Bab II Tinjauan Teoritis

advertisement
 Bab II Tinjauan Teoritis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 WLAN (Wireless Local Area Network)
WLAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan
gelombang radio sebagai karriernya. Keunggulan wireless ini adalah untuk
meningkatkan fleksibilitas, efisiensi dan kehandalan karena dapat mengurangi
masalah
yang terkait dengan kerusakan fisik kabel. Standarisasi teknologi ini diatur
oleh IEEE (Institute Of Electrical and Electronics Engineering) yang merupakan
organisasi yang mengeluarkan standarisasi untuk mengatur komunikasi data melalui
media wireless. Spesifikasi yang digunakan dalam WLAN adalah 802.11 yang sering
juga disebut dengan WiFi (Wireless Fidelity) standar yang berhubungan dengan
kecepatan akses data. Ada beberapa jenis spesifikasi dari 802,11 yaitu 802.11b,
802.11g, 802.11a, dan 802.11n seperti yang tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi WiFi
Spesifikasi
Kecepatan
Frekuensi Band
802.11b
11 Mb/s
2.4 GHz
802.11a
54 Mb/s
5 GHz
802.11g
54 Mb/s
2.4 GHz
802.11n
100Mb/s
2.4 GHz
Dalam implementasinya, sebagian besar produk WiFi bekerja pada Frekuensi
2.400 MHz sampai 2.483 MHz. Oleh sebab itu standarisasi mengijinkan WiFi
beroperasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz) yang berpusat di frekuensi
tertentu.
11 kanal tersebut ialah sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh Federal
Communication Commision (FCC). Komponen yang digunakan pada teknologi
wireless salah satunya adalah antena. Antena yang biasa digunakan adalah antena
omnidirectional, karena antena ini lebih baik dalam area jangkauan. Umumnya
antena langsung terintegrasi pada perangkat access point. Pemanfaatan teknologi
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
4
Bab II Tinjauan Teoritis
wireless
banyak digunakan untuk pertukaran data, mobile device dan akses internet
[7]. 2.2
Antena
Antena menurut Webster didefinisikan sebagai “a usually metalic device
(such as a rod or wire) for radiating or receiving radio waves” [5]. Sedangkan
definisi menurut IEEE (IEEE Std 145-1983) antena adalah “a means for radiating or
receiving radio waves”. Antena merupakan suatu perangkat yang metransformasikan
sinyal elektromagnetik dari saluran transmisi ke dalam bentuk sinyal radiasi
gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas, dan juga menangkap dan
mengumpulkan
gelombang
elektromagnetik
dari
ruang
bebas
dan
mentransformasikannya ke dalam bentuk pada saluran transmisi.
Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik, lalu meradiasikannya (Pelepasan energi elektromagnetik ke udara /
ruang bebas). Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk menerima sinyal
elektromagnetik (penerima energi elektromagnetik dari ruang bebas) dan
mengubahnya menjadi sinyal listrik. Pada radar atau sistem komunikasi satelit,
sering dijumpai sebuah antena yang melakukan kedua fungsi (peradiasi dan
penerima) sekaligus. Namun, pada sebuah teleskop radio, antena hanya menjalankan
fungsi penerima saja .
Antena juga memiliki sifat memancarkan dan menerima gelombang
elektromagnetik dengan sama baiknya. Berikut ini fungsi antena yang lain :
ο‚·
Matching Device yaitu sebuah perangkat yang memiliki tingkat penyesuaian
yang baik antara saluran transmisi dengan ruang bebas, atau secara lebih
spesifik apabila impedansi saluran sistem transceiver “matched” dengan
impedansi radiasi antena tersebut.
ο‚·
Directional Device yaitu mengarahkan atau mengkonsentrasikan daya
elektromagnetik ke arah yang diinginkan dan menekan radiasi ke arah
lainnya [1].
2.3
Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip merupakan salah satu jenis antena yang berbentuk papan
tipis dan mampu bekerja pada frekuensi yang tinggi. Antena mikrostrip merupakan
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
5
Bab II Tinjauan Teoritis
antena
yang memiliki masa ringan dan mudah dipabrikasi sehingga mudah untuk
ditempatkan
pada hampir semua permukaan. Sifat inilah yang sangat sesuai pada
antena mikrostrip dengan kebutuhan saat ini yaitu pada peralatan telekomunikasi lain
yang berukuran kecil [8].
Gambar 1. Struktur antena mikrostrip
Secara historis, fenomena pemancaran yang terjadi pada struktur mikrostrip
dicoba untuk direduksi, karena memang sebuah rangkaian mikrostrip tidak boleh
memancarkan gelombang elektromagnetik, ini akan bisa mengganggu komponen
lain. Cara untuk mereduksi pancaran ialah dengan menggunakan konstanta dielektrik
(permitivitas relatif) yang besar dan juga substrate yang tidak terlalu tebal
dibandingkan panjang gelombang [2] . Sehingga medan elektromagnetikanya akan
terkonsentrasi pada sekitar rangkaian mikrostrip.
2.4
Karakteristik Dasar
Bentuk fisik dari antena mikrostrip terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu
elemen pertama adalah lapisan konduktor yang berfungsi sebagai radiator (elemen
peradiasi), elemen kedua adalah bahan dielektrik dan elemen ketiga adalah lapisan
konduktor yang berfungsi sebagai ground plane.
Patch
Dielektrik
Ground plane
Gambar 2. Bentuk fisik antena mikrostrip
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
6
Bab II Tinjauan Teoritis
Dari gambar dapat dilihat bahwa antena mikrostrip terdiri atas tiga bagian :
a) Conducting patch, patch ini berfungsi untuk meradiasikan gelombang
elektromagnetik ke udara, terletak paling atas dari keseluruhan sistem
antena. Patch terbuat dari bahan konduktor, misal tembaga. Bentuk patch
bisa bermacam-macam, square (bujur sangkar), circular (lingkaran),
rectangular (persegi), triangular (segitiga), ataupun bentuk circular ring.
Dalam proyek akhir ini bentuk yang digunakan adalah persegi karena lebih
mudah dalam fabrikasi dan analisis.
Circular
Square
Elliptical
Dipole
Circular Ring
Rectangular
Triangular
Gambar 3. Contoh bentuk patch antena mikrostrip
b) Substrate dielectric, berfungsi
sebagi
media penyalur gelombang
elektromagnetik dari catuan menuju daerah dibawah patch. Substrat sangat
berpengaruh pada besar parameter-parameter antena. Pengaruh ketebalan
substrat dielektrik terhadap parameter antena adalah pada bandwidth.
Semakin tebal substrat dan semakin kecil permitivitas relatif maka akan
memperbesar bandwidth. Sama seperti patch, substart juga ada bermacammacam, misalnya udara, Styrofoam, FR4-epoxy, dan lain-lain. Pada proyek
akhir ini substrat yang digunakan adalah udara dan FR4 Epoxy.
c) Groundplane, groundplane berfungsi sebagai reflektor yang memantulkan
sinyal yang tidak diinginkan. Groundplane antena mikrostrip biasanya
terbuat dari bahan konduktor dan dalam kenyataannya mempunyai luas
yang tak hingga. Tetapi dalam pembuatan antena ini luasnya dibatasi
supaya memudahkan dalam pembuatan dan analisis. Berikut ini merupakan
keuntungan dan kerugian dari penggunaan antena mikrostrip:
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
7
Bab II Tinjauan Teoritis
Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Antena Mikrostrip
Keuntungan
Kerugian
Low-profile, ringan serta ukuran kecil dan Sistem pencatuan yang kompleks
compact
untuk array
Low-fabrication, fabrikasi mudah dan Ukuran antena mikrostrip yang kecil
murah,
dan
diproduksi
dengan memerlukan ketelitian yang sangat
menggunakan teknik printed-circuit atau tinggi dalam perancangan dan
dengan
teknik pemotongan biasa.
Mempunyai penampang yang tipis
pembuatan.
Bandwidth yang kecil
Dapat dibuat compact sehingga cocok Gain yang rendah, berkisar 3-10 dBi
untuk komunikasi bergerak
untuk satu patch
Dapat beroperasi pada single band, dual Membutuhkan substrate bekualitas
band, ataupun multi band
2.5
baik (mahal)
Parameter – Parameter Antena
Dalam melakukan penilaian pada sebuah antena yang digunakan, maka
dibutuhkan parameter-parameter antena agar kita bisa menentukan apakah suatu
antena cocok dipakai pada aplikasi atau tidak. Ada besaran-besaran penting sebagai
karakteristik dari setiap antena. Besaran-besaran penting dari setiap antena biasanya
ditentukan pada pengamatan medan jauh (farfield). Berikut ini beberapa karakterisrik
parameter-parameter antena tersebut:
2.5.1 Pola Radiasi
Pola radiasi antena ialah besaran yang menentukan ke arah sudut mana sudut
sebuah antena memancarkan atau mendistribusikan energinya. Pola radiasi antena
dibentuk oleh dua buah pola radiasi berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada
bidang irisan arah elevasi (pola elevasi) dan pola radiasi pada bidang irisan arah
azimuth (pola azimuth).Kedua pola tersebut akan membentuk pola 3-dimensi. Pola
radiasi 3 dimensi inilah yang umum disebut sebagai pola radiasi antena dipol. Sebuah
antena yang meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
8
Bab II Tinjauan Teoritis
antena
isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola.
Antena
memiliki pola radiasi yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Pola radiasi Isotropis
Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi
sama besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga
dimensi bentuk pola radiasinya seperti bola [8]. Antena isotropis ini
merupakan jenis antena ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai referensi
dalam pengukuran antena lain namun tidak mungkin direalisasikan karena
dalam hal ini antena sebagai titik. Pola radiasi isotropis terdapat pada gambar
4.
x
z
y
(a)
y
(b)
Gambar 4. Pola Radiasi Isotropis (a) H-plane (b) E-plane
2. Pola Radiasi Directional
Directional adalah arah pancaran antena ke arah sudut tertentu. Pada arah
tertentu, antenna direksional mengirimkan intensitas yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan yang dikirim oleh antena isotrop, dan arah yang lain
intensitasnya jauh lebih kecil dibandingkan oleh antenna isotrop. Jadi antenna
direksional mengalokasikam energi secara berbeda pada setiap sudut
pancarnya [2]. Antena dengan pola radiasi directional sering digunakan pada
komunikasi point-to-point. Pola radiasi directional dapat dilihat pada gambar
5.
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
9
Bab II Tinjauan Teoritis
Gambar 5. Pola Radiasi Directional
3. Pola Radiasi Omnidirectional
Omnidirectional adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan
energi pada satu bidang sama besar. Pola radiasi antena omnidirectional
terdapat pada gambar 6.
Gambar 6. Pola Radiasi Omnidirectional
Bentuk pola radiasi merupakan bentuk tiga dimensi. Secara umum pola
ini berupa lobe-lobe seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini dalam
koordinat polar. Pada pola radiasi ini dapat dianalisis parameter-parameter
pola radiasi dari sebuah antena secara lengkap [1].
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
10
Bab II Tinjauan Teoritis
z
0 dB
Major lobe
HPBW
- 3 dB
- 3 dB
FNBW
Side lobe
Minor lobes
y
Gambar 7. Parameter Pola Radiasi
Back lobe
x
1.
Main (major) lobe : Lobe utama dimana terdapat radiasi maksimum.
2.
Side (minor) Lobes : Lobe-lobe selain main lobe, yang merupakan
merupakan energi “bocoran“.
3.
Back Lobe : Side lobe yang muncul kearah yang berlawanan dengan
main lobe.
4.
HPBW (Half Power Beamwidth) : Merupakan lebar sudut beam pada
level setengah daya.
5.
FNBW (First Null Beamwidth) : Merupakan lebar sudut diantara dua
titik nol pertama dari main lobe.
6.
SLL (Side Lobe Level) : Merupakan ukuran untuk menyatakan
besaran dari side lobe pertama.
𝑆𝐿𝐿 =
7.
1𝑠𝑑 𝑆𝑖𝑑𝑒 πΏπ‘œπ‘π‘’
π‘€π‘Žπ‘–π‘› πΏπ‘œπ‘π‘’
(1)
FBR ( Front to Back Ratio ) : Merupakan perbandingan dari level
main lobe dan back lobe.
𝐹𝐡𝑅 =
π‘€π‘Žπ‘–π‘› πΏπ‘œπ‘π‘’
π΅π‘Žπ‘π‘˜ πΏπ‘œπ‘π‘’
(2)
2.5.2 Directivity
Directivity suatu antenna dapat diperkirakan dengan menggunakan pola
radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang E dan bidang H. Secara
matematis dapat dituliskan :
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
11
Bab II Tinjauan Teoritis
𝐷=
4πœ‹
(πœƒ 𝐻 .πœƒ 𝐸 )
(3)
dimana :
πœƒπ» : sudut pada titik setengah daya bidang H (radian)
πœƒπΈ : sudut pada titik setengah daya bidang E (radian)
2.5.3 Gain
Gain adalah perbandingan rapat daya maksimum suatu antena terhadap rapat
daya maksimum suatu antena referensi dengan syarat daya yang masuk ke kedua
antena
sama besar. Idealnya antena referensi tersebut adalah antena isotropis, akan
tetapi
tidak mungkin direalisasikan, sehingga dibuatlah pendekatan pola radiasi
omnidireksional, yaitu antena memancar sama besar pada satu bidang, contohnya
antena dipole, monopol dan corong. Gain suatu antena memiliki keterkaitan erat
dengan direktivitas yang dapat dihitung dengan nilai efisiensi suatu antena yang
sama dengan kemampuan untuk mengarahkan.
G=ed
0 ≤ e ≤1
(4)
dimana:
G = Gain antena (dB)
e = Efisiensi antenna
2.5.4 Bandwidth
Bandwidth merupakan daerah frekuensi pada antena yang menunjukkan lebar
atau sempitnya frekuensi kerja suatu antena. Pada umumnya kriteria bandwidth
antena adalah besarnya perubahan impedansi antena tersebut terhadap perubahan
frekuensi kerja dari frekuensi tengahnya. Perubahan impedansi antena biasanya
ditunjukkan oleh perubahan harga VSWR. Jadi, bandwidth antena dapat diartikan
sebagai lebar bidang frekuensi untuk VSWR dibawah suatu harga tertentu. Berikut
ini diperlihatkan ilustrasi bandwidth pada gambar 8. Bandwith dapat dicari dengan
rumus berikut ini :
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
12
Bab II Tinjauan Teoritis
Gambar 8. Ilustrasi bandwidth pada VSWR ≤ 2
π΅π‘Žπ‘›π‘‘π‘€π‘–π‘‘π‘‘β„Ž =
𝑓2−𝑓1
𝑓2
π‘₯ 100 %
(5)
dimana :
f2= frekuensi tertinggi
f1= frekuensi terendah
fc= frekuensi tengah
2.5.5 VSWR
VSWR
didefinisikan sebagai
perbandingan
(ratio)
antara
tegangan
maksimum dan minimum di sepanjang saluran transmisi yang terjadi pada saluran
yang tidak sesuai (match). Tegangan maksimum didapat apabila tegangan yang
datang dan pantul mempunyai fasa yang sama sehingga saling menjumlahkan,
sedangkan tegangan minimum didapat apabila tegangan yang datang dan pantul
mempunyai fasa yang berbeda sehingga saling mengurangkan. VSWR merupakan
parameter untuk menentukan kualitas antena, yaitu seberapa baik penyesuaian
impedansi oleh sebuah antena. Rumus untuk mencari VSWR ialah :
π‘‰π‘†π‘Šπ‘… =
π‘‰π‘šπ‘Žπ‘₯
π‘‰π‘šπ‘–π‘›
1+ Γ
π‘‰π‘†π‘Šπ‘… = 1− à 𝐿
𝐿
(6)
(7)
Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu
tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-).
Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut
sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ), yaitu :
Γ=
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
(𝑉0−)
(𝑉0+)
𝑍𝐿−π‘π‘œ
= 𝑍𝐿+π‘π‘œ
(8)
13
Bab II Tinjauan Teoritis
di mana :
ZL = impedansi beban (load)
Z0 = adalah impedansi saluran lossless
Koefisien
refleksi
tegangan
(Γ)
memiliki
nilai
kompleks,
yang
merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus
yang sederhana, ketika bagian imajiner adalah nol, maka :
Γ = −1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
Γ = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.
Γ = 1: refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti
tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi
ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR
yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2 .
2.5.6 Return Loss
Return loss merupakan besaran daya pantul (faktor refleksi) yang disebabkan
oleh beban yang tidak match dengan saluran transmisi (dalam dB).. Return loss dapat
terjadi karena adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi
masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki
diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada
frekuensi. Rumus mencari return loss seperti dibawah ini :
Return Loss = 20 log Γ𝐿
(9)
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh
untuk nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan
tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan
kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu
acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang
diharapkan atau tidak.
2.5.7 Impedansi Input Antena
Impedansi akan menentukan proses matching dengan saluran transmisi.
Impedansi input antena merupakan impedansi antena jika antena terisolasi dari
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
14
Bab II Tinjauan Teoritis
keadaan
sekelilingnya. Impedansi input dipengaruhi oleh antena atau benda-benda
berada di sekitar antena tersebut tapi dapat diasumsikan bahwa antena
yang
terisolasi. Impedansi input antena perlu diperhitungkan untuk memperoleh efisiensi
penyaluran daya yang maksimum. Impedansi input antena terdiri dari resistansi input
dan reaktansi input.
Zin = Rin + jXin
(10)
Reaktansi input (Xin) merepresentasikan daya yang disimpan disekitar
antena. Sedangkan resistansi input (Rin) merepresentasikan disipasi atau daya hilang
yang terjadi karena hilang sebagai panas pada bagian antena, dan daya yang memang
diradiasikan melalui antena.
2.5.8 Polarisasi Antena
Salah satu sifat penting dari gelombang elektromagnetik adalah polarisasi
yang menggambarkan orientasi dari medan listrik E pada bidang tegak lurus terhadap
arah rambat gelombang. Sedangkan polarisasi antena berarti arah gerak medan listrik
dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena pada lobe utamanya.
Secara umum bentuk polarisasi merupakan kasus dari polarisasi elips. Jika
arah dari vektor medan listrik bergerak bolak-balik pada suatu garis lurus dikatakan
berpolarisasi linier (linear). Polarisasi ini bisa horizontal atau vertikal. Pada
polarisasi lingkaran (circular) besarnya medan listrik sama, tetapi dalam
perjalanannya berputar membentuk lingkaran. Jika antena penerima memiliki
polarisasi linier, maka antena ini akan menerima sinyal sama besar pada posisi
vertikal saja atau pada horizontal saja [1]. Jenis – jenis polarisasi antena ini
diperlihatkan pada gambar 9.
y
E2
y
y
E2
E2
E
z
x
z
E1
x
z
AR = ~
AR = 1.4
AR = 1
(a)
(b)
(c)
E1 x
(a) Polarisasi Linier, (b) Polarisasi Elips, (c) Polarisasi Circular
Gambar 9. Jenis polarisasi
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
15
Bab II Tinjauan Teoritis
2.6 Antena Array
Antena array banyak diaplikasikan secara luas pada sejumlah sistem
komunikasi, seperti sistem penyiaran (broadcast), komunikasi satelit dan sistem
radar. Dengan antena array, seorang perancang akan mudah menciptakan sistem
antena yang menghasilkan direktivitas yang tinggi, beamwidth yang sempit, side lobe
yang rendah, beam yang mudah diatur dengan pola antena yang tajam. Dalam
aplikasinya, sebagian besar antena array menggunakan elemen yang sama seperti
antena dipole, antena celah, dan antena horn atau antena parabola, yang dicatu
dengan arus atau distribusi medan yang sama. Elemen-elemen antena array biasanya
diatur dalam konfigurasi yang bervariasi, seperti konfigurasi satu dimensi, dimana
tiap-tiap elemen disusun sepanjang garis lurus, atau konfigurasi kisi-kisi dua
dimensi, sehingga elemen membentuk jaringan persegi. Bentuk pola radiasi medan
jauh yang dihasilkan dari konfigurasi array tersebut, dapat dilakukan dengan
mengontrol amplitudo relatif dari elemen array. Cara lain adalah dengan
menggunakan penggeser fasa (phase shifter) antar elemen antena array, sehingga
pola radiasi yang dihasilkan dapat diatur secara elektronik.
2.7
Teknik Pencatuan
Teknik pencatuan antena mikrostrip dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.
Mikrostrip Line
Teknik pencatuan mikrostrip line memiliki kemudahan dalam fabrikasi,
matching impedance dan lebih mudah dalam pemodelan [4]. Teknik
pencatuan mikrostrip line diperlihatkan pada gambar 10.
Gambar 10. Mikrostrip Line
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
16
Bab II Tinjauan Teoritis
2.
Coaxial Probe
Teknik pencatuan coaxial probe memiliki kemudahan dalam fabrikasi,
penyesuaian impedansi dan memiliki radiasi spurious yang rendah. Teknik
pencatuan coaxial probe feed dipelihatkan pada gambar 11.
Gambar 11. Coaxial probe
3.
Aperture Coupling
Teknik pencatuan aperture coupling merupakan teknik yang tersulit dari
keempat teknik yang lain dalam hal pabrikasi, dan memiliki bandwidth yang
sempit. Akan tetapi teknik ini lebih mudah dalam pemodelannya dan
memiliki radiasi spurious yang tidak terlalu besar. Teknik pancatuan aperture
coupling diperlihatkan pada gambar 12 dibawah ini .
Gambar 12. Aperture Coupling
4.
Proximity Coupled
Teknik pencatuan proximity coupling seperti pada gambar 13 memiliki
bandwidth yang terlebar dari keempat teknik pencatuan. Teknik ini memiliki
kemudahan dalam pemodelan dan radiasi spurious yang rendah, akan tetapi
pabrikasinya lebih sulit [2].
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
17
Bab II Tinjauan Teoritis
Gambar 13. Proximity Coupling
Pada antena mikrostrip terdapat beberapa bentuk diskontinuitas dari saluran
pencatu,
yaitu lekukan (corners), perubahan lebar saluran (symmetrical step), dan
saluran
T (T – junction) yang akan menghasilkan reaktansi parasitik. Berikut contoh
dari masing-masing bentuk diskontinuitas yaitu:
1. Corners
Corners atau lekukan sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan luas
daerah substrat yang digunakan [3] :
W
W
Gambar 14. Corners
Untuk mengurangi besarnya reaktansi parasitic yang dihasilkan oleh
corners, maka sebagian dari daerah corners dipotong. Untuk w/h ≥ 0.25 dan
εr ≤ 25, besarnya daerah yang dipotong seperti pada gambar 15 didekati
dengan persamaan [4] :
π‘Ž = 1.04 + 1.3𝑒
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
−1.35π‘Š
β„Ž
π‘Š
(11)
18
Bab II Tinjauan Teoritis
Sehingga :
W
a
W
a
Gambar 15. Corners dengan pengurangan luas daerah
2. T – Junction
T – junction banyak ditemukan pada antenna array mikrostrip yang
menggunakan saluran pencatu menggunakan microstrip line dengan
konfigurasi corporate feed.
W1
W2
Gambar 16. T - Junction
Reaktansi parasitic pada T – Junction dapat dihilangkan dengan
memotong sebagian saluran mikrostrip seperti pada gambar 18.
a
a
W1
W2
Gambar 17. T - Junction dengan pengurangan luas daerah
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
19
Bab II Tinjauan Teoritis
Besarnya nilai a didekati dengan persamaan berikut ini [4] :
π‘Ž = 1.8 π‘Š2
(12)
2.8
Antena Mikrostrip Polarisasi Sirkuler
Antena mikrostrip adalah salah satu radiator yang paling efektif untuk
membangkitkan polarisasi sirkuler. Polarisasi sirkuler pada antena mikrostrip
diperoleh jika magnitude dari dua komponen amplitudo bernilai sama dan berbeda
fasa 90°. Polarisasi ini bisa horizontal atau vertikal. Pada polarisasi lingkaran
besarnya medan listrik sama, tetapi dalam perjalanannya berputar membentuk
lingkaran. :
(a) Linear Vertikal
(b) Linear Horizontal
Gambar 18. Jenis Polarisasi Linear
ω
ω
(a) Right-Hand Circular
(b) Left-Hand Circular
Gambar 19. Jenis Polarisasi Circular
Polarisasi lingkaran juga direpresentasikan oleh perbandingan yang disebut
axial ratio (AR) dengan persamaan sebagai berikut :
AR ο€½
Emajor
Emin or
AR  dB  ο€½ Emajor ο€­ Emin or
(13)
dimana :
Emajor ο€½ ERHCP  ELHCP
(14)
Emin or ο€½ ERHCP  ELHCP
(15)
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
20
Bab II Tinjauan Teoritis
RHCP = Right-Hand Circular Polarization
LHCP = Left-Hand Circular Polarization
Berdasarkan sistem feeding-nya, antena mikrostrip polarisasi sirkuler
dikategorikan kedalam dua tipe, yaitu antena polarisasi sirkuler pencatuan ganda
(dual feed) dan pencatuan tunggal (single feed) [9].
Pada antena mikrostrip single-feed dipandang sebagai salah satu radiator paling
sederhana untuk membangkitkan polarisasi sirkuler. Karena kemampuannya
meradiasikan polarisasi sirkuler tanpa menggunakan polariser eksternal. Secara garis
besar, antena mikrostrip dibagi kedalam dua tipe berdasarkan bentuk elemen yang
meradiasinya yaitu persegi panjang dan lingkaran. Antena patch persegi panjang
menjadi dasar pertimbangan untuk membangkitkan polarisasi sirkuler. Oleh sebab
itu, daerah gangguan Δs di letakkan pada lokasi yang tepat di dalam elemen patch
untuk membangkitkan polarisasi sirkuler [6].
Gambar 20. Berbagai macam modifikasi konfigurasi antena mikrostrip persegi
polarisasi lingkaran
Polarisasi sirkuler bisa juga diperoleh dengan memodifikasi sudut dari antena
mikrostrip persegi. Modifikasi ini dapat berupa potongan segitiga sama kaki disudut
kanan atau menggunakan patch persegi berukuran kecil yang memotong sudut
diagonal berlawanan dari patch persegi seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Pada proyek akhir ini digunakan modifikasi antena patch persegi dengan
dua sudut yang dipotong untuk menghasilkan polarisasi sirkuler. Pada antena tipe ini
penentuan jenis polarisasi right hand circular polarization atau left hand circular
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
21
Bab II Tinjauan Teoritis
polarization
dapat ditentukan dengan cara peletakan feed point pada sumbu x atau
sumbu
y antena tersebut.
Gambar 21. Perancangan Antena Square Patch dengan Polarisasi Circular
Fauziyyah, 091331045
Laporan Proyek Akhir Tahun 2012
22
Download