MANAJEMEN PAJAK 6-ok - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL 6
PENGENDALIAN BIAYA FISKAL
I. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan
( S.A.P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut :
A. PRINSIP REALISASI.
B. DEDUCTABLE.
C. NON DEDUCTABLE
D. KOMPENSASI KERUGIAN.
II. Setelah memahami materi perkuliahan tersebut diatas, diharapkan mahasiswa
dapat menyelesaikan tugas – tugas sebagai berikut :
1.
Jelaskan pengertian konsep realisasi dalam akuntansi dan bagaimana
penerapannya dalam perpajakan ?
2.
Dalam ketentuan yang mana dalam undang – undang perpajakan yang
mengatur prinsip realisasi tersebut diatas ?
3.
Apa yang dimaksud dengan biaya dibayar di muka dan bagaimana
penerapannya dalam perpajakan ?
4.
Dapatkah biaya pembelian bahan yang tidak dipakai untuk menghasilkan
digunakan untuk mengurangkan dalam rangka menghitung Penghasilan Kena
Pajak ?
5.
Dalam akuntansi terdapat teori tentang “biaya”, jelaskan perbedaan antara biaya
menurut Akuntansi Komersial dengan biaya menurut Akuintansi Fiskal !
6.
Dana pensiun Allis yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri atas :
a. Penghasilan yang bukan mererupakan obyek pajak sesuai Pasal 4 ayat ( 3 )
huruf ( h ) sebesar
b. Penghasilan bruto lainnya sebesar
Jumlah penghasilan bruto
Rp. 100.000.000,Rp. 300.000.000,
-
Rp. 400.000.000,-
Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp. 200.000.000,-
Berapa biaya
yang boleh dikurangkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan ?
7.
Bapak Sudrajad sebagai pengusaha jasa servis elektronik dalam tahun 2009
telah membayar sewa toko sebesar Rp. 30.000.000,- untuk selama 3 ( tiga )
tahun ( terhitung untuk tahun 2009 s/d tahun 2011 ).
Hitunglah berapa
biaya fiskal menurut ketentuan UU PPh !
8.
Pilihlah di antara kasus- kasus di bawah ini, mana yang termasuk “deductable”
dan mana yang termasuk “non deductable” beserta penjelasannya :
‘12
1
Perencanaan Pajak
Dra. Muti’ah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak , dengan nama dan dalam
bentuk apapun, jika dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis
kepada Wajib Pajak adalah merupakan gerakan pertambahan harta usaha
melalui transaksi.
“Diterima”, menganut stelsel Kas, sedangkan “diperoleh” menganut stelsel
Akrual. Jadi nilai tambah yang belum terealisir, misalnya persediaan barang
tambang yang baru digali, hasil panen yang dipetik, hasil laut yang
dikumpulkan dan produk akhir yang belum terjual, bukanlah penghasilan
yang terutang PPh. Dalam prinsip perpajakan, bahwa penghasilan hanya
dilaporkan jika telah terjadi transaksi penjualan. Oleh karena itu pencatatan
adanya penghasilan dilakukan berdasarkan prinsip realisasi. Hal ini berarti
bahwa penghasilan hanya diakui pada periode penjualan atau penyerahan
barang atau pelaksanaan jasa. Jika penjualan dengan kredit, walaupun uang
belum diterima, tetapi penghasilan harus dicatat pada saat penyerahan
barang, demikian pula jika penjualan dilakukan dengan tunai, harta
perusahaan akan bertambah dalam bentuk kas. Penjualan dicatat sebagi
penghasilan sebesar uang tunai yang diterima pada saat penyerahan barang.
Adakalanya perusahaan menerima uang muka, sedangkan barang atau jasa,
baru kemudian diserahkan. Biasanya istilah yang dipakai untuk transaksi ini
ialah penghasilan diterima di muka. Penerimaan uang muka belum dapat
ditetapkan sebagai penghasilan. Jadi sebelum barang atau jasa diserahkan,
penerimaan itu tidak dapat dicatat sebagai penghasilan. Penerimaan uang
muka merupakan suatu kewajiban ( utang ). Jika kewajiban tersebut
dilaksanakan dengan menyerahkan barang atau jasa, pada saat itulah
penghasilan terjadi.
2. Biaya dan pengeluaran .

Biaya sebagai Harga Pokok :
Untuk menentukan besarnya laba, biaya yang dikorbankan dikurangkan
dari penghasilan tersebut. ( Konsep ini disebut “matching cost with
revenues concept ).
Contoh
:
Suatu toko membeli barang dagangan pada bulan Desember 2008
sebesar Rp. 7.500.000,- Barang tersebut dijual pada bulan Januari 2009
dengan harga Rp. 10.000.000,- Pada akhir tahun 2008 barang tersebut
‘12
3
Perencanaan Pajak
Dra. Muti’ah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
di muka, misalnya premi asuransi dan sewa kantor. Ketentuan
perpajakan juga mengakui adanya biaya dibayar di muka, sehingga
pengeluaran untuk biaya ini tidak seluruhnya dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. Ketentuan ini sesuai dengan stelsel akrual yang dianut
oleh perpajakan.
Contoh :
Suatu perusahaan membeli polis asuransi dengan masa penutupan
selama 3 tahun sebesar Rp. 3.000.000,- mulai berlaku dari tanggal 1
Januari 2004. Akibat pembayaran ini, kas perusahaan berkurang sebesar
Rp. 3.000.000,- dan aktiva bertambah sebesar pengeluaran kas. Setiap
akhir tahun biaya premi polis asuransi tersebut masing- masing
berkurang sebesar Rp. 1.000.000,- Penyusutan saldo biaya asuransi
tersebut terlihat seperti skema pada gambar berikut ini :
Saldo biaya asuransi dibayar di muka :
Rp. 3.000.000,Rp. 2.000.000,Rp. 1.000.000,1- 1- 2004
1- 1- 2005
1- 1 - 2006
Biaya premi asuransi :
Periode :
2004
2005
2006
Rp. 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
B. DEDUCTABLE :
1. Pengertian tentang Biaya Fiskal
Dalam akuntansi komersial semua biaya termasuk kerugian ( losses)
dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto ( net income ).
Tergantung dari konsep laporan penghasilannya, pengurangan biaya dan
kerugian dapat dibedakan menjadi :
a. konsep penghasilan inklusif ( all inclusive concept of income ) dengan
mengurangkan semuanya dalam penghitungan penghasilan neto.
b. konsep penghasilan operasi sekarang ( current operating concept of
income ) dengan membebankan keuntungan dan kerugian luar biasa
‘12
5
Perencanaan Pajak
Dra. Muti’ah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Download