisipanya secara langsung Wacana Tulis Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan. Beberapa ciri wacana tulis yakni: 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku b) Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit – unit kebahasanyaa c) Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap ( Tidak ada penghilangan bagian – bagianya). Sementara itu, berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, jenis wacana dibedakan menjadi: a. Wacana monolog: Pada wacana ini pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara .Contohnya pidato,ceramah. b. Wacana dialog: Peserta dalam komunikasi ini ada dua orang dan terjadi pergantian peran (feed back). c. Wacana polilog: peserta dalam wacana polilog lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran. Pengelompokan wacana juga dilakukan berdasaran tujuan saat melakukan komunikasi, bila ditinjau dari tujuan berkomunikasi, wacana terdiri atas: 1) Wacana Argumentasi : Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti – bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu. (Gorys Keraf,1995:10 ) 2) Wacana Eksposisi : Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima ( Pembaca ) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek. 3) Wacana persuasi: Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Persuasi sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca dengan memanfaatkan aspek – aspek psikologis. Contoh dari persuasi diantaranya kampanye. 4) Wacana Deskripsi: Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat,dibayangkan oleh pembaca ,seakan – akan pembaca dapat melihat sendiri. 5) Wacana Narasi: Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana narasi terdapat unsure – unsure cerita yang penting, seperti waktu,pelaku,peristiwa. Adanya aspek emosi yang yang dirasakan oleh pembaca dan penerima. Melalui narasi,pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Teori wacana 1. Teori Wacana Bakhtin Bakhtin dan kawan-kawan cenderung memahami wacana sebagai tuturan, yaitu pertalian antara suara penutur dengan suara orang lain yang terimplikasi dalam tuturan penutur itu. Tipologi wacana menurut Bakhtin adalah sebagai berikut: 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pertama, Wacana Linear, adalah wacana yang memandang wacana lain hanya dalam sebuah garis besar dengan batas-batas eksternal yang jelas dengan meminimalkan individualitas internalnya. Contoh dalam wacana ini adalah puisi. Kedua, Wacana piktural, adalah wacana yang dengan tangkas dan halus dapat menerobos wacana lain, baik dalam bentuk komentar maupun ejekan. Seperti contoh wayang. Ketiga, Dalam hal ini Bakhtin dankawan-kawan membangi wacana menjadi dua jenis, yaitu Wacana Satu-Suara dan Wacana Suara-Ganda, Wacana Satu-Suara meliputi wacana linear dan wacana piktural. Sedangkan Wacana Suara-Ganda meliputi Stilisasi, Skaz, Parodi, dan Polemik terselubung. 2. Teori Wacana Althusser Wacana cenderung dipahami sebagai ideologi dalam praktik. Tak ada ideologi tanpa wacana, dan tak ada wacana tanpa ideologi. Ideologi yang tidak mewujud secara material, tanpa subjek dan untuk subjek, hal itu akan kehilangan fungsinya. Lebih jauh lagi, sesuai teori Marxis, wacana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari formasi sosial yang ada, formasi sosial yang terbangun dari dua atau lebih kelas sosial yang saling bertentangan, terlibat dalam pertentangan dan pertarungan kelas dengan ideologinya masing-masing. pendekatan dalam analisis wacana Dalam melakukan analisi wacana, ada banyak pendekatan yang dapat digunakan. Slembrouck membukukan sekitar 8 pendekatan analisis wacana termasuk di antaranya filsafat analitis, linguistik, post-strukturalis, semiotik, 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id cultural studies, teori-teori sosial. Dari 8 pendekatan itu, akan dibahas 3 pendekatan antara lain menurut pendekatan atau episteme empirime positivistik, fenomenologi dan post-strukturalisme, khususnya teori wacana Foucault. Pendekatan epistemologi empirisme positivisme Pendekatan ini melahirkan pengertian bahwa bahasa adalah medium komunikasi belaka. Bahasa dalam episteme ini dimaknai secara polos. Bahasa dipandang semata sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, untuk mengekspresikan rasa cinta dan seni, untuk melakukan persuasi, serta wahana untuk menyampaikan dan melestarikan kearifan-kearifan serta nilainilai yang dijunjung tinggi oleh suatu komunitas. Contoh:: saat mengkaji suatu teks pidato, referensi mengenai seluk-beluk pembicara tidak begitu diperlukan. Pengkaji hanya perlu mengkonsentrasikan kajiannya pada naskah atau teks pidato yang dimaksud, dan melihat makna pidato berdasarkan pada kaidah-kaidah semantik/sintaksis teks tersebut. Pandangan fenomenologi Pandangan ini melihat bahasa memiliki keterkaitan antara subjek atau penuturnya. Dalam persektif ini subjek dianggap memiliki intensi-intensi yang mempengaruhi bahasa atau wacana yang diproduksinya. Subjek memiliki peran yang penting karena ia dapat melakukan kendali atas maksud bahasa yang diungkapkan. Analisis wacana dalam perspektif ini berusaha membongkar dan mengungkap maksud tersembunyi yang ada di balik ucapan yang diproduksi. Dengan cara meneliti ujaran-ujaran yang ada dalam wacana, lalu menarik garis merah dengan jati diri si penulis atau pembicaranya. post-strukturalisme pandangan ini melihatbahasa sebagai media untuk melakukan 2015 1 dominasi dan Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom menyebarkan kekuasaan. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam proses pembentukan bahasa, ada konstelasi kekuatan yang menyertainya. Foucault menyebut, wacana memiliki power dan kekuasaan di balik pernyataanpernyataannya. Analisis wacana dalam pengertian ini tidak lebih mementingkan disiplin-disiplin budaya tinggi seperti susastra, filsafat dan sejarah, ia menggunakan metode-metode analisis isi, naratologi, semiotik dan ideologiekritik untuk mengungkap diskursus/wacana dalam kehidupan seharihari. Daftar Pustaka Brown, Gillian. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hayon ,Yoseph.2007.Membaca dan Menulis Wacana ,Petunjuk Praktis bagi mahasiswa,Jakarta ; Gramedia. Lubis, Hamid Hasan, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1993). Slembrouck, Stef. 2004. "What is Meant by Discourse Analysis. http//bank.rug.ace.be/da/da.htm 2015 1 Metode Penelitian Kualitatif Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id