Perancangan Film Dokumenter Potret Kehidupan Masyarakat

advertisement
Perancangan Film Dokumenter Potret Kehidupan Masyarakat
Sentani Berdasarkan Kearifan Lokal
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Peneliti:
Yohanes Angga Widhya Pranata (692011065)
Anthony Y.M Tumimomor, S. Kom., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Juli 2016
1
2
3
4
5
6
1. Pendahuluan
Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah dan
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat dan menjadi identitas
masyarakat.Indonesia merupakan negara dengan keragaman suku dan budaya, beragam
suku disetiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal dan tradisi yang berbeda [1].
Salah satunya kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sentani di Kabupaten Jayapura,
Papua yang masih kental dengan keragaman seni khas daerah Sentani.
Keunikan dari kearifan lokal masyarakat Sentani adalah masyarakat Sentani yang
menghasilkan karya seni untuk menceritakan tentang kehidupan nenek moyang di sekitar
Danau Sentani melalui ukiran di atas batu, kayu, kulit kayu dan tari - tarian. Dalam
kearifan lokal masyarakat Sentani melalui karya seni yang telah lama menjadi identitas
masyarakat Sentani memiliki makna dan cerita tersendiri yang juga menjadi pedoman
hidup masyarakat Sentani sampai saat ini.Keunikan lainnya adalah, dari segi pengetahuan
lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sentani yaitu semua proses pembuatan kerajinan seni
dari zaman nenek moyang sampai sekarang mulai dari alat - alat yang dipakai sampai
bahan yang digunakan semua merupakan bahan - bahan alami, dengan maksud untuk
tidak mencemari lingkungan khususnya danau Sentani. Dalam budaya suku - suku di
Papua juga dikenal dengan kearifan lokal yang bersifat menjaga dan melestarikan alam,
sehingga alam dimanfaatkan seperlunya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Philip Kopeuw selaku tokoh
budayasekaligus tokoh adatmasyarakat Sentani didapati bahwapada saat ini tidak banyak
generasi muda yang mengetahui tentang kearifan lokal dan juga makna - makna yang
terkandung di dalamnya, sehingga jika terus dibiarkan kearifan lokal yang dimiliki
masyarakat sentani perlahanakan hilang. Pada saat ini perkembangan media informasi
yang dibutuhkan masyarakat maupun pemerintah daerah sangat pesat guna untuk
memperkenalkan daerah serta kehidupan masyarakat setempat. Namun menjadi masalah
selama ini di Kabupaten Jayapura tidak ada media informasi yang menceritakan tentang
potret kehidupan kearifan lokal masyarakat Sentani.Film dokumenter adalah salah satu
media yang mampu menyajikan fakta dan konten secara terperinci sesuai situasi yang ada
tanpa rekayasa.
Berdasarkan dengan permasalahan yang ada maka dilakukan perancangan film
dokumenter potret kehidupan masyarakat Sentani berdasarkan kearifan lokal diharapkan
mampu memperkenalkan kepada masyarakat luas khususnya generasi muda mengenai
kearifan lokal dari kehidupan masyarakat Sentani, sehingga kearifan budaya lokal dapat
dijaga dan terus dilestarikan dari masa ke masa.
7
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian pertama dengan judul Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi
Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) menggunakan film
dokumenter sebagai media untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang dampak
negatif dari polusi emisi, penyebab salah satu meningkatnya polusi di Kota Semarang
adalah bertambahnya pengguna kendaraan bermotor. Salah satu media yang dapat
menyampaikan informasi adalah film, karena melalui film film masyarakat tidak hanya
mendengar audio tetapi melihat secara visualisasi dalam bentuk video. Jenis film yang
dipilih adalah dokumenter karena film dokumenter dapat memberi informasi kepada
masyarakat secara lengkap dan sesuai dengan fakta yang ada.[2].
Penelitian kedua berjudul Perancangan Film Dokumenter Sintuwu MarosoSebagai
Falsafah HidupMasyarakat Poso, menggunakan film dokumenter sebagai salah satu
media yang sering digunakan dalam menyampaikan pesan dan informasi karena film
dokumenter menampilkan kejadian yang benar-benar terjadi didunia nyata.Dalam film
dokumenter inimenceritakan tentang nilai-nilai atau kearifan lokal berupa falsafah hidup
masyarakat Poso yang disebut Sintuwu Maroso. Melalui film documentermasyarakat
Poso khususnya generasi muda dapat lebih memahami falsafah hidup Sintuwu Maroso
dan tertanam didalam diri setiap orang sehingga persatuan akan terus tercipta didalam
masyarakat Poso [3].
Dari kedua penelitian yang ada, perbedaan dari penelitian yang dilakukan yaitu
film yang dirancang tidak hanya menceritakan tentang kehidupan masyarakat Sentani
berdasarkan kearifan lokal tetapi menceritakan juga mengenai makna dan filosofi dibalik
kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Sentani. Selain itufilm dokumenter ini
menggunakan teknik sinematografi dan teknik pengambilan gambar secara candid agar
menjadi lebih menarik dan dapat membangun suasana sesuai dengan kenyataan.
Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi pada suatu daerah yang
bersifat menjaga dan melestarikan. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu
yang patut secara terus menerus dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai identitas
budaya suatu daerah.Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan
setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan
setempat “local genious”.Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat pada suatu
daerah melalui pengalaman hidup mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat lain.
Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah
melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut [4].
Media Informasiadalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain.Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai
arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver)[5].
8
Multimedia yaitu pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan
teks, grafik, audio, gambar bergerak seperti video dan animasi. Dengan menggabungkan
link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi
dan berkomunikas [6].
Filmadalah serangkaian gambar yang digabungkan sehingga menjadi gambar
yang hidup sehingga dapat menjadi salah satu media komunikasi massa audio visual
berdasarkan sinematografi. Selain itu film digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak umum melalui media cerita juga dapat diartikan sebagai media ekspresi artistik
bagi para seniman perfilman untuk mengungkapkan ide cerita dan gagasan.Berbeda
dengan foto, film bisa menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkannya[7].
Dokumenteradalah film nonfiksi karena dalam pembuatannya film dokumenter
hanya mendokumentasikan kenyataan dan fakta yang ada, dengan kata lain film
dokumenter hanya mempresentasikan kenyataan dan menampilkan kembali fakta yang
ada dalam kehidupan. Jenis film dokumenter dibedakan berdasarkan cara pembuatannya,
dan yang digunakan dalam perancangan Film Dokumenter Potret Kehidupan Masyarakat
Sentani Berdasarkan Kearifan Lokal adalah film dokumenter potret, yaitu jenis film
dokumenter yang mengupas aspek kehidupan dari sekelompok orang. Jenis film
dokumneter ini lebih berkaitan dengan sekelompok orang yang diangkat menjadi tema
utama berdasarkan keunikan yang dimiliki ataupun aspek lain yang menarik. Masyarakat
Sentani dari aspek kehidupan budaya dan kearifan lokal memiliki keunikan yang tidak
dimiliki daerah lain, sehingga dalam perancangnanya plot yang diambil hanya peristiwa–
peristiwa yang dianggap penting [8].
Sinematografiadalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang
kamera untuk menciptakan kualitas gambar yang menarik dalam sebuah produksi film
atau sinema. Secara etimologi sinematografi berarti menulis dengan gambar bergerak.
Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang
teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide atau cerita [9].
Masyarakat Sentani adalah sebutan yang merujuk kepada orang - orang atau
masyarakat yang tinggal di pulau pulau dan pesisir Danau Sentani. Masyarakatpenghuni
Danau Sentani menyebut mereka adalah Bhuyakha Romiyae ( orang - orang yang hidup
di sekitar Danau Sentani) [10].Kearifan lokal masyarakat Sentani dipengaruhi oleh
keberadaan danau Sentani, karena danau Sentani merupakan sumber kehidupan
masyarakat Sentani. Masyarakat Sentani memiliki kearifan lokal yang sudah ada sejak
zaman prasejarah, seperti membuat ukiran di atas batu Tutari sebagai gambaran
kehidupan masyarakat Sentani sehari – haripada zaman dahulu terhadap keberadaan
danau Sentani. Kearifan lokal masyarakat Sentani terus mengalami perkembangan,
dengan mencari media lain untuk mengukir yaitu kayu dan kulit kayu sebagai bahan
untuk menceritakan kehidupan disekitar seperti menceritakan hasil buruan, simbol dalam
tatanan adat, dan sejarah nenek moyang masyarakat Sentani.Selain itu ukiran - ukiran
yang telah diukir di kayu dan kulit kayu memiliki makna, cerita, dan filosofi dari
kehidupan masyarakat Sentani.
9
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif.
Pendekatan kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai kondisi lapangan dengan
pengambilan data, metode kualitatif merupakan metode studi menggunakan teknik
pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya dalam bentuk
wawancara [11].Untuk strategipenelitian digunakan linear strategy yaitu menetapkan
urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif mudah dipahami
komponennya [12]. Tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Tahap I
Identifikasi masalah
Tahap II
Pengumpulan data
Tahap III
Perancangan Media
Tahap IV
Kesimpulan&
Pengujian
Gambar 1 Strategi Linier
Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam
pelaksanaannya.Pada tahap pertama yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah
yaitu melakukan wawancara dengan pihak Dinas Pemerintah Kabupaten Jayapura. Dari
hasil wawancara dengan bapak Elvis Kabey selaku Kepala Bidang Budaya Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura didapatkan bahwa pihak dinas selama
ini hanya memberikan informasi yang mengangkat cerita tentang kearifan lokal di
Kabupaten Jayapurahanya secara online yaitu melaui situs resmi milik Dinas Pemerintah
Kabupaten Jayapura, dan isi kontenuntuk sementara ini masih berupa foto dan teks.
Informasi yang disajikan juga hanya menjelaskan gambaran umum tentang kearifan lokal,
tetapi tidak secara detail dalam menjelaskan tentang kearifan lokal masyarakat Sentani.
Wawancara juga dilakukan kepada Bapak Philip Kopeuw selaku tokoh adat dan
tokoh budaya dan didapatkan hasilbahwaseiring perkembangan zaman generasi muda
yang ada di Sentani tidak banyakyang memahami kearifan lokaldan mulai meninggalkan
budaya – budayayang ada pada masyarakat Sentani. Selain itu kurang adanya upaya dari
pemerintah setempat dalam memperkenalkan kearifan lokal kepada masyarakat.
Kemudian dilakukan observasi yaitu dengan pengamatan langsung pada tempat
dan situasi yang akan dipakai dalam video, berupa data visual seperti foto dan video.
Hasil yang didapatkan yaitu para pengrajin seni yang melakukan kerajinan tangan rata rata berusia 50 - 90 tahun dan hanya sedikit anak yang ikut dalam kegiatan kerjinan
tangan. Kemudian pada tempat - tempat situs bersejarah yang merupakan peninggalan
nenek moyang mulai tidak terawat.Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
10
Gambar 2Situs Bersejarah Batu Megalitik Tutari yang tidak terawat
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pengumpulan data primer dan
sekunder,dimana hasil pengumpulan data digunakan untuk perancangan dan produksi
film.Data primer didapatkanmelalui wawancara langsung kepada Bapak Elvis Kabey
selaku Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura
untuk mengetahui letak geografis daerah Sentani yang menjadi Ibukota Kabupaten
Jayapura. Kota Sentani memiliki danau secara geografis memiliki luas kurang lebih 9630
Ha atau 25,5 km, dengan kedalaman 50 - 71 meter, dan memiliki 19 jenis ikan endemik.
Danau Sentani terdapat di Kota Sentani yang meliputi Distrik Sentani, Ebungfau, Waibu,
dan Sentani Timur. Masyarakat Sentani terbagi atas 25 kampung, dengan 31 ondofolo(
kepala suku ). Danau Sentani dikelilingi oleh perkampungan dimana sebagian besar mata
pencaharian masyarakatnya dari budidaya perikanan dan pertanian. Berdasarkan data
yang didapatkan bahwa sumber kehidupan atau kebutuhan utama dari masyarakat Sentani
diperoleh dari alam. Berdasarkan hasil wawancara juga didapati bahwa masyarakat pada
saat ini kurang memperhatikan alam Sentani, salah satu contohnya yaitu masyarakat
membuangan sampah olah sagu yang langsung dibuang ke danau,walaupun sumber
kehidupan masyarakat Sentani bergantung pada alam yaitu danau Sentani.
Selain itu dilakukan wawancara kepada tokoh masyarakat yaitu Bapak Yafet
Fellemengenaihubungan danau Sentani dengankearifan lokal yang dimiliki oleh
masyarakat Sentani.Dari hasil wawancaradidapat bahwa generasi pada saat ini
merupakan generasi yang kurang peduli dengan kelestarian alam dan generasi yangmulai
meninggalkan budaya leluhur. Danau dan alam Sentani telah menjadi sumber kehidupan
yang telah menghidupi masyarakat Sentani dari generasi ke generasi, oleh karena itu
keberadaan danau Sentani menjadi sangat penting bagi kehidupan di sekitar danau
Sentani. Jika kearifan lokal tidak dijaga dan dilestarikan, maka keseimbangan antara alam
dan kearifan lokal yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan danau Sentani akan hilang
dan akan sangat berpengaruh pada kelestarian danau Sentani. Oleh karena itu kearifan
lokal yang muncul karena keberadaan danau Sentani dan alam di sekitarnya harus terus
dijaga dan dilestarikan.
Wawancara selanjutnya kepada para seniman yaitu Bapak Albert Ohhe, Ibu Delila
Kaegere dan Bapak Naftali Felle mengenai kearifan lokal khususnya kearifan lokal dalam
bidang seni yaitu seni ukir diatas batu bersejarah, seni ukir kayu dan kulit kayu, seni
gerabah, dan seni tari. Dari hasil wawancara oleh narasumber menjelaskan bahwa dalam
sebuah karya seni yang menggambarkan tentang kearifan lokal masyarakat Sentani
11
memiliki makna, filosofi, dan pesan moral yang akan menjadi pedoman hidup
masyarakat Sentani, sehingga sangat penting untuk generasi muda tahu dan memahami
kearifan lokal yang telah turun temurun diajarkan oleh nenek moyang. Pada saat ini yang
terjadi adalah kurang adanya kepedulian dari generasi muda untuk memahai kearifan
lokal, sehingga makna dan filosifi kehidupan yang diajarkan oleh nenek moyang melaui
kearifan lokal tidak dapat dimiliki generasi muda pada saat ini.
Untuk memperkuat data selain melakukan pengumpulan data primer maka
dilakukan juga pengumpulan data sekunder. Fungsi dari data sekunder adalah untuk
memperkuat hasil yang didapatkan dari pengumpulan data primer. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan cara mencari data melalui website maupun buku. Berdasarkan
dari pengumpulan data didapat hasil bahwa di dalam buku berjudul Keping - Keping
Kisah Sentani Yang Tercecer diperoleh data tentang banyaknya kearifan lokal yang
dimiliki oleh masyarakat Sentani khususnya dalam bidang seni. Selain itu selama ini
upaya pemerintah dalam melestarikan kearifan lokal belum secara detail menjelaskan
tentang kearifan lokal pada daerah - daerah yang ada di Sentani.Selanjutnya tahap dua
yaitu perancangan film meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Tahap kedua
dapat dijabarkan seperti pada Gambar 3.
Film Statement
Pra Produksi
Storyline
Treatment
Storyboard
Produksi
Shooting
Voice Over
Pasca Produksi
Video Editing
Revisi
Ya
Sound Editing
Evaluasi
Tidak
Hasil
Gambar 3 Gambar Perancangan Film
12
Film statementmerupakan langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses
produksi. Setelah menemukan ide pembuatan film kemudian ditulis dalam satu
paragraf kalimat.Film statementdalam filmdokumenter ini menceritakan keberadaan
Danau Sentani yang mempengaruhi kearifan lokal dan pengetahuan lokal
masyarakat Sentani, dimana masyarakat memanfaatkan potensi alam di Danau
Sentani untuk memperkaya kebudayaan lokal, yang pada akhirnya bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat Sentani dan melestarikan lingkungan di Danau Sentani,
selain itu sebagai penguatan karakter budaya setempat.
Setelah menulis film statement dibutuhkan storyline untuk merangkai kejadian
menjadi sebuah cerita sehingga menjadi kerangka utama pembuatan film.Storyline
adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai bentuk tulisan,
script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai coretan teks sementara lainnya
nanti bisa digabung-gabungkan menjadi satu cerita utuh [13].Berikut adalah
storyline dari film dokumenter ini.
Masyarakat Sentani memiliki danau Sentani yang merupakan danau terbesar di
pulau Papua, tepat berada di bawah cagar alam pegunungan Cycloop membuat
danau Sentani memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan menjadi sumber
kehidupan bagi masyarakat disekitar. Danau Sentani memberikan pengaruh bagi
kehidpuan di sekitarnya, khususnya pada kearifan lokal masyarakat Sentani yang
memiliki tradisi karena keberadaan danau Sentani. Masyarakat Sentani mudah
dikenal karena budayanya, mempunyai bahasa sendiri, seni ukir, seni pahat, seni
patung, dan seni tari, itulah yang menjadi jati diri masyarakat Sentani.
Masyarakat Sentani memiliki kearifan lokal sejak zaman nenek moyang, memiliki
sejarah batu Megalitik Tutari yaitu lukisan di atas batu yang dibuat oleh nenek
moyang sebagai bentuk ingatan akan kehidupan mereka pada saat itu. Masyarakat
Sentani mengalami perkembangan budaya dari zaman batu beralih ke kayu dan kulit
kayu. Masyarakat Sentani mengukir dan melukis di atas kayu dan kulit kayu sebagai
bentuk ingatan terhadap kehidupan, alamsekitar, dan tatanan dewan adat.
Masyarakat Sentani juga memilki kerajinan gerabah yang dibuat dalam kerajinan
sempe. Kerajinan dari masyarakat Sentani bukan hanya sebuah kerajinan tangan
biasa, tetapi memiliki makan, tujuan, filosofi, dan cerita dibaliknya.
Mengenai kearifan lokal masyarakat suku Sentani, berarti berkaitan dengan
kekayaan alam dan budayanya.Masyarakat Sentani memiliki tari - tarian dalam
kebudayanya, mulai dari tarian penyambutan, tarian perang, sampai tarian untuk
berburu. Masyarakat Sentani juga melakukan penerapan untuk pengembangan
kearifan lokal yang lebih luas guna untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal.
Treatmentmerupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis
shot dan tujuan pengambilan gambar. Berikut ini adalah treatment dari film
dokumenter Danauku Hidupku Budayaku Hidupku.
13
Scene1 :Pengenalan danau Sentani meliputi daerah danau, gunung Cycloop,humant
interets sekitar danau Sentani dan beberapa tempat di pinggiran Danau
Sentani serta didukung dengan monolog dari nara sumber utama yang
menceritakan tentang hubungan dan keseimbangan antara masyarakat,
danau Sentani dan kearifan lokal.
( long Shot - medium shot - panning )
Scene 2 :Pengenalan kerajinan lokal masyarakat Sentani oleh tokoh budaya yang
menceritakan gambaran umum tentang kearifan lokal. Menampilkan hasil
karya seni berupa ukiran di atas batu Megalitik Tutari, lukisan di kayu dan
di kulit kayu, sertatari-tarianyang merupakan kearifan lokal ciri khas
masyarakat Sentani.
( medium shot - close up )
Scene 3 : Bercerita tentang sejarah ukiran di atas batu Megalitik tutari oleh salah satu
penjaga di situs sejarah tersebut, dan menampilkan sisa - sisa batu
peninggalan nenek moyang yang telah diukir.
( medium shot - close up )
Scene 4 : Bercerita tentang ukiran di atas kayu oleh salah satu pengrajin seni ukir
( medium shot - mlose up )
Scene 5 : Bercerita tentang seni lukis di atas kulit kayu dan makna - makna atau
cerita di balik sebuah karya seni.
( medium shot - close up )
Scene 6 : Bercerita tentang kerajinan gerabah beserta filosofinya dari oleh salah satu
pengrajin seni gerabah.
( medium shot - close up )
Scene 7 : Bercerita tentang tentang jenis - jenis dan makna dari sebuah tarian oleh
salah satu tokoh adat.
( medium shot - close up )
Scene 8: Berisi mengenai penerapan pengembangan kearifan lokal oleh tokoh
budayayang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal.
( medium shot - close up)
Scene 9 : Penutup/ending yang berisi pesan untuk kelestarian kearifan lokal
disampaikan oleh tokoh budaya, dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Jayapura, dan pengarjin seni.
Storyboardadalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang yang
menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen-elemen yang diusulkan untuk
aplikasi multimedia. Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada
selembar kertas sehingga naskah dan visual menjadi terkoordinasi [14]. Perancangan
storyboard dari film dokumenter ini dapat dilihat pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Perancangan Storyboard Film Dokumenter
Scene Gambar
Jenis
Shot
Long
shot
Durasi Keterangan
00:03
Opening timelapse
danau Sentani
2
Medium
shot
00:55
Gambaran umum
mengenai kearifan
lokal masyarakat
Sentani.
3
Medium
shot
02.19
Menceritakan tentang
sejarah Batu Megalitik
Tutari
4
Close up 03:07
Menceritakan tentang
kerajinan seni ukir di
kayu.
5
Close up 04:04
Menceritakan tentang
kerajinan kulit kayu,
dan makna dan cerita
dibaliknya
1
15
6
Medium
shot
04:49
Menceritakan tentang
kerajinan gerabah
masyarakat Sentani
yaitu Sempe.
7
Close up 06:00
Menceritakan tentang
tarian dan cerita
dibaliknya.
8
Medium
close up
Berisi mengenai
penerapan
pengembangan
kearifan lokal
masyarakat Sentani
9
Close up 10:55
08:56
Berisi tentang pesan
kelestarian kearifan
lokal masyarakat
Sentani.
Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan - perencanaan yang
telahdibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukan shooting dan
voice overuntuk narasi. Shooting adalah proses pengambilan gambar dalam bentuk
video. Pengambilan gambar dilakukan sesuai dengan storyboard yang telah dirancang
pada proses pra produksi.Sedangkan voice overadalah suara yang merupakan vokal
manusia yang direkam untuk mendukung isi konten dancerita.
Pasca produksi adalah proses terakhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan
sebuah film. Pasca produksi meliputi dua proses, yaitu proses video editing dan sound
editing. Dalam proses editing menggunakan software editing video dalam
menggabungkan tiap video footage. Dalam pengerjaannya dilakukan cut to cut untuk
16
bagian yang tidak diperlukan sehingga durasi antara footage satu dengan yang lainnya
berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Pada proses videoediting dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap pertama adalah
editing offline. Pada tahap ini video yang sudah ada akan digabungkan menjadi sebuah
satu kesatuan sesuai dengan perancangan pada saat pra produksi melalui proses cut to
cut. Pada tahap kedua dilakukanediting online dengan menambahkan transisi sesuai
dengan keperluan video, kemudian dilakukan proses grading yangbertujuan
menyamakan setiap warna dan menambah mood pada videoyang bertujuan agar
memberikan karakter,seperti karakter warna yang digunakan dalam film dokumenter ini
adalah karakter warna . Warna pada film dokumenter dapat dilihat pada Gambar4.
Sebelum
Sesudah
Gambar 4Proses Grading
Proses sound editing pada narasi meliputi noise reduction dan boost. Noise
reduction berfungsi untuk mengurangi noise atau gangguan - gangguan yang ada pada
saat wawancara, sehingga suara narator dapat terdengar lebih jelas. Sedangkan boost
berfungsi untuk penambahan atau pengurangan frekuensi dari suara narator, sehingga
suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan. Proses sound editing dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5Proses Editing Sound Roise Reduction danBoost
17
4.Hasil dan Pembahasan
Hasil perancangan dalam film dokumenter digunakan sebagai media yang dapat
memberikan informasi mengenaiciri khas dan keunikan dari kearifan lokal masyarakat
Sentani, berikut adalah hasil perancangan film dokumenter.
Gambar 6Scene 1 Opening
Scene1 yaitu opening yang menampilkan danau Sentani dan wilayah disekitarnya.
Pada scene 1 memperlihatkan alam Sentani dan humant interest. Jenis shot yang
digunakan adalah long shot untuk memperlihatkan daerah di sekitar danau Sentani
secara luas. Hasil dari scene 1 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7Scene 2 Gambaran Kearifan Lokal Secara Umum
Scene 2 yaitu pengenalan kerajinan lokal masyarakat sentanioleh tokoh budaya,
dan menceritakan gambaran umum tentang kearifan lokal masyarakat Sentani. Jenis
shot yang digunakan dalam scene 2 adalah medium shot. Dalam scene 2 juga
menampilkan hasil karya seni berupa ukiran di atas batu Megalitik Tutari, lukisan di
kayu dan di kulit kayu, sertatari-tarianyang merupakan kearifan lokal ciri khas
masyarakat Sentani. Hasil dari scene 2 dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 8Scene 3Sejarah Ukiran Di Atas Batu
18
Scene 3 menceritakan mengenai keunikan dari batu Megalitik Tutari yang
merupakan situs peninggalan nenek moyang masyarakat Sentani.Ukirandi atas batu
Tutari sudah diukir pada zaman nenek moyang sebagai bentuk ingatankepada hasil
buruan yang didapatkan ketika para leluhur berburu. Di scene3 ini batu Megalitik
Tutari diceritakan oleh masyarakat penjaga situs bersejarah tersebut.Jenis shot yang
digunakan dalam scene 3 adalah medium shotdan close up.Hasil dari scene 3 dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 9 Scene 4Seni Ukir Di Kayu
Scene 4 menceritakan tentang ukiran di atas batu, dimana para pengrajin seni ukir
masyarakat Sentani biasanya membuat kerajinan untuk perabotan rumah tangga
mereka, dan disetiap perabotan rumah tangga memiliki ukiran tersendiri, dimaksudkan
supaya perabotan yang akan di pakai untuk kepala suku atau dewan adat berbeda
dengan masyarakat biasa.Jenis shot yang digunakan dalam scene 4 adalah medium
shot dan close up.Hasil dari scene 4 dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 10Scene 5Seni Lukis Di Kulit Kayu
Scene 5 menceritakan pengrajin seni yang membuat seni lukis di kulit kayu, serta
makna dan cerita di balik lukisan. Scene5 menceritakan perjalanan 12 kepala suku
menuju pinggiran dan pulau - pulau yang berada di tengah danau Sentani, kemudian
menetap dan melangsungkan kehidupan sampai saat ini.Jenis shot yang digunakan
dalam scene 5 adalah medium shot dan close up.Hasil dari scene 5 dapat dilihat pada
Gambar 10.
19
Gambar 11Scene 6Seni Gerabah
Scene 6 menceritakan tentang kerajinan gerabah yang di lakukan oleh masyarakat
di kampung Abar. Pada scene ini diceritakan oleh salah satu pengrajin gerabah
mengenai cerita kehidupan dibalik kerajinan Sempe yang merupakan hasil dari
kerajinan gerabah. Dalam scene6 diceritakan juga falsafah hidup orang Sentani pada
zaman dahulu melalui kerajinan Sempe.Jenis shot yang digunakan dalam scene6
adalah medium shotdan close up.Hasil dari scene 6 dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 12Scene 7 Makna Di Balik Tarian
Scene 7menceritakan mengenai jenis - jenis dan makna dari sebuah tarian.Pada
scene 7diceritakan oleh salah satu tokoh adat masyarakat Sentanimengenai tradisi
tarian penyambutan yang terjadi pada zaman nenek moyang, dimana pada zaman
nenek moyang kepada seseorang yang berhasil mendapatkan hasil buruan akan
mendapat tarian penyambutan khusus.Jenis shot yang digunakan dalam scene 7 adalah
medium shot dan close up.Hasil dari scene 7 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 13Scene 8 Penerapan Pengembangan Kearifan Lokal
Scene 8 menjelaskan mengenai penerapan pengembangan kearifan lokal yang
lebih luas di jelaskan olehsalah satu tokoh budaya Papua, menceritakan juga
kreativitas generasi muda zaman sekarang dapat membantu menjaga dan melestarikan
kearifan lokal melalui keterlibatan langsung sebagai pelaku kerajinan seni.Jenis shot
20
yang digunakan dalam scene 8 adalah medium shotdan close up.Hasil dari scene 8
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 14Scene 9 Pesan Untuk Kelestarian Kearifan Lokal
Pada scene 9 berisipesan untuk kelestarian kearifan lokal, juga merupakanscene
penutup dalam film dokumenter ini.Pesan yang disampaikan dalam scene
8disampaikan oleh tokoh budaya, dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Jayapura, dan pengrajin seni tentang pentingnya kearifan lokal sebagai identitas
masyarakat Sentani.Jenis shot yang digunakan dalam scene 9 adalah medium shot dan
close up.Hasil dari scene 9 dapat dilihat pada Gambar 14.
Pada hasil akhir film dokumenter tentang kearifan lokal masyarakat
Sentaniakandiaplikasikanke dalam website resmi Pemerintah Dinas Kabupaten
Jayapura dan di-sharedmelalui media sosial facebook, twitter, dan media sosial
lainnya agar penyebaran film dokumenter lebih luas kepada masyarakat. Selain itu
film dokumenter dapat diaplikasikan pada stasiun TV lokal yang ada di Jayapura
seperti Papua TV dan TVRI Papua, agar masyarakat yang tidak memiliki akses
internet mendapatkan informasi mengenai kearifan lokal melalui TV lokal. Hasil
rencana implementasi film dokumenter dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15Implementasi Film Dokumenter Di Media Sosial ( Youtube)
21
Evaluasi film dokumenter ini dilakukan secara kualitatif melalui wawancara
kepada Bapak Elvis Kabey yang menjabat sebagai Kepala Bidang Budaya Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura. Wawancara tersebut membahas
mengenai apakah film dokumenter yang telah dirancang sudah sesuai berdasarkan
penelitian awal mengenai potret kehidupan masyarakat Sentani berdasarkan kearifan
lokal.Dari hasil pengujian yang dilakukan didapati bahwa isi konten dalam film ini
sudah terfokus dalam mengakomodir kearifan lokal masyarakat Sentani.Keberadaan
danau Sentani sangat berpengaruh pada kearifan lokal masyarakat Sentani, alur yang
ada pada film dokumenter ini sudah terangkum dengan baik karena alur dalam film ini
telah memberikan informasi yang bukan hanya mengangkat cerita tentang kearifan
lokal masyarakat Sentani tetapi juga mengenai keberadaan danau Sentani yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat Sentani, diharapkan juga melalui film
dokumenter ini dapat memperkenalkan mengenai kearifan lokal yang dimiliki oleh
masyarakat Sentani.
Evaluasi yang didapat dari Bapak Philip Kopeuw sebagai salah satu tokoh adat
dan tokoh budaya masyarakat Sentani, dari hasil pengujian film dokumenter ini sudah
menceritakan keberadaan kearfian lokal sebagai identitas masyarkat Sentani, banyak
keunikan yang dimiliki masyarakat Sentani yang hampir dilupakan generasi pada saat
ini, tetapi melalui dokumenter ini mampu menyajikan kembali informasi mengenai
kearifan lokal masyarkat Sentani. Alur cerita dalam film yang mengangkat kearifan
lokal masyarakat Sentani telah tersampaikan dengan baik dan telah dikemas sesuai
dengan kearifan lokal yang ada pada masyarakat Sentani. Masyarakat Sentani yang
menyebut "Danauku Hidupku Budayaku Hidupku" benar - benar disajikan melalui
dokumenter ini.Namun ada beberapa koreksi sehingga akandilakukan revisi pada film
dokumenter ini yaitu pada terjemahan bahasa daerah pada beberapa kerajinan yang
tidak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Pengujian juga dilakukan dengan responden Immanuel Eresn Ongge, dari hasil
wawancara yang didapat film dokumenter ini menarik, karena dapat memahami
kearifan lokal masyarakat Sentani, dan ceritayang dikemas telah memberikan
informasi mengenai makna dan filosofi dibalik cerita tentang kearifan lokal
masyarakat Sentaniyang selama ini tidak didiketahui. Kearifan lokal masyarakat
Sentani juga dapat menjadi pedoman bagi kehidupan masyarakat Sentani.
Kemudian evaluasi film juga dilakukan dengan praktisi yaitu George Nicholas
Huwae selaku staf pengajar di UKSW. Dalam wawancara tersebut membahas
mengenai kualitas sinematografi yang diaplikasikan dalam film dokumenter tersebut
serta keseluruhan teknis dalam film. Hasil pengujian yang didapat adalah film
dokumenter ini sudah memiliki sinematografi dan alur yang baik. Selain itu dalam
teknik komposisidan angle sudah dapat disajikan dengan baik melalui scene-scene
pada masing-masing lokasi pengambilan gambar dalam film dokumenter ini telah
mendukung, dan pencahayaan yang menggunakan available lightdan beberapa scene
22
menggunakan artificial light sudah cukup baik.Namun untuk masalah audio, ada
beberapa koreksi sehingga akandilakukan revisi pada film yaitu suara narator dengan
backsound yang kurangbalancepadabeberapa scene, sehingga suara narator kurang
begitu jelas terdengar, serta ada beberapa warna video yang masih belum sama dengan
video lainnya.
5. Simpulan
Berdasarkan dengan hasil penelitian, perancangan Film Dokumenter Potret
Kehidupan Masyarakat Sentani Berdasarkan Kearifan Lokal telah dapat
menyampaikan informasi tentang kearifan lokal masyarakat Sentani, dan konten serta
pesan telah tersampaikan dengan baik.Informasi yang terkandung dalam film
dokumenter tentang kearifan lokal masyarakat Sentani dapat tersampaikan dengan
baik kepada responden, karena didukung oleh unsur cinematography dan backsound
membangkitkan suasana dalam film dokumenter, serta visualisasi yang berhubungan
dengan ide cerita dari film dokumenter tentang kearifan lokal masyarakat Sentani
dapat dikemas sesuai dengan kenyataan.Dari sisi manfaat dan tujuan, film dokumenter
ini telah berhasil, karena menceritakan tentang kearifan lokal masyarakat Sentani yang
dipengaruhi oleh keberadaan danau Sentani, sehingga diharapkanPemerintah
Kabupaten Jayapura dan masyarakat Sentani, khususnya generasi muda dapat terus
menjaga dan melestarikan kearifan lokal masyarakat Sentani.
23
6. Daftar Pustaka
[1] Muhtadi, Dedi. 2011. “Ketika Kearifan Lokal Tergerus Zaman” dalam Kompas, 23
April 2011, Jakarta.
[2] Grafira, Tjan O.C 2015. Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi Emisi
Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang).
[3] Lolo, Gusto A.G 2016. Perancangan Film Dokumenter Makna Sintuwu Maroso
Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Poso.
[4] Kopeuw, Philipus. 2015. Keping - Keping Kisah Sentani Yang Tercecr. Jayapura:
Arika Offset.
[5] Rahyono,F.X 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta : Wedyatama Widya
Sastra.
[6] Fred, Wibowo, 1997, Dasar-Dasar Program Televisi, Jakarta: Grasindo.
[7] Pransi, D.A. 2005. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
[8] Ayawaila, Gerzon.R. 2008. Dokumenter dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTVIKJ PRESS.
[9] Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-Videografi: Suatu Pengantar Cet. 1.
Bogor: Ghalia Indonesia.
[10]Griapon, Alexander. Ohey, Corlius. Kalembulu, Joseph. Kabey, Elvis. Pairunan,
Junus. dan Yanowaring, Eilhelm. 2009. Cerita Rakyat Dari Jayapura Yang
Terhempas Dalam Goncangan Peradaban. Jayapura: Arika Publiher
[11]Noval.2015. Metode Kualitatif. www.seputarpengetahuan.com/2015/02metodepenelititan-kualitatif-dan.html. Diakses tanggal 27 Juni 2016.
[12]Sarwono, Jonathan dan Harry Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Andi.
[13] Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta: Lingkar Media.
[14] Syaiful, Agil. 2015. Teknik Pembuatan dan Pengertian Storyboard,
https://sites.google.com/site/elearningtp2010/media-3d/teknik-pembuatanstoryboard-media-animasi-3d/pengertian-storyboard.
Diakses
tanggal
5November2015.
24
Download