perbedaan tingkat kesepian lansia yang tinggal di panti werdha dan

advertisement
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN LANSIA YANG TINGGAL
DI PANTI WERDHA DAN DI RUMAH
BERSAMA KELUARGA
Yulia Damayanti1
Antonius Catur Sukmono2
Fakultas Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
ABSTRAK
Salah satu masalah psikologis yang terjadi pada lansia adalah kesepian. Kesepian
merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan para lansia, ketika anggota
keluarga hidup terpisah dari mereka, kehilangan pasangan hidup, kehilangan teman
sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup mandiri. Tujuan penelitian untuk
menganalisis perbedaan tingkat kesepian lansia yang tinggal di panti werdha dan di
rumah bersama keluarga.
Desain penelitian observasional analitik jenis komparatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya berjumlah 33 orang dan di RW 09 Perumnas Kota Baru Driyorejo Gresik
berjumlah 42 orang. Teknik sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen
menggunakan kuesioner UCLA loneliness scale. Data dianalisa dengan uji mann
whitney.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat kesepian lansia yang tinggal di
panti werdha dan di rumah bersama keluarga, dengan hasil uji mann whitney
menunjukkan ρ = 0,007 (ρ ≤ α = 0,05). Lansia yang tinggal di panti werdha sebagian
besar mengalami tingkat kesepian rendah (43,3%), sedangkan lansia yang tinggal
bersama keluarga sebagian besar tidak kesepian (57,9%).
Simpulan penelitian ini adalah perbedaan tingkat kesepian lansia yang tinggal di Panti
Werdha Hargo Dedali Surabaya lebih merasa kesepian dibandingkan dengan lansia
yang tinggal bersama keluarganya di RW 09 Perumnas Kota Baru Driyorejo Gresik.
Kata kunci : Lansia, Kesepian, Panti Werdha, Keluarga
PENDAHULUAN
Usia lanjut pada masa tahap
akhir
rentang
kehidupan
dalam
perkembangannya mengalami berbagai
perubahan fisik, psikis maupun sosial,
seiring dengan menurunnya fungsi
organ fisik juga berpengaruh terhadap
masalah sosial maupun masalah
psikologis (Fitriana, 2013). Masalah
psikologis yang paling banyak terjadi
pada lansia adalah kesepian, kesepian
merupakan kondisi
yang sering
mengancam kehidupan para lansia,
ketika anggota keluarga hidup terpisah
1
Mahasiswi Fakultas Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
Dosen Fakultas Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
2
Page 1
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
dari mereka, kehilangan pasangan
hidup, kehilangan teman sebaya, dan
ketidakberdayaan untuk hidup mandiri
(Gunarsa,
2009).
Lansia
yang
mengalami kesepian seringkali merasa
jenuh dan bosan dengan hidupnya,
merasa
tidak
berharga,
tidak
diperhatikan
dan
tidak
dicintai
(Septiningsih, 2012). Memasuki masa
tua dibutuhkan kehormatan dan
penghargaan yang diberikan dari
keluarga dan masyarakat kepada lansia
supaya dirinya merasa tidak tersisih
atau kesepian (Rosita, 2012). Pemilihan
lokasi tempat tinggal lansia masih
kontroversi di Indonesia, ada yang di
panti werdha dan di rumah bersama
keluarga. Terlihat perbedaan fenomena
kesepian pada lansia di panti werdha
Hargo Dedali Surabaya dan di rumah
bersama keluarga RW 09 Perumnas
KBD Gresik yang merupakan masalah
psikologis dapat dilihat dari : lansia di
rumah bersama keluarga dapat lebih
berinteraksi dengan keluarga, teman,
dan masyarakat, sedangkan interaksi
lansia di panti terbatas pada penghuni
panti serta petugas panti saja, jauh dari
keluarganya dan mematuhi peraturan
yang berlaku di panti. Lansia di rumah
bersama keluarga kondisi fisiknya lebih
baik dari lansia di panti, lansia di rumah
masih beraktifitas fisik seperti bekerja,
merawat cucu, memasak dan kegiatan
diluar rumah lainnya, sedangkan lansia
di panti kondisi fisik lansia lemah
sehingga mereka tidak dapat leluasa
dalam menggunakan sarana dan
prasarana yang disediakan, kurangnya
aktifitas
sehingga
waktu
luang
bertambah banyak.
Menurut data Departemen Sosial
RI di tahun 2010 tercatat 444 panti
werdha
di
seluruh
Indonesia
(Wreksoatmodjo, 2013). Penelitian dari
National Council on Ageing and Older
People, melaporkan bahwa prevalensi
lansia di Amerika yang mengalami
kesepian menunjukkan angka yang
cukup tinggi sebanyak 62% lansia. Di
Indonesia, penelitian oleh Asma (2008)
mengenai kesepian yang dilakukan di
Panti Werdha Pakutandang Bandung
menunjukkan hasil bahwa sebagian
besar lansia berada pada keadaan
kesepian sedang sebesar 11%, kesepian
ringan 69% dan sisanya kesepian tinggi
sebesar 2%, dan tidak kesepian 16%.
Berdasarkan data jumlah lansia di Jawa
Timur tahun 2012 mencapai 3 juta jiwa
atau 10,4% (Kemenkes RI, 2013).
Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan
mencapai 30-40 juta pada tahun 2020,
dengan seiring meningkatnya jumlah
lansia maka angka kesepian akan
semakin besar diperkirakan 50% lansia
kini menderita kesepian (Amalia, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan oleh peneliti selama 2
hari pada tanggal 20 & 27 Februari
2015 di Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya pada 10 lansia yang telah di
wawancarai didapatkan 7 lansia merasa
kesepian karena merasa ditinggalkan
oleh orang-orang yang dicintainya,
kurang perhatian keluarga dan rindu
pada anggota keluarga karena sebagian
besar lansia masih memiliki anggota
keluarga. Hasil wawancara dengan
kepala panti werdha Hargo Dedali
Surabaya, didapatkan bahwa lansia
yang tidak cocok bergaul dengan
sesama penghuni panti lainnya sering
menimbulkan pertengkaran. Dan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di
RW 09 Perumnas KBD Gresik pada 10
lansia yang telah di wawancarai
didapatkan 4 lansia merasa kesepian
karena kehilangan pasangan hidup dan
teringat masa lalu yang indah.
Seiring dengan proses menua,
tubuh akan mengalami berbagai
perubahan, berbagai perubahan yang
Page 2
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
terjadi pada lansia seperti perubahan
fisik, psikologis, dan psikososial
menentukan sampai taraf tertentu
apakah
lansia
akan
melakukan
penyesuaian sosial yang baik atau
buruk. Keadaan tersebut berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa pada
lansia. Akibat perubahan fisik yang
dialami lansia maka muncul gangguan
fungsional atau kecacatan pada lansia,
misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran & penglihatan berkurang
dan sebagainya sehingga menimbulkan
keterasingan dan lansia merasa kesepian
(Kuntjoro, 2007). Keterpisahan orang
tua dengan anggota keluarga yang
dicintai, misalnya anak, teman sebaya,
kehilangan pasangan hidup lansia yang
meninggal dunia dan kondisi yang
diharuskan tinggal di panti werdha
dikarenakan keluarga tidak mampu
untuk merawat. Secara bertahap
penyesuaian
keadaan
ini
dapat
menambah perasaan kesepian yang
mereka alami (Gunarsa, 2009). Faktorfaktor yang mempengaruhi kesepian
adalah usia, jenis kelamin, status nikah,
status sosial ekonomi, dan dukungan
sosial keluarga. Dukungan sosial
mungkin saja datang dari berbagai
pihak, tetapi dukungan sosial yang amat
bermakna dalam kaitannya dengan
masalah kesepian adalah dukungan
sosial yang bersumber dari mereka yang
memiliki kedekatan emosional, seperti
anggota keluarga dan kerabat dekat
(Gunarsa,
2009).
Panti
werdha
merupakan alternatif terakhir yang
dipilih oleh lansia sebagai tempat
tinggal, diketahui lansia seharusnya
berkumpul dengan keluarganya tetapi
ditempatkan di panti werdha dan
terdapat pula yang menginginkan untuk
tinggal karena tidak mempunyai tempat
tinggal dan keluarga, perasaan jauh dari
keluarga dan rasa terbuang dari orang-
orang yang disayangi akan membuat
lansia merasa tersisih atau kesepian
(Rosita, 2012). Sementara, penempatan
di panti werdha memicu munculnya
kesepian sekalipun mereka hidup
bersama sejumlah penghuni lainnya
(Gunarsa, 2009). Kesepian juga bisa
terjadi pada lansia dikarenakan pola
keluarga yang semakin mengarah pada
pola keluarga inti, dimana anak-anak
begitu sibuk dengan masalahnya sendiri
dan mengakibatkan anak-anak secara
tidak langsung kurang memperdulikan
keberadaannya serta jalinan komunikasi
antara orang tua dengan anak juga
semakin berkurang, sehingga kondisi ini
yang membuat lansia merasa tersisih,
tidak lagi dibutuhkan peranannya
sebagai anggota keluarga dan kemudian
memicu hadirnya perasaan kesepian
walaupun masih berada di lingkungan
keluarga (Hayati, 2010). Sementara itu
Cohen
(dalam
Gunarsa,
2009)
menjelaskan bahwa perasaan kesepian
yang dialami oleh lansia yang berusia
lanjut secara bertahap cenderung
memberikan pengaruh negatif terhadap
kondisi kesehatan mereka. Kesepian
yang dialami oleh lansia mempunyai
dampak yang cenderung menyebabkan
berbagai masalah seperti depresi,
keinginan bunuh diri, sistem kekebalan
tubuh menurun dan gangguan tidur.
Solusi mengatasi kesepian pada
lansia bisa dilakukan oleh lansia itu
sendiri atau oleh orang lain. Beberapa
hal yang bisa dilakukan lansia dalam
menghadapi kesepian adalah bersikap
ramah, mengunjungi teman sebaya,
melakukan kegiatan atau kesibukan
yang bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain, melaksanakan ibadah
menurut agama yang dianutnya dengan
tekun (BKKBN, 2012). Dukungan
sosial keluarga akan tetap dibutuhkan
sampai menjelang kematiannya, dalam
hidup lansia masih harus tetap belajar
Page 3
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan kenyataan yang dihadapinya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul perbedaan
tingkat kesepian lansia yang tinggal di
panti werdha dan di rumah bersama
keluarga.
METODE
Desain
penelitian
yang
digunakan pada penelitian ini adalah
observasional analitik jenis komparatif
dengan pendekatan cross sectional,
dengan menggunakan uji statistik Mann
Whitney untuk mencari perbedaan dari
2 sampel bebas. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah probability
sampling dengan metode simple random
sampling. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh lansia di Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya berjumlah 33
lansia dan di RW 09 Perumnas Kota
Baru Driyorejo Gresik berjumlah 42
lansia, dengan memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi, sehingga di
dapatkan sampel penelitian 30 lansia di
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
dan 38 lansia di RW 09 Perumnas Kota
Baru Driyorejo Gresik. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data demografi dan kuesioner UCLA
loneliness scale yang berbentuk skala
likert dengan 20 aitem pernyataan untuk
mengukur tingkat kesepian pada lansia.
tingkatan kesepian yang dialami lansia
dengan poin penilaian untuk pernyataan
negatif (1) tidak pernah (2) jarang (3)
kadang-kadang (4) sering, dan untuk
pernyataan positif (4) tidak pernah (3)
jarang (2) kadang-kadang (1) sering,
kemudian dikategorikan dengan hasil
rentang 20-80. Seluruh skor dalam skala
ini
akan
dijumlahkan
untuk
mendapatkan
skor
total
yang
menunjukkan
tingkat
kesepian
seseorang. Semakin tinggi skor total
seseorang maka semakin tinggi tingkat
kesepian seseorang. Tingkat kesepian
seseorang lansia akan terbagi dalam
empat kategori yaitu tidak kesepian (2034), kesepian rendah (35-49), kesepian
sedang (50-64), dan kesepian berat (6580). Pernyataan negatif terdapat pada
soal nomor 2, 3, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 17,
dan 18. Pernyataan positif terdapat pada
soal nomor 1, 4, 5, 6, 9, 10, 15, 16, 19,
dan 20.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lansia di Panti Werdha
Tingkat
Hargo Dedali Surabaya
Kesepian
Frekuensi
Presentase
(f)
(%)
Tidak Kesepian
8
26.7
Kesepian Rendah
13
43.3
Kesepian Sedang
6
20
Kesepian Berat
3
10
Total
30
100
Uji Mann Whitney Sig. ρ = 0,007 (α = 0,05)
Hasil penelitian utama menyatakan
bahwa hasil uji statistik mann whitney
menunjukkan hasil ρ = 0,007 < α = 0,05
Lansia di RW 09 Perumnas
Kota Baru Driyorejo Gresik
Frekuensi
Presentase
(f)
(%)
22
57.9
11
28.9
5
13.2
0
0
38
100
yang bermakna Ho ditolak dan H1
diterima, sehingga ada perbedaan
tingkat kesepian lansia yang tinggal di
Page 4
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
panti werdha dan di rumah bersama
keluarga. Hasil penelitian didapatkan
hasil tingkat kesepian lansia dari 30
lansia di Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya terdapat 8 responden (26,7%)
tidak kesepian, 13 responden (43,3%)
kesepian rendah, 6 responden (20%)
kesepian sedang, dan 3 responden
(10%) kesepian berat. Sedangkan, hasil
penelitian didapatkan hasil tingkat
kesepian lansia dari 38 lansia di RW 09
Perumnas Kota Baru Driyorejo Gresik
terdapat 22 responden (57,9%) tidak
kesepian, 11 responden (28,9%)
kesepian rendah, 5 responden (13,2%)
kesepian sedang, dan tidak ada
responden (0%) kesepian berat. Hal ini
menunjukkan bahwa lansia yang tingga
di panti werdha hargo dedali surabaya
memiliki tingkat kesepian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan lansia yang
tinggal di rumah bersama keluarga.
Lansia di Panti Werdha Hargo
Dedali Surabaya rata-rata mengalami
tingkat kesepian rendah berjumlah 13
orang
(43,3%),
Hurlock
(2002)
mengatakan sebagaimana berhasilnya
orang usia lanjut dalam menyesuaikan
diri terhadap kehidupan di lembaga
hunian seperti panti tersebut, tergantung
pada beberapa kondisi apabila lansia
baik pria atau wanita secara sukarela
tidak dipaksa oleh kondisi lingkungan
mereka, maka mereka akan merasa
bahagia dan mempunyai motivasi yang
kuat untuk menyesuaikan diri terhadap
berbagai perubahan yang mendadak
yang disebabkan oleh lembaga panti itu
sendiri. Namun hal yang perlu diingat
bahwa dimanapun lansia tinggal mereka
masih merasa menjadi bagian dari
keluarga dan tidak terputus kontak
dengan keluarga mereka, kehadiran
keluarga bagi orang usia lanjut juga
sangat penting bagi kehidupan mereka.
Peneliti berasumsi bahwa hal ini
dimungkinkan karena faktor lingkungan
panti sendiri yang kondusif yaitu
terjalinnya ikatan persaudaraan yang
erat antara lansia terutama bagi lansia
yang tinggal di satu wisma, tidak sedikit
yang mengaku betah di panti meskipun
sudah tidak memiliki keluarga namun
hal tersebut tergantikan oleh kehadiran
lansia lainnya. Selain itu kegiatankegiatan yang dibimbing baik oleh
pekerja sosial panti terutama oleh para
mahasiswa yang melakukan praktek
lapangan membuat lansia tetap dapat
melakukan banyak aktifitas meskipun
lansia mengalami perubahan fisik yang
membuat aktifitas lansia yang dilakukan
sehari-hari terbatas. Lansia yang
mengalami kesepian rendah di panti
werdha dikarenakan lansia tersebut ratarata memiliki konflik hubungan yang
kurang baik dengan keluarga mereka,
hal ini peneliti dapatkan dengan
wawancara kepada lansia, lansia
mengatakan bahwa pada awalnya
mereka tinggal di panti rata-rata bukan
karena keinginan lansia sendiri, tetapi
karena permintaan anak-anaknya dan
cucunya dikarenakan anak dan cucunya
tidak mampu merawat lansia yang tidak
lain adalah orang tua dan neneknya
sendiri. Lansia merasa ditinggalkan dan
terasing
dari
keluarga
mereka,
terkadang mereka merindukan keluarga
mereka dan ingin tinggal di rumah yang
dulu, di sisi itu keinginan tinggal
dengan anaknya ada tapi dia berusaha
mandiri dengan tidak ingin menjadi
beban keluarga jika lansia tinggal
dengan keluarganya. Hal ini sangat
disayangkan karena pada dasarnya
lansia menginginkan untuk tinggal
bersama keluarganya, akan tetapi
keadaan yang harus dijalani oleh lansia
adalah harus bisa bertahan dan
mencintai lingkungan barunya di panti
werdha. Selain itu, lansia yang tidak
cocok bergaul dengan sesama penghuni
Page 5
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
panti lainnya sering menimbulkan
pertengkaran. Dukungan dari pihak
keluarga yang tidak pernah diberikan
kepada lansia antara lain perhatian dan
kasih sayang, sehingga lansia memilih
untuk tinggal di panti werdha karena
didalam panti lansia mendapatkan
banyak dukungan dari lingkungan
sekitar panti.
Lansia di RW 09 Perumnas Kota
Baru Driyorejo Gresik rata-rata
mengalami tidak kesepian berjumlah 22
orang (57,9%), keluarga merupakan
support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan
kesehatannya.
Peranan keluarga dalam perawatan
lansia antara lain perawatan fisik,
perawatan psikologis, perawatan sosial
dan perawatan spiritual. Perawatan
lanjut usia di rumah bertujuan
memberikan perawatan sebaik mungkin
tanpa menganggu atau mengurangi
kemandirian lanjut usia. Kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari-hari
harus diupayakan, walaupun dalam
beberapa aktivitas tertentu perlu dibantu
(Nugroho, 2012). Perawatan yang
dilakukan
anak
sendiri
diduga
memberikan rasa aman dan nyaman
karena mereka lebih toleran terhadap
lansia dibandingkan kerabat atau orang
lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis,
sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa
terpenuhi dengan baik (Fatimah, 2010
dalam Rambe, 2013). Peneliti berasumsi
bahwa hal ini terjadi karena di
lingkungan keluarga RW 09 Perumnas
Kota Baru Driyorejo Gresik terkait
dengan budaya masyarakat Indonesia
yang masih kental, yaitu penghargaan
kepada orang tua dalam segala
bentuknya merupakan nilai yang tinggi
dan sebagai kewajiban kelompok
generasi yang lebih muda sehingga
memilih untuk merawat lansia di
keluarga sendiri tanpa harus berada di
lembaga panti. Selain itu, anggota lansia
di RW 09 sering aktif mengikuti
kegiatan sosial, kesehatan dan spiritual
seperti arisan RT RW, senam lansia,
posyandu lansia, pengajian rutin,
beraktifitas bekerja, merawat cucu,
memasak dan kegiatan di luar rumah
lainnya. Hal tersebut tentunya sangat
berarti bagi lansia, dalam hidup lansia
masih harus tetap belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan kenyataan
yang dihadapinya, mengingat lansia
dalam mengalami berbagai perubahan
yang terjadi dalam proses menua sangat
dibutuhkan dukungan sosial keluarga,
dan akan tetap dibutuhkan sampai
menjelang kematiannya. Lansia yang
berada di tengah-tengah keluarga
banyak yang tidak mengalami kesepian,
hal ini dikarenakan lansia yang tinggal
di rumah bersama keluarga merasa
aman dan terpenuhinya rasa cinta dan
kasih sayang dari keluarga yang
dicintai, dapat mencurahkan keluh
kesah permasalahan yang dihadapi, dan
merasa bahagia hidup ditengah-tengah
keluarga. Namun, bukan tidak mungkin
lansia yang tinggal dirumah bersama
keluarga bisa saja merasa kesepian, hal
ini dikarenakan kehilangan pasangan
hidupnya, merasa diabaikan oleh cucu
dan anak-anaknya, merindukan anaknya
yang jarang pulang ke rumah, ditinggal
sendiri dirumah, perubahan kondisi fisik
yang menyebabkan terbatasnya kontak
sosial seperti penurunan penglihatan,
penurunan
pendengaran,
badan
bungkuk, dan kondisi fisik lemah dalam
beraktifitas.
Berdasarkan
hasil
wawancara juga menunjukkan bahwa
sebagian besar lansia yang tinggal di
rumah
bersama
keluarga
tidak
mengalami
kesepian,
hal
itu
dikarenakan juga usia lansia yang masih
produktif, masih aktif dalam kegiatan
sosialisasi, dapat beraktifitas seharihari, dan terpenuhinya kebutuhan cinta
Page 6
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
dan kasih sayang dari keluarga sangat
berarti bagi lansia karena dukungan dan
limpahan kasih sayang akan membuat
lansia jauh dari rasa kesepian.
Fakta yang didapat pada
pengukuran
tingkat
kesepian
menggunakan UCLA loneliness scale
yang paling banyak dikeluhkan oleh
lansia di panti werdha hargo dedali
surabaya adalah, merasa tidak memiliki
orang terdekat disekitarnya, merasa
sendirian, merasa tidak lagi dekat
dengan
yang
lain,
merasa
kepentingannya tidak tersampaikan,
merasa ditinggalkan, tidak senang jika
dijauhi, dan merasa sendirian di
keramaian. Sedangkan, pada lansia di
RW 09 Perumnas Kota Baru Driyorejo
Gresik adalah, merasa sendirian, merasa
menjadi bagian dari suatu kelompok
teman, merasa tidak lagi dekat dengan
yang lain, merasa ditinggalkan, tidak
senang jika dijauhi, dan merasa
sendirian di tengah keramaian. Hal ini
merupakan akibat perubahan fisik,
psikologis dan psikososial. Dimana para
lansia tidak dapat beradaptasi terhadap
perubahan tersebut dan berusaha belajar
dalam tahap menyesuaikan diri pada
saat lanjut usia, hal tersebut juga terlihat
bahwa kesepian yang dialami oleh
lansia lebih dominan kesepian secara
emosional, yang berarti kesepian yang
muncul ketika seseorang membutuhkan
kasih
sayang
tetapi
tidak
mendapatkannya.
Pakar psikologi Dr. Parwati
Soepagat, M.A. menjelaskan bahwa
para lansia yang dititipkan di panti pada
dasarnya memiliki dua sisi negatif dan
positif. Diamati dari sisi positif,
lingkungan panti dapat memberikan
kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di
lingkungan yang memiliki tingkat usia
sebaya akan menjadi hiburan tersendiri,
sehingga kebersamaan ini dapat
mengubur kesepian yang biasanya
mereka alami. Tetapi jauh dilubuk hati,
mereka merasa jauh lebih nyaman
berada di dekat keluarganya. Negara
Indonesia yang masih menjunjung
tinggi kekeluargaan, tinggal di panti
merupakan sesuatu hal yang tidak
natural lagi, tinggal di rumah masih
jauh lebih baik daripada di panti
(Maryam, et al, 2008). Peneliti
berasumsi bahwa proses penyesuaian
diri lansia di lingkungan panti dan
lansia yang tinggal bersama keluarga
menerima stressor berupa sosial budaya,
psikologis dan fisiologis mempengaruhi
kondisi pada diri lansia yang berbedabeda. Lansia di rumah bersama keluarga
kondisi fisiknya lebih baik dari lansia di
panti, lansia di rumah masih bisa
beraktifitas fisik seperti bekerja,
merawat cucu, memasak dan kegiatan
diluar rumah lainnya, sedangkan lansia
di panti kondisi fisik lansia lemah
sehingga mereka tidak dapat leluasa
dalam menggunakan sarana dan
prasarana yang disediakan, kurangnya
aktifitas
sehingga
waktu
luang
bertambah banyak. Adanya penurunan
pada kondisi lansia, maka akan
mengalami perubahan aspek psikologis
yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Karakteristik lansia
yang di panti werdha dengan lansia
yang bersama keluarga memiliki
perbedaan karakteristik, karakteristik ini
berpengaruh pada perilaku yang
dilakukan sehari-hari. Sehingga adanya
perbedaan secara aspek psikolgis, salah
satunya adalah perbedaan tingkat
kesepian
Page 7
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan
mengenai hasil penelitian yang dapat
digunakan penulis untuk perbaikan
dalam penelitian selanjutnya dan
berguna bagi pihak-pihak yang terkait,
bahwa:
1. Lansia di Panti Werdha Hargo
Dedali Surabaya rata-rata sebagian
besar mengalami tingkat kesepian
rendah.
2. Lansia di RW 09 Perumnas Kota
Baru Driyorejo Gresik rata-rata
sebagian besar tidak mengalami
kesepian.
3. Ada perbedaan tingkat kesepian
lansia yang tinggal di panti werdha
dan di rumah bersama keluarga.
SARAN
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, peneliti
mengemukakan beberapa saran. Saransaran ini diharapkan dapat berguna
untuk penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kesepian pada
lansia.
1. Bagi Responden
Lansia yang berada di panti werdha
disarankan lebih antusias mengikuti
kegiatan di panti yang sudah
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2008). Penelitian Lansia di
Perkotaan: Tinggal Bersama
Keluarga
Lebih
Nyaman.
Surabaya
:
Universitas
Airlangga, diakses tanggal 25
Februari 2015
Alhada. (2013). Pergeseran Nilai dalam
Hubungan antar Generasi Serta
Dampak Terhadap Lansia: Studi
2.
3.
dikembangkan seperti mengikuti
senam,
perlombaan,
kegiatan
kreativitas, serta meningkatkan
kegiatan beribadahnya sehingga
dapat meningkatkan ketenangan
hidup. Lansia yang tinggal di
rumah bersama keluarga disarankan
lebih mengikuti berbagai kegiatan
sosial seperti pengajian rutin,
senam lansia, jalan sehat bersama,
pemeriksaan kesehatan bagi lansia.
Disarankan untuk keduanya baik
lansia di panti werdha maupun
lansia di rumah bersama keluarga
agar lebih menerima diri sendiri
sebagai seorang lansia dalam proses
menua
terhadap
berbagai
penyesuaian diri yang tidak bisa
dihindari dari seorang lansia.
Bagi Lahan Penelitian
Memberikan dukungan serta kasih
sayang dan cinta kasih terhadap
lansia, mendorong lansia untuk
mengikuti
berbagai
kegiatan
sosialisasi di lingkungan sekitar dan
bagi keluarga lansia yang tinggal di
panti werdha diharapkan keluarga
lansia rutin mengunjungi lansia.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan
bagi
peneliti
selanjutnya untuk meneliti tentang
hubungan fungsi keluarga terhadap
tingkat kesepian pada lansia.
Deskriptif Lansia yang Tinggal
di Panti Werdha Majapahit
Mojokerto.
Surabaya
:
Departemen Sosiologi FISIP
Universitas Airlangga, diakses
tanggal 22 Februari 2015
Amalia, DA. (2013). Kesepian dan
Isolasi Sosial yang Dialami
Lanjut Usia: Tinjauan dari
Perspektif Sosiologis. Jakarta :
Departemen Kementerian Sosial
1
Mahasiswi Fakultas Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
Dosen Fakultas Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
2
Page 8
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
RI, diakses tanggal 17 Februari
2015
Asma, D., et al. (2008). Gambaran
Jenis dan Tingkat Kesepian
pada Lansia di Balai Panti
Sosial
Tresna
Werdha
Pakutandang Ciparay Bandung.
Bandung : Fakultas Ilmu
Keperawatan
Universitas
Padjadjaran, diakses tanggal 12
Februari 2015
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha
Ilmu
BKKBN. (2012). Seri 4 Mental
Emosional: Pembinaan Mental
Emosional Bagi Lansia. Jakarta :
Direktorat Bina
Ketahanan
Keluarga Lansia dan Rentan,
diakses tanggal 14 Februari
2015.
Bruno,
F. J. (2000). Conquer
Loneliness:
Menaklukkan
Kesepian. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Efendi, F., dan Makhfudli. (2009).
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Fitriana, V. (2013). Hubungan antara
Tingkat
Kesepian
dengan
Tingkat Insomnia pada Lanjut
Usia
di
Desa
Srimulyo
Kecamatan Piyungan Bantul
Yogyakarta.
Yogyakarta
:
Skripsi
Fakultas
Ilmu
Keperawatan UGM
Gunarsa, S. D. (2009). Dari Anak
Sampai Usia Lanjut: Bunga
Rampai
Psikologi
Perkembangan. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Hayati, S. (2010). Pengaruh Dukungan
Sosial Terhadap Kesepian pada
Lansia di Perkumpulan Lansia
Habibi dan Habibah. Jurnal
Psikologi Universitas Sumatera
Utara, diakses tanggal 14
Februari 2015
Hidayat,
AAA
(2007).
Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Hurlock.
(2002).
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan: Gambaran
Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Jakarta : Departemen
Kementerian Kesehatan RI,
diakses tanggal 2 Februari 2015
Kharisma, Y. (2014). Hubungan Antara
Tingkat
Kesepian
dengan
Tingkat Depresi pada Lansia
Masa Pensiun di Perumahan
Jalagatra
Kamal
Madura.
Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya :
Skripsi tidak dipublikasikan
Masalah
Kuntjoro,
Z.
(2007).
Kesehatan Jiwa Lansia. www.epsikologi.com
Maryam, et al. (2008). Mengenal Usia
Lanjut
dan
Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika
Page 9
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha dan Di Rumah
Bersama Keluarga
Masithoh, A. R. (2010). Pengaruh
Latihan Keterampilan Sosial
Terhadap
Kemampuan
Sosialisasi pada Lansia dengan
Kesepian di Panti Werdha di
Kabupaten Semarang. Program
Magister Keperawatan Jiwa
Universitas Indonesia : Tesis
dipublikasikan, diakses tanggal
18 Februari 2015
Mubarak, et al. (2009). Ilmu
Keperawatan
Komunitas:
Pengantar dan Teori. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, W. (2012). Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3.
Jakarta : EGC
Nursalam.
(2013).
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktis, Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga. Yogyakarta : Nuha
Medika
Parwati, T. (2008). Kesepian pada
Lansia yang Tinggal di Panti
Werdha.
Skripsi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma, diakses tanggal 18
Februari 2015
Rosita. (2012). Stressor Sosial Biologi
Lansia Panti Werdha Usia dan
Lansia
Tinggal
Bersama
Keluarga. Jurnal Bio Kultur, Vol
1 No. 1 Hal 43-52
Jurnal Psikologi Universitas
Sumatera Utara, diakses tanggal
15 Februari 2015
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Keperawatan
Keluarga.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Setiawan, B. M. (2013). Kesepian pada
Lansia di Panti Werdha Sultan
Fatah Demak. Jurnal Psikologi
Universitas Negeri Semarang,
Vol 2 No. 1
Septiningsih, D. S. (2012). Kesepian
pada Lanjut Usia: Studi Tentang
Bentuk Faktor Pencetus dan
Strategi
Koping.
Jurnal
Psikologi
Universitas
Diponegoro, Vol 11 No. 2
Sharaswati, N. T. (2009). Hubungan
Kesepian dan Agresi pada
Remaja
yang
Sedang
Berpacaran. Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, diakses
tanggal 26 Februari 2015
Tamher, S. dan Noorkasiani (2009).
Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan
Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Wreaksoatmodjo, B. R. (2013).
Perbedaan Karakteristik Lanjut
Usia yang Tinggal di Keluarga
dengan yang Tinggal di Panti
Werdha di Jakarta Barat.
Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Atmajaya, Vol 40
No. 10
Sari, N. (2011). Kesepian pada Dewasa
Madya yang Hidup Melajang.
Page 10
Download