Vol 1, No 4 Tahun 2014 Policy Brief Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan IV. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAFTAR ACUAN Agar dapat terjadi peningkatan teknologi produksi seperti yang dimaksud di bagian terdahulu, maka KKP harus melakukan beberapa langkah-langkah sebagai strategi jangka pendek-menengah: Ø Assessment teknologi produksi terkini apa saja yang sudah dikuasai oleh KKP. Ø Melakukan penilaian efisiensi dari masing-masing teknologi tersebut. Ø Mengintroduksikan teknologi yang sudah lolos uji efisiensi baik teknis maupun ekonomis ke para pelaku usaha di sektor KP. Selain itu, sebagai strategi jangka perlu digiatkan kembali usaha penelitian agar mampu tercipta berbagai teknologi produksi budidaya maupun tangkap baru yang dapat membantu meningkatkan daya saing komoditas KP Indonesia. BBPSEKP. 2013. Permodelan Ekonomi. BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta LMFEUI. 2014. Diambil kembali dari http://www.lmfeui.com/data/Proyeksi Ekonomi Makro LM FEUI Mankiw, G. N. 2003. Macroeconomics. 5th Edition. Worth Publisher Mankiw, G. N. 2004. Principles of Economics.3rd Edition. Thomson, South-Western Tim Penyusun Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Penulis Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana Layout : : : : Informasi lebih lanjut © 2014BBPSEKP 4 Rikrik Rahadian, Tajerin, Mira, Armen Zulham Indra Sakti, Zahri Nasution, Sonny Koeshendrajana dan Tajerin Achmad Zamroni, Fatriyandi Nur Priyatna dan Andrian Ramadhan Ilham Ferbiansyah http://bbpse.litbang.kkp.go.id/ sumber foto: pubdok sosek Dampak Inflasi Terhadap Sektor Kelautan dan Perikanan Pesan Utama Ü Inflasi akan berdampak terhadap berbagai indikator makroekonomi nasional maupun berbagai indikator ekonomi sektoral. Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai pemangku kepentingan di sektor Kelautan dan Perikanan (KP) berkewajiban mengkaji informasi mengenai berbagai dampak dari inflasi terhadap indikator-indikator ekonomi di sektor KP; Ü Inflasi tidak memberikan dampak negatif terhadap volume produksi komoditas Kelautan dan Perikanan (KP) Indonesia. Inflasi cenderung akan berdampak terhadap peningkatan produksi komoditas KP Indonesia. Namun ternyata inflasi memberikan dampak buruk melalui menurunnya daya saing Komoditas KP Indonesia, dimana terjadi menurunnya ekspor komoditas KP Indonesia disertai dengan meningkatnya impor komoditas KP dari luar negeri; Ü Untuk mengatasi dampak buruk dari inflasi terhadap indikator ekonomi komoditas KP Indonesia, maka diperlukan kebijakan peningkatan teknologi produksi agar tercapai efisiensi produksi serta terjadi penguatan daya saing komoditas KP Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai usaha untuk memperoleh teknologi terkini yang efisien melalui penelitian, serta usaha penyebaran teknologi tersebut ke para pelaku usaha di sektor KP. 1 DAMPAK INFLASI TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DAMPAK INFLASI TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DAMPAK INFLASI TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DAMPAK INFLASI TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN I. LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini selalu berada pada kisaran lima hingga enam persen per tahun, kecuali pada tahun 2009 karena pertumbuhan berada di bawah lima persen sebagai imbas dari krisis finansial dunia (LMFEUI, 2014). Pertumbuhan tersebut dianggap stabil mengingat terjadinya kecenderungan peningkatan kemampuan belanja masyarakat (peningkatan permintaan) dan kondisi pasar yang kondusif. Kebijakan ekonomi (moneter) tidak hanya berdampak pada peningkatan per mintaan tetapi juga menimbulkan resiko untuk mendorong terjadinya kenaikan harga komoditas secara umum (inflasi). Secara teoritis, inflasi terjadi sebagai akibat dari kebijakan moneter pemerintah berkaitan dengan supply uang yang beredar. Hal tersebut dinyatakan oleh Gregory N. Mankiw dalam prinsip ekonomi ke-9 yang menyatakan bahwa harga-harga akan meningkat jika pemerintah mencetak terlalu banyak uang (Mankiw, 2004). Inflasi seringkali dianggap sebagai penyebab meningkatnya tingkat kemiskinan. Akibatnya, inflasi dianggap suatu hal yang negatif dan harus dieliminasi. Ilmu makroekonomi kontemporer menyatakan bahwa inflasi dianggap bermanfaat sebagai pelicin bagi perputaran ekonomi di pasar tenaga kerja. Tentunya, inflasi yang dapat menjadi pelicin bagi pertumbuhan tersebut adalah inflasi pada tingkat yang terkendali. Agar perekonomian mampu menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan menghasilkan output lebih banyak, maka diperlukan sedikit inflasi (Mankiw, 2003). Pentingnya inflasi bagi pertumbuhan dan kekhawatiran terhadap dampak buruk yang timbulkan, maka ada upaya dari para pengambil kebijakan untuk melakukan kebijakan pengendalian inflasi. Peristiwa inflasi selama 2004 - 2011 merupakan salah satu fakta bahwa sepanjang periode tersebut kebijakan pengendalian inflasi Indonesia cukup mampu untuk menahan inflasi pada angka di bawah dua digit (Gambar 1). Sementara itu, peristiwa pada tahun 2005 dan 2008 dapat dijadikan sebagai pembanding bahwa inflasi diatas 10% sebagai pengaruh dari kenaikan harga bahan bakar internasional (LMFEUI, 2014). Pengendalian inflasi tersebut juga telah mendorong stabilitas nilai tukar dan suku bunga. Nilai tukar bergerak dalam kisaran Rp 8.900 - 9.000 per dolar AS, kecuali pada saat terjadi shock nancial pada tahun 2008. Pada awal tahun 2014 ini, perkiraan inflasi Indonesia sepanjang tahun 2014 yang dipublikasikan oleh dua institusi ekonomi terkemuka yaitu Citi Research dan Bank Indonesia (BI) adalah 1. Citi Research : 5,3% (Meskipun Januari Tinggi, Inflasi 2014 Tetap di 5,3%) ( www.beritasatu.com. Selasa, 04 Februari 2014); 2. Bank Indonesia: 4,5%. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai salah satu pelaku dalam perekonomian tentunya akan memiliki kepentingan terhadap informasi tentang dampak inflasi terhadap capaian berbagai indikator yang menjadi tanggungjawabnya. Kajian mengenai dampak inflasi terhadap berbagai indikator pembangunan untuk kasus Indonesia juga sudah cukup banyak dilakukan. Saat ini, belum ada satupun penelitian yang khusus mengkaji dampak inflasi ini terhadap sektor Kelautan dan Perikanan (KP), terutama di Indonesia. 2 produsen untuk meningkatkan produksi sehingga terjadi pertumbuhan. Kedua, peningkatan harga tersebut juga mengakibatkan peningkatan nilai produksi sehingga seolah-olah terjadi pertumbuhan. 2. Dampak Inflasi 2014 Terhadap Indikator Sektor Kelautan dan Perikanan Pada bagian ini akan disampaikan informasi mengenai dampak dari kedua besaran inflasi yang telah disebutkan sebelumnya terhadap tiga indikator ekonomi di sektor KP. Ketiga indikator tersebut adalah a) volume produksi berbagai Komoditas Sektor KP, b) volume ekspor berbagai Komoditas Sektor KP, dan c) volume impor berbagai Komoditas Sektor KP. Oleh karena itu, untuk menyediakan informasi bagi kebijakan antisipatif di sektor KP. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi KP (BBPSEKP) melakukan Kajian Khusus Dampak Inflasi Terhadap Sektor Kelautan dan Perikanan. Kajian ini dilakukan dengan cara melakukan simulasi dampak inflasi pada model Ekonomi Kelautan dan perikanan (KP) 2013 yang telah dikembangkan oleh BBPSEKP pada tahun 2013 (BBPSEKP, 2013) terhadap beberapa indikator makroekonomi dan beberapa indikator sektor KP. Kedua angka perkiraan inflasi yang disampaikan pada bagian sebelumnya akan dijadikan acuan input bagi simulasi yang dilakukan dalam policy brief ini. II.TEMUAN UTAMA a) Produksi Berbagai Komoditas Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia Hasil simulasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa besaran inflasi yang terjadi tidak menghentikan terjadinya pertumbuhan produksi berbagai komoditas Sektor KP. Pada kedua simulasi yang dilakukan, seluruh komoditas KP masih mengalami pertumbuhan positif, bahkan besaran inflasi yang terjadi mendorong terjadinya pertumbuhan produksi lebih tinggi. Nampaknya hal yang terjadi di level nasional, terjadi pula di sektor KP. Peningkatan harga yang terjadi secara menyeluruh telah mendorong terjadinya peningkatan produksi di sektor KP (Gambar 2). c) Volume Impor Berbagai Komoditas KP Indonesia Hasil simulasi impor berbagai komoditas KP menunjukkan hal yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan volume impor seluruh komoditas KP ke Indonesia kecuali Garam menunjukkan trend menurun. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya harga berbagai komoditas KP yang diproduksi domestik, sehingga komoditas yang serupa dari luar negeri menjadijauh lebih murah (Gambar 4). Berikut ini akan disampaikan informasi mengenai dampak Inflasi terhadap Indikator Makroekonomi Nasional, dan beberapa indikator ekonomi di sektor KP. 1 . D a m p a k I n f l a s i 2 0 1 4 Te r h a d a p I n d i k a t o r Makroekonomi Secara nasional, terjadi dampak yang kurang baik di sisi perdagangan internasional. Dampak yang dimaksud terjadi pada: 1) penurunan volume ekspor secara nasional yaitu sebesar 8,5% (simulasi 1) dan 9,9% (simulasi 2). 2) peningkatan volume impor sebesar 3% (simulasi 1) dan 3,6% (simulasi 2). Penjelasan dari kedua kejadian tersebut adalah bahwa inflasi yang terjadi pada kedua simulasi menyebabkan peningkatan harga berbagai komoditas domestik yang diperdagangkan di pasar internasional, sehingga menurunkan volume ekspor. Selain itu, peningkatan harga tersebut juga mengakibatkan berbagai komoditas domestik menjadi lebih mahal dibandingkan komoditas serupa yang dihasilkan di luar negeri, sehingga terjadilah peningkatan volume impor (Gambar 2). Dari sisi Pendapatan Nasional, inflasi nampaknya tidak menghentikan laju pertumbuhan, yang ditunjukkan dengan tetap terjadinya pertumbuhan sebesar 4% (simulasi 1) dan sebesar 4,8% (simulasi 2). Fenomena meningkatnya pertumbuhan seiring dengan semakin tingginya inflasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, Pertama, peningkatan harga yang dialami oleh berbagai komoditas domestik tersebut diartikan sebagai sinyal bagi para Sumber: Model Perekonomian KP (BBPSEKP, 2013) diolah Gambar 2. Dampak Berbagai Skenario Inasi 2014 Terhadap Pertumbuhan Produksi (%) Berbagai Komoditas Kelautan dan Perikanan Indonesia b) Volume Ekspor Berbagai Komoditas Kelautan dan Perikanan Indonesia Di sisi perdagangan internasional berupa ekspor berbagai komoditas perikanan yang dihasilkan di Indonesia, dapat dilihat terjadi penurunan volume ekspor bagi hampir seluruh komoditas perikanan Indonesia, terkecuali Komoditas Garam dan Ikan Patin. Penurunan volume ekspor yang terjadi berbanding lurus dengan besaran inflasi yang terjadi, sehingga semakin besar inflasi yang terjadi, semakin besar pula penurunan volume ekspor yang terjadi (Gambar 3). III. REKOMENDASI KEBIJKAAN Mengingat semakin ketatnya berbagai peraturan yang mengatur mengenai pemberian subsidi di era pasar bebas, maka satu-satunya cara untuk mengatasi pengaruh buruk dari inflasi yang terjadi adalah peningkatan efisiensi produksi. Peningkatan teknologi produksi adalah satu-satunya cara bagi sektor KP Indonesia untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing Komoditas KP Indonesia di pasar Internasional ketika terjadi inflasi seperti yang disimulasikan pada model. 3