BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) biasa disebut dengan jamur kayu. Tidak hanya menyedapkan, jamur mempunyai kandungan gizi cukup baik. Komposisi kimia yang terkandung dalam jamur tiram putih bergantung pada jenis dan tempat tumbuhnya. Dari hasil penelitian, rata-rata jamur mengandung 19-35 persen protein. Dibanding beras (7,38 persen) dan gandum (13,2 persen), ia berkadar protein lebih tinggi. Terdapat sekitar sembilan jenis asam amino esensial pada jamur dari 20 asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72 persen lemaknya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4-24,6 persen sangat baik bagi pencernaan. Ampas tebu merupakan hasil buangan limbah industri terutama industri penggilingan tebu. Limbah ini termasuk jenis limbah padat pertanian. Ampas tebu (bagasse) saat ini dapat juga digunakan sebagai campuran medium pertumbuhan jamur pada blogbag sebagai pengganti serbuk gergaji. Hal ini karena komponen bagasse yang terdiri atas selulosa, lignin dan hemiselulosa sehingga materi-materi ini dapat dimanfaatkan oleh jamur. Hasil suatu analisis menyatakan bahwa ampas tebu mengandung selulosa (47%), (lignin 13,5%), hemiselolosa (29%), dan abu (1,7%). Dari data ini dimungkinkan bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Bibit jamur tiram dapat diperoleh dari sumber alami, dengan spora, atau dengan biakan murni. Kultur pada umumnya menggunakan media PDA (Potato Dextros Agar) murni atau dengan produk agar lainnya sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhannya. Kultur jamur (F1) berfungsi untuk memperoleh kualitas bibit yang baik. Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakaan media PDA dengan menambahkan variasi konsentrasi dan mengubah bentuk fisik (ukuran) dari ampas tebu sebagai metode untuk mendapatkan kultur dari jamur tiram setelah melihat komposisi penyusun dan aplikasinya sebagai media blogbag pada budidaya jamur. Di harapkan dengan cara ini dapat diperoleh bibit yang lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat dan memiliki sifat fisiologis dan morfologis yang sama dengan induknya serta terjadi peningkatan kualitas dengan memanfaatkan limbah industri yaitu bagasse. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan jamur tiram putih pada medium PDA dengan penambahan berbagai bentuk bagasse (kasar dan halus). 2. Berapa besar konsentrasi bagasse kasar dan halus pada medium PDA yang paling baik untuk pertumbuhan miselium jamur tiram putih. C. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh penambahan bagase baik dalam bentuk kasar maupun halus terhadap pertumbuhan miselium jamur tiram putih pada medium PDA (F1). 2. Mengetahui konsentrasi yang optimal pada perlakuan penambahan bagasse halus dalam medium PDA terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (F1). 3. Mengetahui konsentrasi yang optimal pada perlakuan penambahan bagasse kasar dalam medium PDA terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (F1). 4. Mengetahui konsentrasi penambahan bagasse kasar dan halus yang paling baik untuk pertumbuhan miselium jamur tiram putih pada medium PDA (F1). D. Manfaat Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi tentang pembibitan dengan metode kultur jamur tiram pada medium PDA yang memperoleh penambahan ampas tebu sebagai pemanfaatan limbah industri dengan variasi konsentrasi dan bentuk fisik, serta menambah kualitas F1 jamur tiram putih.