BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A Pengertian Pemasaran ( marketing ) American Marketing assosiation (AMA) dalam kotler dan keller ( 2009:5 ) mendefinisikan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses memberikan nilai untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan kepada pelanggan dan untuk mengelolah hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan. Pemasaran muncul pada abad 19 dan bertujuan bukan untuk menentukan pelanggan yang sesuai dengan sesuatu produk tetapi untuk menentukan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Ini berarti bahwa dalam pemasaran, produsen menciptakan sesuatu yang dibutuhkan pelanggan bukan yang diinginkan konsumen. Melalui pemasaaran, manusia dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan mudah. Dimana pemasaran memiliki dampak atau efek yang terlibat dalam tindakan perekonomian, karena keduanya memang saling berkaitan. 8 9 Menurut Kotler and Keller (2009:5) pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan , dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sehingga dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengatur pemindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen dengan tujuan memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Pemasaran telah banyak didefinisikan dengan berbagai cara oleh berbagai penulis. Dalam dunia bisnis, pemasaran mempunyai arti yang sangat penting. Beberapa ahli pemasaaran memberikan definisi pemasaran. Menurut kotler dan keller (2009:6), pemasaran berhubungan dengan mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. B Label Halal 1) Menurut para Ahli Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label biasa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. 10 Stanton dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu: 1. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan padakemasan. 2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenaipenggunaan, pembuatan,perawatan, dan kinerja produk, sertakarakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk. 3. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk(product’s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata. Misal buah-buahandalam kaleng diberi label kualitas A,B dan C. 2) Lembaga yang Mengeluarkan Label Halal Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat LPPOM MUI adalah lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada masyarakat. Lembaga ini didirikan atas keputusan Majelis 11 Ulama Indonesia (MUI) berdasarkan surat keputusan nomor 018/MUI/1989, pada tanggal 26 Jumadil Awal 1409 Hijriah atau 6 Januari 1989. 3) Sertifikat Produk Halal Sertifikat produk halal adalah surat keputusan fatwa halal yang dikeluarkan Dewan Pimpinan MUI dalam bentuk sertifikat. Sertifikat produk halal ini merupakan syarat untuk mencantum label halal. Ini artinya sebelum pengusaha memperoleh ijin untuk mencantumkan label halal atas produk pangannya, terlebih dahulu ia mengantongi sertifikat produk halal yang diperoleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LP POM) MUI. (Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin, 2012:38) 4) Pengertian Label Sebagai konsumen yang baik,kita harus membaca label terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan apa saja kah yang terdapat dalam makanan tersebut. Berikut adalah pengertian Label,bentuk Label,fungsi Label dan hal-hal yang tedapat didalam Label: 1. Pengertian Label Label merupakan keterangan yang melengkapi suatu kemasan barangyang berisi tentang bahan-bahan yang digunakan untukmembuat barang tersebut ,cara pengggunaan,efek samping dan sebagainya. 2. Bentuk Label 12 a. Tanda dengan tulisan. b. Gambar pada kemasan makanan minuman dan barang yang lain. c. Brosur atau selebaran yang dimasukkan kedalam wadah atau pembungkus. 3. Fungsi Label a. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada para konsumen yang baru.yang berupa pelaksanaan tertib suatu undangundang bahan makanan dan minuman atau obat.dalam hal ini pemerintah mewajibkan produsen untuk melekatkan label/etiket pada hasil produksinya sesuai dengan peraturn yang tercantum dalam undang-undang bahan makan. b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berarti produsen memberikan keterangan yang diperlakukan oleh para konsumen agar dapat emilih memebeli serta meneliti secara bijaksana. c. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya bia digunakan ,untuk megatasi hal ini maka para konsumen mmembiasakan diri untuk membaca label terlebih dahulu sebelum membelinya. d. Bagi produsen label dipergunakan untuk alat promosi dn perkenalan terhadap barang tersebut. Dengan demikian para konsumen membiasakan diri untuk membaca label tersebut karena dengan mambaca label 13 akandiketahui isi bungkusan /wadah barang tersebut. hampir semua makanan jadiyang dijual berada dalam kemasan sehingga konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan isinya waktu membeli. 4. Hal-hal yang dicantumkan di Label a. Nama barang b. Merk barang c. Nomor kode pendaftaran/ register d. Nomor kode produksi e. Berat bersih isi wadah f. Komposisi hendaknya nama dari setiap kompponen disebutkan dalam urutan yang tepat menuru beratnya masing-masing g. Kepekaan dan sifat bahan makanan h. Alamat lengkap produsen dan penyalur i. Dalam hal tertentu perlu dicantumkan cara pemakaiannya j. Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan k. Netto l. Peringatan terhadap akibat sampingannya m. Cara penyimpnan dan pemeliharaan nya. n. Barang-barang yang mahal perlu diberi manual o. Peringatan(awas bahaya obat keras dan sebagainya) p. Layanan konsumen 14 q. Label SNI. 5. Indikator Label Halal (Windartatik,2013:20) Produk halal adalah produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang haram dalam proses pembuatanya serta dilarang untuk dikonsumsi umat Islam baik yang menyangkut bahan baku, bahan tambahan, bahan pembantu lainnya termasuk bahan produksi yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi yang pengolahanya dilakukan sesuai dengan syari’at Islam serta memberikan manfaat yang lebih dari pada madharat (efek). a. Proses Pembuatan Proses pembuatan atau proses produksi suatu perusahaan yang sudah menggunakan label halal hendaknya harus tetap menjaga hal-hal sebagai berikut: 1) Bahan campuran yang digunakan dalam prosesproduksi tidak terbuat dari barang-barang ataubahan yang haram dan turunanya. 2) Air yang digunakan untuk membersihkan bahanhendaklah air mutlak atau bersih dan mengalir. 3) Dalam proses produksi tidak tercampur atauberdekatan dengan barang atau bahan yang najisatau haram b. Bahan Baku Utama 15 Bahan baku produk adalah bahan utama yang digunakan dalam kegiatan proses produksi, baik berupa bahan baku, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Sedangkan bahan tambahan produk adalahbahan yang tidak digunakan sebagai bahan utama yang ditambahkan dalam proses teknologi produksi. c. Bahan Pembantu Bahan pembantu atau bahan penolong adalah bahan yang tidak termasuk dalam kategori bahan bakuataupun bahan tambahan yang berfungsi untuk membantu mempercepat atau memperlambat proses produksi termasuk proses rekayasa. d. Efek Pada umumnya, efek adalah perubahan, hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan atau fenomena. Dalam hal ini produk tidak memiliki efek samping yang merugikan tubuh sebagaimana yang telah dipelajari dipercaya umat islam. Kaidah dan kriteria makanan halal menurut Islam seperti diterangkan di atas menunjukan kemudahan syari’at Islam dalam masalah ini.Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghalalkan semuamakanan yang baik dan mengharamkan segala jenis makanan yang tidak baik bagi tubuh dan diperoleh dari cara yang tidak benar. Artinya unsur kehalalan makanan dalam Islam tidak hanya dilihat dari aspek dzatnya yang baik dan 16 halal. Tapi dilihat juga dari sisi proses dan cara mendapatkannya. Semoga Allah menuntut hati kita untuk ridha dengan rezki-Nya yang halal yang kita dapatkan melalui cara yang halal pula. C Citra Merek Brand Image, terdiri dari 2 kata yang memiliki definisi yang berbeda yaitu Brand dan Image dimana definisi Brand ( Merek ) menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah tanda yang berupa gambar , nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa”. Kotler dan Keller (2009:346) dalam Dewi & Nurasih (2013:9) menyatakan bahwa citra merek adalah “persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen”. Menurut Supranto (2007:132) menyatakan bahwa “Citra Merek ialah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek”. Kotler & Keller (2009:215) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler (2007:225) juga 17 menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain. Muculah posisi merek. Menurut Fandy Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa “Brand Image atau Brand description, yakni “deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen tentang merek tertentu”. Sedangkan menurut Fenddy Rangkuti (2004:244) menyatakan bahwa “ Brand Image dan Brand personality adalah “sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen”. Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersiapkan oleh konsumen terhadap merek tertentu yang muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Citra terbentuk dari persepsi yang telah dibentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori di pikiran para konsumen (pelanggan). 18 Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko dan perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari penelitian pemasaran dan lingkunga. Menurut Setiadi (2003:179) Citra total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagaii sumber setiap waktu. Citra adalah konsep yang mudah dimengerti tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak. Tarudin (2013:25) menyatakan persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan mereknya untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan merek produk, pasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan pengunaan media yang akkan menjangkau pasar sasaran. 1. Strategi untuk mempengaruhi persepsi Menurut Setiadi (2003:180) sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek toko, dan perusahaan. a. Citra Merek Citra merek mempersentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang 19 berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. b. Citra Toko Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada iklan, kelengkapan didalam toko, pendapat teman dan kerabat, dan juga pengalaman belanja. Citra toko yang ada dibenak konsumen akan mempengaruhi citra merek. Oleh karena itu, penempatan produk pada rantai toko-toko pengeceran merupakan sarana untuk membantu citra toko. c. Citra Perusahaan Selesai mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga memperhatikan berbagai informasi mengenaiperusahaan atau korporasi, dan bagaimana pengalamanya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas perusahaan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah terbentuk apa yang disebut dengan citra korporasi. 2. Manfaat Citra Merek Dalam Harun (2013:14) dikenalnya suatu merek (brand recognition) berarti pelanggan mengingat merek tersebut, hal ini merupakan 20 keuntungan besar jika terdapat banyak merek yang “tidak berarti” dipasarkan bahkan meskipun kosumen tidak dapat mengingat merek itu tanpa bantuan. Citra (Image) konsumen tentang merek adalah penting untuk strategi pemasaran perusahaa. suatu citra merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, yaitu: a. Citra dapat dibuat sebagai suatu (goals) didalam strategi pemasaran b. Citra dapat dipakai suatu dasar untuk bersaing dengan merekmerek lain dari produk sejenis. c. Citra merek juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu merek. d. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari strategi pemasaran. e. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain di luar usahausaha strategi pemasaran. 3. IndikatorBrand Image (Citra Merek) Merek memberikan 4(empat) hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek (Kartajaya,2004:484) yaitu : a. Recognition (Pengenalan) 21 Yitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga termurah. b. Reputation ( Reputasi) Yaitu sebuah tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih memiliki track record yang baik. Sebuah produk dengan merek yang disukai konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik. c. Affinity (Daya Tarik) Yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. d. Loyality (Kesetiaan) Yaitu seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk yang menggunakan merek yang bersangkutan. 4. Faktor-faktor pembentuk Citra Merek Schiffman dan Kanuk (2007:98) menyebutkan faktor-faktorpembentuk citra merek sebagai berikut : a. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 22 b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi c. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani. e. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau banyak-sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pendangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. Menurut Glenn Warters (dalam Ayu dan Tarudin, 2013:30), Mengemukakan pentingnya faktor lingkungan dan personal sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis yang ada pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain itu juga, sosial budaya termasuk dalam foktor ini. 23 Faktor personal adalah kesiiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi konsumen. Cita merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould et al dalam ayu dan tarudin, 2013: 30) Menurut Runyon (dalam Dyah Ayu AP dan Tarudin, 2013:31), citra merek terbentuk dari stimulus tertentu yang ditampilkan oleh produk tersebut yang menimbulkan respon tertentu pada diri konsumen: a. Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas pada stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencangkup stimulusyang bersifat psikologi. Ada tiga sifat stimulus yang dapat membentuk citra merek, yaitu stimulus yang bersifat fisik, seperti atribut-atribut teknis dari produk tersebut; stimulus yang bersifat psikologis, seperti nama merek, dan stimulus yang mencangkup sifat keduanya, seperti kemasan produk atau iklan produk. b. Datangnya stimulus menimbulkan respon dari konsumen. Ada dua respon yang mempengaruhi pikiran seseorang, yang membentuk citra merek, yaitu respon rasional-penilaian mengenai performa aktual dari merek yang diikatkan dengan 24 harga produk tersebut, dan respon emosional- kecenderungan perasaan yang tiimbul dari merek tersebut. Menurut Timmerman (dalam Dyah Ayu AP dan Tarudin,2013:31), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek yang terdiri dari: a. Faktor fisik, karakteristik fisik dan merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek itu. b. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan paroduk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisikdari merek tersebut 5. Pengukuran Citra Merek Brand Image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi merek yang meliputi (Keller, dalam Fransiska Rosalina dan Tarudin,2013:32) a. Favourability brand associations (keuntungan dari asosiasi merek) 25 Konsumen percaya bahwa suatu merek memberikan atribut-atribut dan manfaat yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen, sehingga terciptalah suatu sikap yang positif terhadap suatu merek. Favourable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kategori Favourable ini antara lain : kemudahan merek produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap diingat oleh konsumen, juga kesesuaian antara kesan merek di benak konsumen dengan image yang diinginkan perusahaan atas merek yang bersangkutan. b. Strength of brand associations (kekuatan dari asosiasi merek) Kekuatan dari asosiasi merek ini tergantung pada bagaimana onformasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaiman informasi tersebut dikelola oleh sensoris do otak sebagai bagian dari brand image. Yang termasuk dalam kategori strength ini adalah : penampilan fasilitas pendukung dari produk yang bersangkutan. c. Uniqueness of brand associations (keunikann dari asosiasi merek) Agar merek dapat menimbulkan asosiasi yang kuat dalam pikiran konsumen, maka merek tersebut harus unik dan menarik. Sehingga merek tersebut memiliki nilai yang dapat menciptakan sebuah keunggulan kompetitif yang stabil melebihi pesaing-pesaingnya. 26 Yang masuk dalam kategori unique ini adalah: variasi layanan yang bisa diberikan oleh sebuah produk, variasi harga dari produk yang bersangkutan maupun diferensiasi dari penampilan fisik sebuah produk. D Minat Beli Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian.Bila pembelian actual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Pengertian minat beli menurut Howard yang dikutip dalam Durianto dan Liana, 2004:44 adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para 27 pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak. Berdasarkan uraian di atas maka pengertian membeli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan senang terhadap barang tersebut, kemudian minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara membayar atau menukar dengan uang. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli Swastha dan Irawan (2005:349) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan emosi, 28 bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan biasanya menghilangkan minat. Tidak ada pembelian yang terjadi jika konsumen tidak pernah menyadari kebutuhan dan keinginannya. Pengenalan masalah (problem recognition) terjadi ketika konsumen meilhat adanya perbedaan yang signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan. Berdasarkan pengenalannya akan masalah selanjutnya konsumen mencari atau mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk yang dia inginkan. Terdapat dua sumber informasi yang digunakan ketika menilai suatu kebutuhan fisik, yaitu persepsi individual dari tampilan fisik dan sumber informasi luar seperti persepsi konsumen lain. Selanjutnya informasi-informasi yang telah diperoleh digabungkan dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa konsumen pada tahap dimana dia mengevaluasi setiap pilihan dan mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia sendiri. Tahapan terakhir ada tahap dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli produk. a. Indikator minat beli Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli diidentifikasi melaluiindikator-indikator sebagai berikut : dapat 29 1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. 2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. 3. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya. 4. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Menurut Ajay dan Goodstein yang dikutip Yoestini dan Eva (2007:270) jika ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang terbaik adalah mempelajari apa yang dipikirkannya, dengan demikian yang akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi tentang orang itu tentu lebih bagaimana proses infromasi itu dapat berjalan dan bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process” (proses pembelian). 2. Model Sikap Tiga Komponen 30 Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:225), Model sikap terbentuk dari tiga komponen yaitu : a. Komponen Kognitif Kognisitif seseorang yaitu pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan ini dan persepsi yang ditimbulkanya biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu kepercayaan konsumen bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan bahwa perilaku tertentu akan menimbilkan hasil-hasil tertentu. b. Komponen Afektif Emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merek tertentu merupakan komponen efektif dari sikap tertentu. Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluatif sifatnya yaitu mencangkup penilaian seseorang terhadap menyenangkan dan bagus atau jelek. c. Komponen Konatif Kemungkinan atau kencendrungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berpilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap tertentu atau keyakinan dan rasa suka pada suatu produk akan mendorong konsumen melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya. 31 3. Perilaku Konsumen a) Pengertian perilaku konsumen Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya bidang memahami atau pemasaran.Untuk mempelajari itu perilaku perusahaan konsumen perlu dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukakn oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jas, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen. Menurut Shiffman dan Kanuk (2004:6) Suatu perilaku terpusat cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktum uang, usaha) guna untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. James F. Engel et al. (1968:8), dalam buku (Mangkunegara 2012) berpendapat bahwa “ Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperloleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut”. yang 32 David L. Loundon dan Albert J. Della Bitta (1984:6)dalam buku (Mangkunegara 2012) mengatakan bahwa “perilaku konsumen dapat didefinisikkan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa”. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979:6) dalam buku (Mangkunegara 2012) mengatan bahwa “perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dilakukan oleh konsumen individu, adalah kelompok tindakan-tindakan atau organisasi yang yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. b) Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen. 33 Menurut Kotler (2007:203-218) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen,yaitu : 1. Faktor-faktor kebudayaan a. Budaya Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari. b. Sub Budaya Sub Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis. c. Kelas Sosial Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama. 2. Faktor-Faktor Sosial a. Kelompok Referensi 34 Kelompok refensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang b. Keluarga Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli c. Peranan dan Status Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status.Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya. 3. Faktor-faktor pribadi a. Usia dan Tahap Daur Hidup Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah0ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya b. Pekerjaan Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan terntentu. 35 c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk d. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut menentukan perilaku pembelian. e. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri. 4. Faktor-faktor Psikologis a. Motivasi Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu. b. Persepsi Seseorang yang termotivasi siao untuk melakukan suatu perbuatan.Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. c. Belajar 36 Belajar seseorang menggambarkan individu pengalaman.Kebanyakan perubahan yang perilaku dalam perilaku bersumber manusia dari diperoleh dengan mempelajarinya. d. Kepercayaan dan Sikap Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku. c) Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Dalam membeli suatu barang atau jasa, seorang konsumen akan melalui suatu proses keputusan pembelian. Menurut Ma’ruf (2006:61-62) terdapat tiga proses keputusan pembelian, yaitu: 1. Proses keputusan panjang (extended decision making) untuk barangdurable (rumah, lahan, mobil, kulkas, mesin cuci, dll.) Proses itu menurut Berman dan Evans adalah: Stimulus > kebutuhan > mencari info > Evaluasi > Transaksi> Perilaku pasca pembelian. Pengertian stimulus adalah situasi yang menyebabkan munculnya kebutuhan dalam diri konsume. 2. Proses keputusan terbatas (limited decision making), sama dengan proses di atas terapi terjadi secara lebih cepat dan kadang meloncati tahapan. Proses terbatas ini biasanya untuk 37 barang seperti pakaian, hadiah, mobil kedua, atau jasa seperti wisata ke luar kota atau luar negeri. 3. Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi secara kebiasaan sehingga proses pembelian sangat singkat saja. Begitu dirasakan ada kebutuhan, langsung dilakukan pembelian, misalnya membeli baterai. Menurut Utami (2006:37) kesetiaan pada merek dan kesetiaan opada toko adalah contoh pengambilan keputusan berdasarkan kebiasaan.Proses pembelian yang panjang dan terbatas dapat dikatakan sebagai pembelian yang bersifat insidental. Sedangkan, proses pembelian rutin merupakan proses yang berlawanan dengan proses pembelian yang bersifat insidental. Pembelian yang insidental yaitu yang hanya sekali atau sekalisekali dibeli. Menurut Kotler (2007:200) dalam melakukan proses keputusan pembelian dibagi menjadi 5 tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Menurut Shiffman dan Kanuk (2004:485) “Proses pengambilan keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan”. 38 d) Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam membuat suatu proses pengambilan keputusan. Tahapan tersebut diawali dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil pembelian konsumen terhadap produk yang telah di beli. Menurut Kotler (2007:200). Tahap-tahap proses keputusan pembelian menurut Philip Kotler tahap-tahap dalam keputusan pembelian adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan kebutuhan yang belum terpuaskan dan dapat dirasakan oleh konsumen. Konsumen mempersiapkan perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan itu mungkin sudah dikenal dan dirasakan konsumen jauh-jauh dari sebelumnya. 2. Pencarian Informasi Setelah konsumen menyadari adanya kebutuhan suatu barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari informasi, baik yang disimpan dalam ingatan maupun informasi yang didapat dari 39 lingkungan luar. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu : a. Sumber Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan. c. Sumber Publik : Media massa, organisai penentu peringkat konsumen. d. Sumber Pengalaman : Penanganan, pengkajian, pemakai produk. 3. Evaluasi Alternatif Setelah informasi diperoleh konsumen mengevaluasi berbagai alternative pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut, seperti: a. Kamera : Ketajaman gambar, hasil warna, harga, ukuran kamera. b. Hotel : Lokasi, kebersiham , harga. c. Ban : Umur pemakaian, harga, mutu ketika di kendarai. 4. Keputusan Pembelian Apabila tidak ada faktor lain yang mengganggu setelah konsumen menentukan pilihan yang telah ditetapkan, pembelian yang aktual adalah hasil akhir dari pencarian dan evaluasi. 40 5. Perilaku Pasca Pembelian Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan yang sangat atau kepuasan dalam memenuhi kebutuhan, biasanya akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca pembelian meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pembelian. e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menurut Ma’ruf (2006:57-60) proses keputusan memilih barang atau jasa danlain-lainnya itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi. 1. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan terdiri atas: a. Faktor budaya Budaya adalah faktor mendasar dalam pembentukan normanorma yang dimiliki seseorang yang kemudian membentuk atau mendorong keinginan dan prilakunya menjadi seorang konsumen.Termasuk di dalamnya kebudayaan, sub kebudayaan, dan kelas sosial.Budaya meliputi hal-hal berikut ini. Nilai-nilai : Norma yang dianut oleh masyarakat Persepsi : Cara pandang pada sesuatu 41 Preferensi : Rasa lebih suka pada sesuatu dibandingkan pada yang lainnya Behaviour : Tindak-tanduk atau kebiasaan seseorang b. Faktor social Kelompok : Kelompok yang mempengaruhi anggotanya dalam membuat keputusan terhadap pembelian sesuatu barang atau jasa. Keluarga : Faktor ini juga penting pengaruhnya bagi seseorang dalam memilih suatu barang dan jasa. Sama seperti kelompok yang dapat mempengaruhi anggotanya, demikian juga keluarga. Peran dan status : Peran seorang di masyarakat atau di perusahaan akan mempengaruhi pola tindakannya dalam membeli barang atau jasa. Demikian juga status. Orang yang dalam status tidak bekerja akan sangat bertolak belakang dalam berbelanja dari orang yang berstatus bekerja. 2. Faktor Pribadi Faktor pribadi atau faktor internal dalam diri seseorang adalah factor Penting bagi proses pembelian dalam diri konsumen. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor pribadi terdiri atas: 42 1) Faktor pribadi. Seorang konsumen akan berbeda dari seorang konsumen lainnya karena faktor-faktor pribadi yang berbeda. Hurriyati (2005:98-100) menjelaskan faktor-faktor pribadi tersebut, yaitu: a. Umur dan tahap siklus hidup Orang merubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibellinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas ratarata akan produk dan jasa mereka. c. Situasi Ekonomi Situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati 43 kecenderungan dalam pendapatan pribadi,tabunganm dan tingkat minat. d. Gaya Hidup Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam psikografiknya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia. e. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian setiap orang yang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya.Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat kemudahan seperti bergaul, rasa percaya otonomi, diri, dominasi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka. Jadi, konsumen, agar dapat pertama-tama memahami pemasar tingkah laku harus memahami hubungan antara konsep diri konsumen dan miliknya. 44 2) Faktor psikologis Faktor kejiwaan atau psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam tindakan membeli sesuatu barang/jasa ada empat macam, yaitu termasuk di dalamnya motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Huriyati (2005:100102) menjelaskan faktor-faktor psikologis tersebut, yaitu: a. Motivasi Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat.Kebutuhan berubah menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi.Motif (dorongan) adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan. b. Persepsi Seseorang yang termotifasi siap untuk bertindak.Bagaiman orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Dua orang dengan motivasi sama dan dalam situasi yang sama mungkin mengambil tindakan yang jauh berbeda karena mereka memandang situasi secara berbeda. Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikanm dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia. c. Pengetahuan 45 Pentingnya praktik dan teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi, dan memberikan pembenaran positif. d. Keyakinan dan Sikap Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu.Pemasar tertarik pada keyakinan bahwa orang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek membeli.Sikap yang mempengaruhi menguraikan evaluasi, tingkah laku perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten. f) Peran Dalam Proses Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Kotler(2007:207) Terdapat 5 pihak-pihak yang dapat memberi pengaruh dalam proses pengambilan keputusan, sebagai berikut : 1. Pemrakarsa (initiator) Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu. 2. Pemberi Pengaruh (influencer) 46 Orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. 3. Pengambil Keputusan (decider) Orang yang sangat menentukan sebagaimana atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang di beli,kapan hendak di beli, dengan bagaimana cara membeli dan dimana akan membeli. 4. Pembeli (buyer) Orang yang melakukan pembelian nyata. 5. Pemakai (user) Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian yang sebenarnya dan akanterus berlangsung saat setelah pembelian. Namun dalam konsumen pembelian sering beberapatahapan sekali proses yang sudahmenjadi melewatkan pengambilan atau rutinitas membalik keputusan dalam pembelian. g) Tingkat Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Shiffman dan Kanuk (2007:487) membedakan tingkat pengambilan keputusan konsumen yang spesifik yaitu: 47 1. Pemecahan masalah yang luas Pada tingkat ini konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merekmerek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merek yang dipertimbangkan.Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada barang yang tahan lama dan barang mewah, seperti mobil. 2. Pemecahan masalah yang terbatas Pada tingkat ini konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut.Namun, konsumen belum memilki preferensi tentang merek tertentu.Mereka membutuhkan informasi tambahan untuk melihat perbedaan diantara berbagai merek. 3. Pemecahan masalah yang rutin Pada tingkat ini konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen mungkin mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui. h) Indikator Proses Keputusan Pembelian 48 Terdapat indikator dari proses keputusan pembelian, yaitu (Kotler:2007:222) 1. Tujuan dalam membeli sebuah produk 2. Pemrosesan informasi untuk sampai ke pemilihan merek 3. Kemantapan pada sebuah produk 4. Menberikan rekomendasi kepada orang lain 5. Melakukan pembelian ulang i) Manfaat mempelajari perilaku konsumen Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan strategi maupun bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikologis konsumen dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya iklan secara tepat. E Hubungan antar Variable 1. Hubungan Citra Merek dan minat beli Wicaksono (dalam Alfian B,2012:33), mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam keputusan pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: 49 a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. b. Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk. c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing. Menciptakan kesan menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat.Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk (Aaker dalam Vranesevic, 2003). Konsumen cenderung memilih produk yang sudah dikenal baik atau sudah memiliki citra merek yang baik. Jadi apabilah suatu produk memiliki citra yang positif dimata konsumen dan diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, maka minat beli untuk membeli suatu produk akan timbul dalam diri konsumen. Sebaliknya apabila mereka dipandang memiliki citra negative, maka minat beli konsumen terhadap produk tersebut akan rendah. 50 2. Hubungan Label Halal dan Minat Beli Konsumen Pencantuman label halal (dalam Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin,2012:39) produk dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen muslim, dikarenakan banyaknya permasalahan labelisasi halal pada produk-produk yang mengandung bahan-bahan yang haram untuk dikonsumsi. Contohnya : kasus Ajinomoto yang mencuat setelah ditemukannya enzim babi dalam proses pembuatannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam proses produksi diperlukannya ketentuan-ketentuan syarat kehalalan suatu produk secara syara. Dengan adanya label halal yang tercantum pada kemasan produk, maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen khususnya masyarakat muslim untuk menggunakan produk tersebut. munculnya rasa aman dan nyaman dalam mengonsumsi produk tersebut akan meningkatkan kepercayaan serta minat belinya. F Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Yuli Mutiah Judul Penelitian Pengaruh pencantuman Variabel yang digunakan Label Halal dan Minat Keterangan Pencantuman label halal memiliki pengaruh 51 Rambe dan Syaad Afifuddin label halal pada Beli kemasan mie Konsumen instan terhadap minat pembelian masyarakat muslim Jagi Wibawa Pribadi Pengaruh brand image terhadap minat beli Konsumen pada distro screamous di kota Bandung Windartatik Pengaruh Label Halal MUI dan Brand Image Terhadap Minat Membeli Produk Kosmetik Wardah positif atau signifikan terhadap minat pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Universitas Al-Washliyah Medan Citra Merek dan Minat beli konsumen Berdasarkan hasil penelitian koefisien korelasi rank spearman maka diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang sedang antara Brand Image (variabel X) dan Minat Beli Konsumen (variabel Y) yaitu sebesar 0,592 karena berada pada interval 0,40-0,599. Label Halal, Brand Image dan minat membeli Dengan melihat hasil penelitian yang telah dibahas berdasarkan nilai dan perhitungan, Nilai F hitung sebesar 161,743 dengan signifikan sebesar 0,000. Karena signifikan jauh dibawah alpha 0,05 hal itu berarti bahwa secara bersama-sama variabel label halal MUI dan brand image berpengaruh terhadap minat membeli. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan label halal MUI dan brand image secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat membeli kosmetik Wardah. 52 G Rerangka Pemikiran Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka peneliti dapat menguraikan rerangka pemikiran secara logis, mengalir dari masalah penelitian, teori yang dipakai dan hubungan antar variable yang merupakan cerminan fakta/fenomena yang diteliti. Untuk penelitian deskriptif rerangka pemikiran berisi uraian langkah-langkah yang ditempuh dalam proses mendapatkan, mengolah dan menginterpretasikan data (informasi). Gambar 2.1 Skema rerangka pemikiran H1 Label Halal ( X1) H3 Citra Merek (X2) H2 Minat Beli Konsumen (Y) 53 H Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,2009:93). H1 : Label halal diduga berpengaruh terhadap minat beli konsumen H2 : Citra merek diduga berpengaruh terhadap minat beli konsumen H3 : Label halal dan Citra Merekdiduga berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen