BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran penatalaksanaan MTBS dalam rumah tangga pada balita dengan demam di wilayah Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta sudah cukup baik, hanya ada yang perlu ditinjau kembali hal ini dapat dilihat dari jumlah responden 46 orang dengan karakteristik responden yang berbeda kebanyakan tingkat pendidikan termasuk dalam kategori pendidikan menengah, pekerjaan ayah sebagai buruh, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, pendapatan keluarga di bawah UMK, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian ASI eksklusif pada balita usia 0-6 bulan masih tergolong rendah, sebesar 30.4%. 2. Pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan menunjukkan hasil yang sudah cukup baik dan anak tetap diberikan ASI sampai usia 2 tahun, namun perlu ditingkatkan lagi dalam hal jumlah frekuensi makanan dan pemilihan jenis makan. 3. Program pemberian vitamin A sudah berjalan dengan baik, semua (100%) anak dapat mendapatkan vitamin A di posyandu. 4. Semua responden memberikan imunisasi untuk anaknya, masih disayangkan dalam hal ketepatan pemberian imunisasi ada yang tidak sesuai dengan jadwal. 81 82 5. Perilaku BAB dengan aman (87.0%) dan pembuangan feses anak dengan aman (78.3%), namun masih ditemukan juga perilaku BAB di sungai atau di pekarangan, mengenai perilaku mencuci tangan sudah cukup baik, menunjukkan bahwa ibu yang melakukan cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet (79.2%), namun perilaku kurang baik pada saat mencuci tangan menggunakan sabun sebelum menyiapkan makan anak (23.9%). 6. Pencarian pengobatan saat anak sakit menunjukkan perilaku yang cukup baik pada aspek kapan membawa anak berobat yang segera membawa anak sakit berobat jika demam semakin tinggi (84.8%) responden, dan perilaku kurang pada responden yang membawa anak untuk kunjungan ulang sebesar (15.2%). 7. Penatalaksanaan balita demam di rumah menunjukkan perilaku yang baik pada aspek penanganan demam ketika anak di rumah meliputi pemberian kompres air hangat sebesar (50.0%), jumlah pemberian cairan yaitu lebih banyak dari biasanya ketika anak demam (67.4%), namun masih menunjukkan perilaku yang kurang baik penanganan ketika anak demam yaitu dalam memberikan pakaian yang lebih tipis (34.8%), masih terdapat ibu yang memberikan selimut ketika anak demam (10.9%). Selain itu dalam pemberian obat penurun panas yang didapatkan dari puskesmas, sudah cukup baik hampir semua mematuhi saran yang diberikan dari puskesmas terkait cara pemberian obat. 83 B. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan a. Tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan puskesmas hendaknya dapat meningkatkan kualitas mengenai pelaksanaan MTBS pada rumah tangga dengan cara memberikan edukasi kepada ibu terkait: 1) Cara meningkatkan pemberian ASI eksklusif khususnya ibu yang khawatir akan ASI tidak cukup untuk bayinya dan pada ibu yang bekerja maupun tidak bekerja. Berikan informasi mengenai menyusui setiap kali bayi meminta. 2) Cara meningkatkan pemberian MP-ASI pada anak yang disesuaikan dengan kelompok usia anak tersebut terkait frekuensi makan anak, kualitas, dan kuantitas makanan, jika anak susah makan bujuk anak untuk mau makan yang kaya gizi dan disukai anak. Mempromosikan mengenai menyusui sampai usia 2 tahun. 3) Cara meningkatkan pemberian imunisasi lengkap dan tepat sesuai dengan jadwal yang diberikan. Meningkatkan pemahaman ibu mengenai kontraindikasi dan indikasi bahwa balita mendapatkan imunisasi. 4) Cara meningkatkan pemanfaatan buku KIA dengan cara memberikan penjelasan saat pertama kali ibu mendapatkan buku KIA karena ibu akan mendapatkan manfaat dari buku tersebut. 5) Cara meningkatkan kesadaran masayarakat terkait perilaku cara pengelolaan sampah yang benar, perilaku mencuci tangan baik setelah 84 menggunakan toilet, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum memberikan makanan pada anak. 6) Ajuran pemberian obat oral di rumah. Petugas kesehatan sebaiknya memberikan konseling pemberian obat penurun panas atau parasetamol secara benar kepada ibu, seperti jumlah dosis yang harus diberikan sesuai dengan usia dan berat badan anak, memberi tahu alasan mengapa anak mendapatkan obat tersebut, memberikan dosis pertama anak jika anak muntah beri dosis lagi (ulangi lagi), cara memberikan obat diminum sampai habis sesuai jadwal pengobatan, walapun kondisi sudah membaik, dan nasihat menyimpan obat dengan benar agar terhindar dari jangkauan anak, simpan ditempat yang kering tidak terkena matahari dan jauhkan dari serangga. 7) Edukasi kepada ibu perlunya kunjungan ulang jika muncul tanda-tanda setelah dua hari berobat dan melakukan kunjungan ulang segera jika terdapat tanda seperti ada perdarahan, ujung ekstremitas dingin, nyeri ulu hati, sering muntah, dan pada hari ke 3 dan 5 saat suhu anak turun anak terlihat lemas. b. Perlu mengoptimalkan peran kader posyandu dalam menyebarluaskan informasi untuk balita sehingga mendukung MTBS pada tatanan rumah tangga dan penyadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan yang dapat mendukung untuk meningkatkan kesehatan anak. 85 2. Bagi orang tua Dengan adanya hasil penelitian ini orang tua disarankan untuk meningkatkan beberapa perilaku kesehatan yang masih kurang dalam melakukan perawatan kepada anak di rumah, seperti perilaku pemberian ASI eksklusif, perilaku pembuangan sampah yang masih dibakar, perilaku mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta perilaku pengelolaan balita dengan demam di rumah. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai pelaksanaan MTBS pada rumah tangga terkait perilaku pemberian ASI eksklusif secara lebih mendalam untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya serta sejauh mana pengaruh budaya dan keyakinan terhadap perilaku menyusui ibu. Penelitian lebih lanjut diperlukan adanya observasi langsung mengenai pemberian ASI eksklusif yang efektif dan terkait perilaku mencuci tangan apakah sudah benar. Penelitian lebih diperlukan croscek data ke posyandu atau puskesmas mengenai kelengkapan imunisasi anak, ketika ibu tidak dapat menunjukkan buku KIA saat dilakukan penelitian.