BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan Ragam hias Batik telah menjadi kebanggaan tiap-tiap suku di Indonesia. Tiap ragamnya mencirikan karakteristik dan adat istiadat dari suku yang memilikinya. Ragam hias merupakan salah satu unsur estesis yang terdapat pada kain Batik tradisi khas Indonesia. Sejak diresmikan oleh UNESCO sebagai “Masterpieces Of The Oral and Intangible Heritage Of Humanity ” (Warisan Kebuadayaan Untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi) pada tanggal 02 Oktober 2009, masyarakat Indonesia semakin bangga akan kerajinan Batik. Batik pun mulai diminati oleh berbagai kalangan masyarakat terutama kalangan pencinta Batik, serta ragam Batik nusantara pun mulai kembali diangkat dengan pengaplikasian kedalam berbagai produk seperti ; kemeja, celana, jaket, tas dan lain sebagainya. Walaupun tidak begitu dikenal seperti ragam hias Batik Pekalongan, Solo dan Cirebon, namun ragam hias Batik suku Baduy juga memiliki keunikan tersendiri, Ragam hias Batik Baduy memiliki ciri berwarna hitam dan biru tua. Sebagian besar penduduk suku Baduy memiliki mata pencaharian utama dengan bercocok tanam. Berbagai macam hasil perkebunan dijual untuk menopang kebutuhan ekonomi masyarakat Baduy. Namun sebagian besar hasil pertanian disimpan dalam lumbung dan digunakan untuk kebutuhan keluarga. Padi merupakan tanaman utama yang sangat berperan dalam suku ini, selain untuk kebutuhan pokok padi juga digunakan sebagai sesajen disetiap upacara adat untuk mensyukuri hasil alam. Salah satu peraturan adat yang masih dijunjung oleh masyarakat Baduy yaitu dilarangnya menggunakan semua jenis bahan kimia dalam setiap kegiatan, misalnya mandi tanpa menggunakan sabun, shampo dan pasta gigi. Peraturan 1 adat ini juga berlaku untuk kegiatan bertani, dan dapat dipastikan bahwa hasil pertanian termasuk tanaman organik. Dari data diatas penulis ingin mengangkat padi sebagai salah satu ragam hias ornamen untuk Batik Baduy. Wujud kepercayaan masyarakat Baduy terhadap padi sebagai perlambang Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang harus ditanam sesuai ketentuan-ketentuan karuhun (nenek moyang). Selain itu padi adalah tanaman utama yang sangat berperan penting dalam suku ini, selain untuk kebutuhan pokok padi digunakan sebagai sesajen di setiap upacara adat. Sesuai filosofi masyarakat Baduy yang memandang alam adalah bagian dari kehidupan sehingga harus dijaga keberadaannya maka mata pencaharian masyarakat Baduy adalah berladang atau bercocok tanam di huma (Ladang). Kegiatan berladang bagi orang Baduy sudah dilakukan sejak dulu secara turun temurun. Eksplorasi yang dilakukan terhadap ragam hias batik Baduy tidak bertujuan untuk mengubah tatanan budaya yang telah tumbuh sejak jaman dahulu kala, namun eksplorasi ini dilakukan untuk menambah macam ragam hias di Indonesia dan penulis berharap hasil Tugas Akhir ini dapat mengajak para generasi muda untuk lebih melirik kepada budaya-budaya suku Indonesia lainnya. 2