Topik Utama -4-83-OKE.pmd

advertisement
Topik Utama
TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI ARUS LAUT DI INDONESIA
Erwandi
UPT Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
[email protected], [email protected]
SARI
Tulisan ini memaparkan tentang proses rancang bangun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL) yang dilakukan oleh tim perekayasa UPT BPPH BPPT. Paparan dimulai dengan penjelasan
mengenai instalasi pertama turbin arus laut kapasitas 2 kW di Selat Larantuka Kabupaten Flores
Timur Propinsi NTT. Selanjutnya diuraikan riset-riset yang dilakukan mulai tahun 2006 sebelum
instalasi pertama PLTAL. Kendala-kendala yang dihadapi setelah instalasi PLTAL menjadi topik
khusus yang dibahas disertai evaluasi dan cara mengatasi kendala. Berikutnya diuraikan tentang
instalasi PLTAL kapasitas 10 kW. Terakhir dibahas instalasi PLTAL di bawah Jembatan Suramadu
dengan foto-foto saat MENRISTEK mengunjungi prototipe PLTAL tersebut.
Kata kunci : BPPH BPPT, konversi energi arus laut, rancang bangun PLTAL, turbin Darrieus
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, laut
Indonesia menyimpan sumber energi baik energi
baru dan terbarukan maupun energi tidak
terbarukan yang melimpah. Energi baru dan
terbarukan dari laut yang belum dimanfaatkan
dengan intensif di Indonesia adalah energi arus
laut dan energi gelombang laut. Kedua energi
ini ditambah dengan energi hasil konversi
perbedaan temperatur air laut permukaan dan
dasar laut serta angin laut diyakini dapat
memenuhi kebutuhan energi yang cukup besar
di Indonesia.
Untuk mendukung kebijakan pemerintah yang
dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia no. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional, maka Unit Pelaksana Teknis
Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(UPT BPPH BPPT) mulai tahun 2006 telah
4
melakukan penelitian tentang konversi energi
arus laut menjadi tenaga listrik yang disebut
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).
Hasil penelitian dan perekayasaan akhirnya
membuahkan prototipe turbin arus laut kapasitas
2 kW dan 10 kW yang telah diuji di Selat
Larantuka dan di bawah Jembatan Suramadu.
Akumulasi pengetahuan hasil penelitian dan
perekayasaan tim perekayasa UPT BPPH
BPPT diperlihatkan dalam video uji prototipe
tersebut yang dapat dilihat di http://
www.youtube.com/erw4ndi. Ringkasan penjelasan mengenai proses rancang bangun dan
rekayasa PLTAL dituangkan dalam tulisan ini.
b. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini memberikan informasi
mengenai rancang bangun teknologi konversi
energi arus di beberapa lokasi di Indonesia yang
dilakukan UPT Balai Pengkajian dan Penelitian
Hidrodinamika (UPT BPPH), Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT)
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
2. RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
PLTAL VERSI 1.0 KAPASITAS 2 KW
Matahari tersaput mendung tipis dan masih
sedepa di atas puncak Gunung Mandiri pada
siang hari menjelang sore tanggal 27 Maret 2010.
Gunung Mandiri yang terkenal dengan sebutan
Ile Mandiri dalam bahasa lokal, terletak di sebelah
barat Kota Larantuka (Gambar 1). Dari Pulau
Adonara gunung tersebut tampak anggun saat
proses pemasangan rumah Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut (PLTAL) rampung. Itu adalah
proses pemasangan turbin PLTAL yang
dikemudian hari diberi nama turbin PLTAL versi
1.0. Turbin dengan kapasitas 2 kilowatt tersebut
dijangkar di Selat Larantuka. Selat selebar kurang
lebih 700 meter itu memisahkan Pulau Flores
dan Pulau Adonara. Dari pantai depan desa
Tanah Merah Adonara Barat Flores Timur, posisi
PLTAL sekitar 100 meter ke arah laut.
Seperti tayangan pada video proses
pemasangan dan uji coba pertama kali PLTAL
versi 1.0 yang diunggah di http://
www.youtube.com/erw4ndi, penduduk desa
Tanah Merah sangat antusias saat PLTAL
pertama kali diuji coba (Gambar 2). Rumah
PLTAL yang berdiri di atas 2 buah ponton, dengan
Gambar 1.
Rumah PLTAL 100 meter dari
pantai Adonara dengan latar
belakang Ile Mandiri
berat total 8 ton itu sempat miring tiap kali
orang-orang bergerak ke kanan-kiri dek. Sorak
kegembiraan pecah saat arus laut mulai muncul
memutar turbin dan mulai menghasilkan listrik.
Pada kecepatan arus 0,9 m/s turbin PLTAL
menghasilkan daya fluktuatif sebesar 600 - 800
Watt. Pada kecepatan 1.7 m/s daya maksimum
listrik yang diproduksi PLTAL mencapai 1900
Watt. Saat itu untuk pertama kalinya di Indonesia dapat dibuktikan bahwa listrik dapat dihasilkan
dari arus laut.
Kecepatan arus laut menyimpan energi kinetik
yang dapat dikonversi menjadi tenaga listrik.
Turbin yang digunakan untuk menangkap energi
kinetik tersebut dapat berupa turbin sumbu horizontal yang persis seperti turbin angin maupun
turbin sumbu vertikal yang cara kerjanya seperti
mixer pengaduk adonan kue (Gambar 3).
Studi pemilihan teknologi turbin pemanen energi
kinetik arus laut telah dilakukan di UPT BPPH
BPPT sejak tahun 2006.
Di UPT yang terletak di kompleks kampus ITS
Sukolilo Surabaya itu telah dilakukan pemetaan
potensi energi kinetik arus laut di selat-selat di
antara ribuan pulau di Indonesia. Simulasi
Gambar 2.
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
Masyarakat Pulau Adonara
antusias dengan PLTAL sebelum
dipasang di Selat Larantuka
5
Topik Utama
Gambar 3. Kinerja bilah turbin PLTAL versi 1.0
numerik kecepatan arus laut di selat-selat
terutama di antara pulau-pulau di propinsi NTB
dan NTT membuktikan bahwa potensi praktis
(practical resources) energi arus laut mencapai
6000 MW. Khusus untuk Selat Larantuka,
simulasi numerik dan survei di sana
menunjukkan bahwa kecepatan arus laut di
beberapa titik mencapai lebih dari 3,8 m/s.
Kecepatan arus tersebut sangat potensial untuk
dikonversi menjadi tenaga listrik. Oleh karena
itu berdasarkan pertimbangan lokasi, kesiapan
infrastruktur, maka Selat Larantuka dipilih
sebagai tempat uji prototipe PLTAL BPPT.
Memanfaatkan fasilitas tangki uji tarik (towing
tank) UPT BPPH, tim perekayasa PLTAL BPPH
Gambar 4. Kinerja bilah turbin PLTAL versi 1.0
6
melakukan pengkajian dan penelitian tipe turbin
yang cocok untuk perairan Indonesia. Studi tahun
2007 dan 2008 menghasilkan rekomendasi
bahwa turbin sumbu vertikal tipe Darrieus lebih
cocok diterapkan di Indonesia dibandingkan
turbin sumbu horizontal (Gambar 4 dan Gambar
5). Turbin sumbu vertikal instalasinya lebih mudah
dan murah karena sistem transmisi dan sistem
generator dapat diletakkan di atas permukaan air.
Pembuatan bilah turbin pun sangat mudah.
Dapat dikerjakan di pabrik velg sepeda motor.
Sedangkan turbin sumbu horizontal biayanya
jauh lebih mahal karena baik sistem transmisi
maupun sistem kelistrikannya harus dibenamkan
di dalam air. Perlu wadah yang kedap air agar
sistem transmisi dan sistem generator dapat
bekerja tanpa masalah.
Tahun 2009 dimulai proses rancangan bangun
dan rekayasa rinci (Detail Engineering Design)
turbin PLTAL versi 1.0 (Gambar 6). Turbin
berukuran diameter 2 meter dan panjang bilah
(span) 2 meter didesain untuk memproduksi daya
listrik 5 kW dengan efisiensi 38%. Karena
anggaran terbatas maka hanya diadakan generator magnet permanen kapasitas 3,5 kW, dan
inverter 2 kW. sehingga maksimum daya listrik
yang diproduksi 2 kW saja. Transmisi putaran
poros ke generator menggunakan transmisi
pulley dengan perbandingan 1:15. Agar posisi
rumah PLTAL tetap stabil di tempat yang telah
ditentukan rumah PLTAL ditambat dengan empat
buah tali (Gambar 7). Dua buah tali untuk
Gambar 5. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di
tangki uji tarik kecepatan arus 2.8
m/s
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
satu jangkar patah karena tidak kuat menahan
beban arus laut yang sangat kuat. Tidak berapa
lama salah satu radial arm yang
menghubungkan bilah turbin dan poros bagian
bawah mengalami retak dan bengkok (Gambar
8).
Gambar 6. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di
tangki uji tarik kecepatan arus 2.8
m/s
Gambar 8. Uji kinerja turbin bilah foil LHI-18 di
tangki uji tarik kecepatan arus 2,8
m/s
Bagi perekayasa UPT BPPH masalah tersebut
adalah masalah hidrodinamika biasa yang dapat
diatasi dengan melakukan analisis tentang
kekuatan material. Tetapi saat masalah itu
disampaikan ke atasan di kantor BPPT Jakarta
berita tersebut menimbulkan kehebohan.
Dianggap PLTAL gagal dan tidak layak.
Gambar 7. Teknik tambat rumah PLTAL
menahan arus dari depan dan dua lainnya dari
belakang. Untuk menghindari tali tambat
tenggelam karena beratnya sendiri, maka tiap
tali diberi pengapung (floater). Desain ini tanggal
5 Desember 2013 memperoleh paten dari
Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor
permohonan paten P00201100665.
3. EVALUASI DAN OPTIMALISASI PLTAL
VERSI 1
Rasa suka cita keberhasilan uji pertama kali
PLTAL tersebut tidak berlangsung lama. Tiga hari
Menanggapi hal tersebut para perekayasa tidak
berputus asa. Rumah PLTAL dipinggirkan dan
dianalisis penyebab patahnya material jangkar
dan bengkoknya radial arm. Dibutuhkan jangkar
yang lebih kuat agar PLTAL tetap pada
tempatnya. Sedangkan dari analisis terjadinya
bengkok pada radial arm, para perekayasa
berkesimpulan agar konstruksi radial arm diubah.
Tidak kapok meski anggaran menipis serta tanpa
rasa takut pada arus laut Selat Larantuka yang
kencang, maka pada tanggal 11 Juni 2010, tim
perekayasa PLTAL melakukan uji prototipe
PLTAL versi 1.1 di lokasi yang sama dengan
sebelumnya. Uji prototipe dilakukan setelah
melakukan perbaikan jangkar dan radial arm
(Gambar 9).
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
7
Topik Utama
Gambar 9. Jangkar PLTAL versi 1.1 yang baru
Gambar 11. Turbin PLTAL versi 1.1 di depan
Dibandingkan dengan jangkar lama, jangkar
baru lebih besar dengan tinggi 180 cm dan berat
415 kg. Sedangkan radial arm diperkuat pada
bagian yang menghubungkan poros.
4. RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
PLTAL KAPASITAS 10 KW
Uji prototipe PLTAL versi 1.1 sukses dilakukan
(Gambar 10 dan Gambar 11). Tayangan video
yang diunggah di youtube.com/erw4ndi
memperlihatkan kinerja yang cukup bagus.
Maksimum daya listrik yang dihasilkan mencapai
1900 Watt, sama dengan uji sebelumnya.
Setelah seminggu dipasang, dilakukan evaluasi
pada struktur turbin. Ternyata bilah turbin
sepanjang 2 meter mengalami bending atau
bengkok memanjang. Meski bengkoknya bilah
turbin bukan sesuatu yang patut dirisaukan
tetapi dapat disimpulkan bahkan material aluminium terbaik pun ternyata perlu diganti dengan
material yang lebih kuat.
Tahun 2011 target kapasitas daya listrik PLTAL
ditingkatkan dari 2 kW menjadi 10 kW. Dengan
kenaikan kapasitas ini tentu ada perubahanperubahan mendasar karena dimensi turbin juga
menjadi lebih besar. Konsep yang ditawarkan
adalah konsep seperti pengungkit. Pada saat tidak
beroperasi turbin dinaikkan dengan sistem
pengungkit. Pada saat beroperasi turbin
diturunkan. Untuk menjaga agar turbin tetap pada
posisinya maka di samping jangkar disisipkan
juga ke tali tambat pemberat dari beton. Berat
total jangkar dan pemberat di darat sebesar 2
ton untuk masing-masing tali. Selain itu untuk
menghindari bending, bilah turbin tidak lagi
menggunakan material aluminium pejal tetapi
menggunakan stainless steel berkonstruksi
hollow yang meniru konstruksi sayap pesawat
terbang. Penggunaan stainless steel selain lebih
kuat juga dimaksudkan agar tidak terjadi proses
karat dan proses elektro kimia karena material
aluminium potensialnya lebih rendah daripada
material poros dan radial arm yang terbuat dari
stainless steel. Konstruksi hollow selain mudah
pembuatannya juga ringan dibandingkan dengan
stainless steel pejal.
Generator yang digunakan adalah generator 5
kW sebanyak 2 buah. Transmisi putaran turbin
menggunakan sistem pulley 1:5 yang diparalel
sehingga menggerakkan 2 buah generator.
Gambar 10. Radial arm yang baru
8
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
Gambar 12. Konsep instalasi turbin PLTAL 10 kW,
kiri installation mode, kanan operational
Gambar 13. Rancangan PLTAL
10 kW dengan
bilah hollow
Gambar 14. Pemberat beton dengan berat
total 8 ton
Gambar 15. Proses mengangkut tali dan
jangkar seberat 400 kg ke lokasi
Putaran poros turbin saat kecepatan arus laut
2,0 m/s berfluktuasi dan rata-rata mencapai 50
rpm, di generator putaran naik menjadi 250 rpm.
Sayangnya putaran tersebut tidak mampu
mencapai putaran minimum generator agar
listrik yang diproduksi dapat diterima oleh
inverter. Inverter dapat bekerja bila putaran
generator mencapai 440 rpm dengan daya listrik
5 kW x 2. Akhirnya listrik yang berfluktuasi
tersebut disalurkan ke beban berupa bola lampu
yang dapat menerima tegangan listrik yang tidak
standar 220 Volt. Sistem transmisi murah
menggunakan pulley ternyata tidak memberikan
kinerja yang baik.
Arus laut yang tidak stabil, seperti diperlihatkan
dalam tayangan video di youtube.com/erwandi
yang diambil tanggal 26 Maret 2011, juga
menyebabkan poros mengalami fenomena
"shaking", bergetar karena fenomena vortex
induced vibration dan torsional vibration. Getaran
merambat ke seluruh sistem transmisi. Untuk
meredam hal tersebut diperlukan poros yang
lentur. Tim perekayasa mendapatkan solusi jitu
dengan cara mengganti sambungan poros
sistem flange dengan sistem flexible joint. Poros
fleksibel truk fuso akhirnya dimanfaatkan untuk
sambungan poros. Desain PLTAL 10 kW ini
memperoleh paten dari Kementerian Hukum dan
HAM dengan nomor permohonan paten
P00201100666 tanggal 27 Pebruari 2014.
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
9
Topik Utama
Gambar 16. Proses instalasi PLTAL 10 kW di
tengah Selat Larantuka
Gambar 17. Turbin PLTAL 10 kW saat
operational mode
Seperti diberitakan di Koran Kompas 29 April
2011dengan judul "Memanen Listrik dari Arus
Laut", jangkar dan pemberat ternyata efektif
menahan gaya tahanan arus laut. Saat mulai
menghadapi arus yang kuat di Selat Larantuka
rumah PLTAL sempat bergeser sekitar 50 meter
dari posisi semula. Tetapi rupanya setelah itu
jangkar mendapat cantolan sehingga posisi
rumah PLTAL stabil di satu titik.
Beberapa perbaikan terutama sistem transmisi
telah dilakukan pada tahun 2011 dengan
melakukan manufacturing ulang di Surabaya.
Sayangnya uji PLTAL 10 kW tahap ke 2 tidak
dapat dilaksanakan karena adanya pemotongan
anggaran. Sehingga usulan anggaran pelaksanaannya dilakukan di tahun anggaran
10
Gambar 18. PLTAL 10 kW saat bekerja di arus
yang deras
berikutnya 2012. Ternyata anggaran tahun 2012
yang disetujui sangat tidak memadai untuk uji di
Larantuka. Mengingat ada kecenderungan
anggaran menurun di tahun berikutnya, ditambah
lagi adanya pemotongan atau pembintangan
maka terpaksa lokasi uji dipindah di Selat Madura
untuk menghemat anggaran. Anggaran tahun
2012 akhirnya dimanfaatkan untuk memobilisasi
rumah PLTAL dari Larantuka ke Surabaya dan
untuk memodifikasi dan manufacturing konsep
desain PLTAL yang disesuaikan dengan
karakteristik kecepatan arus laut di Selat Madura,
tepatnya di bawah Jembatan Suramadu.
5. OPTIMALISASI DAN UJI UNJUK KERJA
PLTAL 10 KW DI PILE 56 JEMBATAN
SURAMADU
Tahun 2012 adalah tahun desain ulang sistem
transmisi dan desain turbin yang sesuai dengan
kecepatan arus laut di bawah Jembatan
Suramadu. Evaluasi sistem transmisi
menyimpulkan bahwa sistem transmisi
menggunakan pulley tidak memberikan efisiensi
yang bagus untuk mentransmisikan putaran
turbin ke putaran generator. Dari kajian, gear box
dan bevel gear lebih efektif digunakan untuk
menaikkan putaran. Untuk mengurangi getaran
maka flexible joint dipasang dalam sistem poros
turbin.
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
Hasil survei arus laut Juli 2012 menunjukkan
bahwa kecepatan arus laut di sekitar Pile 56
Jembatan Suramadu maksimum 1,3 m/s saat
pasang purnama. Pasang purnama adalah
pasang tertinggi di samping pasang bulan mati.
Saat itu posisi bulan, bumi, dan matahari dalam
satu garis lurus. Tentu kondisi ini berbeda sama
sekali dengan kecepatan arus laut di Larantuka
yang sangat dahsyat. Berdasarkan hal ini maka
dilakukan desain ulang turbin arus laut. Desain
ulang sangat penting karena kecepatan arus laut
Selat Madura adalah tipikal/khas kecepatan arus
laut kebanyakan selat-selat di Indonesia. Selat
Larantuka adalah pengecualian yang ekstrim.
Desain PLTAL yang disesuaikan dengan kondisi
Selat Madura nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai dasar desain untuk selat-selat lain di
Indonesia yang kecepatan arusnya kurang lebih
sama dengan kecepatan arus Selat Madura.
Mengingat kecepatan arus laut Suramadu cukup
rendah, maka desain ulang turbin arus laut
mengikuti hasil uji di tangki gelombang UPT
BPPH tahun 2008 (Gambar 19). Dengan
melakukan modifikasi turbin Darrieus (Gambar
20), turbin arus laut tidak hanya dapat menyerap
energi kinetik kecepatan arus laut tetapi juga
dapat menyerap energi potensial tinggi
gelombang laut. Dengan memiringkan posisi
bilah turbin dengan sudut tertentu turbin arus laut
selain berfungsi sebagai turbin Darrieus juga
Gambar 19. Uji model turbin modifikasi di
kolam gelombang UPT BPPH
berfungsi sebagai turbin Wells. Turbin Wells
adalah turbin yang terkenal untuk mengkonversi
energi gelombang menjadi energi listrik.
Proses manufacturing dan perakitan dapat
diselesaikan diakhir tahun 2012. Sama dengan
PLTAL versi 1.0, generator yang dipasang adalah
generator magnet permanen dengan kapasitas
3,5 kW dilengkapi inverter 2 kW. Penggunaan
generator ini dikarenakan kecepatan arus laut
yang cukup rendah. Perakitan dilakukan di Pantai
Kenjeran Surabaya Timur (Gambar 21). Pada
Februari 2013 dilakukan instalasi turbin arus laut
di Pile 56 di bawah Jembatan Suramadu
(Gambar 22). Pile 56 Jembatan Suramadu
terletak dekat dengan sisi Pulau Madura.
Uji di bawah Jembatan Suramadu berlangsung
sukses. Turbin berputar dan menghasil listrik
sampai 1200 Watt. Sistem transmisi juga
bekerja dengan baik. Beberapa video yang
merekam proses uji tersebut juga telah diunggah
di youtube.com/erw4ndi. Turbin dipasang dan
dievaluasi secara terus menerus selama 4
bulan. Pada tanggal 9 April 2013, turbin PLTAL
UPT BPPH ditinjau oleh Menteri Negara Riset
dan Teknologi Republik Indonesia, Bapak Prof.
Dr. Gusti Moh. Hatta. Menristek sangat antusias
dengan bukti keberhasilan teknologi konversi
energi arus laut ini (Gambar 23).
Gambar 20. Konsep modifikasi turbin Darrieus
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
11
Topik Utama
Gambar 21. Perakitan PLTAL modifikasi di
Pantai Kenjeran Surabaya
Gambar 23. Penulis sedang menjelaskan
tentang prinsip kerja PLTAL
kepada MENRISTEK
Gambar 24. Foto bersama MENRISTEK di
atas PLTAL
6. PENUTUP
berbagai lembaga penelitian dari P3GL-Balitbang
ESDM, PT. DI, Balitbang Kementerian Kelautan
dan Perikanan, ITS, Badan Pengelola Wilayah
Suramadu, dll.
Berdasarkan hasil evaluasi, diketahui turbin
modifikasi tidak efektif menyerap energi potensial
dari tinggi gelombang karena konstruksi rumah
PLTAL yang terapung ikut bergoyang naik turun
saat menerima gaya gelombang. Bila dipasang
menetap di tiang jembatan, akan dapat diketahui
kinerja turbin menyerap energi gelombang.
Pada Mei 2014, diputuskan untuk mengubah
kembali formasi bilah turbin seperti turbin PLTAL
10 kW di Larantuka. Mulai September 2013
dimulai lagi proses uji PLTAL di Pile 56 Jembatan
Suramadu. Sampai akhir Nopember 2013 turbin
dapat bekerja dengan baik dan telah dikunjungi
12
Gambar 22. Instalasi PLTAL modifikasi di Pile
56 Jembatan Suramadu
Anggaran pengembangan PLTAL tahun 2014
sekarang ini sesungguhnya hendak digunakan
untuk uji ketangguhan (endurance test) material
bilah turbin, radial arm, sistem transmisi, generator, sistem kontrol dan kelistrikan. Tetapi
sampai bulan Agustus 2014 hal tersebut tidak
dapat terlaksana disebabkan adanya
pemotongan anggaran (self blocking) untuk
mengatasi membengkaknya subsidi BBM.
Meskipun demikian tim perekayasa PLTAL
mempunyai harapan kuat bahwa tahun 2015
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Topik Utama
adalah tahun pasang naik pengembangan
teknologi konversi energi arus laut di Indonesia
dan diharapkan uji ketangguhan PLTAL dapat
dilaksanakan setahun penuh sehingga dapat
dievaluasi kekuatan material yang dipakai dalam
sistem PLTAL tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Erwandi, Kasharjanto, A., Mintarso, C.S.J., Marta,
E., Ali, B., 2013, Some Researches on
Marine Renewable Energy in Indonesian
Hydrodynamic Laboratory BPPT, Indian
Ocean and Pacific Conference, APEC 2013,
Bali Indonesia, June 18-22, 2013.
Erwandi, 2013, The Current Status of Ocean
Renewable Energy R&D at BPPT, 2nd
International Congress on Ocean Energy
Development in Asia Pacific, Denpasar Bali
22 - 24 May 2013.
Muchlis, A.M., Erwandi, Mukhtasor, 2012,
Acceleration Development of Ocean Energy
in Indonesia, Proceeding of "The Second
International Conference on Port, Coastal,
and Offshore Engineering (2nd ICPCO)",
Bandung, 12-13 November 2012.
Erwandi, 2011, The Development of Indonesian
Vertical Axis Marine Current Turbine for the
Tidal Power Generation, World Renewable
Energy Congress - Indonesia, Bali Nusa Dua
Convention Center, 17 - 19 October 2011.
Erwandi, et.al.,2011, Vertical Axis Marine Current
Turbine Development in Indonesian
Hydrodynamic Laboratory-Surabaya for
Tidal Power Plant, International Conference
and Exhibition on Sustainable Energy and
Advanced Material (ICESEAM 2011), Solo
Indonesia, 3-4 October 2011.
Hantoro, R., Utama, IKAP., Sulistyono, A.,
Erwandi ,2011, Lateral Force Fluctuation on
the Shaft of Vertical-Axis Ocean Current
Turbine, Australian Journal of Basic and
Applied Sciences, 5(7): 121 - 128, 2011
Erwandi, 2009, The Study on Marine Current
Turbine that Suit to Indonesian Ocean,
Proceeding Seminar Nasional Kluster Riset
Teknik Mesin 2009 Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 13 - 14 Oktober 2009
Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi,2009,
Unsteady Load Analysis on A Vertical Axis
Ocean Current Turbine, Proceeding The
11th International Conference On Qir
(Quality In Research) Faculty of Engineering
University of Indonesia, Jakarta, 3 - 6 August
2009
Erwandi, 2009, The Research on Vertical-Axis
Marine Current Turbine in Indonesian
Hydrodynamic Laboratory-Surabaya,
International Symposium on Ocean Science,
Technology, and Policy, World Ocean
Conference, Manado May 11-15, 2009
Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi, 2009, Flow
Visualization and Shape Mode in the Study
of Vortex-Induced Vibration (VIV) and
Torsional Vibration (TV) on Vertical-Axis
Ocean Current Turbine (VAOCT),
Proceeding of Ocean Science, Technology,
and Policy Symposium, World Ocean
Conference, Manado May 11-15, 2009
Erwandi, 2008, Numerical Simulation of Ocean
Current for Tidal Current Power Plant in
Indonesia, Symposium on Marine
Environment and Modeling for East Asian
Seas, University of Tokyo, Tokyo-Japan,
November 10, 2008.
Erwandi et.al, 2008, The Research of Marine
Current
Turbine
in
Indonesian
Hydrodynamics Laboratory, Proceeding of
6th Biennial International Conference on
Marine Technology 2008, University of
Indonesia Jakarta, August 2008.
Hantoro, R., Utama, IKAP., Erwandi, 2008, The
Assessment of Vortex Induced Vibration and
Torsional Vibration on Vertical-Axis Turbine,
Seminar Nasional Teknik Mesin 3, UK Petra,
April 30, 2008 (in Bahasa Indonesia).
Erwandi et.al, 2007, Numerical Simulation of
Tidal Current of Alas Strait Using Variable
Mesh, Proceeding Seminar Nasional Teori
dan Aplikasi Teknologi Kelautan, Nopember
15, pp A137 - A148 (in Bahasa Indonesia).
Teknologi Konversi Energi Arus Laut di Indonesia ; Erwandi
13
Topik Utama
Erwandi, Rina, Afian Kasharjanto, Irfan Eko
Sanjaya, Zulis Irawanto, 2006, "A Preliminary
Study on Electricity Generation by Tidal
Current in Alas Strait", Proceeding of 5th
Biennial International Conference on Marine
Technology 2006, Makassar, September
2006.
14
Erwandi, 2005, "Ocean Current Energy:
Alternative Energy that Environmental
Friendly and Renewable", Kompas
Newspaper, 29 August 2005 (in Bahasa
Indonesia).
M&E, Vol. 12, No. 3, September 2014
Download