konvensi-konvensi ilo tentang kesetaraan

advertisement
KONVENSI-KONVENSI ILO
TENTANG KESETARAAN
GENDER DI DUNIA KERJA
Kantor Perburuhan Internasional
i
ii
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Pengantar
Kaum perempuan menghadapi beragam masalah dalam
mengakses pendidikan dan pelatihan, dalam mendapatkan
pekerjaan, dan dalam memperoleh perlakuan yang sama di tempat
kerja. Kendala-kendala ini dapat menimbulkan pelanggaran akan
hak-hak dasar serta menghambat kesempatan kaum perempuan –
dan pada gilirannya akan merugikan masyarakat dan perekonomian
Indonesia mengingat hilangnya kontribusi besar yang dapat
diberikan kaum perempuan melalui tempat kerja.
Kita perlu mengidentifikasikan langkah-langkah yang efektif
dalam menyikapi masalah gender serta memperomosikan
kesetaraan gender di Indonesia – dan dunia kerja merupakan tempat
yang tepat untuk melakukan kegiatan-kegiatan terkait dengan upaya
mempromosikan kesetaraan gender.
ILO di Indonesia telah mengembangkan beragam program
untuk menyikapi permasalahan gender di dunia kerja. Ini termasuk
prakarsa ketenagakerjaan muda, kegiatan menyangkut masalah
pekerja anak dan pekerja migran, serta perekonomian formal,
hubungan industrial dan pelatihan perundingan bersama yang
mendorong perwakilan dan partisipasi yang sensitif gender dalam
pertemuan dan pelatihan, mempromosikan prinsip dan pelaksanaan
Konvensi-konvensi yang sudah diratifikasi, dan membantu
pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja melangkah maju dengan
program-program gender.
Gender merupakan isu yang terkait erat dengan isu-isu lainnya
dalam Rencana Aksi Tripartit tentang Pekerjaan yang Layak 2002 –
2005. Strategi Pengarustutamaan Gender ILO Jakarta berupaya
membangun komitmen yang lebih besar lagi dalam
mempromosikan kesetaraan gender di seluruh bidang kegiatan ILO
dan para mitra sosialnya.
Publikasi ini disusun untuk membantu upaya mempromosikan
kesetaraan gender di tempat kerja. Ini mencakup informasi dan
pemaparan dasar mengenai Konvensi-konvensi dan Rekomendasirekomendasi pokok ILO serta tindakan-tindakan yang sudah diambil
Indonesia setelah meratifikasi Konvensi-konvensi tersebut.
iii
Kami berharap bahwa buku saku mengenai “Konvensi dan
Rekomendasi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja” ini
dapat membantu memberikan informasi yang lebih mendalam bagi
seluruh masyarakat Indonesia yang berminat mempromosikan
kesetaraan gender di dunia kerja.
September 2006
Alan Boulton
Direktur, Kantor ILO Jakarta
iv
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Daftar Isi
Kata Pengantar
iii
Isu-isu Gender dan Standar Perburuhan Internasional
1
C100 Konvensi Kesetaraan Upah, 1951
R90 Rekomendasi Kesetaraan Upah, 1951
Undang-undang No. 80
Presentasi No. 100
C111 Konvensi Diskriminasi
(Pekerjaan dan Jabatan), 1958
R111 Rekomendasi Diskriminasi
(Pekerjaan dan Jabatan), 1958
Undang-undang No. 21
Presentasi No. 111
C156 Konvensi Pekerja dengan
Tanggung Jawab Keluarga, 1981
R165 Rekomendasi Pekerja dengan
Tanggung Jawab Keluarga, 1981
Presentasi No. 156
C183 Konvensi Perlindungan Kehamilan, 2000
R191 Rekomendasi Perlindungan Kehamilan, 2000
Presentasi No. 183
11
17
21
25
29
35
41
49
55
63
73
83
93
99
v
vi
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Isu-isu Gender dan Standar
Perburuhan Internasional
Standarisasi adalah salah satu cara utama ILO untuk
meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan di seluruh dunia. Standar
ILO adalah kumpulan konvensi dan Rekomendasi yang diadopsi
oleh Konferensi Perburuhan Internasional. Saat ini telah ada 185
Konvensi and 195 Rekomendasi yang diadopsi. Jumlah keseluruhan
ratifikasi konvensi yang telah dilakukan oleh negara-negara anggota
ILO sebanyak 7,246 buah.
Setiap Konvensi merupakan instrumen sah yang mengatur
aspek-aspek administrasi perburuhan, kesejahteraan sosial atau hak
asasi manusia. Bagi negara anggota yang meratifikasi konvensi
mengemban dua tugas sekaligus, yakni komitmen resmi untuk
menerapkan aturan-aturan Konvensi, dan kemauan untuk menerima
ukuran-ukuran penerapan yang diawasi secara internasional.
Rekomendasi Perburuhan Internasional tidak selalu harus
diratifikasi tetapi panduan-panduan turunan yang bersifat umum
atau tehnis diterapkan di tingkat nasional. Rekomendasi tersebut
seringkali berisikan panduan yang terinci untuk memperjelas prinsipprinsip yang telah ada dalam Konvensi, atau rekomendasi tersebut
memberikan panduan tentang sesuatu yang tidak tercakup dalam
Konvensi.
Baik Konvensi maupun Rekomendasi menetapkan standard dan
memberikan suatu model dan merangsang adanya peraturan
perundangan tingkat nasional dan praktik-praktiknya di negaranegara anggota.
1
Indonesia meratifikasi
17 Konvensi ILO
(per 6 April 2004)
Konvensi
2
Tanggal diratifikasi
Status
C19
Konvensi tentang
Kesetaraan Perlakuan
(Konpensasi
Kecelakaan)
12:06:1950
ratifikasi
C27
Konvensi tentang
Pencatatan Beban
(Paket yang di kirim
dengan Kapal Besar)
12:06:1950
ratifikasi
C29
Konvensi tentang
Kerja Paksa
12:06:1950
ratifikasi
C45
Konvensi tentang
Kerja Bawah Tanah
(bagi Perempuan)
12:06:1950
ratifikasi
C69
Konvensi tentang
Sertifikasi Juru Masak
Kapal
30:03:1992
ratifikasi
C81
Konvensi tentang
Pengawasan
Perburuhan
29:01:2004
ratifikasi
C87
Konvensi tentang
Kebebasan Berserikat
dan Perlindungan Hak
Berorganisasi
09:06:1998
ratifikasi
C88
Konvensi tentang
Pelayanan
Ketenagakerjaan
08:08:2002
ratifikasi
C98
Konvensi tentang Hak
Berorganisasi dan
Perjanjian Kerja
Bersama
15:07:1957
ratifikasi
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Convention
Ratificationdate
Status
C100
Konvensi tentang Upah
yang Sama untuk Jenis
Pekerjaan yang sama
11:08:1958
ratifikasi
C105
Konvensi tentang
Penghapusan Kerja
Paksa
07:06:1999
ratifikasi
C106
Konvensi tentang
Istirahat Akhir Pekan
(Komersial dan
Perkantoran)
23:08:1972
ratifikasi
C111
Konvensi tentang
Diskriminasi (Pekerjaan
dan Jabatan)
07:06:1999
ratifikasi
C120
Konvensi tentang
Kebersihan (Komersial
dan Perkantoran)
13:06:1969
ratifikasi
C138
Konvensi tentang Upah
Minimum
07:06:1999
ratifikasi
C144
Konvensi tentang
Konsultasi Tripartit
(Standar Perburuhan
Internasional)
17:10:1990
ratifikasi
C182
Konvensi tentang
Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Anak-Anak
28:03:2000
ratifikasi
(Sumber: ILOLEX http://www.ilo.org/ilolex/english/index.htm)
3
Standar ILO mencakup secara luas permasalahan perburuhan
dan sosial termasuk isu-isu tentang hak asasi yang mendasar seperti
kebebasan berserikat, penghapusan kerja paksa, pekerja anak dan
penghapusan diskriminasi di dunia kerja.
Sebagian besar Konvensi dan Rekomendasi menerapkan
kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan. Namun demikian beberapa
Konvensi secara khusus memberi perhatian pada masalah yang
dialami oleh pekerja perempuan. Standar ILO menjadi katalisastor
bagi tata ekonomi yang baru dan norma-norma hukum yang
berdampak kepada pekerja perempuan sebagai berikut:
‹
‹
‹
‹
‹
kesetaraan upah
diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan
perlindungan kehamilan
pekerja dengan tanggung jawab keluarga
aturan-aturan tertentu terkait dengan kerja malam, bawah
tanah dan paruh waktu serta isu-isu kesehatan lainnya
Pada prinsipnya standar-standar internasional yang diadopsi oleh
ILO di awal berdirinya bertujuan untuk melindungi perempuan dari
kondisi berat yang diakibatkanoleh pekerjaan dan untuk melindungi
fungsi reproduksi. Kesadaran bahwa perempuan membutuhkan
perlindungan dari kerugian yang diakibatkan karena jenis
kelaminnya adalah hasil adopsi perangkat yang memberi perhatian
khusus dengan cara menghapus diskriminasi antara laki-laki dan
perempuan sepanjang tahun 1950an.
Sejak pertengahan tahun 1960an, perhatian ditujukan untuk
mempromosikan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan
melalui adopsi praktik-praktik yang memungkinkan perempuan
mencapai potensi penuh dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Hal penting dari standar-standar tersebut adalah bertujuan
mengharmoniskan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga,
yang mengakui adanya tanggung jawab bersama antara laki-laki
dan perempuan dalam keluarga.
Ini adalah bukti contoh-contoh standar internasional ILO yang
diadopsi yang mencakup penerapan prinsip kesetaraan antara lakilaki dan perempuan telah berlanjut dengan kesadaran bahwa
keadilan di satu bidang hanya dapat terjadi melalui pencapaian
keadilan, harga diri dan penghargaan terhadap semua aspek
kehidupan.
Terlebih lagi untuk menjadi perangkat hukum, standar
perburuhan internasional perlu dilihat sebagai alat pendukung untuk
menjaga hak-hak perempuan atas kesetaraan kesempatan dan
perlakuan dalam pekerjaan dan kehidupan sosial. Pemerintah,
organisasi pengusaha dan pekerja dan organisasi kemasyarakatan
4
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
lainnya didorong untuk memastikan meningkatnya keterlibatan
perempuan dalam perencanaan pembangunan nasional dan program-program, agar supaya prinsip-prinsip yang ada di dalam standarstandar ILO di implementasikan lebih lanjut.
Standar-Standar Perburuhan ILO yang Relevan dengan
Kesetaraan Kesempatan dan Perlakuan
‹
Kerangka kerja standar ILO di bidang ini didasarkan pada dua
perhatian utama:
1. Menjamin kesetaraan kesempatan dan perlakuan di
dalam mengakses pelatihan, pekerjaan, promosi jabatan,
keorganisasian dan pengambilan keputusan
keputusan, demikian
juga kesepastian kondisi yang setara dalam upah,
tunjangan, jaminan sosial dan pelayanan kesejahteraan.
2. Melindungi pekerja perempuan khususnya terkait dengan
syarat-syarat dan kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan
kerja, dan kehamilan
kehamilan.
Empat Konvensi utama ILO yang melarang diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin dan promosi kesetaraan adalah: Konvensi
Upah yang Setara, 1951 (No.100), Konvensi Diskriminasi
(Pekerjaan dan Jabatan), 1958 (No.111), Konvensi Pekerja dengan
Tanggung Jawab Keluar
ga, 1981 (No.156) dan Konvensi
Keluarga,
Perlindungan Kehamilan, 2000 (No.183)
(No.183). Dua konvensi yang
pertama merupakan konvensi dasar.
5
Konvensi-Konvensi dan Rekomendasi-Rekomendasi ILO
yang Terkait dengan Kesetaraan Kesempatan Kerja
Konvensi No.
100
Rekomendasi
No. 90
Konvensi
No. 111
Rekomendasi
No. 111
Konvensi
No. 156
Rekomendasi
No. 165
Konvensi
No. 183
Rekomendasi
No. 191
6
Upah yang setara, 1951
Memberi upah yang setara untuk
pekerjaan yang mempunyai nilai
setara antara laki-laki dan
perempuan Upah yang Setara
Upah yang setara, 1951
Pelengkap Konvensi No. 100
Diskriminasi (Pekerjaan dan
Jabatan), 1958
Melarang diskriminasi dan
mempromosikan kesetaraan
kesempatan dan perlakuan dalam
pekerjaan dan jabatan berdasarkan
asal muasal termasuk jenis kelamin.
Diskriminasi (Pekerjaan dan
Jabatan), 1958
Pelengkap Konvensi No. 100
Pekerja dengan T
anggung Jawab
Tanggung
Keluarga, 1981
1981Mempromosikan kesetaraan
kesempatan dan perlakuan bagi
laki-laki dan perempuan yang
memiliki tanggung jawab terhadap
keluarga.
Pekerja dengan T
anggung Jawab
Tanggung
Keluarga, 1981
Pelengkap Konvensi No. 156
Perlindungan Kehamilan, 2000
Perluasan jangkauan terhadap
perempuan yang bekerja yang
dicakup dalam konvensi dan
perpanjangan hak cuti menjadi 14
minggu.
Perlindungan Kehamilan, 2000
Pelengkap Konvensi No. 183
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Ringkasan Ketetapan-Ketetapan dalam Konvensi dan
Rekomendasi terkait dengan Kesetaraan Kesempatan
dan Perlakuan
Konvensi Upah yang Setara, 1951 (No.100)
‹
‹
‹
Upah yang setara untuk jenis pekerjaan yang memiliki nilai yang
setara berarti suatu standar upah yang baku tanpa diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin
Memberikan upah sebagai imbalan dan honorarium baik dalam
bentuk tunai maupun natura.
melakukan penilaian terhadap pekerjaan secara obyektif
berdasarkan isi dari pekerjaan tersebut.
Rekomendasi Upah yang Setara, 1951 (No.90)
‹
‹
Merekomendasi pemerintah untuk memastikan bahwa
pengusaha dan pekerja memperoleh informasi tentang
persyaratan hukumnya.
Prinsip upah yang setara dapat diterapkan dengan memadai
melalui:
ƒ penetapan metode analisis terhadap pekerjaan yang
dilakukan secara memadai.
ƒ pemberian fasilitas panduan magang, pelatihan dan
penempatan untuk meningkatkan efisiensi perempuan
yang setara bagi ke dua jenis kelamin.
ƒ Pemberian pelayanan sosial dan kesejahteraan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan perempuan.
ƒ Promosi kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam
mengakses pekerjaan.
ƒ Promosi pemahaman publik tentang prinsip-prinsip
kesetaraan, dan penelitian serta studi-studi lapangan.
Konvensi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958
(No.111)
‹
‹
Mempromosikan kesetaraan kesempatan dan perlakuan dalam
pekerjaan dan jabatan
Melarang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan (artinya,
setiap pembedaan, pengabaian atau preferensi berdasarkan
ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, aliran politik, pencabutan
kewarganegaraan atau asal muasal yang mengakibatkan
7
lemahnya atau batalnya untuk memperoleh kesetaraan
kesempatan dan perlakuan dalam pelatihan, akses ke pekerjaan
dan atau jabatan tertentu, keamanan dan kondisi terkait dengan
pekerjaan.
Persyaratan yang melekat pada pekerjaan bukan merupakan
diskriminasi.
Perlunya adopsi suatu kebijakan nasional tentang kesetaraan
kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan.
Perlunya mencabut atau merevisi peraturan perundangan dan
merubah segala instruksi-instruksi administrasi atau praktikpraktik, yang tidak sesuai dengan kebijakan tersebut.
Pemberian konsultansi oleh pemerintah kepada perwakilan
pengusaha dan pekerja untuk mempromosikan tujuan konvensi.
‹
‹
‹
‹
Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958
(No.111)
Sesuai dengan Rekomendasi, pemerintah diminta untuk
menerapkan kebijakan yang non-diskriminatif, dan tidak satupun
pengusaha, organisasi pekerja, pengusaha yang melakukan atau
diijinkan melakukan diskriminatif.
‹
Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga,
1981 (No.156)
menyatakan bahwa:
Semua upaya yang mungkin dilakukan untuk membantu
pekerja-pekerja dalam menggunakan haknya untuk bebas
memilih pekerjaan dan mempertimbangkan kebutuhankebutuhan terkait dengan kondisi kerja dan keamanan social
serta membangun pelayanan masyarakat seperti tempat
penitipan anak dan pelayanan keluarga serta fasilitas-fasilitas.
‹
Pendidikan dan informasi hendaknya diberikan untuk
memastikan pemahaman yang lebih luas tentang prinsip-prinsip
kesetaraan kesempatan dan perlakuan bagi pekerja laki-laki
dan perempuan yang memiliki tanggung jawab keluarga.
Tindakan khusus juga harusnya diambil di bidang pelatihan dan
panduan kejuruan.
‹
Tanggung jawab keluarga tidak dapat menjadi suatu alasan
pemecatan.
‹
8
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga,
1981 (No.165)
‹
‹
Merekomendasi bahwa tindakan khusus dapat diadopsi dan
diterapkan untuk mencegah diskriminasi langsung atau tidak
langsung di dalam pekerjaan dan jabatan berdasarkan tanggung
jawab keluarga dari status perkawinan.
Ada sejumlah rekomendasi khusus untuk menfasilitasi akses,
partisipasi dan peningkatan (karir) dalam pekerjaan:
ƒ Pengurangan progresif jam kerja dan pengurangan jam
lembur
ƒ Memperkenalkan pengaturan yang feksibel dalam jadwal
kerja, waktu istirahat dan hari libur;
ƒ Penetapan kondisi kerja untuk pekerja paruh waktu, pekerja
sementara dan pekerja rumah setara dengan pekerja tetap
dan penuh waktu;
Pengembangan pusat-pusat penitipan anak yang memadai
untuk anak-anak dalam perbagai usia, tidak dipungut biaya atau
terserah kemampuan membayar dari si pekerja;
Pengembangan pelayanan masyarakat seperti tranportasi umum
dan suplai air serta listrik di dekat atau sekitar perumahan pekerja;
Mendorong adanya berbagi tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan dengan memperkenalkan cuti bagi pekerja laki-laki
dalam mendampingi kelahiran anak atau anak atau anggota keluarga
yang menjadi tanggungannya mengalami sakit.
Konvensi Perlindungan Kehamilan, 2000 (No.183)
(Direvisi)
‹
Mencakup empat elemen utama dari perlindungan kehamilan:
ƒ Cuti melahirkan
ƒ Tunjangan finansial dan kesehatan
ƒ Perlindungan kesehatan
ƒ Menyusui
‹
Memperpanjang jangka waktu cuti dari 12 minggu menjadi 14
minggu, dengan cuti wajib enam minggu setelah kelahiran anak,
selama itu si ibu tidak diijinkan untuk bekerja.
Mengeluarkan kebijakan adanya suatu hak untuk cuti tambahan
jika menhalami sakit, komplikasi atau resiko dari komplikasi
tersebut yang membahayakan kehamilan.
‹
9
Pemberian tunjangan finansial pada tingkat dimana perempuan
dapat menjaga dirinya dan anaknya dalam kondisi sehat dan
dengan suatu standar kehidupan yang layak. Tunjangan finansial
tersebut hendaknya seperti yang diterima oleh kebanyakan
perempuan yang bekerja.
Memberikan tunjangan kesehatan termasuk sebelum kelahiran,
pada saat kelahiran dan setelah kelahiran serta perawatan di
rumah sakit jika diperlukan.
Mengakui hak atas perlindungan kesehatan untuk memastikan
bahwa tidak ada kewajiban bekerja karena sedang hamil atau
menjalani perawatan kewanitaan karena akan merugikan
kesehatan ibu dan anaknya atau telah diketahui sebelumnya
bahwa pekerjaan tersebut akan beresiko terhadap kesehatan
ibu atau anaknya.
Memberikan perempuan satu jam atau lebih istirahat seharihari untuk menyusui atau mengurangi jam kerjanya.
‹
‹
‹
‹
Rekomendasi Perlindungan Kehamilan, 2000 (No.191)
Menyarankan bahwa cuti melahirkan sekurang-kurangnya 18
bulan
Memberikan suatu kondisi kerja yang memungkinkan
perempuan mampu mengadaptasi kondisinya yang sedang
hamil atau menyusui sehingga resiko yang mengancam
keselamatannya berkurang.
‹
‹
10
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
KONVENSI 100
mengenai
UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKILAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN
YANG SAMA NILAINYA
Konvensi:
C100
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
34
Tanggal Disetujui:
29:06:1951
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya
yang ketiga puluh empat pada tanggal 6 Juni 1951, dan
Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usulan
mengenai azas pengupahan yang setara bagi pekerja laki-laki dan
perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang merupakan
mata acara ketujuh dari agenda sidang tersebut, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat
dalam bentuk Konvensi internasional,
Menetapkan pada tanggal 29 Juni tahun 1951 Konvensi berikut
ini, yang dapat disebut sebagai Konvensi mengenai Kesetaraan
Upah, 1951
1951:
Pasal 1
Dalam Konvensi ini(a) Istilah ‘upah’ mencakup upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan pendapatan-pendapatan lain apapun, yang dibayar
secara langsung maupun tak langsung, secara tunai maupun
dalam bentuk barang oleh majikan kepada pekerja terkait
atas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja.
11
(b) Istilah ‘upah yang setara bagi pekerja laki-laki dan perempuan
untuk pekerjaan yang sama nilainya’ mengacu pada nilai upah
yang ditetapkan tanpa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
Pasal 2
1.
2.
Dengan cara yang sesuai dengan metoda-metoda yang berlaku
untuk menetapkan nilai upah, setiap Anggota harus
mempromosikan dan, sesuai dengan cara tersebut, menjamin
pelaksanaan azas pengupahan yang setara bagi pekerja lakilaki dan perempuan atas pekerjaan yang sama nilainya untuk
semua pekerja.
Azas ini dapat dilaksanakan (a) dengan Undang-Undang atau peraturan nasional;
(b) oleh badan penetapan upah yang dibentuk menurut
peraturan yang berlaku atau yang diakui sah;
(c) melalui kesepakatan kerja bersama di antara pengusaha
dengan pekerja; atau
(d) dengan menggabungkan cara-cara ini.
Pasal 3
1.
2.
3.
Apabila tindakan ini dapat membantu pelaksanaan ketentuan
Konvensi ini, maka langkah-langkah akan diambil untuk
mempromosikan penilaian kerja yang obyektif berdasarkan
pekerjaan yang akan dilakukan.
Cara-cara yang akan ditempuh dalam penilaian ini dapat
diputuskan oleh petugas yang bertanggung jawab untuk
menentukan nilai upah atau bila nilai upah tersebut ditetapkan
melalui kesepakatan kerja bersama, oleh pihak-pihak terkait.
Nilai upah yang berbeda antar pekerja, tanpa memandang jenis
kelamin mereka, yang sesuai dengan perbedaan, seperti yang
ditetapkan melalui penilaian yang obyektif, pekerjaan yang akan
dilaksanakan, tidak akan dianggap bertentangan dengan asas
pengupahan yang setara bagi pekerja laki-laki dan perempuan
atas pekerjaan yang sama nilainya.
Pasal 4
Setiap Anggota harus bekerja sama, bila perlu, dengan
organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja terkait untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan Konvensi ini.
12
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Pasal 5
Ratifikasi resmi atas Konvensi ini harus disampaikan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk selanjutnya
didaftarkan.
Pasal 6
1.
2.
3.
Konvensi ini hanya akan mengikat Anggota-Anggota ILO yang
ratifikasinya telah didaftarkan kepada Direktur Jenderal.
Konvensi ini akan belaku selama dua belas bulan setelah tanggal
ratifikasi oleh dua Anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi ini akan berlaku untuk setiap Anggota
selama dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi Anggota
tersebut didaftarkan.
Pasal 7
1.
2.
3.
4.
Pernyataan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor
Perburuhan Internasional sesuai dengan ayat 2 pasal 35 dari
Konstitusi ILO harus menyebutkan (a) daerah-daerah dimana Anggota tersebut menyetujui bahwa
ketentuan-ketentuan Konvensi ini akan dilaksanakan tanpa
perubahan;
(b) daerah-daerah dimana Anggota tersebut menyetujui bahwa
ketentuan-ketentuan Konvensi ini akan dilaksanakan
dengan beberapa perubahan, beserta informasi rinci
tentang perubahan tersebut;
(c) daerah-daerah dimana Konvensi ini tak dapat dilaksanakan
dan dalam hal ini, alasan-alasan apa yang menyebabkan
Konvensi ini tidak dapat dilaksanakan;
(d) daerah-daerah dimana Anggota menangguhkan
keputusannya sambil menunggu pertimbangan lebih lanjut
tentang keadaan di daerah itu.
Pelaksanaan yang dimaksud pada huruf (a) dan (b) ayat 1 Pasal
ini akan dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
ratifikasi tersebut dan akan berlaku sebagai ratifikasi.
Dengan memberikan pernyataan baru, setiap Anggota sewaktuwaktu dapat membatalkan seluruh atau sebagian dari
persyaratan apapun yang tercantum dalam pernyataan lama
sesuai dengan ayat 1 huruf (b), (c) atau (d) Pasal ini.
Setiap Anggota, pada setiap waktu Konvensi ini dapat dibatalkan
menurut ketentuan-ketentuan pada Pasal 9, dapat
menyampaikan pernyataannya kepada Direktur Jenderal untuk
mengubah bunyi pernyataan sebelumnya dan memberitahukan
keadaan sekarang dari daerah-daerah tersebut.
13
Pasal 8
1.
2.
3.
Pernyataan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor
Perburuhan Internasional sesuai dengan ayat 4 atau 5 pasal 35
dari Konstitusi ILO akan menerangkan apakah ketentuan
Konvensi ini akan dilaksanakan di daerah terkait tanpa perubahan
atau dengan perubahan; apabila pernyataan tersebut
menyatakan bahwa ketentuan Konvensi ini akan dilaksanakan
dengan perubahan, maka pernyataan tersebut harus dilengkapi
dengan informasi rinci tentang perubahan tersebut.
Anggota tersebut, Para Anggota atau otoritas internasional
terkait, sewaktu-waktu dapat melepaskan seluruh atau sebagian
haknya untuk melakukan perubahan apapun yang telah
dinyatakan dalam pernyataan sebelumnya dengan memberi
pernyataan baru.
Anggota tersebut, Para Anggota atau otoritas internasional
terkait, pada setiap waktu Konvensi ini dapat dibatalkan menurut
ketentuan Pasal 9, dapat menyampaikan pernyataan kepada
Direktur Jenderal untuk mengubah bunyi pernyataan
sebelumnya dan memberitahukan keadaan sekarang mengenai
pelaksanaan Konvensi ini.
Pasal 9
1.
2.
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat
membatalkannya, setelah melewati jangka waktu 10 tahun
terhitung dari tanggal Konvensi ini mulai diberlakukan, dengan
menyampaikan pernyataan kepada Direktur Jenderal Kantor
Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan ini baru
akan berlaku satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini namun tidak
menggunakan haknya untuk melakukan pembatalan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum pada Pasal ini dalam waktu
satu tahun setelah melewati masa sepuluh tahun seperti yang
dimaksud dalam ayat 1, maka Anggota tersebut akan terikat
selama jangka waktu 10 tahun berikutnya dan setelah itu dapat
membatalkan Konvensi ini pada saat berakhirnya setiap masa
10 tahun sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
ini.
Pasal 10
1.
14
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan semua Anggota ILO tentang pendaftaran
semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang disampaikan
kepadanya oleh Anggota ILO.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
2.
Pada waktu memberitahukan Anggota ILO tentang pendaftaran
ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
akan mengingatkan Anggota-Anggota ILO tentang tanggal mulai
berlakunya Konvensi ini.
Pasal 11
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) tentang pendaftaran sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB
mengenai semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang
didaftarkan olehnya sesuai dengan ketentuan Pasal-Pasal tersebut
di atas.
Pasal 12
Pada saat yang dipandang perlu, Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional akan menyerahkan laporan mengenai
pelaksanaan Konvensi ini kepada Konferensi Umum dan akan
mempelajari perlunya memasukkan semua atau sebagian revisinya
ke dalam Agenda Konferensi.
Pasal 13
1.
2.
Apabila Konferensi ini mengesahkan Konvensi baru yang
mengubah sebagian atau seluruh Konvensi ini, kecuali kalau
ditentukan lain oleh Konvensi baru tersebut, maka (a) dengan menyimpang dari ketentuan Pasal 9 di atas, ratifikasi
atas Konvensi baru oleh Anggota berarti membatalkan
Konvensi ini saat itu juga demi hukum, apabila dan pada
saat Konvensi yang baru tersebut mulai diberlakukan;
(b) mulai tanggal berlakunya Konvensi yang baru direvisi
tersebut, Konvensi ini tidak dapat diratifikasi lagi oleh Para
Anggota.
Namun Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi
yang asli bagi Para Anggota yang telah meratifikasinya tetapi
belum meratifikasi Konvensi yang baru tersebut.
Pasal 14
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan Perancis
memiliki kekuatan hukum yang sama.
15
16
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
REKOMENDASI 90
KESETARAAN UPAH, TAHUN 1951
REKOMENDASI MENGENAI KESETARAAN
UPAH BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG
SAMA NILAINYA
Rekomendasi:
R090
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
34
Tanggal Disetujui:
29:06:1951
Sidang Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
ketigapuluh empat pada tanggal 6 Juni 1951, dan
Setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan tertentu
yang terkait dengan prinsip pengupahan yang setara bagi pekerja
laki-laki dan perempuan, yang menjadi mata acara ketujuh dari
agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Rekomendasi, sebagai peraturan tambahan dari Konvensi
mengenai Kesetaraan Upah, tahun 1951,
Dengan mengadopsi pada tanggal duapuluh sembilan Juni
tahun seribu sembilan ratus lim puluh satu ini, maka Rekomendasi
berikutnya, dikutip sebagai Rekomendasi Kesetaraan Upah, 1951:
Mengingat Konvensi mengenai Kesetaraan Upah, tahun 1951,
telah menetapkan prinsip-prinsip umum yang terkait dengan
kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk
pekerjaan yang sama nilainya;
Mengingat Konvensi ini menyatakan bahwa penerapan prinsip
kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk
pekerjaan yang sama nilainya harus dipromosikan dan dijamin
melalui sarana yang sesuai dengan metoda pelaksanaan untuk
menentukan tingkat upah di negara-negara yang bersangkutan;
17
Mengingat prosedur-prosedur tertentu perlu ditunjukkan untuk
penerapan secara progresif dari prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan dalam Konvensi tersebut;
Mengingat semua Anggota juga perlu, dalam menerapkan
prinsip-prinsip ini, memiliki metoda-metoda penerapan yang
terbukti memuaskan di beberapa negara tertentu;
Konferensi mengusulkan setiap Anggota, berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam Pasal 2 Konvensi ini, perlu menerapkan
ketentuan-ketentuan berikut ini dan memberikan laporannya kepada
Kantor ILO sebagaimana yang diminta oleh Badan Pimpinan
mengenai tindakan-tindakan yang diambil untuk memberlakukan
ketentuan-ketentuan tersebut:
1.
2.
3.
18
Tindakan yang tepat perlu dilakukan, setelah berkonsultasi
dengan organisasi pekerja terkait atau, apabila organisasi ini
tidak ada, dengan pekerja terkait —
(a) untuk menjamin penerapan prinsip kesetaraan upah bagi
pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama
nilainya bagi semua pegawai departemen atau lembaga
Pemerintahan pusat, dan
(b) untuk mendorong penerapan prinsip bagi pegawai
departemen atau lembaga pemerintahan di tingkat pusat,
provinsi maupun lokal, dimana mereka mempunyai
wewenang untuk menentukan tingkat upah.
Tindakan yang tepat perlu dilakukan, setelah berkonsultasi
dengan organisasi pengusaha dan pekerja terkait, untuk
menjamin ,secepatnya mungkin, penerapan prinsip kesetaraan
upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan
yang sama nilainya di semua jabatan, selain dari yang telah
disebutkan dalam Ayat 1, dimana tingkat upah ditentukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau kontrol
publik, khususnya mengenai —
(a) penetapan upah minimum atau upah lainnya di sektor
industri dan jasa dimana tingkat upah tersebut ditentukan
oleh pejabat publik yang berwenang;
(b) industri dan perusahaan yang dioperasikan di bawah
kepemilikan atau kontrol publik; dan
(c) Bila mungkin, pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan
kontrak publik.
(1) Apabila sesuai dengan metoda-metoda pengoperasian
untuk menentukan tingkat upah, maka ketentuan harus
dibuat melalui penegakan hukum untuk penerapan umum
dari prinsip kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan
perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
4.
5.
6.
(2) Pejabat publik yang berkompeten harus melakukan segala
tindakan yang diperlukan dan tepat untuk menjamin bahwa
pengusaha dan pekerja telah sepenuhnya diberitahu
tentang persyaratan hukum tersebut dan, bila mungkin,
diberi nasehat tentang penerapannya.
Apabila setelah berkonsultasi dengan organisasi pekerja dan
pengusaha terkait, bila ada, tidak dianggap layak untuk segera
melaksanakan prinsip kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki
dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya, sesuai
dengan pekerjaan yang tercantum dalam Ayat 1, 2 atau 3, maka
ketentuan yang tepat harus dibuat atau diupayakan untuk
dibuat sesegera mungkin, untuk penerapannya secara progresif,
melalui tindakan-tindakan berikut ini—
(a) mengurangi perbedaan antara tingkat upah untuk pekerja
laki-laki dengan tingkat upah bagi pekerja perempuan
untuk pekerjaan yang sama nilainya;
(b) dimana berlaku sistem kenaikan upah, memberikan
kenaikan upah yang setara bagi pekerja laki-laki dan
perempuan yang melakukan pekerjaan yang sama nilainya.
Bilamana mungkin untuk tujuan memfasilitasi penetapan
tingkat atau pemberian upah sesuai dengan prinsip kesetaraan
upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan
yang sama nilainya, setiap Anggota, setelah disetujui oleh
organisasi pengusaha dan pekerja bersangkutan, harus
menetapkan atau mendorong penetapan metoda untuk menilai
secara obyektif pekerjaan yang akan dilaksanakan, baik melalui
analisa kerja maupun melalui prosedur lain, untuk menyediakan
klasifikasi kerja tanpa memandang jenis kelamin; metodametoda ini harus diterapkan sesuai dengan ketentuanketentuan Pasal 2 Konvensi ini.
Untuk memfasilitasi penerapan prinsip kesetaraan upah bagi
pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama
nilainya, tindakan yang tepat harus dilakukan, bila mungkin,
untuk meningkatkan efisiensi produktif dari pekerja perempuan
melalui tindakan-tindakan seperti —
(a) memastikan bahwa pekerja dari kedua jenis kelamin
mendapatkan fasilitas yang setara atau sebanding untuk
bimbingan pelatihan kerja atau konseling kerja, untuk
pelatihan dan penempatan kerja;
(b) mengambil tindakan yang tepat untuk mendorong
perempuan menggunakan fasilitas untuk bimbingan
pelatihan kerja atau konseling kerja, pelatihan dan
penempatan kerja;
(c) Menyediakan layanan sosial dan kesejahteraan yang dapat
memenuhi kebutuhan pekerja perempuan, khususnya
mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga, dan
19
7.
8.
20
mendanai layanan-layanan tersebut dari pendanaan
masyarakat umum atau dari dana jaminan sosial atau dana
kesejahteraan industri yang berasal dari pembayaran yang
dilakukan oleh para pekerja tanpa memandang jenis
kelamin mereka; dan
(d) Mempromosikan kesetaraan di antara pekerja laki-laki
dengan pekerja perempuan dalam memperoleh akses ke
jabatan dan posisi tertentu tanpa melanggar ketentuanketentuan perundang-undangan internasional dan
undang-undang dan peraturan nasional yang terkait
dengan upaya perlindungan kesehatan dan kesejahteraan
bagi perempuan.
Setiap upaya perlu dilakukan untuk mempromosikan
pemahaman masyarakat tentang alasan-alasan yang harus
dipertimbangkan agar prinsip kesetaraan upah bagi pekerja lakilaki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya dapat
dilaksanakan dengan baik.
Investigasi yang mungkin diperlukan untuk mempromosikan
penerapan prinsip ini perlu dilakukan.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
UNDANG-UNDANG NO. 80
TAHUN 1957
tentang
PERSETUJUAN KONVENSI ILO NO. 100
MENGENAI KESETARAAN UPAH BAGI
PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA
(LEMBARAN NEGARA NO.171 TAHUN 1957)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
b.
bahwa sejak tanggal 12 Juli 1950, Indonesia telah menjadi
anggota Organisasi Perburuhan Internasional (ILO);
bahwa Konvensi ILO No.100 tentang kesetaraan upah bagi
pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama
nilainya, yang telah diterima oleh perwakilan anggota ILO dalam
sidang yang ketigapuluh empat di Jenewa (1951) dapat disetujui;
Mengingat
a.
b.
Pasal 19 Konstitusi ILO;
Pasal 89 dan Pasal 120 Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia, dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat:
21
MEMUTUSKAN
UNDANG-UNDANG TENTANG RATIFIKASI KONVENSI ILO
NO. 100 MENGENAI KESETARAAN UPAH BAGI PEKERJA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG
NILAINYA SAMA
Pasal 1
Konvensi ILO No.100 mengenai kesetaraan upah bagi pekerja
laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang
telah diratifikasi oleh perwakilan anggota-anggota ILO dalam
sidangnya yang ke tigapuluh empat (1951) dan yang bunyinya
dilampirkan dalam Undang-Undang ini, dengan ini diratifikasi.
Pasal 2
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Untuk
mensosialisasikan pengakuan ini kepada masyarakat umum,
pengumuman atas Undang-undang ini dengan ini diperintahkan
untuk diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 19 Desember 1957
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SOEKARNO
Menteri Perburuhan,
SAMIJONO
Menteri Luar Negeri
SUBANDRIO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 1957,
Menteri Kehakiman,
G.A. MAENGKON
22
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG TENTANG RATIFIKASI
KONVENSI ILO NO. 100
MENGENAI
KESETARAAN UPAH BAGI PEKERJA LAKILAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN
YANG SAMA NILAINYA
(TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NO.1492)
Dalam penjelasan Undang-Undang tentang ratifikasi Konvensi
ILO No.98 mengenai penerapan prinsip-prinsip dari hak untuk
berorganisasi dan melakukan perundingan bersama, telah diuraikan
bahwa salah satu kewajiban Indonesia sebagai anggota ILO menurut
Pasal 19 ayat (5) dari Konstitusi ILO adalah meratifikasi ‘Konvensi’
yang telah diterima oleh Konferensi ILO dan yang isinya mungkin
atau telah dilaksanakan di Indonesia.
Menurut Pasal 120 Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia ratifikasi ini harus disetujui oleh Undang-Undang.
Pokok-pokok Konvensi ILO No.100 ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
negara yang telah meratifikasi Konvensi ini harus menjamin
kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk
pekerjaan yang sama nilainya;
jaminan ini dapat diterapkan melalui mekanisme Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) dalam hal penetapan upah atau dengan
menggabungkan cara-cara ini;
tindakan harus diambil untuk mengadakan penilaian pekerjaan
yang obyektif berdasarkan pekerjaan yang akan dilakukan;
perbedaan nilai upah di antara para pekerja, tanpa memandang
jenis kelamin, namun berdasarkan penilaian pekerjaan yang
23
obyektif menurut jenis pekerjaan yang akan dilakukan, tidak
akan dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip Konvensi
ini.
Di negara kita, prinsip kesetaraan upah pekerjaan telah dijamin
oleh Pasal 28, ayat (3) Undang-Undang Dasar Sementara yang
menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan pekerjaan yang
sama dalam hal yang sama, berhak atas kesetaraan upah dan kontrakkontrak kerja dengan nilai yang setara.
Sesuai dengan prinsip ini, diskriminasi dalam undang-undang
perburuhan tidak pernah dilakukan dalam hal upah berdasarkan
jenis kelamin.
Diketahui
Menteri Kehakiman,
GA. MAENGKON
24
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
presentasi C-100
KONVENSI UPAH YANG SAMA
BAGI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
UNTUK PEKERJAAN
YANG SAMA NILAINYA, 1951
DIRATIFIKASI OLEH : 141 NEGARA ANGGOTA
DIRATiFIKASI OLEH INDONESIA PADA 11 AGUSTUS 1958
MAKSUD STANDAR
Mengajak negara-negara anggota untuk
mempromosikan penerapan prinsip upah yang sama
bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan
yang sama nilainya kepada semua pekerja
CAKUPAN UMUM
Š
Š
Diterapkan ke semua pekerja
Tidak ada kegiatan atau sektor ekonomi yang
tidak tercakup dalam standar ini
25
UPAH
Š
Š
Š
Š
Š
Termasuk upah biasa, upah dasar atau upah minimum
Tambahan honorarium apapun sebutannya
(seperti bonus, tunjangan)
Dapat dibayar langsung maupun tidak langsung
Dalam bentuk tunai atau natura
Ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja
UPAH YANG SAMA
Mengacu ke tarif upah yang telah ditetapkan tanpa
dibedakan berdasarkan jenis kelamin
CARA-CARA MENERAPKAN PRINSIP
Š
Š
Š
26
Hukum nasional atau peraturan
Ditetapkan secara sah atau perlengkapan yang
sudah dikenal atau penetapan upah
Kesepakatan bersama
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
TUJUAN PENILAIAN (1)
Š
Š
Prosedur formal, melalui analisis isi jabatan,
mencari jenjang posisi
Ditetapkan secara sah atau perlengkapan yang
sudah dikenal atau penetapan upah
Kesepakatan bersama
PENILAIAN OBYEKTIF (2)
ANALISIS JABATAN
Š
Š
Š
Š
URAIAN TUGAS
Kinerja tugas-tugas
Ketrampilan dan usaha yang
diperlukan
Tanggung jawab
Kondisi kerja
KECUALI,
Perbedaan tarif antara pekerja yang mengacu, tanpa
perbedaan jenis kelamin, ke perbedaan yang
ditetapkan berdasarkan penilaian obyektif, atas
pekerjaan yang dihasilkan
27
28
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
KONVENSI 111
DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN
JABATAN
Konvensi:
C111
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
34
Tanggal Disetujui:
29:06:1951
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
keempat puluh dua pada tanggal 4 Juni 1958, dan
Setelah memutuskan untuk menyetujui beberapa usulan
tertentu mengenai diskriminasi di bidang pekerjaan dan jabatan,
yang merupakan mata acara keempat dalam agenda sidang tersebut,
dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Konvensi internasional, dan
Dengan mempertimbangkan bahwa Deklarasi Philadelphia
menyatakan bahwa semua manusia, tanpa memandang ras,
kepercayaan, dan jenis kelamin, berhak memperoleh kesejahteraan
materil maupun pengembangan spiritual dalam kondisi yang bebas
dan terhormat, dan dalam kondisi perekonomian yang aman dan
kesetaraan kesempatan, dan
Dengan mempertimbangkan juga bahwa diskriminasi
merupakan pelanggaran hak-hak yang dinyatakan dalam Deklarasi
Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia,
Menetapkan pada tanggal 25 Juni tahun 1958, Konvensi berikut
ini, yang dapat disebut sebagai Konvensi tentang Diskriminasi
(Pekerjaan dan Jabatan) tahun 1958:
29
Pasal 1
1.
2.
3.
Dalam Konvensi ini, istilah “diskriminasi” meliputi (a) setiap perbedaan, pengecualian atau pilihan atas dasar ras,
warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik,
kebangsaan atau asal usul dalam masyarakat, yang
mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kesetaraan
kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan;
(b) setiap perbedaan, pengecualian atau pilihan lain yang
mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kesetaraan
kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan
sebagaimana yang ditentukan oleh Anggota terkait setelah
berkonsultasi dengan organisasi yang mewakili pengusaha
dan pekerja, bila ada, dan dengan badan-badan terkait
lainnya.
Perbedaan, pengecualian atau pilihan dalam hal pekerjaan
tertentu yang didasarkan pada persyaratan khusus untuk
pekerjaan tersebut, tidak akan dianggap sebagai diskriminasi.
Untuk tujuan Konvensi ini, istilah “pekerjaan” dan “jabatan”
mencakup akses untuk memperoleh pelatihan keterampilan,
akses untuk memperoleh pekerjaan dan jabatan tertentu, serta
persyaratan dan ketentuan kerja.
Pasal 2
Setiap Anggota yang melaksanakan Konvensi ini perlu berupaya
untuk menetapkan dan mencari suatu kebijakan nasional yang
bertujuan untuk mempromosikan, melalui cara yang sesuai dengan
keadaan dan kebiasaan nasional, kesetaraan kesempatan dan
perlakuan dalam hal pekerjaan dan jabatan, dengan tujuan untuk
menghapus diskriminasi apapun di bidang tersebut.
Pasal 3
Setiap Anggota yang melaksanakan Konvensi ini perlu berupaya
dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kebiasaan nasional
untuk (a) menjalin kerjasama dari organisasi pengusaha dan pekerja serta
badan-badan terkait lainnya guna mempromosikan penerimaan
dan ketaatan terhadap kebijakan ini;
(b) mengadakan perundang-undangan serta mempromosikan program-program pendidikan yang diperkirakan dapat menjamin
diterimanya dan ditaatinya kebijakan ini;
(c) mencabut ketentuan perundang-undangan serta mengubah
petunjuk atau kebiasaan administratif yang tidak sesuai dengan
kebijakan ini;
30
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
(d) mendorong diberlakukannya kebijakan tentang pekerjaan ini
yang langsung diawasi oleh penguasa nasional;
(e) menjamin ditaatinya kebijakan ini dalam kegiatan bimbingan
keterampilan, latihan keterampilan serta layanan penempatan
yang dipimpin oleh penguasa nasional;
(f) mencantumkan dalam laporan-laporan tahunannya tentang
penerapan Konvensi ini, tindakan apa yang telah diambil untuk
melaksanakan kebijakan ini serta hasil yang dicapai dengan
melakukan tindakan tersebut.
Pasal 4
Setiap tindakan terhadap seseorang yang diperkirakan atau
benar-benar melakukan kegiatan yang mengancam keselamatan
Negara, tidak akan dianggap sebagai diskriminasi, selama yang
bersangkutan diberi hak untuk mengajukan banding kepada badan
yang berkompeten yang didirikan sesuai dengan kebiasaan nasional.
Pasal 5
1.
2.
Langkah-langkah khusus untuk memperoleh perlindungan atau
bantuan yang diberikan oleh Konvensi atau Rekomendasi lain
yang telah disetujui oleh Konferensi ILO, tidak akan dianggap
sebagai diskriminasi.
Setiap Anggota dapat, setelah berkonsultasi dengan organisasi
pengusaha dan pekerja, bila ada, menetapkan bahwa perlu
diambil langkah-langkah khusus lain yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan khusus manusia, yang dikarenakan oleh
jenis kelamin, usia, cacad, tanggung jawab keluarga atau status
sosial atau budaya, secara umum diakui perlu diberi perlindungan
atau bantuan khusus, tidak akan dianggap sebagai diskriminasi.
Pasal 6
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi ini akan berupaya
menerapkannya di wilayah-wilayah non-metropolitan, sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Konstitusi ILO.
Pasal 7
Ratifikasi secara formal atas Konvensi ini harus diberitahukan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.
31
Pasal 8
1.
2.
3.
Konvensi ini hanya akan mengikat Anggota-Anggota ILO yang
ratifikasinya telah didaftarkan kepada Direktur Jenderal.
Konvensi ini akan berlaku selama duabelas bulan setelah tanggal
ratifikasi oleh dua Anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi ini akan berlaku untuk setiap Anggota
selama duabelas bulan setelah tanggal ratifikasi Anggota
tersebut didaftarkan.
Pasal 9
1.
2.
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat mencabutnya
setelah melewati masa sepuluh tahun dari tanggal pertama kali
Konvensi ini diberlakukan, melalui tindakan yang telah
diberitahukan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan
Internasional untuk didaftarkan. Pencabutan ini tidak akan
berlaku sebelum satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini namun tidak
menggunakan haknya untuk mencabut sebagaimana yang
ditentukan dalam Pasal ini dalam waktu satu tahun setelah
berakhirnya masa sepuluh tahun yang disebutkan dalam ayat
di atas, maka Anggota tersebut akan terikat selama jangka waktu
sepuluh tahun berikutnya, dan setelah itu, dapat membatalkan
Konvensi ini pada saat berakhirnya setiap masa sepuluh tahun
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal ini.
Pasal 10
1.
2.
Direktur Jenderal Organisasi Perburuhan Internasional akan
memberitahukan semua Anggota ILO tentang pendaftaran
semua ratifikasi dan pencabutan yang disampaikan kepadanya
oleh Anggota ILO.
Pada waktu memberitahukan Anggota ILO tentang pendaftaran
ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
akan mengingatkan Anggota-Anggota ILO tentang tanggal mulai
berlakunya Konvensi ini.
Pasal 11
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB tentang informasi rinci
mengenai semua ratifikasi dan pencabutan yang didaftarkan olehnya
sesuai dengan ketentuan Pasal-Pasal tersebut di atas.
32
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Pasal 12
Pada saat yang dipandang perlu, Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional akan menyerahkan laporan mengenai
pelaksanaan Konvensi ini kepada Konferensi Umum dan akan
mempelajari perlunya memasukkan semua atau sebagian revisinya
ke dalam agenda Konferensi.
Pasal 13
1.
2.
Apabila Konferensi ini mengesahkan Konvensi baru yang
mengubah sebagian atau seluruh Konvensi ini, kecuali kalau
ditentukan lain oleh Konvensi baru tersebut, maka (a) dengan menyimpang dari ketentuan Pasal 5 di atas, ratifikasi
atas Konvensi baru oleh Anggota berarti membatalkan
Konvensi ini saat itu juga demi hukum, apabila dan pada
saat Konvensi yang baru tersebut mulai diberlakukan;
(b) mulai tanggal berlakunya Konvensi yang baru direvisi
tersebut, Konvensi ini tidak dapat diratifikasi lagi oleh Para
Anggota.
Namun Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi
yang asli bagi para Anggota yang sudah meratifikasinya tetapi
belum meratifikasi Konvensi yang baru tersebut.
Pasal 14
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan Perancis
memiliki kekuatan hukum yang sama.
33
34
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
REKOMENDASI 111
Diskriminasi (dalam hal Pekerjaan
dan Jabatan), 1958
REKOMENDASI MENGENAI DISKRIMINASI
DALAM HAL PEKERJAAN DAN JABATAN
Rekomendasi:
R111
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
42
Tanggal Disetujui:
25:06:1958
Sidang Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
ke-Empat puluh dua pada tanggal 4 Juni 1958, dan
Setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan tertentu
yang terkait dengan diskriminasi dalam hal pekerjaan dan jabatan,
yang menjadi mata acara keempat dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Rekomendasi, sebagai peraturan tambahan dari Konvensi
mengenai Diskriminasi (dalam hal Pekerjaan dan Jabatan), 1958,
Dengan mengadopsi pada tanggal dua puluh lima Juni tahun
seribu sembilan ratus lima puluh delapan, maka Rekomendasi
berikutnya, dikutip sebagai Rekomendasi mengenai Diskriminasi
(dalam hal Pekerjaan dan Jabatan), 1958:
Konferensi merekomendasikan setiap Negara Anggota untuk
menerapkan ketentuan-ketentuan berikut ini:
I.
1.
Definisi
(2)
Dalam Rekomendasi ini, istilah diskriminasi meliputi —
(a) Segala bentuk pembedaan, pengabaian atau pilih kasih
yang dilakukan berdasarkan ras, warna kulit, jenis
kelamin, agama, paham politik, pencabutan (ekstraksi)
secara nasional atau asal-usul sosial, yang berdampak
35
pada penghapusan atau hambatan terhadap kesetaraan
kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau
jabatan;
(b) Pembedaan, pengabaian atau pilih kasih dalam bentuk
lain yang berdampak pada penghapusan atau
hambatan terhadap kesetaraan kesempatan atau
perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan atau
sebagaimana yang ditentukan oleh Negara Anggota
terkait setelah berkonsultasi dengan perwakilan
organisasi pengusaha dan pekerja, bila ada, dan dengan
badan-badan terkait.
(2) Setiap pembedaan, pengabaian atau pilih kasih yang
dilakukan dalam hal pekerjaan tertentu berdasarkan pada
kebutuhan, tidak dapat dianggap sebagai diskriminasi.
(3) Dalam Rekomendasi ini, istilah pekerjaan dan jabatan
meliputi akses untuk mendapatkan pelatihan kerja, akses
untuk mendapat pekerjaan dan jabatan tertentu, serta
ketentuan dan persyaratan kerja.
II.
2.
36
Formulasi dan Penerapan Kebijakan
Setiap Negara Anggota harus merumuskan suatu kebijakan
nasional untuk mencegah diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan. Kebijakan ini harus diterapkan melalui tindakan
legislatif, kesepakatan kerja bersama antara perwakilan
organisasi pengusaha dan pekerja atau dalam cara lain yang
sesuai dengan kondisi dan kebiasaan setiap negara, dan harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
(a) promosi kesetaraan kesempatan dan perlakuan dalam
pekerjaan dan jabatan adalah masalah kepedulian
masyarakat;
(b) tanpa diskriminasi, semua pihak perlu menikmati kesetaraan
kesempatan dan perlakuan dalam hal —
(i) akses untuk mendapatkan bimbingan pelatihan kerja
dan layanan penempatan kerja;
(ii) akses untuk mendapatkan pelatihan dan pekerjaan
sesuai dengan pilihan mereka sendiri beradasarkan
kemampuan individu untuk mengikuti pelatihan atau
melaksanakan pekerjaan tersebut;
(iii) kemajuan sesuai dengan sifat, pengalaman,
kemampuan dan ketekunan masing-masing;
(iv) keamanan masa kerja;
(v) Memperoleh upah atas pekerjaan yang sama nilainya;
(vi) kondisi kerja meliputi jam kerja, waktu istirahat, cuti
tahunan dengan tetap dibayar, tindakan keselamatan
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
dan kesehatan kerja, serta tindakan pengaman sosial
dan fasilitas kesejahteraan dan tunjangan yang
disediakan dalam hubungannya dengan pekerjaan;
(c) lembaga-lembaga pemerintahan harus menerapkan
kebijakan kerja yang non diskriminatif dalam segala kegiatan
mereka;
(d) pengusaha tidak boleh mempraktikkan atau menyetujui
diskriminasi dalam mempekerjakan atau melatih seseorang
untuk bekerja, dalam memajukan atau mempertahankan
seseorang dalam pekerjaan, atau dalam memperbaiki
ketentuan dan persyaratan kerja; dan pihak perorangan
maupun organisasi tidak boleh menghalangi atau
mengganggu, baik secara langsung maupun tak langsung,
pengusaha yang ingin menerapkan prinsip ini;
(e) Dalam negosiasi bersama dan hubungan industri, para pihak
harus menghormati prinsip kesetaraan kesempatan dan
perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan, dan harus
menjamin bahwa kesepakatan kerja bersama tidak
mengandung ketentuan-ketentuan yang bersifat
diskriminatif dalam hal akses untuk mendapatkan, pelatihan
untuk, kemajuan atau mempertahankan pekerjaan atau
dalam kaitannya dengan ketentuan dan persyaratan kerja;
(f) organisasi pengusaha dan pekerja tidak boleh
mempraktikkan atau menyetujui diskriminasi dalam hal
penerimaan kerja, mempertahankan keanggotaan atau
partisipasi dalam pekerjaan mereka.
3.
Setiap Negara Anggota harus —
(a) menjamin penerapan prinsip-prinsip yang nondiskriminatif—
(i) dalam hal pekerjaan, di bawah kendali langsung dari
otoritas nasional;
(ii) dalam kegiatan-kegiatan bimbingan kerja, pelatihan
kerja dan layanan penempatan kerja, di bawah arahan
dari otoritas nasional;
(b) mempromosikan kepatuhan mereka, bila mungkin dan
perlu, dalam hal pekerjaan lain serta bimbingan kerja, latihan
kerja dan layanan penempatan kerja yang lain misalnya
melalui cara berikut ini —
(i) mendorong departemen atau lembaga pemerintahan
di tingkat pusat, propinsi, maupun lokal serta industri
dan perusahaan yang beroperasi di bawah kepemilikan
atau pengawasan publik untuk menjamin penerapan
prinsip-prinsip ini;
37
(ii) membuat pemenuhan persyaratan kontrak-kontrak
yang melibatkan pengeluaran dana publik tergantung
pada kepatuhan mereka terhadap prinsip-prinsip ini;
(iii) membuat pemenuhan persyaratan untuk memperoleh
dana bantuan guna melatih perusahaan-perusahaan
dan untuk memperoleh izin beroperasi agen kerja
swasata atau kantor bimbingan kerja swasta tergantung
pada kepatuhan mereka terhadap prinsip-prinsip ini.
4.
lembaga-lembaga yang tepat, yang akan dibantu bilamana
mungkin oleh komite penasihat yang terdiri dari perwakilan
organisasi pengusaha dan pekerja, bila ada, dan lembagalembaga terkait lainnya, harus ditetapkan untuk tujuan
mempromosikan penerapan kebijakan dalam segala bidang
pekerjaan sektor publik dan swasta, dan terutama dalam —
(a) melakukan segala tindakan yang praktis untuk mendorong
masyarakat untuk memahami dan menerima prinsip-prinsip
yang non-diskriminatif;
(b) menerima, memeriksa dan menyelidiki komplain yang
menyatakan kebijakan ini tidak dipatuhi dan, bila perlu
melalui upaya konsiliasi, untuk membetulkan praktik-praktik
yang dianggap bertentangan dengan kebijakan ini; dan
(c) mempertimbangkan lebih jauh setiap komplain yang tidak
dapat diselesaikan secara efektif melalui konsiliasi dan
memberikan pendapat atau mengeluarkan keputusan yang
terkait dengan cara memperbaiki praktik-praktik
diskriminatif yang diajukan.
5.
Setiap Negara Anggota harus mencabut setiap ketentuan
perundang-undangan dan memodifikasi setiap instruksi atau
praktik administratif yang tidak sesuai dengan kebijakan ini.
6.
Penerapan kebijakan ini tidak boleh merugikan tindakantindakan khusus yang dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan tertentu dari mereka yang, atas alasan tertentu
seperti jenis kelamin, usia, cacat, tanggung jawab keluarga
maupun status sosial budaya, biasanya diakui membutuhkan
perlindungan dan bantuan khusus.
7.
Setiap tindakan yang membuat seseorang berhak dicurigai atau
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang merugikan keamanan
Negara, tidak dapat dianggap sebagai perlakuan diskriminasi,
selama individu tersebut berhak mengajukan banding ke badan
yang berkompeten yang dibentuk sesuai dengan kebiasaan
nasional.
38
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
8.
Dalam hal pekerja imigran yang berkewarganegaraan asing
beserta anggota keluarga mereka, pengakuan perlu diberikan
pada ketentuan-ketentuan dari Konvensi mengenai
Perpindahan untuk Bekerja (sudah Direvisi), tahun 1949, yang
terkait dengan kesetaraan perlakuan dan ketentuan-ketentuan
dari Rekomendasi mengenai Perpindahan untuk Bekerja (sudah
Direvisi), tahun 1949, yang terkait dengan upaya mengurangi
pembatasan terhadap akses untuk bekerja.
9.
Harus ada kerjasama secara terus-menerus antara otoritas yang
berkompeten, perwakilan pengusaha dan pekerja serta
lembaga-lembaga terkait untuk mempertimbangkan tindakantindakan positif apa yang mungkin diperlukan sesuai dengan
kondisi nasional agar prinsip-prinsip non-diskriminatif ini dapat
diberlakukan.
III.
Koordinasi Tindakan untuk Mencegah
Diskriminasi di Segala Bidang
10. Pejabat berwenang yang bertanggung jawab atas tindakan
terhadap diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan, harus
bekerjasama secara erat dan berkesinambungan dengan
pejabat berwenang yang bertanggung jawab atas tindakan
terhadap diskriminasi di bidang-bidang lain, agar tindakantindakan yang diambil di segala bidang dapat terkoordinir
dengan baik.
39
40
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 1999
tentang
PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 111
MENGENAI DISKRIMINASI DALAM
PEKERJAAN DAN JABATAN
Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang:
a.
b.
bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin
semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum,
sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap pekerja
berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan
politik, kebangsaan atau asal usul keturunan harus dihapuskan;
bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat
internasional menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi
prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia Tahun 1948,
Deklarasi Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi Organisasi
Ketenagakerjaan Internasional (ILO).
41
c.
bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional dalam
sidangnya yang keempat puluh dua tanggal 25 Juni 1958, telah
menyetujui ILO Convention No. 111 concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO
mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan);
bahwa ketentuan Konvensi tersebut selaras dengan keinginan
bangsa Indonesia untuk secara terus menerus menegakkan dan
memajukan pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara;
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c,
dan d, dipandang perlu mengesahkan ILO Convention No. 111
concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan
dan Jabatan) dengan Undang-undang;
d.
e.
Mengingat:
1.
Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 UndangUndang Dasar 1945;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia;
2.
Dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Memutuskan:
Menetapkan:
Undang-undang tentang pengesahan
Konvensi ILO No. 111 mengenai
Diskriminasi dalam Pekerjaan dan
Jabatan.
Pasal 1
Mengesahkan ILO Convention NoJI1 concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO No.
111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan) yang
salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggeris dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Undang-undang ini.
42
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Pasal 2
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999
Presiden Republik Indonesia
Bacharuddin Jusuf Habibie
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999
Menteri Negara/Sekretaris Negara
Republik Indonesia
Akbar T
anjung
Tanjung
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 57 tahun 1999
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia
Kepala Biro Pertama yang menangani
peraturan dan ketentuan perundang-undangan
Lombock V
V.. Nahattands
43
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 1999
tentang
PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 111
MENGENAI DISKRIMINASI DALAM
PEKERJAAN DAN JABATAN
I.
Umum
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak
asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia
atau pihak lain yang dapat merampas hak tersebut. Hak asasi manusia
diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia yang disetujui PBB Tahun 1948, Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi ILO. Dengan demikian semua
negara di dunia secara moral dituntut untuk menghormati,
menegakkan, dan melindungi hak tersebut.
Salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan kesempatan,
dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Persamaan tersebut
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan telah diatur dalam UUD 1945
Pasal 27. Ketentuan tersebut telah pula diatur dalam Ketetapan MPR
RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagai
peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai anggota PBB dan
Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour
Organization (ILO), Indonesia menghargai, menjunjung tinggi dan
44
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
berupaya menerapkan keputusan-keputusan kedua lembaga
internasional dimaksud.
Konvensi ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi Dalam
Pekerjaan dan Jabatan yang disetujui pada Konferensi
Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh dua tanggal 25 Juni
1958 di Jenewa merupakan bagian dari perlindungan hak asasi
pekerja. Konvensi ini mewajibkan setiap negara anggota ILO yang
telah meratifikasi untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi
dalam pekerjaan dan jabatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis
kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul
keturunan.
II.
Pokok-pokok Pikiran yang Mendorong
Lahirnya Konvensi No. 111
1.
2.
III.
1.
2.
Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 mengenai kesamaan
remunerasi dan pengupahan bagi pekerja laki-laki dan
pekerja perempuan meminta semua negara untuk
menjamin pelaksanaan prinsip pengupahan yang sama bagi
pekerja laki-laki dan pekerja perempuan untuk pekerjaan
yang sama nilainya.
Kenyataan menunjukkan bahwa praktik diskriminasi terjadi
tidak hanya mengenai prinsip pengupahan yang sama bagi
pekerja laki-laki dan pekerja perempuan, akan tetapi juga
mengenai perlakuan dan kesempatan dalam pekerjaan dan
jabatan. Oleh sebab itu dirasakan perlu menyusun dan
mengesahkan Konvensi yang secara khusus melarang
diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan berdasarkan ras,
warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik,
kebangsaan atau asal usul keturunan.
Alasan Indonesia Mengesahkan Konvensi
Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan
landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagaimana tercermin dalam Sila-sila
Pancasila khususnya Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Untuk itu bangsa Indonesia bertekad untuk mencegah,
melarang dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi dalam
pekerjaan dan jabatan sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang
Undang Dasar 1945, Indonesia telah menetapkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur pencegahan dan
pelarangan segala bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan.
45
3.
4.
5.
6.
IV.
1.
2.
46
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui
Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai
instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa
tanggal 18 Desember 1979 mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dengan UndangUndang Nomor 7 Tahun 1984. Disamping itu Presiden Republik
Indonesia telah ikut menandatangani Keputusan Pertemuan
Tingkat Tinggi mengenai Pembangunan Sosial di Kopenhagen
Tahun 1995. Keputusan pertemuan tersebut antara lain
mendorong anggota PBB meratifikasi tujuh Konvensi ILO yang
memuat hak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi Nomor 111
Tahun 1958 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan
Jabatan.
ILO dalam Sidang Umumnya yang ke-86 di Jenewa bulan Juni
1998 telah menyepakati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan
Hak-Hak Dasar di Tempat Kerja. Deklarasi tersebut menyatakan
bahwa setiap negara wajib menghormati dan mewujudkan
prinsip-prinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.
Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan
perundang-undangan masih dirasakan adanya penyimpangan
perlindungan hak pekerja. Oleh karena itu pengesahan
Konvensi ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan
dan penegakan hukum secara efektif sehingga akan lebih
menjamin perlindungan hak pekerja dari setiap bentuk
diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan.
Pengesahan Konvensi ini menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan dan melindungi hak-hak dasar pekerja
khususnya hak mendapatkan persamaan kesempatan dan
perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Hal ini akan lebih
meningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan
kepercayaan masyarakat internasional.
Pokok-pokok Konvensi
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib
melarang setiap bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan
jabatan termasuk dalam memperoleh pelatihan dan
keterampilan yang didasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin,
agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul keturunan.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib
mengambil langkah-langkah kerja sama dalam peningkatan
pentaatan pelaksanaannya, peraturan perundang-undangan,
administrasi, penyesuaian kebijaksanaan, pengawasan,
pendidikan dan pelatihan.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
3.
V.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib
melaporkan pelaksanaannya.
Pasal demi Pasal
Pasal 1
Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya
dalam bahasa Indonesia, maka yang berlaku adalah naskah asli
Konvensi dalam bahasa Inggeris.
Pasal 2
Cukup jelas
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3836
47
48
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
presentasi 111
DISKRIMINASI
(DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN
KONVENSI 1958)
DIRATIFIKASI OLEH : 138 NEGARA ANGGOTA
DIRATiFIKASI OLEH INDONESIA PADA 7 JULI 1999
MAKSUD STANDAR
Mengajak negara anggota untuk mendeklarasikan dan
mewujudkan suatu kebijakan untuk mempromosikan
kesempatan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan
dan jabatan yang mengarah kepada penghapusan
segala bentuk diskriminasi melalui metode yang sesuai
dengan kondisi nasional
DISKRIMINASI
Š
Š
Setiap pembedaan, pengecualian atau
pengistimewaan berdasarkan ras, warna kulit,
agama, aliran politik, keturunan atau asal muasal
yang berakibat pada pengabaian atau perusakan
kesempatan dan perlakuan yang sama dalam
pekerjaan dan jabatan
Setiap alasan diskriminasi yang berakibat sama,
terbentuk setelah konsultasi secara tripartit
(misalnya, usia)
49
CAKUPAN UMUM
Š
Š
Š
Termasuk pekerja mandiri
Termasuk pekerja warga negara asing (diantara
mereka sendiri)
Tidak kecuali diskriminasi antara pekerja nasional
dan pekerja asing
DAMPAK
PENGABAIAN ATAU PERUSAKAN KESEMPATAN
DAN PERLAKUAN YANG SAMA DALAM
PEKERJAAN
DISKRIMINASI
LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG
DISKRIMINASI
DISENGAJA DAN
TIDAK DISENGAJA
DISKRIMINASI TIDAK LANGSUNG
Š
50
Pembedaan berdasarkan pada sesuatu yang
kelihatannya merupakan kriteria obyektif namun pada
praktiknya disproposional terhadap seseorang,
sementara hal itu tidak terkait dengan persyaratan
yang diminta oleh pekerjaan
misalnya, pembedaan berdasarkan latar belakang
sosial-psikologi, seperti tinggi badan, yang hanya akan
bisa dipenuhi oleh jenis kelamin tertentu
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
DISKRIMINASI TIDAK SENGAJA
Contoh: mengeluarkan lokasi proses ekspor dari
wilayah yurisdiksi undang-undang perburuhan
Tujuan: untuk promosi eksport atau investasi luar
negeri
Hasil yang mungkin terjadi adalah: diskriminasi tidak
sengaja berdasarkan jenis kelamin atau usia jika
pekerja di lokasi itu didominasi oleh perempuan dan
anak muda
PEKERJAAN DAN JABATAN
PENGABAIAN ATAU PERUSAKAN KESEMPATAN
DAN PERLAKUAN YANG SAMA DALAM
PEKERJAAN
Š
Š
Š
akses ke pekerjaan
akses ke panduan
magang dan
penempatan
kenaikan pangkat
sesuai dengan
pengalaman
Š
Š
Š
keamanan
kedudukan
kondisi pekerjaan
termasuk upah
yang sama untuk
pekerjaan yang
sama nilainya
KECUALI [1]
Š
pembedaan berdasarkan persyaratan kerja yang
diminta
Š pembedaan yang adil berdasarkan kebutuhan jabatan
yang sesungguhnya
misalnya: aliran politik untuk pos-pos administrasi senior
tertentu, keyakinan/agama untuk jabatan menteri, jenis
kelamin berdasarkan pertimbangan yang benar, estetika,
atau tradisi, atau pertunjukan seni
51
KECUALI [2]
Š
Š
Š
Seseorang yang patut dicurigai, atau terkait
dengan kegiatan yang mengancam keamanan
negara
Mempunyai hak atas daya tarik tubuh yang sudah
terberi
Keanggotaan suatu kelompok yang ajarannya
pada prinsipnya bertujuan untuk membuat tidak
adanya perubahan damai yang memadai
KECUALI [3]
Š
Š
Tindakan-tindakan khusus yang diberikan di dalam
instrumen-instrumen ILO lainnya, misalnya,
perlindungan kehamilan dari pekerjaan malam
hari
Aksi positif untuk mengembalikan keseimbangan
AKSI POSITIF
Sementara, tindakan khusus untuk menghapus
diskriminasi langsung dan dan tidak langsung yang telah
terjadi dimasa lampau agar supaya kesamaan kesempatan
secara nyata dapat terjadi
52
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
AKSI POSITIF DAPAT MEMASUKKAN
PENGABAIAN ATAU PERUSAKAN KESEMPATAN
DAN PERLAKUAN YANG SAMA DALAM
PEKERJAAN
AKSI PERBAIKAN
(MENETAPKAN
TARGET UNTUK
MEMASTIKAN
PARTISIPASI
PEREMPUAN)
STANDAR PROMOSI
YANG MEMBERIKAN
PEREMPUAN AKSES
KEPADA
KESEMPATAN LEBIH
LUAS (PENDIDIKAN,
PELATIHAN
KEJURUAN, SEKTORSEKTOR NONTRADISIONAL)
53
54
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
KONVENSI 156
mengenai
KESETARAAN KESEMPATAN DAN
PERLAKUAN YANG SAMA BAGI PEKERJA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN: PEKERJA
DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA’
Konvensi:
C156
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
60
Tanggal Disetujui:
03:06:1981
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
Keenampuluh tujuh pada tanggal 3 Juni 1981, dan
Mengetahui bahwa Deklarasi Philadelphia tentang Maksud dan
Tujuan ILO yang mengakui bahwa “semua umat manusia, tanpa
memandang ras, kepercayaan atau jenis kelamin, berhak
memperoleh kesejahteraan materil maupun pengembangan spiritual dalam kondisi yang bebas dan terhormat, dan dalam kondisi
perekonomian yang aman dan kesetaraan kesempatan”, dan
Mengetahui adanya ketentuan dari Deklarasi tentang
Kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi Pekerja
Perempuan dan ketentuan resolusi tentang rencana aksi yang
bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan kesempatan dan
perlakuan yang sama bagi pekerja perempuan, yang ditetapkan
oleh Konferensi ILO pada tahun 1975, dan
Mengetahui adanya ketentuan-ketentuan dari beberapa
Konvensi dan Rekomendasi ILO yang bertujuan untuk memastikan
adanya kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi
pekerja laki-laki dan perempuan, yaitu Konvensi dan Rekomendasi
tentang Kesetaraan Upah tahun 1951, Konvensi dan Rekomendasi
tentang Diskriminasi (dalam hal Pekerjaan dan Jabatan) tahun 1958,
55
dan Bab VIII dari Rekomendasi tentang Pengembangan Sumber
Daya Manusia tahun 1975, dan
Mengingat bahwa Konvensi tentang Diskriminasi (dalam hal
Pekerjaan dan Jabatan) tahun 1955, tidak secara tegas mencakup
pembatasan-pembatasan yang dibuat berdasarkan tanggung jawab
keluarga, dan mengingat bahwa standar-standar tambahan
diperlukan untuk maksud tersebut, dan
Mengetahui ketentuan-ketentuan Rekomendasi tentang
Pekerjaan (Perempuan dengan Tanggung jawab Keluarga) tahun
1965, dan mempertimbangkan perubahan-perubahan yang telah
dilakukan sejak penerapannya, dan
Mengetahui bahwa instrumen-instrumen tentang kesetaraan
kesempatan dan perlakuan yang sama bagi laki-laki dan perempuan
juga telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
badan-badan khusus lainnya, dan mengingat, khususnya, ayat
keempatbelas dari Mukadimah Konvensi PBB tentang Penghapusan
Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, tahun 1979,
dimana Negara-negara Anggota “menyadari bahwa perubahan
dalam peran tradisional laki-laki serta peran perempuan dalam
masyarakat dan dalam keluarga diperlukan untuk mencapai
kesetaraan penuh di antara laki-laki dan perempuan”, dan
Mengakui bahwa masalah pekerja yang memiliki tanggung jawab
keluarga adalah aspek yang lebih luas permasalahannya dalam
keluarga dan masyarakat yang harus dipertimbangkan dalam
menyusun kebijakan nasional, dan
Mengakui perlunya menciptakan kesetaraan kesempatan dan
perlakuan yang sama yang efektif di antara pekerja laki-laki dan
perempuan yang memiliki tanggung jawab keluarga dan di antara
pekerja tersebut dengan pekerja lain, dan
Menimbang bahwa banyak masalah yang semakin rumit
dihadapi semua pekerja, terutama pekerja yang memiliki tanggung
jawab keluarga dan dengan mengakui perlunya meningkatkan
kondisi mereka melalui tindakan-tindakan yang mampu memenuhi
kebutuhan khusus mereka dan melalui tindakan-tindakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi pekerja pada umumnya,
dan
Setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan tertentu
yang terkait dengan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan, yaitu pekerja yang
memiliki tanggung jawab keluarga, yang menjadi mata acara kelima
dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Konvensi internasional,
56
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Menetapkan pada tanggal duapuluh tiga Juni tahun 1981,
Konvensi berikut ini, yang dapat disebut sebagai Konvensi mengenai
Pekerja dengan Tanggung jawab Keluarga, 1981.
Pasal I
1.
2.
3.
4.
Konvensi ini berlaku untuk pekerja laki-laki dan perempuan
yang memiliki tanggung jawab yang terkait dengan anak-anak
yang menjadi tanggungan mereka, dimana tanggung jawab ini
membatasi peluang mereka untuk mempersiapkan diri untuk
masuk, dan ikut serta atau memperoleh kemajuan dalam
kegiatan ekonomi.
Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi ini juga berlaku untuk
pekerja laki-laki dan perempuan yang memiliki tanggung jawab
kepada anggota lain dari keluarga dekat mereka, yang secara
jelas membutuhkan perhatian dan bantuan mereka, dimana
tanggung jawab ini membatasi peluang mereka untuk
mempersiapkan diri untuk masuk, dan ikut serta atau
memperoleh kemajuan dalam kegiatan ekonomi.
Dalam Konvensi ini, istilah “anak yang menjadi tanggungan”
dan “anggota lain dari keluarga dekat yang secara jelas
membutuhkan perhatian dan bantuan mereka” berarti orangorang yang ditetapkan demikian di masing-masing negara
melalui salah satu dari cara-cara yang disebut dalam Pasal 9
Konvensi ini.
Pekerja yang dicakup dalam ketentuan ayat 1 dan ayat 2 Pasal
ini selanjutnya disebut “pekerja dengan tanggung jawab
keluarga”.
Pasal 2
Konvensi ini berlaku untuk segala jenis kegiatan ekonomi dan
semua kategori pekerja.
Pasal 3
1.
Dalam menciptakan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama yang efektif bagi pekerja laki-laki dan perempuan, setiap
Anggota perlu menjadikannya sebagai tujuan dari kebijakan
nasional agar mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga
yang terikat atau ingin terikat dalam pekerjaan, dapat
menggunakan hak mereka untuk melakukannya tanpa
mengalami diskriminasi dan, bila mungkin, tanpa konflik antara
pekerjaan dengan tanggung jawab mereka terhadap keluarga.
57
2.
Dalam ayat 1 Pasal ini, istilah “diskriminasi” berarti diskriminasi
dalam hal pekerjaan dan jabatan sebagaimana yang ditetapkan
dalam Pasal 1 dan Pasal 5 Konvensi mengenai Diskriminasi dalam
hal (Pekerjaan dan Jabatan), 1958.
Pasal 4
Dalam menciptakan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama yang efektif bagi pekerja laki-laki dan perempuan, segala
tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi di masingmasing negara perlu ditempuh—
(a) agar pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga dapat
menggunakan hak mereka untuk memilih pekerjaan secara
bebas; dan
(b) untuk mempertimbangkan kebutuhan mereka dalam hal
ketentuan dan persyaratan kerja dan dalam hal jaminan sosial.
Pasal 5
Segala tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi
di masing-masing negara perlu ditempuh lebih lanjut
(a) untuk mempertimbangkan kebutuhan para pekerja yang
memiliki tanggung jawab keluarga dalam perencanaan
masyarakat; dan
(b) untuk mengembangkan atau meningkatkan layanan masyarakat,
baik layanan publik maupun swasta, seperti perawatan anak
serta layanan dan fasilitas untuk keluarga.
Pasal 6
Pihak berwenang dan lembaga-lembaga yang berkompeten di
masing-masing negara harus mengambil langkah yang diperlukan
guna mempromosikan informasi dan pendidikan yang dapat
menciptakan pemahaman masyarakat yang lebih luas tentang
pninsip kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi
pekerja laki-laki dan perempuan dan tentang masalah-masalah
pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga, serta penciptaan
iklim pendapat yang kondusif untuk mengatasi permasalahan ini.
Pasal 7
Segala tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi
di masing-masing negara, termasuk upaya di bidang bimbingan dan
pelatihan keterampilan, perlu dilakukan agar para pekerja yang
memiliki tanggung jawab keluarga dapat menjadi dan tetap masuk
58
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
dalam jajaran tenaga kerja, serta untuk kembali bekerja setelah
absen karena tanggung jawab mereka.
Pasal 8
Tanggung jawab keluarga tidak dapat dijadikan alasan sah untuk
memutuskan hubungan kerja.
Pasal 9
Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi ini dapat diterapkan
melalui undang-undang atau peraturan, kesepakatan kerja bersama,
ketentuan kerja, keputusan arbitrase, keputusan pengadilan atau
gabungan dari metoda-metoda ini, atau dengan cara lain, sesuai
dengan kebiasaan nasional yang sesuai, dengan
mempertimbangkan kondisi nasional.
Pasal 10
1.
2.
Ketentuan-ketentuan dari Konvensi ini dapat diterapkan secara
bertahap bila perlu, dengan mempertimbangkan kondisi
nasional yaitu selama langkah-langkah yang ditempuh tersebut
berlaku bagi semua pekerja yang termasuk dalam Pasal 1, ayat
1.
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi ini perlu melaporkan,
dalam laporan pertamanya, tentang penerapan Konvensi ini
yang diserahkan berdasarkan Pasal 22 Konstitusi ILO dimana,
bila ada, anggota terkait ingin menggunakan kesempatan
memilih yang diberikan dalam ayat 1 Pasal ini, dan perlu
menyatakan dalam laporan-laporan selanjutnya, sejauh mana
dampak yang diberikan atau diusulkan untuk diberikan kepada
Konvensi yang terkait dengan persoalan ini.
Pasal 11
Organisasi pengusaha dan pekerja berhak untuk ikut serta,
dengan cara yang sesuai dengan kondisi dan kebiasaan di masingmasing negara, dalam menyusun dan menetapkan langkah-langkah
yang dimaksudkan untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan dari
Konvensi ini.
Pasal 12
Ratifikasi resmi atas Konvensi ini harus disampaikan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk selanjutnya
didaftarkan.
59
Pasal 13
1.
2.
3.
Konvensi ini hanya akan mengikat Anggota-Anggota ILO yang
ratifikasinya telah didaftarkan kepada Direktur Jenderal.
Konvensi ini akan belaku selama dua belas bulan setelah tanggal
ratifikasi oleh dua Anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi ini akan berlaku untuk setiap Anggota
selama dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi Anggota
tersebut didaftarkan.
Pasal 14
1.
2.
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat
membatalkannya, setelah melewati jangka waktu 10 tahun
terhitung dari tanggal Konvensi ini mulai diberlakukan, dengan
menyampaikan pernyataan kepada Direktur Jenderal Kantor
Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan ini baru
akan berlaku satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini namun tidak
menggunakan haknya untuk melakukan pembatalan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum pada Pasal ini dalam waktu
satu tahun setelah melewati masa sepuluh tahun seperti yang
dimaksud dalam ayat 1, maka Anggota tersebut akan terikat
selama jangka waktu 10 tahun berikutnya dan setelah itu dapat
membatalkan Konvensi ini pada saat berakhirnya setiap masa
10 tahun sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
ini.
Pasal 15
1.
2.
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan semua Anggota ILO tentang pendaftaran
semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang disampaikan
kepadanya oleh Anggota ILO.
Pada waktu memberitahukan Anggota ILO tentang pendaftaran
ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
akan mengingatkan Anggota-Anggota ILO tentang tanggal mulai
berlakunya Konvensi ini.
Pasal 16
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) tentang pendaftaran sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB
60
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
mengenai semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang
didaftarkan olehnya sesuai dengan ketentuan Pasal-Pasal tersebut
di atas.
Pasal 17
Pada saat yang dipandang perlu, Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional akan menyerahkan laporan mengenai
pelaksanaan Konvensi ini kepada Konferensi Umum dan akan
mempelajari perlunya memasukkan semua atau sebagian revisinya
ke dalam Agenda Konferensi.
Pasal 18
1.
2.
Apabila Konferensi ini mengesahkan Konvensi baru yang
mengubah sebagian atau seluruh Konvensi ini, kecuali kalau
ditentukan lain oleh Konvensi baru tersebut, maka (a) dengan menyimpang dari ketentuan Pasal 9 di atas, ratifikasi
atas Konvensi baru oleh Anggota berarti membatalkan
Konvensi ini saat itu juga demi hukum, apabila dan pada
saat Konvensi yang baru tersebut mulai diberlakukan;
(b) mulai tanggal berlakunya Konvensi yang baru direvisi
tersebut, Konvensi ini tidak dapat diratifikasi lagi oleh Para
Anggota.
Namun Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan
isi yang asli bagi Para Anggota yang telah meratifikasinya tetapi
belum meratifikasi Konvensi yang baru tersebut.
Pasal 19
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan Perancis
memiliki kekuatan hukum yang sama.
61
62
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
REKOMENDASI 156
KESETARAAN KESEMPATAN DAN
PERLAKUAN YANG SAMA BAGI PEKERJA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN: PEKERJA
DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA
Rekomendasi:
R156
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
60
Tanggal Disetujui:
03:06:1981
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
Keenampuluh tujuh pada tanggal 3 Juni 1981, dan
Mengetahui bahwa Deklarasi Philadelphia tentang Maksud dan
Tujuan ILO yang mengakui bahwa “semua umat manusia, tanpa
memandang ras, kepercayaan atau jenis kelamin, berhak
memperoleh kesejahteraan materil maupun pengembangan spiritual dalam kondisi yang bebas dan terhormat, dan dalam kondisi
perekonomian yang aman dan kesetaraan kesempatan”, dan
Mengetahui adanya ketentuan dari Deklarasi tentang
Kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi Pekerja
Perempuan dan ketentuan resolusi tentang rencana aksi yang
bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan kesempatan dan
perlakuan yang sama bagi pekerja perempuan, yang ditetapkan
oleh Konferensi ILO pada tahun 1975, dan
Mengetahui adanya ketentuan-ketentuan dari beberapa
Konvensi dan Rekomendasi ILO yang bertujuan untuk memastikan
adanya kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi
pekerja laki-laki dan perempuan, yaitu Konvensi dan Rekomendasi
tentang Kesetaraan Upah tahun 1951, Konvensi dan Rekomendasi
tentang Diskriminasi (dalam hal Pekerjaan dan Jabatan) tahun 1958,
dan Bab VIII dari Rekomendasi tentang Pengembangan Sumber
Daya Manusia tahun 1975, dan
63
Mengingat bahwa Konvensi tentang Diskriminasi (dalam hal
Pekerjaan dan Jabatan) tahun 1955, tidak secara tegas mencakup
pembatasan-pembatasan yang dibuat berdasarkan tanggung jawab
keluarga, dan mengingat bahwa standar-standar tambahan
diperlukan untuk maksud tersebut, dan
Mengetahui ketentuan-ketentuan Rekomendasi tentang
Pekerjaan (Perempuan dengan Tanggung jawab Keluarga) tahun
1965, dan mempertimbangkan perubahan-perubahan yang telah
dilakukan sejak penerapannya, dan
Mengetahui bahwa instrumen-instrumen tentang kesetaraan
kesempatan dan perlakuan yang sama bagi laki-laki dan perempuan
juga telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
badan-badan khusus lainnya, dan mengingat, khususnya, ayat
keempatbelas dari Mukadimah Konvensi PBB tentang Penghapusan
Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, tahun 1979,
dimana Negara-negara Anggota “menyadari bahwa perubahan
dalam peran tradisional laki-laki serta peran perempuan dalam
masyarakat dan dalam keluarga diperlukan untuk mencapai
kesetaraan penuh di antara laki-laki dan perempuan”, dan
Mengakui bahwa masalah pekerja yang memiliki tanggung
jawab keluarga adalah aspek yang lebih luas permasalahannya dalam
keluarga dan masyarakat yang harus dipertimbangkan dalam
menyusun kebijakan nasional, dan
Mengakui perlunya menciptakan kesetaraan kesempatan dan
perlakuan yang sama yang efektif di antara pekerja laki-laki dan
perempuan yang memiliki tanggung jawab keluarga dan di antara
pekerja tersebut dengan pekerja lain, dan
Menimbang bahwa banyak masalah yang semakin rumit
dihadapi semua pekerja, terutama pekerja yang memiliki tanggung
jawab keluarga dan dengan mengakui perlunya meningkatkan
kondisi mereka melalui tindakan-tindakan yang mampu memenuhi
kebutuhan khusus mereka dan melalui tindakan-tindakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi pekerja pada umumnya,
dan
Setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan tertentu
yang terkait dengan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan, yaitu pekerja yang
memiliki tanggung jawab keluarga, yang menjadi mata acara kelima
dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat
dalam bentuk Rekomendasi,
Menetapkan pada tanggal duapuluhtiga Juni tahun 1981,
Rekomendasi berikut ini, yang dapat disebut sebagai Rekomendasi
mengenai Pekerja dengan Tanggung jawab Keluarga, 1981.
64
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
I.
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN PETUNJUK
PELAKSANAAN
1.
(1) Rekomendasi ini berlaku untuk pekerja laki-laki dan
perempuan yang memiliki tanggung jawab yang terkait
dengan anak-anak yang menjadi tanggungan mereka,
dimana tanggung jawab ini membatasi peluang mereka
untuk mempersiapkan diri untuk masuk, dan ikut serta atau
memperoleh kemajuan dalam kegiatan ekonomi.
(2) Ketentuan dalam Rekomendasi ini juga berlaku untuk
pekerja laki-laki dan perempuan yang memiliki tanggung
jawab kepada anggota lain dari keluarga dekat mereka, yang
secara jelas membutuhkan perhatian dan bantuan mereka,
dimana tanggung jawab ini membatasi peluang mereka
untuk mempersiapkan diri untuk masuk, dan ikut serta atau
memperoleh kemajuan dalam kegiatan ekonomi.
(3) Dalam Rekomendasi ini, istilah “anak yang menjadi
tanggungan” dan “anggota lain dari keluarga dekat yang
secara jelas membutuhkan perhatian dan bantuan mereka”
berarti orang-orang yang ditetapkan demikian di masingmasing negara melalui salah satu dari cara-cara yang disebut
dalam Ayat 3 Rekomendasi ini.
(4) Pekerja yang dicakup dalam ketentuan sub-ayat 1 dan 2
Pasal ini selanjutnya disebut “pekerja dengan tanggung
jawab keluarga”.
2.
Rekomendasi ini berlaku untuk segala jenis kegiatan ekonomi
dan semua kategori pekerja.
3.
Ketentuan-ketentuan dalam Rekomendasi ini dapat diterapkan
melalui undang-undang atau peraturan, kesepakatan kerja
bersama, ketentuan kerja, keputusan arbitrase, keputusan
pengadilan atau gabungan dari metode-metode ini, atau
dengan cara lain, sesuai dengan kebiasaan nasional yang sesuai,
dengan mempertimbangkan kondisi nasional.
4.
Ketentuan-ketentuan dan Rekomendasi ini dapat diterapkan
secara bertahap bila perlu, dengan mempertimbangkan kondisi
nasional yaitu selama langkah-langkah yang ditempuh tersebut
berlaku bagi semua pekerja yang termasuk dalam Ayat 1, subayat (1)
5.
Organisasi pengusaha dan pekerja berhak untuk ikut serta,
dengan cara yang sesuai dengan kondisi dan kebiasaan di
masing-masing negara, dalam menyusun dan menetapkan
langkah-langkah yang dimaksudkan untuk memberlakukan
ketentuan-ketentuan dari Rekomendasi ini.
65
II.
KEBIJAKAN NASIONAL
6.
Dalam menciptakan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama yang efektif bagi pekerja laki-laki dan perempuan, setiap
Anggota perlu menjadikannya sebagai tujuan dari kebijakan
nasional agar mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga
yang terikat atau ingin terikat dalam pekerjaan, dapat
menggunakan hak mereka untuk melakukannya tanpa
mengalami diskriminasi dan, bila mungkin, tanpa konflik antara
pekerjaan dengan tanggung jawab mereka terhadap keluarga.
7.
Dalam kerangka kerja kebijakan nasional untuk mempromosikan
kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi pekerja
laki-laki dan perempuan, perlu ditentukan dan diterapkan
langkah-langkah untuk mencegah diskriminasi langsung
maupun tak langsung atas dasar status perkawinan atau tanggung
jawab keluarga.
8.
(1) Dalam Ayat 6 dan 7 di atas, istilah “diskrimiansi” berarti
diskriminasi dalam hal pekerjaan dan jabatan sebagaimana
yang ditetapkan dalam Pasal 1 dan Pasal 5 Konvensi
mengenai Diskriminasi dalam hal (Pekerjaan dan Jabatan),
1958.
(2) Selama masa peralihan, langkah-langkah khusus yang
bertujuan untuk mencapai kesetaraan yang efektif antara
pekerja laki-laki dan perempuan, tidak dapat dianggap
sebagai diskriminasi.
9.
Dalam menciptakan kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang
sama dan efektif bagi pekerja laki-laki dan perempuan, segala
tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi di
masing-masing negara perlu ditempuh:
(a) agar pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga dapat
menggunakan hak mereka untuk memilih pekerjaan secara
bebas;
(b) untuk mempertimbangkan kebutuhan mereka dalam hal
ketentuan dan persyaratan kerja dan dalam hal jaminan
sosial; dan
(c) untuk mengembangkan atau mempromosikan perawatan
anak, keluarga serta layanan masyarakat lainnya, baik
layanan publik maupun swasta, guna memenuhi kebutuhan
mereka.
10. Pihak berwenang dan lembaga-lembaga yang berkompeten di
masing-masing negara harus mengambil langkah yang
diperlukan guna mempromosikan informasi dan pendidikan
yang dapat menciptakan pemahaman masyarakat yang lebih
66
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
luas tentang pninsip kesetaraan kesempatan dan perlakuan
yang sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan dan tentang
permasalahan pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga,
serta penciptaan iklim pendapat yang kondusif untuk mengatasi
permasalahan ini.
11. Pihak berwenang dan badan-badan di masing-masing negara
perlu mengambil langkah-langkah yang tepat:
(a) untuk melaksanakan atau mempromosikan penelitian yang
diperlukan tentang berbagai aspek pekerjaan yang terkait
dengan para pekerja yang memiliki tanggung jawab
keluarga agar dapat memberi informasi obyektif yang dapat
dijadikan landasan untuk menyusun kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan yang tepat; dan
(b) untuk mempromosikan pendidikan yang dapat mendorong
keikutsertaan dalam tanggung jawab keluarga antara lakilaki dan perempuan dan agar pekerja yang memiliki
tanggung jawab keluarga dapat lebih mampu memenuhi
tanggung jawab mereka dalam hal pekerjaan dan keluarga.
III.
PELATIHAN DAN PEKERJAAN
12. Segala tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi
di masing-masing negara, termasuk upaya di bidang bimbingan
dan pelatihan keterampilan, perlu dilakukan agar para pekerja
yang memiliki tanggung jawab keluarga dapat menjadi dan tetap
masuk dalam jajaran tenaga kerja, serta untuk kembali bekerja
setelah absen karena tanggung jawab mereka.
13. Sesuai dengan kebijakan dan kebiasaan di masing-masing
negara, fasilitas pelatihan keterampilan dan, bila mungkin,
peraturan tentang cuti pendidikan dengan gaji untuk
menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut, perlu disediakan untuk
pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga.
14. Layanan-layanan seperti ini, yang mungkin diperlukan agar
pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga dapat masuk
atau kembali bekerja, perlu disediakan, dalam kerangka kerja
dari layanan-layanan yang ada bagi semua pekerja atau, bila
tidak mungkin, dalam cara yang sesuai dengan kondisi nasional;
layanan-layanan ini perlu meliputi layanan gratis bagi para
pekerja dalam bentuk bimbingan keterampilan, konseling,
layanan informasi dan penempatan kerja yang diselenggarakan
oleh personil terlatih yang sesuai, dan yang mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus para pekerja yang memiliki
tanggung jawab keluarga.
67
15. Para pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga harus
menikmati kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama
dengan pekerja lain dalam hal persiapan kerja, akses ke
pekerjaan, kenaikan jabatan dan jaminan kerja.
16. Status perkawinan, keadaan atau tanggung jawab keluarga tidak
dapat dijadikan alasan sah untuk menolak atau memutuskan
hubungan kerja.
IV.
PERSYARATAN DAN KETENTUAN KERJA
17. Segala tindakan yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi
di masing-masing negara dan kepentingan sah dari pekerja lain,
perlu dilakukan guna menjamin persyaratan dan ketentuan kerja
disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para pekerja
yang memiliki tanggung jawab keluarga menyesuaikan
pekerjaan mereka dengan tanggung jawab keluarga.
18. Perhatian khusus perlu diberikan pada langkah-langkah umum
untuk meningkatkan kondisi kerja dan mutu kehidupan kerja,
termasuk langkah-langkah yang bertujuan:
(a) untuk mengurangi secara bertahap jam kerja harian dan
mengurangi waktu lembur, dan
(b) untuk menyusun aturan yang lebih fleksibel dalam hal
jadwal kerja, waktu istirahat dan liburan, dengan
mempertimbangkan tahap pengembangan dan kebutuhan
khusus dari negara terkait dan berbagai sektor kegiatan.
19. Bila mungkin dan layak, kebutuhan khusus para pekerja,
termasuk mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga, perlu
dipertimbangkan dalam menyusun peraturan kerja shift dan
pemberian tugas di malam hari.
20. Tanggung jawab keluarga serta pertimbangan misalnya tentang
tempat kerja pasangannya dan fasilitas pendidikan anak-anak,
perlu dipertimbangkan sebelum memindahkan pekerja dari satu
tempat ke tempat lain.
21.
68
(1) Untuk melindungi pekerja paruh-waktu, pekerja
sementara dan pekerja yang ditempatkan di rumah, dimana
sebagian besar dari mereka memiliki tanggung jawab
keluarga, persyaratan dan ketentuan kerja untuk jenis-jenis
pekerjaan ini perlu diatur dan diawasi secara tepat.
(2) Persyaratan dan ketentuan kerja, termasuk pemberian
jaminan sosial bagi para pekerja paruh waktu dan pekerja
sementara, sepanjang dapat diterapkan, perlu diatur sama
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
dengan mereka yang bekerja penuh-waktu dan tetap; bila
mungkin, hak-hak mereka dapat dihitung secara pro-rata.
(3) Para pekerja paruh-waktu perlu diberi kesempatan untuk
memilih memperoleh atau kembali bekerja penuh-waktu
bila ada lowongan dan bila tugas sebagai pekerja paruhwaktu sudah tidak lagi dibutuhkan.
22.
(1) Salah satu orang tua (ayah atau ibu) perlu diberi
kesempatan, segera setelah cuti hamil, untuk memperoleh
cuti tanpa gaji (cuti orang tua) tanpa kehilangan pekerjaan
dan dengan hak-hak yang terkait dengan perlindungan
kerja.
(2) Jangka waktu cuti setelah hamil dan jangka waktu serta
kondisi cuti tanpa gaji sebagaimana dimaksud dalam subayat (1) Ayat ini, perlu ditetapkan di masing-masing negara
melalui salah satu cara yang ditentukan dalam Ayat 3
Rekomendasi ini.
(3) Cuti tanpa gaji sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat (1)
Ayat ini dapat dilaksanakan secara bertahap.
23.
(1) Seorang pekerja, laki-laki atau perempuan, yang memiliki
tanggung jawab terhadap anak tanggungan harus
diperbolehkan mengambil cuti tanpa gaji bila anaknya jatuh
sakit.
(2) Pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga harus
diperbolehkan cuti tanpa gaji bila ada anggota keluarga
dekatnya yang jatuh sakit yang butuh perhatian atau
bantuan dari pekerja tersebut.
(3) Jangka waktu dan kondisi cuti tanpa gaji sebagaimana
dimaksud dalam sub-ayat (1) dan (2) Ayat ini perlu ditetapkan
di masing-masing negara melalui salah satu cara yang
ditentukan dalam Ayat 3 Rekomendasi ini.
V.
PERAWATAN ANAK SERTA LAYANAN KELUARGA
SERTA FASILITASNYA
24. Untuk menetapkan ruang lingkup dan sifat dari perawatan anak
serta layanan keluarga serta fasilitasnya yang diperlukan untuk
membantu pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga
memenuhi kewajiban pekerjaan dan tanggung jawab keluarga
mereka, pihak yang berwenang, bekerjasama dengan instansi
pemerintah dan organisasi swasta terkait, terutama organisasi
pengusaha dan pekerja, dan dalam lingkup sumber daya mereka
untuk mengumpulkan informasi, perlu menempuh langkahlangkah yang tepat dan diperlukan:
69
(a) untuk mengumpulkan dan mempublikasikan data statistik
yang memadai tentang jumlah pekerja yang memiliki
tanggung jawab keluarga yang bekerja atau sedang
mencari pekerjaan, dan data tentang jumlah dan usia anakanak mereka serta semua tanggungan lain yang
memerlukan perhatian; dan
(b) untuk memastikan, melalui survei yang sistematis dan
dilaksanakan secara khusus di tingkat masyarakat,
kebutuhan dan keinginan akan perawatan anak dan layanan
keluarga serta fasilitasnya.
25. Pihak berwenang, bekerjasama dengan instansi pemerintah dan
organisasi swasta terkait, perlu mengambil langkah-langkah
untuk memastikan perawatan anak dan layanan keluarga serta
fasilitasnya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
sebagaimana yang dikemukakan; dalam hal ini secara khusus
mereka perlu, dengan mempertimbangkan kemungkinan dan
kondisi nasional maupun lokal:
(a) mendorong dan membantu penyusunan, terutama di
lingkungan masyarakat setempat, rencana yang sistematis
untuk membangun sarana perawatan anak dan layanan
keluarga serta fasilitasnya, dan
(b) mengusahakan sendiri atau mendorong dan memfasilitasi
penyediaan sarana perawatan anak dan layanan keluarga
serta fasilitasnya, secara gratis atau dengan mengenakan
biaya yang wajar sesuai dengan kemampuan pekerja, yang
dibangun sesuai dengan ketentuan yang fleksibel dan
memenuhi kebutuhan anak dari berbagai kelompok umur,
serta tanggungan lain yang memerlukan perawatan dan
kebutuhan pekerja yang memiliki tanggung jawab keluarga.
26.
(1) Segala jenis sarana perawatan anak dan layanan keluarga
serta fasilitasnya harus sesuai dengan standar-standar yang
ditetapkan dan diawasi oleh pihak berwenang.
(2) Standar-standar ini perlu menentukan khususnya peralatan,
persyaratan kesehatan dan teknis dari layanan dan fasilitas
yang disediakan tersebut, serta jumlah dan kualifikasi staf
pelaksana.
(3) Pihak berwenang perlu menyediakan atau membantu
memastikan penyediaan pelatihan yang memadai di
berbagai tingkat untuk personil yang diperlukan untuk
mengangkat pegawai yang melaksanakan kegiatan
perawatan anak dan layanan keluarga serta fasilitasnya.
70
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
VI. JAMINAN SOSIAL
27. Tunjangan jaminan sosial, pembebasan pajak, serta langkahlangkah lain yang sesuai dengan kebijakan nasional, bila perlu,
harus disediakan bagi pekerja yang memiliki tanggung jawab
keluarga.
28. Selama masa cuti tanpa gaji sebagaimana dimaksud dalam
Ayat 22 dan 23, pekerja yang bersangkutan dapat, sesuai
dengan kondisi dan kebiasaan di negara yang bersangkutan,
dan melalui salah satu cara yang ditentukan dalam Ayat 3
Rekomendasi ini, dilindungi dengan jaminan sosial.
29. Pekerja tidak boleh dikecualikan dari pertanggungan jaminan
sosial yang terkait dengan kegiatan kerja suami/istrinya, serta
hak untuk memperoleh tunjangan dari kegiatan itu.
30.
(1) Tanggung jawab keluarga seorang pekerja harus
menjadi elemen yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan apakah pekerjaan yang ditawarkan sudah
sesuai, dalam arti bahwa penolakan atas tawaran ini dapat
mengakibatkan hilangnya atau ditundanya tunjangan
saat tidak bekerja.
(2) Secara khusus, apabila pekerjaan yang ditawarkan
tersebut mengharuskan pekerja pindah ke tempat lain,
maka hal yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah
tempat kerja suami/istri dan fasilitas pendidikan bagi sang
anak.
31. Dalam menerapkan Ayat 27 sampai 30 Rekomendasi ini,
Negara Anggota yang ekonominya belum berkembang
secara memadai, dapat mempertimbangkan sumber daya
nasional dan ketentuan jaminan sosial yang ada.
VII. BANTUAN UNTUK
MELAKSANAKAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA
32. Pihak berwenang dan badan-badan terkait di masing-masing
negara perlu mempromosikan tindakan yang diambil oleh
sektor publik dan swasta tersebut guna meringankan beban
yang timbul dari tanggung jawab keluarga para pekerja.
33. Semua langkah yang sesuai dengan kemungkinan dan kondisi
nasional perlu diambil untuk mengembangkan layanan
bantuan-di-rumah dan layanan perawatan-di-rumah yang
71
diatur dan diawasi secara memadai dan yang dapat memberi
bantuan yang sesuai bagi para pekerja yang memiliki tanggung
jawab keluarga untuk mengenakan biaya yang wajar sesuai
dengan kemampuan para pekerja.
34. Karena banyak tindakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kondisi pekerja pada umumnya dapat menimbulkan dampak
yang menguntungkan bagi para pekerja yang memiliki
tanggung jawab keluarga, maka pihak berwenang dan badanbadan terkait di masing-masing negara perlu mempromosikan
tindakan publik dan swasta ini untuk sedapat mungkin
menyediakan layanan-layanan masyarakat, seperti jasa angkutan
umum, penyediaan air bersih dan tenaga listrik di dalam atau di
dekat perumahan para pekerja, dengan tataletak yang
menjamin efisiensi penggunaannya, sehingga dapat mememuhi
kebutuhan para pekerja.
VIII. PEMBERLAKUAN REKOMENDASI YANG ADA
35. Rekomendasi ini mengganti Rekomendasi tentang Pekerjaan
(Perempuan dengan Tanggung jawab Keluarga), tahun 1965.
72
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
presentasi 156
Berlandaskan pemikiran untuk menciptakan kesetaraan
kesempatan dan perlakuan yang efektif, negara-negara anggota
akan
Menjadikan pemikiran tersebut sebagai suatu tujuan
kebijakan nasional agar pekerja yang mempunyai tanggung jawab
keluarga dapat menjalankan pekerjaan tanpa diskriminasi dan
memungkinan mereka bekerja tanpa konflik antara pekerjaan dan
tanggung jawab keluarga.
TUJUAN
Menegakkan kesempatan dan perlakuan yang setara
Š
Š
Antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan
yang mempunyai tanggung jawab keluarga
Antara pekerja yang mempunyai dan yang tidak
mempunyai tanggung jawab keluarga
APAKAH TANGGUNG JAWAB KELUARGA ITU?
Š
Š
Š
Tanggung jawab terhadap “anak-anak yang
menjadi tanggungan” dan “anggota keluarga
langsung lainnya”
tergantung setiap negara dalam mendefinisikan
keluarga
pekerjaan rumah-tangga
73
MENGHILANGKAN BATASAN
Apabila tanggung jawab tersebut membatasi
kemungkinan-kemungkinan mereka untuk:
Š melakukan persiapan
Š masuk
Š berpartisipasi
Š memajukan kegiatan-kegiatan ekonomi
KEBIJAKAN NASIONAL
Mengambil semua langkah yang sesuai dengan
kondisi nasional dan kemungkinan untuk:
Š Menjamin para pekerja ini bebas memilih
pekerjaan
Š Memperhitungkan kebutuhan mereka terkait
dengan kondisi kerja dan jaminan sosial
Š Memperhitungkan kebutuhan mereka dalam
rencana publik dan dalam pengembangan layanan
masyarakat baik umum maupun swasta
PERSYARATAN LAIN
Š
Š
Š
74
Menyusun panduan profesi dan pelatihan yang dapat
menjamin seseorang untuk masuk kembali atau tetap
sebagai angkatan kerja.
Menggalakkan informasi dan edukasi untuk
menambah kesadaran masyarakat.
Menjamin bahwa tanggung jawab keluarga tidak
dapat dipakai sebagai alasan untuk memberhentikan
pekerja.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
MITRA SOSIAL
Organisasi Pengusaha dan Pekerja mempunyai hak
untuk berpartisipasi dengan cara-cara yang sesuai
kondisi nasional, dalam mengembangkan dan
menerapkan langkah-langkah yang perlu diambil
PENERAPAN PROGRESIF
Š
Š
Diberikan kelonggaran untuk penerapan secara
bertahap sesuai dengan kondisi nasional
Setiap langkah yang diambil akan dapat diterapkan
pada semua pekerja yang mempunyai tanggung
jawab keluarga
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MEMPROMOSIKAN
REKONSILIASI KELUARGA-PEKERJAAN
Š
Š
Š
Š
Layanan keluarga – penitipan anak, perawatan untuk
orang lanjut usia, layanan lainnnya yang dapat
mengurangi beban tugas rumah-tangga
Cuti – cuti melahirkan, cuti suami yang isterinya
melahirkan, cuti bagi orangtua untuk mengurus
keperluan anak, cuti keperluan darurat untuk keluarga,
reintegrasi
Jam kerja – jangka waktu, paruh-waktu, waktu fleksibel,
jam kerja yang dapat diprediksikan
Mempromosikan kesadaran
75
MEMBUAT TANGGUNG JAWAB KELUARGA LEBIH
HARMONIS DENGAN PEKERJAAN
Semua langkah akan diambil untuk mengembangkan
atau mempromosikan layanan masyrarakat, umum atau
swasta seperti penitipan anak dan layanan serta fasilitas
keluarga (Konvensi 156, Pasal 5(b))
“Penitipan anak sangat menentukan bagi kaum
perempuan untuk mencapai kesetaraan dalam
kesempatan”
Equal Opportunities Commission, Britain
MENJAGA ANAK USIA PRA-SEKOLAH
Tipe penitipan anak yang resmi :
Š Penjaga anak di rumah dan dibayar - suster
Š Penitipan secara kelompok di suatu tempat –
tempat penitipan anak, dijalankan oleh
perorangan, kelompok, masyarakat setempat baik
untuk mencari keuntungan maupun tidak
Š Penjaga anak yang berlisensi dan dibayar (ibu
pengasuh), bertempat di rumah ybs sendiri (mis:
Perancis, Peru, Singapore)
PENGGUNA TEMPAT PENITIPAN ANAK RESMI: PROPORSI
ANAK USIA MUDA DI TEMPAT PENITIPAN
76
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERAWATAN
UNTUK ANAK USIA DIBAWAH 3 TAHUN
Š
Š
Š
Š
Menghimbau perawatan oleh orangtua di rumah
Kemampuan dana masyarakat untuk tempat penitipan
anak yang berubah-ubah
DARI kira-kira 1/3 biaya seperti di Swedia dan
Norwegia (sebagian besar melalui subsidi kepada
kotamadya)
SAMPAI yang paling kecil (sebagian besar fasilitas
dijalankan oleh kelompok relawan, perusahaan
swasta atau pengusaha)
Masalah kemampuan mengakses dari mereka yang
berpenghasilan rendah
Masalah mutu dan biaya
ANAK USIA SEKOLAH
Š
Sebagai kompensasi terhadap kenyataan bahwa
jam sekolah lebih singkat daripada jam kerja:
Kantin untuk makan siang
Penitipan anak seusai jam sekolah (di rumah
si penjaga atau melakukan kegiatan yang
diawasi di sekolah)
Prakarsa dari pengusaha
Š
Program liburan (berkemah)
MERINGANKAN BEBAN
Š
Penguasa dan badan yang berwenang di setiap negara
harus mempromosikan aksi masyarakat maupun swasta
semacam ini apabila memungkinkan untuk
mengurangi beban tanggung jawab keluarga pekerja
(Rekomendasi 165, alinea 32)
77
KETENTUAN CUTI
Š
Š
Š
Cuti Melahirkan – bagi ibu yang akan melahirkan
Cuti bagi Ayah – cuti bagi suami yang isterinya akan
melahirkan
3 hari di Aljazair; 2 di Argentina; 10 di Swedia; 5
hari di ILO
Cuti bagi orangtua – ketentuan perpanjangan cuti
(seringkali setelah cuti melahirkan) untuk merawat
anak yang masih kecil, seringkali tidak dibayar atau
dibayar dengan upah rendah
Ayah dan ibu
Paling efektif apabila ada fleksibilitas; paruhwaktu
Tingkat pengambilan cuti cenderung lebih tinggi
diantara perempuan
Menggunakan atau kehilangan kesempatan bagi
bagi laki-laki
CUTI DARURAT KEPERLUAN KELUARGA ”
(MIS. ANAK SAKIT)
Š
Š
Sejumlah hari tertentu mungkin diperbolehkan oleh
undang-undang (cuti darurat, acara keluarga)
Kemungkinan kebijakan perusahaan – mungkin
disetujui untuk cuti darurat, terkadang sebagai bagian
dari cuti sakit atau cuti dengan penggantian hari
MEMBUAT KERJA “NORMAL” LEBIH HARMONIS
DENGAN KELUARGA
Perhatian tertentu harus diberikan pada langkahlangkah umum untuk memperbaiki kondisi kerja dan
kualitas hidup, termasuk langkah-langkah yang
ditujukan untuk
(a) pengurangan secara progresif jam kerja setiap hari
dan pengurangan lembur;
(b) pengaturan jam kerja, waktu istirahat dan libur yang
lebih fleksibel.
Rekomendasi 165 mengenai Pekerja yang mempunyai
tanggung jawab keluarga. Pasal 18
78
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
JAM KERJA YANG TIDAK MENGINDAHKAN KELUARGA:
Masalah batasan resmi dan jam kerja yang sebenarnya
Š Dampak negatif terhadap kesehatan pekerja:
Lebih dari 48 jam seminggu mungkin akan
mengakibatkan stres yang berarti
Š Dampak negatif terhadap kehidupan keluarga
Š Dapat memperkuat pembagian kerja gender
Lembur sering yang “dipaksa” harus dihindari
Masalah mengenai lembur yang tidak dibayar
Adalah penting untuk tahu terlebih dahulu
WAKTU YANG FLEKSIBEL
Waktu yang fleksibel mempermudah karyawan untuk
menjadwalkan jam kerja mereka dalam batasan waktu
tertentu.
Š Dua tipe waktu fleksi
Waktu fleksi resmi: karyawan dapat mengubah jam
kerja harian, selama mereka bekerja memenuhi
jumlah waktu yang ditentu (“core-hours”)
Waktu fleksi tidak resmi: karyawan dapat memulai
dan mengakhiri waktu kerja mereka secara
bervariasi (mis. dalam batasan 30 menit)
WAKTU FLEKSI – PROGRAM RESMI
Biasanya dikombinasikan dengan “tabungan waktu”
Š Kelebihan dan kekurangan jam kerja
Š Kelebihan jam kerja dapat diambil sebagai waktu luang
Š Populer diantara pekerja kantoran
Š Kesulitan teknik dalam memperkenalkan hal ini kepada
buruh
Peningkatan Penggunaan skema ini
Š Lebih dari 30% pekerja di Jerman memakai skema ini
Š Sekitar 10 % di Inggris, AS dan Jepang
79
KERJA PARUH-WAKTU
Š
Semakin populer mengkombinasikan kerja dan
keluarga
18% dari karyawan di Eropa di tahun 2000
41% di Belanda (“negara pertama di dunia yang
menggunakan paruh-waktu”)
Š Bagaimanapun, ada kekhawatiran mengenai:
Diskriminasi dalam upah, pengembangan karir,
perlindungan sosial dsb.
Perempuan pada pekerjaan paruh-waktu: Lebih
dari 70% pekerjaan paruh-waktu diambil oleh
perempuan
Memperkuat ketidaksetaraan gender dalam
pekerjaan domestik?
Mempromosikan kerja paruh-waktu berkualitas yang tinggi
TEMPAT KERJA DIMANA KONSILIASI KELUARGA DAN
PEKERJAAN DILAKUKAN
80
Š
Konsep perusahaan yang mengindahkan keluarga
Menerima bahwa tanggung jawab semacam ini
dapat berdampak terhadap kehidupan kerja
karyawan
Mencoba untuk memfasilitasi rekonsiliasi
Š
Menciptakan tercapainya situasi “semua beruntung/
win-win” baik bagi keefektifan organisasi maupun
kesejahteraan karyawan
Š
Serikat Pekerja mengambil peran utama
Dalam bernegosiasi mengenai kesepakatan kerja
bersama
Dalam
menginformasikan
hak
dan
mengidentifikasi kebutuhan
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Š
Š
Š
Untuk pemahaman publik yang lebih luas mengenai:
prinsip kesetaraan
masalah pekerja dengan tanggung jawab keluarga
Menciptakan iklim kondusif untuk mengatasi
masalah (Konvensi 156 Pasal 6)
Mempromosikan pendidikan semacam itu yang akan
mendorong laki-laki dan perempuan berbagi
tanggung jawab keluarga (Rekomendasi 165, alinea
11(b))
Bagi pengusaha: Untuk mendorong kebijakan
perusahaan – hadiah, pedoman, studi kasus
Ada hadiah dari perusahaan Di beberapa negara Australia, Hongaria, Singapore
REKONSILIASI UNTUK PROMOSI KESETARAAN
Š
Š
Š
Š
Š
Membuat kerja “normal” lebih harmonis untuk
keluarga (jam kerja, fleksibilitas)
Regulasi dan supervisi yang cukup untuk skema kerja
paruh-waktu dan kerja rumah
Membuat tanggung jawab keluarga lebih harmonis
dengan pekerjaan (fasilitas penitipan anak, jam sekolah
dsb.)
Mengurangi beban
Mengakui adanya peran perawatan dari laki-laki dan
berbagi tanggung jawab dalam keluarga lebih setara
81
82
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
KONVENSI 183
Perlindungan terhadap Ibu Hamil, 2000
KONVENSI YANG MEREVISI KONVENSI
MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP IBU
HAMIL (DIREVISI), 1952
(Catatan: Tanggal masuk untuk diterapkan:07:02:2002.)
Konvensi:
C183
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
88
Tanggal Disetujui:
15:06:2000
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah disidangkan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang
ke-88 pada tanggal 30 Mei 2000, dan
Mengakui perlunya merevisi Konvensi mengenai Perlindungan
Terhadap Ibu Hamil (sudah Direvisi), tahun 1952, dan Rekommendasi
mengenai Perlindungan terhadap Ibu Hamil, tahun 1952, untuk lebih
mempromosikan kesetaraan bagi semua pekerja perempuan serta
kesehatan dan keselamatan ibu dan anak, dan mengakui keragaman
dalam perekonomian dan pembangunan sosial negara-negara
Anggota, maupun keragaman perusahaan, dan peningkatan
perlindungan bagi ibu hamil dalam perundang-undangan dan
kebijakan nasional, dan
Mengakui adanya ketentuan-ketentuan dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan (1979), Konvensi PBB mengenai
Hak-Hak Anak (1989), Deklarasi Beijing dan Platform Aksi (1995),
Deklarasi ILO mengenai Kesetaraan Kesempatan dan Perlakuan bagi
Pekerja Perempuan (1975), Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak
83
Fundamental di Tempat Kerja beserta Tindak Lanjutnya (1998), serta
Konvensi dan Rekomendasi ILO yang dimaksudkan untuk menjamin
kesetaraan kesempatan dan perlakuan bagi pekerja laki-laki dan
perempuan, khususnya Konvensi mengenai Pekerja dengan
Tanggung Jawab Keluarga (1981), dan
Mempertimbangkan keadaan pekerja perempuan dan perlunya
memberi perlindungan bagi ibu hamil, yang merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat, dan
Setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan tertentu
yang terkait dengan revisi terhadap Konvensi dan Rekomendasi
mengenai Perlindungan terhadap Ibu Hamil (Direvisi), tahun 1952,
yang merupakan mata acara keempat dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Konvensi internasional;
Menetapkan pada tanggal 15 Juni 200, Konvensi berikut ini,
yang dapat disebut sebagai Konvensi mengenai Perlindungan
terhadap Ibu Hamil, 2000.
RUANG LINGKUP
Pasal 1
Dalam konvensi ini, istilah perempuan berlaku untuk setiap
perempuan tanpa diskriminasi apapun dan istilah anak berlaku untuk
setiap anak tanpa diskriminasi apapun.
Pasal 2
1.
2.
3.
84
Konvensi ini berlaku untuk semua perempuan yang bekerja,
termasuk mereka yang melakukan bentuk-bentuk pekerjaan
yang tidak teratur.
Namun setiap Negara Anggota yang telah meratifikasi Konvensi
ini, setelah berkonsultasi dengan perwakilan organisasi
pengusaha dan pekerja terkait, dapat mengabaikan keseluruhan
atau sebagian dari lingkup kategori pekerja yang terbatas
berdasarkan Konvensi ini apabila penerapan Konvensi ini
terhadap mereka dapat menimbulkan permasalahan khusus
yang sifatnya substansial.
Setiap Negara Anggota yang dianggap mampu menerapkan
ayat sebelumnya, sesuai dengan laporan pertamanya mengenai
penerapan Konvensi ini berdasarkan Pasal 22 Konstitusi ILO,
harus membuat daftar kategori pekerja yang akan diabaikan
beserta alasan mereka. Dalam laporan-laporan selanjutnya,
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Negara Anggota tersebut harus menjelaskan tindakan-tindakan
yang diambil dalam upaya memperluas ketentuan-ketentuan
Konvensi ini secara progresif hingga mencakup kategorikategori ini.
PERLINDUNGAN KESEHATAN
Pasal 3
Setelah berkonsultasi dengan perwakilan organisasi pengusaha
dan pekerja, setiap Negara Anggota harus menerapkan beberapa
tindakan yang tepat guna menjamin perempuan yang sedang hamil
atau menyusui tidak diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan yang
ditetapkan oleh pejabat berwenang yang dapat membahayakan
kesehatan sang ibu maupun si anak, atau apabila penilaian telah
menetapkan bahwa resiko yang membahayakan dapat terjadi pada
kesehatan sang ibu maupun anaknya.
CUTI HAMIL
Pasal 4
1.
2.
3.
4.
5.
Pada saat surat keterangan medis atau surat keterangan terkait
lainnya, sebagaimana yang ditentukan oleh perundangundangan dan kebijakan nasional, yang menyebutkan tentang
perkiraan tanggal kelahiran, ibu hamil yang tercakup dalam
Konvensi ini harus mendapatkan haknya untuk memperoleh
cuti hamil tidak kurang dari 14 minggu.
Lamanya masa cuti yang disebutkan di atas harus ditetapkan
oleh masing-masing Anggota dalam deklarasi yang menyertai
ratifikasi atas Konvensi ini.
Setiap Negara Anggota kemudian dapat menyerahkan kepada
Direktur Jenderal Kantor ILO deklarasi selanjutnya tentang
perpanjangan masa cuti hamil.
Dalam hal perlindungan terhadap kesehatan ibu dan anak, cuti
hamil harus meliputi masa cuti wajib enam minggu setelah
persalinan, kecuali kalau disetujui lain oleh pemerintah dan
perwakilan organisasi pengusaha dan pekerja di tingkat nasional.
Porsi cuti hamil sebelum persalinan harus diperpanjang dengan
masa cuti yang sudah diambil antara perkiraan tanggal kelahiran
dengan tanggal kelahiran sebenarnya, tanpa mengurangi porsi
wajib untuk cuti setelah persalinan.
85
CUTI SAKIT ATAU KOMPLIKASI
Pasal 5
Pada saat mengeluarkan surat keterangan medis, cuti harus
diberikan sebelum atau setelah masa cuti hamil apabila ia mengalami
sakit, komplikasi atau resiko komplikasi yang diakibatkan oleh
kehamilan atau persalinannya. Sifat dan jangka waktu maksimal dari
cuti ini dapat ditentukan sesuai dengan undang-undang dan kebijakan
nasional.
TUNJANGAN
Pasal 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
86
Tunjangan uang tunai harus diberikan, sesuai dengan
perundang-undangan dan peraturan nasional, atau dengan cara
lain yang sesuai dengan kebijakan nasional, kepada pekerja
perempuan yang tidak masuk kerja karena cuti sebagaimana
yang disebutkan dalam Pasal 4 atau 5.
Tunjangan uang tunai harus dalam jumlah yang dapat menjamin
pekerja perempuan tersebut menjaga kondisi kesehatan dirinya
sendiri maupun anaknya dan dengan standar kehidupan yang
layak.
Berdasarkan perundang-undangan atau kebijakan nasional,
tunjangan uang tunai yang dibayarkan untuk cuti seperti yang
ditetapkan dalam Pasal 4 adalah berdasarkan pada upah-upah
sebelumnya, dimana jumlah tunjangan tersebut tidak boleh
kurang dari dua pertiga upah pekerja perempuan tersebut
sebelumnya atau senilai dengan upah yang dianggap sesuai
dengan penghitungan tunjangan.
Apabila berdasarkan perundang-undangan dan kebijakan
nasional, cara-cara lain digunakan untuk menentukan jumlah
tunjangan uang tunai yang dibayar untuk cuti sebagaimana
yang ditetapkan dalam Pasal 4, maka nilai tunjangan tersebut
harus sebanding dengan jumlah rata-rata yang diperoleh dari
penerapan ayat sebelumnya.
Setiap Negara Anggota harus menjamin bahwa persyaratan
yang digunakan untuk memperoleh tunjangan uang tunai dapat
dipenuhi oleh mayoritas pekerja perempuan dimana Konvensi
ini diterapkan.
Apabila seorang perempuan tidak dapat memenuhi persyaratan
untuk memperoleh tunjangan tunai tersebut berdasarkan
perundang-undangan dan peraturan nasional atau dalam cara
lain yang sesuai dengan kebijakan nasional, maka perempuan
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
7.
8.
tersebut berhak memperoleh tunjangan yang memadai, yang
diperoleh dari dana bantuan sosial, tergantung dari sarana
pengujian yang dibutuhkan untuk memperoleh bantuan
tersebut.
Tunjangan medis harus diberikan bagi pekerja perempuan dan
anaknya sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
nasional atau dalam cara lain yang sesuai dengan kebijakan
nasional. Tunjangan medis ini harus mencakup perawatan
sebelum, selama dan setelah persalinan, serta perawatan di
rumah sakit bilamana perlu.
Untuk melindungi kondisi pekerja perempuan di pasar tenaga
kerja, tunjangan yang terkait dengan cuti sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 4 dan 5 harus diberikan melalui asuransi
sosial wajib atau dana umum, atau dalam cara yang ditetapkan
oleh perundang-undangan dan kebijakan nasional. Pengusaha
tidak boleh menanggung sendiri semua biaya langsung dari
tunjangan keuangan tersebut kepada pekerja perempuan yang
dipekerjakan olehnya tanpa persetujuan khusus dari pengusaha
tersebut kecuali kalau:
(a) diberikan berdasarkan perundang-undangan atau
kebijakan nasional di Negara Anggota sebelum tanggal
penerapan Konvensi ini oleh Konferensi ILO; atau
(b) telah disepakati di tingkat nasional oleh pemerintah dan
perwakilan organisasi pengusaha dan pekerja.
Pasal 7
1.
2.
Negara Anggota yang sistem perekonomian dan keamanan
sosialnya belum berkembang dengan baik, harus dianggap
sesuai dengan Pasal 6, ayat 3 dan 4, apabila tunjangan uang
tunai tersebut diberikan dengan jumlah yang tidak lebih rendah
dari jumlah yang dapat dibayarkan untuk cuti sakit atau cacat
sementara sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
nasional.
Negara Anggota yang dianggap mampu menerapkan ayat di
atas, maka dalam laporan pertamanya mengenai penerapan
Konvensi ini berdasarkan pasal 22 Konstitusi ILO, harus
menjelaskan alasannya dan menyebutkan besar tunjangan uang
tunai yang diberikan. Dalam laporan-laporan selanjutnya,
Negara Anggota tersebut harus menjelaskan tindakan-tindakan
yang diambil dalam upaya meningkatkan jumlah tunjangan
tersebut secara progresif.
87
PERLINDUNGAN KERJA DAN NONDISKRIMINASI
Pasal 8
1.
2.
Pengusaha dianggap melanggar undang-undangan bila
memutuskan hubungan kerja seorang pekerja perempuan yang
sedang hamil atau cuti sebagaimana yang ditentukan dalam
Pasal 4 atau 5, atau selama jangka waktu tertentu setelah
iakembali bekerja yang akan ditentukan oleh perundangundangan atau peraturan nasional, kecuali dengan alasanalasan yang tidak berhubungan dengan kehamilan atau
kelahiran anaknya beserta akibatnya atau pengasuhan anaknya.
Pengusaha harus membuktikan alasan-alasan pemecatan yang
tidak terkait dengan kehamilan atau persalinan beserta akibatnya
atau pengasuhan anak tersebut.
Pekerja perempuan dijamin haknya untuk kembali ke jabatan
semula atau ke jabatan yang setara dengan upah yang sama di
akhir masa cuti hamilnya.
Pasal 9
1.
2.
88
Setiap Negara Anggota harus mengambil beberapa tindakan
yang tepat untuk menjamin bahwa kehamilan tidak akan menjadi
sumber perlakuan diskriminasi dalam pekerjaan, termasuk akses
untuk mendapatkan pekerjaan - sekalipun tercantum dalam
Pasal 2, ayat 1.
Tindakan-tindakan yang dimaksud dalam ayat di atas harus
mencakup larangan untuk melakukan tes kehamilan atau surat
keterangan tes kehamilan pada saat perempuan mengajukan
permohonan kerja, kecuali kalau diharuskan oleh perundangundangan atau peraturan nasional yang terkait dengan
pekerjaan yang:
(a) melarang atau membatasi perempuan hamil atau
perempuan yang sedang menyusui berdasarkan
perundang-undangan atau peraturan nasional; atau
(b) diakui mengandung bahaya yang signifikan terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
IBU YANG SEDANG MENYUSUI
Pasal 10
1.
2.
Pekerja perempuan harus diberikan hak untuk memperoleh
istirahat satu kali atau lebih setiap hari atau pengurangan jam
kerja agar dapat menyusui anaknya.
Jangka waktu istirahat untuk menyusui atau pengurangan jam
kerja harian ini diperbolehkan, serta jumlahnya, lama istirahat
untuk menyusui dan prosedur pengurangan jam kerja harian
ini harus ditentukan oleh perundang-undangan dan kebijakan
nasional. Istirahat atau pengurangan jam kerja harian ini harus
tetap dihitung sebagai jam kerja dan tetap dibayar secara
bersesuaian.
KAJIAN SECARA BERKALA
Pasal 11
Setiap Negara Anggota, setelah berkonsultasi dengan
perwakilan organisasi pengusaha dan pekerja, harus mengevaluasi
secara periodik kepantasan untuk memperpanjang masa cuti yang
disebutkan dalam Pasal 4 atau mengevaluasi meningkatnya jumlah
atau besar tunjangan tunai yang disebutkan dalam Pasal 6.
PELAKSANAAN
Pasal 12
Konvensi ini harus dilaksanakan melalui perundang-undangan
atau peraturan, kecuali kalau ada perangkat lain yang dapat
memberlakukan Konvensi ini seperti kesepakatan kerja bersama,
keputusan arbritase, keputusan pengadilan, atau cara lain yang
sesuai dengan kebijakan nasional.
KETENTUAN AKHIR
Pasal 13
Konvensi ini merevisi Konvensi mengenai Perlindungan
Terhadap Ibu Hamil (sudah Direvisi), tahun 1952.
89
Pasal 14
Ratifikasi resmi atas Konvensi ini harus disampaikan kepada
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk selanjutnya
didaftarkan
Pasal 15
1.
2.
3.
Konvensi ini hanya akan mengikat Negara-negara Anggota ILO
yang ratifikasinya telah didaftarkan kepada Direktur Jenderal
Kantor Perburuhan Internasional
Konvensi ini akan belaku selama dua belas bulan setelah tanggal
ratifikasi oleh dua Anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi ini akan berlaku untuk setiap Anggota
selama dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi Anggota
tersebut didaftarkan.
Pasal 16
1.
2.
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat
membatalkannya, setelah melewati jangka waktu 10 tahun
terhitung dari tanggal Konvensi ini mulai diberlakukan, dengan
menyampaikan pernyataan kepada Direktur Jenderal Kantor
ILO untuk didaftarkan. Pembatalan ini baru akan berlaku satu
tahun setelah tanggal pendaftarannya.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini namun tidak
menggunakan haknya untuk melakukan pembatalan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum pada Pasal ini dalam waktu
satu tahun setelah melewati masa sepuluh tahun seperti yang
dimaksud dalam ayat 1, maka Anggota tersebut akan terikat
selama jangka waktu 10 tahun berikutnya dan setelah itu dapat
membatalkan Konvensi ini pada saat berakhirnya setiap masa
10 tahun sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
ini.
Pasal 17
1.
2.
90
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan semua Anggota ILO tentang pendaftaran
semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang disampaikan
kepadanya oleh Anggota ILO.
Pada waktu memberitahukan Anggota ILO tentang pendaftaran
ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
akan mengingatkan Anggota-Anggota ILO tentang tanggal mulai
berlakunya Konvensi ini.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Pasal 18
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional akan
memberitahukan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) tentang pendaftaran sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB
mengenai semua ratifikasi, pernyataan dan pencabutan yang
didaftarkan olehnya sesuai dengan ketentuan Pasal-Pasal tersebut
di atas.
Pasal 19
Pada saat yang dipandang perlu, Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional akan menyerahkan laporan mengenai
pelaksanaan Konvensi ini kepada Konferensi Umum dan akan
mempelajari perlunya memasukkan semua atau sebagian revisinya
ke dalam Agenda Konferensi.
Pasal 20
1.
2.
Apabila Konferensi ini mengesahkan Konvensi baru yang
mengubah sebagian atau seluruh Konvensi ini, kecuali kalau
ditentukan lain oleh Konvensi baru tersebut, maka:
(a) dengan menyimpang dari ketentuan Pasal 16 di atas,
ratifikasi atas Konvensi baru oleh Anggota berarti
membatalkan Konvensi ini saat itu juga demi perundangundangan, apabila dan pada saat Konvensi yang baru
tersebut mulai diberlakukan;
(b) mulai tanggal berlakunya Konvensi yang baru direvisi
tersebut, Konvensi ini tidak dapat diratifikasi lagi oleh Para
Anggota.
Namun Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi
yang asli bagi Para Anggota yang telah meratifikasinya tetapi
belum meratifikasi Konvensi yang baru direvisi tersebut..
Pasal 21
Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan Perancis
memiliki kekuatan hukum yang sama.
91
92
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
REKOMENDASI 191
Perlindungan terhadap Ibu Hamil, 2000
REKOMENTADI MENGENAI REVISI ATAS
REKOMENDASI MENGENAI PERLINDUNGAN
TERHADAP IBU HAMIL, 1952
Rekomendasi:
R191
Tempat:
Jenewa
Sidang Konfenrensi:
88
Tanggal Disetujui:
15:06:2000
Sidang Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),
Setelah diadakan di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor
Perburuhan Internasional, dan
Setelah disidangkan dalam sidangnya yang ke-88 pada tanggal
30 Mei 2000, dan setelah memutuskan pemberlakuan usulan-usulan
tertentu yang terkait dengan perlindungan terhadap ibu hamil, yang
merupakan mata acara keempat dari agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan ini harus dibuat dalam
bentuk Rekomendasi, sebagai peraturan tambahan dari Konvensi
mengenai Perlindungan terhadap Ibu Hamil, tahun 2000 (selanjutnya
disebut “Konvensi”),
Dengan mengadopsi pada tanggal lima belas Juni tahun dua
ribu, maka Rekomendasi berikut ini, yang dapat disebut sebagai
Rekomendasi mengenai Perlindungan terhadap Ibu Hamil, tahun 2000.
Cuti Hamil
1.
(1) Negara anggota harus berupaya memperpanjang masa
cuti hamil seperti yang dimaksud dalam Pasal 4 Konvensi
ini hingga sedikitnya 18 minggu.
93
(2) Ketentuan harus dibuat untuk memperpanjang cuti hamil
dalam hal kelahiran kembar.
(3) Hingga ke tingkat terluas yang memungkinkan, beberapa
tindakan perlu diambil untuk menjamin perempuan
tersebut memperoleh hak untuk memilih secara bebas
bagian tak wajib dari masa cuti hamilnya, sebelum atau
setelah kelahiran.
Tunjangan
2.
Bila mungkin, dan setelah berkonsultasi dengan perwakilan
organisasi pengusaha dan pekerja, tunjangan dalam bentuk
uang tunai yang menjadi hak perempuan tersebut selama cuti
seperti yang tercantum dalam Pasal 4 dan 5 Konvensi ini harus
diberikan hingga senilai dengan jumlah upah penuh
sebelumnya dari perempuan tersebut atau senilai dengan upah
yang dianggap sesuai dengan penghitungan tunjangannya.
3.
Hingga ke tingkat terluas yang memungkinkan, tunjangan medis
yang diberikan sesuai Pasal 6 ayat 7 Konvensi ini harus meliputi:
(a) perawatan yang diberikan di ruang dokter, di rumah atau di
rumah sakit atau layanan medis lain yang diberikan oleh
dokter umum atau spesialis;
(b) perawatan persalinan yang diberikan oleh bidan yang
memenuhi syarat atau oleh layanan persalinan lain di rumah
atau di rumah sakit atau tempat layanan medis yang lain;
(c) perawatan di rumah sakit atau tempat layanan medis yang
lain;
(d) obat-obatan dan suplai, pemeriksaan dan pengujian medis
yang diperlukan sebagaimana yang ditentukan oleh dokter
atau petugas lain yang memenuhi syarat; dan
(e) perawatan gigi dan bedah.
Pendanaan tunjangan
4.
94
kontribusi dari asuransi sosial wajib yang menyediakan tunjangan
persalinan, dan pajak berdasarkan gaji yang diperoleh untuk
menyediakan tunjangan-tunjangan tersebut, baik yang
dibayarkan oleh pengusaha dan pekerja atau oleh pengusaha,
harus dibayarkan untuk jumlah keseluruhan pekerja laki-laki
dan, tanpa membedakan jenis kelamin.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Perlindungan Kerja dan Non-Diskriminasi
5.
Perempuan berhak kembali ke jabatannya sebelumnya atau
jabatan dengan upah yang setara di akhir masa cutinya yaitu
seperti yang tercantum dalam Pasal 5 Konvensi ini. Masa cuti
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 dan 5 Konvensi ini
harus dianggap sebagai masa kerja untuk menentukan hakhaknya.
Perlindungan Kesehatan
6.
(1) Negara Anggota harus mengambil tindakan untuk
memastikan adanya penilaian atas segala resiko di tempat
kerja yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
perempuan yang sedang hamil atau dirawat beserta
anaknya. Hasil penilaian ini harus diberitahukan kepada
perempuan terkait.
(2) Dalam situasi-situasi yang disebutkan dalam Pasal 3
Konvensi ini atau bila resiko besar telah diidentifikasi
berdasarkan sub-ayat (1) di atas, maka tindakan perlu
dilakukan, berdasarkan surat keterangan medis terkait,
untuk menyediakan alternatif bagi pekerjaan tersebut
dalam bentuk:
(a) penghapusan resiko;
(b) adaptasi dengan kondisi kerja perempuan tersebut;
(c) pindah ke jabatan lain, tanpa kehilangan upah, bila
adaptasi tersebut tidak layak dilakukan; atau
(d) cuti dibayar, sesuai dengan perundang-undangan,
peraturan atau kebijakan nasional, apabila perpindahan
jabatan tersebut tidak layak dilakukan.
(3) Tindakan-tindakan yang tercantum dalam sub-ayat (2) secara
khusus harus dilakukan dalam hal:
(a) pekerjaan sulit yang melibatkan upaya untuk
mengangkat, membawa, mendorong atau menarik
beban secara manual;
(b) pekerjaan yang terekspos bahan biologis, kimia atau
fisika yang mengandung bahaya kesehatan
reproduktif;
(c) pekerjaan yang membutuhkan keseimbangan khusus;
(d) pekerjaan yang melibatkan ketegangan fisik akibat
duduk atau berdiri terlalu lama, atau akibat suhu atau
getaran yang terlalu ekstrim.
(4) Perempuan hamil atau yang sedang dirawat tidak boleh
diharuskan untuk kerja malam jika surat keterangan medis
95
menyatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan
kehamilan atau perawatannya.
(5) Perempuan berhak kembali ke pekerjaannya semula atau
pekerjaan setara sesegera setelah ia merasa aman untuk
melakukannya.
(6) Perempuan harus diijinkan meninggalkan tempat kerjanya,
bila perlu, setelah memberitahukan majikannya, untuk
menjalani pemeriksaan medis yang terkait dengan
kehamilannya.
Ibu yang menyusui
7.
Dalam membuat surat keterangan medis atau surat keterangan
lain yang tepat sebagaimana yang ditentukan oleh perundangundangan dan kebijakan nasional, frekuensi dan lamanya masa
perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus.
8.
Bila mungkin dan atas persetujuan pengusaha dan pekerja
perempuan terkait, waktu yang disediakan untuk istirahat
menyusui setiap hari dapat dikombinasikan agar jam kerja di
awal atau di akhir hari kerja dapat dikurangi.
9.
Bila mungkin, ketentuan harus dibuat untuk menyediakan
fasilitas menyusui dengan kondisi yang cukup higienis di dalam
atau di dekat tempat kerja.
Jenis-jenis cuti yang terkait
10.
96
(1) Apabila sang ibu meninggal dunia sebelum masa cuti
setelah persalinan berakhir, maka ayah pekerja dari si bayi
berhak mendapatkan cuti selama jangka waktu yang sama
dengan sisa cuti setelah persalinan tersebut.
(2) Apabila sang ibu sakit atau diopname setelah bersalin dan
sebelum masa cuti setelah persalinannya berakhir, dan
apabila sang ibu tidak dapat merawat anaknya, maka sang
ayah dari anak tersebut berhak memperoleh cuti dengan
jangka waktu yang sama dengan sisa masa cuti setelah
persalinan, sesuai dengan perundang-undangan dan
kebijakan nasional, untuk merawat anaknya.
(3) sang ibu atau ayah yang pekerja berhak memperoleh cuti
orang tua setelah cuti hamil berakhir.
(4) Masa selama cuti orang tua diberikan, lama masa cuti dan
modalitas lainnya, termasuk pembayaran tunjangan orang
tua serta penggunaan dan pembagian cuti orang tua di
antara kedua orang tua yang bekerja, harus ditentukan oleh
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
perundang-undangan atau peraturan nasional atau dengan
cara yang sesuai dengan kebijakan nasional.
(5) Apabila undang-undang dan kebijakan nasional
memperbolehkan adopsi, maka orang tua angkat harus
mendapat akses ke sistem perlindungan yang ditawarkan
oleh Konvensi ini, khususnya yang terkait dengan cuti,
tunjangan dan perlindungan kerja.
97
98
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
presentasi 183
RUANG LINGKUP
Š
Š
Š
Berlaku untuk Semua Pekerja Wanita.
Negara-negara anggota (sesudah konsultasi tripartit)
boleh untuk tidak memasukkan kategori pekerja
tertentu APABILA penerapan konvensi ini dapat
menimbulkan masalah yang substansial.
Negara-negara anggota harus membuat daftar kategori
pekerja yang tidak dimasukkan tersebut beserta
alasannya.
PERLINDUNGAN KESEHATAN
Š
Negara-negara anggota supaya mengambil langkahlangkah yang menjamin perempuan hamil atau
menyusui untuk tidak wajib bekerja, seperti yang telah
ditentukan oleh pihak yang berkompeten dan
berwenang, apabila membahayakan kesehatan ibu atau
anaknya
CUTI MELAHIRKAN
Š
Š
Š
Dengan dibuatnya sertifikat medis yang menyatakan
perkiraan hari melahirkan, seorang perempuan berhak
untuk mendapat cuti melahirkan selama tidak kurang
dari 14 minggu (kira-kira tiga setengah bulan)
Wajib cuti 6 minggu SETELAH MELAHIRKAN
merupakan keharusan
Jangka waktu cuti sebelum melahirkan tidak boleh
mengurangi keharusan cuti 6 minggu setelah
melahirkan.
99
CUTI DISEBABKAN SAKIT/KOMPLIKASI
Š
Š
Dengan adanya sertifikat medis, cuti akan diberikan
sebelum atau sesudah masa cuti melahirkan, bilamana
sakit, komplikasi atau adanya resiko komplikasi yang
muncul karena kehamilan atau saat melahirkan.
Undang-undang dan praktek nasional mungkin telah
menentukan cara dan jangka waktu maksimal untuk cuti
semacam itu
MANFAAT
Š
Š
Š
Manfaat uang tunai akan diberikan kepada calon ibu
saat cuti melahirkan, sesuai dengan undang-undang
nasional.
Manfaat uang tunai dengan jumlah tertentu untuk
menjamin calon ibu dapat mengurus dirinya sendiri dan
anaknya secara pantas sesuai dengan aturan kesehatan.
Persyaratan mendapatkan manfaat uang tunai tersebut
haruslah disetujui sebagian besar kaum perempuan.
MANFAAT (2)
Š
Š
100
Manfaat pengobatan akan diberikan bagi ibu dan
anaknya. Hal ini termasuk perawatan sebelum, saat
melahirkan dan sesudah melahirkan serta rawat inap
apabila diperlukan.
Negara-negara anggota yang ekonomi dan sistem
perlindungan sosialnya belum memadai dianggap telah
sesuai dengan Konvensi, apabila manfaat uang tunai
tidak lebih rendah dari jumlah yang dibayarkan pada
waktu sakit atau ketidakmampuan fisik sementara.
Tetapi harus dijelaskan alasannya dan menyerahkan
laporan berkala mengenai langkah-langkah yang
diambil untuk menaikkan jumlah manfaat uang tunai
tersebut.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN & NONDISKRIMINASI
Š
Š
Melanggar hukum bagi seorang pengusaha
memberhentikan seorang pekerja perempuan yang
sedang hamil atau cuti melahirkan, kecuali disebabkan
hal-hal yang TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan
kehamilan atau kelahiran anak. Pembuktian mengenai
hal tersebut dibebankan kepada pengusaha.
Seorang perempuan DIJAMIN haknya kembali bekerja
di posisi semula atau yang setingkat, dibayar dengan
jumlah sama seperti saat terakhir dia bekerja sebelum
cuti melahirkan.
PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN & NONDISKRIMINASI (2)
Š
Š
Negara-negara anggota mengambil langkah-langkah
yang menjamin bahwa melahirkan BUKAN menjadi
sumber diskriminasi dalam ketenagakerjaan, termasuk
akses mendapatkan pekerjaan.
Seperti apa? Melarang dilakukannya tes kehamilan (atau
sertifikasi tes semacam itu) apabila seorang perempuan
mengajukan lamaran kerja, KECUALI undang-undang
mensyaratkan pernyataan semacam itu sehubungan
dengan jenis pekerjaan yang terlarang bagi perempuan
hamil atau menyusui, atau apabila ada resiko terhadap
kesehatan calon ibu dan anaknya.
IBU MENYUSUI
Š
Š
Š
Seorang perempuan akan diberi hak istirahat satu kali
atau lebih setiap hari (atau pengurangan jumlah jam
kerja setiap hari) untuk menyusui anak.
Lamanya istirahat ditentukan oleh undang-undang
nasional.
Istirahat semacam itu akan dihitung sebagai jam kerja
dan dibayar sesuai waktu yang digunakan.
101
TINJAUAN BERKALA
Š
Negara-negara anggota akan memeriksa secara
berkala, berkonsultasi dengan wakil-wakil pengusaha
dan pekerja, kelayakan dalam pemberian waktu cuti
melahirkan atau menaikkan jumlah manfaat uang
tunai.
IMPLEMENTASI
Š
102
Konvensi tersebut harus diimplementasikan dengan
undang-undang atau peraturan, atau dalam bentuk
yang konsisten dengan praktek nasional, misalnya
persetujuan kolektif, melalui arbitrasi, keputusan
pengadilan.
Konvensi-konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di Dunia Kerja
Download