BAB 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN 1.1 PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN Manajemen Keuangan mencakup aktivitas perencanaan, penganggaran, pengelolaan, pencarian, penyimpanan, dan pengendalian dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Perencanaan Keuangan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membuat rencana pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu. Penganggaran Keuangan merupakan tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat rincian pengeluaran dan pemasukan. Pengelolaan keuangan dimaksudkan untuk menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. Pencarian keuangan yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan. Penyimpanan keuangan dilakukan untuk mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman. Pengendalian keuangan yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan. Secara spesifik Manajemen Keuangan (Financial Management) adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Manajemen keuangan harus dapat menerjemahkan tujuan strategis ke dalam tujuan jangka pendek. 1.2 PERKEMBANGAN MANAJEMEN KEUANGAN Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta permasalahan yang dihadapi dunia bisnis, manajemen keuangan mengalami perkembangan/evolusi sebagai berikut: Perfect capital Market Secara umum pasar modal sempurna memiliki karakteristik: 1) tidak ada biaya transaksi, 2) tidak ada pajak, 3) ada cukup banyak pembeli dan penjual, 4) ada kemampuan akses yang sama ke pasar, 5) tidak ada biaya informasi, 6) setiap orang memiliki harapan yang sama, 7) tidak ada biaya yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan. Discounted Cash Flow Teori ini dikembangkan oleh John Burr Williams dan Myron J. Gordon. Konsep dasar dari teori ini adalah pada nilai waktu uang (time value of money). Aliran kas yang akan diterima pada masa depan dapat dinilai sekarang menggunakan faktor diskonto. Faktor diskonto ini misalnya berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di masa depan tersebut dinamakan pendiskontoan aliran kas (cashflow discounted). 1 2 Pendiskontoain kas ini dimaksudkan untuk menilai aliran kas di masa depan yang dinilai sekarang (presen value). Capital Structure Theory Teori ini dikembangankan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller tahun 1958 atau sering dinamakan teori MM. Teori yang dikembangkan bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada arus penghasilan di masa depan (future earning streams) dan oleh karena itu tidak tergantung pada struktur modal. Teori MM yang pertama ini mengasumsikan pada pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, sehingga sering disebut model MM-Tanpa Pajak. Sekitar tahun 1963 model ini disempurnakan dengan model MM-Dengan Pajak. Adanya pajak penghasilan, hutang dapat menghemat pajak yang dibayar. Tetapi teori ini mengabaikan bahwa hutang yang besar dapat menimbulkan financial distress. Karena ada kelemahan ini kemudian model ini diperbaiki yang sering disebut tax saving-financial cost trade off theory. Dividend Theory Teori ini juga dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena setiap rupiah pembayaran dividen akan mengurangi laba ditahan yang digunakan untuk membeli aktiva baru. Teori Portfolio dan Capital Asset Pricing Model Teori Portfolio modern dikembangkan oleh Harry Markowitz tahun 1952 dan tahun 1990 mendapat hadiah nobel. Pelajaran utama dari teori ini adalah bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan beberapa jenis aktiva berisiko daripada hanya memegang salah satu jenis aktiva saja. Teori yang berkaitan dengan teori portfolio adalah Capital asset Pricing Model yang dikembangkan Sharpe, John Litner dan Jan Mossin yang secara terpisah menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan pada suatu aktiva berisiko merupakan fungsi dari tiga faktor: 1) tingkat keuntungan bebas risiko, 2) tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portfolio dengan risiko rata-rata dan 3) volatilitas tingkat keuntungan aktiva berisiko tersebut. Option Pricing Theory Option adalah hak untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada harga yang telah ditentukan pada waktu yang telah ditentukan pula. Teori ini secara formal dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang sering disebut Black-Scholes Option Pricing Model. Efficient Market Hyphothesis Teori ini dikembangkan oleh Eugene F. Fama. Terminologi efisien dalam teori ini pada efisiensi secara informasi. Teori ini mengatakan jika pasar efisien maka harga merefleksikan seluruh informasi yang ada. Menurut teori ini pasar efisien dibagi menjadi tiga: 3 Pasar efisien bentuk lemah (Weak form): jika harga sekuritas mengekspresikan seluruh informasi harga di masa lalu, sehingga upaya investor untuk memperoleh excess return dengan memanfaatkan data harga di masa lalu adalah sia-sia (harga adalah Random walk). Efisiensi bentuk setengah kuat (Semi strong form): jika harga mencerminkan informasi harga historis plus informasi yang tersedia bagi publik. Efisiensi bentuk kuat (Strong form): jika harga sekuritas mengekspresikan seluruh informasi yang ada, baik harga sekuritas masa lalu, informasi yang tersedia bagi publik, maupun informasi yang bersifat privat. Agency Theory Teori ini dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling. Teori ini muncul karena adanya keterpisahan antara pemilik dan manajemen. Agency relationship muncul ketika individu (majikan/principal) membayar individu lain (agent) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Asymetric Information Theory Informasi asimetri adalah kondisi dimana satu pihak memiliki informasi lebih banyak dari pada pihak lain. 1.3 FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN Manajemen keuangan merupakan salah satu area bisnis dalam perusahaan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama karena meningkatnya kompetisi antar perusahaan, perubahan teknologi, perubahan harga dan tingkat bunga, ketidakpastian situasi ekonomi, fluktuasi nilai tukar, perubahan hukum pajak dan etika-etika yang berhubungan dengan perjanjian keuangan. Hal ini mengakibatkan tugas dan fungsi keuangan menjadi semakin kompleks dan secara garis besar menyangkut: keputusan investasi, keputusan pemenuhan dana/keputusan pembelanjaan, keputusan pengelolaan aset, dan kebijakan dividen. • Keputusan Investasi (investment decision) adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana (allocation of fund) dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan (assets structure) perusahaan yaitu meliputi aktiva lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets). Efektifitas dalam keputusan investasi akan tercermin dalam pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. • Keputusan Pendanaan (financing decision) adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan anlisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk 4 mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan tercermin dalam struktur finansial (financial structure). Efisiensi pembiayaan investasi akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. • Keputusan Pengeloaan Aset (asset management decision) adalah keputusan manajemen keuangan dalam pengelolaan aset agar terjadi efisiensi. Aktiva lancar (current asset) lebih banyak mendapatkan perhatian manajer keuangan dibandingkan dengan aktiva tetap (fixed assets) dimana dapat dikelola oleh manajer operasional yang menggunakan aktiva tersebut. • Keputusan/Kebijakan Dividen (dividend policy) adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Sama seperti keputusan pendanaan, keputusan dividen ini akan mempengaruhi struktur modal (capital structure) dan struktur finansial. Sedangkan kebijakan dividen yang optimal akan tercermin dalam peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan. Secara lebih jelas fungsi manajemen keuangan dapat dilihat pada Gambar 1.1. 1.4 TUJUAN PERUSAHAAN Ada beberapa kelemahan apabila tujuan perusahaan maksimalisasi keuntungan (profit maximization): 1) Pengertian keuntungan (profit) yang menyesatkan (jumlah profit atau tingkat profit), 2) Secara teoritis berdasar ekonomi mikro profit maksimum tercapai bila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal, sehingga bersifat statis, 3) Dengan demikian tidak ada perbedaan nyata antara profit dalam jangka pendek dengan profit dalam jangka panjang. Apabila memaksimumkan profit merupakan tujuan utama, maka sangat mudah dilakukan oleh perusahaan. Financial Management Investment Decision Assets Management NERACA Aktiva Financing Dividen Policy Decision LAP. LABA RUGI Hutang PENDAPATAN XXX Capital BEBAN XXX LABA XXX 5 Gambar 1.1 Fungsi Manajemen Keuangan Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham lebih tepat yang dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa datang. Kemakmuran pemegang saham meningkat bila harga saham yang dimilikinya meningkat. Harga pasar saham yang terbentuk dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: erning per share, price erning ratio, tingkat bunga bebas risiko, tingkat kepastian operasi perusahaan, dan lain-lain. 1.5 AKSIOMA SEBAGAI DASAR MANAJEMEN KEUANGAN 1. Keseimbangan Risiko dan Pengembalian (The Risk – Return Trade-off ); Jangan menambah risiko kecuali mendapatkan kompensasi tambahan pendapatan. 2. Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Uang yang diterima sekarang lebih berharga dari uang yang diterima kemudian. 3. Uang Kas – Bukan Besarnya Laba – adalah yang utama. 4. Tambahan Arus Kas (Incremental Cash Flow) Satu–satunya Pertambahan Nilai yang Dihitung. 5. Kondisi Persaingan Pasar Alasan Mengapa Sangat Sulit Mendapatkan Proyek dengan Laba yang Luar Biasa. 6. Pasar Modal yang Efisien Pasar yang Bergerak Cepat dan Harga yang Tepat. 7. Masalah Keagenan Manajer tidak akan Bekerja bagi Pemilik Perusahaan jika tidak Selaras dengan Kepentingan Mereka. 8. Perpajakan yang Berdampak pada Keputusan Bisnis. 9. Tidak Semua Risiko Sama Ada Sebagian Risiko yang dapat Didiversifikasi 10. Jangan letakkan seluruh telur dalam satu keranjang. 11. Melakukan Sesuatu yang Benar adalah Perilaku yang Etis, dan banyak Dilema Etika dalam Manajemen Keuangan. Catatan Atas Aksioma. Sangat diharapkan bahwa aksioma–aksioma tersebut dapat menjadi suatu pernyataan yang masuk akal dari pada sekedar suatu pernyataan teoritis. Aksioma–aksioma tersebut memberikan logika atas hal–hal yang akan dilakukan dan berupaya menggambarkan implikasinya dalam pembuatan keputusan. 1.6 PENGARUH BERBAGAI DISIPLIN ILMU TERHADAP MANAJEMEN KEUANGAN 6 Perkembangan berbagai ilmu pengetahuan tentu berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan lainnya, tidak terkecuali dengan manajemen keuangan. Manajemen keuangan harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Beberapa ilmu pengetahuan yang secara langsung berpengaruh terhadap manajemen keuangan diantaranya adalah ekonomi makro, ekonomi mikro, manajemen pemasaran, dan manajemen produksi. Sejalan dengan tujuan dan fungsi manajemen keuangan, maka unsur-unsur lain yang berada di luar disiplin ilmu manajemen keuangan perlu dipertimbangkan dan dimasukkan sebagai penguat dalam implementasinya. Seperti perilaku keuangan (behavioral finance) belum banyak dibahas di dalam manajemen keuangan. Hal ini masih dianggap hal yang baru, karena perkembangan dan kemunculan behavioral finance diawali dengan penolakan terhadap hipotesis pasar efisien. Profesor Robert J. Shiller dari Universitas Yale adalah seorang yang mempunyai pengaruh besar dengan mengungkapkan bahwa pasar adalah tidak sepenuhnya efisien. Melalui kertas kerja yang berjudul Do stock price move too much to be justified by subsequent changes in dividends yang dipublikasi di The American Economic Review pada tahun 1981, ia menunjukkan terjadi excess volatility antara harga saham dengan fundamental yang mendasarinya, harga saham berflutuasi lebih tinggi dari fundamentalnya. Kertas kerja tersebut menimbulkan perdebatan yang luas dari kalangan akademisi, Paul A. Samuelson menyatakan dari pendapat Shiller bahwa “pada tingkat pasar secara keseluruhan tidak menunjukkan efisiensi secara makro” dan pasca kejatuhan indeks Dow Jones pada Oktober 1987, Bruce Wasserstein mengatakan “buku professor Shiller menawarkan kenyataan baru bagaimana pasar tidak sepenuhnya rasional dan efisien” dan Peter Spiro (1990) menyatakan bahwa ia adalah pemimpin dari penentang ekspektasi rasional/pasar efisien walaupun banyak analis keuangan tidak menyetujui hipotesis pasar efisen tetapi dia yang pertama kali menentang secara terbuka dan Spiro menyebutnya sebagai “guru” (Schwert, 1991). Keputusan Keuangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Analisis Investasi Manajemen Modal Kerja Sumber dan Biaya Modal Penentuan Struktur Modal Kebijakan Dividen Analisis Risiko dan Return 7. Maximization Wealth of Stockholders Ekonomi Makro Ekonomi Mikro Akuntansi Manajemen Pemasaran Manajemen Produksi 7 Gambar 1.2 Pengaruh Berbagai Disiplin Ilmu terhadap Manajemen Keuangan BAB 2 PASAR KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN DAN PEMBENTUKAN TINGKAT BUNGA 2.1 PASAR KEUANGAN Pasar keuangan terjadi disebabkan adanya pihak-pihak yang membutuhkan dana dan di lain pihak ada yang memiliki kelebihan dana. Dari perspektif perusahaan, pasar keuangan merupakan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh dana pada saat memerlukan dana dan menginvestasikan dana pada saat kelebihan dana. Bagi investor baik investor institusional maupun investor individual merupakan wahana untuk berivestasi yang menguntungkan. Dalam konteks globalisasi pasar keuangan yang berada di suatu negara tidak bisa lepas dari pasar keuangan negara-negara lain. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah dapat memfasilitasi transaksi keuangan antar negara. Perkembangan teknologi informasi juga telah menyebabkan setiap peristiwa yang menimpa perusahaan ataupun perekonomian secara makro yang relevan bagi investor pasar keuangan segera dapat diketahui dengan lebih cepat. Investor akan dengan cepat pula mengambil keputusan investasinya sebagai reaksi dari pengaruh tersebut. Pasar keuangan terdiri dari pasar uang dan pasar modal. 2.2 JENIS-JENIS PASAR KEUANGAN 1. Pasar uang Pasar uang (Money Market) adalah suatu wadah tempat pertemuan antara pemilik dana (Funder) atau pihak yang kelebihan dan dengan pihak yang membutuhkan dana baik bertemu langsung maupun melalui perantara (Broker) atas transaksi permintaan atau penawaran (Demand /Supply) terhadap sejumlah dana atau suratsurat berharga jangka pendek umumnya kurang dari satu tahun. Terdapat beberapa jenis instrumen surat berharga yang diperdagangkan di pasar uang, umumnya yang beredar antara lain: 1 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), adalah surat berharga yang diperjualbelikan dengan cara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk oleh BI. 2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI), adalah surat berharga berbentuk hutang jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah. 3 Deposito, adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh Bank atas simpanan nasabahnya dengan periode jatuh tempo dan tingkat suku bunga tertentu. 6 7 4 Promissory Notes, adalah surat pernyataan kesanggupan membayar atas transaksi hutang piutang jangka pendek antara kreditur dengan debitur. 5 Treasury Bills, adalah surat hutang yang diterbitkan oleh negara dimana jangka waktunya dibawah satu tahun. 6 Banker's Acceptance, adalah salah satu instrumen pasar uang yang digunakan pada kegiatan eksport dan import barang atau digunakan sebagai transaksi valuta asing (valas). 7 Commercial Paper, adalah Instrumen utang yang diterbitkan oleh perusahaan kepada investor dengan tanpa jaminan (collateral), untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya. 8 Call Money, adalah Instrumen yang dipergunakan pada kegiatan transaksi pinjam meminjam sejumlah dana antar Bank untuk periode jangka pendek. 2. Pasar modal Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek adalah menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Definisi Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Menurut David L. Scott, pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang di mana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan. Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pasar modal di Indonesia pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat 2 (dua) jenis pasar di pasar modal yaitu pasar perdana dan pasar sekunder (pasar reguler). Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan/emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya, sedangkan pasar sekunder merupakan tempat perdagangan atau jual-beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Di pasar modal dikenal juga adanya pasar derivatif. Derivatif berarti turunan. Instrumen derivatif berarti instrumen yang merupakan turunan dari jenis kekayaan lain (seperti harga minyak, harga emas, valuta asing, barang pertanian, ataupun surat berharga seperti saham dan obligasi). Instrumen derivatif yang paling populer adalah opsi, future contact dan swap. Saat ini pasar derivatif baru terbatas pada bursa berjangka dan pasar bebas surat berharga (Over the Counter/OTC). Pasar derivatif menjual produk derivatif yang menjadi "turunan" 8 dari produk yang dijual di pasar primer dan sekunder, dengan tujuan untuk mengelola risiko. Secara garis besarnya, peran utama atau fungsi pasar modal adalah sebagai berikut: 1. Sumber pendapatan Negara melalui Pajak. Setiap transaksi di pasar modal dikenakan pajak, terutama terhadap dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham, atau diatur berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g UndangUndang PPh. 2. Sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat oleh negara dan perusahaan melalui penerbitan obligasi dan penjualan saham. Perusahaan ataupun pemerintah dapat memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi berupa Corporate & Government Bond, serta menjual saham ke pasar modal melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia. 3. Sebagai Alternatif investasi bagi para Investor. Sarana bagi investor untuk melakukan investasi dengan sejumlah dana, di pasar modal para Investor bisa dengan mudah memindahkan aset yang dimiliki dari suatu perusahaan ke perusahaan lain untuk memperoleh keuntungan. 4. Pendorong Perkembangan dunia Investasi. Terdapatnya pasar modal, baik pemerintah maupun pihak perusahaan akan terbantu mengenai masalah modal kerja dalam rangka mengembangkan usahanya melalui penerimaan dana dari masyarakat. Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka produktivitas perusahaan akan semakin meningkat. 5. Indikator Perekonomian Negara. Kenaikan seluruh aktivitas dan volume perdagangan di pasar modal memberikan pedoman atau indikator bahwa aktivitas dunia usaha berjalan dengan baik. 6. Sarana Pemerataan Pendapatan. Melalui pasar modal keuntungan yang diperoleh perusahaan yang menerbitkan saham akan memberikan deviden kepada para pemilik saham tersebut. Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap sebagai media sarana untuk pemerataan pendapatan. 7. Menciptakan Peluang Tenaga Kerja. Dengan adanya pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain yang berdampak sangat signifikan terhadap terciptanya peluang lapangan kerja baru. 2.3 KLASIFIKASI LEMBAGA KEUANGAN Terdapat berbagai klasifikasi lembaga keuangan, tetapi pengelompokan yang paling umum dan mudah dimengerti adalah dengan mengelompokan lembaga keuangan berdasarkan kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat secara langsung. Berdasarkan pengelompokan tersebut, lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori (financial depository institutions) dan lembaga keuangan non depositori (non depository financial institutions). 1. Lembaga Keuangan Depository 9 Lembaga keuangan depository menjalankan kegiatan penghimpunan dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (Deposits) giro, tabungan, atau simpanan berjangka, menerbitkan sertifikat deposito, dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran (transfer, kliring). Yang dapat dikelompokan ke dalam lembaga depository adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat karena hanya bank-bank inilah yang dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yaitu: menarik dana secara langsung dan menyalurkannya kembali terutama dalam bentuk kredit, sementara di luar negeri, Amerika Serikat misalnya, di samping bank umum (Commercial Banks), juga dapat dimasukan Savings and loan association dan credit union dalam kelompok lembaga depository yang disebut sebagai thrift institution. Lembaga ini pada dasarnya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada anggotannya. 2. Lembaga keuangan non Depository Di beberapa negara, lembaga keuangan non depositori sering juga disebut Non Bank Financial Institutions (NBFI) atau Non Depository Financial Institutions (NDFI). Lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok ini adalah semua lembaga keuangan yang kegiatan usahanya tidak melakukan penarikan dana secara langsung sebagaimana halnya yang dilakukan oleh lembaga depositori atau bank-bank. NBFI dapat diklasifikasikan ke dalam contractual financial institution, investment institutions, finance companies, dan lembaga keuangan non bank lainnya. a. Contractual institutions adalah lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya: polis asuransi bagi perusahaan asuransi dan perogram pensiun bagi dana pensiun. Kelompok lembaga keuangan non bank ini di Indonesia adalah perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, asuransi sosial, Jamsostek dan dana pensiun. b. Investment institutions adalah lembaga yang usahanya sangat terkait dengan kegiatan di pasar modal, baik sebagai penyedia jasa-jasa dalam transaksi di pasar modal maupun melakukan langsung investasi untuk kepentingan portofolionya. Lembaga keuangan jenis ini dapat disebutkan antara lain, perusahaan efek (securities company) dan investment company. Perusahaan efek pada dasarnya adalah pihak yang memberikan jasa-jasa pinjaman emisi (underwriting), perantara (brokerage), pelaku perdagangan efek (dealer), dan pengelola investasi (investment management). Sementara itu, perusahaan investasi umumnya melakukan kegiatan dalam reksa dana, di beberapa negara, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan efek dan investment company ini sering juga disebut sebagai kegiatan investment bank. c. Finance companies adalah lembaga keuangan yang memiliki bidang usaha dan menyediakan beberapa jenis pembiayaan. Perusahaan pembiayaan (finance company) di indonesia, menurut peraturan yang berlaku, melakukan usaha pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Karena perusahaan ini menawarkan berbagai jenis pembiayaan, maka sering juga disebut dengan multi finance company. d. Lembaga keuangan non depository lainnya. Selain lembaga keuangan yang disebutkan diatas, jasa-jasa pembiayaan dengan cara gadai saat ini semakin 10 berkembang. Pegadaian telah menjadi salah satu pemain yang patut dipertimbangkan dalam konstelasi sistem keuangan Indonesia. Peran pegadaian mengalami peningkatan yang amat pesat memasuki dekade 1990-an. Peningkatan ini terjadi sejalan dengan perubahan pola dan strategi manajemen operasinya terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan dan penciptaan beberapa produk baru (product development) dan yang terpenting adalah peningkatan kualitas sumber daya manusianya. 2.4 PEMBENTUKAN TINGKAT BUNGA DI PASAR KEUANGAN Penetapan tingkat bunga di pasar keuangan haruslah memperhatikan berbagai risiko. Hal ini diperlukan karena pemakaian uang dari pihak yang memiliki surplus spending units ke pihak yang mengalami deficit spending units banyak mengandung risiko penggunaan seperti: a. risiko kurang lancarnya pengembalian pinjaman, bunga pinjaman dan risiko tidak kembalinya pinjaman (credit risk); b. risiko bank terhadap penentuan likuiditas (liquidity risk) yang meliputi risiko adanya penarikan dana nasabah bank (bank rush), penyediaan cadangan minimal (reserve requirement); c. risiko inflasi yang mengakibatkan terjadinya penyusutan nilai uang; d. risiko akibat perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan perbankan yang dapat mengakibatkan kerugian dan bahkan kehancuran bank (fraud risk); e. risiko depresiasi atau apresiasi mata uang; f. risiko akibat kurang mempunyai operasional bank untuk memperoleh penghasilan atas kegiatan usahanya, seperti penerbitan produk-produk terbaru perbankan (operating risk); g. risiko keadaan suatu negara seperti masalah ekonomi, politik, dan keamanan (country risk) yang dapat mengakibatkan menurunnya nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank (investment risk); h. risiko yang diakibatkan oleh kegiatan bank dalam mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum dan emiten surat berharga yang bersangkutan (Wali Amanat) yang disebut dengan fiduciary risk; i. dan biaya risiko lainnya seperti biaya transaksi dan administrasi perbankan. j. Risiko-risiko tersebut harus dipertimbangkan oleh pihak kreditur agar kreditur tidak mengalami kerugian dalam pasar uang maupun pasar investasi. 11 k. Kreditur yang bijaksana tentu saja akan memperhitungkan berapa tingkat bunga yang menguntungkan bagi pihaknya, demikian juga debitur bunga yang sesuai dengan kebutuhannya. Kedua belah pihak masing-masing akan memperhitungkan risiko dalam transaksi tersebut. Semakin besar risiko yang mungkin terjadi, maka semakin besar kecenderungan tingkat bunga yang berlaku. Dari sisi kreditur risiko-risiko yang mungkin dihadapi adalah kegagalan debitur dalam melunasi utangnya tepat waktu dan atau bahkan sama sekali tidak mampu penyelesaikan kewajibannya. Kreditur mana pun akan berpikir ke arah itu, apabila jika transaksi tersebut dilakukan kepada calon debitur yang baru. Sehingga dalam kenyataannya banyak debitur yang memintakan jaminan pengembalian utang (collateral) dalam bentuk aset yang sedapat mungkin mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Alternatif lain yang diambil oleh kreditur adalah dengan cara meningkatkan tingkat bunga pinjamannya. Ini berangkat dari asumsi bahwa jika debitur tetap berkeinginan meneruskan transaksinya, maka kreditur melihat suatu jaminan bahwa debitur yang bersangkutan mempunyai prospek usaha yang cukup baik. Dengan demikian hal ini akan ditindaklanjuti dengan penilaian-penilaian lainnya seperti penilaian terhadap character, yaitu penilaian karakter debitur yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap kewajibannya; capacity adalah penilaian terhadap kemampuan finansial debitur dalam memenuhi kewajiban yang dijanjikan; capital adalah penilaian terhadap kemampuan modal sendiri atas jumlah dana yang dibutuhkan; callateral adalah penilaian terhadap jaminan yang dimiliki oleh debitur agar kebutuhan pendanaannya menjadi bankable (layak didanai dari kredit bank); condition adalah penilaian terhadap situasi mikro dan makro yang meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi segala bentuk usaha yang sedang dijalankan. Tingkat bunga yang akan berlaku pada kondisi tersebut adalah fungsi yang terkait langsung dengan karakteristik debitur atau kondisi mikro-makro dalam suatu perekonomian dan tatanan politik dan kebijakan-kebijakan moneter lainnya. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa kebijakan moneter biasanya dilakukan karena ada masalah dengan jumlah uang beredar (JUB), yang salah satunya dapat menyumbangkan tingkat inflasi tertentu. Inflasi tersebut secara efektif berpengaruh terhadap barang-barang dan jasa dalam suatu periode. Formula untuk menghitung tingkat bunga (rate—R) sebagai berikut: R = F ( ip + Ir + rp + tc ) di mana: 12 R = tingkat bunga bank ip Ir tc = tingkat bunga murni (pure interest rate) = tingkat inflasi (risk premium) = tingkat biaya transaksi (transaction cost) Penghitungan tingkat bunga pinjaman pada perbankan pada umumnya dilakukan sebagai berikut: a. Tahap pertama bank akan menetapkan besarnya Marginal Cost of Fund yang meliputi: rata-rata tertimbang dari berbagai jenis bunga simpanan nasabah (giro, tabungan, dan deposito), cadangan minimal atas penerimaan dana nasabah (reserve adjustment), dan biaya administrasi pengelolaan dana-dana nasabah; b. Tahap kedua bank akan melakukan penetapan dasar bunga (base rate) yaitu dengan cara menjumlahkan hasil dari tahap pertama di atas margin keuntungan yang diharapkan oleh bank atas kredit yang disalurkan; c. Tahap terakhir bank menetapkan tingkat bunga pinjaman (lending rate) dengan cara menjumlahkan tahap kedua di atas dengan tingkat risiko macetnya penyaluran kredit atau penyaluran dana lainnya (risk adjustment). BAB 3 NILAI WAKTU UANG PENGERTIAN Sejumlah nilai uang tertentu hari ini lebih berharga dibandingkan dengan nilai uang satu tahun yang akan datang. Hal ini terjadi karena adanya perubahan nilai yang disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat bunga. Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, hal ini ditandai oleh besarnya modal akhir setelah perusahaan beroperasi jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan modal awal ketika perusahaan baru didirikan. Modal akhir periode harus lebih besar dari pada modal awal periode, itu artinya perusahaan memperoleh laba, atau dapat dikatakan bahwa modal awal periode adalah nilai uang sekarang (present value) dan modal akhir periode adalah nilai uang di masa mendatang (future value). Media yang menghubungkan modal awal periode dengan modal akhir periode adalah tingkat bunga. Dengan demikian, time value of money berhubungan erat dengan perhitungan bunga, hasil investasi di masa mendatang, dan nilai tunai hasil investasi. Hal ini menjadi alat penting dalam berbagai keputusan keuangan terutama dalam menilai: 1. arus kas, pertumbuhan, dan nilai perusahaan 2. nilai akan datang (future value) 3. periode ganda (multiple periode) NILAI MENDATANG (FUTURE VALUE) Nilai uang di masa mendatang (future value) ditentukan oleh tingkat suku bunga tertentu yang berlaku di pasar keuangan. Misalnya suku bunga di pasar keuangan adalah 10% per tahun. Nilai uang masa mendatang dapat dihitung sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1. 13 14 Table 3.1 Penghitungan nilai uang masa mendatang berdasarkan Tingkat bunga 10% per tahun (dalam Rupiah) (3) (1) (2) Jumlah nilai masa Jumlah nilai Bunga yang mendatang pada Tahun tunai diperoleh akhir tahun Pada awal (1) x (0.10) (1) x (1+ 0,10) tahun FVr,n 1 1.000,00 100,00 1.100,00 2 1.100,00 110,00 1.210,00 3 1.210,00 121,00 1.331,00 4 1.331,00 133,10 1.464,10 5 1.464,00 146,41 1.610,51 Keterangan: FV = Future Value (nilai masa mendatang); r = Tigkat bunga; n = tahun (periode waktu) Periode (n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tabel 3.2 Faktor Bunga untuk Nilai Masa Mendatang FVIFr,n = (1 + r )n 1% 5% 10 % 1.0100 1.0500 1.1000 1.0201 1.1025 1.2100 1.0303 1.1576 1.3310 1.0406 1.2155 1.4641 1.0510 1.2763 1.6105 1.0615 1.3401 1.7716 1.0721 1.4071 1.9487 1.0829 1.4775 2.1436 1.0837 1.5513 2.3579 1.1046 1.6289 2.5937 15 % 1.1500 1.3225 1.5209 1.7490 1.0114 2.3131 2.6600 3.0590 3.5179 4.0456 Keterangan: FV = Future Value (nilai masa mendatang); r = Tigkat bunga; 14 15 n = tahun(periode waktu) Tingkat Bunga 5% Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,0500 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 1,6289 pada akhir tahun ke 10 Tingkat Bunga 10% Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1000 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 2,5937 pada akhir tahun ke 10 Tingkat Bunga 15% Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1500 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 4,0456 pada akhir tahun ke 10 Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi nilai uang di masa mendatang. Oleh sebab itu, kaum pemilik uang (kaum Kapitalis) pola pikir dan perilakunya bertumpu pada tingkat suku bunga. Jika tingkat bunga tinggi, ia akan membungakan uangnya atau mendepositokan uangnya, dan jika suku bunga rendah, ia akan meminjam uang untuk aktivitas bisnis. NILAI SEKARANG (PRESENT VALUE) Nilai sekarang ialah nilai saat ini pada proyeksi uang kas masuk bersih (net cash flow) di masa mendatang. Uang kas masuk bersih di masa mendatang adalah proyeksi hasil investasi. Rumusnya yaitu : 1. Laba bersih (Earning After Tax) + (Penyusutan Aktiva Tetap) + [Bunga X (1-Tax)] atau disingkat EAT + Depreciation + Interest(1-T) 2. Laba Oprasi (Earning before Interest & Tax Atau EBIT) X (1-Tax) + Penyusutan aktiva Tetap, atau disingkat EBIT (1-T) + Depreciation. 3. Laba sebelum penyusutan,Bunga, dan pajak (atau Earning before depreciation, Interest, and Tax atau EBIT atau EBITDA) X (1-Tax) + ( Tax X Depreciation) atau disingkat EBIT atau EBITDA (1-T) + T(Dep.)1 Suatu investasi dapat diterima hanya jika investasi itu menghasilkan paling tidak sama dengan tingkat hasil investasi di pasar (atau Rm) yang jharus lebih besar dari pada tingkat bunga deposito (tingkat hasil tanpa resiko (atau Rf). Misalnya tingkat hasil pasar 20 %, itu lazim disebut “ Tingkat Diskonto” artinya alat untuk mengitung nilai tunai dari suatu hasil investasi di masa mendatang. 15 16 Misal, investasi pada awal tahun Rp 1000, pada akhir tahun nilainya harus sebesar Rp 1200 pada tingkat diskonto 20%. Inilah yang disebut nilai masa mendatang (future Value). Sebaliknya, jika di masa mendatang akan menerima Rp 1200 pada tingkat diskonto 20% maka nilai sekarangnya adalah sebesar Rp 1000. Table 3.3 Nilai sekarang dari faktor bunga 1 πππΌπΉ = 1+π π Periode (n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rate 0% 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5% 0,9524 0,9070 0,8638 0,8227 0,7835 0,7462 0,7107 0,6768 0,6446 0,6139 10% 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209 0,5645 0,5132 0,4665 0,4241 0,3855 15% 0,8696 0,7561 0,6575 0,5718 0,4972 0,4323 0,3759 0,3269 0,2843 0,2472 Keterangan Tabel 3.3 1) PVIF = Present Value of Interest Factor (Nilai Sekarang dari Faktor Bunga) 2) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,9524, sedangkan nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini pada awal tahun ke 1 = Rp 0,6139, pada tingkat suku bunga 5% per tahun. 3) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,9091, sedangkan nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini pada awal tahun ke 1 = Rp 0,3855, pada tingkat suku bunga 10% per tahun. 4) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,8696, sedangkan nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini 16 17 pada awal tahun ke 1 =Rp 0,2472, pada tingkat suku bunga 15% per tahun. 5) Makin tinggi tingkat suku bunga, makin kecil nilai uang sekarang pada rencana penerimaan uang di masa depan. ANUITAS (ANNUITY) Anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan uang dalam jumlah yang sama besarnya sepanjang periode tertentu. Pembayaran atau penerimaan dapat terjadi pada awal tahun atau pada akhir tahun. Nilai yang Akan Datang dari Suatu Anuitas Nilai yang Akan Datang dari Anuitas Biasa (Pembayaran atau penerimaan dilakukan pada akhir tahun). Tabel 3.4 Nilai yang akan datang anuitas biasa, @ 10% Tahun Awal tahun Akhir tahun 1.210 Akhir tahun 1.100 Akhir tahun 1.000 Nilai yang 3.310 Terima/Bayar (Rp) Anuitas @ 10% Nilai (Rp) 1 1.000 a(1+r) 2 = 1.000(1+0,10)n-1 2 1.000 a(1+r) 1 = 1.000(1+0,10)n-2 3 1.000 a(1+r) 0 = 1.000(1+0,10)n-3 Akan Datang Anuitas @ 10% atas Rp 1.000 Nilai yang Akan Datang dari Jatuh Tempo Anuitas Pembayaran atau penerimaan dilakukan pada awal tahun (Annuity Due) Tabel 3.5 Nilai yang akan datang anuitas jatuh tempo, @ 10% Tahun Awal tahun 1.331 Terima/Bayar (Rp) 1.000 Anuitas Nilai @ 10% (Rp) a(1+r)3 = 1.000(1+0,10)n 17 18 Akhir tahun 1 1.000 a(1+r) 2 = 1.000(1+0,10)n-1 1.210 Akhir tahun 2 1.000 a(1+r) 1 = 1.000(1+0,10)n-2 1.100 Akhir tahun 3 Nilai yang Akan Datang Anuitas @ 10% atas Rp 1.000 3.641 Nilai Sekarang dari Suatu Anuitas Nilai Sekarang Anuitas Biasa @ 10% Tabel 3.6 Nilai sekarang anuitas biasa, @ 10% Terima/Bayar Tahun Anuitas Nilai (Rp) @ 10% (Rp) Awal tahun 0 Akhir tahun 1 1.000 a[1/(1+r)]1 909,09 Akhir tahun 2 1.000 a[1/(1+r)]2 826,45 Akhir tahun 3 1.000 a[1/(1+r)]3 751,31 Nilai Sekarang Anuitas @ 10% 2.486,85 Tabel 3.7 Nilai sekarang anuitas jatuh tempo, @ 10% Tahun Terima/Bayar (Rp) Anuitas @ 10% Nilai (Rp) 18 19 Awal tahun 1.000 Akhir tahun 1 1.000 Akhir tahun 2 1.000 Akhir tahun 3 Nilai Sekarang Anuitas @ 10% a a[1/(1+r)]1 a[1/(1+r)]2 1.000,00 909,09 826,45 2.735,54 Arus Kas Masuk yangTidak Sama Jumlahnya Pada umumnya arus kas suatu investasi tidak sama jumlah di masa mendatang. Hal itu disebabkan karena pengaruh pendapatan, beban, penyusutan, pajak, inflasi, dsb. Nilai tunai arus kas masuk yang tidak sama jumlah dapat disajikan berikut ini. Tabel 3.8 Nilai Tunai Arus Kas Masuk yang Tidak Sama Besar, @10% Periode 1 2 3 4 5 6 7 Arus Kas Masuk PVIF 10 % n (Rp) 100 0,9091 200 0,8264 300 0,7513 500 0,6830 400 0,6209 600 0,5645 200 0,5132 Nilai Tunai Setiap Arus Kas Masuk (Rp) 90,91 165,28 225,39 341,50 248,36 338,70 102,64 1.512,72 Tabel 3.9 Skedul Amortisasi Pinjaman (Rp. 100 @ 12%) 3 Tahun Diamortisasi secara Tahunan (Perhitungan Dalam Rupiah ) Tahun 0 (1) Pembayaran - (2) Bunga (0,12) x (4) - (3) Pembayaran Pokok Pinjaman (1) – (2) - (4) Sisa Saldo pada Akhir Tahun 100,00 19 20 1 2 3 41,64 41,64 41,64 124,92 12,00 8,45 4,47 24,90 29,64 33,19 37,17 100,00 70,36 37,17 =0 Tabel 3.10 Amortisasi Bulanan Pinjaman Rumah ( Rp 100 @ 12%) Selama 3 Tahun (360 Bulan) (Perhitungan Dalam Rupiah) 1Bulan Pembayaran 0 1 Bunga (0,01) x (4)] Pembayaran Pokok Pinjaman 2 3 Sisa Saldo pada Akhir Tahun 4 0 1 2 3 359 360 1.028,61 1.000,00 28,61 100.000,00 1.028,61 999,71 28,90 99.971,39 1.028,61 999,42 29,19 99.924,49 99.913,30 1.028,61 1.028,61 10,81 1.018,43 1.028,43 370.299,60 270.299,60 100.000,00 0 Sumber: Weston dan Copeland (1995:70), Edisi Bahasa Indonesia Keterangan: 0,01 atau 1% = (12% / 12), atau bunga bulanan Tabel 3.11 Perhitungan Bunga Majemuk 10% per Tahun Dengan Pemajemukan Setengah – Tahun (Perhitungan Dalam Rupiah) Periode 1 2 Periode Jumlah Awal (Po) 1.000,00 1.050,00 (1+r) 1,05 1,05 Jumlah Akhir (FVr,n) 1.050,00 1.102,50 Sumber: Weston dan Copeland (1995: 72), Edisi Bahasa Indonesia 20 21 Keterangan: 0,5 = (10% / 2); FV = Future Value (Nilai masa mendatang); n = waktu atau periode Tabel 3.12 Pemajemukan Ganda (Multiple Compounding) Selama Satu Tahun Keterangan Tahunan FVr,1 Setengah-tahunan Kwartalan Bulanan Harian Tingkat Bunga Po(1+r) Po[1+(r/2)]² Po[1+(r/4)] Po[1+(r/12)] Po[1+(r/365)] Nilai 1.1200.(p=1) 1.1236.(p=2) 1.1255.(p=4) 1.1268.(p=12) 1.1275.(p=365) Sumber: Weston dan Copeland (1995:73), Edisi Bahasa Indonesia Keterangan: P = 2 artinya pangkat dua; Po artinya pengeluaran (investasi) pd awal tahun; r = suku bunga Soal Perusahaan memiliki tiga anak perusahaan, masing-masing memiliki masalah dlm menentukan nilai uang terkait dg waktu. Data masingmasing anak perusahaan adalah sbb: PT ABC-1 Perusahaan memiliki dua jenis investasi yaitu proyek A senilai Rp 1.000 diperkirakan menghasilkan 8% per tahun, umur proyek 3 tahun. Proyek B investasi bernilai Rp 1.000, diperkirakan menghasilkan 1% untuk tahun pertama dan kedua, dan 22% untuk tahun ketiga. Saudara sbg ahli keuangan diminta menghitung: 1.Berapa rata-rata tingkat bunga selama tiga tahun kedua investasi tsb? 2.Investasi mana yg lebih menguntungkan? 3.Berapa return setiap proyek? 21 BAB 4 ANALISIS KINERJA KEUANGAN (Financial Performance Analysis) Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan lazimnya berupa rasio keuangan. Kinerja keuangan perusahaan periode sekarang kemudian dibandingkan dengan kinerja keuangan periode masa lalu; anggaran neraca dan rugi laba; dan rata- rata kinerja keuangan perusahaan sejenis. Hasil perbandingan yang dilakukan kemungkinan terjadinya perbedaan atau penyimpangan baik positif maupun negatif, selanjutnya perbedaan/penyimpangan itu dicari penyebabnya. Setelah ditemukan penyebabnya, manajemen mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Perencanaan yang sudah diperbaiki dapat disajikan dalam laporan keuangan proforma yang terdiri dari: 1) Lapoaran posisi keuangan (Balance Sheet) 2) Laporan Rugi-Laba (Income Statement) 3) Laporan Laba Ditahan (Retained earning Statement) 4) Laporan sumber dan Penggunaan Dana (Source and Application of Fund atau lazim disebut Cash Flow Statement) Perusahaan yang memiliki kinerja baik adalah perusahaan yang hasil kenerjanya di atas perusahaan pesaingnya, atau di atas rata-rata perusahaan sejenis. Analisis Kinerja Keuangan dapat disajikan dengan perhitungan sebagai berikut: 1) Analisis arus Kas(Cash Flow analisys) 2) Analisis Likuiditas(Liquidity analysis or working capital analysis) 3) Analisis Leverage(Leverage analysis or debt management analysis) 4) Analisis Profitabilitas(Profitability analysis) 5) Analisis Aktivitas(Activity analysis) 6) Analisis Penilaian(Valuation analysis) 7) Analisis Pertumbuhan(Growth analysis) 8) Analisis Kesehatan(Healthy analysis) 9) Analisis Sistem Du pont Hasil analisis merupakan informasi bagi manajemen untuk membuat berbagai keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi, dan operasi. Setiap Manajer membutuhkan informasi keuangan untuk membuat program kerja, anggaran, dan pengendalian. Oleh sebab itu informasi keuangan harus disajikan secara lengkap, tepat waktu dan akurat. Informasi tersebut disajikan oleh akuntan intern kemudian diperiksa oleh akuntan publik. 20 21 Tabel 4.1 Laporan Posisi Keuangan PT. MEIYANA (Balance Sheet) (Perhitungan dalam Rupiah) Harta (Assets) Kas (Cash) Piutang (accounts receivable) Persediaan (Inventories): Bahan Baku (raw materials) Barang Dalam Proses (work in process) Barang jadi (Finished goods) Total harta Lancar (Total current assets)/a Obligasi PT. X (Bonds) Saham PT Y (Stocks) Total Harta Keuangan (Total Financial assets)/b Harta Tetap (Fixed Assets): Tanah (Land) Gedung (Buildings) Peralatan (Equipments) Total harta Tetap(Total Fixed assets)/c Hak Patent (Property right) Biaya pendirian(Organization fee) Hak Pengelolaan Alam(Natural Resource rigft) Total harta tak berwujud(Total intangible assets)/d Total Harta(Total Assets) = (a+b+c+d) Hutang dan Modal (debt & Equity) Utang Dagang (account Payable) Utang bunga (interest payable) Utang Pajak (tax payable) Utang dividends (diviends payable) Utang Bank (note payable, at 25%) Total uang lancar (total current liabilities) / e Utang obligasi (bonds,at 20%) Utang Hipotik (mortgage,at 24%) Total utang jangka panjang (long – term debt) / f Saham istimewa (preferred stock,at 24%) Saham biasa (common stock) Agio sero (caital surplus or paid in capital) Laba di tahan (retained earnings) Total ekuitas (total equity) / g Total utang dan Modal (total debt & equity) /e+f+g 2014 450 4.800 2015 500 400 100 500 300 6.150 200 150 350 200 400 1.000 2.500 1.000 2.000 3.000 980 1.000 1.000 2.980 200 600 282 1.082 10.562 500 800 5.700 7.000 100 500 400 1.000 13.500 2014 500 1.000 44 18 500 2.062 1.000 2.000 3.000 2.000 3.000 420 80 5.500 10.562 Ket. Tabel 4.1 1) Beban bunga 2015 = (25%x 2.000) + (20%x500) + (24%x1.500) = 960 2015 1.000 500 14 48 2.000 3.562 500. 1.500 2.000 2.000 4.500 865 573 7.938 13.500 22 2) Beban bunga 2014 = (25%x500) + (20%x1.000) + (24%x2.000) = 805 3) Dividen saham istimewa = 24%x2.000 = 480 4) Saham biasa yang beredar 1.000 lembar, dan saham istimewa 1.000 lembar pada tahun 2014 5) Harga saham biasa per lembar Rp 5 6) Penyusutan aktiva tetap (real asset) 2014 Rp 298 dan 2015 Rp 700, amortisasi 2014 Rp 108,2015 Rp 100. Tabel 4.2 Perhitungan rugi-laba PT. ABC (income statement) (Perhitungan dalam rupiah) Keterangan(description) Penjualan (sales or revenue) Harga pokok Penjualan (cost of goods sold) Laba kotor (gross profit) Beban pemasaran (Marketing expenses) Beban administrative (Administrative expenses) Laba operasi (operating profit or erning before interest and tax or EBIT) Pendapatan (biaya) lain-lain {other income (expenses)} Laba sebelum bunga dan Pajak (Earning before interest and tax or EBIT) Bunga (interest) Laba sebelum pajak (earning before tax or EBIT) Pajak at 30% (corporate tax) Laba bersih setelah pajak (earning after tax or EAT) 2014 7.200 4.320 rasio 100% 60% 2015 9.000 4.950 Rasio 100% 55% 2.880 720 360 40% 10% 5% 4.050 720 360 45% 8% 4% 1.800 25% 2.970 33% 120 1,7% (150) 1,7% 1.680 23,3% 2.820 31,3% 805 875 11,2% 12,1% 960 1.860 10.6% 20,7% 262 613 3,6% 8,5% 558 1.302 6,2% 14,5% Ket. Table 4.2: 1) Penyusutan aktiva tetap (real assets) 2014 Rp 298 dan 2015 Rp 700, amortisasi 2014 Rp 108, 2015 Rp 100. 2) Terjadi kenaikan laba bersih dari 8,5% menjadi 14,5%, berarti hasil kegiatan tahun 2015 lebih baik dibanding tahun 2014. 3) Terjadi penurunan beban pokok penjualan, beban pemasaran dan beban operasi.Secara keseluruhan beban operasi lebih efisien pada tahun 2015 dibanding tahun 2014. 23 Tabel 4.3 Laporan Laba Ditahan PT.ABC (retained earning statement) (Perhitungan dalam rupiah) Keterangan Laba ditahan awal periode (retained earning at the beginning year) Laba bersih setelah pajak tahun ini (earning after tax or EAT this periode) Total laba untuk pemilik (total earning for owners) Dividend saham preferen, 24% (preferred stock dividends),at 24% x 2000) Laba untuk pemegang saham biasa (earning for common stockholders) Dividen pemegang saham biasa ,40% (dividends for common stockholders), at 40% Laba ditahan akhir tahun (retained earning at the ending year) (lihat neraca) 2014 0 2015 80 613 1.302 613 480 1.382 480 133 902 53 *329 80 573 Keterangan Tabel 4.3: 1) Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Biasa bahwa Dividens untuk para pemegang saham biasa adalah 40% dari laba tahun ini setelah dikurangi saham istimewa. 2) *40% x (1.302-480)= 40% x 822) 3) Jumlah akumulasi laba ditahan relative kecil, sehingga akan menghambat pertumbuhan perusahaan jika perluasan usaha dibiayai dengan modal sendiri. 4) Jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham istimewa lebih besar daripada yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Sedangkan nilai nominal saham istimewa ebih kecil daripada nominal saham biasa. Dalam kondisi yang demikian,para pemegang saham biasa dapat dipastikan kurang puas atas hasil investasinya. 5) Rasio laba ditahan terhadap total asset kecil sekali,yaitu tahun 2014sebesar (80/10.562)=0,007, dan tahun 2015 sebesar (573/13.500)=0,04. Perusahaan yang memiliki rasio laba ditahan yang kecil terhadap total harta artinya perusahaan itu dapat dikembangkan lagi,bisnisnya sudah jenuh,atau pemilik tidakmengembangkan perusahaanya,atau mugkin kondisi ekonomi tidak memungkinkan. 1. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA (ARUS KAS) Manajer puncak harus mengetahui dengan pasti dari mana dana diperoleh dan kemana dana dialokasikan. Media untuk mengetahuinya adalah laporan sumber dan penggunaan dana. Sumber dana harus sama besarnya dengan 24 penggunaanya, karena hakikat dari posisi keuangan adalah harta sama dengan hutang ditambah modal. Table 4.4 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana PT. MEIYANA (source and application of funds statement) (Perhitungan dalam Rupiah) Harta(assets) 2014 450 4.800 100 500 300 2015 Sumber Penggunaan 500 0 50 400 4.400 0 200 0 100 400 100 0 1000 0 700 Kas(cash) Piutang(accounts receivable) Persediaan(Inventories): Bahan Baku(raw materials) Barang Dalam Proses(Work in Process) Barang Jadi(finished goods) Total harta lancar(total Current 6.150 2500 assets)/a Obligasi PT AZ(Bonds) 200 1000 Saham PT AY(stocks) 150 2000 Total Harta keuangan(total financial 350 3000 assets)/b Harta(assets) 2014 2015 Tanah(Land) 980 500 Gedung(Buildings) 1000 800 Peralatan(Equipments) 1000 5700 Total Harta Tetap(total real 2980 7000 assets)/c Hak paten(Poperty right) 200 100 Biaya pendirian(Organization fec) 600 500 Hak pengelolaan Alam(Natural 282 400 Resource right) Total harta tak berwujud(total 1.082 1000 Intangible assets)/d Total harta(Total Assets)=(a+b+c+d) 10.562 13.500 0 0 800 1850 480 200 0- 0 0 4700 100 100 0 0 0 118 Tabel 4.4 Laporan sumber dan Penggunaan dana (lanjutan) Utang dan Modal (debt and equity) Utang dan Modal (debt and equity) Utang dagang (account payable) Utang Bunga (interest Payable) Utang pajak (tax payable) 2014 500 1.000 44 2015 1.000 500 14 Sumber 500 0 0 Penggunaan 0 500 30 25 Utang Dividends (Dividends Payable) Utang Bank (note payable) Total utang lancar (Total current liabilities)/e Utang obligasi (Bonds,at 20%) Utang hipootik (Mortage, at 24 %) Total Utang jangka panjang (Total Long-Trm Debt)/f Saham Istimewa (Preferred stock, at 24 %) Saham Biasa (Common Stock) Agio Sero (Capital Surplus Or Paid in Capital) Laba Di tahan (Retainrd Earnings) Total Ekuitas (Total Equity) / g Total Hutang dan Modal (Total Debt and Equiy)/ e+f+g Total Sumber dan penggunaan dana (Total Source and Application of Funds) 18 48 30 0 500 2.062 2.000 3.562 1.500 0 1.000 2000 3000 500 1500 2000 0 0 500 500 2000 2000 0 0 3000 420 4500 865 1500 445 0 0 80 5500 10.562 573 7938 13.50 0 493 0 9848 9848 Keterangan table 4.4 1) Sumber dana dari berkurangnya nilai : piutang, barang dalam proses, tanah, gedung, hak paten, biaya pendirian organisasi dan bertambahnya : hutang deviden, hutang dagang, hutang bank, saham biasa, agio sero dan laba di tahan. 2) Penggunaan dana untuk membiayai : bahan baku, barang jadi, obligasi PT. AZ, saham PT. AY, peralatan dan hak penggolaan alam dan untuk melunasi hutang bunga, hutang pajak, hutang obligasi dan hutang hipotik. 3) Laporan arus kas dapat di sajikan berdasarkan : a. Kegiatan operasi (Operation Activity) b. Kegiatan Investasi (Investment Activity) c. Kegiatan Pembiayan (Financing Activity) Tabel 4.5 Laporan arus kas PT.ABC (Cash flow statement) Kas dari aktifitas operasi (Operating activity) (Perhitungan dalam rupiah) Laba Bersih Penurunan piutang Kenaikan persediaan Kenaaikan Hutaang Dagang Penurunan beban yang harus di bayar Kenaikan kas 1302 4400 (700) 500 (500) 5002 26 Kas dari aktivitas invetasi (investment activity) (perhitungan dalam rupiah) Kenaikan harta keuangan Kenaikan harta tetap Kenaikan harta tak berwujud Penurunan kas (2.650) (4.020) 82 (6.588) Kas dari pembiayaan (financing activity) (perhitungan dalam rupiah) Kenaikan hutang bank (nota payable) Penurunan hutang jangka panjang Kenaikan saham biasa Kenaikan agio sero (capital surplus) Pembaayaran dividends Kenaikan kas 1.500 (1.000) 1.500 445 (809) 1.636 Ikthisar Arus Kas (Perhitungan dalam rupiah) Kenaikan kas dari operasi Penurunan kas untuk investasi Kenaikan ka sari penbiayaan Kenaikan kas Kas awal periode Kas pada akhir periode (tahun) 5.002 (6.588) 1.636 50 450 500 Keterangan Tabel 4.5 : 1) Dengan informasi di atas, manajemen dapat mengetahui bahwa saldo kas sebesar Rp 500 pada akhir periode 2015 adalah dari hasil operasi, pembiayaan, dan investasi. 2) Dengan dibuatnya perhitungan diatas, kndisi keuangan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. 2. ANALISIS LIKUIDITAS Likuiditas ialah kemampuan perusahaan mmenuhi semua kewajibanya yang jatuh tempo kemaampuan itu dapat diwujudkan bila jumlah harta lancar lebih besar dari pada utang lancer. Perusahaan yang likuid adalah perusahan yang mampu memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo dan perusahaan yang tidak likuid adalah perusahaan yang tidak mampu memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo. 27 Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan kepercayaan dari pihak luar terutama para kreditur dan pemasok, dan dari pihak dalam yaitu karyawanya. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memiliki likuiditas badan usaha (berhubungan dengan pihak luar) dan likuiditas perusahaan (berhubungan dengan pihak dalam perusahaan). Untuk memperbaiki likuiditas dapat dilakukan dengan cara : (1) pemilik menambah modal, (2) menjual sebagian harta tetap, (3) utang jangka pendek dijadikan utang jangka panjang, (4) utang jangka pendek dijadikan modal sendiri. 3. PERAMALAN KEUANGAN Kegiatan bisnis sebaiknya dimulai dari mengadakan peramalan kondisi di masa depan, terutama adalah situasi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Kondisi politik menentukan kegiatan bisnis. Untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan keuangan. Peramalan bisnis ini dituangkan dalam angka – angka keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis. Metode yang lazim digunakan adalah: 1) Siklus Arus kas 2) Pola Pembiayaan 3) Perubahan Penjualan 4) Regressi a. Siklus Arus Kas Siklus bisnis dimulai dari uang sebagai kapital untuk menjalankan kegiatan bisnis, kemudian melahirkan uang (kapital) yang lebih besar lagi. Dengan demikian, unit organisasi bisnis mendapatkan keuntungan atau laba. Uang Uang (Rp 1.000) Kegiatan Bisnis Kegiatan Bisnis Uang Uang (Rp. 1.200) Uang sebagai kapital pertama- tama dari setoran pemilik organisasi bisnis sebagai kapital yang lazim disebut Equity (ekuitas) atau modal sendiri. Jika kapital sendiri tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan bisnis, organisasi meminjam uang dari sumber – sumber pembiayaan (bank dan lembaga keuangan non – bank). Kedua jenis sumber modal itu (modal sendiri dan utang jangka panjang) disebut modal permanen atau capital invested. Modal permanen digunakan untuk membangun organisasi bisnis dan membeli peralatan bisnis, kemudian untuk membiayai kegiatan bisnis yaitu membeli bahan baku untuk diolah menjadi komoditi, membayar upah tenaga kerja, dan membayar berbagai biaya tidak langsung antara lain biaya tidak langsung pabrik (faktory overhead), biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga, biaya sewa, dan pajak. Semua ini dikeluarkan uang tunai (cash). Setelah menjadi komoditi 28 dijual dipasar, melahirkan uang tunai kembali. Dengan demikian arusnya yaitu dari uang tunai (cash), kegiatan bisnis, kemudian menjadi uang tunai kembali. Biaya membangun organisasi dan biaya peralatan bisnis secara periodik diamortisasi dan didepresiasi berdasarkan suatu metode tertentu kemudian dibebankan kepada komoditi yang dijual, ini merupakan proses menjadikan kembali uang tunai melalui kegiatan bisnis. Dengan demikian, arus kas masuk bersih dapat disajikan sebagai : laba bersih + amortisasi dan depresiasi. Keahlian menjadikan uang tunai Rp 1000 pada awal tahun menjadi Rp 1200 pada akhir tahun adalah keahlian menejer bisnis. b. Pola Pembiayaan Yang dimaksud dengan pola pembiayaan adalah pembiayaan untuk modal kerja dan harta tetap. Modal kerja digolongkan menjadi dua, yaitu modal kerja permanen dan modal kerja musiman. Modal kerja permanen harus dibiayai oleh utang jangka panjang dan modal sendiri. Sedangkan modal kerja musiman bisa dibiayai oleh utang dagang, utang bank jangka pendek, atau utang wesel bayar atau dikenal dengan commercial papers. Harta tetap harus dibayar oleh utang jangka panjang dan modal sendiri. Manajemen harus memperhitungkan umur ekonomis harta tetap dan model penyusutan yang akan dibebankan kepada produk yang dijual. Makin tinggi nilai penyusutan makin besar arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin tinggi harga pokok penjualan suatu produk dan akhirnya sulit masuk dalam persaingan pasar bebas. Sedangkan makin kecil nilai penyusutan makin kecil arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin rendah harga pokok penjualan suatu produk dan lebih mudah masuk pasar persaingan bebas. Manajemen harus mengadakan penukaran (trade-off) antara kepentingan arus kas masuk dan pangsa pasar. Baik modal kerja permanen maupun modal kerja pemanen harus tumbuh terus menerus sepanjang waktu (steady growth). Sedangkan modal kerja musiman mengikuti perkembangan permintaan pasar. Permintaan tinggi, kebutuhan modal kerja musiman tinggi, dan sebaliknya. Jika perusahaan memiliki kelebihan uang tunai, peusahaan harus menginvestasikan sementara pada harta keuangan jangka pendek atau surat-surat berharga yang mudah diperjual belikan (marketable securities). c. Perubahan Penjualan Perubahan penjualan mengakibatkan perubahan harta dan utang jangka pendek, karena untuk memenuhi kenaikan penjualan harus membutuhkan tambahan harta dan utang jangka pendek, khususnya utang dagang. Kebutuhan dana untuk memenuhi tambahan penjualan itu dapat dipenuhi dari dalam dan dari 29 luar perusahaan, jika kenaikan kecil, kemungkinan tambahan dana dapat dipenuhi dari dalam perusahaan, dan jika kenaikan penjualan besar, pada umumnya tambahan dana duipenuhi dari luar perusahaan (dari tambahan modal sendiri atau dari utang jangka panjang). Tambahan dana akibat kenaikan penjualan. d. Ramalan Laba Operasi Setelah unit penjualan dan harga diramal dan biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat peramalan laba, dalam berbagai kondisi ekonomi, misalnya kondisi ekonomi buruk jumlah penjualan 600 unit, normal 900 unit, dan baik 1.200 unit. Peramalan laba dapat disajikan berikut ini dalam berbagai kondisi ekonomi. Tabel 8.8 Peramalan Laba : Harga per unit Rp 9.125; Biaya Variabel per unit Rp 2.375 Kondisi Ekonomi Sales Unit Sales (Rp) Biaya variabel (Rp) Biaya tetap (Rp) Laba operasi (Rp) Buruk 600 5.475 1.425 5.181 (1.131) Normal 900 8.212 2.138 5.181 893 Baik 1.200 10.950 2.850 5.181 2.919 Catatan : laba operasi ialah penjualan dikurangi biaya variabel dan biaya tetap Soal 4.1: PT Muara Bhakti Laporan Posisi Keuangan Keterangan (Rp) Keterangan (Rp) Harta Lancar Harta tetap 10.000 20.000 Hutang Modal sendiri 18.000 12.000 Jumlah harta 30.000 Jumlah hutang & modal Data akuntansi selama lima tahun adalah sebagai berikut : 30.000 Tahun Sales (Unit) Harga DMC DLC (Rp) (Rp) (Rp) FOH (Rp) ME AE (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 1.000 1.100 1.050 1.200 1.250 13,50 13,40 13,60 13,55 13,50 1.650 1.700 1.725 1,775 1.800 3.150 3.200 3.150 3.200 3.250 1,35 1,40 1,50 1,60 1,75 1,80 1,90 2,00 2.10 2,05 4.900 5.100 5.000 5.100 5.200 30 Keterangan : 1. Harga, DMC (Direct material Cost), DLC (Direct Labor Cost) adalah dalam perhitungan per unit. 2. FOH (Factory Overhead), ME (Marketing Expenses), dan AE (Administrative Expenses) adalah dalam perhitungan total biaya. 3. Ramalan penjualan, harga, biaya bahan langsung, dan upah langsung menggunakan time serie tergantung pada anda model yang dipilih, moment atau least squeres. 4. Klasifikasi biaya overhead dan biaya pemasaran menggunakan korelasi least squeres, sedangkan biaya administrasi menggunakan titik tertinggi dan terendah. Diminta: 1. Menyusun perhitungan rugi laba bersih secara “Marjin Kontribusi” pada tahun ke 5 dan ke 6, jika diketahui bunga pinjaman 500, pajak penghasilan peusahaan 30 %, dividen yang rencana dibayarkan 40 %, berapa besarnya laba ditahan? 2. Menyusun anggaran laba operasi fleksibel pada tahun keenam pada kapasitas 1.000 unit, 1.300 unit dan 1.500 unit. 3. Agar perusahaan tidak menderita kerugian, berapa unit yang harus diproduksi dan dijual pada tahun keenam. 4. Jika pada tahun keenam kondisi ekonomi buruk, diperkirakan perusahaan menderita kerugian 5 % dari total penjualan, berapa besarnya penjualan tahun keenam? 5. Jika tahun keenam kondisi sangat baik, dan perusahaan diperkirakan laba Rp 2.000, berapa nilai penjualan tahun keenam. BAB 5 PERENCANAAN KEUANGAN Perencanaan keuangan suatu perusahaan pada umumnya disajikan dengan model: (1) anggaran, (2) titik impas, (3) tingkat leverage operasi, dan (4) return on investment atau ROI. Anggaran Hasil peramalan keuangan tabel 8.3 (mengenai ramalan unit penjualan tahun keenam sebesar 906 unit), tabel 8.4 (mengenai ramalan harga jual Rp 9.125 per unit dan tabel 8.7 (mengenai biaya variabel Rp 2.375 dan biaya tetap total Rp 5.181) pada bab 8, dapat disusun anggaran rugi laba tahun ke 6 sebagai berikut : Sales 906 unit @ Rp 9.125 Rp 8.267 Variable cost 906 unit @ Rp 2.375 Rp 2.152 Marjin kontribusi Rp 6.115 Biaya tetap Rp 5.181 Laba operasi Rp 934 Anggaran diatas adalah lazim disebut anggaran statis, karena hanya pada satu titik penjualan yaitu 906 unit penjualan. Dengan menjual pada jumlah tersebut, perusahaan direncanakan akan mendapatkan laba operasional Rp 934. Manajemen akan sangat mudah membuat perencanaan keuangan jika biaya operasi diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Model klasifikasi biaya operasi tersebut telah dijelaskan dalam peramalan keuangan dengan model titik terendah tertinggi atau model least squeres. Yang paling mudah adalah menggunakan model titik terendah tertinggi, tetapi tingkat akurasinya rendah. Model anggaran operasi diatas sangat sederhana dan mudah dipraktikan dan mudah dipahami bagi setiap level manajer. Oleh sebab itu, diharapkan semua level manajer harus mengetahui dan memahami perilaku biaya dan tekhnik penyajian anggaran laba. Mengenai total biaya tetap sebesar Rp 5.181 itu adalah biaya tetap pada jarak penjualan tertentu (relevant range) 0 sampai dengan 1.000 unit. Jika penjualan diatas 1.000 unit besarnya biaya tetap akan meningkat. Jika manajemen membuat perencanaan laba pada penjualan diatas 1.000 unit, maka total biaya tetap diatas Rp 5.181, misal Rp 6.000. Perhitungan laba rugi pada tahun tingkat penjualan 1.000 adalah sebesar 1.000 x (9.125 - 2.375) – Rp 6.000 = Rp750 Dengan data diatas, manajemen dapat menyusun anggaran diberbagai alternatif titik kegiatan, yang lazim disebut anggaran fleksible. Berikut ini dalam Tabel 5.1 disajikan bentuk anggaran fleksibel. 31 32 Tabel 5.1 Anggaran fleksibel Tahun ke 6 Keterangan Penjualan 750 Unit Penjualan 800 Unit Penjualan Rata-rata 936 sales Penjualan Biaya varibel Marjin kontribusi Biaya tetap 6.844 1.781 5.063 5.181 7.300 1.900 5.400 5.181 8.541 2.223 6.318 5.181 Laba Operasi (118) 219 1.137 Keterangan : Jika perusahan hanya mampu menjual 750 unit, maka kerugian perusahaan Rp 118 Analisis Pulang Pokok (Titik Impas) 1. analisis pulang pokok merupakan model perencanaan dan pengendalian keuangan dasar. Hubungan antara besarnya pengeluaran investasi dan volume yang diperlukan untuk mencapai profitabilitas disebut analisis pulang pokok (break even analysis) atau perencanaan laba. Analisis pulang pokok merupakan alat untuk menentukan titik dimana penjualan akan impas menutup biaya-biaya. 2. Dalam analisa model pulang pokok biaya-biaya harus dibedakan biaya variabel dan biaya tetap, seperti disajikan dalam perhitungan diatas. 3. Titik impas dapat disajikan dalam perhitungan berikut ini. Perhitungan titik impas : FC 5.181 = CMPU (9.125 – 2.375) = 768 unit 768 x Rp 9.125 = Rp 7.008 Penjualan 768 unit @ Rp 9125 = Rp 7.008 Biaya variabel 768 unit @ Rp 2.375 = Rp 1.824 Marjin kontribusi = Rp 5.184 Biaya tetap = Rp 5.181 Laba operasi (akibat pembulatan) = Rp 3 Margin Of Safety Jika penjualan nyata (direncanakan) 750 unit, dapat dihitung margin of safety atau tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan 33 nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas), maka margin of safety= Sales aktual – Sales BEP = (750 – 768) = - 2,4 % Sales aktual 750 Jika penjualan nyata (direncanakan) 936 unit, dapat dihitung margin of safety atau tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas), maka margin of safety = Sales aktual – Sales BEP Sales aktual = (936 - 768) = 17,95 % 936 Tingkat Leverage Operasi Tingkat leverage operasi (degree of operating leverage) ialah sejauh mana pengaruh biaya tetap terhadap perubahan penjualan dan laba. Pada contoh diatas, pada penjualan 906 unit, tingkat leverage operasi dapat dihitung : Marjin Kontribusi = Tingkat Leverage Operasi Laba operasi Sales 906 unit @ Rp 9.125 Variable cost 906 unit @ Rp 2.375 Marjin kontribusi Biaya tetap Laba operasi Rp 8.267 Rp 2.152 Rp 6.115 Rp 5.181 Rp 934 Tingkat leverage operasi = 6.115/934 = 6.547 X. Hasil sebesar itu diakibatkan karena biaya tetap tinggi sehingga laba operasi kecil. Jika biaya tetap kecil, maka tingkat leverage operasi akan kecil, dan pengaruh perubahan penjualan akan kecil terhadap perubahan laba. Biaya tetap mempunyai pengaruh besar terhadap laba operasi. Biaya tetap merupakan manifestasi dari peralatan bisnis yang memiliki tiga alternatif, yaitu : 1. Jika peralatan bisnis (fixed assets) modern, maka biaya tetapnya tinggi, dan tingkat leverage operasinya tinggi 2. Jika peralatan bisnis (fixed assets) sedang (tidak terlalu canggih dan tidak terlalu saderhana) maka biaya tetapnya sedang, dan tingkat leverage operasinya sedang 3. Jika peralatan bisnis (fixed assets) sederhana, maka biaya tetapnya rendah, dan tingkat leverage operasinya rendah Berikut ini disajikan contoh tiga alternatif peralatan bisnis yang berhubungan dengan biaya tetap dan laba operasi. 34 Tabel 5.2 Tingkat Leverage Operasi : Kondisi Ekonomi Normal, Penjualan Rp 1.000 Keterangan PT A PT B PT C Penjualan Biaya varibel Marjin kontribusi Biaya tetap Laba operasi Tingkat leverage operasi Tingkat titik impas Rasio biaya variabel Teknologi yang digunakan Kondisi ekonomi buruk 1.000 600 400 100 300 1,33X 250 0,6 Sederhana Bertahan Hidup Kurang Berkembang 1.000 500 500 200 300 1,67X 400 0,5 Sedang Biasa 1.000 400 600 300 300 2X 500 0,4 Canggih Cepat Bangkrut Cepat Berkembang Kondisi ekonomi baik Biasa Tabel 5.4 Tingkat Leverage Operasi : Kondisi Ekonomi Baik, Penjualan Rp 2.000 Keterangan PT A PT B PT C Rasio biaya variabel Penjualan Biaya variabel Marjin kontribusi Biaya tetap 0,6 2.000 1.200 800 100 0,5 2.000 1.000 1.000 200 0,4 2.000 800 1.200 300 Laba operasi 700 800 900 Laba operasi Ekonomi normal Kenaikan laba operasi Rasio kenaikan laba operasi Tingkat leverage 300 400 133 % 1,33X 300 500 167 % 1,67X 300 600 200 % 2X Berdasarkan ilustrasi di atas menunjukkan bahwa tingkat leverage operasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perubahan penjualan dan laba operasi. 1) Jika tingkat leverage, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik sebesar tingginya leverage tersebut 2) Jika tingkat leverage sedang, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik sebesar tingginya leverage tersebut 3) Jika tingkat leverage rendah, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik sebesar tingginya leverage tersebut 35 Dalam kondisi ekonomi baik, perusahaan yang mempunyai pangsa pasar luas harus memodernisasi peralatan bisnisnya agar mampu melayani permintaan pasar. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi buruk, perusahaan yang leveragenya tingginya akan cepat bangkrut atau mengalami kerugian. Demikian, leverage operasi merupakan “pedang bermata dua”, bisa menghancurkan dan bisa mengembangkan perusahaan. Return On Investment (Roi) ROI pada umumnya digunakan untuk membuat perencanaan keuangan perusahaan konglemerasi atau perusahaan multinasional, karena mereka memiliki cabang di seluruh dunia, atau memiliki banyak anak-anak perusahaan. Ada dua versi ROI, yaitu : 1) Rasio laba operasi terhadap total investasi 2) Rasio laba bersih terhadap total investasi Pada versi pertama, digunakan untuk jika manajer anak perusahaan sebagai pusat investasi (invesment center), di mana seluruh investasi dibiayai oleh induk perusahaan, sehingga ia tidak berhak menggunakan pembiayaan kredit jangka panjang untuk membiayai investasinya. Sedangkan pada versi kedua, di mana manajer anak perusahaan memiliki hak untuk membiayai investasi dengan kredit jangka panjang. ROI hakikatnya adalah perpaduan dua unsur kemampuan manajemen yaitu : (1) kemampuan manajemen memperoleh laba operasi atau laba bersih, dan (2) kemampuan manajemen menggunakan harta yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil penjualan sebesar-besarnya. Atau dengan bahasa lain, ROI adalah perwujudan kemampuan manajemen dalam : (1) efisiensi biaya, dan (2) meluaskan pangsa pasar. Rumus ROI dapat disajikan berikut ini : ROI= Laba operasi x Penjualan Penjualan total investasi Model ROI dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi model ROE, yaitu menambahkan faktor penggunaan model dari pihak ketiga atau faktor leverage yaitu total harta atau total investasi dibagi total modal sendiri. Persamaan diatas dapat dikembangkan sebagai berikut: ROE = laba bersih Penjualan x penjualan x total investasi total investasi total modal sendiri Laba bersih dibagi penjualan menunjukkan kemampuan manajemen memperoleh laba bersih untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan; penjualan dibagi total investasi menunjukkan kemampuan manajemen mengelola harta perusahaan untuk memperoleh pendapatan atas penjualan 36 barang atau jasa yang dihasilkan; dan total investasi dibagi modal sendiri menunjukkan kemampuan manajemen untuk menggunakan modal dari pihak ketiga untuk memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan. Soal 5.1: PT Mulia Titik impas PT Mulia adalah sebesar Rp 180.000. dalam bulan Juli 2000, kondisi PT Mulia menunjukkan bahwa penjualan dalam unit sebesar 33.000 unit ini berkat kebijakan marketing yang baru yang memberi insentif besar kepada para manajer penjualan dan pada tenaga penjual. Setelah diperhitungkan hanya terjadi kenaikan sales sebesar 10 % saja jika dibanding dengan bulan Juni. Kenaikan sales 10 % itu kurang memuaskan top eksekutif, karena laba operasi yang diharapkan dapat mencapai 20 % seperti laba operasi pesaingnya, tetapi kenyataannya laba operasi bulan Juli hanya sebesar Rp 40.500; top eksekutif mengharapkan laba operasi nominal berkisar antara Rp 49.000 sampai dengan Rp 50.000. Manajemen minta disajikan laporan keuangan model marjin kontribusi, bukan model fungsional seperti laporan keuangan yang disajikan untuk pihak ketiga. Untuk bulan Junidan Juli 2000 diminta: menyusun income statement model marjin kontribusi, menghitung titik impas dalam unit, menghitung marjin of safety dalam rupiah, dalam persentase, dan menghitung tingkat leverage operasi, dan mengapa tingkat operasi dan marjin safety menurun. Untuk bulan Agustus 2000 diminta: (1) menghitung target penjualan, jika diperkirakan bulan agustus 2000 kondisi ekonomi dan politik buruk, sehingga menderita kerugian Rp 500. agar perusahaan tidak rugi dalam bulan Agustus, saudara diminta untuk memberi rekomendasi tentang restrukturisasi biaya, terutama biaya tetap, biaya tetap yang mana yang layak yang harus direstrukturisasi sehingga perusahaan tidak menderita kerugian? (2) Jika bulan Agustus 2000 kondisi ekonomi dan politik bagus dan PT Mulia dapat menaikkan penjualannya 20% dari bulan Juni dan dapat menghemat biaya tetap 10% dari bulan Juli, apakah ia dapat mengatasi pesaingnya yang laba operasinya 20%? ASUMSI ANALISIS TITIK IMPAS LABA-RUGI BERDASARKAN METODE PEMBIAYAAN VARIABEL RUMUS KUANTITAS DAN PENJUALAN TITIK IMPAS TITIK IMPAS KAS BAB 6 KEBIJAKAN MODAL KERJA Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current liabilities). Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu lebih besar daripada utang lancar. Salah satu tugas manajer keuangan adalah mengelola harta lancar untuk membiayai kegiatan bisnis dan untuk membayar utang yang jatuh tempo. Oleh sebab itu, harta lancar itu harus dibiayai dengan utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Di Negara-negara maju, bunga utang jangka pendek lebih murah daripada bunga utang jangka panjang. Hal itu disebabkan resiko pengembalian utang jangka pendek lebih kecil daripada utang jangka panjang , dan penawaran modal cukup besar; manajer keuangan pada umumnya cenderung memilih membiayai harta lancar dengan utang jangka pendek. Tetapi di Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, bunga utang jangka pendek lebih mahal daripada utang jangka panjang, karena penawaran modal relatif kecil dan untuk memperoleh modal secara cepat sulit dipenuhi, oleh sebab itu manajer keuangan pada umunya cenderung memilih membiayai harta lancar dengan utang jangka panjang. Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti transaksi bisnis, khususnya tingkat penjualan. Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja agresif, moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengamnbil resiko bisnis. Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya kepercayaan internal dan eksternal. Kepercayaan internal adalah kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar tepat waktu. Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner bisnis khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo tidak dibayar tepat waktu. Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut dapat dipastikan akan bangkrut. 1. Pengertian Modal Kerja Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan modal kerja ialah analisis saling hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang luas, manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat penting karena sebagian besar waktu manajer keuanagn digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Gifman (1994:643) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1981:245) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek; kas, surat-surat berharga (efek), piutang,, persediaan. Petty, Keown, Scott, dan Martin (1993:532) menjelaskan bahwa secara tradisional modal kerja dapat didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam harta lancar. Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yaitu; (1) menyesuaikna tingkat volume penjualan dan penjualan musiman; di mana silklus volume penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan, (2) membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba. Modal keja sangat penting bagi perusahaan karena; (1) sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang memerlukan modal keja, (2) pada umumnya nilai harta lancar suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini perlu pengelolaan yang serius, (3) khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal, (4) perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja (Brigham dan Weston, 1981:245-246). Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja dapat diklasifikasi menjadi empat pengertian, yaitu: 1) Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif. 2) Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan untuk membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat dikatakan sebagai modal kerja kualitatif. 3) Modal kerja fungsioal yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan, piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan. 4) Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang termasuk dalam jumlah piutang. Keempat pengertian modal kerja tersebut dapat disajikan dari angka-angka neraca yaitu disajikan dalam tabel 13.1. Jumlah modal kerja dapat dihitung sebagai berikut: 1) Modal kerja bruto (Gross Working Capital) atau Modal Kerja Kuantitatif sebesar jumlah harta lancar yaitu sebesar Rp 1.400. 2) Modal kerja netto (Net Working Capital) atau Modal Kerja Kualitatif sebesar harta lancar dikurangi utang lancar yaitu Rp 1.400 – Rp 560 = Rp 840. Modal kerja ini lazim disebut Modal Kerja Permanen karena adanya dalam perusahaan lebih dari satu tahun atau secara permanen. Makin tinggi jumlah modal kerja permanen makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan. 3) Modal kerja fungsional (Functional Working Capital); kas + persediaan + (75% X piutang) + penyusutan aktiva tetap. Jumlah modal kerja fungsional = Rp 200 + Rp 840 + Rp 120 +Rp 500 = Rp 1.660. Unsur-unsur tersebut secar nyata berfungsi menggerakkan kegiatan perusahaan. 4) Modal kerja potensial (Potensial Working Capital); keuntungan dari piutang + efek, (25% X Rp 160) + Rp 200 = Rp 240. Keuntungan atau laba dari piutang, di mana piutang asalmya dari penjualan merupakan kemampuan manajemen menggali sumber dana dari bisnis yang dapat digunakan untuk modal kerja dan perluasan usaha. Sedangkan efek atau surat berharga yang mudah dipasarkan (marketable security) merupakan kelebihan kas yang ditanam dalam surat-surat berharaga untuk tujuan mendapatkan keuntungan. Tabel 12.1 Neraca PT Bola Dunia: 31 Desember 2004 (Perhitungan Dalam Rupiah) Kas 200 Efek (Sekuritas) 200 Piutang 160 Persediaan 840 Total harta lancar (a) 1.400 Tanah 100 Mesin 700 Penyusutan Mesin Hutang Dagang Hutang Wesel Hutang Pajak Hutang Biaya Total hutang lancar (d) Hutang Obligasi 5% (e) Modal Saham Agio Saham Laba ditahan Total modal sendiri (f) 300 100 160 60 560 600 1.200 200 440 1.840 (100) Gedung 1.000 Penyusutan Gedung (200) Total harta tetap (b) 1.500 Intangible assets (c) 100 Total harta (a+b+c) 3.000 Total klaim (d+e+f) 3.000 Tabel 12.2 Laba-Rugi PT Bola Dunia: 31 Desember 2004 (Prhitungan Dalam Rupiah) Keterangan Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Laba Kotor atas penjualan Biaya Pemasaran (penjualan) Biaya administrasi Laba opersai (EBIT) Bunga obligasi 5% X 600 Laba sebelum pajak (EBT) Pajak Perseroan 40% X 400 Laba bersih (EAT) (Rp) 4.000 3.000 1.000 300 270 430 30 400 160 240 Rasio 100,00% 75,00% 25,00% 7,50% 6,75% 10,75% 0,75% 10,00% 4,00% 6,00% Keterangan: 1) Laba kotor 25%, berarti besarnya harga pokok penjulan 75%, dan ini berarti bahwa nilai piutang secara fungsional sebesar 75% X Rp 160 = Rp 120. 2) Besarnya penyusutan Rp 500 yang terkandung dalam harga pokok penjualan, biaya pemasaran dan biaya administrasi. Karena ketiga unsur tersebut masing-masing memiliki aktiva tetap yang disusut. Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yakni: 1) Menyesuaikan perubahan tingkat volume produksi dan penjualan; jumlah modal kerja sangat tergantung pada volume kegiatan bisnis, makin tinggi kegiatan bisnis, makin besar modal kerja dibutuhkan untuk membiayai kegitan tersebut. 2) Membantu memaksimumkan nilai perusahaan, yaitu dengan cara memperkecil biaya modal untuk meningkatkan hasil (return). Makin besar modal kerja diperoleh dari pinjaman jangka pendek tanpa bunga, misalnya dari para pemasok, maka makin kecil dari sumber modal permanen, dan dengan demikian akan menurunkan biaya modal. Hakikatnya, modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar ke biaya material, upah buruh, biaya overhead pabrik biaya pemasaran, biaya umum, persediaan, penjualan, piutang, dan akhirnya kembali ke kas. Perputaran tersebut harus cepat agar supaya dapat meningkatkan pendapatan atas penjualan dan laba. 2. Perkembangan Modal Kerja Dunia bisnis dimulai dari zaman agraris atau zaman feodalisme, di mana bidang pertanian merupakan unsur pokok penunjang kegiatan bisnis. Bidang pertanian merupakan pemasok bahan baku industri, oleh sebab itu hubungan antara industri dengan pertanian sangat erat sekali. Hubungan itu dijembatani dengan tersedianya modal kerja untuk membeli produk pertanian yang ditentukan oleh faktor musim, kemudian mengolahnya menjadi komoditi manufaktur dan menjualnya; siklusnya dalam kurun waktu satu tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan modal kerja pada umumnya dipenuhi dengan utang jangka pendek. Gambar 13.1 menggambarkan hubungan harta tetap dengan modal kerja (harta lancar). Gambar 12.1 Hubungan antara Harta Tetap dengan Modal Kerja (Harta Lancar) Rupiah Modal kerja atau Harta lancar Dibiayai oleh : - Hutang Jangka Pendek Dibiayai oleh : - Hutang Jangka Panjang - Modal Sendiri Harta Tetap Waktu 2002 2003 2004 Gambar 13.1 menunjukkan bahwa pada hakikatnya modal kerja tidak akan sampai ke titik nol. Itu berarti bahwa sebagian modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang yang akan digunakan untuk membiayai administrasi bisnis sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji dan upah; biya telpon, air, listrik; biaya kantor, dan lain-lain. Perkembangan modal kerja selanjutnya dapat dilihat pada gambar 13.2. Modal kerja dapat dikategorikan menjadi modal kerja permanen dan modal kerja musiman, di mana modal kerja musiman dibiayai oleh utang jangka pendek. Gambar 13.2 Rupiah Perkembangan Modal Kerja di Era Industri Dibiayai oleh : - Hutang Jangka Pendek Modal kerja Musiman Dibiayai oleh : - Hutang Jangka Panjang - Modal Sendiri Modal kerja Permanen Harta Tetap Waktu 2002 2003 2004 3. Pentingnya Modal Kerja Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Jika hal itu terjadi, ia akan ditinggalkan pelanggannya, dan menderita kerugian. Oleh sebab itu, sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Besarnya modal kerja tergantung pada jenis bisnis, tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan yang serius. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar uang. Ia harus membiayai kegiatan bisnis dari modal sendiri karena belum memperoleh kepercayaan dari pihak lain atau sulitnya masuk ke pasar modal. Perusahaan kecil sulit akan lambat berkembang karena ia hanya didukung oleh modal sendiri, khususnya dari laba ditahan. Perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh ia banyak melakukan kegiatan terutama kegiatan produksi dan pemasaran. Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal kerja yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang tanpa didukung oleh modal kerja yang kuat, ia akan kembali layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa modal kerja adalah “ruh” atau energi internal yang menggerakkan seluruh kegiatan perusahaan. Hampir semua perusahaan dalam berbagai bidang kegiatan bisnis, mengelola modal kerja meliputi tiga aspek yaitu: 1) Kebijakan modal kerja 2) Manajemen harta lancar 3) Sumber pembiayaan jangka pendek 4. Kebijakan Modal Kerja Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif. Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebauiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif; risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi oleh tersedianya harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjdai uang tunai yaitu persediaan, khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses. Perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu: 1) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang jangka pendek 2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang 3) Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan utang jangka panjang Berikut ini disajikan dalam tabel 13.3 contoh ketiga kebijakan modal kerja dan dampaknya terhadap tigkat pengembalian modal sendiri (Retun on Equity atau ROE). Tabel 12.3 Kebijakan Modal Kerja Items Konservatif Harta lancar Harta tetap Total harta Hutang jangka pendek, 12% Hutang jangka panjang, 10% Total utang Modal sendiri Total utang dan Modal Rasio lancar Bunga Agresif Moderat 150 200 350 200 200 400 300 200 500 200 0 200 150 350 100 100 200 200 400 50 200 250 250 500 200 0,7 sales 2:1 22 (12% x 100) + (10% x 100) 270 0,65 sales 6:1 26 (12% x 50) + (10% x 200) 385 0,60 sales 1.200 900 700 1.200 1.000 900 0,75:1 24 12% x 200 Biaya tetap Biaya variabel Penjualan: Ekonomi kuat Ekonomi normal Ekonomi kritis 1.200 1.150 1.050 Keterangan: Pajak perseroan 40% Tabel 12. 4 Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kuat Keterangan Konservatif Penjualan Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) Marjin kontribusi Biaya tetap Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) Bunga Laba sebelum pajak Pajak perseroan 40% Laba bersih (Earning After Tax, EAT) ROI = EBIT / Total Assets ROE = EAT / Equity Agresif 1.200 840 360 200 Moderat 1.200 780 420 270 1.200 720 480 385 160 24 136 54 150 22 128 51 95 26 69 28 82 46% 54% 77 38% 38% 41 19% 17% Tabel 12. 5 Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Normal Keterangan Penjualan Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) Marjin kontribusi Biaya tetap Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) Bunga Laba sebelum pajak Pajak perseroan 40% Laba bersih (Earning After Tax, EAT) ROI = EBIT / Total Assets ROE = EAT / Equity Agresif 900 630 270 200 Moderat 1.000 650 350 270 Konservatif 1.150 690 460 385 70 24 46 18 80 22 58 23 75 26 49 20 28 20% 18% 35 20% 17% 29 15% 12% Tabel 13. 6 Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kritis Keterangan Penjualan Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) Marjin kontribusi Biaya tetap Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) Bunga Laba sebelum pajak Pajak perseroan 40% Laba bersih (Earning After Tax, EAT) ROI = EBIT / Total Assets ROE = EAT / Equity Agresif 700 490 210 200 Moderat 800 520 280 270 10 24 (14) 6 10 22 (12) 5 (8) 3% (6%) (7) 3% (4%) Konservatif 1.050 630 420 385 35 26 9 4 5 7% 2% Keterangan: 1) Dalam kondisi ekonomi kritis, modal kerja harus dipenuhi dengan utang jangka panjang agar kegiatan bisnis lancar. Jika kebutuhan modal kerja dipenuhi dengan utang jangka pendek baik model agresif maupun model moderat, perusahaan akan kesulitan menjalankan kegiatan bisnisnya, sehingaa volume penjualan menurun. 2) Akibatnya, perusahaan menderita kerugian. Modal kerja mempunyai dampak langsung terhadap volume kegiatan bisnis atau volume produksi dan penjualan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja permanen, sulit untuk menjalankan bisnisnya dalam kondisi krisis ekonomi. 5. Kebutuhan Modal Kerja Suatu perusahaan dapat berjalan lancar jika didukung oleh modal kerja yang memadai. Manajer keuangan harus menyediakan modal kerja sesuai dengan kebutuhan operasi, yaitu untuk: pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, pembayaran biaya overhead pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya administrasi, pembayaran pajak, pembayaran dividend, pembayaran jasa produksi, pembayaran angsuran utang dan bunga, dan lain-lain kegiatan rutin perusahaan. Berikut ini disajikan teknik perhitungan kebutuhan modal kerja. PT ABC memproduksi 100 unit produk ABC setiap harinya. Untuk memproduksinya dibutuhkan biaya-biaya sebagai berikut: 1) Uang muka untuk pembelian bahan baku jenis A adalah 10 hari, harga per unit bahan baku Rp 30, dibeli 100 unit. 2) Uang muka untuk pembelian bahan baku jenis B adalah 5 hari, harga per unit bahan baku Rp 20, dibeli 100 unit. 3) Tanpa uang muka untuk pembelian bahan baku jenis C, harga per unit bahan baku Rp 10, dibeli 100 unit. 4) Upah buruh Rp 10 unit output. 5) Biaya overhead pabrik Rp 9 per unit output. 6) Proses produksi 5 hari. 7) Barang jadi disimpan di gudang semua jenis produk 5 hari. 8) Rata-rata penagihan piutang untuk produk rata-rata 30 hari. 9) Biaya pemasaran Rp 50.000 dan biaya administrasi Rp 75.000 per bulan. 10) Kas besi Rp 50.000 11) Hari kerja 25 hari per bulan. Keterangan: 1) Dana yang terikat pada bahan baku A = uang muka 10 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 50 hari. 2) Dana yang terikat pada bahan baku B = uang muka 5 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 45 hari. 3) Dana yang terikat pada bahan baku C = uang muka 0 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 40 hari. Tabel 12.7 Kebutuhan Modal kerja Berdasarkan data diatas dapat disusun kebutuhan kas sebagai berikut: Keterangan Jumlah (Rp) Bahan baku A, 100 unit x Rp 30 x 50 hari Bahan baku B, 100 unit x Rp 20 x 45 hari Bahan baku C, 100 unit x Rp 10 x 40 hari Upah buruh, 100 unit x Rp 10 x 40 hari Biaya overhead pabrik, 100 unit x Rp 9 x 40 hari Biaya pemasaran, (Rp50.000 / (100 x 25)) x 100 unit x 40 Biaya administrasi, (Rp 75.000 / (100 x 25)) x 100 unit x 40 Persediaan kas minimum atau safety cash Jumlah modal kerja yang dibutuhkan 150.000 90.000 40.000 40.000 36.000 80.000 120.000 50.000 606.000 Keterangan: 1) Jika perusahaan tidak memiliki kecukupan modal kerja, maka kegiatan operasinya akan terganggu dan kepercayaan dari pihak ketiga akan berkurang. 2) Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki modal kerja kualitatif atau modal kerja permanen yang sesuai dengan kebutuhannya. BAB 7 MANAJEMEN KAS Kas merupakan awal dari investasi dan operasi dari suatu perusahaan. Kas terdiri dari mata uang (currency), giro, dan rekening koran di bank (bank deposits). Perusahaan atau perseorangan menyimpan uang tunai (kas) untuk motif transaksi, motif pencegahan, dan motif spekulatif. Suatu perusahaan harus memiliki uang kas yang cukup dengan alasan untuk : (1) memperoleh potongan harga pada saat membeli bahan baku atau peralatan, (2) menjaga rasio cair (acid test ratio) agar tetap memperoleh kepercayaan dari kreditur (3) menangkap peluang bisnis sewaktuwaktu (4) mengantisipasi keadaan darurat seperti pemogokan, persaingan, dan sebagainya. Suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi posisi kas periode tertentu dimasa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang pengeluaran kas. Penerimaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, utang, penjualan tunai, penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva tetap, pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran biaya tidak langsung pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya umum, dan administrasi, pembayaran bunga, pembayaran deviden, pembayaran jasa produksi, pembayaran premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran lainlain. Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga(efek atau marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa,dan saham preferen. Pemberian efek dilakukan untuk tujuan menjaga likuiditas (karena hakikatnya efek tersebut adalah uang tunai, artinya mudah dijual di pasar bursa) dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga beli. Investasi pada efek yang jangka panjang yang semata-mata bertujuan untuk memperoleh keuntungan disebut “permanent investment” atau “investment” yang dikelompokkan dalam harga tetap. Dalam usaha meluaskan pasar, pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit yang melahirkan piutang. Kemudian diadakan penagihan untuk kembali menjadi uang tunai. Siklus kas perusahaan adalah : Kas persediaan piutang kas Pengeluaran kas untuk persediaan itu meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Makin tinggi ketiga nilai persediaan berarti makin besar kas tertanam kepadanya. Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh : (1) voleme penjualan kredit, (2) syarat pembayaran kredit, (3) ketentuaan tentang pembatasan kredit, (4) kebijakan pengumpulan piutang, (5) kebiasaan dan karakter pelanggan. Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada : (1) character, yaitu karakter para manajemen, (2) cavacity yitu kemampuan atau kesanggupan membayar, (3) capital, yaitu kondisi posisi keuangan, (4) collateral yaitu besarnya harta pelanggan, dan (5) condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis. Pemberian kredit kepada pelanggan ditentukan oleh hasil penelitian dan analisis kondisi likuiditas, rentabilitas, dan soliditas pelanggan (soliditas moral, komersial, finansial). Ketiga unsur tersebut yang terpenting adalah unsur soliditas atau kepercayaan. Untuk menjaga kepercayaan dari luar dan dari dalam perusahaan, manajer keuangan harus membuat anggaran kas. A. ALIRAN KAS Kas suatu perusahaan harus dikelola dengan baik. Sebab, ia merupakan jantung yang menggerakkan semua kegiatan, khususnya kegiatan operasi rutin. Suatu perusahaan yang kekurangan kas akan kehilangan kepercayaan dari luar dan dari dalam perusahaan. Pihak luar akan tidak percaya bila tagihannya tidak dibayar tepat waktu, dan pihak dalam terutama buruh akan tidak percaya bila upahnya tidak dibayar tepat waktu. Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari buruhnya dan pemasoknya (krediturnya) perusahaan tersebut lambat laun akan bangkrut. Buruh mulai tidak loyal dan tidak produktif; pemasok dan kreditur mulai tidak mengadakan transaksi bisnis dengan baik. Akibatnya, produk berkualitas renadh dan sulit masuk pasar. Kebangkrutan menunggunya. Oleh sebab itu, kas harus dikelola dengan baik, jujur, hati-hati, dan profesional. Gambar 10.1:Pola Arus Kas Utang jangka panjang Utang jangka pendek Penjualan tunai Modal pemilik piutang KA Investasi Lain-lain harta-harta tetap Investasi harta keuangan Lain-lain Membiayai kegiatan operasi B. KEUNTUNGAN MEMILIKI KAS YANG CUKUP Perusahaan yang memilki kas yang cukup adalah perusahaan yang memilki reputasi bisnis yang baik, karena semua transaksi dan utang-utangnya dapat dibayar tepat pada waktunya. Disamping itu, perusahaantersebut dapat memperoleh keuntungan dari pembelian bahan baku atau barang dagangannya karena dapat melakukan pembelian tunai dengan memperoleh diskon. Misal, term of trade 2/10, net 30, jika debitur membayar dalam waktu 30 hari, maka ia tidak memperoleh diskon, dan jika debitur membayar 10 hari dari tanggal pembelian, maka ia akan memperoleh diskon 2%. Berdasar data itu dapat dihitung besarnya biaya modal jika perusahaan tidak mengambil diskon adalah sebagai berikut: Biaya = Persen diskon x 100 dikurangi persen diskon 365 perluasan terakhir dikurangi persen diskon Biaya = 2 x 100 dikurangi 2 365 30 dikurangi 10 = 0,0204 x 18,25 = 0,3723 = 37,23% Itu meenunjukkan bahwa sesungguhnya besarnya bunga tahunan sebesar 37%. Jika perusahaan tidak mengambil potongan tunai atau cash discount, ia ia kehilangan ia menanggung bunga 37,23% per tahun. Manajemen keuangan yang profesional dapat dipastikan ia akan mengambil potongan tunai. Jika kasnya tidak cukup, ia dapat mengambil kredit dari bank untuk membeli tunai. Jika besarnya bunga kredit dibawah 37,23%, ia akan mengambil kredit, dan jika besarnya bunga kredit diatas 37,23%, ia bersedia kehilangan potongan tunai, artinya ia akan membayar utang dagangnya dalam waktu 30 hari dari tanggal pembelian. Misalnya dalam satu tahun jumlah pembelian Rp 1.000 bunga kredit bank 20% per tahun. Perusahaan akan mengambil potongan tunai atas pembeliannya, dan ia akan memperoleh keuntungan walaupun pembeliannya itu dibayar dengan kredit dari bank. Teknik perhitungannya : Potongan pembelian 37,23% x Rp 1.000 Pembayaran bunga bank 20% x Rp 1.000 Keuntungan atas pembelian tunai = Rp 373,20 = Rp 200,00 = Rp 173,20 Perusahaan yang memilki posisi kas kuat, ia memiliki kekuatan tawar tinggi kepada pemasok; ia dapat tawar menawar besarnya potongan tunai; ia dapat memilih pemasok yang baik. Disamping itu, ia memiliki reputasi terhormat karena dapat memenuhi semua kewajibannya tepat waktunya. C. ANGGARAN KAS Anggaran kas adalah perhitungan arus kas masuk dan arus kas keluar dalam periode yang ditentukan oleh penjualan tunai, piutang, pinjaman, pembelian bahan, upah buruh, baiaya overhead pabrik, biaya pemasaran, biaya umum dan adminitrasi, beban bunga dan anggsuran pinjaman, pajak perseroan, dan pembayaran dividen. Arus kas mulai dari sumbernya sampai dengan penggunaannya dapat disajikan sebagai berikut ini. Transaksi bisnis PT Bandung Indah periode tahun pertama : modal disetor oleh pemilik (terdiri dari 100 saham) Rp. 5.000, dibayar biaya pendirian perusahaan (diamortisasi lima tahun beban biaya administrasi) Rp. 2.000, dibeli gedung pabrik dan peralatan Rp. 2.000, dibeli gedung pabrik dan peralatan Rp. 1.650, dibayar tunai Rp. 650, sisanya dibayar oleh BBD sebagai utang, disamping itu dipinjam dari BBD tunai Rp. 2.000, untuk modal kerja, bunga 20% pertahun, penyusutan harta tetap itu dengan model sum of year digidt method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada biaya overhead pabrik tanpa nilai sisa ; dibeli gudang dan peralatan divisi pemasaran Rp. 1.000, penyusutan method straight line method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada marketing expenses); tanpa nilai sisa ; dibeli gedung dan peralatan divisi umum dan administrasi Rp. 1.200, penyusutan model straight line method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada administrative expenses, tanpa nilai sisa; dibeli material Rp. 1.400, (dibayar tunai Rp. 400, sisanya utang dagang), material dipakai dalam proses produksi Rp. 1.300; dibayar tunai upah buruh (beban proses produksi) Rp. 900; diperhitungkan harga pokok barang jadi 1.000 unit, nilainya Rp. 3.000; dijual produk jadi 900 unit @ Rp. 8 (diterima tunai Rp. 2.400, sisanya piutang dagang); dibayar baiaya pemasaran, tunai Rp. 800; dibayar biaya umum dan administrasi, tunai Rp. 1.000; pada akhir periode dibayar bunga BBD dan pajak perseroan 30%.rapat umum pemengang saham memutuskan devidennd payout atio 50%, dan dibayar tunai. Di maan ditemukan bahwa saldo kas minimum sebesar Rp. 1.000. apabila terjadi kekurangan kas,perusahaan akan meminjamkan kepda bank BBD. Karena bunga, pajak dan dividen dibayar tunai,maka terlebih dahulu harus disusun perhitungan laba rugi seperti disajikan berikut ini. Pendapatan penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor atas penjualan Beban pemasaran 7.200 2.700 4.500 900 Beban umum dan adminitrasi Laba operasi ( earning before interest & tax=EBIT) Beban bunga ,20% X Rp. Rp.3.000 Laba sebelum pakjak (earning before interest & tax=EBIT) 1.480 Beban pajak 30% Laba bersih (earning before interest & tax=EAT) Dividend payout ration% (1.036) Laba ditahan ( retained aarning = RE) 1.520 2.080 600 444 1.036 518 518 Tabel 10.1 Anggaran kas PT. Bandung indah N o 1 2 3 3 4 5 6 7 8 10 12 13 14 15 16 17 18 Keterangan Setoran moral pemilik Biaya pendirian perusahaan Harta tetap divisi pabrik Pinjaman dari BBD Harta tetap divisi marketing Harta tetap divisi administrasi Pembelian bahan baku ( material ) Dibayar upah tenaga kerja langsung (buruh) Dibayar biaya oveehead pabrik Penjualan tunai Dibayar biaya pemasaran Dibayar biaya administrasi Dibayar bunga pinjaman 20% XRp.3.000 Dibayar pajak perseroan Dibayar dividen 50% X Rp.1 Pinjam ke BBD untuk menutup kekurangan kas Saldo kas minuman Jumlah Penerimaa n 5.000 pengeluaran 2000 650 2.000 1.000 1.200 400 1.000 900 2400 800 1.000 600 444 518 2.112 11.512 1.000 11.512 D. Anggaran Kas Bulanan Perusahaan merencanakan membuat anggaran kas selama empat bulan yaitu januari,februari,maret dan april.saldo kas minimum ditentukan besarnya Rp.1000. jika terjadi kekurangan kas harus segera meminjam bank untuk mencukupinya; bungan bank perbulan 1.5 % saldo kas awal januari Rp.1.100. data yang tersedia pada tabel 10.2. Keterangan Penerimaan : Penjualan tunai Penerimaan piutang Lain-lain Jan Feb Maret April 2.000 2.500 3.000 4.000 2.000 35.00 3.500 1.000 600 800 300 400 Pengeluaran : Pembelian tunai bahan baku Upah buruh Biaya overhead pabrik Biaya pemasaran Biaya umum dan administrasi Bunga hutang jangka panjang Pajak perseroan 2.000 1.000 600 1.400 700 300 160 2.200 1.800 700 1.300 725 275 18 1.800 1.200 800 1.000 750 250 46 1.000 1.000 800 1.000 725 275 74 Barang dagangan Biaya operasional Pembelian gedung kantor Angsuran hutang jangka panjang Bunga hutang jangka panjang 4.270 1.450 300 4.830 2.050 0 4.060 1.650 0 3.290 1.450 0 100 100 100 100 40 38 36 34 Berdasarkan data di atas dapat disusun anggaran kas mulai bulan januari sampai dengan april sebagai berikut. Tabel 10.3 Anggaran Kas ( Januari s/d April) Keterangan Saldo awal penerimaan Total kas tersedia Total pengeluaran Saldo kas minimum Kebutuhan kas Lebih ( kurang ) Jan Feb Maret April 1.100 4.600 5.700 1.017 6.800 7.817 1.072 6.800 7.872 1.099 5.400 6.499 6.160 1.000 7.160 (1.460) 7.018 1.000 8.018 (201) 5.846 1.000 6.846 1.026 4.874 1.000 5.874 625 Utang Pembayaran utang jk.pdk Bungan 18% tahun Saaldo akhir kas 1.500 300 0 0 900 600 23 1.017 27 1.072 27 1.099 14 1.011 Soal 10. 1 : Perusahaan Manufaktur : PT Makmur Abadi Neraca 1 Januari ……. (Dalam Ribuan Rupaih) Kas Piutang Persediaan Harta tetap bersih Jumlah harta 5.000 4.000 4.475 6.525 Utang dagang Utang bunga Utang pajak Uatang jangka panjang Modal sendiri Jumlah hutang dan modal 20.000 2.000 1.800 1.200 5.000 10.000 20.000 Catatan : Bunga utang jangka panjang 20% per tahun. Nilai persediaan : Rp.4.475.00, Terdiri dari : (Bahan baku Rp. 547.000 + barang jadi Rp. 3.928.000) PT. ABC : Perhitungan Rugi Laba 1 Januari …. (Dalam Ribuan rupiah) Keterangan Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Biaya pemasaran Biaya administrasi Laba operasi Bungan 20% X Rp. 5.000 Laba sebelum pajak Pajak 50% Laba bersih Dividen 80% X Rp. 1.750 Laba ditahan Jumlah % 18.000 100,00 10.800 60,00 7.200 1.800 900 4.500 1.000 40,00 10,00 5,00 25,00 5,56 3.500 1.750 1.750 1.400 19,44 9,72 9,72 7,78 350 1,94 Rencana penjualan : Produk X 60.000 unit @ Rp. 200, Y 40.000 unit @ Rp. 250. Proyeksi Persediaan: Awal:X 20.000 unit, Y 8.000 unit Akhir : X 25.000 unit, Y 9.000 unit. Penjualan dibayar tunai 70% dan sisanya kredit. Data yang tersedia antara lain sebagai berikut : Keterangan Produk X Produk Y Persediaan awal (unit) Persediaan akhir (unit) Harga per unit (Rp) Bahan baku A 4 5 32.000 Bahan baku B 2 3 29.000 Bahan baku C 0 1 6.000 36.000 32.000 7.000 12 5 3 Keterangan : satu unit produk X digunakan bahan baku A 4 unit, B 2 unit dan C 0 unit, Upah Buruh : untuk membuat satu unit produk X membutuhkan waktu 2 jam, tarif Rp. 12 dan Y 3 jam tarif Rp. 16. baiay Overhead Pabrik : Tarif berdasar jam tenaga kerja langsung, tarif variabel Rp. 8 per jam, tarif tetap Rp. 12 per jam, dari tarif tetap sebesar Rp. 20% adalah beban penyusutan aktiva tetap pabrik. Baiaya pemasaran : Produk X Rp. 680.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi pemasaran Rp. 180.000, dan untuk produk Y Rp. 560.000 termasuk biaya penyusutan aktiva tetap divisi pemasaran Rp. 160.000. Biaya administrasi : Produk X Rp. 1.000.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi administrasi Rp. 200.000 dan untuk produk Y Rp. 500.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi administrasi Rp. 100.000. pajak perseroan 50%. Asumsi : Pembelian material dibayar tunai 50%, sisanya kredit, biaya pemasaran dan adminitrasi 60% dibayar tunai, sisanya utang biaya. Tahun ini seluruh utang dagang, utang pajak dan uatang bunga dan pajak tahun inji dibayar 59%, sisanya terutang. Dividen terutang, semua taguhan tahun lalu dibayar tunai tahun ini. Penjualan aktiva tatap yang rusak Rp. 600.000 dan dibeli aktiva tetap baru Rp. 2.000.000 tunai, angsuran utang jangka panjang Rp. 1.000.000. diminta menyusun anggaran kas. Soal 10.2: Perusahaan Dagang : PT Makmur Jaya Neraca per 31 Desember 2000x Keterangan Jumlah (Rp) Kas 1.100 Piutang dagang 40% X penjualan Desember 1.600 2000x Rp. 4.000 Persediaan barang dagangan 4.800 (2.000+(0,8 X 0,7 X Penjualan Januari Rp. 5.000 Biaya yang dibayar lebih dulu (asuransi) 200 Jumlah harta lancar (a) 7.600 Aktiva tetap 3.500 Akumulasi penyusutan 1.100 Harta tetap bersih (b) 2.400 Total harta (a+b) 10.100 Hutang dagang 50% X pembelian Des. Rp. 3.360 Hutang jangka panjanmg, bunga 20% per tahun Modal saham Laba ditahan Total hutang dan modal 1.680 2.000 5.000 1.420 10.100 Data Yang Tersedia Untuk Membuat Anggaran Adalah Sebagai Berikut : 1. Catatan : penjualan bulan Desember 2000x Rp. 4.000. rencana penjualan tahun 2000xy : bulan Januari Rp. 5.000, Februari Rp. 8.000, Maret Rp. 6.000, April Rp. 5.000, dan Mei aRp. 4.000. penjualan kredit 40% sisanya tunai. Seluruh piutang ditagih pada bulan berikutnya sesudah terjadinya penjualan 2. Pada setiap akhir bulan manajemen menghendaki safety stock barang dagangan Rp. 2.000 ditambah 80% dari harga pokok barang yang akan dijual pada bulan berikutnya. Rasio harga pokok penjualan terhadap penjualan adalah 70% 3. Pembelian barang dagangan dengan syarat 50% tunai, sisanya kredit dibayar bulan berikutnya 4. Gaji dan komisi dibayar setelah pekerjaan dilaksanakan dan akhir bulan. Gaji tetap Rp. 250 per bulan, komisi 15% dari nilai penjualan. 5. Bulan April membeli gedung kantor secara tunai Rp 300, biaya lain-lain 5% dari penjualan dan sewa gudang Rp. 200, masing-masing dibayar pada waktunya. Diperhitungkan beban amortisasi asuransi Rp. 20 setiap bulan, dan penyusutan harta tetap termasuk gedung kantor Rp. 50 per bulan 6. Safety cash ditetapkan Rp. 1.000 pada akhir bulan. Pinjaman untuk menutupi kekurangan kas dengan bunga 18% pertahun. Dengan kelipatan Rp 100. bunga diperhitungkan berdasarkan pokok pinjaman dikurangi angsuran pinjaman. Asumsi pinjaman dilakukan awal bulan dan angsuran dilakukan pada akhir bulan. 7. Top eksekutif ingin melihat anggaran kas, mulai Januari sampai April 2000y, angsuran utang jangka panjang per bulan Rp. 100, bungan dibayar tunai pada setiap akhir bulan, pajak perseroan 50% terutang. BAB 9 MANAJEMEN UTANG JANGKA PENDEK PENDANAAN SPONTAN (SPONTANEUS FINANCING) Kewajiban Spontan (Spontaneous Liabilities) Kewajiban spontan timbul dari berjalannya bisnis secara normal. Ada 2 komponen sumber utama kewajiban spontan: utang dagang (account payable) dan accruals. Selama penjualan perusahaan meningkat, utang dagang dan accruals akan naik sebagai respon dari kenaikan pembelian, gaji, dan pajak. Secara normal tidak ada biaya yang terkait dengan kewajiban jangka pendek tersebut. Sebagai komponen utama sumber pendanaan spontan jangka pendek, utang dagang adalah hasil dari pembelian secara kredit. Mungkin saja, supplier/pemasok sekali waktu menawarkan diskon tunai (cash discount). Tawaran diskon tunai ini kemungkinan dimanfaatkan atau kemungkinan diabaikan oleh perusahaan. Diskon tunai seharusnya diabaikan hanya jika perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek harus membayar tingkat bunga pinjaman yang lebih tinggi daripada biaya mengabaikan diskon tunai. Manajemen Utang Dagang (Account Payable Management): Utang dagang adalah sumber utama pendanaan jangka pendek tanpa jaminan (unsecured short term financing). Rata rata periode pembayaran (APP= Average Payment Period) adalah komponen terakhir dari siklus konversi kas yang merupakan siklus perubahan dari kas hingga menjadi kas kembali. Siklus konversi kas ini mengaitkan hubungan antara aktiva lancer dengan kewajiban lancar. Adalah tugas manager/eksekutif keuangan untuk dapat me-manage keuangan jangka pendek yang melibatkan aktiva lancer dan kewajiban lancar sedemikian rupa sehingga dapat menyeimbangkan trade off antara profitabilitas dengan risiko sehingga memberi kontribusi terhadap maksimisasi kemakmuran pemegang saham sebagai sasaran manajemen keuangan tercapai. Dalam manajemen utang dagang, beberapa istilah (term) yang perlu diperhatikan adalah rata rata periode pembayaran yang terdiri dari 2 bagian: 1. Waktu dari pembelian bahan baku sampai perusahaan mengirim pembayaran 2. Waktu setelah perusahaan mengirim pembayaran sampai supplier menerima dana dari rekening perusahaan, ini disebut dengan payment float time Spontaneous Liabilities Giving Up the Cash Discount Sasaran perusahaan adalah membayar selambat mungkin tetapi tanpa merusak nama baik perusahaan. Misal, PT. Sumber Makmur memiliki rata rata preiode pembayaran 35 hari, dengan rata rata utang dagang Rp. 473.958. Maka utang dagang perhari adalah Rp. 13.542. Jika Sumber Makmur mengirim pembayaran dalam 35 hari sebagai ganti 30 hari, hal ini akan menurunkan investasi dalam operasi sebesar Rp. 67.710 (5 hari x Rp. 13.542). Jika hal ini tidak merusak nama baik Sumber Makmur, jelas membayar lebih lambat akan lebih menarik. Memanfaatkan Cash Discount Syarat kredit yang ditawarkan supplier memungkinkan perusahaan menunda pembayaran atas pembelian. Akan tetapi, supplier mungkin mengaitkan biaya penawaran syarat kredit dalam harga jual. Oleh karena itu, seharusnya perusahaan menganalisis syarat kredit untuk menentukan strategi kredit terbaik. Jika diskon tunai (cash discount) ditawarkan, perusahaan mempunyai 2 opsi: memanfaatkan cash discount atau mengabaikannya. Jika perusahaan bermaksud memanfaatkan cash discount, sebaiknya pembayaran dilakukan pada hari terakhir periode diskon. Tidak ada biaya yang terkait dengan memanfaatkan cash discount. Misal, Sumber Makmur melakukan pembelian sebesar Rp. 1.000.000 pada tanggal 27 Februari dengan syarat kredit 2/10 net 30. Jika Sumber Makmur ingin memanfaatkan cash discount, maka pada tanggal 10 Maret akan membayar sebesar Rp. 980.000 [Rp.1.000.000 – (0,02 x Rp.1.000.000)] penghematan sebesar Rp.20.000. Mengabaikan Cash Discount Jika Sumber Makmur memilih mengabaikan cash discount, seharusnya pembayaran dilakukan pada hari terakhir periode kredit. Biaya mengabaikan cash discount (cost of giving up cash discount) terhitung pada tingkat bunga yang dibayarkan selama penundaan pembayaran. Misal, Sumber Makmur mengabaikan cash discount, pembayaran akan dilakukan pada tgl 30 Maret. Berarti ada ekstra penyimpanan uang selama 20 hari, akan tetapi Sumber Makmur mengabaikan peluang untuk membayar Rp.980.000 atas pembelian sebesar Rp.1.000.000, sehingga ada biaya sebesar Rp.20.000 atas ekstra 20 hari. Cost = % discount x 360 100% - %discount credit pd - discount pd Cost = 2% x 360 = 36.73% 100% - 2% 30 - 10 Sumber Makmur dapat memanfaatkan cash discount sepanjang dapat melakukan pinjaman yang berbiaya kurang dari 36,73%. Supplier Syarat Kredit Biaya Mengabaikan Cash Discount A 2/10 net 30 36,00% B 1/10 net 55 8,00% C 3/20 net 70 21,60% D 4/10 net 60 28,80% Dampak Memperpanjang Utang Dagang Memperpanjang utang dagang berarti melakukan pembayaran tagihan selambat mungkin tanpa merusak nama baik. Jika hal itu dilakukan akan dapat mengurangi biaya mengabaikan discount. Misal, Sumber Makmur mampu memperpanjang utang dagang sampai 70 hari tanpa merusak nama baik, biaya mengabaikan cash discount akan turun dari 36% menjadi 12% [ 2% x (360/60)]. Accruals - Accruals adalah kewajiban atas jasa-jasa yang telah diterima/dinikmati akan tetapi pembayaran belum dilakukan - Komponen yang paling umum dari accruals adalah: upah/gaji dan pajak - Jika pembayaran pajak ke pemerintah tidak dapat dimanipulasi, tetapi pembayaran ke tenaga kerja dapat dimanipulasi - Jika seandainya dapat dilakukan penundaan pembayaran upah/gaji, maka sedapat mungkin pembayaran upah/gaji diperpanjang selambat mungkin Pertanyaan Latihan 1. Dalam pendanaan jangka pendek, 2 komponen pendanaan spontan adalah utang dagang dan accruals, jelaskan mengapa keduanya disebut sebagai pendanaan spontan ? 2. Jelaskan apa saja komponen dari accruals,dan mengapa komponen tersebut menjadi salah satu bentuk dari pendanaan spontan ? 3. PT. Matahari sedang menganalisis syarat kredit dari 3 supplier, yakni: Supplier Syarat Kredit A 1/15 net 40 B 2/10 net 30 C 2/15 net 35 a. Tentukan approximate cost of giving up cash discount ? b. Asumsikan perusahaan membutuhkan dana jangka pendek, rekomendasikan apakah perusahaan harus mengabaikan cash discount atau meminjam dari bank dengan bunga 10%, evaluasilah setiap supplier ! UTANG JANGKA PENDEK SPONTAN UTANG JANGKA PENDEK NONSPONTAN TANPA JAMINAN UTANG JANGKA PENDEK NONSPONTAN DENGANJAMINAN BAB 10 RISIKO DAN IMBAL HASIL A. RISIKO BISNIS Dalam dunia bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi kaum kapiltalis adalah: (1) enggan menananggung risiko atau berupaya memperkecil risiko. (2) mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil klasik itu tidak pernah terjadi, sebab risiko berhubungan linier dengan hasil; makin kecil risiko makin kecil hasil dan makin besar risiko makin besar hasil. Kondisi eknomi merupakan faktor utama yang menentukan hasil dan risiko investasi. Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada umumnya semua investasi mendapatkan hasil negative; kondisi ekonomi normal mendapatkan hasil positif normal; kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil sangat positif. Untuk mengukur hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep probabilitas. Distribusi probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya masing-masing hasil yang mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita melakukan investasi tertentu dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat dan waktu tertentu. B. UKURAN HASIL DAN RISIKO Ukuran hasil dapat dinyatakan dengan hasil yang diharapkan (expected return) dan hasil yang diperlukan (required return). Hasil yang diharapkan ialah rata-rata hasil atau lazim disebut hasil normal. Sedangkan hasil yang diperlukan ialah hasil yang disesuaikan dengan : 1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga deposito Bank Sentral) 2) Premi risiko pasar (hasil pasar bursa dikurangi hasil bebas risiko) 3) Koefesiensi beta (covariasi hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu dibagi varian hasil pasar) Sedangkan ukuran risiko yang lazim dipakai adalah : 1) Deviasi standar atas hasil 2) Koefisiensi variasi 3) Koefisien beta C. DEVIASI STANDAR Risiko investasi pada umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang diharapkan. Teknik perhitungannya adalah : σa = - P ( R ER ) s σa Ps Ra a 2 a = deviasi standar hasil investasi proyek A = probabilitas kondisi ekonomi = hasil atas inevstasi pada proyek A ERa = hasil diharapkan (expected return) proyek A - D. KOEFISIEN VARIASI Untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan memilih investasi atas dasar hasil yang diharapkan dan risiko dengan menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan koefiien variasi (coefficient variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil yang diharapkan : CVj = j ER j Harta G H I Table 5.1 Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko Hasil Standar deviasi Koefisien variasi diharapkan 0,12 0,10 0,83 0,20 0,22 1,10 0,15 0,10 0,67 Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh Bahasa Indonesia, jilid 1. Jika standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko investasi secara individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan membagi standar deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan koefisien variasi, maka investor akan memilik proyek 1 karena koefisien variasinya paling kecil dibanding proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan bahwa investor hakikatnya adalah mencari risiko yang paling kecil, atau menghindari risiko. E. KOEFISIEN BETA Koefisien beta adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek investasi tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar. Teknik perhitungan itu dapat dinyatakan sebagai berikut : βj = Cov( R j , Rm ) 2 m Dimana : βj = koefisien beta (besarnya risiko) Cov (Rj,Rm) = kovarian hasil proyek j dengan hasil pasar Σ2 m = varian pasar RISIKO DAN IMBAL HASIL SIKAP INVESTOR TERHADAP RISIKO RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI SAHAM INDIVIDUAL RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI PORTFOLIO SAHAM RISIKO PERUSAHAAN DAN RISIKO PASAR MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL (CAPITAL ASSET PRICING MODEL/CAPM) BAB 10 RISIKO DAN IMBAL HASIL A. RISIKO BISNIS Dalam dunia bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi kaum kapiltalis adalah : (1) enggan menananggung risiko atau berupaya memperkecil risiko. (2) mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil klasik itu tidak pernah terjadi, sebab resiko berhubungan dengan hasil; makin kecil resiko makin kecil hasil dan makin besar resiko makin besar hasil. Kondisi eknomi merupakan factor utama yang menentukan hasil dan risiko investasi. Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada umumnya semua investasi mendapatkan hasil negative; kondisi ekonomi normal mendapatkan hasil positif normal; kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil sangat positif. Untuk mengukur hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep probabilitas. Distribusi probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya masing-masing hasil yang mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita melakukan investasi tertentu dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat dan waktu tertentu. B. UKURAN HASIL DAN RISIKO Ukuran hasil dapat dinyatakan dengan hasil yang diharapkan (expected return) dan hasil yang diperlukan (required return). Hasil yang diharapkan ialah rata-rata hasil atau lazim disebut hasil normal. Sedangkan hasil yang diperlukan ialah hasil yang disesuaikan dengan : 1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga deposito Bank Sentral) 2) Premi risiko pasar (hasil pasar bursa dikurangi hasil bebas risiko) 3) Keefesiensi beta (covariasi hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu dibagi varian hasil pasar) Sedangkan ukuran risiko yang lazim dipakai adalah : 1) Deviasi standar atas hasil 2) Keefisiensi variasi 3) Koefisien beta C. DEVIASI STANDAR Risiko investasi pada umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang diharapkan. Teknik perhitungannya adalah : σa = - P ( R ER ) s σa Ps Ra ERa a 2 a = deviasi standar hasil investasi proyek A = probabilitas kondisi ekonomi = hasil atas inevstasi pada proyek A = hasil diharapkan (expected return) proyek A D. KEEFISIEN VARIASI Untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan memilih investasi atas dasar hasil yang diharapkan dan risiko dengan menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan koefiien variasi (coefficient variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil yang diharapkan : CVj = j ER j Harta G H I Table 5.1 Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko Hasil Standar deviasi Koefisien variasi diharapkan 0,12 0,10 0,83 0,20 0,22 1,10 0,15 0,10 0,67 Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh Bahasa Indonesia, jilid 1. Jika standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko investasi secara individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan membagi standar deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan koefisien variasi, maka investor akan memilik proyek 1 karena koefisien variasinya paling kecil dibanding proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan bahwa investor hakikatnya adalah mencari risiko yang paling kecil, atau menghindari risiko. E. KOEFISIEN BETA Koefisien beta adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek investasi tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar. Teknik perhitungan itu dapat dinyatakan sebagai berikut : βj = Cov( R j , Rm ) 2 m Dimana : βj = koefisien beta (besarnya risiko) Cov (Rj,Rm) = kovarian hasil proyek j dengan hasil pasar Σ2 m = varian pasar RISIKO DAN IMBAL HASIL SIKAP INVESTOR TERHADAP RISIKO RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI SAHAM INDIVIDUAL RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI PORTFOLIO SAHAM RISIKO PERUSAHAAN DAN RISIKO PASAR MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL (CAPITAL ASSET PRICING MODEL/CAPM) BAB 11 PENILAIAN SURAT BERHARGA Harga (nilai) surat berharga pada dasarnya adalah present value dari aliran kas masa mendatang yang akan diberikan kepada pemegang surat berharga tersebut. Beberapa jenis surat berharga mempunyai skedul pemberian aliran kas di masa mendatang yang cukup jelas, sedangkan beberapa jenis yang lain mempunyai skedul pemberian aliran kas yang tidak cukup jelas. Meskipun demikian basis penilaian yang dipakai tetap sama, yaitu present value aliran kas di masa mendatang. 11.1 Penilaian Obligasi Obligasi adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau negara. Jangka waktu jatuh tempo obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek seperti satu tahun, dan ada yang jangka panjang, yaitu 30 tahun. Bahkan ada obligasi yang dikeluarkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tidak terbatas. Obligasi tersebut dinamakan consol. Obligasi mempunyai ciri pembayaran bunga yang bersifat tetap untuk setiap periodenya. Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut ini. 1) Nilai Nominal (Par Value) adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo. 2) Kupon Tingkat Bunga adalah tingkat bunga (dalam persentase berdasarkan nilai nominal) yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi. 3) Jatuh Tempo atau jangka waktu (usia) suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan tahun. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang obligasi sebesar nilai nominalnya. 11.1.1 Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas Nilai suatu obligasi bisa dihitung sebagai present value dari aliran kas yang akan diterima di masa mendatang oleh pemegang obligasi. Harga obligasi tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini. π π»π ππ = ∑ π π π π΅π’ ππ + …….. + π π + π . = Biasanya perusahaan pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai nominalnya sedemikian rupa sehingga harga pasar akan sama dengan nilai nominalnya. Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat keuntungan yang disyaratkan (kd) bisa berubah. Tingkat keuntungan yang disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko dan premi risiko. Tingkat keuntungan yang disyaratkan= aset bebas risiko + Premi risiko Tingkat keuntungan aset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut ini: 1) Premi maturity: Jangka waktu (jatuh tempo) yang berbeda menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin lama jatuh tempo, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. 2) Premi kebangkrutan: perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan. 3) Premi likuiditas: semakin likuid suatu aset, semakin rendah tingkat keuntungan yang disyaratkan. 4) Premi inflasi: secara umum jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga akan meningkat, termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko. Tingkat bunga nominal bisa dituliskan sebagai berikut: Tingkat bunga nominal = tingkat bunga riil + inflasi Bila Nilai pasar obligasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai nominalnya, maka obligasi dikatakan dijual dengan diskon (discount). Bila nilai pasar obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai nominalnya. Obligasi dikatakan dijual dengan premi (premium). Nilai pasar obligasi akan menyatu (converge) menjadi sama dengan nilai nominal pada saat jatuh tempo. 11.1.2. Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika obligasi tersebut dipegang sampai jatuh tempo (mature). Dalam beberapa situasi, perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai hak untuk melunasi obligasi sebelum jatuh tempo. Jika tingkat bunga pasar turun, maka insentif untuk melunasi akan semakin besar. Tingkat keuntungan yang diperoleh investor, jika investor tersebut memegang obligasi sampai dilunasi disebut sebagai Yield To Call (YTC). Dalam beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui istilah Yield Obligasi, atau sering disingkat menjadi Yield saja. Yield dihitung sebagai berikut: Yield= Bunga/Harga Pasar Obligasi Yield bukan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor obligasi. Tetapi yield sering dipakai sebagai indikator tingkat keuntungan, misal untuk menghitung tingkat keuntungan yang disyaratkan, atau dikaitkan dengan rating obligasi. 11.1.3 Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap Semester Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester (setengah tahun). Perhitungan harga obligasi dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama, tetapi ada beberapa penyesuaian: 1. Kupon bunga dibagi dua (karena bunga dibayar setiap semester) 2. Jangka waktu obligasi dikalikan dua 3. Tingkat diskonto juga dibagi dua. Formula untuk obligasi dengan karakteristik tersebut: π π»π ππ = ∑ π΅π’ ππ/ + π/ + π π π + π/ π …….. . = 11.1.4 Risiko Tingkat Bunga Tingkat bunga bisa berubah-ubah tergantung banyak faktor. Contoh, jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat. 1) Jangka Waktu Obligasi Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa faktor. Salah faktor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang, cateris paribus, mempunyai eksposur tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. 2) Obligasi Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh tempo. Obligasi tersebut dinamakan zero coupon bond atau zeroes. Harga= Nilai Nominal/(1 + r)n ……… (11.3) dimana r= tingkat bunga n= periode Dibandingkan dengan obligasi dengan bunga, apakah obligasi tanpa bunga lebih berisiko atau kurang berisiko? Kita bisa membandingkan obligasi tanpa bunga tersebut dengan obligasi yang membayarkan bunga 20% setiap tahun, dengan jangka waktu lima tahun. 11.2 Penilain Saham Saham merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen tersebut dibayarkan. Sama seperti pada penilaian obligasi, penilaian saham juga didasarkan atas present value aliran kas yang akan diterima oleh pemegang saham di masa mendatang. Karena pemegang saham akan menerima dividen dan capital gain (loss), maka aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen dan capital gain. Capital gain (loss) adalah selisih antara harga jual dengan harga beli. 11.2.1 Penilaian Saham yang dipegang Satu Periode Harga yang pantas tersebut bisa dihitung dengan formula sebagai berikut ini. π = ππ = dimana: π· +π 1 π + ……. +π 1 . Po = PV = harga saham yang pantas D1 = dividen yang akan dibayarkan satu tahun mendatang P1 = harga saham satu tahun mendatang ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham tersebut 11.2.2 Penilaian Saham yang dipegang Selamanya Dalam situasi ini aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen, karena diasumsikan saham akan dipegang selamanya. Model penilaian tersebut sering disebut juga sebagai model penilain dividen (dividend valuation model). Dengan demikian harga saham ditentukan oleh nilai sekarang dari aliran kas yang akan diterima investor dalam bentuk dividen. Ada beberapa variasi dalam model tersebut: a) Model dividen konstan b) Model dividen tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang konstan c) Model dividen dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda (tidak konstan). a) Model Dividen Konstan Model ini mengasumsikan dividen tidak tumbuh, dan saham dipegang selamanya. π = ππ = dimana π· + + π· + + π· + ……. PV= Harga saham D = Dividen perperiode yang besarnya konstan . ks= tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham Perhitungan di atas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini. Po = D / ks ........ (11.6) Simbol ~ menandakan jangka waktu yang tidak terhingga, yang berarti saham tersebut akan dipegang selamanya (tidak terhingga). Model tersebut barangkali bisa digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang sudah tidak tumbuh lagi (misal beroperasi di industri yang sudah dewasa), meskipun model tersebut nampak tidak realistis. Tetapi setidaknya model tersebut memberikan permulaan untuk penilaian saham. b) Model Dividen Tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan yang Konstan Biasanya perusahaan membayarkan dividen yang tumbuh. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin meningkat dividen yang dibayarkan. Dengan demikian dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tertentu. Misalkan pertumbuhan dividen kita anggap konstan, dan saham dipegang selamanya, harga saham dengan karakteristik tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini. P = PV = dimana: Do PV Do g ks +g + ks +β― Do + g n Do + g ~ + ……. + ks n + ks ~ .7 = Harga saham = Dividen pada tahun ke 0 (awal tahun) = tingkat pertumbuhan dividen = tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham Formula di atas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini. Po = D1 / (ks – g) dimana ……… (6) D1 = Dividen pada tahun ke satu Asumsi dalam formula di atas adalah ks > g. Jika ks < g, maka akan diperoleh pembagi yang negatif, sehingga nilai saham menjadi negatif. Karena nilai saham yang negatif tidak mungkin, formula di atas tidak bisa dipakai jika ks < g. 2.2.3. Model Dividen dengan Tingkat Pertumbuhan yang Berbeda (tidak konstan) Dalam model ini, saham diasumsikan tumbuh cepat pada tahun-tahun awal, kemudian tumbuh melambat dengan konstan selamanya. Skenario semacam itu bisa dipakai untuk perusahaan yang (misal) mempunyai produk baru yang tumbuh pesat pada tahun-tahun awal (sehingga mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi), kemudian kompetisi dan kejenuhan pasar membuat produk masuk dalam tahap kedewasaan. Pada tahap tersebut pertumbuhan mulai melambat. Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut ini. t PV ~ = ∑ D0 (1+g)i / (1 + ks)i + ∑ Dt (1+g)j / (1 + ks)j i=1 j=t+1 ......... (7) 2.2.4. Sumber Pertumbuhan Bagaimana menghitung tingkat pertumbuhan? Tingkat pertumbuhan menurut model aliran kas ditentukan oleh tingkat pertumbuhan aliran kas yang akan diterima oleh investor di masa mendatang, yang berarti tingkat pertumbuhan dividen. Meskipun demikian, dalam praktek analis sering juga menggunakan tingkat pertumbuhan EPS (Earning Per-Share) untuk menghitung tingkat pertumbuhan. Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut ini. t PV ~ = ∑ D0 (1+g)i / (1 + ks)i + ∑ Dt (1+g)j / (1 + ks)j j=t+1 ......... (7) i=1 2.2.4. Sumber Pertumbuhan Bagaimana menghitung tingkat pertumbuhan? Tingkat pertumbuhan menurut model aliran kas ditentukan oleh tingkat pertumbuhan aliran kas yang akan diterima oleh investor di masa mendatang, yang berarti tingkat pertumbuhan dividen. Meskipun demikian, dalam praktek analis sering juga menggunakan tingkat pertumbuhan EPS (Earning Per-Share) untuk menghitung tingkat pertumbuhan. Alternatif menghitung tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut ini. g = ROI × Investment Rate ……… (8) Dasar dari formula tersebut adalah jika perusahaan memperoleh keuntungan (laba), sebagian akan dibagikan ke pemegang saham (dividen), sebagian lagi akan ditanam kembali oleh perusahaan (investment rate). 2.3. Model Kelipatan (Multiple) Alternatif metode penilaian saham adalah penggunaan kelipatan (multiple) seperti Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV). PER bisa dituliskan sebagai berikut ini. PER = Harga pasar saham perlembar ------------------------------------- Earning perlembar saham Bagaimana menentukan PER yang ‘pantas’? PER bisa dilihat melalui beberapa cara, antara lain melalui PER rata-rata industri (perusahaan lain yang bergerak pada sektor yang sama) atau melalui PER satu atau beberapa perusahaan yang mempunyai karakteristik yang sama. Metode PBV mempunyai penggunaan yang sama dengan metode PER. PBV bisa dituliskan sebagai berikut ini. Harga pasar saham per-lembar Rasio PBV = ------------------------------------------Nilai buku modal saham per-lembar Model kelipatan relatif sederhana dibandingkan model penilaian berbasis present value aliran kas. Model penilaian berbasis present value aliran kas dengan model kelipatan bukan model yang saling menghilangkan. Akan lebih baik jika kedua model tersebut digunakan bersama, sehingga analis atau manajer keuangan bisa memperoleh informasi yang lebih baik, dan bisa mengambil kesimpulan lebih baik. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi PER? Harga saham menurut model PV aliran kas bisa dituliskan sebagai berikut ini. Dividen (t+1) P = -------------------ks – g Jika kedua sisi dibagi dengan E (earning per-lembar), dan karena dividen pada tahun pertama sama dengan dividen tahun 0 × (1 + g), kita akan memperoleh, P/E = [ Dividen 0 (1 + g) / (ks – g) ] × 1/E Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah tingkat pertumbuhan, ks (tingkat keuntungan yang disyaratkan), dividen pada tahun awal. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin tinggi pengurang pada pembagi di atas, berarti angka pembagi akan semakin kecil. Maka angka PER akan semakin tinggi. Prediksi semacam itu nampaknya didukung oleh kenyataan empiris. Tingkat keuntungan (ks) yang disyaratkan tergantung dari risiko. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi ks, maka pembagai akan semakin besar, yang mengakibatkan semakin kecilnya PER. Faktor terakhir adalah dividen. Dengan menganggap faktor lain konstan, perusahaan yang membayar dividen tinggi akan mempunyai PER yang tinggi juga. 3. Saham Preferen Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara karakteristik saham dengan obligasi. Saham preferen membayarkan dividen (mirip seperti saham), tetapi dividen tersebut dibayar tetap berdasarkan persentase tertentu dari nilai nominal saham preferen. Tetapi ada perbedaan lain. Karena dividen yang dibayarkan, perusahaan tidak mempunayi kewajiban untuk membayarkan dividen tersebut. Jika perusahaan gagal membayarkan dividen, maka perusahaan tidak bisa dibangkrutkan. Hal semacam itu berbeda dengan obligasi. Pada obligasi, jika perusahaan tidak bisa membayar bunga, maka perusahaan dibangkrutkan. Meskipun demikian, dividen saham preferen biasanya harus dibayarkan jika perusahaan membayarkan dividen untuk pemegang saham biasa. Formula untuk menghitung harga saham preferen adalah PV = ( D / kp) ……… (9) dimana PV = Harga saham preferen D = Dividen saham preferen kp = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham preferen 4. Penilaian Suatu Perusahaan[1] Pembicaraan sebelumnya memfokuskan konsep penilaian untuk surat berharga. Meskipun demikian, konsep penilaian juga bisa dilakukan, dan sering dilakukan, untuk menilai aset lainnya. Sebagai contoh, jika manajer keuangan ingin mengakuisisi (membeli) perusahaan lain, maka dia harus mengajukan harga penawaran. Untuk mengajukan harga penawaran tersebut, akan lebih baik jika ia mengetahui harga atau nilai yang pantas (seharusnya) untuk perusahaan tersebut. [1] McKinsey, Tom Copeland, Tim Koller, Jack Murrin, Valuation, Measuring and Managing The Value of Companies, Wley, New York, 2000. Ada dua hal yang harus diperhatikan: 1.Fokus kita adalah aliran kas, bukannya laba/rugi akuntansi 2.Kita memfokuskan pada aliran kas total yang akan diterima oleh semua investor (pemegang saham dan pemegang hutang). Nilai continuing value (CV) dihitung dengan menggunakan formula (lihat formula sebelumnya): Nilai CV = Free-cash flow (t+1) -----------------------WACC – g t+1 dalam tabel di atas adalah tahun 2009. Jika kita menggunakan NOPLAT (Net Operating Profit Less Adjusted Taxes), formula di atas bisa dihitung sebagai berikut ini. NOPLAT t+1 ( 1 – (g/ROIC)) Nilai CV = ----------------------------------WACC – g Dimana g = tingkat pertumbuhan ROIC = return on invested capital Formula di atas diturunkan sebagai berikut ini. Pertama, FCF = NOPLAT (1 – IR). IR adalah investment rate (tingkat penginvestasian kembali). Sebagian dari laba perusahaan ada yang dibagikan ke investor, ada yang diinvestasikan kembali. Laba yang dibagikan tersebut sama dengan laba total dikurangi jumlah yang diinvestasikan kembali. Formula di atas pada dasarnya bisa dibaca seperti itu. Kedua, g = ROIC × IR. Tingkat pertumbuhan sama dengan return on invested capital dikalikan investment rate. Tingkat pertumbuhan diperoleh dari seberapa besar dana yang diinvestasikan kembali (IR), dan seberapa besar dana tersebut menghasilkan keuntungan (ROIC). Kemudian kita bisa melakukan sedikit perubahan: IR = g / ROIC Setelah itu kita memasukkan kembali ke persamaan asal, sehingga kita akan memperoleh formula sebagai berikut. FCF = NOPLAT (1 – IR) FCF = NOPLAT (1 – (g / ROIC) Ilustrasi di atas menggambarkan penggunaan konsep penilaian dengan mempresent valuekan aliran kas di masa mendatang, untuk menilai suatu perusahaan. NILAI PERUSAHAAN NILAI FINANSIAL NILAI OBLIGASI NILAI SAHAM PREFEREN NILAI SAHAM BIASA HIPOTESIS PASAR EFISIEN BAB 12 PENGANGGARAN MODAL DALAM KONDISI KEPASTIAN Penganggaran modal atau capital budgeting ialah rencana kerja keuangan jangka panjang pada suatu proyek investasi. Misalnya penganggaran modal (investasi) pembelian kapal, mendirikan pabrik baru, mendirikan perusahaan baru, dan lainlain. Karena waktunya panjang, maka risikonya tinggi. Oleh sebab itu, para perencana investasi jangka panjang harus mampu memprediksi pendapatan dan biaya di masa depan. Kerangka Berpikir Penganggaran Modal Para perencana penganggaran modal harus memprediksi lima aspek, yaitu: 1) Pangsa pasar 2) Nilai investasi dan sumber pembiayaan 3) Biaya modal rata-rata tertimbang 4) Arus kas masuk bersih (net cash inflow) 5) Kelayakan proyek investasi Pangsa Pasar Pangsa pasar yang akan dikuasai, ini berkaitan dengan ramalan pendapatan di masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Artinya berisiko besar karena ketidakpastian tersebut. Para perencana harus yakin bahwa di masa mendatang pendapatan dapat diperkirakan mendekati kenyataan. Meramal kondisi pasar adalah sulit sekali, karena pasar ditentukan oleh situasi bisnis, situasi ekonomi dan situasi politik. Jika kondisi politik buruk, berdampak kondisi ekonomi buruk, dan akibatnya kondisi bisnis buruk dan sebaliknya. Bidang pasar ini harus dianalisis oleh beberapa ahli politik, ahli ekonomi dan ahli bisnis. Di samping itu, kondisi pasar juga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi yang demikian itu di luar kontrol manajemen perusahaan. Para ahli perencana investasi hanya bisa meramal berdasar data internal dan eksternal yang tersedia. Nilai Investasi dan Sumber Pembiayaan Jika pangsa pasar yakin bisa diketahui dan bisa dikuasai, maka selanjutnya merencanakan investasi jangka panjang dalam bentuk unit bisnis atau penggantian peralatan, atau produk baru, yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, misalnya Rupiah atau Dollar (Rp 1.000 atau Rp 1.000 juga atau Rp 1.000 milyar). Setelah nilai investasi ditetapkan kemudian disusun sumber pembiayaan, dari modal sendiri atau dari utang. Menghitung Biaya Modal Setiap modal menanggung biaya. Modal sendiri biayanya adalah hasil yang diharapkan oleh pemilik, sedangkan modal dari utang biayanya adalah bunga. Kedua biaya tersebut harus dihitung yang lazim disebut biaya rata-rata tertimbang, yang akan menjadi tingkat diskon (discount rate) terhadap arus kas masuk bersih investasi (net cash inflow). Formula net cash inflow yaitu : 1) EBDIT (1 – T) + T. Dep 2) EBIT (1 – T) + Dep 3) EAT + Dep + Interest (1 – T) Di mana : EBDIT : Earning Before Depreciation, Interest and Tax (laba sebelum penyusutan, bunga dan pajak) T : Tax, pajak perseroan (badan usaha) Dep : Depreciation (penyusutan) dari harta tetap EBIT : Earning Before Interest and Tax (laba sebelum bunga dan pajak) EAT : Earning After Tax (laba bersih setelah pajak) Interest : Bunga pinjaman, jika investasi menggunakan utang Kelayakan Proyek Investasi Setelah arus kas masuk bersih diketahui kemudian dihitung layak atau tidaknya proyek investasi, dengan cara : a. Nilai Tunai Bersih (Net Present Value atau NPV) Membandingkan nilai tunai arus kas masuk bersih dengan nilai tunai pengeluaran modal untuk investasi. Jika NPV positif, proyek layak, artinya bisa dilaksanakan. b. Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return atau IRR) Mencari discount rate yang dapat menyamakan besarnya nilai tunai arus kas bersih proyek dengan nilai tunai pengeluaran untuk investasi. Jika IRR lebih besar daripada biaya modal rata-rata tertimbang, maka proyek layak. c. Indek Profitabilitas (Profitability Index atau PI) Membagi jumlah nilai tunai arus kas bersih proyek dengan nilai tunai pengeluaran modal untuk investasi. Jika indeknya di atas satu, proyek layak. d. Tingkat Hasil Akuntansi (Accounting Rate of Return atau ARR) Membagi rata-rata laba bersih dengan nilai tunai pengeluaran modal untuk investasi. Jika besarnya ARR lebih besar daripada biaya modal, maka proyek layak. e. Lamanya Kembali Modal (Payback Periode atau PP) Lamanya kembali modal, yaitu nilai investasi sama dengan nilai tunai arus kas masuk bersih dalam beberapa tahun. Pada umumnya perencana investasi menentukan payback periode dalam tahun tertentu, misalnya 4 tahun. Praktik Penganggaran Modal Untuk memudahkan memahami teknik berpikir dan praktik penganggaran modal di bawah ini disajikan contoh praktis. Misalnya PT ABC merencanakan investasi dengan nilai investasi Rp 1.000, umur proyek 5 tahun. Proyek dibiayai oleh modal sendiri Rp 200 dan sisanya dibiayai oleh utang, dengan pembayaran kembali cicilan dan bunga secara anuitas. Biaya modal sendiri 24% dan biaya utang 20%, pajak perseroan 50%. Investasi tersebut dialokasikan ke modal kerja Rp 300 dan sisanya dialokasikan ke harta tetap dengan penyusutan angka tahun yang makin menurun (sum of year digit methode), dengan nilai sisa harta tetap Rp 150 dan modal kerja ditemukan kembali pada akhir umur proyek. Estimasi pendapatan dan biaya operasi tunai per kas adalah sebagai berikut : Tahun 1 2 3 4 5 Pendapatan Rp 1.200 Rp 1.400 Rp 1.250 Rp 1.400 Rp 1.200 Biaya Operasi Rp 800 Rp 950 Rp 1.100 Rp 1.100 Rp 900 Berdasarkan data di atas, dapat dihitung : Net Present Value, Internal Rate of Return, Accounting Rate of Return, Profitability Index, Payback Period dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama : Menghitung Beban Penyusutan Menghitung beban penyusutan harta tetap, nilai Rp 700, sisa Rp 150, harta tetap yang disusut Rp 550, selama lima tahun dengan model sum of year digit method. Jumlah angkat ahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15. Tahun 1 = 5/15 x 550 = 183 Tahun 2 = 4/15 x 550 = 147 Tahun 3 = 3/15 x 550 = 110 Tahun 4 = 2/15 x 550 = 73 Tahun 5 = 1/15 x 550 = 37 2. Langkah Kedua : Menghitung Beban Bunga Skedul Pembayaran Bunga dan Angsuran Besarnya anuitas, bunga 20% per tahun, pinjaman Rp 800. (Rp 800 / (PVIFA, 20%, 5 tahun) = (Rp 200 / 2,990) = Rp 267,56 dibulatkan Rp 268. Tahun 1 2 Pinjaman 800 692 Annuitas 268 568 Bunga 20% 160 138 Angsuran 108 130 3 4 5 Jumlah 562 406 219 268 268 268 1.340 112 81 *49 540 456 187 219 800 * Pembulatan pembayaran bunga. 3. Langkah Ketiga : Menghitung Arus Kas Masuk Bersih Proyeksi Arus Kas Masuk Bersih (Net Cash Inflow) Keterangan (tahun) Pendapatan Biaya operasi per kas EBDIT Depresiasi (SOYDM) EBIT Bunga EBT Tax 40% Earning After Tax (EAT) Net Cash Inflow - EBDIT (1 – T) + Tdep - EBIT (1 – T) + Dep - EAT + Dep + Interest(1 – T) Nilai sisa harta tetap Modal kerja akhir proyek Total Net Cash Inflow (NCI) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 1 2 3 4 5 1.200 1.400 1.250 1.400 1.200 950 1.100 1.100 900 800 400 183 217 160 57 -23 34 313 450 147 150 110 300 73 300 37 303 138 165 -66 99 40 112 -72 *+29 -43 227 81 146 -58 88 263 49 214 -86 128 329 134 209 195 150 300 313 329 134 209 645 * Catatan : Pada tahun ke 3, perusahaan rugi, maka pajaknya dihitung positif (+), artinya jumlah tersebut dapat dikurangkan pembayaran pajak tahun-tahun yang memperoleh laba. 4. Langkah Keempat : Menghitung Biaya Modal Biaya modal : 0,20 (1-0,4) (0,8) + 0,24 (0,2) = 0,1440 (14,40%), sebagai tingkat diskon atau discount rate (DR) untuk menghitung nilai sekarang dari hasil investasi (arus kas masuk bersih). 5. Langkah Kelima : Menghitung NPV Menghitung Net Present Value (NPV) Tahun 1 2 3 4 5 Arus Kas Masuk Diskon Faktor Nilai Tunai Bersih (Biaya Modal 14,4%) 313 *0,874 274 329 0,764 251 134 0,668 90 209 0,584 122 645 0,510 329 Total nilai tunai arus kas masuk bersih 1.066 Total investasi awal periode 1.000 Nilai tunai bersih (Net Present Value) 66 Kesimpulan : Proyek layak berdasarkan NPV, karena positif Rp 66. 2. Langkah Keenam : Menghitung IRR Menghitung Internal Rate of Return. Mencari NPV negatif pada discount rate tertentu, misalnya 20%. Tahun 1 2 3 4 5 Arus Kas Masuk Diskon Faktor Bersih (Biaya Modal 20%) 313 *0,833 329 0,694 134 0,579 209 0,482 645 0,402 Total nilai tunai arus kas masuk bersih Total investasi awal periode Nilai tunai bersih (Net Present Value) * 1/(1+0,20)1 1/(1+0,20)2 1/(1+0,20)3 Nilai Tunai 261 228 76 101 259 923 1.000 (77) 1/(1+0,20)4 1/(1+0,20)5 Internal Rate of Return (IRR) 1) IRR adalah titik impas investasi, di mana nilai tunai kas masuk bersih sama dengan nilai tunai investasi. Oleh sebab itu, harus dicari discount rate yang dapat menyamakan nilai tunai arus kas masuk bersih dengan nilai tunai investasi melalui trial dan error. 2) Tahap perhitungannya adalah bahwa jika nilai tunai bersih (Net Present Value) dari arus.Kas masuk bersih positif, maka harus menghitung arus kas masuk bersih dengan didskontokan persentase tertentu agar diperoleh NPV negatif. Kemudian dengan menggunakan model seperti diatas yaitu dengan discount 20% , sehingga memperoleh NPV negatif Rp 77. 3) Nilai tunai arus kas bersih dengan discount rate yang mempunyai NPV positif dibandingkan dengan nilai tunai arus kas masuk bersih yang mempunyai NPV negatif, hasilnya sebagai penyebut dalam menghitung IRR. Proses perhitungannya sbb: 4) IRR Tingkat Diskon 14,40% 20,00% 5,60% NPV Tingkat Diskon Rendah 1.066 1.000 66 Selisih Nilai Tunai 1.066 923 143 IRR 14,40% + (66/143)(5,60%) = 14,40% + 2,5844% = 16,9844%. Dibulatkan 16,98%. Setelah IRR diketahui, maka dibuktikan bahwa nilai tunai arus kas masuk bersih sama dengan nilai tunai investasi sbb : 3. Langkah Ketujuh : Pembuktian IRR skedul IRR pembuktian bahwa pada IRR 16,98% , terjadi titik impas investasi yaitu besarnya nilai tunai arus kas masuk bersih sama dengan nilai investasi pada awal periode. Tahun Arus kas IRR Masuk Bersih 16,98% 1 313 *0,855 2 329 0,731 3 134 0,625 4 209 0,534 5 645 0,456 Nilai tunai arus kas masuk bersih Nilai tunai Investasi Nilai tunai (Net Present Value=NPV) * ** Nilai Tunai 268 240 84 112 294 **998 1.000 2 1/(1+0,1698)1 1/(1+0,1698)2 1/(1+0,1698)3 1/(1+0,1698)4 1/(1+0,1698)5 Mestinya Rp 1.000, hal itu terjadi karena pembulatan IRR dari 16,9844% menjadi 16,98%. 4. Langkah Kedelapan : Menghitung Profitability Index Profitability Index (PI) 1.85/1,000=1,085X, layak karena diatas satu. 5. Langkah Kesembilan : Menghitung Accounting Rate of Return Accounting Rate of Return (ARR) adalah rata” laba bersih dibaagi nilai investasi. [(34+99+(-101)+88+128)/5] / 1.000 = 0,0496, kurang layak karena dibawah biaya modal 14,40%. 6. Langkah Kesepuluh : Menghitung PayBack Periode PayBack Period 1. 313+329+134+209=985, kira” 4 tahun lebih sedikit, untuk mencapai Rp 1.000 2. jika manajemen menginginkan payback period 3tahun, maka peroyek tersenut tidak layak. PENTINGNYA PENGANGGARAN MODAL MOTIF UTAMA PENGANGGARAN MODAL ARUS KAS TAHAPAN PENGANGGARAN MODAL RISIKO DALAM PENGANGGARAN MODAL TEKNIK PEMINIMALAN RISIKO BERDIRI SENDIRI KENDALA DALAM PENGANGGARAN MODAL BAB 13: BIAYA MODAL PENGERTIAN BIAYA MODAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA MODAL KOMPONEN BIAYA MODAL BIAYA MODAL SECARA INDIVIDUAL BIAYA MODAL RATA-RATA TERTIMBANG BIAYA MODAL MARGINAL PENGGABUNGAN BIAYA MODAL MARGINAL DENGAN SKEDUL BAB 13 BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL) PENGERTIAN BIAYA MODAL Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA MODAL 1. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan. Tingkat Suku Bunga. Jika suku bunga yang berlaku meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar kupon kepada pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal dalam bentuk utang. Tarif Pajak. Tarif Pajak digunakan dalam penghitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal. 2. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan. Kebijakan Struktur Modal. Penghitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap komponen modal dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah. Kebijakan Dividen. Penurunan ratio pembayaran dividen mungkin dapat menyebabkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik. Kebijakan Investasi. Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal. berrisiko. Besar KOMPONEN BIAYA MODAL Komponen biaya modal terdiri dari: Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang); Preferred Stock (Saham Preferen); dan Common Equity (Saham Biasa dan Laba ditahan). BIAYA MODAL SECARA INDIVIDUAL Biaya Modal dari Hutang (Cost of debt/Cod) Perniagaan. Biaya modal ini bersifat explicit, karena perusahaan gagal membayar pada tepat waktu, sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan discount. = β π π % Cod After Tax = (Cod before tax)(1-t). Biaya Modal dari Hutang Wesel. Dalam hutang wesel bunga dibayar dimuka, dengan memotong jumlah yang akan diterima. = π − π % π Cod After Tax = (Cod before tax)(1-tax). Biaya Modal dari Hutang Jangka Pendek. Hutang jangka pendek dikeluarkan oleh bank, disebut kredit bank, jangka waktu pinjaman paling lama satu tahun. Biasanya bank memotong bunganya di depan, plus premi asuransi, sehingga jumlah yang diterima di bawah nilai nominal hutangnya. = π π π +π π π − π π+π % Cod After Tax = (Cod before tax)(1-tax). Biaya Hutang dari Obligasi. Dapat dihitung dengan dua cara, yaitu denga rumus pendek atau Short Cut Formula, dan dengan Metode Accurate (menggunakan tabele Present Value). Short Cut Formula: (before tax) = + π+ −π % dimana: C = Annual Interest Payment. F = Value of Bond. P = Market Price of Bond. N = Period. Metode Accurate. Metode ini diselesaikan dengan trial and error, menggunakan tabel PV kemudian diinterpolasi. Interpolasi: Selisih Bunga Selisih PV of Int. & NV of Bond Selisih PV of Interest dengan PV of Market Value of Bond Bunga I Bunga II PV of Int. & VB I PV of Int. & VB II PV of Interest & VB I PV of Nominal Value of Bond A B = +( ) C % YTM After Tax = (YTM before tax)(1-t). Biaya Penggunaan Modal dari Saham Preferen. Biaya modal saham preferen adalah sebesar tingkat keuntungan yang diisyaratkan atau diharapkan oleh pemegang saham preferen. π β π ( )= π % Biaya modal saham preferen sudah diperhitungkan atas dasar sesudah pajak. Biaya Modal dari Laba Ditahan (Retained Earnings). Biaya modal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam saham yang diharapkan akan diterima. Ini berarti sama dengan biaya modal dari saham biasa. Biaya modal dari laba ditahan dapat dihitung dengan menggunakan 3 model pendekatan: 1. Model Pendiskontoan Aliran Kas. Model ini dihitung dengan mengestimasikan biaya modal dengan mendiskontokan aliran kas, yaitu dari dividen yang diharapkan akan diterima pemegang saham. ∞ π =∑ = + π dimana: Po = Harga pasar saham saat ini. Dt = Dividen diterima untuk periode t ke = Expected return bagi investor. Besarnya ke ditentukan oleh besarnya dividen yang diharapkan akan diterima selama periode t. Saham dimiliki untuk jangka waktu tidak terbatas, dan dividen tidak mengalami pertumbuhan, maka biaya modalnya menjadi: π = % π Namun yang lebih realistis sesuai dengan harapan investor dividen mengalami pertumbuhan, sebesar g. Sehingga biaya modalnya menjadi: ∞ +g π =∑ + = dimana π merupakan dividen yang diterima pada t = 0. Diasumsikan bahwa π = dimana; g, maka persamaan tersebut dapat diubah menjadi: % −g π π> D1 = Do(1+g) maka, biaya modal sendiri dapat ditulis: π = π +g Model ini juga dapat digunakan untuk dividen yang meng-alami pertumbuhan beberapa tahap. π =∑ = =∑ = +g + π + +g + π + + π + + π π−g dimana: π = Harga pasar saham. g = Tingkat pertumbuhan dividend tahap pertama. g = Tingkat Pertumbuhan dividend tahap kedua. m = Periode waktu pertumbuhan. 2. Model Penentuan Harga Aktiva (CAPM). Biaya modal dihitung dengan memperhatikan premium risiko pasar dan beta saham. k e = Rf + i(Rm – Rf) dimana: Rf = Tingkat keuntungan bebas risiko. Rm = Tingkat keuntungan pasar. = Beta saham perusahaan. Persamaan tersebut sebenarnya diperoleh dari persamaan Garis Pasar Sekuritas (GPS), sebagai berikut: Ri = R f + i (Rm – Rf) dimana: Ri = Tingkat keuntungan yang diharapkan pemilik saham biasa. Ri = k e I GPS ke2 ke1 Rf Risiko, . 0 1 2 3. Model Bond Yield Premium Risk. Model ini biasanya digunakan oleh para analis yang tidak mempercayai CAPM. Model ini lebih subyektif, hanya menambahkan premi risiko mereka sendiri sebesar 3 sampai dengan 5 poin persentase. ke = Hasil Obligasi + Premi Risiko. Semakin berisiko obligasi, maka biaya modalnya akan menjadi lebih tinggi pula. Biaya Modal dari Emisi Saham Baru. Biaya modal dari emisi saham baru lebih tinggi dari biaya modal dari laba ditahan, karena saham baru dibebani biaya emisi (flotation cost). π πβ = −π π π β π π π Catatan: Persentase biaya emisi dihitung dari harga jual sebelum dikurangi biaya emisi. Atau: π π·1 =π πππ‘ % dimana: = Dividen yang diharapkan. π π = Harga pasar saham dikurangi biaya emisi saham. Jika diharapkan dividen akan mengalami pertumbuhan selamanya sebesar g, maka besarnya biaya modal: π = +g π π BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN. Tingat biaya modal yang harus dihitung perusahaan adalah tingkat biaya modal secara keseluruhan. Penghitungannya menggunakan konsep Weighted Average Cost of Capital (WACC). Biaya Masingmasing Komponen Bond Payable 10% Prefered Stock 15% Common Stock 21% Jumlah Komponen Modal Jumlah Modal Persentase $ 100,000 $ 100,000 $ 300,000 $ 500,000 20% 20% 60% 100% Tambahan Modal. Tambahan modal akan dapat mengakibatkan kenaikan Marginal Cost of Capital (MCC), sehingga WACC-nya naik, apabila tambahan modal tersebut begitu besarnya sehingga perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Supaya tambahan modal tidak menaikan WACC, maka tambahan modal harus memperhatikan besarnya laba ditahan pada periode tersebut. Besarnya tambahan modal yang diperlukan supaya tidak meningkatkan WACC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: β πΏ = ππ π π·π β ππ β π΅π Misalkan, diketahui: Komponen Modal Jumlah Modal Obligasi Saham Preferen Saham Biasa Jumlah Rp 200.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Rp 750.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Biaya masingmasing komponen 4,8% 10% 12% Persentase dari total 20% 5% 75% 100% Dalam operasinya perusahaan memperoleh laba ditahan sebesar Rp 150.000.000,00. Besarnya tambahan modal maksimum yang diperlukan untuk mempertahankan WACC-nya adalah: β 5 . = . ,75 , = . . , Jika tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, maka WACC-nya akan naik, karena perusahaan harus menerbitkan saham baru. Dimana penerbitan saham baru ini akan dibebani biaya emisi atau flotation cost, sehingga WACC-nya naik. π β = π β − π π π Marginal Cost of Capital (MCC). Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan ru-piah modal baru; biaya rata-rata tertimbang dari rupiah terakhir modal baru yang diperoleh. Skedul biaya modal marginalnya sebagai berikut: WACC (%) WACC = MCC 15 0 1 2 3 4 Jutaan Rupiah Modal Baru MCC tetap, karena setiap rupiah tambahan modal baru mempunyai biaya sebesar 15%. WACC (%) MCC 11,46 10,46 0 500 Jutaan Rupiah Modal Baru Skedul Biaya Modal Marginal Jika tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, misalkan Rp 500 juta berarti perusahaan harus menerbitkan saham baru, sehing-ga WACC-nya naik menjadi 11,46%. Komposisi Tambahan Modal: Jika Rp 200 juta Obligasi Rp 40 juta Saham Preferen Rp 10 juta Laba Ditahan Rp 150 juta Jika Rp 500 juta Obligasi Saham Preferen Saham Biasa Rp 100 juta Rp 25 juta Rp 375 juta Biaya Modal dari Depresiasi. Biaya modal dari depresiasi sama dengan biaya modal rata-rata sebelum menggunakan modal yang berasal dari emisi saham baru. Skedul Oportunitas Investasi (IOS). Merupakan sebuah grafik dari oportunitas investasi perusahaan yang diberi peringkat berdasarkan tingkat pengembalian proyek tersebut. Return (%) A = 13% 13 B = 12,5% C = 12% 12 MCC 10 IOS D = 10,2% 0 50 100 150 Baru. Proyek A B C D Modal (Rp) 50.000.000 50.000.000 80.000.000 80.000.000 Return (%) 13,00 12,50 12,00 10,20 Anggaran Modal Optimal sebesar Rp180 juta 200 Tambahan Jutaan Modal BAB 14: LEVERAGE DAN STRUKTUR MODAL JENIS-JENIS LEVERAGE LEVERAGE OPERASI LEVERAGE FINANCIAL LEVERAGE KOMBINASI INDIFFERENT POINT PENGERTIAN STRUKTUR MODAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL TEORI STRUKTUR MODAL TEKNIK ANALISIS PENGELOLAAN STRUKTUR MODAL Bab 14 LEVERAGE DAN STRUKTUR MODAL JENIS-JENIS LEVERAGE Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Sehingga dalam hal ini leverage dibagi menjadi dua, yaitu: a. Leverage Operasi atau operating leverage yaitu penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. b. Leverage Financial atau financial leverage ialah penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga. Jika dihubungkan dengan laporan laba rugi leverage operasi dan leverage financial akan nampak sebagai berikut: Penjualan xxx Harga Pokok Penjualan xxx Laba Kotor xxx Leverage Operasi Biaya Operasi xxx EBIT xxx Bunga xxx EBT xxx Leverage Financial Pajak xxx EAT xxx LEVERAGE OPERASI Leverage operasi bertujuan untuk mengetahui atau mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi. Sehingga ukuran leverage operasi adalah degree of operating leverage (DOL), artinya jika DOL diketahui bernilai 2 maka jika penjualan mengalami kenaikan atau penurunan 10%, keuntungan bisa diprediksikan akan naik atau turun sebesar 2 kali kenaikan atau penurunan penjualan tersebut, berarti 2 x 10%, yanng dapat dihitung dengan rumus berikut: πΏ= % π’ β % πΌ Atau πΏ= − − − − − − − Dimana: Q = Kuantitas P = Harga per unit V = Biaya Variabel/unit BT = Biaya Tetap S = Penjualan BV = Biaya Variabel Total LEVERAGE FINANCIAL Leverage financial untuk mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT). Ukuran tingkat leverage financial adalah Degree of financial leverage (DFL), yang dapat dihitung dengan rumus: πΏ= πΌ πΌ −πΌ = − − − −πΌ Dimana: EBIT = Earning Before Interest and Tax Q = Kuantitas P = Harga per unit V = Biaya Variabel/unit BT = Biaya Tetap I = Bunga dalam rupiah LEVERAGE KOMBINASI Kita juga bisa mengetahui efek perubahan penjualan terhadap perubahan laba untuk pemegang saham atau EAT yaitu combine leverage. Combine leverage adalah pengaruh perubahan penjualan terhadap laba setelah pajak. Bila diketahui combine leverage 3 artinya perubahan penjualan 20% akan mempengaruhi laba setelah pajak sebesar 3 x 20% = 60%, dan untuk menghitung Degree of Combine Leverage dengan rumus berikut: πΏ= − = πΌ −πΌ − − − −πΌ INDIFFERENT POINT Dalam memenuhi sumber dananya perusahaan dapat memilih beberapa alternatif sumber pendanaan. Melalui modal sendiri atau modal asing (hutang), dengan catatan harus mampu menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham yang dihitung dengan EPS dan ROE. Sehingga perlu diketahui pada posisi EBIT berapa terjadi kesamaan antara EPS dan ROE yang akhirnya disebut dengan Indifferent Point, yang dapat dicari dengan rumus berikut: πΌ = 1− = − 1− Dimana: IP = Indifferent Point X = EBIT pada indifferent point c = bunga hutang (Rp) T = Pajak S1 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal sendiri S2 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal asing. PENTINGNYA KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan kebijaksanaan struktur modal antara lain: a. Persesuaian (suitability); b. Pengawasan (control); c. Laba (earning per share); dan d. Tingkat risiko (riskness). dalam penentukan TEORI STRUKTUR MODAL Struktur modal untuk menjelaskan keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dengan tiga teori pendekatan yaitu: a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income); b. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income); dan c. Pendekatan Tradisional. Teori struktur modal tersebut sementara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat struktur modal yang optimal atau paling tidak dalam satu rentang waktu tertentu untuk setiap perusahaan; b. Meskipun hingga saat ini masih sulit untuk menentukan secara pasti satu struktur modal yang optimal; dan c. Pemahaman konsep struktur modal membantu manager keungan untuk mengidentifikasikan faktor utama yang mempengaruhi struktur modal yang optimal. Simbol-simbol yang akan dipergunakan dalam pembahasan ini dalam berbagai formula adalah: E = nilai pasar saham biasa perusahaan yaitu sebesar harga per lembar saham dikalikan dengan jumlah sahan yang beredar. D = nilai pasar utang perusahaan; dan untuk menyederhanakan dianggap perusahaan hanya menggunakan satu kelas utang. V = total nilai perusahaan yang tidak lain adalah merupakan penjumlahan dari nilai modal sendiri (E) dan nilai utang (D). EBIT = adalah laba sebelum bunga dan pajak Kd = tingkat bunga utang perusahaan atau biaya utang. Ke = biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang diisyaratkan atasa saham biasa. Ko = biaya modal rata – rata tertimbang. T = adalah tingkat pajak perusahaan STRUKTUR MODAL OPTIMAL. Pada dasarnya bentuk yang mendasar tentang pendanaan bagi perusahaan adalah modal sendiri (Equity) dan hutang (debt). Kombinasi optimal equity dan debt dalam struktur permodalan perusahaan telah sejak lama menjadi salah satu topik utama dalam teori corporate financial. Tidak dapat disangkal bahwa pendanaan melalui hutang akan memungkinkan perusahaan untuk merealisasi kesempatan investasi yang menguntungkan di tengah kondisi keterbatasan ekuitas. Disamping itu sifat tax deductability, dari interest payment juga seringkali dipandang sebagai daya tarik pendanaan melalui pinjaman bank. Namun penggunaan pinjaman bank, sampai suatu titik tertentu (berlebihan), justru dapat menimbulkan beban bagi perusahaan, seperti tergangunya arus kas karena beban pembayaran dan bunga yang berlebihan. Struktur keuangan perusahaan tercermin dalam semua pos pada sisi pasiva neracanya. Seluruh pos ini bila dikurangi dengan kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo adalah struktur permodalan perusahaan. Sisi kanan perusahaan identik dengan sumber dana yang diperoleh perusahaan yang menciptakan adanya kewajiban termasuk equitas aau modal sendiri. Kewajiban yang terjadi harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak melebihi kekayaa perusahaan. Penyebab ketimpangan ini adalah kerugian yang menimbulkan equitas negative sehingga kewajiban melebihi kekayaan yang menimbulkan konsisi insolvensi. Kesalahan mengelola keuangan perusahaan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Itulah yang terjadi terhadap perusahaan – perusahaan di Indonesia pada akhir – akhir ini. Misalnya menggunakan pinjaman jangka pendek untuk investasi janga panjang, tidak menggunakan lindung nilai (hedging) atas pinjaman dalam mata uang asing dan sebagainya (Sinaga, 1990). Teori struktur modal memberikan landasan berfikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu, memberikan nilai perusahaan yang optimal. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai berikut : (Weston dan Bringham, 1990): = πΌ Keterangan: V = Value ot the Firm (Nilai perusahaan). EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak. WACC = Weight Average Cost of Capital (Biaya modal rata-rata tertimbang). EBIT merupakan hal yang given, karena ditentukan oleh faktor – faktor diluar kemampuan manager keuangan. Dalam hal ini kondisi makro ekonomi dan upaya – upaya dari divisi pemasaran lebih merupakan fasktor penentu. Namun demikian, nilai perusahaan dapat dioptimalkan melalui rekayasa struktur keuangan perusahaan agar kombinasi model tertentu, menghasilkan WACC (Weight Average Cost of Capital) yang minimal dengan mempertimbangkan tingkat bunga, risiko dan akspektisasi EBIT (Weston dan Copeland, 1997). Struktur keuangan perusahaan akan menentukan Earning Per Share perusahaan. Net Profit bukan merupakan indikator yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal. Efisiensi penggunaan modall ditunjukkan oleh besarnya EPS yaitu besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh setiap unit modal atau saham yang disetorkan pemilik perusahaan. Semakin besar EPS yang dihasilkan semakin efisienlah penggunaan modalnya. Pada saat EBIT berada pada tingkat yang lebih rendah pada tingkat suku bunga, maka alternatif yanga paling menguntungkan dan aman adalah pembiayaan melalui ekuitas (equitas financial), ini akan memberikan EPS yang paling tinggi, = πΌ sedangkan pada saat EBIT yang dihasilkan perusahaan lebih besar dari tingkat suku bunga maka alternatif pembiayan terbaik adalah melalui pinjaman hutang (debt financial). Mengapa demikian? Hal tersebut terjadi karena pada saat tingkat pengembalian atas modal (return on investment) lebih besar dari tingkat suku bunga, maka setiap tambahan modal yang berasal dari pinjaman, akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kenaikan income perusahaan dibandingkan dengan marginal cost-nya (dalam hal ini tingkat suku bunga). RIsiko bagi kreditor akan meningkat sejalan dengan kenaikan leverage, sehingga tingkat bunga yang ditanggung perusahaan juga akan meningkat. PEMBIAYAAN DENGAN HUTANG Utang merupakan salah satu unsur dari struktur keuangan yang merupakan alat pembiayaan bagi aktiva perusahaan. Utang mempunyai konsekuensi beban tetap yang berupa interest expense. Dengan beban tetap, utang akan berpengaruh terhadap survive-nya suatu perusahaan. Pengelolaan hutang yang tepat akan menambah kuatnya struktur keuangan. Utang usaha juga merupakan sumber pembiayaan yang penting bagi perusahaan karena dengan hutang perusahaan akan mampu mengungkit (leverage) kemampuannya, dibanding apabila hanya bertumpu pada modal sendiri. Hutang sebenarnya sangat penting dan berguna bagi perusahaan, karena dengan hutang diharapkan dapat memperbesar pengembalian modal sendiri. Permasalahannya, dengan hutang akan meningkatkan risiko bagi perusahaan ini dapat diilustrasikan dalam contoh hipotesis berikut. Misalnya, ada tiga perusahaan A, B, dan C. Ketiga perusahaan ini mempunyai kondisi yang sama, kecuali dalam hal bauran modalnya, atau besarnya utang. Besarnya utang jangka panjang ditambah ekuitas sama, yaitu sebesar Rp1.000.000,00. Kondisi struktur modal dapat dilihat dalam Tabel 1. Untuk melihat pengaruh besarnya utang atau struktur modal terhadap EPS, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Contoh Hipotesis Struktur Modal Ordinary Share Perusahaan A Equity (Rp 100,00/lbr Rp1.000.000,00 Debt (20%) Perusahaan A, B dan C. Perusahaan B Perusahaan C Rp 800.000,00 Rp 500.000,00 Rp 200.000,00 Rp 500.000,00 Tabel 2. Pengaruh Struktur Modal terhadap EAT dan EPS (dalam rupiah). Keterangan EBIT Interest(20%) EBT Tax (40%) EAT EPS Perusahaan A 150000 150000 60000 90000 9 200000 200000 80000 120000 12 250000 250000 100000 150000 15 Perusahaan B 150000 40000 110000 44000 66000 8,25 200000 40000 160000 64000 96000 12 250000 40000 210000 84000 126000 15,75 Perusahaan C 150000 100000 50000 20000 30000 6 200000 100000 100000 40000 60000 12 250000 100000 150000 60000 90000 11 Pada tabel 1 di atas, tampak bahwa total modal yang diinginkan adalah Rp1.000.000,00 dan biaya hutang adalah 20%. Berdasarkan pada Tabel 2, dapat diperoleh EBIT (earning before interest and tax) berada pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat suku bunga (contoh diatas EBIT sebesar Rp 150.000,00), maka Earning Per Share yang tertinggi adalah pada saat modal lebih banyak dibiayai dari modal sendiri. Alternatif A, modal sendiri sebesar Rp 1.000.000,00 utang Rp. 0,00, EPS-nya Rp. 9,00, alternatif B, modal sendiri sebesar Rp. 800.000,00, utang Rp 200.000,00, EPS-nya 8,25. Dan alternatif C, modal sendiri Rp 500.000,00 utang Rp 500.000,00, EPS-nya sebesar Rp 6,00. Dalam kondisi EBIT sama dengan biaya utang Rp 200.000,00 maka EPS yang dihasilkan untuk semua alternatif adalah sama, yaitu Rp 12,00, sedangkan dalam kondisi EBIT berada pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga.