TIPE VALIDITAS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikometri Disusun oleh Krisna Meilana Abraham 1511413118 Aliyah Afifah Salma 1511414121 Ernawati 1511414129 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 TIPE VALIDITAS Validitas serirngkali dikonsepkan sebagau kemampuan suatu tes untuk mengukur secara akurat atribut yang seharusnya diukur. Kelley mengatakan bahwa pertanyaan tentang validitas adalah pertanyaan apakah tes sungguh mengukur apa yang hendak diukurnya (Kelley, 1927 dalam Borsboom et al., 2003). Disisi lain ada juga yang mengartikan validitas sebagai karakteristik skor tes maupun karakteristik interpretasi skor tes. Tujuan dan pendekatan validasi dalam pengukuran psikologi dogolongkan dalam tiga kategori besar yakni pendekatan validasi isi (content), pendekatan validasi konstrak (construct), dan pendekatan validasi yang mengacu pada kriteria (criterion-related). Ketiga pendekatan tersebut berbeda dalam cara dan prosedur, namun bertujuan sama menyimpulkan akurasi fungsi ukur tes yang bersangkutan. 1. Validitas Isi Dalam validasi isi, indikasi terpenuhinya validitas isi dapat diperoleh melalui prosedur validasi terhadap aitem-aitem dalam tes, yang bertujuan untuk mengestimasi kelayakan aitem—aitem dalam tes guna mewakili komponenkomponen dari kawasan isi materi yang diukur (aspek representasi) atau sejauhmana kesesuaian aitem-aitem dalam dengan indikator keperilakuan dari atribut yang diukur (aspek relevansi). Kelayakan suatu aitem disimpulkan dari hasil penilaian (judgement) yang dilakukan oleh sekelompok individu secara subjektif. Kesimpulan yang mendukung tingginya keterwakilan atau relevansi aitem-aitem dalam tes dikenal sebagai validitas logis (logical validity) yang mengasumsikan aitem-aitem tersebut akan menghasilkan jawaban yang dapat diinterpretasikan secara akurat mengenai atribut yang diukur. Judgement individual dalam prosedur validasi isi dapat ditingkatkan objektivitasnya bila dilakukan oleh banyak penilai. Secara empirik, hasil penilaian dari banyak penilai tersebut dapat dikuantifikasikan dan dinyatakan dalam bentuk indeks validitas sebagaimana dikonsepkan, antara lain, oleh Lawshe (1975) dengan CVR (Content Validity Ratio) dan oleh Aiken (1985) dengan statistik Aiken’s V. 2. Validitas Konstruk Sejauh mana kemampuan tes dalam mengungkap trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen dalam Azwar, 2016), yaitu kesesuaian antara struktur konstrak yang diteorikan dengan data hasil tes, diestimasi melalui prosedur validasi konstrak. Validasi konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep/teori mengenai trait yang diukur. Perubahan dan perkembangan konsep teoretik mengenai suatu atribut sangatlah lumrah dalam bidang psikologi karena variabel-variabel psikologi pada dasarnya merupakan konsep hipotetik yang berada dalam konteks budaya dan di bawah pengaruh budaya. Validasi konstrak sangat penting dilakukan terutama pada tes yang dirancang untuk mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal. Untuk itu prosedur validasi konstrak diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur yang dinyatakan sebagai sebuah bentuk konstrak logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari teori tersebut kemudian ditarik semacam konsekuensi praktis mengenai hasil tes pada kondisi tertentu. Konsekuensi inilah yang kemudian diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka konstrak tes yang bersangkutan dianggap memiliki validitas yang baik. Dukungan terhadap adanya validitas konstrak menurut Magnusson (dalam Azwar, 2016) dapat dicapai melalui beberapa cara, antara lain: a. Studi mengenai perbedaan di antara kelompok-kelompok yang menurut teori harus berbeda Bila teori mengatakan bahwa di antara satu kelompok subjek dengan kelompok subjek lainnya memiliki tingkat kemampuan yang berbeda maka teori itu dikonfirmasi melalui analisis uji-beda terhadap data skor dari kedua kelompok yang bersangkutan. b. Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri individu dan lingkungannya terhadap hasil tes Apabila teori mengatakan bahwa skor tes dipengaruhi oleh faktor kematangan, misalnya, maka pertambahan usia harus mengubah skor subjek pada aspek yang dipengaruhi itu dan bukan pada aspek lain yang tidak terpengaruh oleh kematangan. c. Studi mengenai korelasi di antara berbagai variabel yang menurut teori mengukur aspek yang sama Studi korelasi dapat diperluas dengan mengikutsertakan pula korelasi di antara berbagai skor tes yang secara teoritis mengukur aspek lain yang berbeda konstraknya. Dengan demikian akan dihasilkan indikasi adanya validitas konvergen (koefisien korelasi yang tinggi di antara berbagai skor tes yang secara teoritis mengukur aspek yang sama) dan validitas diskriminan (koefisien korelasi yang rendah di antara berbagai skor tes yang secra teoritis mengukur aspek yang berbeda) melalui analisis validitas multitraitmultimethod (Campbell & Fiske dalam Azwa, 2016). Pendekatan multitrait-multimethod dalam prosedur validitas konstrak menyimpulkan adanya validitas konvergen yang diperlihatkan oleh tingginya koefisien korelasi di antara beberapa tes yang mengukur trait yang sama, serta menyimpulkan adanya validitas diskriminan yang ditunjukkan oleh rendahnya korelasi di antara tes-tes yang mengukur trait yang berbeda. Validitas konstrak juga dapat dilakukan melalui prosedur analisis faktor, terutama analisis faktor konfirmatory. Analisis faktor merupakan sekumpulan prosedur matematik yang kompleks guuna menganalisis saling hubungan di antara variabel-variabel serta menjelaskan saling hubungan tersebut dalam kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Oleh karena itu validitas ditegakkan melalui prosedur analisis faktor biasa yang disebut sebagai validitas faktorial. Validitas faktorial yang lengkap menghendaki disertakannnya satu rangkaian tes yang telah terbukti berfungsi dalam mengukur faktor yang bersangkutan. Rangkaian tes ini disebut sebagai marker tests dan akan berfungsi sebagai kriteria bagi layak-tidaknya validitas tes yang sedang diuji. Tes yang diuji akan dikatakan memiliki validitas faktorial yang memuaskan apabila menunjukkan muatan faktor yang relatif tinggi seperti muatan pada market tests. Adanya validitas faktorial yang baik juga diperlihatkan oleh rendahnya muatan faktor bagi tes yang divalidasi pada faktor yang tidak diungkap oleh market tests. Pengertian ini adalah sama dengan makna validitas konvergen dan validitas diskriminan seperti telah dibicarakan sebelumnya. 3. Validitas Berdasar Kriteria Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria. Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). a. Validitas Prediktif Validasi prediktif dilakukan bilamana skor tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi individu di waktu yang akan datang. Dalam komputasi koefisien validitas prediktif, ukuran performansi yang hendak di prediksikan tersebut berfungsi sebagai kriteria validasi (azwar). Validitas predictive menunjukkan kemampuan instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria masa depan (Sekaran, 2006). Misalnya, tes potensi akademik dilakukan pada awal masuk perguruan tinggi, dan selanjutnya 2 (dua) tahun kemudian digunakan untuk memprediksi prestasi akademik melalui indeks prestasi kumulatif (IPK), maka contoh di atas juga secara teknis dapat dilakukan untuk pengujian validitas prediktif. Dimana, korelasi antara skor TPA pada saat masuk perguruan tinggi diharapkan akan berfungsi sebagai prediksi prestasi akademik mahasiswa. b. Validitas konkuren Skor tes yang dimaksutkan sebagi deskripsi kuantitatif dari atribut yang diukur perlu di validasi secara kongruen/sejajar dengam cara menghitung koefisien korelasinya dengam suatu ukuran lain yang relevan dan bertujuan ukur yang sama. Validitas kongruen merupakan indikasi validitas yang layak ditegakkan apabila tes tidak digunakan suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dalam situasi diagnostic. Perbedaan antara Concurrent dan Predictive Validity adalah, Concurrent validity misalnya dapat dilakukan pada pengukuran tingkat inteligensia dan secara bersamaan dilakukan asesmen mengenai prestasi akademis pada kelompok subjek. Sedangkan, predictive validity dapat dilakukan dengan mengukur tingkat inteligensia pada waktu masuk perguruan tinggi dan kemudian akan dihubungkan dengan pretasi akademis mahasiswa tersebut di masa depan. Dengan demikian, validitas konkruen berfungsi untuk mengukur kesesuaian antara hasil ukur istrumen dengan hasil ukur lain yang relevan yang sudah teruji, sedangkan validitas prediktif memiliki fungsi prediksi dengan skor yang relevan di masa depan. Validitas prediktif lebih cocok digunakan untuk seleksi atau klasifikasi personel, seperti seleksi / rekrutment pegawai baru, penempatan kerja, memprediksi prestasi akademik berdasarkan tes potensi akademik, dan lain sebagainya. Sementara validitas konkuren tidak ditujukan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Ketika berbagai alat test yang digunakan untuk menentukan seberapa cocok seseorang kandidat pada posisi tertentu, maka hasil test ini haruslah divalidasi di masa depan dengan memeriksa kinerja pegawai tersebut. Kelemahan validitas kriteria dijelaskan oleh Groth-Marnat (2010) bahwa “metode Contruct Validity dikembangkan sebagian untuk mengoreksi ketidakkuatan dan kesulitan yang dialami dengan pendekatan content dan pendekatan criterion. Bentuk-bentuk awal validitas isi terlalu banyak mengandalkan pada judgement subjektif, sementara validitas criterion terlalu restriktif dalam bekerja dengan ranah-ranah atau struktur konstrak-konstrak yang diukur. Validitas criterion memiliki kesulitan lain dalam arti bahwa sering kali tidak ada kesepakatan dalam menetapkan kritera luar yang kuat”. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2016. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2016. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.