RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA GANGGUAN MOTOR

advertisement
RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA GANGGUAN MOTOR
INDUKSI TIGA FASA DENGAN PARAMETER GETARAN
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Progam Sarjana (S1)
Pada program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh :
AGUNG DWI ISTANTO
E11.2010.00378
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA GANGGUAN MOTOR
INDUKSI TIGA FASA DENGAN PARAMETER GETARAN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
AGUNG DWI ISTANTO
E11.2010.00378
Yang telah dipertahankan didepan Dewan penguji
Pada tanggal : 28 Oktober 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim penguji
Pembimbing I
Ketua Penguji
Dr. Ir Dian Retno Sawitri, MT
NPP. 0686.11.1993.034
Dr. Ing Vincent Suhartono
NPP. 0686.11.2002.293
Pembimbing II
Anggota Penguji I
Dr. Eng. Yuliman Purwanto, M.Eng
NPP.0686.11.2001.266
Ir. Wisnu Adi Prasetyanto, M.Eng
NPP. 0686.11.2000.201
Anggota penguji II
M. Ary Heryanto, S.T, M.Eng
NPP.0686.11.2002.309
Semarang, 28 Oktober 2016
Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro
Dekan
Dr. Eng. Yuliman Purwanto, M.Eng
NPP.0686.11.2001.266
iii
Pernyataan Keaslian Tugas Akhir
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Agung Dwi Istanto
NIM
: E11.2010.00378
Fakultas
: Teknik
Program Studi
: Teknik Elektro
Judul Skripsi
: Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Gangguan Motor
Induksi Tiga Fasa Dengan Parameter Getaran
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika pada
waktu selanjutnya terdapat pihak lain yang mengklaim bahawa Tugas Akhir ini
sebagai karya yang didukung oleh bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia
untuk dibatalkan gelar kesarjanaan saya dengan segala hak dan kewajiban yang
melekat pada gelar tersebut.
Semarang, 2 November 2016
(Agung Dwi Istanto)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah ini,
saya:
Nama
: Agung Dwi Istanto
NIM
: E11.2010.00378
Fakultas
: Teknik
Program Studi : Teknik Elektro
Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive RoyaltyFee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Rancang Bangun Sistem Akuisisi
Data Gangguan Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Parameter Getaran” beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas
Dian
Nuswantoro
berhak
untuk
menyimpan,
mengcopy
ulang
(memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan / mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis / pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas
Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Semarang, 2 November 2016
Agung Dwi Istanto
v
MOTTO
“Perjuangan tidak akan menipu hasil akhir”
“Berdiri tegak untuk kebenaran, walaupun itu sendirian”
vi
INTISARI
Gangguan motor induksi tiga fasa direkam dengan sistem akuisisi data.
Akuisisi data direkam melalui parameter getaran. Hasil akuisisi data dapat
digunakan untuk tindak lebih lanjut terhadap gangguan motor induksi tiga fasa.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah alat akuisisi data dari
gangguan motor induksi tiga fasa dengan memakai mikrokontroler Nutiny-SDKNUC140 berbasis NUC140VE3CN. Perancangan sistem akuisisi data terdiri dari
sensor accelerometer MMA7361, mikrokontroler Nutiny-SDK-NUC140 berbasis
NUC140VE3CN sebagai ADC.
Pengambilan data dilakukan pada kondisi motor normal dan kondisi motor
tidak normal. Kondisi motor tidak normal dengan gangguan overvoltage, dan
undervoltage. Gangguan dilakukan dengan menurunkan dan menaikkan tegangan
sebesar (5-10)% dari sumber tegangan.
Data yang diakuisisi menggunakan instrumen yang dibangun, dapat
dibedakan antara data motor dalam kondisi normal dan dalam kondisi gangguan.
Hasil pengujian alat yang dibuat menunjukkan bahwa masing-masing gangguan
terlihat perbedaannya, pada kondisi normal sumbu x memiliki amplitudo sebesar
0,04662 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,03462 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu z sebesar 0,03035 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz. Kondisi kedua, undervoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,07743
m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1454 m/s2 pada frekuensi
sekian 72 Hz, sumbu z sebesar 0,04609 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi
ketiga, overvoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,06464 m/s2 pada
frekuensi ke 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1304 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz,
sumbu z sebesar 0,04154 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz.
Kata Kunci : Gangguan Motor Induksi Tiga Fasa, Nutiny-SDK-NUC140 berbasis
NUC140VE3CN, Sensor Accelerometer MMA7361
vii
ABSTRACT
Three phase induction motor disturbances recorded by a data acquisition
system. Acquisition of data recorded through vibration parameters. The results of
data acquisition can be used to further follow the three phase induction motor
disruptions.
This research aims to produce a data acquisition tool of disruption of
three phase induction motor using microcontroller Nutiny-SDK-based NUC140
NUC140VE3CN. Designing a data acquisition system consists of MMA7361
accelerometer
sensor,
microcontroller
Nutiny-SDK-based
NUC140
NUC140VE3CN as ADC.
Data is collected on motor condition normal and abnormal motor
condition. Abnormal motor condition with impaired overvoltage, and
undervoltage. Disruptions done by lowering and raising the voltage of (5-10)% of
the voltage source.
Data were acquired using instruments built, can be distinguished between
motor data in normal conditions and under fault conditions. The test results
indicate that the tool made each disorder seen the difference, under normal
conditions the x-axis has an amplitude of 0.04662 m/s2 at frequency to 72 Hz, the
y-axis of 0.03462 m/s2 at frequency to 72 Hz, the axis z of 0.03035 m/s2 at
frequency to 72 Hz. The second condition, undervoltage, the x-axis has an
amplitude of 0.07743 m/s2 at frequency to 72 Hz, the y-axis of 0.1454 m/s2 at
frequency to 72 Hz, the z axis of 0.04609 m/s2 at frequency to 72 Hz. The third
condition, overvoltage, the x-axis has an amplitude of 0.06464 m/s2 at frequency
to 72 Hz, the y-axis of 0.1304 m/s2 at frequency to 72 Hz, the z axis of 0.04154
m/s2 at frequency to 72 Hz.
Keywords: Three Phase Induction Motor Disruptions, Nutiny-SDK-based
NUC140 NUC140VE3CN , MMA7361 Accelerometer Sensor.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahkmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur selalu saya haturkan kehadirat Allah Subhannahuwata’ala, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Gangguan Motor
Induksi Tiga Fasa Dengan Parameter Getaran”. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaiakan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya secara khusus menghanturkan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1)
Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro
2)
Bapak Dr. Eng Yuliman Purwanto, M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan Dosen Pembimbing II.
3)
Ibu Dr. Ir. Dian Retno Sawitri, MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektro Universitas Dian Nuswantoro dan Dosen Pembimbing I.
4)
Seluruh Karyawan Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
5)
Keluarga saya yaitu, Bapak Suparno Rohadi, Ibu Rokhimah, dan Kakak saya
Wiwit Sumiyati yang telah memberikan motivasi dan dukungan material
serta moral sehingga laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6)
Sahabat dan semua pihak yang telah banyak membantu saya berupa saran dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembang ilmu. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahkmatullahi Wabarakatuh
Semarang, Juli 2016
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA GANGGUAN MOTOR
INDUKSI TIGA FASA DENGAN PARAMETER GETARAN ................................ i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ....................................................... ii
RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA GANGGUAN MOTOR
INDUKSI TIGA FASA DENGAN PARAMETER GETARAN ............................... ii
Pernyataan Keaslian Tugas Akhir............................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................v
INTISARI ............................................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xiv
BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah .....................................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
2.1 Akuisisi Data ..........................................................................................................4
2.2 Motor Induksi Tiga Fasa..........................................................................................5
2.3 Getaran ...................................................................................................................9
2.4 Dekomposisi Wavelet............................................................................................ 12
2.5 Transformasi Fourier ............................................................................................. 13
2.6 Sensor Getar.......................................................................................................... 14
2.7 Mikrokontroler ...................................................................................................... 17
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 21
BAB III .................................................................................................................. 23
x
3.1 Alat Dan Bahan Penelitian..................................................................................... 23
3.2 Langkah-Langkah Penelitian ................................................................................. 23
BAB IV .................................................................................................................. 29
4.1 Hasil Rekam Data Untuk Kondisi Normal ............................................................. 29
4.2 Hasil Rekam Data Untuk Kondisi Abnormal ......................................................... 31
4.2.1
Gangguan Overvoltage............................................................................... 32
4.2.2
Gangguan Undervoltage ............................................................................ 34
4.3 Hasil Perbandingan ............................................................................................... 37
BAB V ................................................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 46
5.2 Saran ..................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 48
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 49
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Motor Induksi ................................................................................... 6
Gambar 2.2 Konstruksi Motor Induksi ................................................................. 6
Gambar 2.3 Rotor Sangkar ................................................................................... 7
Gambar 2.4 Rotor Belit ........................................................................................ 8
Gambar 2.5 Pegas Vertikal................................................................................. 10
Gambar 2.6 Dekomposisi Wavelet 3 Tingkat ..................................................... 12
Gambar 2.7 Bentuk Fisik Sensor Accelerometer MMA7361 .............................. 14
Gambar 2.8 Tegangan Offset Sumbu X, Y, Z sensor accelerometer.................... 15
Gambar 2.9 Skematik Sensor Accelerometer MMA7361.................................... 16
Gambar 3.0 Rangkaian Low Pass Filter Orde 2 .................................................. 17
Gambar 3.1 Nutiny-SDK-NUC140 .................................................................... 18
Gambar 3.2 Konfigurasi Pin NUC140VE3CN ................................................... 20
Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Perancangan ................................................. 25
Gambar 3.4 Diagram Alur Perancangan Hardware Keseluruhan......................... 25
Gambar 3.5 Penempatan Sensor ......................................................................... 26
Gambar 3.6 Flowchart Mikrokontroler ............................................................... 27
Gambar 3.7 Flowchart Software Aplikasi Teraterm............................................ 28
Gambar 3.8 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Normal......................................... 29
Gambar 3.9 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu X............................ 30
Gambar 4.0 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu Y............................ 30
Gambar 4.1 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu Z ............................ 31
Gambar 4.2 Skema Gangguan Overvoltage Dan Undervoltage ........................... 31
xii
Gambar 4.3 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Overvoltage ................................. 32
Gambar 4.4 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu X .................... 33
Gambar 4.5 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu Y .................... 33
Gambar 4.6 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu Z ..................... 34
Gambar 4.7 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Undervoltage ............................... 35
Gambar 4.8 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu X .................. 35
Gambar 4.9 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu Y .................. 36
Gambar 5.0 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu Z ................... 36
Gambar 5.1 Grafik Sumbu X Semua Kondisi ..................................................... 37
Gambar 5.2 Grafik Sumbu Y Semua Kondisi ..................................................... 37
Gambar 5.3 Grafik Sumbu Z Semua Kondisi ..................................................... 38
Gambar 5.4 Dekomposisi Wavelet Sumbu X Semua Kondisi ............................. 38
Gambar 5.5 Dekomposisi Wavelet Sumbu Y Semua Kondisi ............................. 39
Gambar 5.6 Dekomposisi Wavelet Sumbu Z Semua Kondisi ............................. 39
Gambar 5.7 Hasil FFT Sumbu X Semua Kondisi ............................................... 40
Gambar 5.8 Zoom Hasil FFT Sumbu X Semua Kondisi ..................................... 41
Gambar 5.9 Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi ............................................... 41
Gambar 6.0 Zoom Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi ..................................... 42
Gambar 6.1 Hasil FFT Sumbu Z Semua Kondisi ................................................ 42
Gambar 6.2 Zoom Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi ..................................... 43
Gambar 6.3 Perbandingan Rata-Rata Hasil Rekam Data Dalam Tampilan Bar ... 45
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Rekam Data .......................................... 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto Kontruksi Keseluruhan Alat Akuisisi Data ............................ 50
Lampiran 2 : Foto Penempatan Sensor ............................................................... 50
Lampiran 3 : Foto Power Supply........................................................................ 51
Lampiran 4 : Foto Sensor Getar ......................................................................... 52
Lampiran 5 : Foto Nutiny-SDK-NUC140........................................................... 52
Lampiran 6 : Foto Regulator .............................................................................. 53
Lampiran 7 : Foto Aplikasi Terminal Teraterm .................................................. 53
Lampiran 8 : Foto Multitester............................................................................. 54
Lampiran 9 : Foto Usb TTL ............................................................................... 54
Lampiran 10 : Foto Kabel Data .......................................................................... 54
Lampiran 11 : Datasheet Nutiny-SDK-NUC140................................................. 55
Lampiran 12 : Datasheet Accelerometer MMA7361 ........................................... 58
Lampiran 13 : Hasil Output Data........................................................................ 63
Lampiran 14 : Listing Program Mikrokontroler ................................................. 64
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Motor AC banyak digunakan di berbagai bidang mulai dari peralatan
rumah tangga sampai peralatan industri. Sering kita jumpai banyak industri
menggunakan motor induksi 3 fasa pada proses produksi, motor induksi 3 phasa
secara umum digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak yang
berfungsi menggerakkan suatu beban pada proses produksi. Motor induksi 3
phasa sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki kontruksi sangat kuat, perawatan motor yang relatif mudah dan memiliki
effisiensi relatif tinggi pada keadaan normal.
Dalam penggunaan motor induksi 3 phasa, ternyata terdapat beberapa
permasalahan yang dapat mengakibatkan gangguan. Gangguan ini jika tidak
segera terdeteksi akan menyebabkan kerusakan yang dapat menghambat proses
produksi. Oleh karena itu adanya gangguan pada motor induksi harus dideteksi
sedini mungkin. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mendeteksi
gangguan motor induksi adalah mencatat perubahan getaran (vibrasi) motor.
Gataran atau vibrasi motor induksi harus direkam atau dibaca oleh sistem
identifikasi untuk mengetahui derajat gangguan. Validitas data yang terekam akan
berpengaruh terhadap hasil identifikasi. Untuk mendapatkan data yang valid,
diperlukan suatu alat atau instrumen untuk mengakuisisi data getaran mesin.
1
2
Berdasarkan uraian diatas, dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah
instrumen yang dapat digunakan untuk mengakuisisi data vibrasi motor induksi
tiga fasa sehingga diperoleh data yang valid dan reliabel untuk mengidentifiksasi
gangguan.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dirumuskan suatu
permasalahan, bagaimana membuat sebuah instrumen yang dapat digunakan
untuk mengakuisi data gataran/vibrasi motor induksi tiga fasa sehingga
menghasilkan data yang valid dan reliabel.
1.3
Tujuan Penelitian
Merancang sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk mengakuisi
data getaran / vibrasi motor induksi tiga fasa.
1.4
Batasan Masalah
Karena faktor keterbatasan yang dimiliki penulis dan untuk mencegah
melebarnya pembahasan, maka penulis membuat suatu batasan masalah yakni
sebagai berikut :
1. Instrumen dibuat dengan menggunakan sensor accelerometer MMA7361
2. Data diproses menggunakan mikrontroler jenis NuTiny SDK NUC140
3. Penempatan posisi sensor tidak berubah atau sudah ditentukan
3
1.5
Manfaat Penelitian
Dihasilkan sebuah instrumen untuk mengakuisisi data vibrasi pada motor
induksi yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai data yang digunakan untuk
mengidentifikasi gangguan dan mengendalikan motor induksi tiga fasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Akuisisi Data
Sistem akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data hingga
memprosesnya untuk menghasilkan data yang dikehendaki. Jenis serta metode
yang dipilih pada umumnya bertujuan untuk menyederhanakan setiap langkah
yang dilaksanakan pada keseluruhan proses. Sistem akuisisi data terdiri dari
sejumlah elemen atau komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain
dibentuk sedemikian rupa sehingga sistem tersebut dapat berfungsi untuk
mengambil, mengumpulkan dan menyimpan data secara cepat, realtime dan
akurat sehingga kemudian data siap untuk diproses lebih lanjut [1]. Elemenelemen pendukung dari sistem akuisisi data ini adalah sebagai berikut [2]:
1.
Tranduser
Tranduser adalah elemen yang berfungsi untuk merubah suatu besaran
fisis menjadi besaran listrik.
2.
Pengkondisi Sinyal
Tranduser menghasilkan suatu sinyal yang biasanya besarannya hanya
beberapa mili volt, sedangkan perangkat ADC bekerja pada range penuh 0 volt
sampai +5 volt, -5 volt sampai +5 volt, dan sebagainya tergantung pada
konfigurasi perangkat ADC. Untuk memperoleh nilai yang diinginkan maka
sinyal dari tranduser dikondisikan sesuai dengan kebutuhan perangkat ADC. Di
antaranya Op-Amp (Operational Amplifier), digunakan untuk menguatkan sinyal
4
5
dari tranduser sehingga diperoleh besaran sinyal yang sesuai untuk
diteruskan ke perangkat ADC.
3.
ADC (Analog to Digital Converter)
Perangkat komputer hanya dapat bekerja memproses data dalam bentuk
digital, makasinyal yang didapat dari tranduser dalam bentuk analog diubah
menjadi sinyal digital. Perangkat untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital adalah ADC.
4.
Perangkat Lunak
Software akuisisi data merupakan komponen sistem akuisisi data yang
mempunyai peran untuk mengolah data yang telah diambil dari plant untuk
kemudian diproses untuk dijadikan sistem monitoring, sistem data logger, sistem
kendali plant. Suatu perangkat lunak dan perangkat keras akuisisi data dapat
merubah komputer PC menjadi suatu sistem akuisisi, pemroses (analisa) dan
penampil data yang terpadu (Data Acquisition System).
2.2
Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi tiga fasa adalah motor yang paling banyak digunakan dalam
industri. Motor ini sederhana, kuat, murah dan pemeliharaannya mudah. Selain itu
motor induksi tiga fasa bekerja pada kecepatan konstan dari nol sampai beban
penuh. Kecepatan motor induksi tiga fasa sangat tergantung pada frekuensi
sehingga motor ini mudah dikemudikan secara elektris[3].
Motor induksi tiga fasa yang digunakan pada penelitian ini menggunakan motor
induksi tiga fasa milik laboratorium instrumentasi fakultas teknik, Universitas
Dian Nuswantoro Semarang, dengan spesifikasi sebagai berikut:
6
-
Tegangan = 220/380 V
-
Daya = ½ HP atau 0,37 kW
-
Frekuensi = 50 Hz
-
Arus = 1,9 A untuk ∆ dan 1,12 A untuk Y
2.2.1
Komponen Utama Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi tiga fasa (Gambar 2.1) terdiri dari dua komponen utama
yaitu bagian yang diam yang disebut stator dan bagian yang berputar yang disebut
rotor [3].
Gambar 2.1 Motor Induksi(Sumber images.google.com)
Gambar 2.2 Konstruksi Motor Induksi(Sumber images.google.com)
7
Stator terdiri atas rangka bingkai baja berlubang, inti besi silinder yang dibuat
berlaminasi da sejumlah slot yang dibuat untuk menampung belitan stator. Secara
mekanis rangka menyangga rotor, stator, dan bearing.
Rotor juga dibuat berlaminasi dan mempunyai sejumlah slot untuk menampung
belitan rotor. Berdasarkan jenis belitan rotor, ada dua jenis motor induksi tiga fasa
yaitu rotor sangkar bajing (rotor sangkar), dan motor rotor belit.
Gambar 2.3 Rotor Sangkar(Sumber images.google.com)
Rotor sangkar terdiri dari batang konduktor yang dimasukan pada slot-slot rotor
dan ujungnya dihubungkan oleh cincin sehingga menjadirangkaian tertutup. Besi
berlaminasi digunakan untuk menyelubungi batang konduktor fungsinya adalah
mengkonsentrasikan fluks magnetik dari stator ke rotor. dan juga untuk
menyangga poros rotor. Sedang bearing pada sisi kedua poros rotor berfungsi
agar rotor dapat berputar bebas di dalam stator.
Pada motor belit (Gambar 2.4) rotor mempunyai belitan tiga fasa. Belitan
dimasukan pada slot rotor dan dihubungkan bintang.terminal dihubungkan dengan
slip-ring yang ikut berputar dengan rotor.Slip-ring dibungkan dengan sikat keluar
agar dapat diseri dengan tahanan luar untuk start-up, maupun operasi normal.
8
Gambar 2.4 Rotor Belit(Sumber images.google.com)
Motor induksi bekerja berdasarkan medan magnetik putar yang ditimbulkan pada
celah udara motor oleh adanya arus stator. Lilitan rotor pada motor tiga fasa
mempunyai jarak 120 derajat listrik antar lilitan fasanya.Ketika lilitan diberi
tegangan tiga fasa maka akan timbul fluksi pada masing-masing fase. Ketiga
fluksi bergerak mengelilingi permukaan stator dengan kecepatan konstan, fluksi
ini yang disebut medan magnetik putar. Rotor ikut berputar dengan adanya medan
magnetik putar dan arahnya sama dengan fluks putar.
2.2.2
Gangguan Motor Listrik
Gangguan
listrik
adalah kejadian
yang
tidak
diinginkan
dan
mengganggu kerja alat listrik. Akibat gangguan, peralatan listrik tidak
berfungsi
dan
mengganggu
perusahaan
sangat
merugikan. Bahkan
keseluruhan
sekaligus
kerja
pelanggan.
gangguan
sistem produksi
Jenis gangguan
yang
dan
listrik
akan
luas
dapat
merugikan
terjadi
karena
berbagai penyebab, salah satunya kerusakan isolasi kabel. Tipe-tipe gangguan
elektrik dalam motor-motor adalah serupa dengan tipe-tipe gangguan elektrik
9
dari generator-generator [4]. Oleh
karena
itu, motor-motor
secara
umum
diproteksi dari gangguan-gangguan berikut:
-
Gangguan undervoltage
-
Gangguan overvoltage
2.2.3
Keuntungan Motor Induksi Tiga Fasa
Adapun keuntungan dari motor induksi Tiga fasa yaitu sebagai berikut:
-
Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor
sangkar.
-
Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.
-
Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi
gesekan kecil.
-
Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak
diperlukan.
2.2.4
Kerugian Motor Induksi Tiga Fasa
Adapun kerugian dari motor induksi tiga fasa yaitu sebagai berikut:
-
Kecepatan tidak mudah dikontrol
-
Power faktor rendah pada beban ringan
-
Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal
2.3
Getaran
Getaran adalah suatu gerakan bolak–balik yang mempunyai amplitudo
yang sama. Beberapa komponen penting pada getaran, meliputi frekuensi dan
amplitudo[5]. Frekuensi adalah banyaknya jumlah putaran atau gerakan dalam
satu satuan waktu. Dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz). Amplitudo adalah
10
simpangan terbesar dari titik normalnya. Amplitudo dapat berupa perpindahan
(displacement), kecepatan (velocity), percepatan (acceleration), dan sudut fase
(phase angle). Sudut fase dapat diartikan sebagai perbedaan amplitudo dalam satu
frekuensi.
Getaran dapat dibedakan menjadi gerak harmonik sederhana, gerak harmonik
teredam dan gerak harmonik teredam dengan faktor luar. Gerak harmonik
sederhana merupakan suatu gerak getaran benda yang dipengaruhi oleh gaya
pemulih yang linier dan tidak mengalami gesekan sehingga tidak mengalami
pengurangan (dissipasi) tenaga. Gerak harmonik sederhana juga dapat diartikan
sebagai suatu sistem yang bergetar dimana gaya pemulih berbanding lurus dengan
negatif simpangannya. Gaya pemulih merupakan gaya yang bekerja dalam arah
mengembalikan massa keposisi setimbangnya.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.5 Pegas Vertikal[6](a) tanpa beban; (b) dengan beban dan mencapai posisi
kesetimbangan dan (c) dengan beban dan terdapat suatu gaya tarik f(t)
11
Berdasarkan Gambar 2.5 (a) dapat dijelaskan bahwa pegas tergantung secara
vertikal dan tidak terdapat beban sehingga pegas tidak mengalami peregangan.
Sedangkan Gambar 2.5 (b) dapat dijelaskan bahwa pegas tergantung dalam
keadaan vertikal dan terdapat beban yang tergantung pada ujung pegas. Dalam
keadaan ini pegas teregang dan mengalami pertambahan panjang sebesar ‫ݔ‬serta
mencapai posisi kesetimbangan. Pegas yang telah mencapai posisi kesetimbangan
selanjutnya ditarik atau disimpangkan sejauh x seperti pada Gambar 2.5 (b). Gerak
harmonik teredam merupakan gerak benda yang dipengaruhi oleh gaya
penghambat atau redaman yang menyebabkan amplitudo getaran berkurang secara
perlahan terhadap waktu sampai akhirnya berhenti. Gaya penghambat atau
redaman ini dapat berupa gaya gesek udara maupun faktor internal pada sistem.
Gerak harmonik teredam dengan pengaruh gaya luar merupakan salah satu bentuk
dari sistem gerak getaran paksa (forced oscillation). Gaya luar yang diberikan
pada sistem teredam akan menyebabkan sistem tetap bergetar[6].
Hubungan antara frekuensi dan periode suatu getaran dapat dinyatakan
dengan rumus sederhana: frekuensi = 1/periode. Frekuensi dari getaran tersebut
biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus getaran yang terjadi tiap menit (CPM =
Cycles per minute). Sebagai contoh sebuah mesin bergetar 60 kali (siklus; dalam
1 menit maka frekwensi getaran mesin tersebut adalah 60 CPM. Frekuensi bisa
juga dinyatakan dalam CPS (cycles per second) atau Hertz dan putaran dinyatakan
dalam revolution per minute (RPM). Karakteristik getaran lain dan juga penting
adalah percepatan, secara teknis percepatan adalah laju perubahan dari kecepatan.
Percepatan getaran pada umumnya dinyatakan dalam, satuan “g’s’ peak, dimana
12
satu “g” adalah percepatan yang disebabkan oleh gaya gravitasi pada permukaan
bumi. Sesuai dengan perjanjian intemasional satuan gravitasi pada permukaan
bumi adalah 980,665cm/det2(386,087inc/det2 atau 32,1739 feet/40), atau bisa
disederhanakan untuk percepatan graviasi sehingga menjadi 9,8 m/s2.
2.4
Dekomposisi Wavelet
Transformasi atau metode paket wavelet merupakan proses dekomposisi
wavelet yang menawarkan beragam kemungkinan analisa sinyal yang lebih luas.
Dalam analisa paket wavelet, sebuah sinyal didekomposisi menjadi bagian
aproksimasi dan detil, kemudian bagian aproksimasi ini dibagi lagi menjadi
tingkat-kedua aproksimasi dan detil, kemudian proses ini diulang-ulang[7]. Untuk
n-tingkat dekomposisi akan terdapat n kemungkinan hasil dekomposisi sinyal,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.6 Dekomposisi Wavelet 3 Tingkat(Sumber images.google.com)
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa S adalah sinyal asli, D1 adalah detail sinyal satu,
A1 merupakan aproksimasi dari sinyal asli yang mempunyai sinyal detail juga
disebut dengan sinyal detail dua (D2), serta A1 yaitu sinyal aproksimasi satu yang
memiliki sinyal detail tiga (D3).
13
2.5
Transformasi Fourier
Fast
fourier
transform
(FFT)
adalah
transformasi
fourier
yang
dikembangkan dari algoritma discrete transfrom fourier (DFT). Dengan metode
FFT, Laju komputasi dari perhitungan transformasi fourier dapat ditingkatkan.
Komputasi DFT adalah komputasi yang memerlukan waktu untuk proses looping
dan memerlukan banyak memori. Dengan menerapkan algoritma FFT,
perhitungan DFT dapat dipersingkat, dalam hal ini proses looping dapat direduksi.
Dilihat dari metode yang digunakan , FFT dibagi menjadi dua yaitu DIT
(decimation in time) dan metode DIF (Decimation in Frequency), namun
keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mentransformasi sinyal menjadi
frekuensi dasarnya. Decimation adalah proses pembagian sinyal menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil yang bertujuan untuk memperoleh waktu proses yang
lebih cepat. Jika input sinyal pada time domain dari N-points adalah x(n) ,langkah
awal yang dilakukan adalah dengan memisahkan menjadi 2 bagian yang sama
(N/2 ponts)[7].
Hasil dari FFT adalah spektrum magnitude terhadap frekuensi dari suatu sinyal
diskrit, umumnya suatu sinyal diskrit atau kontinyu terbentuk dari campuran
beberapa sinyal dengan frekuensi yang berbeda. Pada umumnya sinyal dilihat dari
domain waktu, dengan menggunakan FFT, sinyal dapat diilhat dari sudut pandang
yang berbeda, sehingga sinyal informasi dan derau yang mendominasi atau
harmonisa dapat diketahui di frekuensi berapa.
14
2.6
Sensor Getar
Sensor getar yang digunakan adalah accelerometer mma7361 dengan
spesifikasi sebagai berikut:
-
Voltage operation(2.2 V – 3.6 V)
-
Sensitivity (800mV/g @ 1.5g) & (202mV/g @ 6g)
-
Selectable Sensitivity (±1.5g, ±6g)
-
Pin output x,y,z
-
Voltage offset (1,65 V)
Tegangan keluaran sensor accelerometer (mV/g) menunjukkan percepatan dari
benda yang melekat padanya, dengan g adalah gravitasi bumi. Accelerometer tipe
MMA7361 dapat digunakan untuk mengukur percepatan pada tiga sumbu
pengukuran, yaitu terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Gambar 2.6
merupakan bentuk fisik dari sensor accelerometer MMA7361.
Gambar 2.7 Bentuk Fisik Sensor Accelerometer MMA7361(Sumber images.google.com)
Sensor accelerometer MMA7361 dapat digunakan untuk mengukur percepatan
positif maupun percepatan negatif. Ketika sensor dalam keadaan diam, keluaran
sensor pada sumbu x akan menghasilkan tegangan offset yang besarnya setengah
dari tegangan masukan sensor (Vdd). Tegangan offset accelerometer dipengaruhi
oleh orientasi sensor dan percepatan statis tiap sumbu akibat gaya gravitasi bumi.
15
Untuk percepatan positif maka tegangan keluaran akan meningkat diatas tegangan
offset, sedangkan untuk percepatan negatif tegangan keluaran akan semakin
menurun di bawah tegangan offset.
Berikut adalah nilai statis pergerakan sensor accelerometer MMA7361:
Gambar 2.8 Tegangan Offset Sumbu X, Y, Z (Sumber Datasheet Sensor Accelerometer)
Gambar 2.8 menjelaskan bahwa, posisi sensor dilihat dari arah samping, sumbu X
dan Y menghasilkan tegangan offset sebesar 1,65 V, dan sumbu Z menghasilkan
2,45 V.
Berikut skema dari sensor accelerometer MMA7361 (Gambar 2.8)
16
Gambar 2.9 Skematik Sensor Accelerometer MMA7361(Datasheet Sensor Accelerometer)
Sensor accelerometer MMA7361 memiliki tingkat sensitifitas yang dapat dipilih
yaitu 1.5g dan 6g. Tingkat sensitifitas dapat dipilih dengan pin g-select.
Pemasangan kapasitor 3.3nF pada pin keluaran sensor bertujuan untuk meredam
noise yang diakibatkan oleh rangkaian lainnya. Pin keluaran. Meskipun sudah ada
filter internal dari, data dari sensor accelerometer masih terdapat kemungkinan
mengandung error akibat derau mekanik. Derau mekanik ini terjadi pada
micromachine, yang antara lain disebabkan oleh vibrasi mekanik dan pergerakan
electron. Ketika sensor dalam kondisi tidak bergerak sejumlah error tersebut akan
terjumlahkan. Pada kondisi ideal, ketika sensor tidak bergerak maka sinyal
keluaran akan konstan pada tegangan offset [8].
Persamaan yang digunakan untuk menghitung percepatan dari keluaran sensor
accelerometer adalah sebagai berikut:
17
a=
(1)
Dimana a adalah percepatan benda dalam satuan m/s2, Vout adalah tegangan
keluaran sensor accelerometer dalam satuan volt, Voff adalah tegangan offset
dalam satuan volt, s adalah sensitifitas sensor atau kenaikkan tegangan keluaran
sensor tiap 1 g atau sama dengan 9,8 m/s2. Sensor accelerometer menggunakan
rangkaian LPF orde 2 seperti pada Gambar 2.9.
Gambar 3.0 Rangkaian Low Pass Filter Orde 2
Berdasarkan (Gambar 3.0) maka perhitungan frekuensi cut-off utuk orde 2
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
=
(2)
Dimana fc adalah frekuensi cut-off, R merupakan nilai resistansi, dan C adalah
nilai kapasitansi yang digunakan.
2.7
Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai
masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan
dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan
18
menulis data. Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan
untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas
biaya. Secara harfiahnya bisa disebut "pengendali kecil" dimana sebuah sistem
elektronik
yang
sebelumnya
banyak
memerlukan
komponen-komponen
pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya
terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini [2].
Mikrokontroler yang sudah dilengkapi ADC dengan mode 12 bit memiliki
perhitungan hasil konversi sebagai berikut:
=
(3)
Dimana Vout adalah hasil tegangan keluaran sensor, ADCout adalah keluaran
ADC dari sensor, ADCmax adalah ADC 12 bit atau sama dengan 4096, dan Vref
adalah sumber tegangan pada sensor tersebut.
2.7.1
Gambaran Umum Mikrokontroller Nutiny-SDK-NUC140
Mikrokontroller yang digunakan adalah Nutiny-SDK-NUC140 berbasis
NUC140VE3CN(Gambar 3.0)
Gambar 3.1 Nutiny-SDK-NUC140(Sumber Datasheet Nuvoton)
Mikrokontroler Nutiny-SDK-NUC140 memiliki fitur sebagai berikut:
19
-
Menggunakan arsitektur ARM Cortex-M0
-
Saluran I/O sebanyak 76 buah, yaitu port A, port B, port C, port D, port E
-
Low power sleep mode
-
128 Byte flash memori
-
16K Byte RAM
-
4KB ISP Loader (Bootloader)
-
8 kanal ADC 12-bit
-
set Timer/Counter 32-bit
-
16-bit PWM
-
12-bit ADC, Analog komparator
-
RTC
-
3x kanal UART, 2x kanal SPI, 2x kanal I2C, CAN, LIN, USB
-
Beroperasi pada tegangan 2.5 VDC sampai 5.5 VDC
2.7.2
Konfigurasi Pin Mikrokontroller NUC140VE3CN
Mikrokontroler NUC140VE3CN mempunyai 100 pin (Gambar 2.7) ,
dengan 76 pi sebagai jalur I/O. Setiap pin I/O mempunyai lebih dari fungsi, misal
PA.7, sebagai GPIO, ADC, Slave SPI, EBI.
20
Gambar 3.2 Konfigurasi Pin NUC140VE3CN(Sumber Datasheet Nuvoton)
Deskripsi dari pin-pin NUC140VE3CN adalah sebagai berikut:
-
Port (PA0-PA15) sebagai port input/output dan memiliki kemampuan lain
-
Port (PB0-PB15) sebagai port input/output dan memiliki kemampuan lain
-
Port (PC0-PC15) sebagai port input/output dan memiliki kemampuan lain
-
Port (PD0-PD15) sebagai port input/output dan memiliki kemampuan lain
-
Port (PE0-PE8) dan (PE13-PE15) sebagai port input/output dan memiliki
kemampuan lain
21
2.8
Penelitian Terdahulu
Untuk
bahan
pembanding
pada
penelitian
ini,
maka
penulis
mencantumkan beberapa hasil dari penelitian orang lain, diantaranya adalah
penelitian dari :
1.
Pribadi Abu Ismail, 2014, Sistem Penghitung Jarak dan kecepatan Kereta
Api Menggunakan Sensor accelerometer mma7361 Sebagai Sarana Informasi
Bagi Penumpang, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jurnal.
Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian yang telah dilakukan, sensor
accelerometer terdapat noise meskipun dalam keadaan diam. Sehingga diperlukan
metode discriminating window untuk data yang lebih akurat. Pengujian ADC pada
mikrokontroler memiliki error sebesar 0,5%. Hal ini dapat disimpulkan untuk
konversi tegangan output dari sensor ke nilai digital dianggap sesuai karena
memiliki error terbesar 1,92% untuk kecepatan serta error terbesar 6,2% untuk
jarak. Pengujian keseluruhan system didapatkan error rata-rata sebesar 3,21%
pada kecepatan kereta api disebabkan karena getaran pada saat kereta api bergerak
dan system mampu memberikan informasi tepat 1 km dari jarak yang terukur
sebelum mencapai stasiun tujuan.
2.
Moh. Ishak, tahun 2012; “Analisis Dan Optimalisasi Proteksi Vibrasi Pada
Pompa Injeksi Sentrifugal Empat Stage Pada Waterflood Lapangan Minyak
Ringan”, Program Magister, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Dari hasil yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa hal yang disimpulkan, yaitu:
22
-
Kondisi untuk kerja pompa dapat diamati dengan menggunakan spectrum
vibrasi
-
Pada kondisi unbalanced, spectrum frekuensi dasar menjadi 3 kali lebih besar
dari kondisi normal.
-
Pada kondisi misalignment, spectrum frekuensi harmonic ke-2 dan ke-3
akan lebih dominan.
-
Pada kondisi loosentess, spectrum frekuensi dasar akan naik menjadi 2 kali
lebih tinggi dari kondisi normal.
3.
Erham, tahun 2000; “Neurokontrol Untuk Vibrasi Pada Struktur MDOF
Nonlinier Histeresis”, Program Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil, Institut
Teknologi Bandung.
Dari hasil yang dilakukan oleh penliti, ada beberapa hal dapat disimpulkan dengan
sistem struktur yang dibebani oleh beban dinamik besar menunjukkan sifat
histeresis bila respon struktur menjadi inelastic.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3.2
Alat Dan Bahan Penelitian
-
Motor induksi tiga fasa dengan beban
-
Mikrokontroller NUC140VE3CN
-
Sensor accelerometer dengan tipe MMA7361
-
Usb serial TTL
-
PC
-
Multitester
-
Regulator
-
Power supply
-
Stop kontak
-
Kabel data
Langkah-Langkah Penelitian
Sebelum dilakukan perancangan sistem, berikut adalah hasil perhitungan
atau konversi dari sensor tersebut dengan dimasukkan satu data saja sebagai
contoh konversi:
Diketahui nilai ADC out setelah kalibrasi = 2050
ADC max = 4096
V ref = 3,33 V
g = 9,8 m/s2
V offset = 1,65 V
s (sensitifitas) = 800 mV = 0,8 V
23
24
Langkah pertama, subtitusikan ke rumus berikut :
=
(3)
=
2050
3,33
4096 − 1
=
2050
3,33
4095
= 1,666637 V
Setelah diketahui V out, kemudian subtitusikan ke rumus berikut :
a=
(1)
a=
1,666637 − 1,65
9,8
0,8
=
0,016637
9,8
0,8
= 0,203803 m/s2
Sehingga diketahui hasil percepatan untuk data terssebut, yaitu 0,203803 m/s2.
3.2.1
Perancangan Sistem
Perancangan sistem ini memerlukan sebuah sensor yang dapat mendeteksi
getaran yang dihasilkan dari motor induksi tiga fasa. Pada penelitian ini
digunakan sebuah sensor accelero MMA7361, sensor ini mengubah aliran getar
menjadi tegangan dengan suatu bentuk sinyal tertentu. Sinyal analog ini kemudian
diubah melalui ADC (Analog to Digital Converter) untuk dapat dibaca oleh
sistem.
Berikut blok diagram sistem secara global.
25
Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Perancangan
Uji coba dilakukan dengan menggunakan regulator untuk memberikan gangguan
pada motor induksi tiga fasa, data direkam melalui PC dengan bantuan software
Tera Term, kemudian dilakukan analisa dan pembahasan. Data yang diterima
pada Tera Term kemudian diolah dengan bantuan Matlab menggunakan metode
Wavelet Decomposition setelah itu dilakukan metode Fast Fourier Transform
(FFT). Data percepatan yang disimpan pada excel dengan format csv diambil
sebanyak 6000 frekuensi sampel.
3.2.2
Perancangan Hardware
Secara hardware, sistem akuisisi data dari gangguan motor induksi tiga
fasa dibangun dengan diagram alur sebagai berikut:
Gambar 3.4 Diagram Alur Perancangan Hardware Keseluruhan
26
Dimulai dengan switch on sumber listrik tiga fasa, hardware aktiv, motor induksi
bekerja dan direkam oleh sensor getar (modul accelerometer MMA7361),
kemudian mikrokontroler memberikan instruki untuk mengirim data dari sensor
ke PC melalui usb serial TTL. Perlu di ingat pemasangan sensor dilakukan di
bagian tengah atas motor induksi tiga fasa.
Berikut penempatan tata letak sensor :
Gambar 3.5 Penempatan Sensor
Dari Gambar 3.5 dijelaskan bahwa penempatan sensor dilakukan diatas motor,
dengan sumbu X menerima pergerakan motor depan belakang, sumbu Y
menerima pergerakan motor kanan dan kiri, serta sumbu Z menerima pergerakan
motor atas dan bawah. Berikut adalah flowchart untuk mikrokontroler :
27
Gambar 3.6 Flowchart Mikrokontroler
Dimulai dengan mikrokontroler aktiv, inisialisasi PORT dan UART,
mikrokontroler membaca data ADC, jika data ADC belum selesai dibaca maka
kembali lagi untuk baca ADC, dan jika baca data ADC sudah selesai maka data
ADC dikirimkan ke PC, lalu pada PC data ADC disimpan dan selesai.
28
3.2.3
Perancangan Software
Perancangan software disini adalah software untuk mengontrol hardware
dari sistem yang dibuat.
Berikut flowchart software aplikasi Teraterm :.
Gambar 3.7 Flowchart Software Aplikasi Teraterm
Aplikasi mulai bekerja dengan inisialisasi PORT dan UART terlebih dahulu, lalu
membaca data ADC yang masuk dari mikrokontroler, kemudian data ADC
ditampilkan dilayar komputer, dan disimpan di excel, selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Rekam Data Untuk Kondisi Normal
Kondisi normal disini adalah motor induksi tiga fasa diaktivkan dengan
adanya beban.
Berikut hasil grafik untuk kondisi normal:
Gambar 3.8 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Normal
Pada Gambar 3.8 adalah hasil grafik untuk kondisi motor normal dengan sumbu x
warna biru, sumbu y warna hijau, sumbu z warna merah. Berikut adalah hasil
dekomposisi wavelet dengan bantuan software matlab untuk kondisi normal pada
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z :
29
30
Gambar 3.9 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu X
Gambar 4.0 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu Y
31
Gambar 4.1 Dekomposisi Wavelet Kondisi Normal Sumbu Z
Pada Gambar (3.9, 4.0, 4.1) merupakan hasil dekomposisi wavelet dengan
mengambil sinyal detail sembilan (D9) untuk dilanjutkan ke FFT, hal ini
dikarenakan sinyal detail sembilan memiliki perbedaan yang signifikan dari
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z.
4.2
Hasil Rekam Data Untuk Kondisi Abnormal
Hasil rekam data untuk kondisi abnormal ada 3 macam gangguan, yaitu:
-
Gangguan Overvoltage
-
Gangguan Undervoltage
Berikut skema gangguan overvoltage, undervoltagee.
Kontrol Daya
Regulator
PLN
R
S
T
M
Beban
Gambar 4.2 Skema Gangguan Overvoltage Dan Undervoltage
32
Kontrol daya (Gambar 4.2) merupakan kontrol untuk mengatur naik turunnya
sumber tegangan.
4.2.1
Gangguan Overvoltage
Rekam data untuk gangguan overvoltage dilakukan penambahan daya
sebesar (5-10)% dari sumber listrik 220VAC yaitu menjadi 242V, kemudian
motor diaktifkan dengan adanya beban.
Berikut hasil grafik untuk kondisi overvoltage:
Gambar 4.3 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Overvoltage
Pada Gambar 4.3 adalah hasil grafik untuk kondisi motor normal dengan sumbu X
warna biru, sumbu Y warna hijau, sumbu Z warna merah. Berikut adalah hasil
dekomposisi wavelet dengan bantuan software matlab untuk kondisi overvoltage
pada sumbu x, sumbu y, dan sumbu z :
33
Gambar 4.4 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu X
Gambar 4.5 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu Y
34
Gambar 4.6 Dekomposisi Wavelet Kondisi Overvoltage Sumbu Z
Pada Gambar (4.4, 4.5, 4.6) merupakan hasil dekomposisi wavelet dengan
mengambil sinyal detail sembilan (D9) untuk dilanjutkan ke FFT, hal ini
dikarenakan sinyal detail sembilan memiliki perbedaan yang signifikan dari
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z.
4.2.2
Gangguan Undervoltage
Rekam data untuk gangguan undervoltage dilakukan pengurangan daya
sebesar (5-10)% dari sumber listrik 220VAC yaitu menjadi 198V, kemudian
motor diaktifkan dengan adanya beban.
Berikut hasil grafik untuk kondisi Undervoltage:
35
Gambar 4.7 Grafik Motor Tiga Fasa Kondisi Undervoltage
Pada Gambar 4.7 adalah hasil grafik untuk kondisi motor normal dengan sumbu x
warna biru, sumbu y warna hijau, sumbu z warna merah. Berikut adalah hasil
dekomposisi wavelet dengan bantuan software matlab untuk kondisi undervoltage
pada sumbu x, sumbu y, dan sumbu z :
Gambar 4.8 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu X
36
Gambar 4.9 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu Y
Gambar 5.0 Dekomposisi Wavelet Kondisi Undervoltage Sumbu Z
37
Pada Gambar (4.8, 4.9, 5.0) merupakan hasil dekomposisi wavelet dengan
mengambil sinyal detail sembilan (D9) untuk dilanjutkan ke FFT, hal ini
dikarenakan sinyal detail sembilan memiliki perbedaan yang signifikan dari
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z.
4.3
Hasil Perbandingan
Perbandingan yang pertama dengan melakukan plot data sumbu x, sumbu
y, dan sumbu z pada semua kondisi sebelum dilanjutkan ke dekomposisi wavelet
dan FFT. Berikut plot dari ketiga sumbu tersebut untuk semua kondisi:
Gambar 5.1 Grafik Sumbu X Semua Kondisi
Gambar 5.2 Grafik Sumbu Y Semua Kondisi
38
Gambar 5.3 Grafik Sumbu Z Semua Kondisi
Pada Gambar (5.1, 5.2, 5.3) terlihat bahwa pada sumbu y memiliki simpangan
paling besar, hal ini dikarenakan sumbu y mendapat arah getaran mengikuti
sumbu y, sedangkan pada sumbu z memiliki simpangan terkecil, hal ini
dikarenakan getaran dari motor tidak mengikuti arah dari sumbu z, serta pada
sumbu x mendapatkan getaran yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, hal
ini dikarenakan getaran motor melebar mengikuti arah sumbu x.
Selanjutnya dilakukan perbandingan untuk masing-masing sumbu pada semua kondisi,
berikut hasil dari perbandingan dekomposisi wavelet:
Gambar 5.4 Dekomposisi Wavelet Sumbu X Semua Kondisi
39
Gambar 5.5 Dekomposisi Wavelet Sumbu Y Semua Kondisi
Gambar 5.6 Dekomposisi Wavelet Sumbu Z Semua Kondisi
Dari ketiga sumbu, terlihat paling jelas pada sumbu y yang memiliki
simpangan berbeda untuk kondisi normal paling kecil, kondisi undervoltage
menyimpang paling besar, dan kondisi overvoltage berada diantara keduanya.
40
Setelah dilakukan dekomposisi wavelet, dilanjutkan dengan FFT pada setiap
sumbu untuk masing-masing kondisi, berikut hasil FFT untuk masing-masing
sumbu pada semua kondisi:
Gambar 5.7 Hasil FFT Sumbu X Semua Kondisi
Pada Gambar 5.7 adalah hasil perbandingan FFT sumbu x untuk kondisi normal,
overvoltage, dan undervoltage, dimana kondisi normal pada frekuensi ke 72 Hz
dan amplitudo sebesar 0,04662 m/s2, untuk kondisi overvoltage pada frekuensi ke
72 Hz dan amplitudo sebesar 0,06464 m/s2, untuk kondisi undervoltage pada
frekuensi ke 72 Hz dan amplitudo sebesar 0,07743 m/s2. Untuk memperjelas
kondisi normal, undervoltage, dan uvervoltage, berikut hasil pembesaran dapat
dilihat pada Gambar 5.8 :
41
Gambar 5.8 Zoom Hasil FFT Sumbu X Semua Kondisi
Berikut hasil FFT pada sumbu y untuk semua kondisi :
Gambar 5.9 Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi
Pada Gambar 5.9 adalah hasil perbandingan FFT sumbu x untuk kondisi normal,
overvoltage, dan undervoltage, dimana kondisi normal pada frekuensi ke 72 Hz
42
dan amplitudo sebesar 0,03462 m/s2, untuk kondisi overvoltage pada frekuensi ke
72 Hz dan amplitudo sebesar 0,1304 m/s2, untuk kondisi undervoltage pada
frekuensi ke 72 Hz dan amplitudo sebesar 0,1454 m/s2. Untuk memperjelas
kondisi normal, undervoltage, dan uvervoltage, berikut hasil pembesaran dapat
dilihat pada Gambar 6.0 :
Gambar 6.0 Zoom Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi
Berikut hasil FFT pada sumbu z untuk semua kondisi :
Gambar 6.1 Hasil FFT Sumbu Z Semua Kondisi
43
Pada Gambar 6.1 adalah hasil perbandingan FFT sumbu z untuk kondisi normal,
overvoltage, dan undervoltage, dimana kondisi normal pada frekuensi ke 72 Hz
dan amplitudo sebesar 0,03035 m/s2, untuk kondisi overvoltage pada frekuensi ke
72 Hz dan amplitudo sebesar 0,04154 m/s2, untuk kondisi undervoltage pada
frekuensi ke 38 Hz dan amplitudo sebesar 0,04609 m/s2. Untuk memperjelas
kondisi normal, undervoltage, dan uvervoltage, berikut hasil pembesaran dapat
dilihat pada Gambar 6.2 :
Gambar 6.2 Zoom Hasil FFT Sumbu Y Semua Kondisi
Dari perbandingan tersebut diatas, dapat diringkas dalam tabel, untuk
mengetahui lebih jelas antara kondisi motor normal, overvoltage, dan
undervoltage pada masing-masing sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Berikut
adalah tabel perbandingan rata-rata hasil rekam data:
44
Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Rekam Data
Sumbu X
No
Sumbu Y
Sumbu Z
Kondisi
(m/s2)
(Hz)
(m/s2)
(Hz)
(m/s2)
(Hz)
1
Normal
0,04662
72
0,03462
72
0,03035
72
2
Undervoltage
0,07743
72
0,1454
72
0,04609
72
3
Overvoltage
0,06464
72
0,1304
72
0,04154
72
Pada Tabel 4 merupakan perbandingan rata-rata hasil rekam data sumbu x, y, dan
z untuk kondisi pertama, normal. Sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,04662
m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,03462 m/s2 pada frekuensi
sekian 72 Hz, sumbu z sebesar 0,03035 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi
kedua, undervoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,07743 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1454 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz, sumbu z sebesar 0,04609 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi ketiga,
overvoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,06464 m/s2 pada frekuensi
sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1304 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu z
sebesar 0,04154 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Berikut merupakan
perbandingan hasil rata-rata rekam data dalam tampilan bar :
45
Gambar 6.3 Perbandingan Rata-Rata Hasil Rekam Data Dalam Tampilan Bar
Pada Gambar 6.3 terlihat lebih jelas perbandingannya, warna biru merupakan
sumbu X, warna merah merupakan sumbu Y, dan warna hijau adalah sumbu Z.
Kondisi pertama yaitu normal dengan sumbu x memiliki amplitudo sebesar
0,04662 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,03462 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu z sebesar 0,03035 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz. Kondisi kedua, undervoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,07743
m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1454 m/s2 pada frekuensi
sekian 72 Hz, sumbu z sebesar 0,04609 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi
ketiga, overvoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,06464 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1304 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz, sumbu z sebesar 0,04154 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah melakukan tahap perancangan dan pembuatan sistem yang
kemudian dilanjutkan dengan tahap pengujian dan analisa maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Data yang diakuisisi menggunakan instrumen yang dibangun, dapat dibedakan
antara data motor dalam kondisi normal dan dalam kondisi gangguan.
2. Hasil analisa wavelet dan transformasi fourier terhadap data yang diakuisisi
menunjukkan sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,04662 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,03462 m/s2 pada frekuensi sekian
72 Hz, sumbu z sebesar 0,03035 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi
kedua, undervoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,07743 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1454 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz, sumbu z sebesar 0,04609 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz. Kondisi
ketiga, overvoltage, sumbu x memiliki amplitudo sebesar 0,06464 m/s2 pada
frekuensi sekian 72 Hz, sumbu y sebesar 0,1304 m/s2 pada frekuensi sekian 72
Hz, sumbu z sebesar 0,04154 m/s2 pada frekuensi sekian 72 Hz.
46
47
5.2
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, alat ini dapat ditambahkan gangguan yang
lebih kompleks lagi dan ditindak lanjut untuk eksekusi setelah mengetahui
perbedaan dari kondisi motor induksi tiga fasa tersebut dari semua kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Nagara Nanda, Yazid Putranto Ilham, Perangkat Lunak Sistem Akuisisi
Data Menggunakan Delphi, Jurnal.
[2]
Kusanto Didik, 2010, Perancangan Sistem Akuisisi Data Sebagai
Alternatif Modul DAQ LabVIEW Menggunakan Mikrokontroler
ATMEGA8535, Jurnal.
[3]
Yudiastawan I.G.P, 2009, Deteksi Kerusakan Bearing Dan Eccentricity
Pada Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Current Signature Analysis,
Jurusan Magister Fisika, Universitas Indonesia, Jurnal.
[4]
Putra Rino Adi, 2013, Analisa Kerusakan Dan Perbaikan Motor Induksi 3
Fasa, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Jurnal.
[5]
Medio Vladimir, Sutomo Jusuf, Wardhana Wisnu, Analisa Vibrasi Sistem
Pipa Penyalur Gas-Liquid (Multiphase) Untuk Meningkatkan
Produktivitas Gas Total E&P Indonesie, Jurnal.
[6]
Nurul Hanifah Ika, 2013, Analisis Model Getaran Pegas Teredam Dengan
Metode Adams-Basforth-Moulton Dan Runge-Kutta, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
[7]
Dianputra Robby, 2014, Implementasi Algoritma Fast Fourier Transform
Untuk Pengolahan Sinyal Digital Pada Tuning Gitar Dengan Open String,
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu.
[8]
Pribadi Abu Ismail, 2014, Sistem Penghitung Jarak dan kecepatan Kereta
Api Menggunakan Sensor accelerometer mma7361 Sebagai Sarana
Informasi Bagi Penumpang, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Jurnal.
48
DAFTAR LAMPIRAN
49
50
Foto Kontruksi Keseluruhan Alat Akuisisi Data
51
Foto Penempatan Sensor
Foto Power Supply
52
Foto Sensor Getar
Foto Nutiny-SDK-NUC140
53
Foto Regulator
Foto Aplikasi Terminal Teraterm
54
Foto Multitester
Foto Usb TTL
Foto Kabel Data
55
56
57
58
59
60
61
62
63
HASIL OUTPUT DATA DALAM SATUAN (m/s2)
Normal
Overvoltage
X
Y
Z
0.067778
0.087701
0.127547
-0.31076
0.057816
0.027932
Undervoltage
X
Y
Z
X
Y
Z
0.476201
-0.16134
0.177355
0.466239
-0.12149
0.376585
0.456278
0.565855
0.037893
-0.37053
0.486162
-0.13145
-0.29084
0.40647
-0.26095
0.595739
0.097662
0.356662
0.476201
-0.23107
0.197278
0.376585
-0.29084
0.605701
0.14747
-0.45022
0.565855
-0.12149
0.117585
0.416432
0.037893
-0.28088
0.585778
0.107624
-0.02188
0.635585
0.01797
-0.00195
0.40647
0.027932
-0.33068
0.625624
-0.0418
-0.0418
0.725239
0.077739
-0.09161
0.426393
0.067778
-0.32072
0.635585
-0.10157
-0.05176
0.685393
0.077739
-0.21115
0.456278
0.027932
-0.37053
0.555893
-0.05176
0.087701
0.66547
0.097662
-0.29084
0.366624
0.01797
-0.31076
0.705316
0.027932
0.117585
0.555893
-0.03184
-0.25099
0.506085
0.127547
-0.21115
0.53597
0.107624
0.14747
0.396508
-0.07168
-0.29084
0.426393
0.107624
-0.20118
0.575816
0.107624
0.01797
0.486162
-0.10157
-0.22111
0.496124
0.167393
-0.14141
0.506085
0.107624
-0.02188
0.426393
-0.02188
-0.18126
0.476201
0.14747
-0.21115
0.516047
-0.01191
-0.08165
0.555893
-0.06172
-0.07168
0.496124
0.187316
-0.26095
0.53597
-0.08165
-0.07168
0.585778
-0.08165
-0.02188
0.426393
0.157432
-0.41038
0.545932
-0.05176
0.008008
0.625624
-0.05176
0.127547
0.416432
0.14747
-0.4303
0.605701
-0.0418
0.087701
0.585778
-0.14141
0.167393
0.426393
0.047855
-0.44026
0.595739
-0.06172
0.187316
0.615662
-0.16134
0.067778
0.426393
0.027932
-0.42034
0.565855
0.177355
0.306855
0.545932
-0.05176
0.087701
0.426393
0.008008
-0.36057
0.585778
-0.18126
0.516047
0.565855
-0.1713
-0.05176
0.466239
0.087701
-0.25099
0.595739
-0.19122
0.526008
0.516047
-0.12149
-0.10157
0.496124
-0.0418
0.27697
0.615662
0.057816
0.645547
0.545932
0.008008
0.067778
0.486162
-0.08165
0.047855
0.635585
-0.13145
0.695355
0.595739
-0.12149
-0.09161
0.486162
0.127547
-0.46018
0.675432
-0.02188
0.914508
0.53597
-0.13145
-0.66938
0.456278
-0.03184
0.565855
0.625624
-0.02188
0.506085
0.585778
-0.15138
-0.11153
0.476201
0.01797
-0.26095
0.595739
-0.05176
-0.1713
0.605701
-0.12149
-0.64945
0.436355
0.027932
0.237124
0.615662
-0.11153
0.466239
0.615662
-0.08165
-0.20118
0.476201
-0.00195
0.137508
0.625624
-0.11153
-0.45022
0.635585
-0.00195
-0.08165
0.506085
-0.03184
0.057816
0.635585
-0.12149
-0.09161
0.615662
0.097662
-0.05176
0.486162
-0.05176
-0.09161
0.695355
-0.00195
-0.26095
0.575816
0.067778
-0.01191
0.506085
0.008008
-0.12149
0.635585
-0.01191
-0.46018
0.506085
0.027932
0.01797
0.496124
0.107624
-0.25099
0.605701
-0.01191
-0.39045
0.555893
-0.01191
0.037893
0.496124
0.177355
-0.20118
0.66547
-0.01191
-0.29084
0.506085
-0.0418
0.097662
0.585778
0.14747
-0.14141
0.585778
0.01797
-0.15138
0.486162
-0.09161
0.177355
0.516047
0.137508
-0.08165
0.655508
-0.01191
0.087701
0.685393
-0.00195
0.167393
0.545932
0.087701
0.067778
0.605701
-0.05176
0.27697
0.545932
0.067778
0.077739
0.53597
0.137508
0.14747
0.555893
0.027932
0.466239
0.595739
0.087701
-0.00195
0.486162
64
LISTING PROGRAM MIKROKONTROLER
#include <stdio.h>
#include "NUC1xx.h"
#include "DrvADC.h"
#include "DrvUART.h"
#include "DrvGPIO.h"
/** Define the delay count */
#define DELAYCOUNT 5000
/** Define input mode */
#define SINGLE_END 1
/** Define global variables */
/*****************************************************************
********//**
* @brief ADC continuous scan mode test
* @param
None
* @return
None
******************************************************************
***********/
int32_t main(void)
{
E_ADC_INPUT_MODE InputMode;
uint16_t u32ConversionData;
STR_UART_T param;
/* Unlock the locked registers before we can access them */
UNLOCKREG(x);
/* Enable the 12MHz oscillator oscillation */
65
SYSCLK->PWRCON.XTL12M_EN = 0;
/* Waiting for 12M Xtal stalble */
SysTick->LOAD = DELAYCOUNT * 22;
22MHz RC used */
/* Assume the internal
SysTick->VAL = (0x00);
SysTick->CTRL = (1 << 2) | (1);
/* Waiting for down-count to zero */
while((SysTick->CTRL & (1 << 16)) == 0);
DrvGPIO_InitFunction(E_FUNC_UART0);
param.u32BaudRate
= 921600;
param.u8cDataBits
= DRVUART_DATABITS_8;
param.u8cStopBits
= DRVUART_STOPBITS_1;
param.u8cParity
= DRVUART_PARITY_NONE;
param.u8cRxTriggerLevel = DRVUART_FIFO_1BYTES;
param.u8TimeOut
= 0;
DrvUART_Open(UART_PORT0, &param);
/* default setting: single end input, single operation mode, all channel
disable, ADC clock frequency = 12MHz/(5+1) */
DrvADC_Open(ADC_SINGLE_END, ADC_SINGLE_OP, 0x7,
INTERNAL_HCLK, 1);
/* Set the ADC operation mode as single cycle mode */
DrvADC_SetADCOperationMode(ADC_CONTINUOUS_OP);
if(SINGLE_END)
InputMode = ADC_SINGLE_END;
else
InputMode = ADC_DIFFERENTIAL;
66
/* Set the ADC input mode */
DrvADC_SetADCInputMode(InputMode);
/* Set the ADC channel 0 */
//DrvADC_SetADCChannel(1);
/* Start A/D conversion */
DrvADC_StartConvert();
/* Wait ADC interrupt */
while(DrvADC_IsConversionDone()==FALSE);
while(1){
int i;
for(i=0;i<3;i++){
//u32ConversionData = DrvADC_GetConversionData(i)>>2;
u32ConversionData = DrvADC_GetConversionData(i);
if(i==0){printf("%d,",u32ConversionData);}
if(i==1){printf("%d,",u32ConversionData);}
if(i==2){printf("%d\n",u32ConversionData);}
}
}
}
Download