BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk mengindikasikan bahwa ada peningkatan akan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana. Tingginya jumlah penduduk tersebut sering terjadi di beberapa kota besar, salah satu contohnya adalah di D.I. Yogyakarta. Kota ini juga dikenal dengan imagenya sebagai kota pelajar dan kota wisata. Perguruan tinggi negeri dan swasta banyak terdapat di D.I. Yogyakarta. Selain itu D.I. Yogyakarta juga menawarkan beberapa tempat wisata yang eksotis sehingga banyak wisatawan lokal ataupun asing yang berwisata. Keindahan alam, situs-situs bersejarah, wisata kuliner dan bahkan keramahtamahan yang ada di D.I. Yogyakarta menjadikan ciri khas tersendiri. Image tersebut merupakan salah satu faktor meningkatnya jumlah penduduk dan pendatang sehingga pembangunan yang ada di D.I. Yogyakarta terus berkembang. Pembangunan yang semakin berkembang tersebut juga mengundang minat para investor untuk berinvestasi di kota ini. Pemerintah memiliki peran yang penting dalam perkembangan pembangunan daerahnya. Selain perijinan dan pengawasan, pemerintah juga diharuskan mengoptimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki. Hal ini diatur dalam Undang–Undang No. 32 dan No. 34 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan dan daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik 1 daerah, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2014 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah. Aset adalah sesuatu atau barang yang dimiliki oleh seseorang, badan usaha, atau instansi, yang memiliki nilai ekonomi, nilai komersial dan nilai tukar, di mana aset tersebut dapat berupa barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) atau barang bergerak (modal, simpanan, hutang) yang dapat dianggap sebagai harta kekayaan (Siregar, 2004: 178). Aset milik pemerintah dapat berupa tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan saluran, konstruksi yang masih dalam tahap pengerjaan, dan beberapa aset lainnya. Namun saat ini masih saja terdapat aset milik pemerintah yang tidak terawat dan dibiarkan begitu saja, sehingga optimalisasi aset masih kurang. Salah satu contohnya adalah aset pemerintah berupa tanah kosong. Optimalisasi pemanfaatan aset tanah kosong milik pemerintah dapat dilakukan dengan cara menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik. Analisis ini dapat dilakukan apabila kawasan lokasi aset mempunyai data pembanding yang hampir mirip dengan aset yang akan dianalisis, baik ukuran, luasan dan jarak yang tidak terlalu jauh dengan lokasi aset. Apabila tidak ada pembanding dikarenakan luasan aset terlalu besar, maka analisis dapat dilakukan dengan metode Land Development Analysis. Berdasarkan data aset tanah sebagaimana tercatat dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) Milik Provinsi dari Dinas Pengelolaan Pendapatan dan Keuangan Aset (DPPKA) D.I. Yogyakarta, tanah yang berada di Jalan Jogja-Wates Km 5.5, Desa Ambarketawang, direncanakan untuk 2 dioptimalisasi pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan aset tanah tersebut selama ini belum optimal, sedangkan lokasi aset sangat strategis untuk dioptimalisasi. Optimalisasi pemanfaatan aset yang dilakukan diharapkan dapat mendukung perkembangan sektor perekonomian. Tujuannya adalah untuk menambah sumber pendapatan daerah yang berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Optimalisasi itu juga akan berimplikasi pada tingkat investasi yang ada di D.I. Yogyakarta. Berikut adalah gambar tapak lokasi penelitian: Gambar 1.1 Tapak Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth, 2015 (diolah). 3 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian empiris mengenai penggunaan tertinggi dan terbaik, antara lain sebagai berikut. 1. Cahyadi (2006), dari hasil analisis produktivitas properti dengan metode Highest and Best Use, didapatkan dua usulan yaitu penggunaan gedung perkantoran dan hotel. Berdasarkan analisis pasar dan indikator kelayakan keuangan dengan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), Rate Return on Investment (ROI), dan Benefit Cost Ratio (BCR) maka penggunaan sebagai gedung perkantoran diindikasikan lebih baik dibandingkan hotel sehingga dapat disimpulkan bahwa alternatif penggunaan gedung perkantoran merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik. 2. Pratama (2011), dari hasil analisis produktivitas properti dengan metode Highest and Best Use, didapatkan dua usulan yaitu penggunaan gedung serba guna dan tempat wisata bahari. Berdasarkan analisis pasar dan indikator kelayakan keuangan dengan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), Rate Return on Investment (ROI), dan Benefit Cost Ratio (BCR) maka penggunaan sebagai gedung serba guna diindikasikan lebih baik dibandingkan tempat wisata bahari sehingga dapat disimpulkan bahwa alternatif penggunaan gedung serba guna merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik. 3. Supit (2013), berdasarkan hasil analisis produktifitas dengan metode Highest and Best Use, diperoleh dua usulan penggunaan lahan yang layak 4 dan memungkinkan yaitu penggunaan hotel dan apartemen. Melalui analisis kelayakan keuangan dan investasi dengan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), Rate Return on Investment (ROI), Profitability Index dan rekonsiliasi nilai, maka penggunaan hotel diindikasikan lebih baik dibandingkan apartemen sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif penggunaan hotel merupakan alternatif penggunaan yang paling layak dan paling optimal untuk dikembangkan. 4. Wilanto (2013), dari hasil analisis dengan metode Highest and Best Use, didapatkan tiga usulan penggunaan lahan yang layak dan memungkinkan yaitu penggunaan hotel, komplek ruko dan gelanggang olahraga sewa. Berdasarkan indikator kelayakan keuangan dengan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), Rate Return on Investment (ROI), dan Benefit Cost Ratio (BCR), maka penggunaan hotel diindikasikan lebih baik dibandingkan komplek ruko dan gelanggang olahraga sewa sehingga dapat disimpulkan bahwa alternatif penggunaan hotel merupakan yang paling optimal. Penelitian terhadap tanah kosong di jalan Jogja – Wates Km. 5.5, Desa Ambarketawang, terdiri dari analisis produktifitas, analisis pasar untuk setiap penggunaan yang memungkinkan, dan analisis keuangan sehingga diperoleh pengunaan tertinggi dan terbaik pada tanah kosong tersebut. Perbedaan yang paling mendasar antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada tata guna lahan, waktu penelitian, dan lokasi objek. 5 Seluruh penelitian tersebut memiliki beberapa kesamaan variabel yang diteliti. 1.3 Rumusan Masalah Tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta saat ini belum dioptimalisasikan pemanfaatannya. Oleh karena itu, harus dicari penggunaan tertinggi dan terbaik agar pemanfataannya optimal dan dapat menunjang pengembangan sektor perekonomian di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, dan memberikan dampak positif bagi penduduk setempat. 1.4 Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan yang mendukung pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis properti apa yang dapat menghasilkan penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) pada tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta di Jalan Jogja-Wates Km 5.5 Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping? 2. Berapakah indikasi nilai properti yang akan menghasilkan nilai tertinggi dan terbaik (Highest And Best Use) pada tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta di Jalan Jogja-Wates Km 5.5 Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping? 6 1.5 Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah dapat ditentukan tujuan dan sasaran dari penelitian ini, sebab latar belakang dan rumusan masalah merupakan langkah awal untuk merumuskan tujuan dan sasaran penelitian. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi alternatif penggunaan tertinggi dan terbaik tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta. 2. Menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan faktor-faktor fisik, peraturan, keuangan dan penggunaan yang mampu memberikan nilai dan keuntungan yang optimal. 3. Menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik pada aset komersil berupa tanah kosong milik pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping. Sasaran yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi nilai aset komersil milik pemerintah melalui analisis tertinggi dan terbaik dengan tujuan memajukan perkembangan sektor perekonomian yang ada di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping. 7 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan informasi mengenai perkembangan di sektor perekonomian yang ada di D.I. Yogyakarta. 2. Memberikan informasi penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong, khususnya tanah yang terletak di Jalan Jogja-Wates Km 5.5, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, dalam rangka pendayagunaan aset komersil sebagai upaya menggali potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan juga dapat menambah pendapatan asli daerah setempat. 3. Sebagai bahan rujukan dan referensi akademis bagi pihak lain dalam melakukan penelitian lanjutan atau kegiatan yang berkaitan lainnya. Serta menambah khazanah pengetahuan tentang analisis penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) terhadap tanah kosong. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I merupakan Pendahuluan, mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Lebih lanjut dalam Bab II diuraikan mengenai Landasan Teori dan Alat Analisis. Bab III merupakan Metoda Penelitian yang digunakan, Bab IV merupakan Analisis Data dan Pembahasan, yang menjelaskan tentang cara penelitian, analisis produktivitas, analisis keuangan, analisis pasar. Bab V berisikan Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran. 8