hasil dan pembahasan

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG
HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN DI BPS TRI ISTIQOMAH
DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
Ika Wulan Setyaningsih1), Ninik Christiani2),Heni Setyowati3)
1) Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo
Email : Ikawulan @gmail.com
2) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
3) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
ABSTRAK
Hubungan seksual pada masa kehamilan sampai usia sembilan bulan boleh dilakukan kecuali jika
ada alasan secara medis. Kehamilan akan membawa perubahan fisik maupun emosional akibat semakin
meingkatnya hormon-hormon, sehingga menimbulkan kekhawatiran saat melakukan hubungan seksual
selama kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
kecemasan suami tentang hubungan seksual selama kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasinya semua suami ibu hamil
yang mengantar periksa bulan April-Februari di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang sebanyak 36 suami ibu hamil. Sampel yang di gunakan juga 36 suami
ibu hamil yang mengantar periksa bulan April-Februari, yang tehnik pengambilanya secara total
sampling. Alat pengumpulan datanya adalah kuesioner kemudian dianalisis data menggunakan uji
kendal tau.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang hubungan seksual selama
kehamilan dalam kategori kurang yaitu sejumlah 15 responden (41,7 %), tingkat kecemasan responden
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 16 responden (44,4 %). Hasil uji kendal tau diketahui ada
hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang hubungan seksual selama kehamilan di BPS
Tri Istiqomah, Desa Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan p value sebesar
0,013.
Simpulanya semakin baik pengetahuan suami tentang hubungan seksual selama kehamilan maka
semakin tidak ada kecemasan. Diharapkan dapat menambah pengetahuan suami pentingnya hubungan
seks selama kehamilan secara hati-hati demi kesejahteraan janin.
Kata kunci
:Pengetahuan, hubungan seksual selama kehamilan
Kepustakaan : 21 (2001-2014)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
1
ABSTRACT
Sexual intercourse in the pregnancy until the age of nine months to do except if there is reason
medically. Pregnancy will ultimately bring change physical and emotional due to the increasing
hormones , thus giving rise to concern when engage in sexual intercourse during pregnancy. This study
is aims to find the correlation between husband’s knowledge and anxiety about sexual intercourse during
pregnancy at BPS Tri Istiqomah, Panjang Village, Ambarawa Sub-district, Semarang regency.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The populations of all the
husband of a pregnant mother usher months april-februar check at BPS Tri Istiqomah, Panjang Village,
Ambarawa Sub-district, Semarang regency. The population in this study was 36 men, while the samples
were taken by using total population technique as many as 36 men. The data analysis used Kendall tau
test.
The results of this study indicate that most of respondents' knowledge about sexual intercourse
during pregnancy in the category of poor as many as 15 respondents (41.7%) and the anxiety level of
respondents about sexual intercourse during pregnancy is mostly in the category of medium as many as
16 respondents (44.4%). The result of Kendall tau test is known that there is a correlation between
husband's knowledge and anxiety about sexual intercourse during pregnancy at BPS Tri Istiqomah,
Panjang Village, Ambarawa Sub-district, Semarang regency with p value of 0.013.
the conclusion better knowledge husband about sexual intercourse during pregnancy the more
there is no anxiety .Is expected to increase knowledge husband the importance of sex during pregnancy
carefully sake of the fetus.
Keywords
: Knowledge, Sexual intercourse drying pregnancy
Bibliographies: 21 (2001-2014)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin sejak konsepsi
dan
berakhir
sampai
permulaan
persalinan.kehamilan berlansung dalam waktu
280 hari (40 minggu). Kehamilan di bagi dalam
tiga triwulan yaitu triwulan pertama di mulai
dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan ke dua
dari bulan ke-4 sampai bulan ke-6, triwulan
ketiga dari bulan ke-7 sampai bulan ke-9
(Andriaansz, 2007).
Dalam sebuah penelitian yang di lakukan
oleh badan koordinasi keluarga berencna
nasional
(BKKBN)
pengetahuan
dasar
kesehatan
reproduksi
relatif
terbatas
sebagaimana ditunjukan 57,89% responden
tidak mengetahui pengertian seksualitas. Sikap
responden
terhadap
promosi
kesehatan
seksualitas berdasarkan mitos dalam masyarakat
memberikan indikasi yang relatif baik, namun
keraguan juga relatif terasa. Informasi mengenai
seksualitashanya 58,33% di dapat melalui
tenaga kesehatan 31,67% melalui sumber
lain.(BKKBN, 2005)
Ibu hamil dan pasanganya sering
menanyakan tentang seksualitas selama
kehamilan serta konsekuensi yang timbul
selama melakukan kegiatan seksual, sehingga
membutuhkan konseling pada petugas kesehatan
terkait seksualitas. Kegiatan seksualitas dapat
terjadi selama kehamilan, akan tetapi frekuensi
yang sangat bervariasi dengan kecenderungan
mengalami penurunan seiring bertambahnya
usia kehamilan. Penurunan aktivitas seksual
dapat di sebabkan karen mual, kecemasan
terjadinya keguguran, kecemasan pada janin,
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
2
ketidaknyamanan perubahan fisik yang terjadi
sepanjang kehamilan, ketakutan akan pecahnya
ketuban, kecemasan terinfeksi penyakit tertentu
atau kelelahan (Claire, 2011).
Sebagian
besar
pasangan
mengkhawatirkan bahwa berhubungan seksual
selama kehamilan terutama ketika respon
mereka sangat menggebu-nggebu akan melukai
bayi. Sesungguhnya jika kehamilan anda tidak
bermasalah atau tidak mempunyai resiko tinggi
mengalami keguguran atau kelahiran prematur,
berhubungan seksual tidak akan menimbulkan
efek apapun pada bayi (Nurul, 2008: 45). Suami
menjadi peran yang penting saat istri hamil,
karena istri yang mengalami banyak perubahan
menjadi sangat sensitif. Kecemasan suami saat
istri hamil akan menglami perasaan yang
bercampur aduk ketakutan dan kepedulian.
( Vike, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 25 April 2015, ibu hamil
yang periksa dari bulan februari-april terdapat
36 ibu hamil diantaranya 15 ibu hamil trimester
I, 11 ibu hamil trimester ibu II, 10 ibu hamil
trimester III. Studi pendahuluan di lakukan di
BPS Tri Istiqomah di karenakan suami dari ibu
hamil merasa khawatir dan cemas saat
melakukan hubungan seksual pada saat
kehamilan. Hasil wawancara yang dilakukan
pada 10 suami ibu hamil yang mengantarkan
saat periksa di BPS Tri Istiqomah di dapatkan 7
suami ibu hamil belum mengetahui tentang
berhubungan seksual selama kehamilan apakah
diperbolehkan atau tidak, suami juga tidak
mengetahui posisi yang baik saat melakukan
hubungan seksual selama kehamilan, dan suami
tidak mengetahui dampak yang di timbulakan
saat berhubungan seksual saat istri sedang
hamil, sehingga suami merasa cemas untuk
melakukan hubungan seksual selama kehamilan,
3 suami ibu hamil
mengetahui tentang
hubungan seksual selama kehamilan karena
sudah
mendapatkan informasi dari tenaga
kesehatan sehingga suami
tidak merasa
khawatir ataupun cemas saat melakukan
hubungan seksual.
Desa panjang hubungan seks selama
kehamilan
masih
menjadi
hal
yang
menimbulkan pro dan kontra. Ada yang
menyetujui dan melakukanya, namun ada juga
yang menghindari sama sekali. Bagi yang
melakukanya berpendapat kalau wanita hamil
juga berhak mendapat kepuasan dari hubungan
seks. Bagi mereka yang menghindari hubungan
seks selama hamil, disebabkan karena
kekhawatiran seks selama hamil akan
menimbulkan keguguran dan akan melukai
janin.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan
Kecemasan Suami Tentang Hubungan Seksual
Selama Kehamilan” di BPS Tri Istiqomah, Desa
Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang.”
Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan
dengan kecemasan suami tentang hubungan
seks selama kehamilan di BPS Tri Istiqomah,
Desa Panjang, Kecamatan Ambarawa,
Kabupaten Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan suami tentang
hubungan seks selama kehamilan
meliputi, pengertian hubungan seksual,
aktivitas seks selama kehamilan, efek
kondisi kehamilan terhadap hubungan
seks, dampak hubungan seks selama
kehamilan, posisi seks yang aman saat
kehamilann hubungan seks yang harus di
hindari selama kehamilan di BPS Tri
Istiqomah di Desa Panjang, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui tingkat kecemasan suami
tentang hubungan seks selama kehamilan
di BPS Tri Istiqomah di Desa Panjang,
Kecamatan
Ambarawa,
Kabupaten
Semarang.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan
dengan
kecemasan
suami
saat
berhubungan seksual selama kehamilan
di BPS Tri Istiqomah di Desa Panjang
Kecamatan
Ambarawa
kabupaten
Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Mengaplikasikan
ilmu
yang
diperoleh dari perkuliahan dan menambah
wawasan serta pengalaman nyata dalam
melaksanakan
penelitian
mengenai
hubungan seks selama kehamilan.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
3
2. Bagi ibu hamil
Dapat menambah pengetahuan ibu
hamil dan suami tentang berhubugan seks
selama kehamilan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya.
Tabel1Distribusi
FrekuensiBerdasarkan
Pengetahuan Suami Tentang Hubungan
Seksual Selama Kehamilan Di Bps Tri
Istiqomah
Desa
Panjang
Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Frekuensi
18
13
15
Persentase (%)
22,2
36,1
41,7
36
100.0
Jumlah
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti
menggunakan jenis variabel bebas dan
terikat.Penelitian ini variabel bebasnya ialah
pengetahuan suami tentang hubungan seksual
selama
kehamila.Penelitian
ini
variabel
terikatnya ialah kecemasan suami tentang
hubungan seksual selama kehamilan.Ada
hubungan
antara
pengetahuanHubungan
Pengetahuan Dengan Kecemasan Suami
Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan
di BPS Tri Istiqomah Desa Panjang Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang.Penelitian ini
dilaksankan pada tanggal 10 juni 2015.Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross sectional
yang jenis datanya berupa data primer dan data
sekunder.Populasinya suami ibu hamil yang
periksa pada bulan April-Februari.Tehnik
sampling menggunakan total sampling dengan
populasi 36 suami ibu hami. Alat ukur dengan
kuesioner serta dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi dan uji kendall tau.
Kuesioner
tingkat
pengetahuantentang
hubungan seksual selam kehamilan
untuk
jawaban favourable benar diberi nilai 1, salah di
beri nilai 0 sedangkan untuk jawaban
unfavourable benar diberi nilai 0, salah diberi
nilai 1. Kecemasan suami tentang hubungan
seksual selam kehamilan di beri nilai selalu
diberi nilai 4, sering diberi nilai 3, kadangkadanh diberi nilai 2, tidak pernah diberi nilai 1.
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui
bahwasebagian besar pengetahuan responden
tentanghubungan seksual selama kehamilan di
BPS TriIstiqomah, Desa Panjang, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang dalam
kategori kurang yaitu sejumlah 15 responden
(41,7 %) dan sebagian kecil responden
mempunyai pengetahuan dalam kategori
tinggi yaitu sejumlah 8 responden (22,2 %).
Tabel 2 Kuesioner Pengetahuan Responden
TentangHubungan
Seksual
Selama
Kehamilan
No
1
2
3
4
5
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
A. Hasil
Analisis Univariat
Pernyataan
Hubungan seksual boleh
dilakukan ketika istri
sedang hamil
Hubungan seksual
selama kehamilan boleh
dilakukan tetapi harus
hati-hati
Hubungan seksual
adalah segala tingkah
laku yang di dorong
oleh hasrat seksual baik
dengan lawan jenis
maupun dengan sesama
jenis
Hubungan seksual
adalah suatu cara untuk
menjalin hubungan antar
pasangan
Hubungan seksual boleh
di lakukan jika tidak ada
kontra indikasi seperti
abortus berulang
Pada awal kehamilan
terjadi dorongan untuk
melakukan
hubungan
seksual
Pada umur kehamilan
trimester III (25-36
minggu) gairah seks
akan di pengaruhi oleh
n
Salah
%
n
Benar
%
13
36,1
23
63,9
11
30,6
25
69,4
8
22,2
28
77,8
20
55.6
16
44.4
14
38,9
22
61,1
4
11,1
32
88,9
9
25,0
27
75,0
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
4
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
ketidaknyamanan dan
body image
Pada tiga bulan pertama
wanita mengalami mual
muntah karena pengaruh
hormon
progesteron
sehingga
dorongan
seksual menurun
Wanita hamil akan
mudah di rangsang
untuk
melakukan
hubungan seksual.
Kepercayaan diri ibu
hamil akan meningkat
pada trimester II (25-36)
minggu
Keguguran selalu di
akibatkan
oleh
hubungan seksual
Cairan ketuban akan
menjadi pelindung janin
ketika
berhubungan
seksual
Orgasme dapat memicu
kontarksi rahim
Pasangan yang tidak
menderita
penyakit
menular
seksual
penetrasi tidak akan
menyebabkan infeksi.
Posisi seks yang aman
dalam
berhubungan
seksual
sebaiknya
suami di bawah
Saat hamil posisi saat
berhubungan
seksual
tidak boleh menekan
perut
Posisi seks berhadaphadapan penetrasi penis
akan lebih mudah di
lakukan
Ibu yang mengalami
perdarahan tidak boleh
melakukan
hubungan
seksual
Ibu
yang
memiliki
resiko
kehamilan
prematur
boleh
melakukan
hubungan
seksual
Pada usia kehamilan
dibawah 28 minggu ibu
yang hamil janin kembar
tidak boleh melakukan
hubungan seksual
Suami yang memiliki
penyakit seperti herpes
kelamin
boleh
melakukan
hubungan
seksual
15
41,7
21
58,3
21
58,6
15
41,7
9
25,0
27
75,0
15
41,7
21
58,3
17
47,2
19
52,8
20
55,6
16
44,4
11
30,6
25
69,4
10
27,8
26
72,2
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
bahwa sebagian besar pengetahuan responden
tentang hubungan seksual selama kehamilan di
BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang dalam
kategori kurang yaitu sejumlah 15 responden
(41,7 %). Pengetahuan yang rendah pada
sebagian besar responden tersebut dapat dilihat
dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan
kepada responden tentang pengertian hubungan
seksual, aktivitas seksual dalam masa
kehamilan, efek kondisi kehamilan terhadap
hubungan seksual, dampak seks terhadap
kehamilan dan posisi seks yang aman selama
kehamilan serta hubungan seks yang harus di
hindari selama kehamilan.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kecemasan Suami Tentang Hubungan
Seksual Selama Kehamilan Di Bps Tri
Istiqomah
Desa
Panjang
Kecematan
Kabupaten Semarang
Sikap
Normal/tidak cemas
Kecemasan sedang
Kecemasan ringan
Kecemasan berat
Frekuensi
12
16
8
0
Persentase (%)
33,3
44,4
22,2
0
64
100.0
Jumlah
16
44,4
20
55,6
18
50,0
18
50,0
17
47,2
19
52,8
12
33,3
24
66,7
8
14
22,2
38,9
28
22
77,8
61,1
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa
sebagian besar tingkat kecemasan responden t
tentang hubungan seksual selama kehamilan di
BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 16 responden
(44,4 %) dan hanya sebagian kecil responden
yang mempunyai tingkat kecemasan ringan
yaitu sebanyak 8 responden (22,2 %),
Analisis Bivariat
Tabel 4
Tabulasi Silang Hubungan
Pengetahuan Dengan Kecemasan Suami
Tentang Berhubungan Seksual Selama
Kehamilan Di BPS Tri Istiqomah, Desa
Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Sedang
N
1
5
10
16
%
12,5
38,5
66,7
44,4
Kecemasan
Ringan Normal
Berat
N
3
2
3
8
N
0
0
0
0
%
37,5
15,4
20,0
22,2
N
4
6
2
12
%
50,0
46,2
13,3
33,3
%
0
0
0
0
Total
N
8
13
15
36
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
5
%
100,0
100,0
100,0
100,0
p value =0,013
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
bahwa, responden yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang hubungan seksual selama
kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang
sebagian besar yaitu sebanyak responden (50,0
%) mempunyai tingkat kecemasan dalam
kategori normal, responden dengan pengetahuan
cukup sebagian besar mempunyai tingkat
kecemasan dalam kategori ringan yaitu
sebanyak 6 responden (46,2 %) dan responden
yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian
besar mempunyai tingkat kecemasan dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 10 responden
(5166,7%). Dari hasil uji statistik menggunakan
Uji Kendall tau dengan taraf signifikansi 5 %
(0,05) didapatkan p value sebesar 0,013.
(Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05
maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima).
Nilai p tersebut menunjukkan bahwa
adahubungan pengetahuan dengan kecemasan
suami tentang hubungan seksual selama
kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan suami tentang hubungan
seksual selama kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pengetahuan yang kurang pada sebagian
besar responden tentang hubungan seksual
selama kehamilan dapat diketahui dari
kurangnya pengetahuan responden tentang
pengertian hubungan seksual selama kehamilan
itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
jawaban
responden
tentang
pengertian
hubungan seksual selama kehamilan yaitu
sebagian besar responden menyatakan salah
(36,1 %), bahwa hubungan seksual boleh
dilakukan ketika istri sedang hamil dan 36,0 %
responden juga menyatakan salah apabila
melakukan hubungan seksual selama kehamilan
boleh dilakukan tetapi harus hati-hati. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden kurang mengerti tentang hubungan
seksual selama kehamilan dan beranggapan
bahwa hubungan seksual selama kehamilan
tetap tidak boleh dilakukan karena akan
membahayakan bagi istri dan janin yang
dikandungnya.
Pengetahuan yang kurang tentang
pengertian hubungan seksual selama kehamilan
tersebut dikarenakan banyaknya mitos dan
pengetahuan yang salah tentang hubungan
seksual yang berkembang dalam masyarakat.
Sebagian besar responden yang mempunyai
pengetahuan kurang merasa tabu dan
beranggapan bahwa hubungan seksual selama
kehamilan tidak baik dilakukan karena akan
mengganggu
kesehatan
janin
yang
dikandungnya. Selain itu sebagian besar suami
juga merasa tidak berselera untuk melakukan
hubungan seksual dan merasa kasihan untuk
melakukan hubungan seksual karena melihat
kondisi kehamilan istrinya. Perubahan bentuk
fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan
wajah sembab menjadikan sebagian besar suami
malas bercinta pada waktu hamil dan adanya
perasaan menjadi kaku dan tidak nyaman
karena terhalang dengan perut yang membesar.
Bentuk tubuh wanita yang berubah tersebut
dapat membuat pasangannya menjadi tidak
bergairah.Beberapa hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang hubungan
seksual selama kehamilan.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan
tentang hubungan seksual selama kehamilan
juga dapat dilihat dari hasil jawaban responden
tentang aktivitas seksual dalam masa kehamilan.
Berdasarkan hasil jawaban responden diketahui
bahwa sebagain besar responden menyatakan
salah (38,9 %) bahwa hubungan seksual boleh
di lakukan jika tidak ada kontra indikasi seperti
abortus berulang dan 41,7 % menyatakan salah
bahwa pada tiga bulan pertama wanita
mengalami mual muntah karena pengaruh
hormon progesteron sehingga dorongan seksual
menurun. Hal tersebut menunjukkan kurangnya
pengetahuan responden khususnya tentang
aktivitas seksual selama masa kehamilan. Selain
itu kurangnya pengetahuan responden tentang
hubungan seksual juga dapat dilihat dari
jawaban responden tentang efek kondisi
kehamilan terhadap hubungan seksual yaitu
sebagian besar responden menyatakan salah
(58,6 %) bahwa wanita hamil akan mudah
dirangsang untuk melakukan hubungan seksual.
Menurut
Tino
(2009,
p.65-69),
menyatakan bahwa Keinginan berhubungan
seks yang tinggi antara ibu hamil yang satu
dengan yang lainnya sangatlah berbeda.Hal
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
6
tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti
faktor hormonal, psikologis, dan lain-lain.Tinggi
atau tidaknya libido seks ketika hamil
merupakan
hal
wajar
yang
sering
dialami.Hubungan yang harmonis dengan suami
juga sangat memungkinkan libido seks ibu
hamil tinggi.Hal terpenting adalah saling
pengertian dan komunikasi dengan pasangan
anda sehingga sama-sama terpuaskan ketika
berhubungan seks.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden beranggapan
bahwa hubungan seksual selama kehamilan
dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi
ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Anggapan dan persepsi yang salah tersebut
dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa sebagian besar (58,3 %)
responden menyatakan bahwa keguguran selalu
di akibatkan oleh hubungan seksual dan 47,5 %
responden menyatakan salah bahwa cairan
ketuban akan menjadi pelindung janin ketika
berhubungan seksual. Beberapa hal tersebut
menunjukkan
kurangnya
pengetahuan
responden tentang hubungan seksual selama
kehamilan ditinjua dari segi dampak hubungan
seksual
selama
kehamilan.Hal
tersebut
menjadikan mereka tidak mau melakukannya
karena takut dan khawatir apabila hal tersebut
dapat mengakibatkan keguguran dan akibat
yang lainnya.
Menurut
Tino
(2009,
p.65-69),
mengatakan bahwa hubungan seks tidak akan
menganggu perkembangan bayi. Akan tetapi,
perlu diingat kondisi kehamilannya juga perlu
tetap dijaga.Selama hamil tidak dilarang untuk
berhubungan seks. Melakukan hubungan
seksual tidak akan bermasalah karena janin
terlindung oleh selaput dan cairan ketuban.
Dengan catatan hubungan seks yang wajar atau
dengan kata lain tidak terlalu ekstrem.
Hubungan seksual yang wajar dalam hal
ini
adalah
menyangkut
posisi
dalam
berhubungan seksual karena dengan posisi yang
benar tidak akan menyebabkan kelainan maupun
mengganggu keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya. Dalam posisi saat berhubungan
seksual masih terdapat beberapa responden yang
menyatakan salah (27,8 %) bahwa posisi seks
yang aman dalam berhubungan seksual
sebaiknya suami di bawah dan 50 % responden
menyatakan benar bahwa posisi seks berhadap-
hadapan penetrasi penis akan lebih mudah di
lakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak responden yang kurang paham
dan mengetahui posisi yang terbaik dan nyaman
untuk kedua pasangan saat melakukan hubungan
seksual
selama
kehamilan.
Kurangnya
pengetahuan tentang posisi hubungan seksual
selama kehamilan tersebut juga di dapatkan dari
hasil wawancara sekilas terhadap responden
disela-sela pengambila kuesioner yaitu banyak
responden yang mengatakan bahwa mereka
jarang atau tidak pernah melakukan hubungan
seksual selama kehamilan karena adanya rasa
khawatir atau takut akan mengganggu janin
yang dikandung istrinya akan tetapi meraka
mengatakan bahwa kalaupun mereka ingin
melakukan hubungan seksual mereka tidak
pernah atau jarang memperhatikan posisi yang
benar dan dianjurkan bagi pasangan yang
sedang hamil. Sebagain besar responden
mengatakan mereka melakukan hubungan
seksual hanya untuk menyalurkan hasrat
seksualnya saja sehingga tidak pernah atau
jarang memperhatikan posisi yang benar dan
seringnya mereka melakukan hubungan seksual
sama seperti sebelum istrinya hamil atau sering
istri di posisi bawah dan kadang-kadang hanya
di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang posisi
hubungan seksual yang dianjurkan bagi
pasangan yang sedang mengalami kehamilan.
Menurut Nurul, (2008), menyatakan
bahwa
posisi
seks
berhadap-hadapan
memungkinkan pasangan mendapatkan lebih
banyak kesempatan saling mengksplorasi tubuh
pasangan. Tapi penetrasi penis akan lebih sulit
dilakukan. Dapat dilakukan dengan cara
meyilangkan kaki satu sama lain agar penis bisa
melakukan dengan mudah melakukan penetrasi.
Menurut Tino (2009, p.65-69), mengatakan
bahwa pada dasarnya posisi hubungan seks
sewaktu hamil banyak macamnya, seperti posisi
duduk, posisi menyamping, posisi wanita di
atas, dan posisinya lainnya.Hal terpenting
adalah sama-sama nyaman.Jangan sampai suami
meletakkan berat badannya di bagian perut. Jika
meletakkan berat badannya di bagian perut,
maka akan membahayakan bayi dalam
kandungan karena bayi tertekan.
Menurut Suririnah (2004), menyebutkan
bahwa hubungan seksual pada masa kehamilan
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
7
berapapun sampai usia sembilan bulan tidak ada
masalah kecuali jika ada alasan secara medis,
atas saran dari dokter untuk tidak melakukan
hubungan seksual ataupun jika ada penyulit.
Hubungan seksual selama kehamilan tidak boleh
dilakukan oleh ibu hamil terutama jika ibu
mengalami penyakit jantung, hipertensi,
plasenta previa, riwayat abortus berulang
maupun alasan medis lain yang tidak dianjurkan
oleh dokter.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis
besar sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang hubungan
seksual selama kehamilan baik itu dari
pengertian hubungan seksual, aktivitas seksual
dalam masa kehamilan, efek kondisi kehamilan
terhadap hubungan seksual, dampak seks
terhadap kehamilan dan posisi seks yang aman
selama kehamilan serta hubungan seks yang
harus di hindari selama kehamilan. Kurangnya
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh banyak
faktor
diantaranya
faktor
umur,
pendidikan.Infromasi dan pengalaman.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa masih terdapat responden yang berumur
< 20 tahun yaitu sejumlah 6 responden (16,7 %).
Umur responden yang kurang dari 20 tahun
merupakan umur yang belum produktif dimana
pada masa tersebut seharusnya belum
dianjurkan untuk menikah karena dapat
dikatakan belum matang secara emosi maupun
pikiran sehingga belum bisa mencerna dan
memahami setiap informasi yang didapatkannya
secara baik dan benar.Kurangnya pemahaman
dalam mencerna setiap informasi khususnya
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
resproduksi tersebut menjadikan mereka
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
hubungan seksual selama kehamilan.
Pengalaman merupakan salah satu hal
yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
responden terhadap hubungan seksual selama
kehamilan walaupun dari segi umur didapatkan
sebagian besar responden adalah berumur antara
20-30 tahun (52,8 %) akan tetapi dari hasil
wawancara saat memberikan dan mengambil
data kuesioner didapatkan data bahwa sebagian
besar responden merupakan pasangan usia subur
dan baru mengalami kehamilan pertamanya. Hal
tersebut menjadikan mereka masih mempunyai
informasi yang kurang tentang berbagai hal
yang berhubungan dengan seksualitas pada
masa kehamilan.Banyak diantara responden
yang kurang mengerti dan memahami
bagaimanakah hubungan seksual pada masa
kehamilan tersebut.Selain itu banyaknya
informasi dan mitos-mitos yang menyesatkan
menjadikan mereka tidak mengetahui secara
pasti kebenaran informasi dari mitos-mitos yang
sering mereka dengar ataupun yang mereka
dapatkan dari orantua mereka.Hal tersebut
merupakan salah satu faktor kurangnya
pengetauan responden tentang hubungan seksual
selama kehamilan.
Pengetahuan seseorang diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam
sumber, misalnya melalui media massa, media
elektronik, buku, petugas kesehatan dan juga
dari sumber-sumber lainnya. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu (Notoadmodjo, 2007).Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
indera
penglihatan
dan
juga
indera
pendengaran.Pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Menurut Notoadmodjo (2007) mengungkapkan
bahwa, perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat
diartikan tahu atau mengerti sesudah melihat
(menyaksikan,
mengalami
atau
diajar)
(Notoatmodjo, 2010). Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik diharapkan akan dapat
memahami dan mengerti tentang informasi dan
hal-hal baru yang ada disekitar lingkungannya.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman,
media massa, lingkungan maupun pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pengetahuan yang kurang pada sebagian
besar responden juga didukung oleh tingkat
pendidikan responden yang masih tergolong
rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan masih banyaknya
responden yang berpendidikan setingkat SMP
(44,4 %) dan sebagian kecil responden
berpendidikan setingkat SD (5,6 %).
Tingkat pendidikan sebagian responden
yang masih tergolong dalam kategori rendah
menyebabkan sebagian besar responden akan
kesulitan dalam menerima dan menjabarkan
informasi baru yang diterimanya. Hal tersebut
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
8
akan lebih sulit dipahami apabila informasi baru
tersebut berupa hal-hal yang bercampur dengan
mitos-mitos yang salah yang berkembang dalam
masyarakat. Seseorang yang berpendidikan
rendah cenderung akan berpikiran simpel dan
sering mengikuti berbagai mitos yang ada
walaupun
sebenarnya
mitos
tersebut
menyesatkan dan tidak diketahui kebenaranya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan responden yang tergolong rendah
berpengaruh terhadap pengetahuan responden
yang kurang tentang hubungan seksual selama
kehamilan karena banyaknya informasi yang
diserap dan kesimpangsiuran antara informasi
yang benar dan mitos yang sudah turun temurun
dipercaya
dalam
masyarakat
sehingga
menyebabkan mereka lebih percaya dan takut
apabila melanggar mitos tersebut.Tingkat
kepercayaan yang penuhy terhadap mitos yang
ada tersebut disebabkan karena kurangnya
pendidikan pada sebagian besar responden.
Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan
oleh
pelaku
pendidikan
(Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan yang
rendah mempengaruhi penerimaan informasi
sehingga pengetahuan yang didapatkan menjadi
terbatas. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangannya sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Tingkat pendidikan seseorang
akan berpengaruh dalam memberi respon yang
datang dari luar. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang
kesehatan,
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas hidup.Makin tinggi
pendidikan makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
Pendidikan
diperlukan
untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang
kesehatan,
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk siap berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangannya sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan
adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau berubah ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan matang pada diri
individu,
kelompok
atau
masyarakat
(Depdiknas, 2005).
Guna menunjang pengetahuan yang
lebih baik maka diperlukan pendidikan yang
memadai guna menunjang pengetahuan tersebut.
Tingkat pendidikan seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang khususnya hubungan seksual selama
kehamilan tersebut. Menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan maka wawasan
pengetahuan semakin baik dan akan semakin
menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi
kehidupan khususnya hubungan seksual selama
kehamilan guna menunjang keharmonisan
dalam berkeluarga sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan fisik dan mental ibu dan
janin yang dikandungnya.
Hubungan seksual merupakan salah satu
bagian penting karena hubungan seksual
merupakan kebutuhan primer bagi pasangan
suami istri. Apabila kebutuhan seksual tidak
terpenuhi dalam rumah tangga, maka hal
tersebutlah yang akan membuat seseorang untuk
melakukan perselingkuhan. Hubungan seksual
juga merupakan suatu pernyataan perasaan kasih
sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan dan
kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri
(Suririnah, 2008).
Kehamilan bukan merupakan halangan
untuk melakukan hubungan seks.Beberapa
penelitian membuktikan bahwa hubungan seks
selama kehamilan tidak berbahaya.Sampai saat
ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah
mengalami perubahan hormonal, 1 1%-50%
diantaranya mengalami penurunan gairah dan
mengalami kecemasan karena tidak mengerti
dengan perubahan yang terjadi. Pemahaman
tentang mengapa berhubungan seks selama
kehamilan menjadi berbeda dengan biasanya,
akan dapat meredakan ketakutan dan
kecemasan.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
9
Untuk itulah diperlukan pengetahuan
yang baik tentang hubungan seksual selama
kehamilan dan komunikasi yang baik antara
suami dan istri sehingga tidak timbul kecemasan
dan salah persepsi tentang hubungan seksual
yang dilakukan saat kehamilan.Pengetahuan
tentang hubungan seksual dapat juga dilihat dari
pengetahuan tentang posisi hubungan seksual
selama kehamilan.
2. Kecemasan suami tentang hubungan
seksual selama kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar tingkat kecemasan
responden tentang hubungan seksual selama
kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 16
responden (44,4 %). Tingkat kecemasan sedang
pada sebagian besar responden tersebut dapat
dilihat dari hasil jawaban responden terhadap
kuesioner yang diberikan peneliti untuk
mengukur
tingkat
kecemasan
dengan
menggunakan skala ZSRSAS ( Zung self-rating
anxiety scale). Berdasarkan hasil jawaban
responden tersebut diketahui bahwa sebagian
besar responden menyatakan bahwa mereka
sering merasa takut tanpa sebab (41,7 %),
sering merasa mudah marah dan panik (33,3 %),
kadang-kadang merasa jantung berdebar- debar
kencang (41,7 %), sering berkemih (44,4%),
kadang-kadang sering mimpi buruk (30,6 %),
kadang-kadang tangan dan kaki saya sering
gemetar (30,6 %) dan sering merasa terganggu
karena nyeri perut (47,2 %). Beberapa hal
tersebut merupakan responden terhadap tanda
dan gejala kecemasan yang dialami oleh
sebagian besar responden yang mengalami
kecemasan dalam taraf sedang.
Menurut Stuart and sundeen (2007),
seseorang dengan kecemasan sedang biasanya
menunjukkan kedaan seperti : persepsi agak
menyempit sedikit lebih sulit
untuk
berkonsentrasi, belajar menuntut upaya lebih,
memandang pengalaman saat ini dengan masa
lalu dan tremor, gemetar sedangkan respon
yang muncul diantaranya adalah : sering buang
air kecil, posisi tubuh selalu berubah-ubah,
mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
menangis marah dan banyak pertimbangan.
Respon kecemasan dalam kategori
sedang yang timbul pada sebagian besar
responden tersebut dikarenakan adanya rasa
takut dan khawatir apabila melakukan hubungan
seksual selama kehamilan akan menyebabkan
dampak buruk bagi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Respon emosi pria terhadap
peran seorang ayah, kekhawatirannya, dan
kebutuhannya akan informasi berubah-ubah
sepanjang masa hamil. Kecemasan suami saat
istri hamil akan mengalami perasaan yang
bercampus aduk ketakutan dan kepedulian
suami, pemikiran tentang tanggung jawab akan
membuat suami cemas bila terjadi musibah yang
mengancam istri dan calon anaknya (Vike &
Sari, 2011).
Kebutuhan seksual di dalam kehidupan
rumah tangga merupakan unsur penting yang
dapat meningkatkan kedekatan dan kualitas
hidup. Keinginan untuk melakukan hubungan
seksual dalam arti sempit disebut libido (nafsu
syahwat, nafsu birahi).
Hubungan seks
memiliki
pengertian sangat luas, terlebih
dengan banyaknya variasi yang bisa dilakukan.
Peran pasangan atau dukungan pria menunjukan
keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya
dan persiapannya untuk terikat dengan calon
anaknya. Persaingan langsung dengan janin
dapat tampak jelas, terutama selama aktivitas
seksual.
Suami mungkin menyatakan protes
karena pergerakan janin menghambatnya
memperoleh kenikmatan seksual. Introspeksi
wanita
hamil
yang
meningkat
dapat
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada
pasangannya karena wanita itu dipenuhi dengan
pikiran yang tertuju pada anaknya, semakin
tergantung kepada pemberi jasa pelayanan
kesehatan, dan semakin mengevaluasi kembali
hubungan mereka. Pria mungkin merasakan
dukungan utama dari istri berkurang (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2004).
3. Hubungan
Pengetahuan
Dengan
Kecemasan Suami Tentang Hubungan
Seksual Selama Kehamilan Di Bps Tri
Istiqomah Desa Panjang Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden beranggapan
bahwa hubungan seksual selama kehamilan
dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
10
ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Anggapan dan persepsi yang salah tersebut
dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa sebagian besar (58,3 %)
responden menyatakan bahwa keguguran selalu
di akibatkan oleh hubungan seksual dan 47,5 %
responden menyatakan salah bahwa cairan
ketuban akan menjadi pelindung janin ketika
berhubungan seksual. Beberapa hal tersebut
menunjukkan
kurangnya
pengetahuan
responden tentang hubungan seksual selama
kehamilan ditinjua dari segi dampak hubungan
seksual
selama
kehamilan.Hal
tersebut
menjadikan mereka tidak mau melakukannya
karena takut dan khawatir apabila hal tersebut
dapat mengakibatkan keguguran dan akibat
yang lainnya.
Berdasarkan
hasil uji statistik
menggunakan Uji Kendall tau dengan taraf
signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value
sebesar 0,013. (Apabila p value/ signifikansi di
bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha
diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan hubungan pengetahuan dengan
kecemasan suami tentang berhubungan seksual
selama kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa
Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang.Menurut Tino (2009, p.65-69),
menyatakan bahwa Keinginan berhubungan
seks yang tinggi antara ibu hamil yang satu
dengan yang lainnya sangatlah berbeda.Hal
tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti
faktor hormonal, psikologis, dan lain-lain.Tinggi
atau tidaknya libido seks ketika hamil
merupakan
hal
wajar
yang
sering
dialami.Hubungan yang harmonis dengan suami
juga sangat memungkinkan libido seks ibu
hamil tinggi.Hal terpenting adalah saling
pengertian dan komunikasi dengan pasangan
anda sehingga sama-sama terpuaskan ketika
berhubungan seks.
Menurut
Tino
(2009,
p.65-69),
mengatakan bahwa hubungan seks tidak akan
menganggu perkembangan bayi. Akan tetapi,
perlu diingat kondisi kehamilannya juga perlu
tetap dijaga.Selama hamil tidak dilarang untuk
berhubungan seks. Melakukan hubungan
seksual tidak akan bermasalah karena janin
terlindung oleh selaput dan cairan ketuban.
Dengan catatan hubungan seks yang wajar atau
dengan kata lain tidak terlalu ekstrem.
Hubungan seksual yang wajar dalam hal
ini
adalah
menyangkut
posisi
dalam
berhubungan seksual karena dengan posisi yang
benar tidak akan menyebabkan kelainan maupun
mengganggu keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya. Dalam posisi saat berhubungan
seksual masih terdapat beberapa responden yang
menyatakan salah (27,8 %) bahwa posisi seks
yang aman dalam berhubungan seksual
sebaiknya suami di bawah dan 50 % responden
menyatakan benar bahwa posisi seks berhadaphadapan penetrasi penis akan lebih mudah di
lakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak responden yang kurang paham
dan mengetahui posisi yang terbaik dan nyaman
untuk kedua pasangan saat melakukan hubungan
seksual
selama
kehamilan.
Kurangnya
pengetahuan tentang posisi hubungan seksual
selama kehamilan tersebut juga di dapatkan dari
hasil wawancara sekilas terhadap responden
disela-sela pengambila kuesioner yaitu banyak
responden yang mengatakan bahwa mereka
jarang atau tidak pernah melakukan hubungan
seksual selama kehamilan karena adanya rasa
khawatir atau takut akan mengganggu janin
yang dikandung istrinya akan tetapi meraka
mengatakan bahwa kalaupun mereka ingin
melakukan hubungan seksual mereka tidak
pernah atau jarang memperhatikan posisi yang
benar dan dianjurkan bagi pasangan yang
sedang hamil. Sebagain besar responden
mengatakan mereka melakukan hubungan
seksual hanya untuk menyalurkan hasrat
seksualnya saja sehingga tidak pernah atau
jarang memperhatikan posisi yang benar dan
seringnya mereka melakukan hubungan seksual
sama seperti sebelum istrinya hamil atau sering
istri di posisi bawah dan kadang-kadang hanya
di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang posisi
hubungan seksual yang dianjurkan bagi
pasangan yang sedang mengalami kehamilan.
Sebagian
besar
pasangan
mengkhawatirkan bahwa berhubungan seksual
selama kehamilan terutama ketika respon
mereka sangat menggebu-nggebu akan melukai
bayi. Sesungguhnya jika kehamilan anda tidak
bermasalah atau tidak mempunyai resiko tinggi
mengalami keguguran atau kelahiran prematur,
berhubungan seksual tidak akan menimbulkan
efek apapun pada bayi (Nurul, 2008: 45)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
11
A. KESIMPULAN
1. Sebagian besar pengetahuan responden
tentang hubungan seksual selama
kehamilan di BPS Tri Istiqomah, Desa
Panjang,
Kecamatan
Ambarawa,
Kabupaten Semarang dalam kategori
kurang yaitu sejumlah 15 responden
(41,7 %)
2. Sebagian besar tingkat kecemasan
responden tentang hubungan seksual
selama kehamilan di BPS Tri Istiqomah,
Desa Panjang, Kecamatan Ambarawa,
Kabupaten Semarang dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 16 responden
(44,4 %)
3. Ada hubungan hubungan pengetahuan
dengan kecemasan suami tentang
berhubungan seksual selama kehamilan
di BPS Tri Istiqomah, Desa Panjang,
Kecamatan
Ambarawa,
Kabupaten
Semarang dengan nilai p value sebesar
0,013.
B. SARAN
1. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan wawasan, pengetahuan
dan
pengalaman
peneliti
dalam
melakukan penelitian tentang kecemasan
suami tentang berhubungan seksual
selama kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan referensi tambahan mengenai
seksualitas selama kehamilan
3. Bagi bidan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai evaluasi/kebijakan
dalam
pemberian
informasi
dan
penyuluhan tentang seksualitas selama
kehamilan
4. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya hubungan seksual
selama kehamilan sehingga masyarakat
khususnya suami yang mempunyai istri
yang sedang hamil dapat melakukan
hubungan seksual selama kehamilan
secara
hati-hati
sehingga
dapat
meningkatkan
kesehatan
kesejahteraan janin.
dan
DAFTAR PUSTAKA
Andriaansz, gita. 2007.Gambaran sikap ibu
hamil trimester III tentang hubungan
seksual selama kehamilan di BPS Ny .
Katminah Mojokerto Kediri.Politehnik
Kesehatan Depkes: Malang
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
BKKBN,
2005.Pengetahuan
kesehatan
reproduksi,
from
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceri
a/ss3kesimpulan.html
Claire
Jones,
dkk.2011.Sex
In
Pregnacy.http/www.cmaj.ca.pdf
Giovani, Lussi.2012. Fungsi Seksual Suami
Selama Masa Kehamilan. Skripsi
Fakultas Ilmu Keperawatan Progaram
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
Hapsari,Vike Dwi dan Sudarmiati,Sari (2011).
Pengalaman Seksualaitas Ibu Hamil Di
Puskesmas Pondok Aren Tangerang.
Jurnal Ners
Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres,
Cemas
dan
Depresi.
Fakultas
Kedokteran Indonesia: Jakarta
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Suririah.2004. Posisi Hubungan Seks Yang
Aman Selama Kehamilan. Available
from. http//www.InfoIbu.com. (Di akses
jam 10.00 WIB tanggal 10 Mei 2015)
Tino, R. 2009. Http//www.iibudankelurga/mitos
dan Fakta Hubungan Seks Saat
Hamil.com diakses pada tanggal 2 mei
2015
Syamsih, Nurul. 2008. Kamasutra For
Pregnancy. Yogyakrta: Golden Books
Situarrt, G.W. 2005.Keperawatan Jiwa. (Edisi
5). Jakarta: EGC
Wawan dan Dewi, 2011.Pengetahuan, sikap
dan perilaku manusia. Yogyakarta:
Nuha medika
Suririnah. 2008. Buku pintar kehamilan dan
persalinan. Jakarta : Gramedia
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
12
Pustaka Utama
Prawiroharjo, Sarwono.2005. Obstetri Dan
Ginekologi Sosial.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
DI BPS TRI ISTIQOMAH DESA PANJANG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
13
Download