Depresi post partum

advertisement
Dr.Victor Eliezer, SpKJ
 Kehamilan, persalinan & mjd ibu  peristiwa &
pengalaman ptg dlm kehdpan. Makna peristiwa itu
berbeda pd tiap ♀ & kelnya.
 Bagi >> ♀, peristiwa2 itu bermakna + & merupakn
transisi menyenangkn ke thp baru dlm siklus
kehidupan, spt tahap2 transisi lainnya peristiwa itu jg
dpt  ”stres”, shg respons yg tjd dpt brp kebahagiaan,
a/pun kekecewaan.
 Slm pasca persalinan 85% ♀  bbrp tipe ggn mood.
 F/ stressor psikososial sll dialami o/ tiap individu dlm
kehidupan. Stressor yg dialami dpt mempengaruhi
baik psikologis a/pun biologis.
 Stressor yg dialami individu  manifestasi klinik
individual. Dampak stres thdp manifestasi psikologis
ad/ dlm btk emosi & manifestasi emosi tsbt a.l. marah,
ansietas, depresi, bersalah & malu.
 Pd >> ♀ simtom tsbt  transien & relatif ringan, tp
bbrp ♀  ggn mood yg persisten.
 Wrate & Cogill et al  data : dari 2500 kelahiran /
thn, tdpt 7 kasus baru dgn depresi / minggu, shg
menurut mrk DPP merup komplikasi medik yg srg tjd,
dgn risiko yg dpt diantisipasi pd ibu a/pun anaknya.
 Penelitian lain juga mdptkn data DPP berdampak (-)
thdp kualitas hub dini ibu-anak dll
 DPP  mslh substansial yg mpengaruhi ibu & kelnya.
Dipkirakn 1 dr 10 ibu-ibu baru mengalami depresi pd
bln I stlh melahirkn.
 Di neg barat DPP ad/ komplikasi medis persalinan yg
tbyk ditemukan : di neg timur dgn prev yg lbh rendah.
 Di AS DPP mrpkn komplikasi persalinan tsrg, dimana
tjd pd 1 : 8 ♀ melahirkan.
 Angka kej DPP di Indonesia mencolok tingginya :
angka kejadian di neg lain di Asia.
 DPP adalah gangguan depresi yang terjadi selama
periode pasca persalinan dan biasanya didiagnosa
sekitar 4 sampai 12 minggu setelah melahirkan.
 Menurut DSM-IV, dikatakan episode depresi
berhubungan dengan onset pasca persalinan jika
dimulai pada minggu keempat setelah persalinan.
Tetapi, onset dalam 3 bulan setelah persalinan
merupakan waktu yang biasa digunakan oleh peneliti
berdasarkan studi epidemiologi.
 Prevalensi seumur hidup untuk depresi berat pada
populasi umum adalah sekitar 10%, pada wanita
sekitar 25%.
 Paling sedikit 10% dari wanita menderita gangguan
mood yang berhubungan dengan periode postpartum.
 Sedangkan angka prevalensi depresi pasca persalinan
bervariasi antara 1 permil sampai 15% dari angka ibu
melahirkan tergantung berat ringannya gangguan
mental yang menjadi objek penelitian.
ETIOLOGY
-multifactorial:
-sociocultural factors,
-baby and mother conditions,
-psychosocial factors,
-personality factor,
-history of depression/emotional problems,
hormonal factor
8
 Faktor yang saling mempengaruhi al :
 Faktor Psikososial
Pitt menyatakan bahwa depresi pasca persalinan
merupakan gangguan spesifik yang dibedakan dari
gangguan depresi klasik. Beliau menyebutkan dengan
”depresi atipik” yang lebih merupakan respons
terhadap stres non spesifik dibandingkan dengan
perubahan yang bersifat biologik yaitu perubahan
hormonal yang menyertai kelahiran anak.
Faktor - faktor psikososial yg berkorelasi dengan
timbulnya DPP al:
Konflik dalam perkawinan, yang meliputi :
- Ketegangan kronis  rasa permusuhan antara
pasangan tersebut.
- Riwayat ketidakstabilan emosi pada isteri atau
suami  kurangnya dukungan akan kelahiran bayi
mereka.
- Pada wanita yang berusia tua, yang mengharapkan
kelahiran anak.
2. Sikap ambivalen pd kehamilan dan keinginannya
mempunyai anak.
3. Riwayat gangguan depresi sebelumnya .
4. Stres lingkungan
Teori psikoanalitik menekankan pentingnya hubungan
awal antara individu tersebut dengan ibunya. Birchnell
 hubungan signifikan antara ikatan awal wanita
depresi dengan ibunya yang buruk dengan timbulnya
depresi dikemudian hari pada wanita tersebut.
 Faktor Biologik
Penelitian yang beraliran biologik o/ Dalton  DPP dso/
perubahan hormonal, terutama penurunan tajam dari
sirkulasi progesteron masa puerpural.
 Hormon-hormon yang diduga berperan adalah
estrogen, progesteron, kortisol dan hormon tiroid.
 Periode pasca persalinan adalah periode dimana
terjadi perubahan yang cepat dari konsentrasi
beberapa hormon. Selama 48 jam pertama persalinan
konsentrasi estrogen, progesteron dan kortisol
menurun. Telah diketahui keterlibatan hormon
steroid dalam patogenesis gangguan mood non
puerperal.
 Perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan
estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar
estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan,
ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase. Kadar estrogen turun secara
bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin
yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi
COMPARISON OF “ BABY BLUES”& POSTPARTUM DEPRESSION
Characteristic
“Baby Blues”
Postpatum Depression
-Incidence
50%of woman who give birth
10%
-Time of onset
3-5days after delivery
Within 3-6 months after
-Duration
Days to weeks
Month to years if untreated
-Ass. stressors
No
Yes,esp.lack of support
-S.cultural infuences
No
Strong association
-H.of mood disorder
No
Strong association
-Fam.h.of mood dis.
No
Some association
-Tearfulness
Yes
-Mood lability
Yes
-Anhedonia
No
-Sleep disturbance Sometimes
-Suicidal thoughts
No
-Thought of harmRarely
ing the baby
-Feeling of guilt,
Absent or mild
Yes
Often present
Often
Nearly always
Sometimes
Often
Often present and excessive
14
GEJALA KLINIS
Gejala klinis depresi bervariasi antara lain : afek sedih,
mood disforik, insomnia, anhedonia, labil dan iritabel.
Gejala ini lebih memberat pada sore hari dan juga
timbul perasaan bersalah karena merasa tidak mampu
menyayangi dan mengasuh bayinya. Kadang-kadang
mereka juga mengeluh adanya gangguan konsentrasi
dan memori serta gangguan fisik seperti lemah dan
letih sehingga penderita kehilangan kemampuan
untuk melakukan kesenangan yang biasa dilakukan
sebelumnya.
 Ambivalensi dan perasaan penolakan terhadap
anaknya sering ditemukan, dan dalam bentuk yang
sangat berat dapat terjadi disfungsi yang lebih berat.
Ide tentang bunuh diri pernah dilaporkan dan
merupakan kedaruratan psikiatrik yang perlu
diantisipasi.
 Depresi pasca persalinan harus dibedakan dari “baby
blues”, yang terjadi pada mayoritas ibu baru. Pada
sindrom ini, gejalanya yaitu sedih, iritabilitas, cemas,
kebingungan, mencapai puncak sekitar hari keempat
paska persalinan, dan membaik pada hari kesepuluh.
Gangguan afek sementara ini tidak mempengaruhi
kemampuan wanita untuk bekerja.
 Skrining untuk gangguan mood pasca persalinan
 Selain berdasar pada kriteria diagnosis, pemeriksaan
klinis psikiatrik yang meliputi wawancara dan
observasi, untuk keperluan skrining terhadap
gangguan depresi pada wanita pasca persalinan yang
berada dalam risiko tinggi dapat dilakukan dengan
memakai skala penilaian.8\ Untuk pemeriksaan
skrining rutin dapat dibantu dengan alat pemeriksaan
psikiatrik yang telah didisain oleh Cox dan kawankawan yaitu the Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS).
 EPDS adalah suatu kuesioner untuk mengevaluasi ada
tidaknya simtom depresi pada seseorang, yang berupa
self report scale terdiri dari kumpulan 10 pokok, setiap
pernyataan skala mengukur intensitas simtom depresi
dari 0 sampai 3 ( ya, hampir sepanjang waktu hingga
tidak, tidak sama sekali), total skor dari 0 hingga 30.
Skor 13 atau lebih mengindikasikan depresi.
Penerjemahan skala EPDS ke dalam bahasa Indonesia
telah dilakukan dan telah di validasi di Jakarta. Hasil
dari studi validasi ini telah membuktikan bahwa
instrumen ini dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan
reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia.
Penatalaksanaan
 Psikoterapi : Dapat diajarkan mengenai mekanisme
pemecahan masalah dan menrencanakan tujuan yang
realistis, terapi marital dan terapi keluarga juga sangat
membantu.
 Antidepresan : sangat dianjurkan pemberian
antidepresan pada kasus yang berat. Bila ibu menyusui
pertimbangkan keuntungan dan efek samping
antidepresan
 Terapi hormonal : Pengantian hormon estrogen
diharapkan dapat mengatasi penurunan estrogen yang
berkaitan dengan kelahiran secara cepat. Walaupun
data yg ada masih terbatas.
 Dengan terapi yang tepat, depresi postpartum dapat
diatasi dalam beberapa bulan, beberapa kasus
dijumpai mencapai setahun. Penting melanjutkan
terapi walaupun keadaan telah teratasi. Terlalu cepat
menghentikan pengobatan akan mengakibatkan
relaps.
PSIKOSIS POST PARTUM
 Prevalensi 1-2per 1000 kelahiran
 Signs of postpartum psychosis include:
Hallucinations
Delusions
Illogical thoughts
Insomnia
Refusing to eat
Extreme feelings of anxiety and agitation
Periods of delirium or mania
Suicidal or homicidal thoughts
PREVALENSI :
 Wanita yang pernah mengalami gejala psikosis,
ganggun mood atau skizofrenia sebelumnya
mengalami peningkatan prevalensi gangguan ini.
 Sedangkan yang pernah mengalami psikosis
pastpartum sebelumnya prevalensinya akan
meningkat 20-50% untuk mengalami gangguan yang
sama pada kelahiran berikutnya.
Etiologi :
 Seperti PPD , banyak penelitian menyebutkan
kaitannya dengan perubahan hormonal setelah
melahirkan.
 Walaupun kurangnya dukungan emosional dari
keluarga dan lingkungan sosial, rendahnya percaya
diri terkait penampilan pasca melahirkan, rasa tidak
mampu sebagai ibu, rasa diabaikan dan terasing,
masalah keuangan juga memegang peranan penting.
Therapy :
 Postpartum psychosis dapat tergolong gawat darurat
psikiatri .
 Disini pasien tidak dapat mengutarakan keluhannya,
sehingga seringkali dibutuhkan dukungan dari
keluarga.
 Pasien sebaiknya dirawat di RS untuk sementara
waktu dan diberikan antipsikotik juga psikoterapi
suportif.
 Dengan penanganan yang cepat dan tepat,
kebanyakan akan remisi sempurna.
Terimakasih
Download