1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deiksis merupakan suatu kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan. Menurut Verhaar (2001: 397) deiksis adalah sebagai pronomina yang referennya tergantung dari identitas penutur. Dengan kata lain kata ganti orang pertama mengacu pada orang yang sedang berbicara, kata ganti orang kedua mengacu kepada lawan bicara dan kata ganti orang ketiga mengacu pada orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan berbahasa kata-kata, frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal tersebut penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti kepada siapa yang menjadi pembicara, waktu dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Penggunaan kata ganti ini untuk memperhalus bahasa yang digunakan dan membuat kalimat lebih efisien serta tidak berulang-ulang atau secara terus menerus mengucapkanya, sehingga kalimat yang digunakan tidak terkesan bertele-tele. Deiksis dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam bahasa lisan dan tulisan. Salah satu dalam bahasa tulisan yaitu terjemahan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman umat manusia. Menurut Nata (1998: 54) Al-Qur‟an adalah kalamullah atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. Kitab suci akan nampak dan terasa manfaat dan kemujizatan ini apabila seseorang mampu memahami 1 DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016 2 dan mengamalkannya secara utuh serta konsisten. Jadi kehebatan Al-Kitab ini akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang bahagia, hanya akan nyata dan terasa apabila dicoba dan benar-benar diupayakan pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Meyakini kebenaran, memahami serta mengamalkannya merupakan garansi bagi kehidupan dan keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Terjemahan Al-Qur‟an merupakan suatu salinan bahasa Arab ke bahasa lain dengan tidak menambah dan tidak mengurangi isi yang diterjemahkan. Peneliti menggunaan terjemahan Al-Qur‟an yang diterbitkan oleh Departemen Agama, karena bukan dibuat secara personal tetapi dibuat oleh tim melalui perkumpulan para ulama. Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup umat manusia. Apabila seseorang tidak paham dengan kata ganti maka akan kesulitan dalam memahami kandungan terjemahan Al-Qur‟an. Oleh karena itu, agar dapat memahami kata ganti dari sebuah terjemahan Al-Qur‟an tersebut, seseorang harus mampu mengidentifikasi konteks. Dalam hal ini, deiksis sangat berperan penting dalam pemahaman kata ganti yang hanya dapat dipahami apabila kita mengetahui konteks yang melatarbelakangi tersebut. Kadang untuk kata Allah SWT saja menggunakan kata ganti “Aku”, “Dia” atau juga langsung dengan lafadz “Allah” sendiri di dalam Al Qur‟an. Dengan kata lain deiksis dapat mempermudah memahami kandungan Al-Qur‟an yang kebanyakan menggunakan deiksis. Sedangkan alasan peneliti menggunakan surat Al-Baqarah karena sifat Bani Israil yang keras kepala bertanya terus pada Nabi Musa menurut mereka, sapi seperti yang diterangkan itu belum jelas. Mereka ingin sapi yang dimaksud sudah tidak samar lagi sifat-sifatnya, maka mereka bertanya kembali. Apabila mereka tidak mengucapkan, “Insya Allah” niscaya keadaan mereka masih tetap dalam kebingungan mengenai sapi tersebut. Apabila seseorang tidak paham DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016 3 dengan kata ganti maka akan kesulitan untuk memahami kata „sapi betina‟ yang tidak dijelaskan secara langsung. Surat Al Baqarah artinya Sapi Betina karena di dalamnya terdapat kisah penyembelihan sapi betina oleh Bani Israil, kisah ini tidak ada diterjemahan surat-surat yang lain dalam Al-Qur‟an. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji penggunaan deiksis dalam terjemahan Al-Qur‟an surat AlBaqarah ayat 1 sampai 286. Ketika peneliti membaca Al-Qur‟an surat Al-Baqarah, peneliti menemukan terjemahan sebagai berikut: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Al-Baqarah: 34) Ternyata terjemahan di atas terdapat penggunaan deiksis persona ketiga tunggal. Bentuk kata ia merujuk kepada Iblis. Kata ia termasuk dalam persona ketiga tunggal, karena kata yang digunakan sebagai penunjuk kepada orang yang sedang dibicarakan. Dengan kata lain, orang yang dibicarakan tidak berada dalam pihak pembicara maupun lawan bicara. Kata ganti persona ketiga tunggal ia dipakai dalam situasi informal dan memiliki kedekatan hubungan antara mitra tutur tersebut. Sehingga kata ia tersebut termasuk dalam deiksis persona ketiga tunggal. Pada kesempatan yang sama peneliti menemukan terjemahan surat Al-Baqarah sebagai berikut. “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”( Al-Baqarah: 134). Terjemahan di atas menunjukkan adanya deiksis waktu. Kata yang lalu menunjukkan waktu yang telah lama berlalu sampai bertahun-tahun lamanya. Oleh karena itu kata DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016 4 yang lalu merupakan deiksis waktu yang menyatakan waktu yang sudah lampau atau dapat dikatakan menunjukkan waktu yang telah terlampaui dalam jangka waktu yang lama. Sehingga kata yang lalu termasuk dalam deikis waktu. Kata lalu yang menunjukkan waktu juga terdapat pada kutipan berikut. Fenomena selanjutnya peneliti menemukan terjemahan pada surat Al-Baqarah sebagai berikut. “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Al-Baqarah: 2) Pada data terjemahan di atas terdapat penggunaan deiksis tempat yang berupa demonstratif. Pada kata ini mengarah pada Al Kitab yakni Al-Qur‟an yang berada pada posisi dekat dengan orang yang berbicara dan dekat dengan kawan bicara. Deiksis tempat yang berupa demonsratif itu sendiri merupakan penggambaran tempat yang dipandang dari lokasi pembicara dan mengarah pada apa yang dibicarakan, sehingga kata ini di atas termasuk dalam deiksis tempat. Ketika peneliti membaca terjemahan Al-Qur‟an surat Al-Baqarah peneliti juga menemukan terjemahan sebagai berikut. “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah: 22) Pada terjemahan di atas terdapat penggunaan deiksis wacana. Bentuk kata ganti Dia merupakan deiksis wacana. Kata dia merupakan deiksis wacana bentuk deiksis kataforik, sebab deiksis wacana kataforik merupakan deiksis yang mengacu pada yang akan disebut. Pada terjemahan tersebut kata dia mengacu pada yang akan disebut yaitu Allah. Kata Allah dalam wacana tersebut telah dikembangkan menjadi kata dia. DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016 5 Dengan kata lain, kata dia tersebut menjelaskan apa yang akan disebutkan. Sehingga kata dia termasuk dalam deiksis wacana kataforik. Fenomena selanjutnya ketika peneliti membaca terjemahan Al-Qur‟an surat Al-Baqarah, peneliti juga menemukan terjemahan sebagai berikut. “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui” (Al-Baqarah: 247). Pada terjemahan di atas terdapat penggunaan deiksis wacana. Bentuk kata ganti Raja mengacu kepada Thalut yang merupakan salah seorang yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa. Kata Raja termasuk ke dalam deiksis sosial. Sebab deiksis sosial merupakan sebutan penghormatan kepada mitra tutur, menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara yang dimaksud dalam pembicaraan itu. Dengan deiksis sosial ini menyebabkan kesopanan atau etika berbahasa. Kata Raja tersebut mencerminkan status sosial Tahlut yang lebih tinggi. Thalut adalah orang yang statusnya tinggi di mata pengikutnya, sehingga para pengikutnya menyebutkan Thalut dengan kata Raja. Dengan kata Raja tersebut menyebabkan adanya kesopanan berbahasa. Sehingga kata Raja termasuk ke dalam deiksis sosial. Berbagai deiksis yang terdapat pada terjemahan Al-Qur‟an surat Al-Baqarah tersebut memunculkan asumsi pada peneliti bahwa sangat dimungkinkan masih banyak deiksis yang digunakan baik deiksis persona, waktu, ruang, wacana maupun deiksis sosial yang terdapat pada terjemahan Al-Qur‟an surat Al-Baqarah. Namun demikian, hal itu masih merupakan sebuah asumsi. Untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut, perlu dilakukan kajian secara empirik. Oleh karena itu, penelitian DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016 6 dengan judul Deiksis dalam Terjemahan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 1 Sampai 286 penting untuk dilaksanakan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana deiksis dalam terjemahan Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 1 sampai 286? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk menganalisis jenis-jenis deiksis yang terdapat dalam terjemahan Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 286. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang bahasa khususnya deiksis b. Dapat digunakan sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini untuk menambah referensi baru tentang kata ganti. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberi kemudahan dalam memahami deiksis yang terdapat dalam AlQur‟an ataupun yang lainnya bagi pembaca. b. Dapat dijadikan acuan sebagai fasilitas mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya kajian yang berkaitan dengan deiksis bagi guru atau pengajar. DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN,UMU JAMILAH, PBSI - FKIP, , UMP2016