BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A Pengertian Pemasaran ( marketing )
American Marketing assosiation (AMA) dalam kotler dan keller (
2009:5 ) mendefinisikan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian
proses
memberikan nilai
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan,
dan
kepada pelanggan dan untuk mengelolah hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku
kepentingan.
Pemasaran muncul pada abad 19 dan bertujuan bukan untuk
menentukan pelanggan yang sesuai dengan sesuatu produk tetapi untuk
menentukan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Ini berarti
bahwa dalam pemasaran, produsen menciptakan sesuatu yang dibutuhkan
pelanggan bukan yang diinginkan konsumen. Melalui pemasaaran,
manusia dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan mudah. Dimana
pemasaran memiliki dampak atau efek yang terlibat dalam tindakan
perekonomian, karena keduanya memang saling berkaitan.
8
9
Menurut Kotler and Keller (2009:5) pemasaran adalah sebuah
proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan ,
dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
orang lain. Sehingga dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengatur pemindahan barang
atau jasa dari tangan produsen ke konsumen dengan tujuan memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen.
Pemasaran telah banyak didefinisikan dengan berbagai cara oleh
berbagai penulis. Dalam dunia bisnis, pemasaran mempunyai arti yang
sangat penting. Beberapa ahli pemasaaran memberikan definisi pemasaran.
Menurut kotler dan keller (2009:6), pemasaran berhubungan dengan
mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat.
Salah satu dari definisi terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara
menguntungkan”.
B Label Halal
1) Menurut para Ahli
Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah
produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang
penjualnya. Sebuah label biasa merupakan bagian dari kemasan atau
pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk.
10
Stanton dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga
klasifikasi yaitu:
1. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan padakemasan.
2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif
mengenaipenggunaan, pembuatan,perawatan, dan kinerja produk,
sertakarakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan
produk.
3. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian
kualitas produk(product’s judged quality) dengan suatu huruf,
angka, atau kata. Misal buah-buahandalam kaleng diberi label
kualitas A,B dan C.
2) Lembaga yang Mengeluarkan Label Halal
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia atau yang disingkat LPPOM MUI adalah lembaga
yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan
apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan
kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari
sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi
bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu
memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan
kepada masyarakat. Lembaga ini didirikan atas keputusan Majelis
11
Ulama
Indonesia (MUI) berdasarkan surat
keputusan nomor
018/MUI/1989, pada tanggal 26 Jumadil Awal 1409 Hijriah atau 6
Januari 1989.
3) Sertifikat Produk Halal
Sertifikat produk halal adalah surat keputusan fatwa halal yang
dikeluarkan Dewan Pimpinan MUI dalam bentuk sertifikat. Sertifikat
produk halal ini merupakan syarat untuk mencantum label halal. Ini
artinya sebelum pengusaha memperoleh ijin untuk mencantumkan
label halal atas produk pangannya, terlebih dahulu ia mengantongi
sertifikat produk halal yang diperoleh Lembaga Pengkajian Pangan
Obat-obatan dan Kosmetika (LP POM) MUI. (Yuli Mutiah Rambe dan
Syaad Afifuddin, 2012:38)
4) Pengertian Label
Sebagai konsumen yang baik,kita harus membaca label terlebih
dahulu untuk mengetahui kandungan apa saja kah yang terdapat dalam
makanan tersebut. Berikut adalah pengertian Label,bentuk Label,fungsi
Label dan hal-hal yang tedapat didalam Label:
1. Pengertian Label
Label merupakan keterangan yang melengkapi suatu kemasan
barangyang berisi tentang bahan-bahan yang digunakan untukmembuat
barang tersebut ,cara pengggunaan,efek samping dan sebagainya.
2. Bentuk Label
12
a. Tanda dengan tulisan.
b. Gambar pada kemasan makanan minuman dan barang yang lain.
c. Brosur atau selebaran yang dimasukkan kedalam wadah atau
pembungkus.
3. Fungsi Label
a. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada para
konsumen yang baru.yang berupa pelaksanaan tertib suatu undangundang bahan makanan dan minuman atau obat.dalam hal ini
pemerintah mewajibkan produsen untuk melekatkan label/etiket
pada hasil produksinya sesuai dengan peraturn yang tercantum
dalam undang-undang bahan makan.
b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berarti produsen
memberikan keterangan yang diperlakukan oleh para konsumen
agar dapat emilih memebeli serta meneliti secara bijaksana.
c. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak
berbahaya bia digunakan ,untuk megatasi hal ini maka para
konsumen mmembiasakan diri untuk membaca label terlebih
dahulu sebelum membelinya.
d. Bagi produsen label dipergunakan untuk alat promosi dn
perkenalan terhadap barang tersebut.
Dengan demikian para konsumen membiasakan diri untuk
membaca
label
tersebut
karena
dengan
mambaca
label
13
akandiketahui isi bungkusan /wadah barang tersebut. hampir semua
makanan jadiyang dijual berada dalam kemasan sehingga
konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan
isinya waktu membeli.
4. Hal-hal yang dicantumkan di Label
a. Nama barang
b. Merk barang
c. Nomor kode pendaftaran/ register
d. Nomor kode produksi
e. Berat bersih isi wadah
f. Komposisi hendaknya nama dari setiap kompponen disebutkan
dalam urutan yang tepat menuru beratnya masing-masing
g. Kepekaan dan sifat bahan makanan
h. Alamat lengkap produsen dan penyalur
i. Dalam hal tertentu perlu dicantumkan cara pemakaiannya
j. Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan
k. Netto
l. Peringatan terhadap akibat sampingannya
m. Cara penyimpnan dan pemeliharaan nya.
n. Barang-barang yang mahal perlu diberi manual
o. Peringatan(awas bahaya obat keras dan sebagainya)
p. Layanan konsumen
14
q. Label SNI.
5. Indikator Label Halal
(Windartatik,2013:20) Produk halal adalah produk pangan, obat,
kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang
haram dalam proses pembuatanya serta dilarang untuk dikonsumsi
umat Islam baik yang menyangkut bahan baku, bahan tambahan, bahan
pembantu lainnya termasuk bahan produksi yang diolah melalui proses
rekayasa genetika dan iradiasi yang pengolahanya dilakukan sesuai
dengan syari’at Islam serta memberikan manfaat yang lebih dari pada
madharat (efek).
a. Proses Pembuatan
Proses pembuatan atau proses produksi suatu perusahaan yang
sudah menggunakan label halal hendaknya harus tetap menjaga
hal-hal sebagai berikut:
1) Bahan campuran yang digunakan dalam prosesproduksi tidak
terbuat dari barang-barang ataubahan yang haram dan
turunanya.
2) Air yang digunakan untuk membersihkan bahanhendaklah air
mutlak atau bersih dan mengalir.
3) Dalam proses produksi tidak tercampur atauberdekatan dengan
barang atau bahan yang najisatau haram
b. Bahan Baku Utama
15
Bahan baku produk adalah bahan utama yang digunakan dalam
kegiatan proses produksi, baik berupa bahan baku, bahan setengah
jadi maupun bahan jadi. Sedangkan bahan tambahan produk
adalahbahan yang tidak digunakan sebagai bahan utama yang
ditambahkan dalam proses teknologi produksi.
c. Bahan Pembantu
Bahan pembantu atau bahan penolong adalah bahan yang tidak
termasuk dalam kategori bahan bakuataupun bahan tambahan yang
berfungsi untuk membantu mempercepat atau memperlambat
proses produksi termasuk proses rekayasa.
d. Efek
Pada umumnya, efek adalah perubahan, hasil, atau konsekuensi
langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan atau fenomena.
Dalam hal ini produk tidak memiliki efek samping yang merugikan
tubuh sebagaimana yang telah dipelajari dipercaya umat islam.
Kaidah dan kriteria makanan halal menurut Islam seperti
diterangkan di atas menunjukan kemudahan syari’at Islam dalam masalah
ini.Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghalalkan semuamakanan
yang baik dan mengharamkan segala jenis makanan yang tidak baik bagi
tubuh dan diperoleh dari cara yang tidak benar. Artinya unsur kehalalan
makanan dalam Islam tidak hanya dilihat dari aspek dzatnya yang baik dan
16
halal. Tapi dilihat juga dari sisi proses dan cara mendapatkannya. Semoga
Allah menuntut hati kita untuk ridha dengan rezki-Nya yang halal yang
kita dapatkan melalui cara yang halal pula.
C Citra Merek
Brand Image, terdiri dari 2 kata yang memiliki definisi yang
berbeda yaitu Brand dan Image dimana definisi Brand ( Merek ) menurut
UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah tanda yang
berupa gambar , nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa”.
Kotler dan Keller (2009:346) dalam Dewi & Nurasih (2013:9)
menyatakan bahwa citra merek adalah
“persepsi dan keyakinan yang
dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin dalam asosiasi yang
terjadi dalam ingatan konsumen”.
Menurut Supranto (2007:132) menyatakan bahwa “Citra Merek
ialah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau
melihat suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang
merek”.
Kotler & Keller (2009:215) mendefinisikan citra merek sebagai
seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seorang terhadap
suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu
merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler (2007:225) juga
17
menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat
dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang
(enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga
bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus
jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat
perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain. Muculah
posisi merek.
Menurut Fandy Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa “Brand
Image atau Brand description, yakni “deskripsi tentang asosiasi dan
keyakinan konsumen tentang merek tertentu”. Sedangkan menurut Fenddy
Rangkuti (2004:244) menyatakan bahwa “
Brand Image dan Brand
personality adalah “sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat dibenak konsumen”.
Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
citra merek merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersiapkan oleh
konsumen terhadap merek tertentu yang muncul dalam bentuk pemikiran
atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Citra terbentuk dari
persepsi yang telah dibentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi
dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan
konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga
mempengaruhi fungsi memori di pikiran para konsumen (pelanggan).
18
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko
dan perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari
penelitian pemasaran dan lingkunga. Menurut Setiadi (2003:179) Citra
total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan memproses
informasi dari berbagaii sumber setiap waktu. Citra adalah konsep yang
mudah dimengerti tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya
abstrak.
Tarudin (2013:25) menyatakan persoalan yang dihadapi adalah
bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek. Ramuan
kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan mereknya untuk
memenuhi kebutuhan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan merek
produk, pasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat
mengkomunikasikan manfaat
yang diinginkan melalui iklan dan
pengunaan media yang akkan menjangkau pasar sasaran.
1. Strategi untuk mempengaruhi persepsi
Menurut Setiadi (2003:180) sasaran penting dari strategi pemasaran
adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek toko, dan
perusahaan.
a. Citra Merek
Citra merek mempersentasikan keseluruhan persepsi terhadap
merek dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap
merek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang
19
berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen
dengan
citra
yang
positif
terhadap
suatu
merek,
lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian.
b. Citra Toko
Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada
iklan, kelengkapan didalam toko, pendapat teman dan kerabat, dan
juga pengalaman belanja. Citra toko yang ada dibenak konsumen
akan mempengaruhi citra merek. Oleh karena itu, penempatan
produk pada rantai toko-toko pengeceran merupakan sarana untuk
membantu citra toko.
c. Citra Perusahaan
Selesai mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen
juga memperhatikan berbagai informasi mengenaiperusahaan atau
korporasi, dan bagaimana pengalamanya atas penggunaan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Ketika konsumen mempunyai
pengalaman yang baik atas perusahaan produk yang dihasilkan
oleh sebuah perusahaaan, maka konsumen akan mempunyai citra
yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah terbentuk
apa yang disebut dengan citra korporasi.
2. Manfaat Citra Merek
Dalam Harun (2013:14) dikenalnya suatu merek (brand recognition)
berarti pelanggan mengingat merek tersebut, hal ini merupakan
20
keuntungan besar jika terdapat banyak merek yang “tidak berarti”
dipasarkan bahkan meskipun kosumen tidak dapat mengingat merek
itu tanpa bantuan. Citra (Image) konsumen tentang merek adalah
penting untuk strategi pemasaran perusahaa.
suatu citra merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, yaitu:
a. Citra dapat dibuat sebagai suatu (goals) didalam strategi pemasaran
b. Citra dapat dipakai suatu dasar untuk bersaing dengan merekmerek lain dari produk sejenis.
c. Citra merek juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu
merek.
d. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas
dari strategi pemasaran.
e. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain di luar usahausaha strategi pemasaran.
3. IndikatorBrand Image (Citra Merek)
Merek memberikan 4(empat) hal pokok yang harus diperhatikan dalam
sebuah merek (Kartajaya,2004:484) yaitu :
a. Recognition (Pengenalan)
21
Yitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah
merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus
dijual dengan mengandalkan harga termurah.
b. Reputation ( Reputasi)
Yaitu sebuah tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi
sebuah merek karena lebih memiliki track record yang baik.
Sebuah produk dengan merek yang disukai konsumen akan lebih
mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsi memiliki kualitas
yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik.
c. Affinity (Daya Tarik)
Yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah
merek dengan konsumennya.
d. Loyality (Kesetiaan)
Yaitu seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk yang
menggunakan merek yang bersangkutan.
4. Faktor-faktor pembentuk Citra Merek
Schiffman dan Kanuk (2007:98) menyebutkan faktor-faktorpembentuk
citra merek sebagai berikut :
a. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang atau
jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
22
b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau
kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk
yang dikonsumsi
c. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu
produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.
e. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi
yang mungkin dialami oleh konsumen.
f.
Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau
banyak-sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk
mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra
jangka panjang.
g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pendangan,
kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek
dari produk tertentu.
Menurut Glenn Warters (dalam Ayu dan Tarudin, 2013:30),
Mengemukakan pentingnya faktor lingkungan dan personal
sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor
lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis
yang ada pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh
produsen, selain itu juga, sosial budaya termasuk dalam foktor ini.
23
Faktor personal adalah kesiiapan mental konsumen untuk
melakukan proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood,
kebutuhan serta motivasi konsumen. Cita merupakan produk akhir
dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses
pengulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould et al
dalam ayu dan tarudin, 2013: 30)
Menurut Runyon (dalam Dyah Ayu AP dan Tarudin,
2013:31), citra merek terbentuk dari stimulus tertentu yang
ditampilkan oleh produk tersebut yang menimbulkan respon
tertentu pada diri konsumen:
a. Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas
pada stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencangkup
stimulusyang bersifat psikologi. Ada tiga sifat stimulus yang
dapat membentuk citra merek, yaitu stimulus yang bersifat
fisik, seperti atribut-atribut teknis dari produk tersebut;
stimulus yang bersifat psikologis, seperti nama merek, dan
stimulus yang mencangkup sifat keduanya, seperti kemasan
produk atau iklan produk.
b. Datangnya stimulus menimbulkan respon dari konsumen. Ada
dua respon yang mempengaruhi pikiran seseorang, yang
membentuk citra merek, yaitu respon rasional-penilaian
mengenai performa aktual dari merek yang diikatkan dengan
24
harga produk tersebut, dan respon emosional- kecenderungan
perasaan yang tiimbul dari merek tersebut.
Menurut
Timmerman
(dalam
Dyah
Ayu
AP
dan
Tarudin,2013:31), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai
sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan
sebuah merek yang terdiri dari:
a. Faktor fisik, karakteristik fisik dan merek tersebut, seperti
desain kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan
produk dari merek itu.
b. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai,
kepribadian
yang
dianggap
oleh
konsumen
menggambarkan paroduk dari merek tersebut.
Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang
orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga
dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan
dibandingkan faktor fisikdari merek tersebut
5. Pengukuran Citra Merek
Brand Image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen
tentang asosiasi merek yang meliputi (Keller, dalam Fransiska
Rosalina dan Tarudin,2013:32)
a. Favourability brand associations (keuntungan dari asosiasi merek)
25
Konsumen percaya bahwa suatu merek memberikan atribut-atribut
dan manfaat yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
konsumen, sehingga terciptalah suatu sikap yang positif terhadap
suatu merek. Favourable mengarah pada kemampuan merek
tersebut untuk mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk
dalam kategori Favourable ini antara lain : kemudahan merek
produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat
oleh konsumen, juga kesesuaian antara kesan merek di benak
konsumen dengan image yang diinginkan perusahaan atas merek
yang bersangkutan.
b. Strength of brand associations (kekuatan dari asosiasi merek)
Kekuatan dari asosiasi merek ini tergantung pada bagaimana
onformasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaiman
informasi tersebut dikelola oleh sensoris do otak sebagai bagian
dari brand image. Yang termasuk dalam kategori strength ini
adalah : penampilan fasilitas pendukung dari produk yang
bersangkutan.
c. Uniqueness of brand associations (keunikann dari asosiasi merek)
Agar merek dapat menimbulkan asosiasi yang kuat dalam pikiran
konsumen, maka merek tersebut harus unik dan menarik. Sehingga
merek tersebut memiliki nilai yang dapat menciptakan sebuah
keunggulan kompetitif yang stabil melebihi pesaing-pesaingnya.
26
Yang masuk dalam kategori unique ini adalah: variasi layanan
yang bisa diberikan oleh sebuah produk, variasi harga dari produk
yang bersangkutan maupun diferensiasi dari penampilan fisik
sebuah produk.
D Minat Beli
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak
untuk
bertindak
sebelum
keputusan
membeli
benar-benar
dilaksanakan.Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat
pembelian.Bila pembelian actual adalah pembelian yang benar-benar
dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk
melakukan pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan
pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun
pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna
memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri.
Pengertian minat beli menurut Howard yang dikutip dalam
Durianto dan Liana, 2004:44 adalah minat beli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu
serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode
tertentu.Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental
dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah
produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para
27
pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk,
baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat
untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Albari (2002) menyatakan
bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang
memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai
motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong
untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya
rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan
orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasaran atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas maka pengertian membeli adalah
pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan
senang terhadap barang tersebut, kemudian minat individu tersebut
menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan
bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin
memiliki barang tersebut dengan cara membayar atau menukar dengan
uang.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli
Swastha dan Irawan (2005:349) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan emosi,
28
bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau
jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan
biasanya menghilangkan minat.
Tidak ada pembelian yang terjadi jika konsumen tidak pernah
menyadari kebutuhan dan keinginannya. Pengenalan masalah (problem
recognition) terjadi ketika konsumen meilhat adanya perbedaan yang
signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan.
Berdasarkan pengenalannya akan masalah selanjutnya konsumen
mencari atau mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang
produk yang dia inginkan. Terdapat dua sumber informasi yang
digunakan ketika menilai suatu kebutuhan fisik, yaitu persepsi
individual dari tampilan fisik dan sumber informasi luar seperti
persepsi konsumen lain. Selanjutnya informasi-informasi yang telah
diperoleh digabungkan dengan informasi yang telah dimiliki
sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa
konsumen pada tahap dimana dia mengevaluasi setiap pilihan dan
mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia
sendiri. Tahapan terakhir ada tahap dimana konsumen memutuskan
untuk membeli atau tidak membeli produk.
a. Indikator minat beli
Menurut
Ferdinand
(2002:129),
minat
beli
diidentifikasi melaluiindikator-indikator sebagai berikut :
dapat
29
1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
3. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan
produk prefrensinya.
4. Minat
eksploratif,
minat
ini
menggambarkan
perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Menurut Ajay dan Goodstein yang dikutip Yoestini dan
Eva (2007:270) jika ingin mempengaruhi seseorang, maka cara
yang terbaik adalah mempelajari apa yang dipikirkannya,
dengan demikian yang akan didapatkan tidak hanya sekedar
informasi tentang orang itu tentu lebih bagaimana proses
infromasi itu dapat berjalan dan bagaimana memanfaatkannya.
Hal ini yang dinamakan “The Buying Process” (proses
pembelian).
2. Model Sikap Tiga Komponen
30
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:225), Model sikap terbentuk dari
tiga komponen yaitu :
a. Komponen Kognitif
Kognisitif seseorang yaitu pengetahuan dan persepsi yang
diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan
obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber.
Pengetahuan ini dan persepsi yang ditimbulkanya biasanya
mengambil bentuk kepercayaan, yaitu kepercayaan konsumen
bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan bahwa perilaku
tertentu akan menimbilkan hasil-hasil tertentu.
b. Komponen Afektif
Emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau
merek tertentu merupakan komponen efektif dari sikap tertentu.
Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti
konsumen sangat evaluatif sifatnya yaitu mencangkup penilaian
seseorang terhadap menyenangkan dan bagus atau jelek.
c. Komponen Konatif
Kemungkinan atau kencendrungan bahwa individu akan
melakukan tindakan khusus atau berpilaku dengan cara tertentu
terhadap obyek sikap tertentu atau keyakinan dan rasa suka pada
suatu produk akan mendorong konsumen melakukan tindakan
sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya.
31
3. Perilaku Konsumen
a) Pengertian perilaku konsumen
Semakin
majunya
perekonomian
dan
teknologi,
berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan,
khususnya
bidang
memahami
atau
pemasaran.Untuk
mempelajari
itu
perilaku
perusahaan
konsumen
perlu
dalam
hubungannya dengan pembelian yang dilakukakn oleh konsumen
tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jas, konsumen
selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang
dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Menurut Shiffman dan Kanuk (2004:6) Suatu perilaku
terpusat cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumber daya mereka yang tersedia (waktum uang, usaha) guna
untuk
membeli
barang-barang
yang
berhubungan
dengan
konsumsi.
James F. Engel et al. (1968:8), dalam buku (Mangkunegara
2012)
berpendapat bahwa “ Perilaku konsumen didefinisikan
sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat
dalam usaha memperloleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomis
termasuk
proses
pengambilan
keputusan
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut”.
yang
32
David L. Loundon dan Albert J. Della Bitta (1984:6)dalam
buku
(Mangkunegara
2012)
mengatakan
bahwa
“perilaku
konsumen dapat didefinisikkan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat
mempergunakan barang-barang dan jasa”.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979:6) dalam
buku (Mangkunegara 2012) mengatan bahwa “perilaku konsumen
adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang
dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari
pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber
lainnya”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa
perilaku
dilakukan
oleh
konsumen
individu,
adalah
kelompok
tindakan-tindakan
atau
organisasi
yang
yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis
yang dapat dipengaruhi lingkungan.
b) Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen.
33
Menurut Kotler (2007:203-218) Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen,yaitu :
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku
seseorang yang paling mendasar.Jika makhluk yang lebih
rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka
perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
b. Sub Budaya
Sub Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya
yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi
yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam
sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok
keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana
setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan
tingkah laku yang sama.
2. Faktor-Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
34
Kelompok
refensi
adalah
kelompok-kelompok
yang
memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang
b. Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli
c. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat
dijelaskan dalam pengertian peranan dan status.Setiap
peranan
membawa
satu
status
yang mencerminkan
penghargaan umum oleh masyarakatnya.
3. Faktor-faktor pribadi
a. Usia dan Tahap Daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan
berubah0ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan
selera seseorang berhubungan dengan usianya
b. Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan
dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan
kelompok pekerjaan terntentu.
35
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat
pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan
produk
d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang
turut menentukan perilaku pembelian.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan
setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
4. Faktor-faktor Psikologis
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat
mendesak untuk mengarah seseorang agar dapat mencari
pemuasan terhadap kebutuhan itu.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siao untuk melakukan suatu
perbuatan.Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat
sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap
situasi yang dihadapinya.
c. Belajar
36
Belajar
seseorang
menggambarkan
individu
pengalaman.Kebanyakan
perubahan
yang
perilaku
dalam
perilaku
bersumber
manusia
dari
diperoleh
dengan mempelajarinya.
d. Kepercayaan dan Sikap
Melalui
perbuatan
dan
belajar,
orang
memperoleh
kepercayaan dan sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah
laku.
c) Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Dalam membeli suatu barang atau jasa, seorang konsumen akan
melalui suatu proses keputusan pembelian. Menurut Ma’ruf
(2006:61-62) terdapat tiga proses keputusan pembelian, yaitu:
1. Proses keputusan panjang (extended decision making) untuk
barangdurable (rumah,
lahan, mobil, kulkas, mesin cuci, dll.)
Proses itu menurut Berman dan Evans adalah: Stimulus >
kebutuhan > mencari info > Evaluasi > Transaksi> Perilaku
pasca pembelian. Pengertian stimulus adalah situasi yang
menyebabkan munculnya kebutuhan dalam diri konsume.
2. Proses keputusan terbatas (limited decision making), sama
dengan proses di atas terapi terjadi secara lebih cepat dan
kadang meloncati tahapan. Proses terbatas ini biasanya untuk
37
barang seperti pakaian, hadiah, mobil kedua, atau jasa seperti
wisata ke luar kota atau luar negeri.
3. Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi
secara kebiasaan sehingga
proses
pembelian
sangat
singkat saja. Begitu dirasakan ada kebutuhan, langsung
dilakukan pembelian, misalnya membeli baterai. Menurut
Utami (2006:37) kesetiaan pada merek dan kesetiaan opada
toko adalah contoh pengambilan keputusan berdasarkan
kebiasaan.Proses pembelian yang panjang dan terbatas dapat
dikatakan
sebagai
pembelian
yang
bersifat
insidental.
Sedangkan, proses pembelian rutin merupakan proses yang
berlawanan dengan proses pembelian yang bersifat insidental.
Pembelian yang insidental yaitu yang hanya sekali atau
sekalisekali dibeli.
Menurut Kotler (2007:200) dalam melakukan proses
keputusan pembelian dibagi menjadi 5 tahap yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku pasca pembelian.
Menurut
Shiffman
dan
Kanuk
(2004:485)
“Proses
pengambilan keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan
atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus
tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan”.
38
d) Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen
Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
proses pengambilan keputusan. Tahapan tersebut diawali dengan
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan hasil pembelian konsumen terhadap
produk yang telah di beli.
Menurut Kotler (2007:200). Tahap-tahap proses keputusan
pembelian menurut Philip Kotler tahap-tahap dalam keputusan
pembelian adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau
kebutuhan kebutuhan yang belum terpuaskan dan dapat
dirasakan
oleh
konsumen.
Konsumen
mempersiapkan
perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi saat ini guna
membangkitkan
dan
mengaktifkan
proses
keputusan.
Kebutuhan itu mungkin sudah dikenal dan dirasakan konsumen
jauh-jauh dari sebelumnya.
2. Pencarian Informasi
Setelah konsumen menyadari adanya kebutuhan suatu barang
atau jasa, selanjutnya konsumen mencari informasi, baik yang
disimpan dalam ingatan maupun informasi yang didapat dari
39
lingkungan luar. Sumber informasi konsumen digolongkan ke
dalam empat kelompok, yaitu :
a. Sumber Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan.
c. Sumber Publik : Media massa, organisai penentu peringkat
konsumen.
d. Sumber Pengalaman : Penanganan, pengkajian, pemakai
produk.
3. Evaluasi Alternatif
Setelah informasi diperoleh konsumen mengevaluasi berbagai
alternative pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
seperti:
a. Kamera
: Ketajaman gambar, hasil warna, harga,
ukuran kamera.
b. Hotel
: Lokasi, kebersiham , harga.
c. Ban
: Umur pemakaian, harga, mutu ketika di
kendarai.
4. Keputusan Pembelian
Apabila tidak ada faktor lain yang mengganggu setelah
konsumen
menentukan
pilihan
yang
telah
ditetapkan,
pembelian yang aktual adalah hasil akhir dari pencarian dan
evaluasi.
40
5. Perilaku Pasca Pembelian
Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan yang
sangat atau kepuasan dalam memenuhi kebutuhan, biasanya
akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca pembelian
meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian,
dan pemakaian produk pembelian.
e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Menurut Ma’ruf (2006:57-60) proses keputusan memilih
barang atau jasa danlain-lainnya itu dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor pribadi.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas:
a. Faktor budaya
Budaya adalah faktor mendasar dalam pembentukan normanorma yang dimiliki seseorang yang kemudian membentuk
atau mendorong keinginan dan prilakunya menjadi seorang
konsumen.Termasuk
di
dalamnya
kebudayaan,
sub
kebudayaan, dan kelas sosial.Budaya meliputi hal-hal berikut
ini.

Nilai-nilai : Norma yang dianut oleh masyarakat

Persepsi
: Cara pandang pada sesuatu
41

Preferensi : Rasa lebih suka pada sesuatu dibandingkan
pada yang lainnya

Behaviour : Tindak-tanduk atau kebiasaan seseorang
b. Faktor social

Kelompok : Kelompok yang mempengaruhi anggotanya
dalam membuat keputusan terhadap pembelian sesuatu
barang atau jasa.

Keluarga : Faktor ini juga penting pengaruhnya bagi
seseorang dalam memilih suatu barang dan jasa. Sama
seperti
kelompok
yang
dapat
mempengaruhi
anggotanya, demikian juga keluarga.

Peran dan status : Peran seorang di masyarakat atau di
perusahaan akan mempengaruhi pola tindakannya
dalam membeli barang atau jasa. Demikian juga status.
Orang yang dalam status tidak bekerja akan sangat
bertolak belakang dalam berbelanja dari orang yang
berstatus bekerja.
2. Faktor Pribadi
Faktor pribadi atau faktor internal dalam diri seseorang adalah
factor Penting bagi proses pembelian dalam diri konsumen.
Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Faktor pribadi terdiri atas:
42
1) Faktor pribadi.
Seorang konsumen akan berbeda dari seorang konsumen
lainnya karena faktor-faktor pribadi yang berbeda. Hurriyati
(2005:98-100) menjelaskan faktor-faktor pribadi tersebut,
yaitu:
a. Umur dan tahap siklus hidup
Orang merubah barang dan jasa yang mereka beli selama
masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan
rekreasi seringkali berhubungan dengan umur. Membeli
juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga tahap-tahap
yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan
kedewasaannya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibellinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak
pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli
lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali
kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas ratarata akan produk dan jasa mereka.
c. Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan produk.
Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati
43
kecenderungan dalam pendapatan pribadi,tabunganm dan
tingkat minat.
d. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang
jauh berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang
yang diwujudkan dalam psikografiknya. Gaya hidup
mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau
kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola
bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di
dunia.
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian setiap orang yang jelas mempengaruhi tingkah
laku membelinya.Kepribadian biasanya diuraikan dalam
arti
sifat-sifat
kemudahan
seperti
bergaul,
rasa
percaya
otonomi,
diri,
dominasi,
mempertahankan
diri,
kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Dasar
pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki
seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas
mereka. Jadi,
konsumen,
agar dapat
pertama-tama
memahami
pemasar
tingkah laku
harus
memahami
hubungan antara konsep diri konsumen dan miliknya.
44
2) Faktor psikologis
Faktor kejiwaan atau psikologis yang mempengaruhi seseorang
dalam tindakan membeli sesuatu barang/jasa ada empat
macam, yaitu termasuk di dalamnya motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Huriyati (2005:100102) menjelaskan faktor-faktor psikologis tersebut, yaitu:
a. Motivasi
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu
saat.Kebutuhan berubah menjadi motif kalau merangsang
sampai tingkat intensitas yang mencukupi.Motif (dorongan)
adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan
seseorang mencari kepuasan.
b. Persepsi
Seseorang yang termotifasi siap untuk bertindak.Bagaiman
orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai
situasi. Dua orang dengan motivasi sama dan dalam situasi
yang sama mungkin mengambil tindakan yang jauh
berbeda karena mereka memandang situasi secara berbeda.
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih,
mengorganisasikanm dan menginterpretasikan informasi
guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia.
c. Pengetahuan
45
Pentingnya praktik dan teori pengetahuan bagi pemasar
adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu
produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang
kuat,
menggunakan
petunjuk
yang
membangkitkan
motivasi, dan memberikan pembenaran positif.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki
seseorang
mengenai
sesuatu.Pemasar
tertarik
pada
keyakinan bahwa orang merumuskan mengenai produk dan
jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk
dan
merek
membeli.Sikap
yang
mempengaruhi
menguraikan
evaluasi,
tingkah
laku
perasaan,
dan
kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide
yang relatif konsisten.
f) Peran Dalam Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler(2007:207) Terdapat 5 pihak-pihak yang dapat
memberi pengaruh dalam proses pengambilan keputusan, sebagai
berikut :
1. Pemrakarsa (initiator)
Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk
atau jasa tertentu.
2. Pemberi Pengaruh (influencer)
46
Orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam
pengambilan keputusan akhir.
3. Pengambil Keputusan (decider)
Orang yang sangat menentukan sebagaimana atau keseluruhan
keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang di beli,kapan
hendak di beli, dengan bagaimana cara membeli dan dimana
akan membeli.
4. Pembeli (buyer)
Orang yang melakukan pembelian nyata.
5. Pemakai (user)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa.
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa.Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian yang
sebenarnya dan akanterus berlangsung saat setelah pembelian.
Namun
dalam
konsumen
pembelian
sering
beberapatahapan
sekali
proses
yang
sudahmenjadi
melewatkan
pengambilan
atau
rutinitas
membalik
keputusan
dalam
pembelian.
g) Tingkat Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Shiffman dan Kanuk (2007:487) membedakan tingkat
pengambilan keputusan konsumen yang spesifik yaitu:
47
1. Pemecahan masalah yang luas
Pada tingkat ini konsumen membutuhkan berbagai informasi
untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merekmerek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai
setiap merek yang dipertimbangkan.Pemecahan masalah yang
luas biasanya dilakukan pada barang yang tahan lama dan
barang mewah, seperti mobil.
2. Pemecahan masalah yang terbatas
Pada tingkat ini konsumen telah menetapkan kriteria dasar
untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam
kategori tersebut.Namun, konsumen belum memilki preferensi
tentang
merek
tertentu.Mereka
membutuhkan
informasi
tambahan untuk melihat perbedaan diantara berbagai merek.
3. Pemecahan masalah yang rutin
Pada tingkat ini konsumen sudah mempunyai beberapa
pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria
yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek
yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen mungkin
mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau
kembali apa yang sudah mereka ketahui.
h) Indikator Proses Keputusan Pembelian
48
Terdapat indikator dari proses keputusan pembelian, yaitu
(Kotler:2007:222)
1. Tujuan dalam membeli sebuah produk
2. Pemrosesan informasi untuk sampai ke pemilihan merek
3. Kemantapan pada sebuah produk
4. Menberikan rekomendasi kepada orang lain
5. Melakukan pembelian ulang
i) Manfaat mempelajari perilaku konsumen
Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat
bermanfaat untuk kepentingan penyusunan strategi maupun bauran
pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikologis konsumen
dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan
segmentasi berdasarkan variabel tersebut. Berdasarkan sikap
konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya
iklan secara tepat.
E Hubungan antar Variable
1. Hubungan Citra Merek dan minat beli
Wicaksono (dalam Alfian B,2012:33), mengemukakan pentingnya
pengembangan citra merek dalam keputusan pembelian. Brand image
yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang
positif, meliputi:
49
a. Meningkatkan
pemahaman
terhadap
aspek-aspek
perilaku
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.
b. Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat
simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk.
c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat
inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.
Menciptakan kesan menjadi salah satu karateristik dasar
dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian
lebih serta penciptaan merek yang kuat.Implikasi dari hal tersebut
menjadikan merek suatu produk menciptakan image dari produk
itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi
dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk (Aaker dalam
Vranesevic, 2003).
Konsumen cenderung memilih produk yang sudah dikenal
baik atau sudah memiliki citra merek yang baik. Jadi apabilah
suatu produk memiliki citra yang positif dimata konsumen dan
diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, maka
minat beli untuk membeli suatu produk akan timbul dalam diri
konsumen. Sebaliknya apabila mereka dipandang memiliki citra
negative, maka minat beli konsumen terhadap produk tersebut akan
rendah.
50
2. Hubungan Label Halal dan Minat Beli Konsumen
Pencantuman label halal (dalam Yuli Mutiah Rambe dan Syaad
Afifuddin,2012:39) produk dilakukan untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen muslim, dikarenakan banyaknya permasalahan
labelisasi halal pada produk-produk yang mengandung bahan-bahan
yang haram untuk dikonsumsi. Contohnya : kasus Ajinomoto yang
mencuat
setelah
ditemukannya
enzim
babi
dalam
proses
pembuatannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam proses
produksi diperlukannya ketentuan-ketentuan syarat kehalalan suatu
produk secara syara.
Dengan adanya label halal yang tercantum pada kemasan produk,
maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen
khususnya masyarakat muslim untuk menggunakan produk tersebut.
munculnya rasa aman dan nyaman dalam mengonsumsi produk
tersebut akan meningkatkan kepercayaan serta minat belinya.
F Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Yuli
Mutiah
Judul
Penelitian
Pengaruh
pencantuman
Variabel
yang
digunakan
Label Halal
dan Minat
Keterangan
Pencantuman label halal
memiliki pengaruh
51
Rambe dan
Syaad
Afifuddin
label halal pada Beli
kemasan mie
Konsumen
instan terhadap
minat pembelian
masyarakat
muslim
Jagi
Wibawa
Pribadi
Pengaruh brand
image terhadap
minat beli
Konsumen pada
distro screamous
di kota
Bandung
Windartatik Pengaruh Label
Halal MUI dan
Brand Image
Terhadap Minat
Membeli Produk
Kosmetik Wardah
positif atau signifikan
terhadap minat
pembelian produk mie
instan Indomie pada
mahasiswa Universitas
Al-Washliyah Medan
Citra Merek
dan Minat beli
konsumen
Berdasarkan hasil
penelitian koefisien
korelasi rank spearman
maka diperoleh hasil
bahwa terdapat pengaruh
yang sedang antara Brand
Image (variabel X) dan
Minat Beli Konsumen
(variabel Y) yaitu sebesar
0,592 karena berada pada
interval 0,40-0,599.
Label Halal,
Brand Image
dan minat
membeli
Dengan melihat hasil
penelitian yang telah
dibahas berdasarkan nilai
dan perhitungan, Nilai F
hitung sebesar 161,743
dengan signifikan sebesar
0,000. Karena signifikan
jauh dibawah alpha 0,05
hal itu berarti bahwa
secara bersama-sama
variabel label halal MUI
dan brand image
berpengaruh terhadap
minat membeli. Jadi dari
kasus ini dapat
disimpulkan label halal
MUI dan brand image
secara bersama-sama
berpengaruh terhadap
minat membeli kosmetik
Wardah.
52
G Rerangka Pemikiran
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka
peneliti dapat menguraikan rerangka pemikiran secara logis, mengalir dari
masalah penelitian, teori yang dipakai dan hubungan antar variable yang
merupakan cerminan fakta/fenomena yang diteliti. Untuk penelitian
deskriptif rerangka pemikiran berisi uraian langkah-langkah yang
ditempuh dalam proses mendapatkan, mengolah dan menginterpretasikan
data (informasi).
Gambar 2.1
Skema rerangka pemikiran
H1
Label Halal ( X1)
H3
Citra Merek (X2)
H2
Minat Beli
Konsumen (Y)
53
H Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,2009:93).
H1
: Label halal diduga berpengaruh terhadap minat beli konsumen
H2
: Citra merek diduga berpengaruh terhadap minat beli konsumen
H3
: Label halal dan Citra Merekdiduga berpengaruh terhadap Minat
Beli Konsumen
Download