BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengetian Komunikasi Deddy Mulyana mengatakan bahwa Komunikasi adalah suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial dapat mengisyaratkan bahwa komunikasi itu sangat penting untuk membangun konsep diri, untuk mengaktualisasikan diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, dan terhindar dari ketegangan dan tekanan antara lain dengan melalui komunikasi yang menghibur, dan juga untuk memupuk hubungan luas dengan orang lain.1 Kata komunkasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikai, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.2 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy istilah komunikasi atau dalam 1 2 bahasa Inggris communnication berasal dari kata Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2004 h. 41. Ibid. h. 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.3 Berdasarkan uraian definisi, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia karena manusia tidak mungkin dapat berinteraksi tanpa berkomunikasi. Seperti yang dilakukan loket layanan di Kantor Pos Besar dalam Pelayanan Penyaluran Dana PSKS, adanya interaksi antara petugas loket kepada para RTS (Rumah Tangga Sasaran). 2.1.2. Proses Komunikasi Proses Komunikasi menurut Alo Liliweri adalah Proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antarmanusia yang bersifat interaksi, relasional, dan transaksional, didalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesa-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks tertentu.4 Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder. a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. 3 4 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya. 2000 h. 9. Alo Liliweri. Wacana Komunikasi Organisasi. PT Remaja Rosdakarya. 2004. h. 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Jadi memang dalam hubungan dengan unsur komunikasi pembagian dua tahap proses komunikasi ini membedakan penggunaan media (in which channel) anatara kedua proses komunikasi. Pada proes komunikasi primer media yang digunakan adalah lambang atau simbol, seperti senyuman, anggukan kepala, dan lain sebagainya, sedangkan proses komunikasi sekunder media yang digunakan ada dua, yaitu lambang dan sarana alat. 2.1.3. Karakteristik Komunikasi Alo Liliweri mengatakan bahwa Komunikasi memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Komunikasi adalah proses, disebut juga karena komunikasi merupakan aktivtas yang dinamis, aktivitas yang terus berlangsung secara berkesinambungan sehingga dia terus mengalami perubahan. b. Komunikasi adalah simbol, karena aktivitas berkomunikasi menggunakan simbol-simbol bermakna yang dirubah kedalam katakata (verbal) untuk ditulis dan diucapkan atau simbol nonverbal untuk diperagakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Komunikasi adalah kontekstual, disebut juga berdimensi kontekstual karena sifat komunikasi yang serba ruang dan serba waktu. d. Komunikasi adalah purposif, karena yang dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, artinya orang berkomunikasi untuk memenihi kebutuhan. e. Komunikasi adalah proses dua arah, kegiatan komunikasi memang merupakan kegiatan mengirim atau menerima pesan yang berlangsung dua arah namun pada galibnya pesan sama sekali tidak berpindah, yang berpindah adalah makna pesan tersebut.5 2.1.4. Fungsi-Fungsi Komunikasi Alo Liliweri mengatakan bahwa Komunikasi dalam penerapannya pada setiap kegiatan memiliki fungsi yang beraneka ragam6, berikut beberapa fungsi dari komunikasi : a. Fungsi Pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang dituntujukan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu, terdiri dari : 1) Menyatakan identitas sosial 2) Menyatakan integrasi sosial 3) Menambah pengetahuan 4) Melepaskan diri/jalan keluar b. 5 6 Fungsi Sosial Alo Liliweri. Wacana Komunikasi Organisasi. PT Remaja Rosdakarya. 2004.h 56. Ibid. h. 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1) Pengawasan, peraktek komunikasi diantara komunikator dan komunikan yang berbeda berfungsi untuk saling mengawasi. 2) Menjembatani, komunikasi merupakan jembatan untuk menghubungkan dua orang yang berbeda. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukaran, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. 2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi a. Mengenali sasaran komunikasi 1) Faktor Kerangka Refrensi Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka refrensi (frame of refrence). Kerangka refrensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup. 2) Faktor Situasi dan Kondisi Yang dimaksudkan dengan situasi komunikasi pada saat komunikasi akan menerima pesan yang kita sampaikan, sedangkan kondisi ialah “state of personality” komunikan, yaitu keadaan fisik dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. b. Pemilihan Media Komunikasi Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dipergunakan. c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, pertama komunikan harus dimengerti apa isi pesannya. d. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi Ada faktor penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu: 1. Daya tarik sumber : seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini mekanisme dan daya perilaku tarik jika komunikan pihak melalui komunikan perkataan, komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengkan kata lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan komunikator. 2. Kredibilitas sumber, faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan kepada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. 2.2. Public Relations 2.2.1. Pengertian Public Relations Public Relations adalah proses interaksi dimana Public Relations menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. 7 Definisi pertama dari Cutlip dalam bukunya Effective Public Relations yang menyatakan bahwa : “Public Relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual 7 Cutlip, Center & Broom. Effective Public Relations. PT Indeks. 1985. http://digilib.mercubuana.ac.id/ or an organizational with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding and acceptance”8 Pengertian Public Relations adalah Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena Public Relations merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan. Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa, Public Relations adalah fungsi khusus manajemen yang membantu membangun dan memelihara komunikasi bersama, pengertian, dukungan, dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan masalah manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan teknik suara yang layak dalam komunikasi sebagai alat. 2.2.2. Fungsi Public Relations Menurut Rahmadi Fungsi utama Public Relations adalah menumbuhkan dan 8 mengembangkan hubungan antara lembaga/organisasi Cutlip, Center & Broom. Effective Public Relations. PT Indeks. 1985. h. 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan, motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga/organisasi.9 Selanjutnya mengutip dari Edwin Emery dalam “Introductions to Mass Communications” F. Rachmadi menyebutkan fungsi Public Relations : “The planned and organized effort of a company or institutions to establish mutually beneficial through acceptable communications relationship with its various publics (upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya)”10 Menurut Rhenald Kasali mengatakan : “Fungsi manajemen dalam konsep Public Relations bertujuan menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan, atau produknya terhadap segmen masyarakat, yang mempunyai dampak kegiatannya bagi langsung masa depan atau tidak langsung organisasi, lembaga, perusahaan, atau produknya”.11 9 Rahmadi. F. Public Relations-dalam Teori Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama. 1992. h. 21 Ibid. h. 25 11 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya. PT Gramedia Pustaka Utama. 1998. h. 11 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Fungsi Public Relations adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, sehingga dengan adanya komunikasi yang timbal balik ini kesenjangan komunikasi dalam organisasi bisa diantisipasi dan tercipta hubungan yang harmonis. Dengan memelihara komunikasi yang baik, yaitu hubungan komunikatif diantara Public Relations dengan publik internal maupun publik eksternal yang dilakukan secara timbal balik yang dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa simpati. 2.2.3. Tujuan Public Relations Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai oleh Public Relations mengembangkan goodwill dan menciptakan hubungan kerja sama dengan berbagai publik. Tujuan PR dibagi menjadi 2, yaitu : a. Secara Positif Berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian dan goodwill suatu organisasi atau badan. b. Secara Defensif “Berusaha untuk membela diri terhadap massa yang bernada negatif, bilamana diserang dan serangan itu kurang wajar. Padahal organisasi kita tidak salah, dengan demikian tindakan ini adalah salah satu aspek penjagaan atau pertahanan”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Abdurachman dalam bukunya “Dasar-dasar Public Relations”, mengatakan ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni12: 1. Menciptakan citra yang baik 2. Memelihara citra yang baik 3. Meningkatkan citra yang baik 4. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun/rusak. Menurut Frank Jefkins tujuan Public Relations adalah: “Meningkatkan favorable image/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut”.13 Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan Public Relations secara umum/universal yang pada prinsipnya menekankan tujuan pada aspek citra/image. Citra merupakan salah satu tujuan penting bagi sebuah perusahaan, karena dengan memiliki citra yang baik, sebuah perusahaan akan dinilai baik. Hal ini memberikan pengaruh pada tingkat kepercayaan publik-publikya. Dengan memberikan pelayanan yang baik kepada para RTS (Rumah Tangga Sasaran) dalam pembayaran dana PSKS, maka akan ada kepuasan tersendiri dan membuat citra yang baik. 12 13 Abdurachman, Oemi. Dasar-dasar Public Relations, Edisi kedua, Bandung:Alumni. 1993 Frank Jefkins. Public Relations. Erlangga. Jakarta. 2003. h. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2.4. Lingkup Public Relations Pada umumnya kegiatan PR ditujukan pada kegiatan internal publik dan eksternal publik, kedua macam publik ini dapat juga dikenal dengan istilah stakeholder. Publik internal berada dalam organisasi sedangkan publik eksternal merupakan publik yang berada diluar organisasi. 2.2.4.1. Internal Public Relations Macam-macam publik ini tergantung pada jenis, sifat, atau karakter dari organisasinya. Berikut ini merupakan publik internal secara umum didalam perusahaan atau organisasi : a. Publik pegawai (employee public) b. Publik manajer (manager public) c. Publik pemegang saham (stockholder public) d. Publik buruh (labour public) Khusus untuk publik pemegang saham (stockholder public) bisa juga dimasukan kedalam kategori eksternal PR, karena ada juga perusahaan yang telah go public. Internal Public Relations yang baik adalah yang memperlakukan setiap karyawan dengan sikap yang sama, tanpa membeda-bedakan tingkat, pendidikan dan lain-lain. Salah satu internal Public Relations yang dapat menunjukan perhatian terhadap kepentingan karyawan diantaranya mengadakan gathering dalam perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2.4.2. Eksternal Public Relations Sama halnya dengan internal PR, eksternal PR juga tergantung pada jenis, sifat, atau karakter dari organisasinya. Berikut ini merupakan publik eksternal secara umum didalam perusahaan atau organisasi : a. Publik Pers (press public) b. Publik Pemerintahan (government public) c. Publik masyarakat sekitar (community public) d. Publik rekanan atau pemasok (supplier public) e. Publik pelanggan (customer public) f. Publik konsumen (consumer public) g. Publik bidang pendidikan (educational public) h. Publik umum (general public) 2.3. Pelayanan Public Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik. Senada dengan hal tersebut, pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan fakta material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kemudian, A.S. Moenir menambahkan pula tentang batasan pelayanan publik, yaitu suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak yang lain. 14 A.S. Moenir juga menyatakan bahwa pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut, maka layanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada 2 (dua) jenis, yaitu: 1. Layanan Fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia. 2. Layanan Administrasi yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi.15 Masih pendapat yang dikemukakan oleh A.S. Moenir, bahwa terdapat 3 (tiga) macam bentuk pelayanan umum, di antaranya : 1. Layanan dengan Lisan Biasanya dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan-keterangan kepada siapapun yang memerlukannya. 2. Layanan dengan Tulisan 14 15 A.S Moenir. Manajemen Pelayanan Umum. Bumi Aksara. Jakarta. 1992. h. 120 Ibid. h. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan sangat efisien, terutama dari segi jumlah maupun dari segi peranannya, dan juga sangat baik bagi layanan jarak jauh. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor biaya dan faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya. 3. Layanan dengan Perbuatan Pada umumnya layanan dengan bentuk perbuatan 70% - 80% dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah. Oleh karena itu, faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan. Jenis layanan ini tidak terhindar dari layanan lisan. Jadi, antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering saling berhubungan. 16 Selanjutnya, Robert mendefinisikan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik di pusat maupun di daerah guna pemenuhan keperluan barang atau jasa masyarakat, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketertibanketertiban.17 Kemudian Joko Widodo mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai 16 17 A.S Moenir. Manajemen Pelayanan Umum. Bumi Aksara. Jakarta. 1992. h. 190 Robert. 1996. h. 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang tekah ditetapakan.18 Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pelayanan publik, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kedudukannya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, baik di pusat maupun di daerah, yang melayani keperluan masyarakat atas dasar kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan, seperti yang dilakukan PT Pos Indonesia (Persero) dalam Penyaluran Dana PSKS. 2.4. Kualitas Pelanayan Public Sebagai salah satu fungsi utama pemerintah maka pelayanan tersebut sudah seharusnya dapat diselenggarakan secara berkualitas oleh pemerintah. Kualitas pelayanan umum menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono, yaitu sebagai berikut: “Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang 18 Joko Widodo. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Bayumedia Publish. Jakarta. 2001. h. 131 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk”.19 Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan di atas oleh Tjiptono maka dapat diindikasikan bahwa sebuah kualitas pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat sebagai penerima layanan mengharapkan tingkat keunggulan dari setiap jasa pelayanan yang didapat dari pelayanan yang didapatkan sebelumnya. Bila pelayanan yang diberikan melampaui harapan dari masyarakat pelanggan maka kualitas pelayanan yang diberikan akan mendapatkan persepsi yang ideal dari para penerima pelayanan. Pengertian pokok dari kualitas pelayanan, yaitu sebagai berikut: Pada dasarnya kualitas pelayanan mengacu pada pengertian pokok : a. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasaan atas penggunaan produk itu. b. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari segala kekurangan atau kerusakan. Pengertian pokok kualitas pelayanan seperti yang dijelaskan pada halaman sebelumnya menunjukan bahwa kualitas pelayanan adalah kualitas yang terdiri dari keistimewaan dari berbagai pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan atas pelayanan yang didapat tersebut. 19 Tjiptono. Strategi Bisnis Manajemen. Andi Offset. Jakarta. 2005 h. 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pendapat di atas semakin dipertegas oleh Boediono, bahwa pada hakekatnya pelayanan umum yang berkualitas itu adalah : 1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum. 2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselengarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. 3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam membangun serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.20 Hakekat pelayanan umum berkualitas yang diartikan oleh Boediono adalah berdasarkan pada hakekat yang memprioritaskan peningkatan mutu pelayanan dan kemampuan dari penyedia pelayanan kepada penerima layanan agar pelayanan yang diberikan lebih berdaya guna dan berhasil guna. Kemudian Sedarmayanti, menyebutkan bahwa pada dasarnya kualitas pelayanan umum itu meliputi, sebagai berikut : 1. Aspek kemampuan sumber daya manusia yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, dan sikap diupayakan untuk ditingkatkan, maka hal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan tugasnya, dan apabila pelaksanaan tugas dilakukan secara lebih profesional, maka akan menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih baik. 20 Boediono. Pelayanan Prima. Rineka Cipta. Jakarta. 1996 h. 63 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Apabila sarana dan prasarana dikelola secara tepat, cepat dan lengkap, sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat, maka hal tersebut akan menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih baik. 3. Prosedur yang dilaksanakan harus memperhatikan dan menerapkan ketepatan prosedur, kecepatan prosedur, serta kemudahan prosedur, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang lebik baik dari sebelumnya. 4. Bentuk jasa yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa kemudahan dalam memperoleh informasi, ketepatan, kecepatan pelayanan, sehingga kualitas pelayanan yang lebih baik akan dapat diwujudkan.21 Pelayanan umum baru dapat dikatakan berkualitas jika sesuai dengan harapan/keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk dapat mengetahui apakah pelayanan umum yang diberikan pemerintah sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masyarakat sebagai pengguna layanan, maka kualitas pelayanan umum harus diukur dan dinilai oleh masyarakat pengguna layanan. “Kualitas pelayanan berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan terhadap keprimaan sebuah pelayanan, bukan datang dari aparatur yang memberikan pelayanan, melainkan datang dari pengguna jasa layanan”. Hal senada pun diungkapkan oleh Tjiptono, yang menyebutkan bahwa: “Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi 21 Sedarmayanti. Tata Kerja da Produktivitas Kerja. CV Mandar Maju. Bandung. 1997. h. 207-208 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan umum. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa atau pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan”.22 Dengan memperhatikan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik adalah segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah guna memenuhi harapan masyarakat. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau servis yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan masyarakat. Kualitas pelayanan (Service Quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi masyarakat atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan di suatu instansi pemerintah. Dengan demikian, proses penentuan suatu kualitas pelayanan yang diberikan merupakan penilaian dari penerima jasa berdasarkan sudut pandang dan persepsi pelanggan atas jasa pelayanan yang didapatkan. Persepsi penilaian pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan merupakan penilaian menyeluruh dari suatu penilaian pelayanan yang diberikan sehingga dapat dikatakan bahwa suatu pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang 22 Tjiptono. Strategi Bisnis Manajemen. Andi Offset. Yogyakarta. 2005 h. 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/ berdasarkan pada kepuasan pelanggan. Jika suatu kepuasan tercipta maka persepsi suatu pelayanan yang berkualitas akan tumbuh. Konsep kualitas pelayanan merupakan faktor penilaian yang merefleksikan persepsi konsumen terhadap lima dimensi spesifik dari kinerja layanan. Parasuraman et al, 1990 (dalam Kotler, 2007:56) menyimpulkan bahwa ada lima dimensi Service Quality yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu : 1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikanoleh pemberi jasa. 2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3. Responsiveness atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. 5. Emphaty, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ berupaya memahami keinginan konsumen.23 Untuk lebih menjelaskan pembahasan mengenai dimensi Service Quality maka di bawah ini dijabarkan secara mendetail mengenai kelima dimensi konsep Service Quality, antara lain : 1. Tangible (hal-hal yang terlihat) Adalah bukti fisik suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Indikator yang dapat diukur dari Tangible adalah sebagai berikut : a. Penampilan luar fasilitas fisik perusahaan : 1) Kondisi gedung. 2) Kondisi sarana penunjang kegiatan sehari-hari. b. Penampilan dalam perusahaan : 1) Kondisi kebersihan. 2) Suasana dalam gedung. 3) Sirkulasi udara (ventilasi). 4) Pencahayaan dalam ruangan. 5) Jumlah loket yang tersedia. 23 Kotler Philip. Manajemen Pemasaran. PT Indeks. 2007. h. 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6) Poster, spanduk atau brosur sebagai sarana penunjang kegiatan perusahaan sehari-hari. 2. Reliability (kehandalan) Dalam unsur ini, pemasar dituntut untuk menyediakan produk/jasa yang handal. Produk/jasa jangan sampai mengalami kerusakan/kegagalan. Dengan kata lain, produk/jasa tersebut selalu baik. Para anggota perusahaan juga harus jujur dalam menyelesaikan masalah sehingga pelanggan tidak merasa ditipu. Selain itu, pemasar juga harus tepat janji bila menjanjikan sesuatu kepada pelanggan. Sekali lagi perlu diperhatikan bahwa janji bukan sekedar janji, namun janji harus ditepati. Oleh karena itu, time schedule perlu disusun dengan teliti. Indikator yang dapat diukur dari Reliability adalah sebagai berikut : a. Memberikan pelayanan sesuai janji. b. Melakukan pelayanan pada saat pertama. 3. Menyediakan pelayanan pada waktu yang dijanjikan. 4. Responsiveness (ketanggapan) Para anggota perusahaan juga harus memerhatikan janji spesifik kepada pelanggan. Unsur lain yang juga penting dalam hal cepat tanggap ini adalah anggota perusahaan selalu siap membantu pelanggan. Apapun posisi seseorang dalam perusahaan hendaknya selalu memerhatikan pelanggan yang menghubungi perusahaan. Dalam hal ini bisa diartikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ kemampuan menolong konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat. Indikator yang dapat diukur dari Responsiveness adalah sebagai berikut : a. Karyawan cepat tanggap terhadap jasa yang dibutuhkan pelanggan. b. Pelayanan yang tepat pada pelanggan. c. Keinginan untuk membantu pelanggan. 5. Assurance (Jaminan) Pada saat persaingan semakin kompetitif, anggota perusahaan harus tampil lebih kompeten, artinya memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang masing-masing. Faktor security, yaitu memberikan rasa aman dan terjamin kepada pelanggan merupakan hal yang penting pula. Dalam situasi banyak pesaing, sangatlah beresiko bila menipu pelanggan. Selain itu anggota perusahaan harus bersikap ramah dengan menyapa pelanggan yang datang. Dalam hal ini perilaku para karyawan harus membuat konsumen tenang dan merasa perusahaan dapat menjamin jasa pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. Selain kedua faktor yang telah dijelaskan di atas, ada indikator dari pengukuran Assurance seperti yang terdapat di bawah ini : a. Karyawan memberi tahu konsumen, apa pelayanan yang dibutuhkan konsumen dan akan dikerjakan. b. Perilaku karyawan yang memberikan ketenangan bagi konsumen bahwa transaksi yang dilakukannya terjamin. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Empathy (Empati) Untuk mewujudkan sikap empati, setiap anggota perusahaan hendaknya dapat mengelola waktu agar mudah dihubungi. Usahakan pula untuk melakukan komunikasi individu agar hubungan dengan pelanggan lebih akrab. http://digilib.mercubuana.ac.id/