Kerugian Struktur Beton - UIGM | Login Student

advertisement
MODUL KULIAH
STRUKTUR BETON I
Pertemuan ke : 1
PENDAHULUAN
Oleh :
Ir.H.ABDUL MAJID, DIPL.HE
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
Agustus 2015
1. PENDAHULUAN
1.1
Pengertian
Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan
atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
1.2 Keuntungan dan Kerugian Struktur Beton
Keuntungan Struktur Beton
 Dari segi ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting yang
meliputi: material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk
konstruksi, pemeliharaan struktur, daktilitas dan sebagainya.
 Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur.
Beton dicor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah
mengeras. Hal ini sangat bermanfaat, karena dapat membuat berbagai
bentuk.
 Tahan terhadap api (sekitar 1 – 3 jam tanpa bahan kedap api
tambahan).
 Rigiditas tinggi
 Biaya pemeliharaan rendah
 Penyediaan material mudah
Kerugian Struktur Beton
 Kekuatan tarik rendah (sekitar 10% dari kekuatan tekannya), sehingga
mudah retak, serta memungkinkan udara lembab masuk yang akan
menyebabkan baja tulangan berkarat.
 Memerlukan biaya bekesting, perancah yang tidak sedikit jumlahnya.
 Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah.
Kekuatan beton berkisar antara 5 – 10% dari kekuatan baja, meskipun
berat jenisnya kira-kira 30% dari berat baja.
 Mengalami rangkak jangka panjang dan susut.
1.3. Perkembangan Peraturan Beton di Indonesia
Dalam perkembangannya, peraturan beton yang berlaku di Indonesia
mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini disebabkan kemajuan
teknologi bahan dan pelaksanaan dan pengaruh peraturan beton negara
lain. Peraturan beton yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut :
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
T-15-1991-03)
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI
03-2847-2002)
Ketentuan Kekuatan dan Kemampuan Layan yang digunakan dalam
analisis dan perencanaan struktur beton bertulang berdasarkan SNI 032847-2002, Pasal 11.1 s/d 11.5).
Kekuatan didefinisikan dimana struktur dan komponen struktur harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga semua penampang mempunyai
kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan
ketentuan dalam tata cara ini.
Disamping itu, komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain
yang tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku
struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja, disebut sebagai
Kemampuan Layan.
Perbedaan PBI 1971 N.I.-2 dan SNI 03-2847-2002
Satuan dan Benda Uji Beton
Peraturan tentang desain dan persyaratan mengenai pelaksanaan
konstruksi beton bertulang di Indonesia, sampai saat ini yang masih
menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah 2 peraturan, yaitu :
 peraturan lama : PBI 1971 N.I.-2
 peraturan baru : SNI 03-2847-2002
Secara resmi, begitu peraturan baru disahkan, maka peraturan lama tidak
berlaku lagi - namun karena proses pelengkapan SNI pendukung untuk
peraturan baru SNI 03-2847-2002 masih terus dilakukan maka kondisi saat
ini PBI 1971 N.I.-2 belum sepenuhnya ditinggalkan. Di bagian ini akan
dibahas tentang perbedaan dan konversi antara PBI 1971 N.I.-2 ke SNI 032847-2002 tentang satuan dan benda uji beton. Frekuensi dan jumlah
pengambilan benda uji, analisa, evaluasi dan penerimaan hasil pengujian
sample/benda uji akan dibahas terpisah
PBI 1971 N.I.-2
Benda uji dan satuan standar
SNI 03-2847-2002
Benda uji dan satuan standar
Bentuk benda uji standar : kubus, bersisi
15 cm x 15 cm x 15 cm
Bentuk benda uji standar : silinder,
diameter 15 cm, tinggi 30 cm
Satuan kuat tekan karakteristik : kg/cm2
Satuan kuat tekan karakteristik : MPa atau
N/mm2
Notasi mutu beton :
K - xxx , yaitu kuat tekan karakteristik =
xxx kg/cm2
contoh notasi mutu beton : K-250 (kuat
tekan karakteristik = 250 kg/cm2)
Konversi benda uji
Faktor konversi standar benda uji :
Notasi mutu beton :
fc' = xxx MPa, yaitu kuat tekan
karakteristik = xxx MPa atau xxx N/mm2
contoh notasi mutu beton : fc' = 30 MPa
(kuat tekan karakteristik = 30 N/mm2)
Konversi satuan
Faktor konversi satuan dari kg/cm2
ke MPa :
1 MPa = 1 N/mm2
1 kg = 9,81 N
1 N/mm2 = (1/9,81) kg/mm2 =
(100/9,81) kg/cm2
1 MPa = (100 / 9,81) kg/cm2
1 kg/cm2 = (9,81 / 100) MPa
Konversi benda uji dan satuan
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI
Untuk keperluan praktis dalam desain dan pelaksanaan, jika tidak
ditetapkan secara khusus oleh Konsultan Desain, dapat digunakan acuan
panduan praktis sebagai berikut :
Di bagian ini akan dibahas tentang perbedaan antara PBI 1971 N.I.-2
dengan SNI 03-2847-2002 tentang desain mix dan trial mix, dengan titik
berat pada evaluasi statistik atas hasil pengujian sample dan analisa untuk
penerimaan desain mix.
PBI 1971 N.I.-2
Kuat Tekan Karakteristik
SNI 03-2847-2002
Kuat Tekan Beton Yang Disyaratkan
Kuat tekan karakteristik ditetapkan sebagai :
Kuat tekan beton yang disyaratkan, ditetapkan sebagai :
Jika tidak ditetapkan lain oleh Konsultan Perencana
atau Pengawas, maka yang diartikan dengan kekuatan
tekan beton adalah senantiasa berupa kekuatan tekan
beton yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji
kubus yang bersisi 15 ( + 0,06 ) cm pada umur 28 hari.


Notasi untuk kuat tekan beton yang disyaratkan adalah :
Notasi untuk kuat tekan karakteristik adalah :
Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai fc' harus
didasarkan pada pengujian beton yang telah berumur 28
hari.
Nilai fc' yang digunakan untuk bangunan yang
direncanakan menurut aturan-aturan dalam SNI 03-28472002, tidak boleh lebih kecil dari 17,5 MPa
Faktor pembesaran Sd dan jumlah
benda uji
Faktor pembesaran Sd dan jumlah
benda uji
Untuk analisa desain mix = 20 benda uji berurutan
yang boleh diambil dari :
Untuk analisa desain mix = 30 benda uji berurutan yang
boleh diambil dari :
trial mix

proyek atau pekerjaan lain yang menggunakan desain
trial mix
mix yang sama (dengan sumber dan jenis material
yang sama pula)
proyek atau pekerjaan lain yang menggunakan desain mix
yang sama (dengan sumber dan jenis material yang sama
pula)

Data untuk analisa penerimaan desain mix boleh dari
data penggunaan desain mix dari proyek atau
pekerjaan sebelumnya jika sudah ada pemakaian
desain mix tersebut (dengan tipe dan jenis semen,
pasir dan kerikil/split yang sama sumbernya)
Jika jumlah benda uji yang dibuat kurang dari 20
buah, masih dapat diijinkan selama dapat dipastikan
bahwa pengambilan acak benda uji dan perhitungan
statistik dilakukan dengan cara yang menjamin
terwakilinya keseluruhan campuran adukan yang
diperiksa.
PBI tidak menetapkan faktor pembesaran standar
deviasi untuk perencanaan campuran beton.
Ketentuan berlaku untuk setiap tingkatan mutu beton
yang digunakan dalam pekerjaan/proyek
benda uji diambil dalam rentang waktu tidak lebih dari 45
hari
Data untuk analisa penerimaan desain mix boleh dari data
penggunaan desain mix dari proyek atau pekerjaan
sebelumnya jika sudah ada pemakaian desain mix tersebut
(dengan tipe dan jenis semen, pasir dan kerikil/split yang
sama sumbernya), dalam rentang waktu tidak boleh lebih
dari 45 hari.
Jika jumlah benda uji yang dibuat kurang dari 30 buah,
masih dapat diijinkan dengan memakai faktor pembesaran
untuk nilai standar deviasi :
Jumlah minimum benda uji = 10 buah
Ketentuan berlaku untuk setiap tingkatan mutu beton yang
digunakan dalam pekerjaan/proyek
Rumus Standar Deviasi
Rumus Standar Deviasi
Evaluasi penerimaan Desain Mix
Evaluasi penerimaan Desain Mix
Syarat penerimaan desain mix dalam PBI adalah jika
nilai kuat tekan karakteristik yang dihasilkan dari
20 benda uji yang diperiksa, tidak lebih kecil dari
kuat tekan karakteristik yang disyaratkan dalam
desain
Syarat penerimaan desain mix dalam SNI adalah nilai fcr'
dari seluruh data yang diuji harus memenuhi nilai
terbesar dari syarat di bawah ini :
Perhitungan kuat tekan karakteristik dari benda uji
dihitung dengan rumus :
fcr’ = fc’ + 1,34 Sd
fcr’ = fc’ + 2,33 Sd – 3,5
fcr’ = nilai kuat tekan rata-rata dari keseluruhan sample
desain/trial mix yang diuji
fc’ = nilai kuat tekan beton yang disyaratkan dari desain
Sd = nilai deviasi standar, setelah dikalikan faktor sesuai
tabel 4 di atas
Download