Teknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Pada Pohon

advertisement
1
Teknik Pengendalian Penyakit
Karat Puru Pada Pohon Sengon
Oleh :
Oleh
karena
itu,
diperlukan
cara
untuk
menanggulangi penyakit karat puru pada pohon
sengon agar tidak menjadi epidemi dan
merugikan industri kayu rakyat. Salah satu cara
Budi Budiman, S.Hut.
Indri Puji Rianti, S.Hut.
untuk menanggulangi penyakit karat puru ini
Dalam rangka mendukung gerakan penanaman
satu milyar pohon yang digalakan oleh
pemerintah, banyak masyarakat yang berinisiatif
yaitu
dengan
mengembangkan
teknik
pengendalian hama dan penyakit tanaman yang
efektif. Penyebarluasan informasi mengenai
untuk melakukan penanaman pohon pada lahan
teknik penanggulangan penyakit karat puru yang
miliknya termasuk dengan mengembangkan
program Hutan Rakyat. Seiring dengan
menyerang pohon sengon juga sangat diperlukan
sehingga petani mendapat pengetahuan yang
digalakkannya
memadai
program
Hutan
Rakyat,
kini
untuk
menanggulangi
serangan
banyak masyarakat yang mengalihfungsikan
lahannya yang semula berfungsi sebagai sawah
tadah hujan dan ladang menjadi Hutan Rakyat.
penyakit karat puru. Tulisan ini diharapkan
menjadi salah satu pegangan bagi Penyuluh
Kehutanan di lapangan untuk memberikan
Sengon merupakan salah satu jenis tanaman
kehutanan
yang
banyak
diminati
oleh
masyarakat sebagai tanaman hutan rakyat
pengetahuan
kepada
petani
maupun
pengembang hutan rakyat dalam menanggulangi
serangan penyakit karat puru yang menyerang
karena diketahui memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dengan daur yang relatif pendek.
pohon sengon.
Penyakit
Karat Puru
Dengan maraknya gerakan penanaman sengon
pada Hutan Rakyat, hama dan penyakit pada
pohon sengon mulai bermunculan. Hama dan
penyakit yang menyerang pohon tersebut
disebabkan karena pola penanaman masyarakat
yang sebagian besar menggunakan sistem
monokultur.
Salah
satu
penyakit
yang
menyerang pohon sengon pada penanman
monokultur di Hutan Rakyat tersebut adalah
penyakit karat puru.
Gambar 1. Karat Puru yang Menyerang Pohon
Sengon Hutan Rakyat di Kab. Majalengka (Foto :
Serangan penyakit karat puru pada pohon
sengon menyebabkan kerugian yang berakibat
pada penurunan kualitas kayu dan volume
Indri Puji Rianti, 2012)
Gambaran Umum Karat Puru
produksinya. Pulau Jawa yang diketahui sebagai
penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia saat
ini mengalami hambatan produksi karena
terkendala dengan adanya penyakit karat puru.
Penyakit
karat
puru
adalah
penyakit
yang
menyerang pohon sengon dan akasia dengan ciri
berupa adanya benjolan pada daun, cabang,
2
dahan, ranting dan batang pohon yang dapat
Tahun
2006
di
daerah-daerah
mengakibatkan kematian pohon. Puru atau dapat
Purworejo, Purwokerto, Banjarnegara, Magelang,
disebut galls pada penyakit karat puru umumnya
Temanggung
berbentuk menyerupai spiral yang bermozaik.
Penyakit ini dapat menyerang tanaman sengon
mengindikasikan tersebarnya gall rust penyakit
karat puru yang muali menyerang persemaian di
sejak masih di persemaian hingga tanaman di
Kutoarjo bahkan pada ketinggian 78 mdpl.
lapangan sampai dengan umur diatas 3 tahun
dengan Intensitas serangan mencapai 100%
pada persemaian 50% pada tanaman di
Penyakit karat puru saat ini telah sampai di Jawa
Barat. Di wilayah Majalengka, penyakit ini mulai
lapangan (Teguh Hardi TW, Puslitbanghut).
menyerang tanaman sengon hutan rakyat pada
dan
seperti
Wonosobo
di
yang
umur 1-2 tahun. Gall rust penyakit karat puru ini
menyerang batang, dahan hingga daun tanaman
sengon, sehingga petani hutan rakyat mengalami
kesulitan dalam mengendalikan penyakit ini.
Penyebab Penyakit Karat Puru
Gambar 2. Puru (gall) pada ranting pohon
sengon (Foto : Indri Puji Rianti, 2012)
Sejarah Penyakit Karat Puru
Di Indonesia penyakit karat puru diketahui sudah
menyerang pohon sejak tahun 1996 di pulau
Seram, Maluku. Di Pulau Jawa penyakit ini
semakin terkenal sejak tahun 2003 karena
menyerang pohon sengon di sebagian besar
wilayah Provinsi Jawa Timur. Namum, informasi
tersebut kurang mendapat perhatian dan tidak
ditanggapi secara serius sehingga penyakit karat
puru tersebut menyebar di beberapa daerah di
Jawa Timur seperti Banyuwangi, Bondowoso,
Pasuruan, Malang, Probolinggo, Jember dan
Kediri (Rahayu, 2008).
Penyakit Karat Puru mulai menyebar ke Provinsi
Jawa Tengah mulai Tahun 2005. Hal ini diketahui
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sri Rahayu, Dosen Patologi Hutan UGM pada
Patogen penyebab penyakit karat puru pada
sengon adalah jamur Uromycladium sp. Dua
jenis
Uromycladium
yang
diketahui
mengakibatkan pembentukan bintil-bintil dalam
jumlah sangat besar pada tunas berkayu dan
bagian-bagian lain dari pohon akasia dan albisia
yang terserang
tepperianum.
yaitu U. notabile dan U.
3
penunjukkan gejala ini juga tergantung pada
Gambar 3. Bentuk tubuh buah Uromycladium
kondisi tanah dan iklim mikro tempat tumbuh.
tepperianum (Foto : Illa Anggraini, 2007)
Pada tanaman muda sebelum umur 2 tahun,
Gejala Penyakit Karat Puru
gejala umumnya berupa tumor yang terbentuk
pada batang atau cabang, atau pada ruas-ruas
cabang.
Gejala penyakit karat puru dapat ditandai dengan
adanya hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada
bagian tumbuhan yang terserang. Gejala
penyakit diawali dengan adanya pembengkakan
Bentuk
gall
disebarkan
melalui
angin
sekitarnya (Rahayu, 2008).
(daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan
pembengkakan berubah
menjadi benjolanbenjolan yang kemudian menjadi bintil - bintil
Teknik
sehingga pohon menjadi mati.
Gejala penyakit karat puru dapat muncul sejak
tanaman sengon yang terinfeksi masih di
persemaian. Gejala karat puru pada semai
tanaman sengon dapat diketahui dengan
kerontokan pada daun semai yang berwarna
kuning, keriting dan melengkung (2-3 minggu).
Pada semai yang berusia 6 minggu, gejala karat
puru dapat terlihat dengan garis putih yang
bervariasi.
Permukaan gall yang masih baru atau segar
tampak dilapisi milyaran teliospora aktif
berwarna
coklat
kemerahan,
yang
siap
lokal (tumefaksi) di bagian pohon yang terserang
kecil atau disebut puru (gall). Jika serangan
penyakit ini dibiarkan dan semakin parah maka
seluruh bagian pohon akan dipenuhi oleh puru
sangat
ke
Pengendalian
tanaman
di
Penyakit
Karat Puru
Dalam siaran pers Pusat Informasi Kehutanan
Kementerian Kehutanan No. S.256/PIK-1/2009
pada tanggal 18 Mei 2009 tentang Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit
Karat Puru,
dijelaskan bahwa upaya serius untuk pencegahan
dan pengendalian penyakit Karat Puru ini perlu
segera dilakukan secara terpadu oleh Badan
Litbang Kehutanan, Ditjen BPK, Ditjen RLPS,
Pusdiklat Kehutanan, Pusbinluh, Pusinfo, Perum
Perhutani,
APKINDO.
PT
INHUTANI
I-V,
APHI,
dan
memanjang pada batang semai, gejala ini akan
semakin terlihat jelas saat semai ditanam di
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
lapangan, garis-garis putih pada batang tersebut
dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
a. Pra Epidemi
akan membentuk gall di sepanjang batang.
Gejala lain yang ditunjukan akibat terinfeksinya
semai oleh jamur karat puru yaitu pucuk
karat puru pada tanaman sengon dapat dilakukan
Upaya
pencegahan
pra
epidemi
dapat
dilakukan dengan cara promotif yang meliputi
melengkung dan kaku, serta pembengkokan
sosialisasi/diseminasi, penyuluhan cara-cara
batang disertai bercak warna coklat.
pencegahan, serta tindakan preventif dengan
menghidari pola tanam monokultur termasuk
Tanaman sengon dilapangan yang terinfeksi
jamur Uromycladium sp sejak dipersemaian akan
dalam pengembangan Hutan Rakyat.
menunjukkan gejala yang sangat cepat dan
mudah terlihat jelas. Namun, kecepatan
Tindakan preventif terhadap infeksi jamur
penyebab karat puru meliputi kegiatan
4
sillvikultur antara lain dengan pengaturan
jarak
tanam,
pemupukan
yang
tepat,
yang terinfeksi.

Bahan-bahan untuk larutan labur lebih
pemangkasan, pengendalian gulma secara
pekat
selektif, dan menggunakan pola tanam
multikultur. Pola tanam multikultur pada hutan
semprot.
Larutan disaring terlebih dahulu sebelum
rakyat sengon ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tanaman jenis mimba yang
diketahui dapat mengendalikan penyebaran
vektor karat puru.
b. Epidemi
Pengendalian epidemi dapat dilakukan melalui
eradikasi yaitu dengan menebang pohon yang

dibandingkan
dengan
untuk
dilakukan penyemprotan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
tersebut dapat menekan pertumbuhan karat
puru dengan prosentase keberhasilan sebagai
berikut :
1. Perlakuan
belerang
dapat
menekan
pertumbuhan puru sebesar 91,73%
berpenyakit; isolasi yaitu dengan penjarangan
pohon; dan terapi yaitu dengan pengobatan
pohon yang terinfeksi.
2. Perlakuan
kapur
dapat
menekan
pertumbuhan puru sebesar 94,32%
3. Perlakuan kapur : belerang (1:1) dapat
Pengendalian penyakit karat puru melalui
pengobatan pada pohon yang terinfeksi dapat
menekan pertumbuhan puru sebesar
sebesar 96,06%.
4. Perlakuan belerang : garam (10 : 1) dapat
menekan pertumbuhan puru sebesar
dilakukan dengan cara mekanik, yaitu
menghilangkan puru pada pohon yang
terserang. Puru yang menempel pada batang,
dahan, ranting dan daun pohon yang
terinfeksi diambil, dikumpulkan dan dikubur
dalam tanah agar tidak menular. Setelah puru
dihilangkan batang pohon yang terinfeksi
dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai
berikut :
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10
liter.
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10
liter.
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan
perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 10 liter.
4. Kapur dicampur dengan garam dengan
perbandingan10:1 dilarutkan dalam air 5 10 liter.
5. Belerang
dicampur
garam
dengan
perbandingan 10 : 1 dilarutkan dalam air 5
- 10 liter .
Catatan :

Larutan dapat digunakan untuk 50 pohon
93,45%.
5. Perlakuan kapur : garam (10 : 1) dapat
menekan pertumbuhan puru sebesar
96,67.
c. Pasca Epidemi
Pengendalian penyakit karat puru pada
sengon juga dapat dilakukan dengan pasca
epidemi yaitu dengan cara rehabilitasi dan
rotasi tanaman pada lahan yang sama,
pemuliaan pohon (benih, bibit unggul tahan
penyakit), dan konversi jenis tanaman.
Penutup
Penyakit karat puru yang menyerang pohon
sengon merupakan penyakit yang harus segera
diatasi karena dapat menyebabkan kematian
pohon yang tentunya dapat berpengaruh pada
volume produksi hutan tanaman sengon. Selain
5
itu penyakit karat puru yang tidak sampai
menyebabkan
kematian
pohon,
dapat
mengurangi kualitas kayu sehingga mengurangi
nilai ekonomisnya. Menurunya produksi kayu
sengon dapat berdampak pada industri
perkayuan yang berbasis pada sengon. Dengan
diketahuinya teknik pengendalian penyakit ini
diharapkan dapat mengurangi tingkat kematian
pohon dan dalam jangka panjang dapat
meningkatkan
nilai
pendapatan
petani
dan
pengembang hutan rakyat sengon.
Bahan Pustaka
Pusat Litbang Hutan Tanaman. 2009. Penyakit
Karat Puru Pada Sengon (Paraserianthes
falcataria) dan Teknik Pengendaliannya.
Bogor.
Rahayu, S. 2008. Penyakit Karat Tumor pada
Sengon
(Falcataria
moluccana (Miq.)
Barneby & J.W. Grimes). Makalah Workshop
Penanggulangan Serangan Karat Puru pada
Tanaman Sengon 19 Nop 2008. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan, Badan Litbang Kehutanan.
Jakarta.
Masyhud. 2009. Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Karat Puru. Siaran Pers Pusat
Informasi Kehutanan Nomor: S.256/Pik1/2009. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Download