BAB 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN

advertisement
BAB 1
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
1.1 PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen
Keuangan
mencakup
aktivitas
perencanaan,
penganggaran, pengelolaan, pencarian, penyimpanan, dan pengendalian
dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Perencanaan Keuangan
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membuat rencana pemasukan
dan pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
Penganggaran Keuangan merupakan tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat rincian pengeluaran dan pemasukan.
Pengelolaan keuangan dimaksudkan untuk menggunakan dana perusahaan
untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. Pencarian
keuangan yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional kegiatan perusahaan. Penyimpanan keuangan dilakukan untuk
mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan
aman. Pengendalian keuangan yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
Secara spesifik Manajemen Keuangan (Financial Management) adalah
segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Manajemen
keuangan harus dapat menerjemahkan tujuan strategis ke dalam tujuan
jangka pendek.
1.2 PERKEMBANGAN MANAJEMEN KEUANGAN
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
permasalahan yang dihadapi dunia bisnis, manajemen keuangan mengalami
perkembangan/evolusi sebagai berikut:
Perfect capital Market
Secara umum pasar modal sempurna memiliki karakteristik: 1) tidak ada
biaya transaksi, 2) tidak ada pajak, 3) ada cukup banyak pembeli dan
penjual, 4) ada kemampuan akses yang sama ke pasar, 5) tidak ada biaya
informasi, 6) setiap orang memiliki harapan yang sama, 7) tidak ada
biaya yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan.
Discounted Cash Flow
Teori ini dikembangkan oleh John Burr Williams dan Myron J. Gordon.
Konsep dasar dari teori ini adalah pada nilai waktu uang (time value of
money). Aliran kas yang akan diterima pada masa depan dapat dinilai
sekarang menggunakan faktor diskonto. Faktor diskonto ini misalnya
berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di masa depan tersebut
dinamakan
pendiskontoan
aliran
kas
(cashflow
discounted).
1
2
Pendiskontoain kas ini dimaksudkan untuk menilai aliran kas di masa
depan yang dinilai sekarang (presen value).
Capital Structure Theory
Teori ini dikembangankan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller
tahun 1958 atau sering dinamakan teori MM. Teori yang dikembangkan
bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada arus penghasilan di masa
depan (future earning streams) dan oleh karena itu tidak tergantung pada
struktur modal. Teori MM yang pertama ini mengasumsikan pada pasar
modal sempurna dan tidak ada pajak, sehingga sering disebut model
MM-Tanpa Pajak. Sekitar tahun 1963 model ini disempurnakan dengan
model MM-Dengan Pajak. Adanya pajak penghasilan, hutang dapat
menghemat pajak yang dibayar. Tetapi teori ini mengabaikan bahwa
hutang yang besar dapat menimbulkan financial distress. Karena ada
kelemahan ini kemudian model ini diperbaiki yang sering disebut tax
saving-financial cost trade off theory.
Dividend Theory
Teori ini juga dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, bahwa
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena setiap
rupiah pembayaran dividen akan mengurangi laba ditahan yang
digunakan untuk membeli aktiva baru.
Teori Portfolio dan Capital Asset Pricing Model
Teori Portfolio modern dikembangkan oleh Harry Markowitz tahun 1952
dan tahun 1990 mendapat hadiah nobel. Pelajaran utama dari teori ini
adalah bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan
beberapa jenis aktiva berisiko daripada hanya memegang salah satu jenis
aktiva saja. Teori yang berkaitan dengan teori portfolio adalah Capital
asset Pricing Model yang dikembangkan Sharpe, John Litner dan Jan
Mossin yang secara terpisah menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
yang disyaratkan pada suatu aktiva berisiko merupakan fungsi dari tiga
faktor: 1) tingkat keuntungan bebas risiko, 2) tingkat keuntungan yang
disyaratkan pada portfolio dengan risiko rata-rata dan 3) volatilitas
tingkat keuntungan aktiva berisiko tersebut.
Option Pricing Theory
Option adalah hak untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada harga
yang telah ditentukan pada waktu yang telah ditentukan pula. Teori ini
secara formal dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang
sering disebut Black-Scholes Option Pricing Model.
Efficient Market Hyphothesis
Teori ini dikembangkan oleh Eugene F. Fama. Terminologi efisien dalam
teori ini pada efisiensi secara informasi. Teori ini mengatakan jika pasar
efisien maka harga merefleksikan seluruh informasi yang ada.
Menurut teori ini pasar efisien dibagi menjadi tiga:
3
Pasar efisien bentuk lemah (Weak form): jika harga sekuritas
mengekspresikan seluruh informasi harga di masa lalu, sehingga upaya
investor untuk memperoleh excess return dengan memanfaatkan data
harga di masa lalu adalah sia-sia (harga adalah Random walk).
Efisiensi bentuk setengah kuat (Semi strong form): jika harga
mencerminkan informasi harga historis plus informasi yang tersedia bagi
publik.
Efisiensi bentuk kuat (Strong form): jika harga sekuritas
mengekspresikan seluruh informasi yang ada, baik harga sekuritas masa
lalu, informasi yang tersedia bagi publik, maupun informasi yang bersifat
privat.
Agency Theory
Teori ini dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling.
Teori ini muncul karena adanya keterpisahan antara pemilik dan
manajemen.
Agency
relationship
muncul
ketika
individu
(majikan/principal) membayar individu lain (agent) untuk bertindak atas
namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada
agen atau karyawannya.
Asymetric Information Theory
Informasi asimetri adalah kondisi dimana satu pihak memiliki informasi
lebih banyak dari pada pihak lain.
1.3 FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan merupakan salah satu area bisnis dalam
perusahaan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama karena meningkatnya kompetisi antar perusahaan, perubahan
teknologi, perubahan harga dan tingkat bunga, ketidakpastian situasi
ekonomi, fluktuasi nilai tukar, perubahan hukum pajak dan etika-etika yang
berhubungan dengan perjanjian keuangan. Hal ini mengakibatkan tugas dan
fungsi keuangan menjadi semakin kompleks dan secara garis besar
menyangkut: keputusan investasi, keputusan pemenuhan dana/keputusan
pembelanjaan, keputusan pengelolaan aset, dan kebijakan dividen.
• Keputusan Investasi (investment decision) adalah keputusan yang diambil
oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana (allocation of fund)
dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan
datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan,
dan mempengaruhi struktur kekayaan (assets structure) perusahaan yaitu
meliputi aktiva lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets).
Efektifitas dalam keputusan investasi akan tercermin dalam pencapaian
tingkat keuntungan yang optimal.
• Keputusan Pendanaan (financing decision) adalah keputusan manajemen
keuangan dalam melakukan pertimbangan dan anlisis perpaduan antara
sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk
4
mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional
perusahaannya. Keputusan pendanaan tercermin dalam struktur finansial
(financial structure). Efisiensi pembiayaan investasi akan tercermin dalam
perolehan dana dengan biaya minimum.
• Keputusan Pengeloaan Aset (asset management decision) adalah keputusan
manajemen keuangan dalam pengelolaan aset agar terjadi efisiensi. Aktiva
lancar (current asset) lebih banyak mendapatkan perhatian manajer
keuangan dibandingkan dengan aktiva tetap (fixed assets) dimana dapat
dikelola oleh manajer operasional yang menggunakan aktiva tersebut.
• Keputusan/Kebijakan Dividen (dividend policy) adalah keputusan
manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang
akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang
akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan
perusahaan. Sama seperti keputusan pendanaan, keputusan dividen ini
akan mempengaruhi struktur modal (capital structure) dan struktur
finansial. Sedangkan kebijakan dividen yang optimal akan tercermin
dalam peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan.
Secara lebih jelas fungsi manajemen keuangan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1.4 TUJUAN PERUSAHAAN
Ada beberapa kelemahan apabila tujuan perusahaan maksimalisasi
keuntungan (profit maximization): 1) Pengertian keuntungan (profit) yang
menyesatkan (jumlah profit atau tingkat profit), 2) Secara teoritis berdasar
ekonomi mikro profit maksimum tercapai bila biaya marginal sama dengan
pendapatan marginal, sehingga bersifat statis, 3) Dengan demikian tidak ada
perbedaan nyata antara profit dalam jangka pendek dengan profit dalam
jangka panjang. Apabila memaksimumkan profit merupakan tujuan utama,
maka sangat mudah dilakukan oleh perusahaan.
Financial
Management
Investment
Decision
Assets
Management
NERACA
Aktiva
Financing
Dividen Policy
Decision
LAP. LABA RUGI
Hutang
PENDAPATAN
XXX
Capital
BEBAN
XXX
LABA
XXX
5
Gambar 1.1
Fungsi Manajemen Keuangan
Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham lebih tepat
yang dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang semua
keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa
datang. Kemakmuran pemegang saham meningkat bila harga saham yang
dimilikinya meningkat. Harga pasar saham yang terbentuk dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain: erning per share, price erning ratio, tingkat bunga
bebas risiko, tingkat kepastian operasi perusahaan, dan lain-lain.
1.5 AKSIOMA SEBAGAI DASAR MANAJEMEN KEUANGAN
1. Keseimbangan Risiko dan Pengembalian (The Risk – Return Trade-off );
Jangan menambah risiko kecuali mendapatkan kompensasi tambahan
pendapatan.
2. Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)
Uang yang diterima
sekarang lebih berharga dari uang yang diterima kemudian.
3. Uang Kas – Bukan Besarnya Laba – adalah yang utama.
4. Tambahan Arus
Kas
(Incremental
Cash
Flow)
Satu–satunya
Pertambahan Nilai yang Dihitung.
5. Kondisi Persaingan Pasar Alasan Mengapa Sangat Sulit Mendapatkan
Proyek dengan Laba yang Luar Biasa.
6. Pasar Modal yang Efisien Pasar yang Bergerak Cepat dan Harga
yang Tepat.
7. Masalah Keagenan
Manajer tidak akan Bekerja bagi Pemilik
Perusahaan jika tidak Selaras dengan Kepentingan Mereka.
8. Perpajakan yang Berdampak pada Keputusan Bisnis.
9. Tidak Semua Risiko Sama
Ada Sebagian Risiko yang dapat
Didiversifikasi
10. Jangan letakkan seluruh telur dalam satu keranjang.
11. Melakukan Sesuatu yang Benar adalah Perilaku yang Etis, dan
banyak Dilema Etika dalam Manajemen Keuangan.
Catatan Atas Aksioma.
Sangat diharapkan bahwa aksioma–aksioma tersebut dapat menjadi
suatu pernyataan yang masuk akal dari pada sekedar suatu pernyataan
teoritis. Aksioma–aksioma tersebut memberikan logika atas hal–hal yang
akan dilakukan dan berupaya menggambarkan implikasinya dalam
pembuatan keputusan.
1.6 PENGARUH BERBAGAI DISIPLIN ILMU TERHADAP MANAJEMEN
KEUANGAN
6
Perkembangan berbagai ilmu pengetahuan tentu berpengaruh
terhadap ilmu pengetahuan lainnya, tidak terkecuali dengan manajemen
keuangan. Manajemen keuangan harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Beberapa ilmu pengetahuan yang
secara langsung berpengaruh terhadap manajemen keuangan diantaranya
adalah ekonomi makro, ekonomi mikro, manajemen pemasaran, dan
manajemen produksi.
Sejalan dengan tujuan dan fungsi manajemen keuangan, maka unsur-unsur
lain yang berada di luar disiplin ilmu manajemen keuangan perlu
dipertimbangkan dan dimasukkan sebagai penguat dalam implementasinya.
Seperti perilaku keuangan (behavioral finance) belum banyak dibahas di dalam
manajemen keuangan. Hal ini masih dianggap hal yang baru, karena
perkembangan dan kemunculan behavioral finance diawali dengan penolakan
terhadap hipotesis pasar efisien. Profesor Robert J. Shiller dari Universitas
Yale adalah seorang yang mempunyai pengaruh besar dengan
mengungkapkan bahwa pasar adalah tidak sepenuhnya efisien. Melalui
kertas kerja yang berjudul Do stock price move too much to be justified by
subsequent changes in dividends yang dipublikasi di The American Economic
Review pada tahun 1981, ia menunjukkan terjadi excess volatility antara harga
saham dengan fundamental yang mendasarinya, harga saham berflutuasi
lebih tinggi dari fundamentalnya. Kertas kerja tersebut menimbulkan
perdebatan yang luas dari kalangan akademisi, Paul A. Samuelson
menyatakan dari pendapat Shiller bahwa “pada tingkat pasar secara
keseluruhan tidak menunjukkan efisiensi secara makro” dan pasca kejatuhan
indeks Dow Jones pada Oktober 1987, Bruce Wasserstein mengatakan “buku
professor Shiller menawarkan kenyataan baru bagaimana pasar tidak
sepenuhnya rasional dan efisien” dan Peter Spiro (1990) menyatakan bahwa
ia adalah pemimpin dari penentang ekspektasi rasional/pasar efisien
walaupun banyak analis keuangan tidak menyetujui hipotesis pasar efisen
tetapi dia yang pertama kali menentang secara terbuka dan Spiro
menyebutnya sebagai “guru” (Schwert, 1991).
Keputusan Keuangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Analisis Investasi
Manajemen Modal Kerja
Sumber dan Biaya Modal
Penentuan Struktur Modal
Kebijakan Dividen
Analisis Risiko dan Return
7.
Maximization Wealth of
Stockholders
Ekonomi Makro
Ekonomi Mikro
Akuntansi
Manajemen
Pemasaran
Manajemen Produksi
7
Gambar 1.2
Pengaruh Berbagai Disiplin Ilmu terhadap Manajemen Keuangan
BAB 2
PASAR KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN
DAN PEMBENTUKAN TINGKAT BUNGA
2.1 PASAR KEUANGAN
Pasar keuangan terjadi disebabkan adanya pihak-pihak yang membutuhkan
dana dan di lain pihak ada yang memiliki kelebihan dana. Dari perspektif
perusahaan, pasar keuangan merupakan peluang bagi perusahaan untuk
memperoleh dana pada saat memerlukan dana dan menginvestasikan dana pada
saat kelebihan dana. Bagi investor baik investor institusional maupun investor
individual merupakan wahana untuk berivestasi yang menguntungkan. Dalam
konteks globalisasi pasar keuangan yang berada di suatu negara tidak bisa lepas
dari pasar keuangan negara-negara lain.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah dapat memfasilitasi
transaksi keuangan antar negara. Perkembangan teknologi informasi juga telah
menyebabkan setiap peristiwa yang menimpa perusahaan ataupun perekonomian
secara makro yang relevan bagi investor pasar keuangan segera dapat diketahui
dengan lebih cepat. Investor akan dengan cepat pula mengambil keputusan
investasinya sebagai reaksi dari pengaruh tersebut. Pasar keuangan terdiri dari
pasar uang dan pasar modal.
2.2 JENIS-JENIS PASAR KEUANGAN
1. Pasar uang
Pasar uang (Money Market) adalah suatu wadah tempat pertemuan antara pemilik
dana (Funder) atau pihak yang kelebihan dan dengan pihak yang membutuhkan
dana baik bertemu langsung maupun melalui perantara (Broker) atas transaksi
permintaan atau penawaran (Demand /Supply) terhadap sejumlah dana atau suratsurat berharga jangka pendek umumnya kurang dari satu tahun.
Terdapat beberapa jenis instrumen surat berharga yang diperdagangkan di pasar
uang, umumnya yang beredar antara lain:
1 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), adalah surat berharga yang
diperjualbelikan dengan cara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
keuangan lainnya yang ditunjuk oleh BI.
2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI), adalah surat berharga berbentuk hutang
jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah.
3 Deposito, adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh Bank atas
simpanan nasabahnya dengan periode jatuh tempo dan tingkat suku bunga
tertentu.
6
7
4 Promissory Notes, adalah surat pernyataan kesanggupan membayar atas
transaksi hutang piutang jangka pendek antara kreditur dengan debitur.
5 Treasury Bills, adalah surat hutang yang diterbitkan oleh negara dimana
jangka waktunya dibawah satu tahun.
6 Banker's Acceptance, adalah salah satu instrumen pasar uang yang digunakan
pada kegiatan eksport dan import barang atau digunakan sebagai transaksi
valuta asing (valas).
7 Commercial Paper, adalah Instrumen utang yang diterbitkan oleh perusahaan
kepada investor dengan tanpa jaminan (collateral), untuk membiayai
kewajiban jangka pendeknya.
8 Call Money, adalah Instrumen yang dipergunakan pada kegiatan transaksi
pinjam meminjam sejumlah dana antar Bank untuk periode jangka pendek.
2. Pasar modal
Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana
efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek (stock exchange)
adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui
wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek adalah menjaga komunitas pasar dan
menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan
penawaran. Definisi Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal
adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu
tahun ke atas. Menurut David L. Scott, pasar modal adalah pasar untuk dana
jangka panjang di mana saham biasa, saham preferen dan obligasi
diperdagangkan.
Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pasar modal di Indonesia pada
tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat 2 (dua) jenis pasar di pasar modal
yaitu pasar perdana dan pasar sekunder (pasar reguler). Pasar perdana terjadi
pada saat perusahaan/emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum
untuk pertama kalinya, sedangkan pasar sekunder merupakan tempat
perdagangan atau jual-beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas
emiten dijual di pasar perdana.
Di pasar modal dikenal juga adanya pasar derivatif. Derivatif berarti turunan.
Instrumen derivatif berarti instrumen yang merupakan turunan dari jenis
kekayaan lain (seperti harga minyak, harga emas, valuta asing, barang pertanian,
ataupun surat berharga seperti saham dan obligasi). Instrumen derivatif yang
paling populer adalah opsi, future contact dan swap. Saat ini pasar derivatif baru
terbatas pada bursa berjangka dan pasar bebas surat berharga (Over the
Counter/OTC). Pasar derivatif menjual produk derivatif yang menjadi "turunan"
8
dari produk yang dijual di pasar primer dan sekunder, dengan tujuan untuk
mengelola risiko.
Secara garis besarnya, peran utama atau fungsi pasar modal adalah sebagai
berikut:
1. Sumber pendapatan Negara melalui Pajak. Setiap transaksi di pasar modal
dikenakan pajak, terutama terhadap dividen yang dibagikan kepada para
pemegang saham, atau diatur berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g UndangUndang PPh.
2. Sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat oleh negara dan perusahaan
melalui penerbitan obligasi dan penjualan saham. Perusahaan ataupun
pemerintah dapat memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi berupa
Corporate & Government Bond, serta menjual saham ke pasar modal melalui
mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
3. Sebagai Alternatif investasi bagi para Investor. Sarana bagi investor untuk
melakukan investasi dengan sejumlah dana, di pasar modal para Investor bisa
dengan mudah memindahkan aset yang dimiliki dari suatu perusahaan ke
perusahaan lain untuk memperoleh keuntungan.
4. Pendorong Perkembangan dunia Investasi. Terdapatnya pasar modal, baik
pemerintah maupun pihak perusahaan akan terbantu mengenai masalah
modal kerja dalam rangka mengembangkan usahanya melalui penerimaan
dana dari masyarakat. Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari
pasar modal, maka produktivitas perusahaan akan semakin meningkat.
5. Indikator Perekonomian Negara. Kenaikan seluruh aktivitas dan volume
perdagangan di pasar modal memberikan pedoman atau indikator bahwa
aktivitas dunia usaha berjalan dengan baik.
6. Sarana Pemerataan Pendapatan. Melalui pasar modal keuntungan yang
diperoleh perusahaan yang menerbitkan saham akan memberikan deviden
kepada para pemilik saham tersebut. Oleh karena itu, penjualan saham
melalui pasar modal dapat dianggap sebagai media sarana untuk pemerataan
pendapatan.
7. Menciptakan Peluang Tenaga Kerja. Dengan adanya pasar modal dapat
mendorong muncul dan berkembangnya industri lain yang berdampak sangat
signifikan terhadap terciptanya peluang lapangan kerja baru.
2.3 KLASIFIKASI LEMBAGA KEUANGAN
Terdapat berbagai klasifikasi lembaga keuangan, tetapi pengelompokan yang
paling umum dan mudah dimengerti adalah dengan mengelompokan lembaga
keuangan berdasarkan kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat secara
langsung. Berdasarkan pengelompokan tersebut, lembaga keuangan dapat
dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori (financial depository institutions)
dan lembaga keuangan non depositori (non depository financial institutions).
1. Lembaga Keuangan Depository
9
Lembaga keuangan depository menjalankan kegiatan penghimpunan dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (Deposits) giro, tabungan,
atau simpanan berjangka, menerbitkan sertifikat deposito, dan memberikan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran (transfer, kliring). Yang dapat dikelompokan ke dalam
lembaga depository adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat karena hanya
bank-bank inilah yang dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yaitu: menarik
dana secara langsung dan menyalurkannya kembali terutama dalam bentuk kredit,
sementara di luar negeri, Amerika Serikat misalnya, di samping bank umum
(Commercial Banks), juga dapat dimasukan Savings and loan association dan credit
union dalam kelompok lembaga depository yang disebut sebagai thrift institution.
Lembaga ini pada dasarnya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali
kepada anggotannya.
2. Lembaga keuangan non Depository
Di beberapa negara, lembaga keuangan non depositori sering juga disebut
Non Bank Financial Institutions (NBFI) atau Non Depository Financial Institutions
(NDFI). Lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok ini adalah semua lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya tidak melakukan penarikan dana secara langsung
sebagaimana halnya yang dilakukan oleh lembaga depositori atau bank-bank. NBFI
dapat diklasifikasikan ke dalam contractual financial institution, investment
institutions, finance companies, dan lembaga keuangan non bank lainnya.
a. Contractual institutions adalah lembaga keuangan yang menarik dana dari
masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung
terhadap risiko ketidakpastian, misalnya: polis asuransi bagi perusahaan
asuransi dan perogram pensiun bagi dana pensiun. Kelompok lembaga
keuangan non bank ini di Indonesia adalah perusahaan asuransi kerugian,
perusahaan asuransi jiwa, asuransi sosial, Jamsostek dan dana pensiun.
b. Investment institutions adalah lembaga yang usahanya sangat terkait dengan
kegiatan di pasar modal, baik sebagai penyedia jasa-jasa dalam transaksi di
pasar modal maupun melakukan langsung investasi untuk kepentingan
portofolionya. Lembaga keuangan jenis ini dapat disebutkan antara lain,
perusahaan efek (securities company) dan investment company. Perusahaan efek
pada dasarnya adalah pihak yang memberikan jasa-jasa pinjaman emisi
(underwriting), perantara (brokerage), pelaku perdagangan efek (dealer), dan
pengelola investasi (investment management). Sementara itu, perusahaan investasi
umumnya melakukan kegiatan dalam reksa dana, di beberapa negara, kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan efek dan investment company ini sering juga
disebut sebagai kegiatan investment bank.
c. Finance companies adalah lembaga keuangan yang memiliki bidang usaha dan
menyediakan beberapa jenis pembiayaan. Perusahaan pembiayaan (finance
company) di indonesia, menurut peraturan yang berlaku, melakukan usaha
pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Karena perusahaan ini menawarkan
berbagai jenis pembiayaan, maka sering juga disebut dengan multi finance
company.
d. Lembaga keuangan non depository lainnya. Selain lembaga keuangan yang
disebutkan diatas, jasa-jasa pembiayaan dengan cara gadai saat ini semakin
10
berkembang. Pegadaian telah menjadi salah satu pemain yang patut
dipertimbangkan dalam konstelasi sistem keuangan Indonesia. Peran pegadaian
mengalami peningkatan yang amat pesat memasuki dekade 1990-an.
Peningkatan ini terjadi sejalan dengan perubahan pola dan strategi manajemen
operasinya terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan
dan penciptaan beberapa produk baru (product development) dan yang terpenting
adalah peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
2.4 PEMBENTUKAN TINGKAT BUNGA DI PASAR KEUANGAN
Penetapan tingkat bunga di pasar keuangan
haruslah memperhatikan
berbagai risiko. Hal ini diperlukan karena pemakaian uang dari pihak yang
memiliki surplus spending units ke pihak yang mengalami deficit spending
units banyak mengandung risiko penggunaan seperti:
a. risiko kurang lancarnya pengembalian pinjaman, bunga pinjaman dan risiko
tidak kembalinya pinjaman (credit risk);
b. risiko bank terhadap penentuan likuiditas (liquidity risk) yang meliputi risiko
adanya penarikan dana nasabah bank (bank rush), penyediaan cadangan
minimal (reserve requirement);
c. risiko inflasi yang mengakibatkan terjadinya penyusutan nilai uang;
d. risiko akibat perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
terkait dengan perbankan yang dapat mengakibatkan kerugian dan bahkan
kehancuran bank (fraud risk);
e. risiko depresiasi atau apresiasi mata uang;
f. risiko akibat kurang mempunyai operasional bank untuk memperoleh
penghasilan atas kegiatan usahanya, seperti penerbitan produk-produk
terbaru perbankan (operating risk);
g. risiko keadaan suatu negara seperti masalah ekonomi, politik, dan keamanan
(country risk) yang dapat mengakibatkan menurunnya nilai surat berharga
yang dimiliki oleh bank (investment risk);
h. risiko yang diakibatkan oleh kegiatan bank dalam mewakili kepentingan
pemegang surat berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum dan
emiten surat berharga yang bersangkutan (Wali Amanat) yang disebut
dengan fiduciary risk;
i. dan biaya risiko lainnya seperti biaya transaksi dan administrasi perbankan.
j. Risiko-risiko tersebut harus dipertimbangkan oleh pihak kreditur agar
kreditur tidak mengalami kerugian dalam pasar uang maupun pasar
investasi.
11
k. Kreditur yang bijaksana tentu saja akan memperhitungkan berapa tingkat
bunga yang menguntungkan bagi pihaknya, demikian juga debitur bunga
yang sesuai dengan kebutuhannya. Kedua belah pihak masing-masing akan
memperhitungkan risiko dalam transaksi tersebut. Semakin besar risiko yang
mungkin terjadi, maka semakin besar kecenderungan tingkat bunga yang
berlaku.
Dari sisi kreditur risiko-risiko yang mungkin dihadapi adalah kegagalan
debitur dalam melunasi utangnya tepat waktu dan atau bahkan sama sekali tidak
mampu penyelesaikan kewajibannya. Kreditur mana pun akan berpikir ke arah itu,
apabila jika transaksi tersebut dilakukan kepada calon debitur yang baru. Sehingga
dalam kenyataannya banyak debitur yang memintakan jaminan pengembalian
utang (collateral) dalam bentuk aset yang sedapat mungkin mempunyai tingkat
likuiditas yang tinggi. Alternatif lain yang diambil oleh kreditur adalah dengan cara
meningkatkan tingkat bunga pinjamannya. Ini berangkat dari asumsi bahwa jika
debitur tetap berkeinginan meneruskan transaksinya, maka kreditur melihat suatu
jaminan bahwa debitur yang bersangkutan mempunyai prospek usaha yang cukup
baik. Dengan demikian hal ini akan ditindaklanjuti dengan penilaian-penilaian
lainnya seperti penilaian terhadap character, yaitu penilaian karakter debitur yang
berkaitan dengan tanggung jawab terhadap kewajibannya; capacity adalah penilaian
terhadap kemampuan finansial debitur dalam memenuhi kewajiban yang
dijanjikan; capital adalah penilaian terhadap kemampuan modal sendiri atas jumlah
dana yang dibutuhkan; callateral adalah penilaian terhadap jaminan yang dimiliki
oleh debitur agar kebutuhan pendanaannya menjadi bankable (layak didanai dari
kredit bank); condition adalah penilaian terhadap situasi mikro dan makro yang
meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi
segala bentuk usaha yang sedang dijalankan.
Tingkat bunga yang akan berlaku pada kondisi tersebut adalah fungsi yang
terkait langsung dengan karakteristik debitur atau kondisi mikro-makro dalam
suatu perekonomian dan tatanan politik dan kebijakan-kebijakan moneter lainnya.
Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa kebijakan moneter biasanya dilakukan karena
ada masalah dengan jumlah uang beredar (JUB), yang salah satunya dapat
menyumbangkan tingkat inflasi tertentu. Inflasi tersebut secara efektif berpengaruh
terhadap barang-barang dan jasa dalam suatu periode.
Formula untuk menghitung tingkat bunga (rate—R) sebagai berikut:
R = F ( ip + Ir + rp + tc )
di mana:
12
R
= tingkat bunga bank
ip
Ir
tc
= tingkat bunga murni (pure interest rate)
= tingkat inflasi (risk premium)
= tingkat biaya transaksi (transaction cost)
Penghitungan tingkat bunga pinjaman pada perbankan pada umumnya dilakukan
sebagai berikut:
a. Tahap pertama bank akan menetapkan besarnya Marginal Cost of Fund yang
meliputi: rata-rata tertimbang dari berbagai jenis bunga simpanan nasabah (giro,
tabungan, dan deposito), cadangan minimal atas penerimaan dana nasabah
(reserve adjustment), dan biaya administrasi pengelolaan dana-dana nasabah;
b.
Tahap kedua bank akan melakukan penetapan dasar bunga (base rate) yaitu
dengan cara menjumlahkan hasil dari tahap pertama di atas margin keuntungan
yang diharapkan oleh bank atas kredit yang disalurkan;
c.
Tahap terakhir bank menetapkan tingkat bunga pinjaman (lending rate) dengan
cara menjumlahkan tahap kedua di atas dengan tingkat risiko macetnya
penyaluran kredit atau penyaluran dana lainnya (risk adjustment).
BAB 3
NILAI WAKTU UANG
PENGERTIAN
Sejumlah nilai uang tertentu hari ini lebih berharga dibandingkan
dengan nilai uang satu tahun yang akan datang. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan nilai yang disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya tingkat bunga.
Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal, hal ini ditandai oleh besarnya modal akhir
setelah perusahaan beroperasi jumlahnya lebih besar dibandingkan
dengan modal awal ketika perusahaan baru didirikan. Modal akhir
periode harus lebih besar dari pada modal awal periode, itu artinya
perusahaan memperoleh laba, atau dapat dikatakan bahwa modal awal
periode adalah nilai uang sekarang (present value) dan modal akhir
periode adalah nilai uang di masa mendatang (future value).
Media yang menghubungkan modal awal periode dengan modal
akhir periode adalah tingkat bunga. Dengan demikian, time value of money
berhubungan erat dengan perhitungan bunga, hasil investasi di masa
mendatang, dan nilai tunai hasil investasi. Hal ini menjadi alat penting
dalam berbagai keputusan keuangan terutama dalam menilai:
1. arus kas, pertumbuhan, dan nilai perusahaan
2. nilai akan datang (future value)
3. periode ganda (multiple periode)
NILAI MENDATANG (FUTURE VALUE)
Nilai uang di masa mendatang (future value) ditentukan oleh tingkat suku
bunga tertentu yang berlaku di pasar keuangan. Misalnya suku bunga di
pasar keuangan adalah 10% per tahun. Nilai uang masa mendatang dapat
dihitung sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1.
13
14
Table 3.1
Penghitungan nilai uang masa mendatang berdasarkan
Tingkat bunga 10% per tahun
(dalam Rupiah)
(3)
(1)
(2)
Jumlah nilai masa
Jumlah nilai
Bunga yang
mendatang pada
Tahun
tunai
diperoleh
akhir tahun
Pada awal
(1) x (0.10)
(1) x (1+ 0,10)
tahun
FVr,n
1
1.000,00
100,00
1.100,00
2
1.100,00
110,00
1.210,00
3
1.210,00
121,00
1.331,00
4
1.331,00
133,10
1.464,10
5
1.464,00
146,41
1.610,51
Keterangan:
FV = Future Value (nilai masa mendatang);
r = Tigkat bunga;
n = tahun (periode waktu)
Periode
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 3.2
Faktor Bunga untuk Nilai Masa Mendatang
FVIFr,n = (1 + r )n
1%
5%
10 %
1.0100
1.0500
1.1000
1.0201
1.1025
1.2100
1.0303
1.1576
1.3310
1.0406
1.2155
1.4641
1.0510
1.2763
1.6105
1.0615
1.3401
1.7716
1.0721
1.4071
1.9487
1.0829
1.4775
2.1436
1.0837
1.5513
2.3579
1.1046
1.6289
2.5937
15 %
1.1500
1.3225
1.5209
1.7490
1.0114
2.3131
2.6600
3.0590
3.5179
4.0456
Keterangan:
FV = Future Value (nilai masa mendatang);
r = Tigkat bunga;
14
15
n = tahun(periode waktu)
Tingkat Bunga 5%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,0500 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 1,6289 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 10%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1000 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 2,5937 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 15%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1500 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 4,0456 pada akhir tahun ke 10
Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi nilai uang di masa mendatang.
Oleh sebab itu, kaum pemilik uang (kaum Kapitalis) pola pikir dan
perilakunya bertumpu pada tingkat suku bunga. Jika tingkat bunga
tinggi, ia akan membungakan uangnya atau mendepositokan uangnya,
dan jika suku bunga rendah, ia akan meminjam uang untuk aktivitas
bisnis.
NILAI SEKARANG (PRESENT VALUE)
Nilai sekarang ialah nilai saat ini pada proyeksi uang kas masuk bersih
(net cash flow) di masa mendatang. Uang kas masuk bersih di masa
mendatang adalah proyeksi hasil investasi. Rumusnya yaitu :
1. Laba bersih (Earning After Tax) + (Penyusutan Aktiva Tetap) + [Bunga
X (1-Tax)] atau disingkat EAT + Depreciation + Interest(1-T)
2. Laba Oprasi (Earning before Interest & Tax Atau EBIT) X (1-Tax) +
Penyusutan aktiva Tetap, atau disingkat EBIT (1-T) + Depreciation.
3. Laba sebelum penyusutan,Bunga, dan pajak (atau Earning before
depreciation, Interest, and Tax atau EBIT atau EBITDA) X (1-Tax) + ( Tax
X Depreciation) atau disingkat EBIT atau EBITDA (1-T) + T(Dep.)1
Suatu investasi dapat diterima hanya jika investasi itu menghasilkan
paling tidak sama dengan tingkat hasil investasi di pasar (atau Rm) yang
jharus lebih besar dari pada tingkat bunga deposito (tingkat hasil tanpa
resiko (atau Rf). Misalnya tingkat hasil pasar 20 %, itu lazim disebut
“ Tingkat Diskonto” artinya alat untuk mengitung nilai tunai dari suatu
hasil investasi di masa mendatang.
15
16
Misal, investasi pada awal tahun Rp 1000, pada akhir tahun nilainya
harus sebesar Rp 1200 pada tingkat diskonto 20%. Inilah yang disebut
nilai masa mendatang (future Value). Sebaliknya, jika di masa mendatang
akan menerima Rp 1200 pada tingkat diskonto 20% maka nilai
sekarangnya adalah sebesar Rp 1000.
Table 3.3
Nilai sekarang dari faktor bunga
1
𝑃𝑉𝐼𝐹 =
1+π‘Ÿ 𝑛
Periode
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rate
0%
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
5%
0,9524
0,9070
0,8638
0,8227
0,7835
0,7462
0,7107
0,6768
0,6446
0,6139
10%
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
0,5645
0,5132
0,4665
0,4241
0,3855
15%
0,8696
0,7561
0,6575
0,5718
0,4972
0,4323
0,3759
0,3269
0,2843
0,2472
Keterangan Tabel 3.3
1) PVIF = Present Value of Interest Factor (Nilai Sekarang dari Faktor
Bunga)
2) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai
tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,9524, sedangkan nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini
pada awal tahun ke 1 = Rp 0,6139, pada tingkat suku bunga 5% per
tahun.
3) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai
tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,9091, sedangkan nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini
pada awal tahun ke 1 = Rp 0,3855, pada tingkat suku bunga 10%
per tahun.
4) Nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke1) = Rp 1, nilai
tunainya pada awal tahun ke 1 = Rp 0,8696, sedangkan nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini
16
17
pada awal tahun ke 1 =Rp 0,2472, pada tingkat suku bunga 15% per
tahun.
5) Makin tinggi tingkat suku bunga, makin kecil nilai uang sekarang
pada rencana penerimaan uang di masa depan.
ANUITAS (ANNUITY)
Anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan uang dalam
jumlah yang sama besarnya sepanjang periode tertentu. Pembayaran atau
penerimaan dapat terjadi pada awal tahun atau pada akhir tahun.
Nilai yang Akan Datang dari Suatu Anuitas
Nilai yang Akan Datang dari Anuitas Biasa (Pembayaran atau
penerimaan dilakukan pada akhir tahun).
Tabel 3.4
Nilai yang akan datang anuitas biasa, @ 10%
Tahun
Awal tahun
Akhir tahun
1.210
Akhir tahun
1.100
Akhir tahun
1.000
Nilai yang
3.310
Terima/Bayar
(Rp)
Anuitas
@ 10%
Nilai
(Rp)
1
1.000
a(1+r) 2 = 1.000(1+0,10)n-1
2
1.000
a(1+r) 1 = 1.000(1+0,10)n-2
3
1.000
a(1+r) 0 = 1.000(1+0,10)n-3
Akan Datang
Anuitas @ 10% atas Rp 1.000
Nilai yang Akan Datang dari Jatuh Tempo Anuitas
Pembayaran atau penerimaan dilakukan pada awal tahun (Annuity Due)
Tabel 3.5
Nilai yang akan datang anuitas jatuh tempo, @ 10%
Tahun
Awal tahun
1.331
Terima/Bayar
(Rp)
1.000
Anuitas
Nilai
@ 10%
(Rp)
a(1+r)3 = 1.000(1+0,10)n
17
18
Akhir tahun 1
1.000
a(1+r) 2 = 1.000(1+0,10)n-1
1.210
Akhir tahun 2
1.000
a(1+r) 1 = 1.000(1+0,10)n-2
1.100
Akhir tahun 3
Nilai yang Akan Datang Anuitas @ 10% atas Rp 1.000
3.641
Nilai Sekarang dari Suatu Anuitas
Nilai Sekarang Anuitas Biasa @ 10%
Tabel 3.6
Nilai sekarang anuitas biasa, @ 10%
Terima/Bayar
Tahun
Anuitas
Nilai
(Rp)
@ 10%
(Rp)
Awal tahun
0
Akhir tahun 1
1.000
a[1/(1+r)]1
909,09
Akhir tahun 2
1.000
a[1/(1+r)]2
826,45
Akhir tahun 3
1.000
a[1/(1+r)]3
751,31
Nilai Sekarang Anuitas @ 10%
2.486,85
Tabel 3.7
Nilai sekarang anuitas jatuh tempo, @ 10%
Tahun
Terima/Bayar
(Rp)
Anuitas
@ 10%
Nilai
(Rp)
18
19
Awal tahun
1.000
Akhir tahun 1
1.000
Akhir tahun 2
1.000
Akhir tahun 3
Nilai Sekarang Anuitas @ 10%
a
a[1/(1+r)]1
a[1/(1+r)]2
1.000,00
909,09
826,45
2.735,54
Arus Kas Masuk yangTidak Sama Jumlahnya
Pada umumnya arus kas suatu investasi tidak sama jumlah di masa
mendatang. Hal itu disebabkan karena pengaruh pendapatan, beban,
penyusutan, pajak, inflasi, dsb. Nilai tunai arus kas masuk yang tidak
sama jumlah dapat disajikan berikut ini.
Tabel 3.8
Nilai Tunai Arus Kas Masuk yang Tidak Sama Besar, @10%
Periode
1
2
3
4
5
6
7
Arus Kas
Masuk
PVIF 10 % n
(Rp)
100
0,9091
200
0,8264
300
0,7513
500
0,6830
400
0,6209
600
0,5645
200
0,5132
Nilai Tunai Setiap
Arus Kas Masuk
(Rp)
90,91
165,28
225,39
341,50
248,36
338,70
102,64
1.512,72
Tabel 3.9
Skedul Amortisasi Pinjaman (Rp. 100 @ 12%) 3 Tahun
Diamortisasi secara Tahunan
(Perhitungan Dalam Rupiah )
Tahun
0
(1)
Pembayaran
-
(2)
Bunga
(0,12) x (4)
-
(3)
Pembayaran
Pokok Pinjaman
(1) – (2)
-
(4)
Sisa Saldo
pada Akhir
Tahun
100,00
19
20
1
2
3
41,64
41,64
41,64
124,92
12,00
8,45
4,47
24,90
29,64
33,19
37,17
100,00
70,36
37,17
=0
Tabel 3.10
Amortisasi Bulanan Pinjaman Rumah ( Rp 100 @ 12%)
Selama 3 Tahun (360 Bulan)
(Perhitungan Dalam Rupiah)
1Bulan Pembayaran
0
1
Bunga
(0,01) x (4)]
Pembayaran
Pokok Pinjaman
2
3
Sisa Saldo
pada Akhir
Tahun
4
0
1
2
3
359
360
1.028,61
1.000,00
28,61
100.000,00
1.028,61
999,71
28,90
99.971,39
1.028,61
999,42
29,19
99.924,49
99.913,30
1.028,61
1.028,61
10,81
1.018,43
1.028,43
370.299,60
270.299,60
100.000,00
0
Sumber: Weston dan Copeland (1995:70), Edisi Bahasa Indonesia
Keterangan: 0,01 atau 1% = (12% / 12), atau bunga bulanan
Tabel 3.11
Perhitungan Bunga Majemuk 10% per Tahun
Dengan Pemajemukan Setengah – Tahun
(Perhitungan Dalam Rupiah)
Periode
1
2
Periode
Jumlah
Awal (Po)
1.000,00
1.050,00
(1+r)
1,05
1,05
Jumlah Akhir
(FVr,n)
1.050,00
1.102,50
Sumber: Weston dan Copeland (1995: 72), Edisi Bahasa Indonesia
20
21
Keterangan: 0,5 = (10% / 2); FV = Future Value (Nilai masa mendatang); n
= waktu atau periode
Tabel 3.12
Pemajemukan Ganda (Multiple Compounding) Selama Satu Tahun
Keterangan
Tahunan
FVr,1
Setengah-tahunan
Kwartalan
Bulanan
Harian
Tingkat Bunga
Po(1+r)
Po[1+(r/2)]²
Po[1+(r/4)]
Po[1+(r/12)]
Po[1+(r/365)]
Nilai
1.1200.(p=1)
1.1236.(p=2)
1.1255.(p=4)
1.1268.(p=12)
1.1275.(p=365)
Sumber: Weston dan Copeland (1995:73), Edisi Bahasa Indonesia
Keterangan: P = 2 artinya pangkat dua; Po artinya pengeluaran (investasi)
pd awal tahun; r = suku bunga
Soal
Perusahaan memiliki tiga anak perusahaan, masing-masing memiliki
masalah dlm menentukan nilai uang terkait dg waktu. Data masingmasing anak perusahaan adalah sbb:
PT ABC-1
Perusahaan memiliki dua jenis investasi yaitu proyek A senilai Rp 1.000
diperkirakan menghasilkan 8% per tahun, umur proyek 3 tahun. Proyek B
investasi bernilai Rp 1.000, diperkirakan menghasilkan 1% untuk tahun
pertama dan kedua, dan 22% untuk tahun ketiga. Saudara sbg ahli
keuangan diminta menghitung:
1.Berapa rata-rata tingkat bunga selama tiga tahun kedua investasi tsb?
2.Investasi mana yg lebih menguntungkan?
3.Berapa return setiap proyek?
21
BAB 4
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
(Financial Performance Analysis)
Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan
dalam bentuk angka-angka keuangan lazimnya berupa rasio keuangan. Kinerja
keuangan perusahaan periode sekarang kemudian dibandingkan dengan kinerja
keuangan periode masa lalu; anggaran neraca dan rugi laba; dan rata- rata kinerja
keuangan perusahaan sejenis.
Hasil perbandingan yang dilakukan kemungkinan terjadinya perbedaan atau
penyimpangan baik positif maupun negatif, selanjutnya perbedaan/penyimpangan
itu dicari penyebabnya. Setelah ditemukan penyebabnya, manajemen mengadakan
perbaikan dalam perencanaan dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan
perusahaan. Perencanaan yang sudah diperbaiki dapat disajikan dalam laporan
keuangan proforma yang terdiri dari:
1) Lapoaran posisi keuangan (Balance Sheet)
2) Laporan Rugi-Laba (Income Statement)
3) Laporan Laba Ditahan (Retained earning Statement)
4) Laporan sumber dan Penggunaan Dana (Source and Application of Fund atau lazim
disebut Cash Flow Statement)
Perusahaan yang memiliki kinerja baik adalah perusahaan yang hasil kenerjanya di
atas perusahaan pesaingnya, atau di atas rata-rata perusahaan sejenis. Analisis
Kinerja Keuangan dapat disajikan dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Analisis arus Kas(Cash Flow analisys)
2) Analisis Likuiditas(Liquidity analysis or working capital analysis)
3) Analisis Leverage(Leverage analysis or debt management analysis)
4) Analisis Profitabilitas(Profitability analysis)
5) Analisis Aktivitas(Activity analysis)
6) Analisis Penilaian(Valuation analysis)
7) Analisis Pertumbuhan(Growth analysis)
8) Analisis Kesehatan(Healthy analysis)
9) Analisis Sistem Du pont
Hasil analisis merupakan informasi bagi manajemen untuk membuat berbagai
keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi, dan operasi.
Setiap Manajer membutuhkan informasi keuangan untuk membuat program kerja,
anggaran, dan pengendalian. Oleh sebab itu informasi keuangan harus disajikan
secara lengkap, tepat waktu dan akurat. Informasi tersebut disajikan oleh akuntan
intern kemudian diperiksa oleh akuntan publik.
20
21
Tabel 4.1
Laporan Posisi Keuangan PT. MEIYANA (Balance Sheet)
(Perhitungan dalam Rupiah)
Harta (Assets)
Kas (Cash)
Piutang (accounts receivable)
Persediaan (Inventories):
Bahan Baku (raw materials)
Barang Dalam Proses (work in process)
Barang jadi (Finished goods)
Total harta Lancar (Total current assets)/a
Obligasi PT. X (Bonds)
Saham PT Y (Stocks)
Total Harta Keuangan (Total Financial assets)/b
Harta Tetap (Fixed Assets):
Tanah (Land)
Gedung (Buildings)
Peralatan (Equipments)
Total harta Tetap(Total Fixed assets)/c
Hak Patent (Property right)
Biaya pendirian(Organization fee)
Hak Pengelolaan Alam(Natural Resource rigft)
Total harta tak berwujud(Total intangible assets)/d
Total Harta(Total Assets) = (a+b+c+d)
Hutang dan Modal (debt & Equity)
Utang Dagang (account Payable)
Utang bunga (interest payable)
Utang Pajak (tax payable)
Utang dividends (diviends payable)
Utang Bank (note payable, at 25%)
Total uang lancar (total current liabilities) / e
Utang obligasi (bonds,at 20%)
Utang Hipotik (mortgage,at 24%)
Total utang jangka panjang (long – term debt) / f
Saham istimewa (preferred stock,at 24%)
Saham biasa (common stock)
Agio sero (caital surplus or paid in capital)
Laba di tahan (retained earnings)
Total ekuitas (total equity) / g
Total utang dan Modal (total debt & equity) /e+f+g
2014
450
4.800
2015
500
400
100
500
300
6.150
200
150
350
200
400
1.000
2.500
1.000
2.000
3.000
980
1.000
1.000
2.980
200
600
282
1.082
10.562
500
800
5.700
7.000
100
500
400
1.000
13.500
2014
500
1.000
44
18
500
2.062
1.000
2.000
3.000
2.000
3.000
420
80
5.500
10.562
Ket. Tabel 4.1
1) Beban bunga 2015 = (25%x 2.000) + (20%x500) + (24%x1.500) = 960
2015
1.000
500
14
48
2.000
3.562
500.
1.500
2.000
2.000
4.500
865
573
7.938
13.500
22
2) Beban bunga 2014 = (25%x500) + (20%x1.000) + (24%x2.000) = 805
3) Dividen saham istimewa = 24%x2.000 = 480
4) Saham biasa yang beredar 1.000 lembar, dan saham istimewa 1.000 lembar pada
tahun 2014
5) Harga saham biasa per lembar Rp 5
6) Penyusutan aktiva tetap (real asset) 2014 Rp 298 dan 2015 Rp 700, amortisasi 2014
Rp 108,2015 Rp 100.
Tabel 4.2
Perhitungan rugi-laba PT. ABC (income statement)
(Perhitungan dalam rupiah)
Keterangan(description)
Penjualan (sales or revenue)
Harga pokok Penjualan (cost of goods
sold)
Laba kotor (gross profit)
Beban pemasaran (Marketing expenses)
Beban administrative (Administrative
expenses)
Laba operasi (operating profit or erning
before interest and tax or EBIT)
Pendapatan (biaya) lain-lain {other income
(expenses)}
Laba sebelum bunga dan Pajak (Earning
before interest and tax or EBIT)
Bunga (interest)
Laba sebelum pajak (earning before tax or
EBIT)
Pajak at 30% (corporate tax)
Laba bersih setelah pajak (earning after
tax or EAT)
2014
7.200
4.320
rasio
100%
60%
2015
9.000
4.950
Rasio
100%
55%
2.880
720
360
40%
10%
5%
4.050
720
360
45%
8%
4%
1.800
25%
2.970
33%
120
1,7%
(150) 1,7%
1.680
23,3%
2.820
31,3%
805
875
11,2%
12,1%
960
1.860
10.6%
20,7%
262
613
3,6%
8,5%
558
1.302
6,2%
14,5%
Ket. Table 4.2:
1) Penyusutan aktiva tetap (real assets) 2014 Rp 298 dan 2015 Rp 700, amortisasi
2014 Rp 108, 2015 Rp 100.
2) Terjadi kenaikan laba bersih dari 8,5% menjadi 14,5%, berarti hasil kegiatan
tahun 2015 lebih baik dibanding tahun 2014.
3) Terjadi penurunan beban pokok penjualan, beban pemasaran dan beban
operasi.Secara keseluruhan beban operasi lebih efisien pada tahun 2015
dibanding tahun 2014.
23
Tabel 4.3
Laporan Laba Ditahan PT.ABC (retained earning statement)
(Perhitungan dalam rupiah)
Keterangan
Laba ditahan awal periode (retained earning at the
beginning year)
Laba bersih setelah pajak tahun ini (earning after tax or
EAT this periode)
Total laba untuk pemilik (total earning for owners)
Dividend saham preferen, 24% (preferred stock
dividends),at 24% x 2000)
Laba untuk pemegang saham biasa (earning for common
stockholders)
Dividen pemegang saham biasa ,40% (dividends for
common stockholders), at 40%
Laba ditahan akhir tahun (retained earning at the ending
year) (lihat neraca)
2014
0
2015
80
613
1.302
613
480
1.382
480
133
902
53
*329
80
573
Keterangan Tabel 4.3:
1) Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Biasa bahwa Dividens untuk para
pemegang saham biasa adalah 40% dari laba tahun ini setelah dikurangi saham
istimewa.
2) *40% x (1.302-480)= 40% x 822)
3) Jumlah akumulasi laba ditahan relative kecil, sehingga akan menghambat
pertumbuhan perusahaan jika perluasan usaha dibiayai dengan modal sendiri.
4) Jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham istimewa lebih besar daripada
yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Sedangkan nilai nominal
saham istimewa ebih kecil daripada nominal saham biasa. Dalam kondisi yang
demikian,para pemegang saham biasa dapat dipastikan kurang puas atas hasil
investasinya.
5) Rasio laba ditahan terhadap total asset kecil sekali,yaitu tahun 2014sebesar
(80/10.562)=0,007, dan tahun 2015 sebesar (573/13.500)=0,04. Perusahaan yang
memiliki rasio laba ditahan yang kecil terhadap total harta artinya perusahaan
itu dapat dikembangkan lagi,bisnisnya sudah jenuh,atau pemilik
tidakmengembangkan perusahaanya,atau mugkin kondisi ekonomi tidak
memungkinkan.
1. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA (ARUS KAS)
Manajer puncak harus mengetahui dengan pasti dari mana dana diperoleh dan
kemana dana dialokasikan. Media untuk mengetahuinya adalah laporan sumber
dan penggunaan dana. Sumber dana harus sama besarnya dengan
24
penggunaanya, karena hakikat dari posisi keuangan adalah harta sama dengan
hutang ditambah modal.
Table 4.4
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana PT. MEIYANA
(source and application of funds statement)
(Perhitungan dalam Rupiah)
Harta(assets)
2014
450
4.800
100
500
300
2015 Sumber Penggunaan
500
0
50
400
4.400
0
200
0
100
400
100
0
1000
0
700
Kas(cash)
Piutang(accounts receivable)
Persediaan(Inventories):
Bahan Baku(raw materials)
Barang Dalam Proses(Work in
Process)
Barang Jadi(finished goods)
Total harta lancar(total Current
6.150
2500
assets)/a
Obligasi PT AZ(Bonds)
200
1000
Saham PT AY(stocks)
150
2000
Total Harta keuangan(total financial
350
3000
assets)/b
Harta(assets)
2014
2015
Tanah(Land)
980
500
Gedung(Buildings)
1000
800
Peralatan(Equipments)
1000
5700
Total Harta Tetap(total real
2980
7000
assets)/c
Hak paten(Poperty right)
200
100
Biaya pendirian(Organization fec)
600
500
Hak pengelolaan Alam(Natural
282
400
Resource right)
Total harta tak berwujud(total
1.082
1000
Intangible assets)/d
Total harta(Total Assets)=(a+b+c+d) 10.562 13.500
0
0
800
1850
480
200
0-
0
0
4700
100
100
0
0
0
118
Tabel 4.4
Laporan sumber dan Penggunaan dana (lanjutan)
Utang dan Modal (debt and equity)
Utang dan Modal (debt and equity)
Utang dagang (account payable)
Utang Bunga (interest Payable)
Utang pajak (tax payable)
2014
500
1.000
44
2015
1.000
500
14
Sumber
500
0
0
Penggunaan
0
500
30
25
Utang Dividends (Dividends
Payable)
Utang Bank (note payable)
Total utang lancar (Total current
liabilities)/e
Utang obligasi (Bonds,at 20%)
Utang hipootik (Mortage, at 24 %)
Total Utang jangka panjang
(Total Long-Trm Debt)/f
Saham Istimewa (Preferred stock, at
24 %)
Saham Biasa (Common Stock)
Agio Sero (Capital Surplus Or Paid in
Capital)
Laba Di tahan (Retainrd Earnings)
Total Ekuitas (Total Equity) / g
Total Hutang dan Modal (Total Debt
and Equiy)/ e+f+g
Total Sumber dan penggunaan dana
(Total Source and Application of Funds)
18
48
30
0
500
2.062
2.000
3.562
1.500
0
1.000
2000
3000
500
1500
2000
0
0
500
500
2000
2000
0
0
3000
420
4500
865
1500
445
0
0
80
5500
10.562
573
7938
13.50
0
493
0
9848
9848
Keterangan table 4.4
1) Sumber dana dari berkurangnya nilai : piutang, barang dalam proses, tanah,
gedung, hak paten, biaya pendirian organisasi dan bertambahnya : hutang
deviden, hutang dagang, hutang bank, saham biasa, agio sero dan laba di tahan.
2) Penggunaan dana untuk membiayai : bahan baku, barang jadi, obligasi PT. AZ,
saham PT. AY, peralatan dan hak penggolaan alam dan untuk melunasi hutang
bunga, hutang pajak, hutang obligasi dan hutang hipotik.
3) Laporan arus kas dapat di sajikan berdasarkan :
a. Kegiatan operasi (Operation Activity)
b. Kegiatan Investasi (Investment Activity)
c. Kegiatan Pembiayan (Financing Activity)
Tabel 4.5
Laporan arus kas PT.ABC (Cash flow statement)
Kas dari aktifitas operasi (Operating activity)
(Perhitungan dalam rupiah)
Laba Bersih
Penurunan piutang
Kenaikan persediaan
Kenaaikan Hutaang Dagang
Penurunan beban yang harus di bayar
Kenaikan kas
1302
4400
(700)
500
(500)
5002
26
Kas dari aktivitas invetasi (investment activity)
(perhitungan dalam rupiah)
Kenaikan harta keuangan
Kenaikan harta tetap
Kenaikan harta tak berwujud
Penurunan kas
(2.650)
(4.020)
82
(6.588)
Kas dari pembiayaan (financing activity)
(perhitungan dalam rupiah)
Kenaikan hutang bank (nota payable)
Penurunan hutang jangka panjang
Kenaikan saham biasa
Kenaikan agio sero (capital surplus)
Pembaayaran dividends
Kenaikan kas
1.500
(1.000)
1.500
445
(809)
1.636
Ikthisar Arus Kas
(Perhitungan dalam rupiah)
Kenaikan kas dari operasi
Penurunan kas untuk investasi
Kenaikan ka sari penbiayaan
Kenaikan kas
Kas awal periode
Kas pada akhir periode (tahun)
5.002
(6.588)
1.636
50
450
500
Keterangan Tabel 4.5 :
1) Dengan informasi di atas, manajemen dapat mengetahui bahwa saldo kas
sebesar Rp 500 pada akhir periode 2015 adalah dari hasil operasi, pembiayaan,
dan investasi.
2) Dengan dibuatnya perhitungan diatas, kndisi keuangan perusahaan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik.
2. ANALISIS LIKUIDITAS
Likuiditas ialah kemampuan perusahaan mmenuhi semua kewajibanya yang jatuh
tempo kemaampuan itu dapat diwujudkan bila jumlah harta lancar lebih besar dari
pada utang lancer.
Perusahaan yang likuid adalah perusahan yang mampu memenuhi semua
kewajibannya yang jatuh tempo dan perusahaan yang tidak likuid adalah
perusahaan yang tidak mampu memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo.
27
Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan kepercayaan dari pihak luar terutama
para kreditur dan pemasok, dan dari pihak dalam yaitu karyawanya. Oleh sebab itu,
setiap perusahaan harus memiliki likuiditas badan usaha (berhubungan dengan pihak
luar) dan likuiditas perusahaan (berhubungan dengan pihak dalam perusahaan).
Untuk memperbaiki likuiditas dapat dilakukan dengan cara : (1) pemilik menambah
modal, (2) menjual sebagian harta tetap, (3) utang jangka pendek dijadikan utang
jangka panjang, (4) utang jangka pendek dijadikan modal sendiri.
3. PERAMALAN KEUANGAN
Kegiatan bisnis sebaiknya dimulai dari mengadakan peramalan kondisi di masa
depan, terutama adalah situasi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Kondisi politik
menentukan kegiatan bisnis. Untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu
dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi
relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan
keuangan. Peramalan bisnis ini dituangkan dalam angka – angka keuangan menjadi
peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis. Metode yang lazim digunakan
adalah:
1) Siklus Arus kas
2) Pola Pembiayaan
3) Perubahan Penjualan
4) Regressi
a. Siklus Arus Kas
Siklus bisnis dimulai dari uang sebagai kapital untuk menjalankan kegiatan
bisnis, kemudian melahirkan uang (kapital) yang lebih besar lagi. Dengan
demikian, unit organisasi bisnis mendapatkan keuntungan atau laba.
Uang
Uang (Rp 1.000)
Kegiatan Bisnis
Kegiatan Bisnis
Uang
Uang (Rp. 1.200)
Uang sebagai kapital pertama- tama dari setoran pemilik organisasi bisnis
sebagai kapital yang lazim disebut Equity (ekuitas) atau modal sendiri. Jika
kapital sendiri tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan bisnis, organisasi
meminjam uang dari sumber – sumber pembiayaan (bank dan lembaga
keuangan non – bank). Kedua jenis sumber modal itu (modal sendiri dan utang
jangka panjang) disebut modal permanen atau capital invested.
Modal permanen digunakan untuk membangun organisasi bisnis dan membeli
peralatan bisnis, kemudian untuk membiayai kegiatan bisnis yaitu membeli
bahan baku untuk diolah menjadi komoditi, membayar upah tenaga kerja, dan
membayar berbagai biaya tidak langsung antara lain biaya tidak langsung pabrik
(faktory overhead), biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga, biaya sewa,
dan pajak. Semua ini dikeluarkan uang tunai (cash). Setelah menjadi komoditi
28
dijual dipasar, melahirkan uang tunai kembali. Dengan demikian arusnya yaitu
dari uang tunai (cash), kegiatan bisnis, kemudian menjadi uang tunai kembali.
Biaya membangun organisasi dan biaya peralatan bisnis secara periodik
diamortisasi dan didepresiasi berdasarkan suatu metode tertentu kemudian
dibebankan kepada komoditi yang dijual, ini merupakan proses menjadikan
kembali uang tunai melalui kegiatan bisnis. Dengan demikian, arus kas masuk
bersih dapat disajikan sebagai : laba bersih + amortisasi dan depresiasi. Keahlian
menjadikan uang tunai Rp 1000 pada awal tahun menjadi Rp 1200 pada akhir
tahun adalah keahlian menejer bisnis.
b. Pola Pembiayaan
Yang dimaksud dengan pola pembiayaan adalah pembiayaan untuk modal kerja
dan harta tetap. Modal kerja digolongkan menjadi dua, yaitu modal kerja
permanen dan modal kerja musiman. Modal kerja permanen harus dibiayai oleh
utang jangka panjang dan modal sendiri. Sedangkan modal kerja musiman bisa
dibiayai oleh utang dagang, utang bank jangka pendek, atau utang wesel bayar
atau dikenal dengan commercial papers.
Harta tetap harus dibayar oleh utang jangka panjang dan modal sendiri.
Manajemen harus memperhitungkan umur ekonomis harta tetap dan model
penyusutan yang akan dibebankan kepada produk yang dijual. Makin tinggi
nilai penyusutan makin besar arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin
tinggi harga pokok penjualan suatu produk dan akhirnya sulit masuk dalam
persaingan pasar bebas. Sedangkan makin kecil nilai penyusutan makin kecil
arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin rendah harga pokok penjualan
suatu produk dan lebih mudah masuk pasar persaingan bebas. Manajemen harus
mengadakan penukaran (trade-off) antara kepentingan arus kas masuk dan
pangsa pasar.
Baik modal kerja permanen maupun modal kerja pemanen harus tumbuh terus
menerus sepanjang waktu (steady growth). Sedangkan modal kerja musiman
mengikuti perkembangan permintaan pasar. Permintaan tinggi, kebutuhan
modal kerja musiman tinggi, dan sebaliknya. Jika perusahaan memiliki kelebihan
uang tunai, peusahaan harus menginvestasikan sementara pada harta keuangan
jangka pendek atau surat-surat berharga yang mudah diperjual belikan
(marketable securities).
c. Perubahan Penjualan
Perubahan penjualan mengakibatkan perubahan harta dan utang jangka pendek,
karena untuk memenuhi kenaikan penjualan harus membutuhkan tambahan
harta dan utang jangka pendek, khususnya utang dagang. Kebutuhan dana
untuk memenuhi tambahan penjualan itu dapat dipenuhi dari dalam dan dari
29
luar perusahaan, jika kenaikan kecil, kemungkinan tambahan dana dapat
dipenuhi dari dalam perusahaan, dan jika kenaikan penjualan besar, pada
umumnya tambahan dana duipenuhi dari luar perusahaan (dari tambahan
modal sendiri atau dari utang jangka panjang). Tambahan dana akibat kenaikan
penjualan.
d. Ramalan Laba Operasi
Setelah unit penjualan dan harga diramal dan biaya diklasifikasikan menjadi
biaya tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat peramalan laba, dalam berbagai
kondisi ekonomi, misalnya kondisi ekonomi buruk jumlah penjualan 600 unit,
normal 900 unit, dan baik 1.200 unit. Peramalan laba dapat disajikan berikut ini
dalam berbagai kondisi ekonomi.
Tabel 8.8
Peramalan Laba : Harga per unit Rp 9.125;
Biaya Variabel per unit Rp 2.375
Kondisi
Ekonomi
Sales
Unit
Sales
(Rp)
Biaya
variabel
(Rp)
Biaya
tetap
(Rp)
Laba
operasi
(Rp)
Buruk
600
5.475
1.425
5.181
(1.131)
Normal
900
8.212
2.138
5.181
893
Baik
1.200
10.950
2.850
5.181
2.919
Catatan : laba operasi ialah penjualan dikurangi biaya variabel dan biaya tetap
Soal 4.1: PT Muara Bhakti
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
(Rp)
Keterangan
(Rp)
Harta Lancar
Harta tetap
10.000
20.000
Hutang
Modal sendiri
18.000
12.000
Jumlah harta
30.000
Jumlah hutang & modal
Data akuntansi selama lima tahun adalah sebagai berikut :
30.000
Tahun
Sales
(Unit)
Harga DMC DLC
(Rp) (Rp) (Rp)
FOH
(Rp)
ME AE
(Rp) (Rp)
1
2
3
4
5
1.000
1.100
1.050
1.200
1.250
13,50
13,40
13,60
13,55
13,50
1.650
1.700
1.725
1,775
1.800
3.150
3.200
3.150
3.200
3.250
1,35
1,40
1,50
1,60
1,75
1,80
1,90
2,00
2.10
2,05
4.900
5.100
5.000
5.100
5.200
30
Keterangan :
1. Harga, DMC (Direct material Cost), DLC (Direct Labor Cost) adalah dalam
perhitungan per unit.
2. FOH (Factory Overhead), ME (Marketing Expenses), dan AE (Administrative
Expenses) adalah dalam perhitungan total biaya.
3. Ramalan penjualan, harga, biaya bahan langsung, dan upah langsung
menggunakan time serie tergantung pada anda model yang dipilih, moment
atau least squeres.
4. Klasifikasi biaya overhead dan biaya pemasaran menggunakan korelasi least
squeres, sedangkan biaya administrasi menggunakan titik tertinggi dan
terendah.
Diminta:
1. Menyusun perhitungan rugi laba bersih secara “Marjin Kontribusi” pada
tahun ke 5 dan ke 6, jika diketahui bunga pinjaman 500, pajak penghasilan
peusahaan 30 %, dividen yang rencana dibayarkan 40 %, berapa besarnya
laba ditahan?
2. Menyusun anggaran laba operasi fleksibel pada tahun keenam pada kapasitas
1.000 unit, 1.300 unit dan 1.500 unit.
3. Agar perusahaan tidak menderita kerugian, berapa unit yang harus
diproduksi dan dijual pada tahun keenam.
4. Jika pada tahun keenam kondisi ekonomi buruk, diperkirakan perusahaan
menderita kerugian 5 % dari total penjualan, berapa besarnya penjualan
tahun keenam?
5. Jika tahun keenam kondisi sangat baik, dan perusahaan diperkirakan laba Rp
2.000, berapa nilai penjualan tahun keenam.
BAB 5
PERENCANAAN KEUANGAN
Perencanaan keuangan suatu perusahaan pada umumnya disajikan dengan model:
(1) anggaran, (2) titik impas, (3) tingkat leverage operasi, dan (4) return on
investment atau ROI.
Anggaran
Hasil peramalan keuangan tabel 8.3 (mengenai ramalan unit penjualan tahun
keenam sebesar 906 unit), tabel 8.4 (mengenai ramalan harga jual Rp 9.125 per
unit dan tabel 8.7 (mengenai biaya variabel Rp 2.375 dan biaya tetap total Rp
5.181) pada bab 8, dapat disusun anggaran rugi laba tahun ke 6 sebagai berikut :
Sales 906 unit @ Rp 9.125
Rp 8.267
Variable cost 906 unit @ Rp 2.375
Rp 2.152
Marjin kontribusi
Rp 6.115
Biaya tetap
Rp 5.181
Laba operasi
Rp 934
Anggaran diatas adalah lazim disebut anggaran statis, karena hanya pada satu
titik penjualan yaitu 906 unit penjualan. Dengan menjual pada jumlah tersebut,
perusahaan direncanakan akan mendapatkan laba operasional Rp 934.
Manajemen akan sangat mudah membuat perencanaan keuangan jika biaya
operasi diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Model
klasifikasi biaya operasi tersebut telah dijelaskan dalam peramalan keuangan
dengan model titik terendah tertinggi atau model least squeres. Yang paling
mudah adalah menggunakan model titik terendah tertinggi, tetapi tingkat
akurasinya rendah. Model anggaran operasi diatas sangat sederhana dan mudah
dipraktikan dan mudah dipahami bagi setiap level manajer. Oleh sebab itu,
diharapkan semua level manajer harus mengetahui dan memahami perilaku
biaya dan tekhnik penyajian anggaran laba.
Mengenai total biaya tetap sebesar Rp 5.181 itu adalah biaya tetap pada jarak
penjualan tertentu (relevant range) 0 sampai dengan 1.000 unit. Jika penjualan
diatas 1.000 unit besarnya biaya tetap akan meningkat. Jika manajemen membuat
perencanaan laba pada penjualan diatas 1.000 unit, maka total biaya tetap diatas
Rp 5.181, misal Rp 6.000. Perhitungan laba rugi pada tahun tingkat penjualan
1.000 adalah sebesar 1.000 x (9.125 - 2.375) – Rp 6.000 = Rp750
Dengan data diatas, manajemen dapat menyusun anggaran diberbagai alternatif
titik kegiatan, yang lazim disebut anggaran fleksible. Berikut ini dalam Tabel 5.1
disajikan bentuk anggaran fleksibel.
31
32
Tabel 5.1
Anggaran fleksibel Tahun ke 6
Keterangan
Penjualan
750 Unit
Penjualan
800 Unit
Penjualan
Rata-rata
936 sales
Penjualan
Biaya varibel
Marjin kontribusi
Biaya tetap
6.844
1.781
5.063
5.181
7.300
1.900
5.400
5.181
8.541
2.223
6.318
5.181
Laba Operasi
(118)
219
1.137
Keterangan :
Jika perusahan hanya mampu menjual 750 unit, maka kerugian perusahaan Rp 118
Analisis Pulang Pokok (Titik Impas)
1. analisis pulang pokok merupakan model perencanaan dan pengendalian
keuangan dasar. Hubungan antara besarnya pengeluaran investasi dan
volume yang diperlukan untuk mencapai profitabilitas disebut analisis
pulang pokok (break even analysis) atau perencanaan laba. Analisis pulang
pokok merupakan alat untuk menentukan titik dimana penjualan akan impas
menutup biaya-biaya.
2. Dalam analisa model pulang pokok biaya-biaya harus dibedakan biaya
variabel dan biaya tetap, seperti disajikan dalam perhitungan diatas.
3. Titik impas dapat disajikan dalam perhitungan berikut ini.
Perhitungan titik impas :
FC
5.181
=
CMPU
(9.125 – 2.375)
=
768 unit 768 x Rp 9.125 = Rp 7.008
Penjualan 768 unit @ Rp 9125 = Rp 7.008
Biaya variabel 768 unit @ Rp 2.375 = Rp 1.824
Marjin kontribusi
= Rp 5.184
Biaya tetap
= Rp 5.181
Laba operasi (akibat pembulatan)
= Rp
3
Margin Of Safety
Jika penjualan nyata (direncanakan) 750 unit, dapat dihitung margin of safety atau
tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan
33
nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas),
maka margin of safety=
Sales aktual – Sales BEP
= (750 – 768) = - 2,4 %
Sales aktual
750
Jika penjualan nyata (direncanakan) 936 unit, dapat dihitung margin of safety atau
tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan
nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas),
maka margin of safety =
Sales aktual – Sales BEP
Sales aktual
= (936 - 768) = 17,95 %
936
Tingkat Leverage Operasi
Tingkat leverage operasi (degree of operating leverage) ialah sejauh mana pengaruh
biaya tetap terhadap perubahan penjualan dan laba. Pada contoh diatas, pada
penjualan 906 unit, tingkat leverage operasi dapat dihitung :
Marjin Kontribusi
= Tingkat Leverage Operasi
Laba operasi
Sales 906 unit @ Rp 9.125
Variable cost 906 unit @ Rp 2.375
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Laba operasi
Rp 8.267
Rp 2.152
Rp 6.115
Rp 5.181
Rp 934
Tingkat leverage operasi = 6.115/934 = 6.547 X. Hasil sebesar itu diakibatkan
karena biaya tetap tinggi sehingga laba operasi kecil. Jika biaya tetap kecil, maka
tingkat leverage operasi akan kecil, dan pengaruh perubahan penjualan akan
kecil terhadap perubahan laba. Biaya tetap mempunyai pengaruh besar terhadap
laba operasi. Biaya tetap merupakan manifestasi dari peralatan bisnis yang
memiliki tiga alternatif, yaitu :
1. Jika peralatan bisnis (fixed assets) modern, maka biaya tetapnya tinggi, dan
tingkat leverage operasinya tinggi
2. Jika peralatan bisnis (fixed assets) sedang (tidak terlalu canggih dan tidak
terlalu saderhana) maka biaya tetapnya sedang, dan tingkat leverage
operasinya sedang
3. Jika peralatan bisnis (fixed assets) sederhana, maka biaya tetapnya rendah, dan
tingkat leverage operasinya rendah
Berikut ini disajikan contoh tiga alternatif peralatan bisnis yang berhubungan
dengan biaya tetap dan laba operasi.
34
Tabel 5.2
Tingkat Leverage Operasi : Kondisi Ekonomi Normal, Penjualan Rp 1.000
Keterangan
PT A
PT B
PT C
Penjualan
Biaya varibel
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Laba operasi
Tingkat leverage operasi
Tingkat titik impas
Rasio biaya variabel
Teknologi yang digunakan
Kondisi ekonomi buruk
1.000
600
400
100
300
1,33X
250
0,6
Sederhana
Bertahan
Hidup
Kurang
Berkembang
1.000
500
500
200
300
1,67X
400
0,5
Sedang
Biasa
1.000
400
600
300
300
2X
500
0,4
Canggih
Cepat
Bangkrut
Cepat
Berkembang
Kondisi ekonomi baik
Biasa
Tabel 5.4
Tingkat Leverage Operasi : Kondisi Ekonomi Baik, Penjualan Rp 2.000
Keterangan
PT A
PT B
PT C
Rasio biaya variabel
Penjualan
Biaya variabel
Marjin kontribusi
Biaya tetap
0,6
2.000
1.200
800
100
0,5
2.000
1.000
1.000
200
0,4
2.000
800
1.200
300
Laba operasi
700
800
900
Laba operasi Ekonomi normal
Kenaikan laba operasi
Rasio kenaikan laba operasi
Tingkat leverage
300
400
133 %
1,33X
300
500
167 %
1,67X
300
600
200 %
2X
Berdasarkan ilustrasi di atas menunjukkan bahwa tingkat leverage operasi
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perubahan penjualan dan laba operasi.
1) Jika tingkat leverage, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik
sebesar tingginya leverage tersebut
2) Jika tingkat leverage sedang, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik
sebesar tingginya leverage tersebut
3) Jika tingkat leverage rendah, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi akan naik
sebesar tingginya leverage tersebut
35
Dalam kondisi ekonomi baik, perusahaan yang mempunyai pangsa pasar luas harus
memodernisasi peralatan bisnisnya agar mampu melayani permintaan pasar.
Sebaliknya dalam kondisi ekonomi buruk, perusahaan yang leveragenya tingginya
akan cepat bangkrut atau mengalami kerugian. Demikian, leverage operasi
merupakan “pedang bermata dua”, bisa menghancurkan dan bisa mengembangkan
perusahaan.
Return On Investment (Roi)
ROI pada umumnya digunakan untuk membuat perencanaan keuangan
perusahaan konglemerasi atau perusahaan multinasional, karena mereka
memiliki cabang di seluruh dunia, atau memiliki banyak anak-anak perusahaan.
Ada dua versi ROI, yaitu :
1) Rasio laba operasi terhadap total investasi
2) Rasio laba bersih terhadap total investasi
Pada versi pertama, digunakan untuk jika manajer anak perusahaan sebagai
pusat investasi (invesment center), di mana seluruh investasi dibiayai oleh induk
perusahaan, sehingga ia tidak berhak menggunakan pembiayaan kredit jangka
panjang untuk membiayai investasinya. Sedangkan pada versi kedua, di mana
manajer anak perusahaan memiliki hak untuk membiayai investasi dengan
kredit jangka panjang.
ROI hakikatnya adalah perpaduan dua unsur kemampuan manajemen yaitu : (1)
kemampuan manajemen memperoleh laba operasi atau laba bersih, dan (2)
kemampuan manajemen menggunakan harta yang sekecil-kecilnya untuk
memperoleh hasil penjualan sebesar-besarnya. Atau dengan bahasa lain, ROI
adalah perwujudan kemampuan manajemen dalam : (1) efisiensi biaya, dan (2)
meluaskan pangsa pasar. Rumus ROI dapat disajikan berikut ini :
ROI= Laba operasi x Penjualan
Penjualan
total investasi
Model ROI dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi model ROE, yaitu
menambahkan faktor penggunaan model dari pihak ketiga atau faktor leverage
yaitu total harta atau total investasi dibagi total modal sendiri. Persamaan diatas
dapat dikembangkan sebagai berikut:
ROE
= laba bersih
Penjualan
x
penjualan
x
total investasi
total investasi
total modal sendiri
Laba bersih dibagi penjualan menunjukkan kemampuan manajemen
memperoleh laba bersih untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan;
penjualan dibagi total investasi menunjukkan kemampuan manajemen
mengelola harta perusahaan untuk memperoleh pendapatan atas penjualan
36
barang atau jasa yang dihasilkan; dan total investasi dibagi modal sendiri
menunjukkan kemampuan manajemen untuk menggunakan modal dari pihak
ketiga untuk memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan.
Soal 5.1: PT Mulia
Titik impas PT Mulia adalah sebesar Rp 180.000. dalam bulan Juli 2000, kondisi PT
Mulia menunjukkan bahwa penjualan dalam unit sebesar 33.000 unit ini berkat
kebijakan marketing yang baru yang memberi insentif besar kepada para manajer
penjualan dan pada tenaga penjual. Setelah diperhitungkan hanya terjadi kenaikan
sales sebesar 10 % saja jika dibanding dengan bulan Juni. Kenaikan sales 10 % itu
kurang memuaskan top eksekutif, karena laba operasi yang diharapkan dapat
mencapai 20 % seperti laba operasi pesaingnya, tetapi kenyataannya laba operasi
bulan Juli hanya sebesar Rp 40.500; top eksekutif mengharapkan laba operasi
nominal berkisar antara Rp 49.000 sampai dengan Rp 50.000.
Manajemen minta disajikan laporan keuangan model marjin kontribusi, bukan
model fungsional seperti laporan keuangan yang disajikan untuk pihak ketiga.
Untuk bulan Junidan Juli 2000 diminta: menyusun income statement model marjin
kontribusi, menghitung titik impas dalam unit, menghitung marjin of safety dalam
rupiah, dalam persentase, dan menghitung tingkat leverage operasi, dan mengapa
tingkat operasi dan marjin safety menurun.
Untuk bulan Agustus 2000 diminta: (1) menghitung target penjualan, jika
diperkirakan bulan agustus 2000 kondisi ekonomi dan politik buruk, sehingga
menderita kerugian Rp 500. agar perusahaan tidak rugi dalam bulan Agustus,
saudara diminta untuk memberi rekomendasi tentang restrukturisasi biaya,
terutama biaya tetap, biaya tetap yang mana yang layak yang harus direstrukturisasi
sehingga perusahaan tidak menderita kerugian? (2) Jika bulan Agustus 2000 kondisi
ekonomi dan politik bagus dan PT Mulia dapat menaikkan penjualannya 20% dari
bulan Juni dan dapat menghemat biaya tetap 10% dari bulan Juli, apakah ia dapat
mengatasi pesaingnya yang laba operasinya 20%?
ASUMSI ANALISIS TITIK IMPAS
LABA-RUGI BERDASARKAN METODE PEMBIAYAAN VARIABEL
RUMUS KUANTITAS DAN PENJUALAN TITIK IMPAS
TITIK IMPAS KAS
BAB 6
KEBIJAKAN MODAL KERJA
Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta
lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal
kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal
kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja bersih adalah jumlah harta
lancar dikurangi jumlah utang lancar (current liabilities). Manajemen modal kerja
mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu lebih besar
daripada utang lancar.
Salah satu tugas manajer keuangan adalah mengelola harta lancar untuk membiayai
kegiatan bisnis dan untuk membayar utang yang jatuh tempo. Oleh sebab itu, harta
lancar itu harus dibiayai dengan utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Di
Negara-negara maju, bunga utang jangka pendek lebih murah daripada bunga
utang jangka panjang. Hal itu disebabkan resiko pengembalian utang jangka pendek
lebih kecil daripada utang jangka panjang , dan penawaran modal cukup besar;
manajer keuangan pada umumnya cenderung memilih membiayai harta lancar
dengan utang jangka pendek. Tetapi di Negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia, bunga utang jangka pendek lebih mahal daripada utang jangka
panjang, karena penawaran modal relatif kecil dan untuk memperoleh modal secara
cepat sulit dipenuhi, oleh sebab itu manajer keuangan pada umunya cenderung
memilih membiayai harta lancar dengan utang jangka panjang.
Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti transaksi
bisnis, khususnya tingkat penjualan. Manajemen pada umumnya mengambil
kebijakan modal kerja agresif, moderat, konservatif, tergantung keberaniannya
mengamnbil resiko bisnis. Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan
hilangnya kepercayaan internal dan eksternal. Kepercayaan internal adalah
kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang disebabkan karena gaji dan upah tidak
dibayar tepat waktu. Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari
partner bisnis khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo
tidak dibayar tepat waktu. Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan
tersebut dapat dipastikan akan bangkrut.
1. Pengertian Modal Kerja
Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan modal kerja ialah analisis saling
hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga
disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang luas,
manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk
mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek;
perusahaan harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang keputusan
ini sangat penting karena sebagian besar waktu manajer keuanagn digunakan
untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar.
Gifman (1994:643) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar
yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1981:245)
menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam
jangka pendek; kas, surat-surat berharga (efek), piutang,, persediaan. Petty,
Keown, Scott, dan Martin (1993:532) menjelaskan bahwa secara tradisional modal
kerja dapat didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam harta lancar.
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar,
mempunyai fungsi utama yaitu; (1) menyesuaikna tingkat volume penjualan dan
penjualan musiman; di mana silklus volume penjualan jangka pendek ini
merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan, (2)
membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan
biaya modal dan menaikkan laba.
Modal keja sangat penting bagi perusahaan karena; (1) sebagian besar pekerjaan
manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
yang memerlukan modal keja, (2) pada umumnya nilai harta lancar suatu
perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini perlu pengelolaan
yang serius, (3) khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat
penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal,
(4) perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan
modal kerja (Brigham dan Weston, 1981:245-246).
Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat
berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja dapat diklasifikasi menjadi
empat pengertian, yaitu:
1) Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar
perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian
diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal
kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif.
2) Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi
utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan
kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan untuk
membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat dikatakan sebagai modal
kerja kualitatif.
3) Modal kerja fungsioal yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan
pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan, piutang
sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan.
4) Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham dan
obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang termasuk
dalam jumlah piutang.
Keempat pengertian modal kerja tersebut dapat disajikan dari angka-angka
neraca yaitu disajikan dalam tabel 13.1. Jumlah modal kerja dapat dihitung
sebagai berikut:
1) Modal kerja bruto (Gross Working Capital) atau Modal Kerja Kuantitatif
sebesar jumlah harta lancar yaitu sebesar Rp 1.400.
2) Modal kerja netto (Net Working Capital) atau Modal Kerja Kualitatif sebesar
harta lancar dikurangi utang lancar yaitu Rp 1.400 – Rp 560 = Rp 840. Modal
kerja ini lazim disebut Modal Kerja Permanen karena adanya dalam
perusahaan lebih dari satu tahun atau secara permanen. Makin tinggi jumlah
modal kerja permanen makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan.
3) Modal kerja fungsional (Functional Working Capital); kas + persediaan + (75%
X piutang) + penyusutan aktiva tetap. Jumlah modal kerja fungsional = Rp
200 + Rp 840 + Rp 120 +Rp 500 = Rp 1.660. Unsur-unsur tersebut secar nyata
berfungsi menggerakkan kegiatan perusahaan.
4) Modal kerja potensial (Potensial Working Capital); keuntungan dari piutang +
efek, (25% X Rp 160) + Rp 200 = Rp 240. Keuntungan atau laba dari piutang,
di mana piutang asalmya dari penjualan merupakan kemampuan manajemen
menggali sumber dana dari bisnis yang dapat digunakan untuk modal kerja
dan perluasan usaha. Sedangkan efek atau surat berharga yang mudah
dipasarkan (marketable security) merupakan kelebihan kas yang ditanam
dalam surat-surat berharaga untuk tujuan mendapatkan keuntungan.
Tabel 12.1
Neraca PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Perhitungan Dalam Rupiah)
Kas
200
Efek (Sekuritas)
200
Piutang
160
Persediaan
840
Total harta lancar (a)
1.400
Tanah
100
Mesin
700
Penyusutan Mesin
Hutang Dagang
Hutang Wesel
Hutang Pajak
Hutang Biaya
Total hutang
lancar (d)
Hutang Obligasi
5% (e)
Modal Saham
Agio Saham
Laba ditahan
Total modal
sendiri (f)
300
100
160
60
560
600
1.200
200
440
1.840
(100)
Gedung
1.000
Penyusutan Gedung
(200)
Total harta tetap (b)
1.500
Intangible assets (c)
100
Total harta (a+b+c)
3.000
Total klaim
(d+e+f)
3.000
Tabel 12.2
Laba-Rugi PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Prhitungan Dalam Rupiah)
Keterangan
Penjualan Bersih
Harga Pokok
Penjualan
Laba Kotor atas
penjualan
Biaya Pemasaran
(penjualan)
Biaya administrasi
Laba opersai (EBIT)
Bunga obligasi 5% X
600
Laba sebelum pajak
(EBT)
Pajak Perseroan 40% X
400
Laba bersih (EAT)
(Rp)
4.000
3.000
1.000
300
270
430
30
400
160
240
Rasio
100,00%
75,00%
25,00%
7,50%
6,75%
10,75%
0,75%
10,00%
4,00%
6,00%
Keterangan:
1) Laba kotor 25%, berarti besarnya harga pokok penjulan 75%, dan ini berarti
bahwa nilai piutang secara fungsional sebesar 75% X Rp 160 = Rp 120.
2) Besarnya penyusutan Rp 500 yang terkandung dalam harga pokok penjualan,
biaya pemasaran dan biaya administrasi. Karena ketiga unsur tersebut
masing-masing memiliki aktiva tetap yang disusut.
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar,
mempunyai fungsi utama yakni:
1) Menyesuaikan perubahan tingkat volume produksi dan penjualan; jumlah
modal kerja sangat tergantung pada volume kegiatan bisnis, makin tinggi
kegiatan bisnis, makin besar modal kerja dibutuhkan untuk membiayai
kegitan tersebut.
2) Membantu memaksimumkan nilai perusahaan, yaitu dengan cara
memperkecil biaya modal untuk meningkatkan hasil (return). Makin besar
modal kerja diperoleh dari pinjaman jangka pendek tanpa bunga, misalnya
dari para pemasok, maka makin kecil dari sumber modal permanen, dan
dengan demikian akan menurunkan biaya modal.
Hakikatnya, modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian
dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu
kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar ke biaya material, upah buruh, biaya
overhead pabrik biaya pemasaran, biaya umum, persediaan, penjualan, piutang,
dan akhirnya kembali ke kas. Perputaran tersebut harus cepat agar supaya dapat
meningkatkan pendapatan atas penjualan dan laba.
2. Perkembangan Modal Kerja
Dunia bisnis dimulai dari zaman agraris atau zaman feodalisme, di mana bidang
pertanian merupakan unsur pokok penunjang kegiatan bisnis. Bidang pertanian
merupakan pemasok bahan baku industri, oleh sebab itu hubungan antara
industri dengan pertanian sangat erat sekali. Hubungan itu dijembatani dengan
tersedianya modal kerja untuk membeli produk pertanian yang ditentukan oleh
faktor musim, kemudian mengolahnya menjadi komoditi manufaktur dan
menjualnya; siklusnya dalam kurun waktu satu tahun. Oleh sebab itu,
kebutuhan modal kerja pada umumnya dipenuhi dengan utang jangka pendek.
Gambar 13.1 menggambarkan hubungan harta tetap dengan modal kerja (harta
lancar).
Gambar 12.1
Hubungan antara Harta Tetap dengan Modal Kerja (Harta Lancar)
Rupiah
Modal kerja atau Harta lancar
Dibiayai oleh :
- Hutang Jangka Pendek
Dibiayai oleh :
- Hutang Jangka Panjang
- Modal Sendiri
Harta Tetap
Waktu
2002
2003
2004
Gambar 13.1 menunjukkan bahwa pada hakikatnya modal kerja tidak akan
sampai ke titik nol. Itu berarti bahwa sebagian modal kerja dibiayai oleh utang
jangka panjang yang akan digunakan untuk membiayai administrasi bisnis
sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji dan upah; biya telpon, air, listrik;
biaya kantor, dan lain-lain.
Perkembangan modal kerja selanjutnya dapat dilihat pada gambar 13.2. Modal
kerja dapat dikategorikan menjadi modal kerja permanen dan modal kerja
musiman, di mana modal kerja musiman dibiayai oleh utang jangka pendek.
Gambar 13.2
Rupiah Perkembangan Modal Kerja di Era Industri
Dibiayai oleh :
- Hutang Jangka Pendek
Modal kerja
Musiman
Dibiayai oleh :
- Hutang Jangka
Panjang
- Modal Sendiri
Modal kerja
Permanen
Harta
Tetap
Waktu
2002
2003
2004
3. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki
kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan
macet operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
yang dihasilkan. Jika hal itu terjadi, ia akan ditinggalkan pelanggannya, dan
menderita kerugian. Oleh sebab itu, sebagian besar pekerjaan manajer keuangan
dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Besarnya modal kerja
tergantung pada jenis bisnis, tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu
perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan
yang serius.
Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena
mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar uang.
Ia harus membiayai kegiatan bisnis dari modal sendiri karena belum
memperoleh kepercayaan dari pihak lain atau sulitnya masuk ke pasar modal.
Perusahaan kecil sulit akan lambat berkembang karena ia hanya didukung oleh
modal sendiri, khususnya dari laba ditahan.
Perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal
kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh ia banyak melakukan kegiatan terutama
kegiatan produksi dan pemasaran. Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal
kerja yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang tanpa didukung oleh
modal kerja yang kuat, ia akan kembali layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu,
dapat dikatakan bahwa modal kerja adalah “ruh” atau energi internal yang
menggerakkan seluruh kegiatan perusahaan. Hampir semua perusahaan dalam
berbagai bidang kegiatan bisnis, mengelola modal kerja meliputi tiga aspek
yaitu:
1) Kebijakan modal kerja
2) Manajemen harta lancar
3) Sumber pembiayaan jangka pendek
4. Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat
bunga, makin panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman
jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar
bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa
mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi
pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang
dipenuhi dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi,
risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada
umumnya perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi
kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian disebut menganut
kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus
dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang
lancar, harta tetap sebauiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan modal
sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis dengan
kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang
agresif; risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat
dipenuhi oleh tersedianya harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan
model ini lebih banyak gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang sulit
dicairkan menjdai uang tunai yaitu persediaan, khususnya persediaan barang
setengah jadi atau persediaan barang dalam proses. Perusahaan pada umumnya
memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya
dengan utang jangka pendek
2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang
jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
3) Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan
utang jangka panjang
Berikut ini disajikan dalam tabel 13.3 contoh ketiga kebijakan modal kerja dan
dampaknya terhadap tigkat pengembalian modal sendiri (Retun on Equity atau
ROE).
Tabel 12.3
Kebijakan Modal Kerja
Items
Konservatif
Harta lancar
Harta tetap
Total harta
Hutang jangka pendek, 12%
Hutang jangka panjang, 10%
Total utang
Modal sendiri
Total utang dan Modal
Rasio lancar
Bunga
Agresif
Moderat
150
200
350
200
200
400
300
200
500
200
0
200
150
350
100
100
200
200
400
50
200
250
250
500
200
0,7 sales
2:1
22
(12% x 100) +
(10% x 100)
270
0,65 sales
6:1
26
(12% x 50) +
(10% x 200)
385
0,60 sales
1.200
900
700
1.200
1.000
900
0,75:1
24
12% x 200
Biaya tetap
Biaya variabel
Penjualan:
Ekonomi kuat
Ekonomi normal
Ekonomi kritis
1.200
1.150
1.050
Keterangan: Pajak perseroan 40%
Tabel 12. 4
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kuat
Keterangan
Konservatif
Penjualan
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6)
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT)
Bunga
Laba sebelum pajak
Pajak perseroan 40%
Laba bersih (Earning After
Tax, EAT)
ROI = EBIT / Total Assets
ROE = EAT / Equity
Agresif
1.200
840
360
200
Moderat
1.200
780
420
270
1.200
720
480
385
160
24
136
54
150
22
128
51
95
26
69
28
82
46%
54%
77
38%
38%
41
19%
17%
Tabel 12. 5
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Normal
Keterangan
Penjualan
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6)
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT)
Bunga
Laba sebelum pajak
Pajak perseroan 40%
Laba bersih (Earning After
Tax, EAT)
ROI = EBIT / Total Assets
ROE = EAT / Equity
Agresif
900
630
270
200
Moderat
1.000
650
350
270
Konservatif
1.150
690
460
385
70
24
46
18
80
22
58
23
75
26
49
20
28
20%
18%
35
20%
17%
29
15%
12%
Tabel 13. 6
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kritis
Keterangan
Penjualan
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6)
Marjin kontribusi
Biaya tetap
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT)
Bunga
Laba sebelum pajak
Pajak perseroan 40%
Laba bersih (Earning After
Tax, EAT)
ROI = EBIT / Total Assets
ROE = EAT / Equity
Agresif
700
490
210
200
Moderat
800
520
280
270
10
24
(14)
6
10
22
(12)
5
(8)
3%
(6%)
(7)
3%
(4%)
Konservatif
1.050
630
420
385
35
26
9
4
5
7%
2%
Keterangan:
1) Dalam kondisi ekonomi kritis, modal kerja harus dipenuhi dengan utang
jangka panjang agar kegiatan bisnis lancar. Jika kebutuhan modal kerja
dipenuhi dengan utang jangka pendek baik model agresif maupun model
moderat, perusahaan akan kesulitan menjalankan kegiatan bisnisnya,
sehingaa volume penjualan menurun.
2) Akibatnya, perusahaan menderita kerugian. Modal kerja mempunyai
dampak langsung terhadap volume kegiatan bisnis atau volume produksi
dan penjualan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja permanen, sulit
untuk menjalankan bisnisnya dalam kondisi krisis ekonomi.
5. Kebutuhan Modal Kerja
Suatu perusahaan dapat berjalan lancar jika didukung oleh modal kerja yang
memadai. Manajer keuangan harus menyediakan modal kerja sesuai dengan
kebutuhan operasi, yaitu untuk: pembelian bahan baku, pembayaran upah
buruh, pembayaran biaya overhead pabrik, pembayaran biaya pemasaran,
pembayaran biaya administrasi, pembayaran pajak, pembayaran dividend,
pembayaran jasa produksi, pembayaran angsuran utang dan bunga, dan lain-lain
kegiatan rutin perusahaan. Berikut ini disajikan teknik perhitungan kebutuhan
modal kerja. PT ABC memproduksi 100 unit produk ABC setiap harinya. Untuk
memproduksinya dibutuhkan biaya-biaya sebagai berikut:
1) Uang muka untuk pembelian bahan baku jenis A adalah 10 hari, harga per
unit bahan baku Rp 30, dibeli 100 unit.
2) Uang muka untuk pembelian bahan baku jenis B adalah 5 hari, harga per unit
bahan baku Rp 20, dibeli 100 unit.
3) Tanpa uang muka untuk pembelian bahan baku jenis C, harga per unit bahan
baku Rp 10, dibeli 100 unit.
4) Upah buruh Rp 10 unit output.
5) Biaya overhead pabrik Rp 9 per unit output.
6) Proses produksi 5 hari.
7) Barang jadi disimpan di gudang semua jenis produk 5 hari.
8) Rata-rata penagihan piutang untuk produk rata-rata 30 hari.
9) Biaya pemasaran Rp 50.000 dan biaya administrasi Rp 75.000 per bulan.
10) Kas besi Rp 50.000
11) Hari kerja 25 hari per bulan.
Keterangan:
1) Dana yang terikat pada bahan baku A = uang muka 10 hari + proses produksi
5 hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 50 hari.
2) Dana yang terikat pada bahan baku B = uang muka 5 hari + proses produksi 5
hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 45 hari.
3) Dana yang terikat pada bahan baku C = uang muka 0 hari + proses produksi
5 hari + gudang barang jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 40 hari.
Tabel 12.7
Kebutuhan Modal kerja
Berdasarkan data diatas dapat disusun kebutuhan kas sebagai berikut:
Keterangan
Jumlah
(Rp)
Bahan baku A, 100 unit x Rp 30 x 50 hari
Bahan baku B, 100 unit x Rp 20 x 45 hari
Bahan baku C, 100 unit x Rp 10 x 40 hari
Upah buruh, 100 unit x Rp 10 x 40 hari
Biaya overhead pabrik, 100 unit x Rp 9 x
40 hari
Biaya pemasaran, (Rp50.000 / (100 x 25))
x 100 unit x 40
Biaya administrasi, (Rp 75.000 / (100 x
25)) x 100 unit x 40
Persediaan kas minimum atau safety cash
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan
150.000
90.000
40.000
40.000
36.000
80.000
120.000
50.000
606.000
Keterangan:
1) Jika perusahaan tidak memiliki kecukupan modal kerja, maka kegiatan
operasinya akan terganggu dan kepercayaan dari pihak ketiga akan
berkurang.
2) Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki modal kerja
kualitatif atau modal kerja permanen yang sesuai dengan kebutuhannya.
BAB 7
MANAJEMEN KAS
Kas merupakan awal dari investasi dan operasi dari suatu perusahaan. Kas terdiri
dari mata uang (currency), giro, dan rekening koran di bank (bank deposits).
Perusahaan atau perseorangan menyimpan uang tunai (kas) untuk motif transaksi,
motif pencegahan, dan motif spekulatif. Suatu perusahaan harus memiliki uang kas
yang cukup dengan alasan untuk : (1) memperoleh potongan harga pada saat
membeli bahan baku atau peralatan, (2) menjaga rasio cair (acid test ratio) agar tetap
memperoleh kepercayaan dari kreditur (3) menangkap peluang bisnis sewaktuwaktu (4) mengantisipasi keadaan darurat seperti pemogokan, persaingan, dan
sebagainya.
Suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan
untuk mengetahui defisit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi posisi kas
periode tertentu dimasa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang
pengeluaran kas. Penerimaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, utang,
penjualan tunai, penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain.
Sedangkan pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva tetap,
pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran biaya
tidak langsung pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya umum,
dan administrasi, pembayaran bunga, pembayaran deviden, pembayaran jasa
produksi, pembayaran premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran lainlain.
Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga(efek
atau marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa,dan
saham preferen. Pemberian efek dilakukan untuk tujuan menjaga likuiditas (karena
hakikatnya efek tersebut adalah uang tunai, artinya mudah dijual di pasar bursa)
dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar
pembedaan harga jual dan harga beli. Investasi pada efek yang jangka panjang yang
semata-mata bertujuan untuk memperoleh keuntungan disebut “permanent
investment” atau “investment” yang dikelompokkan dalam harga tetap.
Dalam usaha meluaskan pasar, pada umumnya perusahaan menjual hasil
produksinya secara kredit yang melahirkan piutang. Kemudian diadakan penagihan
untuk kembali menjadi uang tunai. Siklus kas perusahaan adalah :
Kas
persediaan
piutang
kas
Pengeluaran kas untuk persediaan itu meliputi persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Makin tinggi ketiga nilai
persediaan berarti makin besar kas tertanam kepadanya. Besarnya investasi dalam
piutang ditentukan oleh : (1) voleme penjualan kredit, (2) syarat pembayaran kredit,
(3) ketentuaan tentang pembatasan kredit, (4) kebijakan pengumpulan piutang, (5)
kebiasaan dan karakter pelanggan. Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada
: (1) character, yaitu karakter para manajemen, (2) cavacity yitu kemampuan atau
kesanggupan membayar, (3) capital, yaitu kondisi posisi keuangan, (4) collateral yaitu
besarnya harta pelanggan, dan (5) condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik,
dan bisnis.
Pemberian kredit kepada pelanggan ditentukan oleh hasil penelitian dan analisis
kondisi likuiditas, rentabilitas, dan soliditas pelanggan (soliditas moral, komersial,
finansial). Ketiga unsur tersebut yang terpenting adalah unsur soliditas atau
kepercayaan. Untuk menjaga kepercayaan dari luar dan dari dalam perusahaan,
manajer keuangan harus membuat anggaran kas.
A. ALIRAN KAS
Kas suatu perusahaan harus dikelola dengan baik. Sebab, ia merupakan jantung
yang menggerakkan semua kegiatan, khususnya kegiatan operasi rutin. Suatu
perusahaan yang kekurangan kas akan kehilangan kepercayaan dari luar dan
dari dalam perusahaan. Pihak luar akan tidak percaya bila tagihannya tidak
dibayar tepat waktu, dan pihak dalam terutama buruh akan tidak percaya bila
upahnya tidak dibayar tepat waktu.
Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari buruhnya dan pemasoknya
(krediturnya) perusahaan tersebut lambat laun akan bangkrut. Buruh mulai tidak
loyal dan tidak produktif; pemasok dan kreditur mulai tidak mengadakan
transaksi bisnis dengan baik. Akibatnya, produk berkualitas renadh dan sulit
masuk pasar. Kebangkrutan menunggunya. Oleh sebab itu, kas harus dikelola
dengan baik, jujur, hati-hati, dan profesional.
Gambar 10.1:Pola Arus Kas
Utang jangka panjang
Utang
jangka pendek
Penjualan tunai
Modal pemilik
piutang
KA
Investasi
Lain-lain
harta-harta tetap
Investasi harta
keuangan
Lain-lain
Membiayai
kegiatan
operasi
B. KEUNTUNGAN MEMILIKI KAS YANG CUKUP
Perusahaan yang memilki kas yang cukup adalah perusahaan yang memilki
reputasi bisnis yang baik, karena semua transaksi dan utang-utangnya dapat
dibayar tepat pada waktunya. Disamping itu, perusahaantersebut dapat
memperoleh keuntungan dari pembelian bahan baku atau barang dagangannya
karena dapat melakukan pembelian tunai dengan memperoleh diskon. Misal,
term of trade 2/10, net 30, jika debitur membayar dalam waktu 30 hari, maka ia
tidak memperoleh diskon, dan jika debitur membayar 10 hari dari tanggal
pembelian, maka ia akan memperoleh diskon 2%. Berdasar data itu dapat
dihitung besarnya biaya modal jika perusahaan tidak mengambil diskon adalah
sebagai berikut:
Biaya
=
Persen diskon
x
100 dikurangi persen diskon
365
perluasan terakhir dikurangi
persen diskon
Biaya
=
2
x
100 dikurangi 2
365
30 dikurangi 10
= 0,0204 x 18,25
= 0,3723
= 37,23%
Itu meenunjukkan bahwa sesungguhnya besarnya bunga tahunan sebesar 37%.
Jika perusahaan tidak mengambil potongan tunai atau cash discount, ia ia
kehilangan ia menanggung bunga 37,23% per tahun. Manajemen keuangan yang
profesional dapat dipastikan ia akan mengambil potongan tunai. Jika kasnya
tidak cukup, ia dapat mengambil kredit dari bank untuk membeli tunai. Jika
besarnya bunga kredit dibawah 37,23%, ia akan mengambil kredit, dan jika
besarnya bunga kredit diatas 37,23%, ia bersedia kehilangan potongan tunai,
artinya ia akan membayar utang dagangnya dalam waktu 30 hari dari tanggal
pembelian.
Misalnya dalam satu tahun jumlah pembelian Rp 1.000 bunga kredit bank 20%
per tahun. Perusahaan akan mengambil potongan tunai atas pembeliannya, dan
ia akan memperoleh keuntungan walaupun pembeliannya itu dibayar dengan
kredit dari bank. Teknik perhitungannya :
Potongan pembelian 37,23% x Rp 1.000
Pembayaran bunga bank 20% x Rp 1.000
Keuntungan atas pembelian tunai
= Rp 373,20
= Rp 200,00
= Rp 173,20
Perusahaan yang memilki posisi kas kuat, ia memiliki kekuatan tawar tinggi
kepada pemasok; ia dapat tawar menawar besarnya potongan tunai; ia dapat
memilih pemasok yang baik. Disamping itu, ia memiliki reputasi terhormat
karena dapat memenuhi semua kewajibannya tepat waktunya.
C. ANGGARAN KAS
Anggaran kas adalah perhitungan arus kas masuk dan arus kas keluar dalam
periode yang ditentukan oleh penjualan tunai, piutang, pinjaman, pembelian
bahan, upah buruh, baiaya overhead pabrik, biaya pemasaran, biaya umum dan
adminitrasi, beban bunga dan anggsuran pinjaman, pajak perseroan, dan
pembayaran dividen.
Arus kas mulai dari sumbernya sampai dengan penggunaannya dapat disajikan
sebagai berikut ini. Transaksi bisnis PT Bandung Indah periode tahun pertama :
modal disetor oleh pemilik (terdiri dari 100 saham) Rp. 5.000, dibayar biaya
pendirian perusahaan (diamortisasi lima tahun beban biaya administrasi) Rp.
2.000, dibeli gedung pabrik dan peralatan Rp. 2.000, dibeli gedung pabrik dan
peralatan Rp. 1.650, dibayar tunai Rp. 650, sisanya dibayar oleh BBD sebagai
utang, disamping itu dipinjam dari BBD tunai Rp. 2.000, untuk modal kerja,
bunga 20% pertahun, penyusutan harta tetap itu dengan model sum of year
digidt method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada biaya overhead pabrik
tanpa nilai sisa ; dibeli gudang dan peralatan divisi pemasaran Rp. 1.000,
penyusutan method straight line method, umur 10 tahun, beban penyusutan
pada marketing expenses); tanpa nilai sisa ; dibeli gedung dan peralatan divisi
umum dan administrasi Rp. 1.200, penyusutan model straight line method, umur
10 tahun, beban penyusutan pada administrative expenses, tanpa nilai sisa; dibeli
material Rp. 1.400, (dibayar tunai Rp. 400, sisanya utang dagang), material
dipakai dalam proses produksi Rp. 1.300; dibayar tunai upah buruh (beban
proses produksi) Rp. 900; diperhitungkan harga pokok barang jadi 1.000 unit,
nilainya Rp. 3.000; dijual produk jadi 900 unit @ Rp. 8 (diterima tunai Rp. 2.400,
sisanya piutang dagang); dibayar baiaya pemasaran, tunai Rp. 800; dibayar biaya
umum dan administrasi, tunai Rp. 1.000; pada akhir periode dibayar bunga BBD
dan pajak perseroan 30%.rapat umum pemengang saham memutuskan
devidennd payout atio 50%, dan dibayar tunai. Di maan ditemukan bahwa saldo
kas minimum sebesar Rp. 1.000. apabila terjadi kekurangan kas,perusahaan akan
meminjamkan kepda bank BBD. Karena bunga, pajak dan dividen dibayar
tunai,maka terlebih dahulu harus disusun perhitungan laba rugi seperti
disajikan berikut ini.
Pendapatan penjualan
Harga pokok penjualan
Laba kotor atas penjualan
Beban pemasaran
7.200
2.700
4.500
900
Beban umum dan adminitrasi
Laba operasi ( earning before interest & tax=EBIT)
Beban bunga ,20% X Rp. Rp.3.000
Laba sebelum pakjak (earning before interest & tax=EBIT)
1.480
Beban pajak 30%
Laba bersih (earning before interest & tax=EAT)
Dividend payout ration% (1.036)
Laba ditahan ( retained aarning = RE)
1.520
2.080
600
444
1.036
518
518
Tabel 10.1
Anggaran kas PT. Bandung indah
N
o
1
2
3
3
4
5
6
7
8
10
12
13
14
15
16
17
18
Keterangan
Setoran moral pemilik
Biaya pendirian perusahaan
Harta tetap divisi pabrik
Pinjaman dari BBD
Harta tetap divisi marketing
Harta tetap divisi administrasi
Pembelian
bahan
baku
(
material )
Dibayar upah tenaga kerja
langsung (buruh)
Dibayar biaya oveehead pabrik
Penjualan tunai
Dibayar biaya pemasaran
Dibayar biaya administrasi
Dibayar bunga pinjaman 20%
XRp.3.000
Dibayar pajak perseroan
Dibayar dividen 50% X Rp.1
Pinjam ke BBD untuk menutup
kekurangan kas
Saldo kas minuman
Jumlah
Penerimaa
n
5.000
pengeluaran
2000
650
2.000
1.000
1.200
400
1.000
900
2400
800
1.000
600
444
518
2.112
11.512
1.000
11.512
D. Anggaran Kas Bulanan
Perusahaan merencanakan membuat anggaran kas selama empat bulan yaitu
januari,februari,maret dan april.saldo kas minimum ditentukan besarnya
Rp.1000. jika terjadi kekurangan kas harus segera meminjam bank untuk
mencukupinya; bungan bank perbulan 1.5 % saldo kas awal januari Rp.1.100.
data yang tersedia pada tabel 10.2.
Keterangan
Penerimaan :
Penjualan
tunai
Penerimaan
piutang
Lain-lain
Jan
Feb
Maret
April
2.000
2.500
3.000
4.000
2.000
35.00
3.500
1.000
600
800
300
400
Pengeluaran :
Pembelian tunai bahan baku
Upah buruh
Biaya overhead pabrik
Biaya pemasaran
Biaya umum dan administrasi
Bunga hutang jangka panjang
Pajak perseroan
2.000
1.000
600
1.400
700
300
160
2.200
1.800
700
1.300
725
275
18
1.800
1.200
800
1.000
750
250
46
1.000
1.000
800
1.000
725
275
74
Barang dagangan
Biaya operasional
Pembelian gedung kantor
Angsuran hutang jangka
panjang
Bunga hutang jangka panjang
4.270
1.450
300
4.830
2.050
0
4.060
1.650
0
3.290
1.450
0
100
100
100
100
40
38
36
34
Berdasarkan data di atas dapat disusun anggaran kas mulai bulan januari sampai
dengan april sebagai berikut.
Tabel 10.3
Anggaran Kas ( Januari s/d April)
Keterangan
Saldo awal
penerimaan
Total kas tersedia
Total pengeluaran
Saldo kas minimum
Kebutuhan kas
Lebih ( kurang )
Jan
Feb
Maret
April
1.100
4.600
5.700
1.017
6.800
7.817
1.072
6.800
7.872
1.099
5.400
6.499
6.160
1.000
7.160
(1.460)
7.018
1.000
8.018
(201)
5.846
1.000
6.846
1.026
4.874
1.000
5.874
625
Utang
Pembayaran
utang
jk.pdk
Bungan 18% tahun
Saaldo akhir kas
1.500
300
0
0
900
600
23
1.017
27
1.072
27
1.099
14
1.011
Soal 10. 1 : Perusahaan Manufaktur : PT Makmur Abadi
Neraca 1 Januari …….
(Dalam Ribuan Rupaih)
Kas
Piutang
Persediaan
Harta
tetap
bersih
Jumlah harta
5.000
4.000
4.475
6.525
Utang dagang
Utang bunga
Utang pajak
Uatang
jangka
panjang
Modal sendiri
Jumlah hutang dan
modal
20.000
2.000
1.800
1.200
5.000
10.000
20.000
Catatan : Bunga utang jangka panjang 20% per tahun. Nilai persediaan : Rp.4.475.00,
Terdiri dari : (Bahan baku Rp. 547.000 + barang jadi Rp. 3.928.000)
PT. ABC : Perhitungan Rugi Laba 1 Januari ….
(Dalam Ribuan rupiah)
Keterangan
Penjualan
Harga
pokok
penjualan
Laba kotor
Biaya pemasaran
Biaya administrasi
Laba operasi
Bungan 20% X Rp.
5.000
Laba sebelum pajak
Pajak 50%
Laba bersih
Dividen 80% X Rp.
1.750
Laba ditahan
Jumlah %
18.000 100,00
10.800 60,00
7.200
1.800
900
4.500
1.000
40,00
10,00
5,00
25,00
5,56
3.500
1.750
1.750
1.400
19,44
9,72
9,72
7,78
350
1,94
Rencana penjualan : Produk X 60.000 unit @ Rp. 200, Y 40.000 unit @ Rp. 250.
Proyeksi Persediaan: Awal:X 20.000 unit, Y 8.000 unit Akhir : X 25.000 unit, Y 9.000
unit. Penjualan dibayar tunai 70% dan sisanya kredit. Data yang tersedia antara lain
sebagai berikut :
Keterangan
Produk X
Produk Y
Persediaan
awal
(unit)
Persediaan
akhir
(unit)
Harga per unit (Rp)
Bahan
baku
A
4
5
32.000
Bahan
baku
B
2
3
29.000
Bahan
baku
C
0
1
6.000
36.000
32.000
7.000
12
5
3
Keterangan :
satu unit produk X digunakan bahan baku A 4 unit, B 2 unit dan C 0 unit, Upah
Buruh : untuk membuat satu unit produk X membutuhkan waktu 2 jam, tarif Rp. 12
dan Y 3 jam tarif Rp. 16. baiay Overhead Pabrik : Tarif berdasar jam tenaga kerja
langsung, tarif variabel Rp. 8 per jam, tarif tetap Rp. 12 per jam, dari tarif tetap
sebesar Rp. 20% adalah beban penyusutan aktiva tetap pabrik.
Baiaya pemasaran : Produk X Rp. 680.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap
divisi pemasaran Rp. 180.000, dan untuk produk Y Rp. 560.000 termasuk biaya
penyusutan aktiva tetap divisi pemasaran Rp. 160.000. Biaya administrasi : Produk X
Rp. 1.000.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi administrasi Rp.
200.000 dan untuk produk Y Rp. 500.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap
divisi administrasi Rp. 100.000. pajak perseroan 50%.
Asumsi : Pembelian material dibayar tunai 50%, sisanya kredit, biaya pemasaran
dan adminitrasi 60% dibayar tunai, sisanya utang biaya. Tahun ini seluruh utang
dagang, utang pajak dan uatang bunga dan pajak tahun inji dibayar 59%, sisanya
terutang. Dividen terutang, semua taguhan tahun lalu dibayar tunai tahun ini.
Penjualan aktiva tatap yang rusak Rp. 600.000 dan dibeli aktiva tetap baru Rp.
2.000.000 tunai, angsuran utang jangka panjang Rp. 1.000.000. diminta menyusun
anggaran kas.
Soal 10.2: Perusahaan Dagang : PT Makmur Jaya
Neraca per 31 Desember 2000x
Keterangan
Jumlah
(Rp)
Kas
1.100
Piutang dagang 40% X penjualan Desember
1.600
2000x Rp. 4.000
Persediaan barang dagangan
4.800
(2.000+(0,8 X 0,7 X Penjualan Januari Rp. 5.000
Biaya yang dibayar lebih dulu (asuransi)
200
Jumlah harta lancar (a)
7.600
Aktiva tetap
3.500
Akumulasi penyusutan
1.100
Harta tetap bersih (b)
2.400
Total harta (a+b)
10.100
Hutang dagang 50% X pembelian Des. Rp. 3.360
Hutang jangka panjanmg, bunga 20% per tahun
Modal saham
Laba ditahan
Total hutang dan modal
1.680
2.000
5.000
1.420
10.100
Data Yang Tersedia Untuk Membuat Anggaran Adalah Sebagai Berikut :
1.
Catatan : penjualan bulan Desember 2000x Rp. 4.000. rencana penjualan tahun
2000xy : bulan Januari Rp. 5.000, Februari Rp. 8.000, Maret Rp. 6.000, April
Rp. 5.000, dan Mei aRp. 4.000. penjualan kredit 40% sisanya tunai. Seluruh
piutang ditagih pada bulan berikutnya sesudah terjadinya penjualan
2.
Pada setiap akhir bulan manajemen menghendaki safety stock barang
dagangan Rp. 2.000 ditambah 80% dari harga pokok barang yang akan dijual
pada bulan berikutnya. Rasio harga pokok penjualan terhadap penjualan
adalah 70%
3.
Pembelian barang dagangan dengan syarat 50% tunai, sisanya kredit dibayar
bulan berikutnya
4.
Gaji dan komisi dibayar setelah pekerjaan dilaksanakan dan akhir bulan. Gaji
tetap Rp. 250 per bulan, komisi 15% dari nilai penjualan.
5.
Bulan April membeli gedung kantor secara tunai Rp 300, biaya lain-lain 5%
dari penjualan dan sewa gudang Rp. 200, masing-masing dibayar pada
waktunya. Diperhitungkan beban amortisasi asuransi Rp. 20 setiap bulan,
dan penyusutan harta tetap termasuk gedung kantor Rp. 50 per bulan
6.
Safety cash ditetapkan Rp. 1.000 pada akhir bulan. Pinjaman untuk menutupi
kekurangan kas dengan bunga 18% pertahun. Dengan kelipatan Rp 100.
bunga diperhitungkan berdasarkan pokok pinjaman dikurangi angsuran
pinjaman. Asumsi pinjaman dilakukan awal bulan dan angsuran dilakukan
pada akhir bulan.
7.
Top eksekutif ingin melihat anggaran kas, mulai Januari sampai April 2000y,
angsuran utang jangka panjang per bulan Rp. 100, bungan dibayar tunai pada
setiap akhir bulan, pajak perseroan 50% terutang.
BAB 9
MANAJEMEN UTANG JANGKA PENDEK
PENDANAAN SPONTAN (SPONTANEUS FINANCING)
Kewajiban Spontan (Spontaneous Liabilities) Kewajiban spontan timbul dari
berjalannya bisnis secara normal. Ada 2 komponen sumber utama kewajiban
spontan: utang dagang (account payable) dan accruals. Selama penjualan perusahaan
meningkat, utang dagang dan accruals akan naik sebagai respon dari kenaikan
pembelian, gaji, dan pajak. Secara normal tidak ada biaya yang terkait dengan
kewajiban jangka pendek tersebut. Sebagai komponen utama sumber pendanaan
spontan jangka pendek, utang dagang adalah hasil dari pembelian secara kredit.
Mungkin saja, supplier/pemasok sekali waktu menawarkan diskon tunai (cash
discount). Tawaran diskon tunai ini kemungkinan dimanfaatkan atau kemungkinan
diabaikan oleh perusahaan. Diskon tunai seharusnya diabaikan hanya jika
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek harus membayar
tingkat bunga pinjaman yang lebih tinggi daripada biaya mengabaikan diskon tunai.
Manajemen Utang Dagang (Account Payable Management): Utang dagang adalah
sumber utama pendanaan jangka pendek tanpa jaminan (unsecured short term
financing). Rata rata periode pembayaran (APP= Average Payment Period) adalah
komponen terakhir dari siklus konversi kas yang merupakan siklus perubahan dari
kas hingga menjadi kas kembali. Siklus konversi kas ini mengaitkan hubungan
antara aktiva lancer dengan kewajiban lancar. Adalah tugas manager/eksekutif
keuangan untuk dapat me-manage keuangan jangka pendek yang melibatkan aktiva
lancer dan kewajiban lancar sedemikian rupa sehingga dapat menyeimbangkan
trade off antara profitabilitas dengan risiko sehingga memberi kontribusi terhadap
maksimisasi kemakmuran pemegang saham sebagai sasaran manajemen keuangan
tercapai.
Dalam manajemen utang dagang, beberapa istilah (term) yang perlu diperhatikan
adalah rata rata periode pembayaran yang terdiri dari 2 bagian: 1. Waktu dari
pembelian bahan baku sampai perusahaan mengirim pembayaran 2. Waktu setelah
perusahaan mengirim pembayaran sampai supplier menerima dana dari rekening
perusahaan, ini disebut dengan payment float time Spontaneous Liabilities Giving Up
the Cash Discount
Sasaran perusahaan adalah membayar selambat mungkin tetapi tanpa merusak
nama baik perusahaan. Misal, PT. Sumber Makmur memiliki rata rata preiode
pembayaran 35 hari, dengan rata rata utang dagang Rp. 473.958. Maka utang dagang
perhari adalah Rp. 13.542. Jika Sumber Makmur mengirim pembayaran dalam 35
hari sebagai ganti 30 hari, hal ini akan menurunkan investasi dalam operasi sebesar
Rp. 67.710 (5 hari x Rp. 13.542). Jika hal ini tidak merusak nama baik Sumber
Makmur, jelas membayar lebih lambat akan lebih menarik. Memanfaatkan Cash
Discount Syarat kredit yang ditawarkan supplier memungkinkan perusahaan
menunda pembayaran atas pembelian. Akan tetapi, supplier mungkin mengaitkan
biaya penawaran syarat kredit dalam harga jual. Oleh karena itu, seharusnya
perusahaan menganalisis syarat kredit untuk menentukan strategi kredit terbaik.
Jika diskon tunai (cash discount) ditawarkan, perusahaan mempunyai 2 opsi:
memanfaatkan cash discount atau mengabaikannya. Jika perusahaan bermaksud
memanfaatkan cash discount, sebaiknya pembayaran dilakukan pada hari terakhir
periode diskon. Tidak ada biaya yang terkait dengan memanfaatkan cash discount.
Misal, Sumber Makmur melakukan pembelian sebesar Rp. 1.000.000 pada tanggal 27
Februari dengan syarat kredit 2/10 net 30. Jika Sumber Makmur ingin
memanfaatkan cash discount, maka pada tanggal 10 Maret akan membayar sebesar
Rp. 980.000 [Rp.1.000.000 – (0,02 x Rp.1.000.000)] penghematan sebesar Rp.20.000.
Mengabaikan Cash Discount Jika Sumber Makmur memilih mengabaikan cash
discount, seharusnya pembayaran dilakukan pada hari terakhir periode kredit.
Biaya mengabaikan cash discount (cost of giving up cash discount) terhitung pada
tingkat bunga yang dibayarkan selama penundaan pembayaran. Misal, Sumber
Makmur mengabaikan cash discount, pembayaran akan dilakukan pada tgl 30
Maret. Berarti ada ekstra penyimpanan uang selama 20 hari, akan tetapi Sumber
Makmur mengabaikan peluang untuk membayar Rp.980.000 atas pembelian sebesar
Rp.1.000.000, sehingga ada biaya sebesar Rp.20.000 atas ekstra 20 hari.
Cost = % discount x 360 100% - %discount credit pd - discount pd Cost = 2% x 360
= 36.73% 100% - 2% 30 - 10 Sumber Makmur dapat memanfaatkan cash discount
sepanjang dapat melakukan pinjaman yang berbiaya kurang dari 36,73%. Supplier
Syarat Kredit Biaya Mengabaikan Cash Discount A 2/10 net 30 36,00% B 1/10 net
55 8,00% C 3/20 net 70 21,60% D 4/10 net 60 28,80% Dampak Memperpanjang
Utang Dagang Memperpanjang utang dagang berarti melakukan pembayaran
tagihan selambat mungkin tanpa merusak nama baik. Jika hal itu dilakukan akan
dapat mengurangi biaya mengabaikan discount. Misal, Sumber Makmur mampu
memperpanjang utang dagang sampai 70 hari tanpa merusak nama baik, biaya
mengabaikan cash discount akan turun dari 36% menjadi 12% [ 2% x (360/60)].
Accruals - Accruals adalah kewajiban atas jasa-jasa yang telah diterima/dinikmati
akan tetapi pembayaran belum dilakukan - Komponen yang paling umum dari
accruals adalah: upah/gaji dan pajak - Jika pembayaran pajak ke pemerintah tidak
dapat dimanipulasi, tetapi pembayaran ke tenaga kerja dapat dimanipulasi - Jika
seandainya dapat dilakukan penundaan pembayaran upah/gaji, maka sedapat
mungkin pembayaran upah/gaji diperpanjang selambat mungkin
Pertanyaan Latihan 1. Dalam pendanaan jangka pendek, 2 komponen pendanaan
spontan adalah utang dagang dan accruals, jelaskan mengapa keduanya disebut
sebagai pendanaan spontan ? 2. Jelaskan apa saja komponen dari accruals,dan
mengapa komponen tersebut menjadi salah satu bentuk dari pendanaan spontan ? 3.
PT. Matahari sedang menganalisis syarat kredit dari 3 supplier, yakni: Supplier
Syarat Kredit A 1/15 net 40 B 2/10 net 30 C 2/15 net 35 a. Tentukan approximate cost
of giving up cash discount ? b. Asumsikan perusahaan membutuhkan dana jangka
pendek, rekomendasikan apakah perusahaan harus mengabaikan cash discount atau
meminjam dari bank dengan bunga 10%, evaluasilah setiap supplier !
UTANG JANGKA PENDEK SPONTAN
UTANG JANGKA PENDEK NONSPONTAN TANPA JAMINAN
UTANG JANGKA PENDEK NONSPONTAN DENGANJAMINAN
BAB 10
RISIKO DAN IMBAL HASIL
A. RISIKO BISNIS
Dalam dunia bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi kaum kapiltalis
adalah: (1) enggan menananggung risiko atau berupaya memperkecil risiko. (2)
mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil klasik itu tidak pernah terjadi,
sebab risiko berhubungan linier dengan hasil; makin kecil risiko makin kecil hasil
dan makin besar risiko makin besar hasil.
Kondisi eknomi merupakan faktor utama yang menentukan hasil dan risiko
investasi. Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada umumnya semua investasi
mendapatkan hasil negative; kondisi ekonomi normal mendapatkan hasil positif
normal; kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil sangat positif. Untuk mengukur
hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep probabilitas. Distribusi
probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya masing-masing hasil yang
mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita melakukan investasi tertentu
dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat dan waktu tertentu.
B. UKURAN HASIL DAN RISIKO
Ukuran hasil dapat dinyatakan dengan hasil yang diharapkan (expected return) dan
hasil yang diperlukan (required return). Hasil yang diharapkan ialah rata-rata hasil
atau lazim disebut hasil normal. Sedangkan hasil yang diperlukan ialah hasil yang
disesuaikan dengan :
1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga deposito Bank Sentral)
2) Premi risiko pasar (hasil pasar bursa dikurangi hasil bebas risiko)
3) Koefesiensi beta (covariasi hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu
dibagi varian hasil pasar)
Sedangkan ukuran risiko yang lazim dipakai adalah :
1) Deviasi standar atas hasil
2) Koefisiensi variasi
3) Koefisien beta
C. DEVIASI STANDAR
Risiko investasi pada umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang
diharapkan. Teknik perhitungannya adalah :
σa =
-
P ( R ER )
s
σa
Ps
Ra
a
2
a
= deviasi standar hasil investasi proyek A
= probabilitas kondisi ekonomi
= hasil atas inevstasi pada proyek A
ERa = hasil diharapkan (expected return) proyek A
-
D. KOEFISIEN VARIASI
Untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien
variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan memilih investasi atas dasar hasil yang
diharapkan dan risiko dengan menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan
koefiien variasi (coefficient variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil
yang diharapkan :
CVj =
j
ER j
Harta
G
H
I
Table 5.1
Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko
Hasil
Standar deviasi
Koefisien variasi
diharapkan
0,12
0,10
0,83
0,20
0,22
1,10
0,15
0,10
0,67
Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh
Bahasa Indonesia, jilid 1.
Jika standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko investasi secara
individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan membagi standar
deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan koefisien variasi, maka
investor akan memilik proyek 1 karena koefisien variasinya paling kecil dibanding
proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan bahwa investor hakikatnya adalah
mencari risiko yang paling kecil, atau menghindari risiko.
E. KOEFISIEN BETA
Koefisien beta adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek
investasi tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar. Teknik
perhitungan itu dapat dinyatakan sebagai berikut :
βj =
Cov( R j , Rm )
2
m
Dimana :
βj
= koefisien beta (besarnya risiko)
Cov (Rj,Rm) = kovarian hasil proyek j dengan hasil pasar
Σ2 m
= varian pasar
RISIKO DAN IMBAL HASIL
SIKAP INVESTOR TERHADAP RISIKO
RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI SAHAM INDIVIDUAL
RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI PORTFOLIO SAHAM
RISIKO PERUSAHAAN DAN RISIKO PASAR
MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL (CAPITAL ASSET
PRICING MODEL/CAPM)
BAB 10
RISIKO DAN IMBAL HASIL
A. RISIKO BISNIS
Dalam dunia bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi kaum kapiltalis
adalah : (1) enggan menananggung risiko atau berupaya memperkecil risiko. (2)
mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil klasik itu tidak pernah terjadi,
sebab resiko berhubungan dengan hasil; makin kecil resiko makin kecil hasil dan
makin besar resiko makin besar hasil.
Kondisi eknomi merupakan factor utama yang menentukan hasil dan risiko
investasi. Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada umumnya semua investasi
mendapatkan hasil negative; kondisi ekonomi normal mendapatkan hasil positif
normal; kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil sangat positif. Untuk mengukur
hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep probabilitas. Distribusi
probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya masing-masing hasil yang
mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita melakukan investasi tertentu
dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat dan waktu tertentu.
B. UKURAN HASIL DAN RISIKO
Ukuran hasil dapat dinyatakan dengan hasil yang diharapkan (expected return) dan
hasil yang diperlukan (required return). Hasil yang diharapkan ialah rata-rata hasil
atau lazim disebut hasil normal. Sedangkan hasil yang diperlukan ialah hasil yang
disesuaikan dengan :
1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga deposito Bank Sentral)
2) Premi risiko pasar (hasil pasar bursa dikurangi hasil bebas risiko)
3) Keefesiensi beta (covariasi hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu
dibagi varian hasil pasar)
Sedangkan ukuran risiko yang lazim dipakai adalah :
1) Deviasi standar atas hasil
2) Keefisiensi variasi
3) Koefisien beta
C. DEVIASI STANDAR
Risiko investasi pada umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang
diharapkan. Teknik perhitungannya adalah :
σa =
-
P ( R ER )
s
σa
Ps
Ra
ERa
a
2
a
= deviasi standar hasil investasi proyek A
= probabilitas kondisi ekonomi
= hasil atas inevstasi pada proyek A
= hasil diharapkan (expected return) proyek A
D. KEEFISIEN VARIASI
Untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien
variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan memilih investasi atas dasar hasil yang
diharapkan dan risiko dengan menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan
koefiien variasi (coefficient variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil
yang diharapkan :
CVj =
j
ER j
Harta
G
H
I
Table 5.1
Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko
Hasil
Standar deviasi
Koefisien variasi
diharapkan
0,12
0,10
0,83
0,20
0,22
1,10
0,15
0,10
0,67
Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh
Bahasa Indonesia, jilid 1.
Jika standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko investasi secara
individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan membagi standar
deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan koefisien variasi, maka
investor akan memilik proyek 1 karena koefisien variasinya paling kecil dibanding
proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan bahwa investor hakikatnya adalah
mencari risiko yang paling kecil, atau menghindari risiko.
E. KOEFISIEN BETA
Koefisien beta adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek
investasi tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar. Teknik
perhitungan itu dapat dinyatakan sebagai berikut :
βj =
Cov( R j , Rm )
2
m
Dimana :
βj
= koefisien beta (besarnya risiko)
Cov (Rj,Rm) = kovarian hasil proyek j dengan hasil pasar
Σ2 m
= varian pasar
RISIKO DAN IMBAL HASIL
SIKAP INVESTOR TERHADAP RISIKO
RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI SAHAM INDIVIDUAL
RISIKO DAN IMBAL HASIL DARI PORTFOLIO SAHAM
RISIKO PERUSAHAAN DAN RISIKO PASAR
MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL (CAPITAL ASSET
PRICING MODEL/CAPM)
BAB 11
PENILAIAN SURAT BERHARGA
Harga (nilai) surat berharga pada dasarnya adalah present value dari aliran kas
masa mendatang yang akan diberikan kepada pemegang surat berharga tersebut.
Beberapa jenis surat berharga mempunyai skedul pemberian aliran kas di masa
mendatang yang cukup jelas, sedangkan beberapa jenis yang lain mempunyai
skedul pemberian aliran kas yang tidak cukup jelas. Meskipun demikian basis
penilaian yang dipakai tetap sama, yaitu present value aliran kas di masa mendatang.
11.1 Penilaian Obligasi
Obligasi adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau negara.
Jangka waktu jatuh tempo obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek
seperti satu tahun, dan ada yang jangka panjang, yaitu 30 tahun. Bahkan ada
obligasi yang dikeluarkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tidak terbatas.
Obligasi tersebut dinamakan consol. Obligasi mempunyai ciri pembayaran bunga
yang bersifat tetap untuk setiap periodenya.
Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut ini.
1) Nilai Nominal (Par Value) adalah harga yang tercantum pada surat obligasi.
Nilai tersebut mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi
pada saat jatuh tempo.
2) Kupon Tingkat Bunga adalah tingkat bunga (dalam persentase berdasarkan nilai
nominal) yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi.
3) Jatuh Tempo atau jangka waktu (usia) suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam
satuan tahun. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi mempunyai kewajiban
untuk melunasi pemegang obligasi sebesar nilai nominalnya.
11.1.1 Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas
Nilai suatu obligasi bisa dihitung sebagai present value dari aliran kas yang
akan diterima di masa mendatang oleh pemegang obligasi. Harga obligasi tersebut
bisa dihitung sebagai berikut ini.
𝑛
π»π‘Ž π‘”π‘Ž = ∑
𝑁 𝑖 π‘Ž
𝐡𝑒 π‘”π‘Ž
+
……..
+ 𝑑 𝑛
+ 𝑑
.
=
Biasanya perusahaan pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai
nominalnya sedemikian rupa sehingga harga pasar akan sama dengan nilai
nominalnya.
Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan (kd) bisa berubah. Tingkat keuntungan yang
disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko dan
premi risiko.
Tingkat keuntungan yang disyaratkan= aset bebas risiko + Premi risiko
Tingkat keuntungan aset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa
faktor sebagai berikut ini:
1) Premi maturity: Jangka waktu (jatuh tempo) yang berbeda menyebabkan
perbedaan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin lama jatuh tempo,
akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
2) Premi kebangkrutan: perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang
lebih tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan.
3) Premi likuiditas: semakin likuid suatu aset, semakin rendah tingkat keuntungan
yang disyaratkan.
4) Premi inflasi: secara umum jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal
juga akan meningkat, termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko.
Tingkat bunga nominal bisa dituliskan sebagai berikut:
Tingkat bunga nominal = tingkat bunga riil + inflasi
Bila Nilai pasar obligasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai nominalnya, maka
obligasi dikatakan dijual dengan diskon (discount).
Bila nilai pasar obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai nominalnya. Obligasi
dikatakan dijual dengan premi (premium).
Nilai pasar obligasi akan menyatu (converge) menjadi sama dengan nilai nominal
pada saat jatuh tempo.
11.1.2. Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika
obligasi tersebut dipegang sampai jatuh tempo (mature). Dalam beberapa situasi,
perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai hak untuk melunasi obligasi
sebelum jatuh tempo. Jika tingkat bunga pasar turun, maka insentif untuk melunasi
akan semakin besar.
Tingkat keuntungan yang diperoleh investor, jika investor tersebut memegang
obligasi sampai dilunasi disebut sebagai Yield To Call (YTC). Dalam beberapa
publikasi keuangan, seringkali ditemui istilah Yield Obligasi, atau sering disingkat
menjadi Yield saja. Yield dihitung sebagai berikut:
Yield= Bunga/Harga Pasar Obligasi
Yield bukan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor obligasi.
Tetapi yield sering dipakai sebagai indikator tingkat keuntungan, misal untuk
menghitung tingkat keuntungan yang disyaratkan, atau dikaitkan dengan rating
obligasi.
11.1.3 Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap Semester
Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester (setengah tahun).
Perhitungan harga obligasi dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama,
tetapi ada beberapa penyesuaian:
1. Kupon bunga dibagi dua (karena bunga dibayar setiap semester)
2. Jangka waktu obligasi dikalikan dua
3. Tingkat diskonto juga dibagi dua.
Formula untuk obligasi dengan karakteristik tersebut:
𝑛
π»π‘Ž π‘”π‘Ž = ∑
𝐡𝑒 π‘”π‘Ž/
+ 𝑑/
+
𝑁 𝑖 π‘Ž
+ 𝑑/
𝑛
……..
.
=
11.1.4 Risiko Tingkat Bunga
Tingkat bunga bisa berubah-ubah tergantung banyak faktor. Contoh, jika inflasi
meningkat, maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat.
1) Jangka Waktu Obligasi
Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa faktor.
Salah faktor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih
panjang, cateris paribus, mempunyai eksposur tingkat bunga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek.
2) Obligasi Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga
Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh
tempo. Obligasi tersebut dinamakan zero coupon bond atau zeroes.
Harga= Nilai Nominal/(1 + r)n
……… (11.3)
dimana r= tingkat bunga
n= periode
Dibandingkan dengan obligasi dengan bunga, apakah obligasi tanpa bunga lebih
berisiko atau kurang berisiko? Kita bisa membandingkan obligasi tanpa bunga
tersebut dengan obligasi yang membayarkan bunga 20% setiap tahun, dengan
jangka waktu lima tahun.
11.2 Penilain Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham
suatu perusahaan berarti dia memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham
berhak atas dividen, jika dividen tersebut dibayarkan. Sama seperti pada penilaian
obligasi, penilaian saham juga didasarkan atas present value aliran kas yang akan
diterima oleh pemegang saham di masa mendatang. Karena pemegang saham akan
menerima dividen dan capital gain (loss), maka aliran kas yang relevan untuk
pemegang saham adalah dividen dan capital gain. Capital gain (loss) adalah selisih
antara harga jual dengan harga beli.
11.2.1 Penilaian Saham yang dipegang Satu Periode
Harga yang pantas tersebut bisa dihitung dengan formula sebagai berikut ini.
𝑃 = 𝑃𝑉 =
dimana:
𝐷
+π‘˜
1
𝑃
+
…….
+π‘˜ 1
.
Po = PV = harga saham yang pantas
D1 = dividen yang akan dibayarkan satu tahun mendatang
P1 = harga saham satu tahun mendatang
ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
tersebut
11.2.2 Penilaian Saham yang dipegang Selamanya
Dalam situasi ini aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen,
karena diasumsikan saham akan dipegang selamanya. Model penilaian tersebut
sering disebut juga sebagai model penilain dividen (dividend valuation model).
Dengan demikian harga saham ditentukan oleh nilai sekarang dari aliran kas yang
akan diterima investor dalam bentuk dividen.
Ada beberapa variasi dalam model tersebut:
a) Model dividen konstan
b) Model dividen tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang konstan
c) Model dividen dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda (tidak konstan).
a) Model Dividen Konstan
Model ini mengasumsikan dividen tidak tumbuh, dan saham dipegang selamanya.
𝑃 = 𝑃𝑉 =
dimana
𝐷
+
+
𝐷
+
+
𝐷
+
…….
PV= Harga saham
D = Dividen perperiode yang besarnya konstan
.
ks= tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
pemegang saham
Perhitungan di atas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini.
Po = D / ks ........ (11.6)
Simbol ~ menandakan jangka waktu yang tidak terhingga, yang berarti saham
tersebut akan dipegang selamanya (tidak terhingga). Model tersebut barangkali bisa
digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang sudah tidak tumbuh lagi (misal
beroperasi di industri yang sudah dewasa), meskipun model tersebut nampak tidak
realistis. Tetapi setidaknya model tersebut memberikan permulaan untuk penilaian
saham.
b) Model Dividen Tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan yang Konstan
Biasanya perusahaan membayarkan dividen yang tumbuh. Semakin berkembang
suatu perusahaan, semakin meningkat dividen yang dibayarkan. Dengan demikian
dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tertentu.
Misalkan pertumbuhan dividen kita anggap konstan, dan saham dipegang
selamanya, harga saham dengan karakteristik tersebut bisa dituliskan sebagai
berikut ini.
P = PV =
dimana:
Do
PV
Do
g
ks
+g
+ ks
+β‹―
Do
+ g n Do + g ~
+
…….
+ ks n
+ ks ~
.7
= Harga saham
= Dividen pada tahun ke 0 (awal tahun)
= tingkat pertumbuhan dividen
= tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh pemegang saham
Formula di atas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini.
Po = D1 / (ks – g)
dimana
……… (6)
D1 = Dividen pada tahun ke satu
Asumsi dalam formula di atas adalah ks > g. Jika ks < g, maka akan diperoleh
pembagi yang negatif, sehingga nilai saham menjadi negatif. Karena nilai saham
yang negatif tidak mungkin, formula di atas tidak bisa dipakai jika ks < g.
2.2.3. Model Dividen dengan Tingkat Pertumbuhan yang Berbeda (tidak konstan)
Dalam model ini, saham diasumsikan tumbuh cepat pada tahun-tahun awal,
kemudian tumbuh melambat dengan konstan selamanya. Skenario semacam itu bisa
dipakai untuk perusahaan yang (misal) mempunyai produk baru yang tumbuh
pesat pada tahun-tahun awal (sehingga mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi), kemudian kompetisi dan kejenuhan pasar membuat produk masuk dalam
tahap kedewasaan. Pada tahap tersebut pertumbuhan mulai melambat.
Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut
ini.
t
PV
~
= ∑ D0 (1+g)i / (1 + ks)i + ∑ Dt (1+g)j / (1 + ks)j
i=1
j=t+1
......... (7)
2.2.4. Sumber Pertumbuhan
Bagaimana menghitung tingkat pertumbuhan? Tingkat pertumbuhan menurut
model aliran kas ditentukan oleh tingkat pertumbuhan aliran kas yang akan
diterima oleh investor di masa mendatang, yang berarti tingkat pertumbuhan
dividen. Meskipun demikian, dalam praktek analis sering juga menggunakan
tingkat pertumbuhan EPS (Earning Per-Share) untuk menghitung tingkat
pertumbuhan.
Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut
ini.
t
PV
~
= ∑ D0 (1+g)i / (1 + ks)i + ∑ Dt (1+g)j / (1 + ks)j
j=t+1
......... (7)
i=1
2.2.4. Sumber Pertumbuhan
Bagaimana menghitung tingkat pertumbuhan? Tingkat pertumbuhan menurut
model aliran kas ditentukan oleh tingkat pertumbuhan aliran kas yang akan
diterima oleh investor di masa mendatang, yang berarti tingkat pertumbuhan
dividen. Meskipun demikian, dalam praktek analis sering juga menggunakan
tingkat pertumbuhan EPS (Earning Per-Share) untuk menghitung tingkat
pertumbuhan.
Alternatif menghitung tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut ini.
g = ROI × Investment Rate
……… (8)
Dasar dari formula tersebut adalah jika perusahaan memperoleh keuntungan (laba),
sebagian akan dibagikan ke pemegang saham (dividen), sebagian lagi akan ditanam
kembali oleh perusahaan (investment rate).
2.3. Model Kelipatan (Multiple)
Alternatif metode penilaian saham adalah penggunaan kelipatan (multiple) seperti
Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV). PER bisa dituliskan sebagai
berikut ini.
PER
=
Harga pasar saham perlembar
-------------------------------------
Earning perlembar saham
Bagaimana menentukan PER yang ‘pantas’? PER bisa dilihat melalui beberapa cara,
antara lain melalui PER rata-rata industri (perusahaan lain yang bergerak pada
sektor yang sama) atau melalui PER satu atau beberapa perusahaan yang
mempunyai karakteristik yang sama.
Metode PBV mempunyai penggunaan yang sama dengan metode PER. PBV bisa
dituliskan sebagai berikut ini.
Harga pasar saham per-lembar
Rasio PBV = ------------------------------------------Nilai buku modal saham per-lembar
Model kelipatan relatif sederhana dibandingkan model penilaian berbasis present
value aliran kas. Model penilaian berbasis present value aliran kas dengan model
kelipatan bukan model yang saling menghilangkan. Akan lebih baik jika kedua
model tersebut digunakan bersama, sehingga analis atau manajer keuangan bisa
memperoleh informasi yang lebih baik, dan bisa mengambil kesimpulan lebih baik.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi PER? Harga saham menurut model PV aliran
kas bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Dividen (t+1)
P
= -------------------ks – g
Jika kedua sisi dibagi dengan E (earning per-lembar), dan karena dividen pada
tahun pertama sama dengan dividen tahun 0 × (1 + g), kita akan memperoleh,
P/E
=
[ Dividen 0 (1 + g) / (ks – g) ] × 1/E
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah tingkat pertumbuhan, ks (tingkat
keuntungan yang disyaratkan), dividen pada tahun awal.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin tinggi
pengurang pada pembagi di atas, berarti angka pembagi akan semakin kecil. Maka
angka PER akan semakin tinggi. Prediksi semacam itu nampaknya didukung oleh
kenyataan empiris.
Tingkat keuntungan (ks) yang disyaratkan tergantung dari risiko. Semakin tinggi
risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi ks,
maka pembagai akan semakin besar, yang mengakibatkan semakin kecilnya PER.
Faktor terakhir adalah dividen. Dengan menganggap faktor lain konstan,
perusahaan yang membayar dividen tinggi akan mempunyai PER yang tinggi juga.
3. Saham Preferen
Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara karakteristik saham
dengan obligasi. Saham preferen membayarkan dividen (mirip seperti saham), tetapi
dividen tersebut dibayar tetap berdasarkan persentase tertentu dari nilai nominal
saham preferen. Tetapi ada perbedaan lain. Karena dividen yang dibayarkan,
perusahaan tidak mempunayi kewajiban untuk membayarkan dividen tersebut. Jika
perusahaan gagal membayarkan dividen, maka perusahaan tidak bisa
dibangkrutkan. Hal semacam itu berbeda dengan obligasi. Pada obligasi, jika
perusahaan tidak bisa membayar bunga, maka perusahaan dibangkrutkan.
Meskipun demikian, dividen saham preferen biasanya harus dibayarkan jika
perusahaan membayarkan dividen untuk pemegang saham biasa.
Formula untuk menghitung harga saham preferen adalah
PV
= ( D / kp)
……… (9)
dimana
PV = Harga saham preferen
D = Dividen saham preferen
kp = tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham preferen
4. Penilaian Suatu Perusahaan[1]
Pembicaraan sebelumnya memfokuskan konsep penilaian untuk surat berharga.
Meskipun demikian, konsep penilaian juga bisa dilakukan, dan sering dilakukan,
untuk menilai aset lainnya. Sebagai contoh, jika manajer keuangan ingin
mengakuisisi (membeli) perusahaan lain, maka dia harus mengajukan harga
penawaran. Untuk mengajukan harga penawaran tersebut, akan lebih baik jika ia
mengetahui harga atau nilai yang pantas (seharusnya) untuk perusahaan tersebut.
[1] McKinsey, Tom Copeland, Tim Koller, Jack Murrin, Valuation, Measuring and
Managing The Value of Companies, Wley, New York, 2000.
Ada dua hal yang harus diperhatikan:
1.Fokus kita adalah aliran kas, bukannya laba/rugi akuntansi
2.Kita memfokuskan pada aliran kas total yang akan diterima oleh semua investor
(pemegang saham dan pemegang hutang).
Nilai continuing value (CV) dihitung dengan menggunakan formula (lihat formula
sebelumnya):
Nilai CV
=
Free-cash flow (t+1)
-----------------------WACC – g
t+1 dalam tabel di atas adalah tahun 2009. Jika kita menggunakan NOPLAT (Net
Operating Profit Less Adjusted Taxes), formula di atas bisa dihitung sebagai berikut
ini.
NOPLAT t+1 ( 1 – (g/ROIC))
Nilai CV
=
----------------------------------WACC – g
Dimana
g = tingkat pertumbuhan
ROIC = return on invested capital
Formula di atas diturunkan sebagai berikut ini.
Pertama, FCF = NOPLAT (1 – IR).
IR adalah investment rate (tingkat penginvestasian kembali). Sebagian dari laba
perusahaan ada yang dibagikan ke investor, ada yang diinvestasikan kembali. Laba
yang dibagikan tersebut sama dengan laba total dikurangi jumlah yang
diinvestasikan kembali. Formula di atas pada dasarnya bisa dibaca seperti itu.
Kedua, g = ROIC × IR.
Tingkat pertumbuhan sama dengan return on invested capital dikalikan investment
rate. Tingkat pertumbuhan diperoleh dari seberapa besar dana yang diinvestasikan
kembali (IR), dan seberapa besar dana tersebut menghasilkan keuntungan (ROIC).
Kemudian kita bisa melakukan sedikit perubahan:
IR = g / ROIC
Setelah itu kita memasukkan kembali ke persamaan asal, sehingga kita akan
memperoleh formula sebagai berikut.
FCF = NOPLAT (1 – IR)
FCF = NOPLAT (1 – (g / ROIC)
Ilustrasi di atas menggambarkan penggunaan konsep penilaian dengan mempresent
valuekan aliran kas di masa mendatang, untuk menilai suatu perusahaan.
NILAI PERUSAHAAN
NILAI FINANSIAL
NILAI OBLIGASI
NILAI SAHAM PREFEREN
NILAI SAHAM BIASA
HIPOTESIS PASAR EFISIEN
BAB 12
PENGANGGARAN MODAL
DALAM KONDISI KEPASTIAN
Penganggaran modal atau capital budgeting ialah rencana kerja keuangan jangka
panjang pada suatu proyek investasi. Misalnya penganggaran modal (investasi)
pembelian kapal, mendirikan pabrik baru, mendirikan perusahaan baru, dan lainlain. Karena waktunya panjang, maka risikonya tinggi. Oleh sebab itu, para
perencana investasi jangka panjang harus mampu memprediksi pendapatan dan
biaya di masa depan.
Kerangka Berpikir Penganggaran Modal
Para perencana penganggaran modal harus memprediksi lima aspek, yaitu:
1) Pangsa pasar
2) Nilai investasi dan sumber pembiayaan
3) Biaya modal rata-rata tertimbang
4) Arus kas masuk bersih (net cash inflow)
5) Kelayakan proyek investasi
Pangsa Pasar
Pangsa pasar yang akan dikuasai, ini berkaitan dengan ramalan pendapatan di masa
yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Artinya berisiko besar karena
ketidakpastian tersebut. Para perencana harus yakin bahwa di masa mendatang
pendapatan dapat diperkirakan mendekati kenyataan. Meramal kondisi pasar
adalah sulit sekali, karena pasar ditentukan oleh situasi bisnis, situasi ekonomi dan
situasi politik.
Jika kondisi politik buruk, berdampak kondisi ekonomi buruk, dan akibatnya
kondisi bisnis buruk dan sebaliknya. Bidang pasar ini harus dianalisis oleh beberapa
ahli politik, ahli ekonomi dan ahli bisnis. Di samping itu, kondisi pasar juga
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi yang demikian itu di
luar kontrol manajemen perusahaan. Para ahli perencana investasi hanya bisa
meramal berdasar data internal dan eksternal yang tersedia.
Nilai Investasi dan Sumber Pembiayaan
Jika pangsa pasar yakin bisa diketahui dan bisa dikuasai, maka selanjutnya
merencanakan investasi jangka panjang dalam bentuk unit bisnis atau penggantian
peralatan, atau produk baru, yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, misalnya
Rupiah atau Dollar (Rp 1.000 atau Rp 1.000 juga atau Rp 1.000 milyar). Setelah nilai
investasi ditetapkan kemudian disusun sumber pembiayaan, dari modal sendiri
atau dari utang.
Menghitung Biaya Modal
Setiap modal menanggung biaya. Modal sendiri biayanya adalah hasil yang
diharapkan oleh pemilik, sedangkan modal dari utang biayanya adalah bunga.
Kedua biaya tersebut harus dihitung yang lazim disebut biaya rata-rata tertimbang,
yang akan menjadi tingkat diskon (discount rate) terhadap arus kas masuk bersih
investasi (net cash inflow). Formula net cash inflow yaitu :
1) EBDIT (1 – T) + T. Dep
2) EBIT (1 – T) + Dep
3) EAT + Dep + Interest (1 – T)
Di mana :
EBDIT : Earning Before Depreciation, Interest and Tax (laba sebelum penyusutan,
bunga dan pajak)
T
: Tax, pajak perseroan (badan usaha)
Dep
: Depreciation (penyusutan) dari harta tetap
EBIT
: Earning Before Interest and Tax (laba sebelum bunga dan pajak)
EAT
: Earning After Tax (laba bersih setelah pajak)
Interest : Bunga pinjaman, jika investasi menggunakan utang
Kelayakan Proyek Investasi
Setelah arus kas masuk bersih diketahui kemudian dihitung layak atau tidaknya
proyek investasi, dengan cara :
a. Nilai Tunai Bersih (Net Present Value atau NPV)
Membandingkan nilai tunai arus kas masuk bersih dengan nilai tunai
pengeluaran modal untuk investasi. Jika NPV positif, proyek layak, artinya bisa
dilaksanakan.
b. Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return atau IRR)
Mencari discount rate yang dapat menyamakan besarnya nilai tunai arus kas
bersih proyek dengan nilai tunai pengeluaran untuk investasi. Jika IRR lebih
besar daripada biaya modal rata-rata tertimbang, maka proyek layak.
c. Indek Profitabilitas (Profitability Index atau PI)
Membagi jumlah nilai tunai arus kas bersih proyek dengan nilai tunai
pengeluaran modal untuk investasi. Jika indeknya di atas satu, proyek layak.
d. Tingkat Hasil Akuntansi (Accounting Rate of Return atau ARR)
Membagi rata-rata laba bersih dengan nilai tunai pengeluaran modal untuk
investasi. Jika besarnya ARR lebih besar daripada biaya modal, maka proyek
layak.
e. Lamanya Kembali Modal (Payback Periode atau PP)
Lamanya kembali modal, yaitu nilai investasi sama dengan nilai tunai arus kas
masuk bersih dalam beberapa tahun. Pada umumnya perencana investasi
menentukan payback periode dalam tahun tertentu, misalnya 4 tahun.
Praktik Penganggaran Modal
Untuk memudahkan memahami teknik berpikir dan praktik penganggaran modal
di bawah ini disajikan contoh praktis. Misalnya PT ABC merencanakan investasi
dengan nilai investasi Rp 1.000, umur proyek 5 tahun. Proyek dibiayai oleh modal
sendiri Rp 200 dan sisanya dibiayai oleh utang, dengan pembayaran kembali cicilan
dan bunga secara anuitas. Biaya modal sendiri 24% dan biaya utang 20%, pajak
perseroan 50%.
Investasi tersebut dialokasikan ke modal kerja Rp 300 dan sisanya dialokasikan ke
harta tetap dengan penyusutan angka tahun yang makin menurun (sum of year digit
methode), dengan nilai sisa harta tetap Rp 150 dan modal kerja ditemukan kembali
pada akhir umur proyek. Estimasi pendapatan dan biaya operasi tunai per kas
adalah sebagai berikut :
Tahun
1
2
3
4
5
Pendapatan
Rp 1.200
Rp 1.400
Rp 1.250
Rp 1.400
Rp 1.200
Biaya Operasi
Rp
800
Rp
950
Rp 1.100
Rp 1.100
Rp
900
Berdasarkan data di atas, dapat dihitung : Net Present Value, Internal Rate of Return,
Accounting Rate of Return, Profitability Index, Payback Period dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Langkah Pertama : Menghitung Beban Penyusutan
Menghitung beban penyusutan harta tetap, nilai Rp 700, sisa Rp 150, harta tetap
yang disusut Rp 550, selama lima tahun dengan model sum of year digit method.
Jumlah angkat ahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.
Tahun 1
= 5/15 x 550 =
183
Tahun 2
= 4/15 x 550 =
147
Tahun 3
= 3/15 x 550 =
110
Tahun 4
= 2/15 x 550 =
73
Tahun 5
= 1/15 x 550 =
37
2. Langkah Kedua : Menghitung Beban Bunga
Skedul Pembayaran Bunga dan Angsuran
Besarnya anuitas, bunga 20% per tahun, pinjaman Rp 800.
(Rp 800 / (PVIFA, 20%, 5 tahun) = (Rp 200 / 2,990) = Rp 267,56 dibulatkan Rp
268.
Tahun
1
2
Pinjaman
800
692
Annuitas
268
568
Bunga 20%
160
138
Angsuran
108
130
3
4
5
Jumlah
562
406
219
268
268
268
1.340
112
81
*49
540
456
187
219
800
* Pembulatan pembayaran bunga.
3. Langkah Ketiga : Menghitung Arus Kas Masuk Bersih
Proyeksi Arus Kas Masuk Bersih (Net Cash Inflow)
Keterangan
(tahun)
Pendapatan
Biaya operasi per
kas
EBDIT
Depresiasi
(SOYDM)
EBIT
Bunga
EBT
Tax 40%
Earning After Tax
(EAT)
Net Cash Inflow
- EBDIT (1 – T) +
Tdep
- EBIT (1 – T) +
Dep
- EAT + Dep +
Interest(1 – T)
Nilai sisa harta
tetap
Modal kerja akhir
proyek
Total Net Cash
Inflow (NCI)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
1
2
3
4
5
1.200 1.400 1.250 1.400 1.200
950 1.100 1.100
900
800
400
183
217
160
57
-23
34
313
450
147
150
110
300
73
300
37
303
138
165
-66
99
40
112
-72
*+29
-43
227
81
146
-58
88
263
49
214
-86
128
329
134
209
195
150
300
313
329
134
209
645
* Catatan :
Pada tahun ke 3, perusahaan rugi, maka pajaknya dihitung
positif (+), artinya jumlah tersebut dapat dikurangkan pembayaran
pajak tahun-tahun yang memperoleh laba.
4. Langkah Keempat : Menghitung Biaya Modal
Biaya modal : 0,20 (1-0,4) (0,8) + 0,24 (0,2) = 0,1440 (14,40%), sebagai tingkat
diskon atau discount rate (DR) untuk menghitung nilai sekarang dari hasil
investasi (arus kas masuk bersih).
5. Langkah Kelima : Menghitung NPV
Menghitung Net Present Value (NPV)
Tahun
1
2
3
4
5
Arus Kas Masuk
Diskon Faktor
Nilai Tunai
Bersih
(Biaya Modal 14,4%)
313
*0,874
274
329
0,764
251
134
0,668
90
209
0,584
122
645
0,510
329
Total nilai tunai arus kas masuk bersih
1.066
Total investasi awal periode
1.000
Nilai tunai bersih (Net Present Value)
66
Kesimpulan :
Proyek layak berdasarkan NPV, karena positif Rp 66.
2. Langkah Keenam : Menghitung IRR
Menghitung Internal Rate of Return.
Mencari NPV negatif pada discount rate tertentu, misalnya 20%.
Tahun
1
2
3
4
5
Arus Kas Masuk
Diskon Faktor
Bersih
(Biaya Modal 20%)
313
*0,833
329
0,694
134
0,579
209
0,482
645
0,402
Total nilai tunai arus kas masuk bersih
Total investasi awal periode
Nilai tunai bersih (Net Present Value)
* 1/(1+0,20)1 1/(1+0,20)2
1/(1+0,20)3
Nilai Tunai
261
228
76
101
259
923
1.000
(77)
1/(1+0,20)4 1/(1+0,20)5
Internal Rate of Return (IRR)
1) IRR adalah titik impas investasi, di mana nilai tunai kas masuk bersih sama
dengan nilai tunai investasi. Oleh sebab itu, harus dicari discount rate yang
dapat menyamakan nilai tunai arus kas masuk bersih dengan nilai tunai
investasi melalui trial dan error.
2) Tahap perhitungannya adalah bahwa jika nilai tunai bersih (Net Present Value)
dari arus.Kas masuk bersih positif, maka harus menghitung arus kas masuk
bersih dengan didskontokan persentase tertentu agar diperoleh NPV negatif.
Kemudian dengan menggunakan model seperti diatas yaitu dengan discount
20% , sehingga memperoleh NPV negatif Rp 77.
3) Nilai tunai arus kas bersih dengan discount rate yang mempunyai NPV positif
dibandingkan dengan nilai tunai arus kas masuk bersih yang mempunyai NPV
negatif, hasilnya sebagai penyebut dalam menghitung IRR. Proses
perhitungannya sbb:
4) IRR
Tingkat
Diskon
14,40%
20,00%
5,60%
NPV Tingkat
Diskon
Rendah
1.066
1.000
66
Selisih
Nilai
Tunai
1.066
923
143
IRR
14,40% + (66/143)(5,60%) = 14,40% + 2,5844% = 16,9844%. Dibulatkan 16,98%.
Setelah IRR diketahui, maka dibuktikan bahwa nilai tunai arus kas masuk bersih
sama dengan nilai tunai investasi sbb :
3. Langkah Ketujuh : Pembuktian IRR
skedul IRR
pembuktian bahwa pada IRR 16,98% , terjadi titik impas investasi yaitu besarnya
nilai tunai arus kas masuk bersih sama dengan nilai investasi pada awal periode.
Tahun
Arus kas
IRR
Masuk Bersih
16,98%
1
313
*0,855
2
329
0,731
3
134
0,625
4
209
0,534
5
645
0,456
Nilai tunai arus kas masuk bersih
Nilai tunai Investasi
Nilai tunai (Net Present Value=NPV)
*
**
Nilai
Tunai
268
240
84
112
294
**998
1.000
2
1/(1+0,1698)1 1/(1+0,1698)2 1/(1+0,1698)3 1/(1+0,1698)4 1/(1+0,1698)5
Mestinya Rp 1.000, hal itu terjadi karena pembulatan IRR dari 16,9844%
menjadi 16,98%.
4. Langkah Kedelapan : Menghitung Profitability Index
Profitability Index (PI)
1.85/1,000=1,085X, layak karena diatas satu.
5. Langkah Kesembilan : Menghitung Accounting Rate of Return
Accounting Rate of Return (ARR) adalah rata” laba bersih dibaagi nilai investasi.
[(34+99+(-101)+88+128)/5] / 1.000 = 0,0496, kurang layak karena dibawah biaya
modal 14,40%.
6. Langkah Kesepuluh : Menghitung PayBack Periode
PayBack Period
1. 313+329+134+209=985, kira” 4 tahun lebih sedikit, untuk mencapai Rp 1.000
2. jika manajemen menginginkan payback period 3tahun, maka peroyek
tersenut tidak layak.
PENTINGNYA PENGANGGARAN MODAL
MOTIF UTAMA PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS
TAHAPAN PENGANGGARAN MODAL
RISIKO DALAM PENGANGGARAN MODAL
TEKNIK PEMINIMALAN RISIKO BERDIRI SENDIRI
KENDALA DALAM PENGANGGARAN MODAL
BAB 13: BIAYA MODAL
PENGERTIAN BIAYA MODAL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA MODAL
KOMPONEN BIAYA MODAL
BIAYA MODAL SECARA INDIVIDUAL
BIAYA MODAL RATA-RATA TERTIMBANG
BIAYA MODAL MARGINAL
PENGGABUNGAN BIAYA MODAL MARGINAL DENGAN SKEDUL
BAB 13
BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)
PENGERTIAN BIAYA MODAL
Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya
biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang
diperlukan.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber
dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis
modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya
modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of
capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian
tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang
disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan
perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan
tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang
dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya
required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan
untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran
untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount
rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan
investasi tersebut dengan biaya modalnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA MODAL
1. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.
Tingkat Suku Bunga.
Jika suku bunga yang berlaku meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat
karena perusahaan harus membayar kupon kepada pemegang obligasi dengan suku
bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal dalam bentuk utang.
Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam penghitungan biaya utang yang digunakan dalam
WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak
mempengaruhi biaya modal.
2. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.
Kebijakan Struktur Modal.
Penghitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap komponen modal dengan
komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka
biaya modalnya akan ber-ubah.
Kebijakan Dividen.
Penurunan ratio pembayaran dividen mungkin dapat menyebabkan biaya modal
sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang
kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.
berrisiko. Besar
KOMPONEN BIAYA MODAL
Komponen biaya modal terdiri dari:
Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang);
Preferred Stock (Saham Preferen); dan
Common Equity (Saham Biasa dan Laba ditahan).
BIAYA MODAL SECARA INDIVIDUAL
Biaya Modal dari Hutang (Cost of debt/Cod) Perniagaan.
Biaya modal ini bersifat explicit, karena perusahaan gagal membayar pada tepat waktu,
sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan discount.
=
β„Ž 𝑖
𝑃
%
Cod After Tax = (Cod before tax)(1-t).
Biaya Modal dari Hutang Wesel.
Dalam hutang wesel bunga dibayar dimuka, dengan memotong jumlah yang akan
diterima.
=
𝑃
−
𝑖
%
𝑃
Cod After Tax = (Cod before tax)(1-tax).
Biaya Modal dari Hutang Jangka Pendek.
Hutang jangka pendek dikeluarkan oleh bank, disebut kredit bank, jangka waktu
pinjaman paling lama satu tahun. Biasanya bank memotong bunganya di depan, plus
premi asuransi, sehingga jumlah yang diterima di bawah nilai nominal hutangnya.
=
𝑃
𝑖 𝑖
+𝑃
𝑖
𝑖
−
𝑖
𝑃+𝑃
%
Cod After Tax = (Cod before tax)(1-tax).
Biaya Hutang dari Obligasi.
Dapat dihitung dengan dua cara, yaitu denga rumus pendek atau Short Cut Formula,
dan dengan Metode Accurate (menggunakan tabele Present Value).
Short Cut Formula: (before tax)
=
+
𝑃+
−𝑃
%
dimana:
C = Annual Interest Payment.
F = Value of Bond.
P = Market Price of Bond.
N = Period.
Metode Accurate.
Metode ini diselesaikan dengan trial and error, menggunakan tabel PV kemudian
diinterpolasi.
Interpolasi:
Selisih
Bunga
Selisih PV of Int.
& NV of Bond
Selisih PV of Interest dengan
PV of Market Value of Bond
Bunga I
Bunga II
PV of Int. & VB I
PV of Int. & VB II
PV of Interest & VB I
PV of Nominal Value of Bond
A
B
=
+( )
C
%
YTM After Tax = (YTM before tax)(1-t).
Biaya Penggunaan Modal dari Saham Preferen.
Biaya modal saham preferen adalah sebesar tingkat keuntungan yang diisyaratkan atau
diharapkan oleh pemegang saham preferen.
𝑖
β„Ž
𝑃
(
)=
𝑃
%
Biaya modal saham preferen sudah diperhitungkan atas dasar sesudah pajak.
Biaya Modal dari Laba Ditahan (Retained Earnings).
Biaya modal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam
saham yang diharapkan akan diterima. Ini berarti sama dengan biaya modal dari
saham biasa.
Biaya modal dari laba ditahan dapat dihitung dengan menggunakan 3 model
pendekatan:
1. Model Pendiskontoan Aliran Kas.
Model ini dihitung dengan mengestimasikan biaya modal dengan mendiskontokan
aliran kas, yaitu dari dividen yang diharapkan akan diterima pemegang saham.
∞
𝑃 =∑
=
+
𝑒
dimana:
Po = Harga pasar saham saat ini.
Dt = Dividen diterima untuk periode t
ke = Expected return bagi investor.
Besarnya ke ditentukan oleh besarnya dividen yang diharapkan akan diterima
selama periode t. Saham dimiliki untuk jangka waktu tidak terbatas, dan dividen
tidak mengalami pertumbuhan, maka biaya modalnya menjadi:
𝑒
=
%
𝑃
Namun yang lebih realistis sesuai dengan harapan investor dividen mengalami
pertumbuhan, sebesar g. Sehingga biaya modalnya menjadi:
∞
+g
𝑃 =∑
+
=
dimana
𝑒
merupakan dividen yang diterima pada t = 0.
Diasumsikan bahwa
𝑃 =
dimana;
g, maka persamaan tersebut dapat diubah menjadi:
%
−g
𝑒
𝑒>
D1 = Do(1+g)
maka, biaya modal sendiri dapat ditulis:
𝑒
=
𝑃
+g
Model ini juga dapat digunakan untuk dividen yang meng-alami pertumbuhan
beberapa tahap.
𝑃 =∑
=
=∑
=
+g
+ 𝑒
+
+g
+ 𝑒
+
+
𝑒
+
+
𝑒
𝑒−g
dimana:
𝑃 = Harga pasar saham.
g = Tingkat pertumbuhan dividend tahap pertama.
g = Tingkat Pertumbuhan dividend tahap kedua.
m = Periode waktu pertumbuhan.
2. Model Penentuan Harga Aktiva (CAPM).
Biaya modal dihitung dengan memperhatikan premium risiko pasar dan beta
saham.
k e = Rf +
i(Rm
– Rf)
dimana:
Rf = Tingkat keuntungan bebas risiko.
Rm = Tingkat keuntungan pasar.
= Beta saham perusahaan.
Persamaan tersebut sebenarnya diperoleh dari persamaan Garis Pasar Sekuritas
(GPS), sebagai berikut:
Ri = R f +
i
(Rm – Rf)
dimana:
Ri = Tingkat keuntungan yang diharapkan pemilik saham biasa.
Ri = k e
I
GPS
ke2
ke1
Rf
Risiko, .
0
1
2
3. Model Bond Yield Premium Risk.
Model ini biasanya digunakan oleh para analis yang tidak mempercayai CAPM.
Model ini lebih subyektif, hanya menambahkan premi risiko mereka sendiri sebesar
3 sampai dengan 5 poin persentase.
ke = Hasil Obligasi + Premi Risiko.
Semakin berisiko obligasi, maka biaya modalnya akan menjadi lebih tinggi pula.
Biaya Modal dari Emisi Saham Baru.
Biaya modal dari emisi saham baru lebih tinggi dari biaya modal dari laba ditahan,
karena saham baru dibebani biaya emisi (flotation cost).
𝑒
π‘–β„Ž
=
−𝑃
𝑖
𝑖 β„Ž
𝑖 𝑖
𝑖
Catatan: Persentase biaya emisi dihitung dari harga jual sebelum dikurangi biaya emisi.
Atau:
𝑒
𝐷1
=𝑃
𝑛𝑒𝑑
%
dimana:
= Dividen yang diharapkan.
𝑃 𝑒 = Harga pasar saham dikurangi biaya emisi saham.
Jika diharapkan dividen akan mengalami pertumbuhan selamanya sebesar g, maka
besarnya biaya modal:
𝑒
=
+g
𝑃
𝑒
BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN.
Tingat biaya modal yang harus dihitung perusahaan adalah tingkat biaya modal secara
keseluruhan. Penghitungannya menggunakan konsep Weighted Average Cost of Capital
(WACC).
Biaya Masingmasing Komponen
Bond Payable
10%
Prefered Stock
15%
Common Stock
21%
Jumlah
Komponen Modal
Jumlah Modal
Persentase
$ 100,000
$ 100,000
$ 300,000
$ 500,000
20%
20%
60%
100%
Tambahan Modal.
Tambahan modal akan dapat mengakibatkan kenaikan Marginal Cost of Capital (MCC),
sehingga WACC-nya naik, apabila tambahan modal tersebut begitu besarnya sehingga
perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Supaya tambahan modal tidak
menaikan WACC, maka tambahan modal harus memperhatikan besarnya laba ditahan
pada periode tersebut.
Besarnya tambahan modal yang diperlukan supaya tidak meningkatkan WACC dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
β„Ž
𝐿
= 𝑃𝑒
𝑒
𝐷𝑖
β„Ž
𝑒𝑆 β„Ž
𝐡𝑖
Misalkan, diketahui:
Komponen Modal
Jumlah Modal
Obligasi
Saham Preferen
Saham Biasa
Jumlah
Rp 200.000.000,00
Rp
50.000.000,00
Rp 750.000.000,00
Rp 1.000.000.000,00
Biaya masingmasing komponen
4,8%
10%
12%
Persentase
dari total
20%
5%
75%
100%
Dalam operasinya perusahaan memperoleh laba ditahan sebesar Rp 150.000.000,00.
Besarnya tambahan modal maksimum yang diperlukan untuk mempertahankan
WACC-nya adalah:
β„Ž
5 .
=
.
,75
,
=
.
.
,
Jika tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, maka WACC-nya akan naik, karena
perusahaan harus menerbitkan saham baru. Dimana penerbitan saham baru ini akan
dibebani biaya emisi atau flotation cost, sehingga WACC-nya naik.
𝑖
β„Ž
=
𝑖
β„Ž
− 𝑖
𝑖 𝑖
Marginal Cost of Capital (MCC).
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan ru-piah modal baru;
biaya rata-rata tertimbang dari rupiah terakhir modal baru yang diperoleh. Skedul
biaya modal marginalnya sebagai berikut:
WACC (%)
WACC = MCC
15
0
1
2
3
4
Jutaan
Rupiah Modal Baru
MCC tetap, karena setiap rupiah tambahan modal baru mempunyai biaya sebesar 15%.
WACC (%)
MCC
11,46
10,46
0
500
Jutaan
Rupiah Modal Baru
Skedul Biaya Modal Marginal
Jika tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, misalkan Rp 500 juta berarti
perusahaan harus menerbitkan saham baru, sehing-ga WACC-nya naik menjadi
11,46%.
Komposisi Tambahan Modal:
Jika Rp 200 juta
Obligasi
Rp 40 juta
Saham Preferen
Rp 10 juta
Laba Ditahan
Rp 150 juta
Jika Rp 500 juta
Obligasi
Saham Preferen
Saham Biasa
Rp 100 juta
Rp 25 juta
Rp 375 juta
Biaya Modal dari Depresiasi.
Biaya modal dari depresiasi sama dengan biaya modal rata-rata sebelum menggunakan
modal yang berasal dari emisi saham baru.
Skedul Oportunitas Investasi (IOS).
Merupakan sebuah grafik dari oportunitas investasi perusahaan yang diberi peringkat
berdasarkan tingkat pengembalian proyek tersebut.
Return (%)
A = 13%
13
B = 12,5%
C = 12%
12
MCC
10
IOS
D = 10,2%
0
50
100
150
Baru.
Proyek
A
B
C
D
Modal (Rp)
50.000.000
50.000.000
80.000.000
80.000.000
Return (%)
13,00
12,50
12,00
10,20
Anggaran Modal
Optimal sebesar
Rp180 juta
200
Tambahan
Jutaan
Modal
BAB 14: LEVERAGE DAN STRUKTUR MODAL
JENIS-JENIS LEVERAGE
LEVERAGE OPERASI
LEVERAGE FINANCIAL
LEVERAGE KOMBINASI
INDIFFERENT POINT
PENGERTIAN STRUKTUR MODAL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL
TEORI STRUKTUR MODAL
TEKNIK ANALISIS PENGELOLAAN STRUKTUR MODAL
Bab 14
LEVERAGE DAN STRUKTUR MODAL
JENIS-JENIS LEVERAGE
Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk
penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau
membayar beban tetap. Sehingga dalam hal ini leverage dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Leverage Operasi atau operating leverage yaitu penggunaan aktiva yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa
penyusutan.
b. Leverage Financial atau financial leverage ialah penggunaan dana yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga.
Jika dihubungkan dengan laporan laba rugi leverage operasi dan
leverage financial akan nampak sebagai berikut:
Penjualan
xxx
Harga Pokok Penjualan
xxx
Laba Kotor
xxx
Leverage Operasi
Biaya Operasi
xxx
EBIT
xxx
Bunga
xxx
EBT
xxx
Leverage Financial
Pajak
xxx
EAT
xxx
LEVERAGE OPERASI
Leverage operasi bertujuan untuk mengetahui atau mengukur perubahan
pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi. Sehingga ukuran
leverage operasi adalah degree of operating leverage (DOL), artinya jika DOL
diketahui bernilai 2 maka jika penjualan mengalami kenaikan atau penurunan
10%, keuntungan bisa diprediksikan akan naik atau turun sebesar 2 kali
kenaikan atau penurunan penjualan tersebut, berarti 2 x 10%, yanng dapat
dihitung dengan rumus berikut:
𝐿=
%
𝑒 β„Ž
%
𝐼
Atau
𝐿=
−
−
−
−
−
−
−
Dimana:
Q = Kuantitas
P = Harga per unit
V = Biaya Variabel/unit
BT = Biaya Tetap
S = Penjualan
BV = Biaya Variabel Total
LEVERAGE FINANCIAL
Leverage financial untuk mengukur pengaruh perubahan keuntungan
operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT).
Ukuran tingkat leverage financial adalah Degree of financial leverage (DFL),
yang dapat dihitung dengan rumus:
𝐿=
𝐼
𝐼 −𝐼
=
−
−
−
−𝐼
Dimana:
EBIT = Earning Before Interest and Tax
Q = Kuantitas
P = Harga per unit
V = Biaya Variabel/unit
BT = Biaya Tetap
I = Bunga dalam rupiah
LEVERAGE KOMBINASI
Kita juga bisa mengetahui efek perubahan penjualan terhadap
perubahan laba untuk pemegang saham atau EAT yaitu combine leverage.
Combine leverage adalah pengaruh perubahan penjualan terhadap laba setelah
pajak. Bila diketahui combine leverage 3 artinya perubahan penjualan 20%
akan mempengaruhi laba setelah pajak sebesar 3 x 20% = 60%, dan untuk
menghitung Degree of Combine Leverage dengan rumus berikut:
𝐿=
−
=
𝐼 −𝐼
−
−
−
−𝐼
INDIFFERENT POINT
Dalam memenuhi sumber dananya perusahaan dapat memilih beberapa
alternatif sumber pendanaan. Melalui modal sendiri atau modal asing
(hutang), dengan catatan harus mampu menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham yang dihitung dengan EPS dan ROE. Sehingga perlu
diketahui pada posisi EBIT berapa terjadi kesamaan antara EPS dan ROE yang
akhirnya disebut dengan Indifferent Point, yang dapat dicari dengan rumus
berikut:
𝐼 =
1−
=
−
1−
Dimana:
IP = Indifferent Point
X = EBIT pada indifferent point
c = bunga hutang (Rp)
T = Pajak
S1 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal sendiri
S2 = Jumlah lembar saham bila dibelanjai modal asing.
PENTINGNYA KEBIJAKSANAAN STRUKTUR MODAL
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
kebijaksanaan struktur modal antara lain:
a. Persesuaian (suitability);
b. Pengawasan (control);
c. Laba (earning per share); dan
d. Tingkat risiko (riskness).
dalam
penentukan
TEORI STRUKTUR MODAL
Struktur modal untuk menjelaskan keberhasilan suatu perusahaan
dapat dilihat dengan tiga teori pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income);
b. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income); dan
c. Pendekatan Tradisional.
Teori struktur modal tersebut sementara dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Terdapat struktur modal yang optimal atau paling tidak dalam satu rentang
waktu tertentu untuk setiap perusahaan;
b. Meskipun hingga saat ini masih sulit untuk menentukan secara pasti satu
struktur modal yang optimal; dan
c. Pemahaman konsep struktur modal membantu manager keungan untuk
mengidentifikasikan faktor utama yang mempengaruhi struktur modal yang
optimal.
Simbol-simbol yang akan dipergunakan dalam pembahasan ini dalam berbagai
formula adalah:
E = nilai pasar saham biasa perusahaan yaitu sebesar harga per lembar
saham dikalikan dengan jumlah sahan yang beredar.
D = nilai pasar utang perusahaan; dan untuk menyederhanakan dianggap
perusahaan hanya menggunakan satu kelas utang.
V = total nilai perusahaan yang tidak lain adalah merupakan penjumlahan
dari nilai modal sendiri (E) dan nilai utang (D).
EBIT = adalah laba sebelum bunga dan pajak
Kd = tingkat bunga utang perusahaan atau biaya utang.
Ke = biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang diisyaratkan atasa
saham
biasa.
Ko = biaya modal rata – rata tertimbang.
T = adalah tingkat pajak perusahaan
STRUKTUR MODAL OPTIMAL.
Pada dasarnya bentuk yang mendasar tentang pendanaan bagi
perusahaan adalah modal sendiri (Equity) dan hutang (debt). Kombinasi
optimal equity dan debt dalam struktur permodalan perusahaan telah sejak
lama menjadi salah satu topik utama dalam teori corporate financial. Tidak
dapat disangkal bahwa pendanaan melalui hutang akan memungkinkan
perusahaan untuk merealisasi kesempatan investasi yang menguntungkan di
tengah kondisi keterbatasan ekuitas. Disamping itu sifat tax deductability, dari
interest payment juga seringkali dipandang sebagai daya tarik pendanaan
melalui pinjaman bank. Namun penggunaan pinjaman bank, sampai suatu
titik tertentu (berlebihan), justru dapat menimbulkan beban bagi perusahaan,
seperti tergangunya arus kas karena beban pembayaran dan bunga yang
berlebihan.
Struktur keuangan perusahaan tercermin dalam semua pos pada sisi
pasiva neracanya. Seluruh pos ini bila dikurangi dengan kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo adalah struktur permodalan perusahaan. Sisi
kanan perusahaan identik dengan sumber dana yang diperoleh perusahaan
yang menciptakan adanya kewajiban termasuk equitas aau modal sendiri.
Kewajiban yang terjadi harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi kekayaa perusahaan. Penyebab ketimpangan ini adalah kerugian
yang menimbulkan equitas negative sehingga kewajiban melebihi kekayaan
yang menimbulkan konsisi insolvensi. Kesalahan mengelola keuangan
perusahaan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri. Itulah yang terjadi terhadap perusahaan – perusahaan di Indonesia
pada akhir – akhir ini. Misalnya menggunakan pinjaman jangka pendek untuk
investasi janga panjang, tidak menggunakan lindung nilai (hedging) atas
pinjaman dalam mata uang asing dan sebagainya (Sinaga, 1990).
Teori struktur modal memberikan landasan berfikir untuk mengetahui
struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila
dengan tingkat risiko tertentu, memberikan nilai perusahaan yang optimal.
Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai berikut : (Weston dan Bringham,
1990):
=
𝐼
Keterangan:
V = Value ot the Firm (Nilai perusahaan).
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak.
WACC = Weight Average Cost of Capital (Biaya modal rata-rata tertimbang).
EBIT merupakan hal yang given, karena ditentukan oleh faktor – faktor
diluar kemampuan manager keuangan. Dalam hal ini kondisi makro ekonomi
dan upaya – upaya dari divisi pemasaran lebih merupakan fasktor penentu.
Namun demikian, nilai perusahaan dapat dioptimalkan melalui rekayasa
struktur keuangan perusahaan agar kombinasi model tertentu, menghasilkan
WACC (Weight Average Cost of Capital) yang minimal dengan
mempertimbangkan tingkat bunga, risiko dan akspektisasi EBIT (Weston dan
Copeland, 1997).
Struktur keuangan perusahaan akan menentukan Earning Per Share
perusahaan. Net Profit bukan merupakan indikator yang menunjukkan
efisiensi penggunaan modal. Efisiensi penggunaan modall ditunjukkan oleh
besarnya EPS yaitu besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh setiap unit
modal atau saham yang disetorkan pemilik perusahaan. Semakin besar EPS
yang dihasilkan semakin efisienlah penggunaan modalnya. Pada saat EBIT
berada pada tingkat yang lebih rendah pada tingkat suku bunga, maka
alternatif yanga paling menguntungkan dan aman adalah pembiayaan melalui
ekuitas (equitas financial), ini akan memberikan EPS yang paling tinggi,
=
𝐼
sedangkan pada saat EBIT yang dihasilkan perusahaan lebih besar dari
tingkat suku bunga maka alternatif pembiayan terbaik adalah melalui
pinjaman hutang (debt financial).
Mengapa demikian? Hal tersebut terjadi karena pada saat tingkat
pengembalian atas modal (return on investment) lebih besar dari tingkat suku
bunga, maka setiap tambahan modal yang berasal dari pinjaman, akan
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kenaikan income
perusahaan dibandingkan dengan marginal cost-nya (dalam hal ini tingkat
suku bunga). RIsiko bagi kreditor akan meningkat sejalan dengan kenaikan
leverage, sehingga tingkat bunga yang ditanggung perusahaan juga akan
meningkat.
PEMBIAYAAN DENGAN HUTANG
Utang merupakan salah satu unsur dari struktur keuangan yang merupakan
alat pembiayaan bagi aktiva perusahaan. Utang mempunyai konsekuensi
beban tetap yang berupa interest expense. Dengan beban tetap, utang akan
berpengaruh terhadap survive-nya suatu perusahaan. Pengelolaan hutang
yang tepat akan menambah kuatnya struktur keuangan. Utang usaha juga
merupakan sumber pembiayaan yang penting bagi perusahaan karena dengan
hutang perusahaan akan mampu mengungkit (leverage) kemampuannya,
dibanding apabila hanya bertumpu pada modal sendiri. Hutang sebenarnya
sangat penting dan berguna bagi perusahaan, karena dengan hutang
diharapkan
dapat
memperbesar
pengembalian
modal
sendiri.
Permasalahannya, dengan hutang akan meningkatkan risiko bagi perusahaan
ini dapat diilustrasikan dalam contoh hipotesis berikut.
Misalnya, ada tiga perusahaan A, B, dan C. Ketiga perusahaan ini mempunyai
kondisi yang sama, kecuali dalam hal bauran modalnya, atau besarnya utang.
Besarnya utang jangka panjang ditambah ekuitas sama, yaitu sebesar
Rp1.000.000,00. Kondisi struktur modal dapat dilihat dalam Tabel 1. Untuk
melihat pengaruh besarnya utang atau struktur modal terhadap EPS, dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Contoh Hipotesis Struktur Modal
Ordinary Share
Perusahaan A
Equity (Rp 100,00/lbr Rp1.000.000,00
Debt (20%)
Perusahaan A, B dan C.
Perusahaan B Perusahaan C
Rp 800.000,00 Rp 500.000,00
Rp 200.000,00 Rp 500.000,00
Tabel 2. Pengaruh Struktur Modal terhadap EAT dan EPS (dalam rupiah).
Keterangan
EBIT
Interest(20%)
EBT
Tax (40%)
EAT
EPS
Perusahaan A
150000
150000
60000
90000
9
200000
200000
80000
120000
12
250000
250000
100000
150000
15
Perusahaan B
150000
40000
110000
44000
66000
8,25
200000
40000
160000
64000
96000
12
250000
40000
210000
84000
126000
15,75
Perusahaan C
150000
100000
50000
20000
30000
6
200000
100000
100000
40000
60000
12
250000
100000
150000
60000
90000
11
Pada tabel 1 di atas, tampak bahwa total modal yang diinginkan adalah
Rp1.000.000,00 dan biaya hutang adalah 20%. Berdasarkan pada Tabel 2,
dapat diperoleh EBIT (earning before interest and tax) berada pada tingkat yang
lebih rendah dari tingkat suku bunga (contoh diatas EBIT sebesar Rp
150.000,00), maka Earning Per Share yang tertinggi adalah pada saat modal
lebih banyak dibiayai dari modal sendiri. Alternatif A, modal sendiri sebesar Rp
1.000.000,00 utang Rp. 0,00, EPS-nya Rp. 9,00, alternatif B, modal sendiri
sebesar Rp. 800.000,00, utang Rp 200.000,00, EPS-nya 8,25. Dan alternatif C,
modal sendiri Rp 500.000,00 utang Rp 500.000,00, EPS-nya sebesar Rp 6,00.
Dalam kondisi EBIT sama dengan biaya utang Rp 200.000,00 maka EPS yang
dihasilkan untuk semua alternatif adalah sama, yaitu Rp 12,00, sedangkan
dalam kondisi EBIT berada pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat suku
bunga.
Download