Determinan Praktik Seksual Pranikah pada - E

advertisement
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
AFIASI
Determinan Praktik Seksual Pranikah pada Remaja di Indramayu
Determinants Premarital Sexual Practices in Adolescents in Indramayu
Tutin Marlia
Akper Saifuddin Zuhri Indramayu
Abstrak
Praktik seksual pranikah pada remaja dapat mengakibatkan
kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, infeksi
organ reproduksi dan yang paling berbahaya adalah tindakan
aborsi yang tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik
hubungan seksual pranikah pada remaja. Penelitian kuantitatif
ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan
rancangan non eksperimental. Data dikumpulkan dengan cara
cross sectional. Penelitian ini dilakukan disalah satu SMA di
Indramayu yang melibatkan 236 responden. Teknik
pengambilan sampel menggunakan acak sistematis. Hasil
penelitian mendapatkan 16.9% responden sudah melakukan
hubungan seksual pranikah. Faktor jenis kelamin, besarnya
uang saku, kepemilikan televisi, terpapar pornografi, pengaruh
teman sebaya dan ketaatan beragama mempunyai (p < 0.05)
berhubungan dengan perilaku seksual pranikah. Faktor yang
paling berhubungan adalah pengaruh teman sebaya (p =
0.001). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan
adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
seperti orang tua, sekolah, dinas pendidikan, dinas kesehatan
dan lain-lain sebagai upaya pencegahan terjadinya hubungan
seksual pranikah.
Kata Kunci: Seksual Pranikah, Faktor Determinan
Keywords: Premarital Sexual, Determinant Factors
Pendahuluan
Remaja merupakan generasi muda penerus
bangsa. Maju dan mundurnya suatu bangsa tidak
akan lepas dari peranan para generasi muda. Masa
remaja merupakan masa transisi antara masa anakanak dan masa dewasa, pada masa ini banyak hal
yang berubah pada remaja baik secara fisik,
biologis, psikologis maupun sosial. Perubahanperubahan tersebut tidak luput dari munculnya
beberapa masalah sebagai bentuk tuntutan
penyesuaian.
Berdasarkan data profil remaja BKKBN tahun
2011 didapatkan bahwa hasil sensus penduduk
tahun 2010 menunjukan
jumlah penduduk
Indonesia sebesar 237.6 juta jiwa. 63.4 juta
diantaranya adalah remaja yang terdiri dari lakilaki sebanyak 32.164.436 jiwa (50.70%) dan
perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49.30%).
Dilihat dari besarnya angka tersebut maka remaja
(usia 10-24 tahun) memerlukan perhatian yang
serius dari berbagai pihak mengingat mereka
termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja (usia
produktif). Apabila tidak dipersiapkan dengan baik
maka remaja akan berisiko terhadap perilakuperilaku yang menyimpang diantaranya seks
pranikah.1
Remaja memiliki dua nilai yaitu nilai harapan
(idealisme) dan kemampuan. Apabila kedua nilai
tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan
muncul bentuk-bentuk frustasi. Bentuk frustasi ini
pada gilirannya akan merangsang generasi muda
untuk melakukan tindakan-tindakan abnormal
(menyimpang). Dari sudut pandang kesehatan,
tindakan
menyimpang
yang
akan
mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan
dengan seks bebas (unprotected sexuality),
penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar
nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki
(adolecent unwanted pragnancy) dikalangan
remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini
Abstract
The practice of premarital sexual intercourse in adolescents
can result in unwanted pregnancies, sexually transmitted
diseases, infections of the reproductive organs and the most
dangerous is the act of safe abortion. Research aims to
determine the factors associated with the practice of premarital sexual intercourse in adolescents. Quantitative
research was conducted using survey method with a nonexperimental design. Data collected by cross sectional. This
research was conducted at one high school in Indramayu
involving 236 responden. Tehnik using random sampling
research sistematis. Result get 16.9% of the respondents had
had sexual intercourse premarital. Factors gender, the amount
of pocket money, ownership of television, exposed to
pornography, peer influence and religious observance has
(P<0.05) associated with sexual behavior most associated
premarital. Factor is peer influence (P 0.001) . Results of
these studies are expected to efforts made by relevant parties
such as parents, schools, education departments, health
authorities and others as an effort to prevent the occurrence of
sexual relations before marriage.
6
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan
lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda.2
Hasil kajian BKKBN tahun 2010 mengatakan
bahwa rata-rata dari 100 remaja di wilayah
Jabodetabek, sekitar 54% pernah melakukan
hubungan seksual pranikah. Kejadian seks
pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung
dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan
remaja berefek pada kasus infeksi penularan
HIV/AIDS yang cenderung berkembang di
Indonesia. Fenomena seks bebas ditemukan pada
kelompok remaja sekolah maupun di kelompok
remaja yang kuliah, hal ini sejalan dengan
pernyataan bahwa mahasiswi di Yogyakarta dari
1.660 responden sekitar 37% mengaku sudah
kehilangan kegadisannya. Terjadi kehamilan ratarata 17% per tahun (kehamilan yang tidak
diinginkan), sebagian dari jumlah tersebut
bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi di
Indonesia termasuk kategori cukup tinggi dengan
jumlah rata-rata per tahun mencapai 2,4 juta jiwa. 3
Terdapat hubungan yang bermakna antara
pacaran dengan perilaku seksual pranikah; faktor
lain yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
diantaranya adalah usia pubertas seseorang sampai
dengan menikah diperpanjang, adanya kesempatan
untuk melakukan perilaku seksual pranikah,
paparan media massa tentang seks, kurangnya
informasi/pengetahuan tentang seks, komunikasi
yang kurang efektif dengan orang tua, akses alat
kontrasepsi yang tersedia bebas dan kurangnya
pemahaman etika moral dan agama, remaja lakilaki lebih menyetujui dalam menentukan dan
melakukan perilaku seksual pranikah daripada
remaja wanita.4
Saleha mengatakan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat
pengetahuan remaja tentang
seksualitas dengan perilaku seksual pranikah pada
remaja. Hal ini menunjukan bahwa perilaku seks
pranikah bukan hanya dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang perilaku seksualitas saja,
tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain diantaranya
kontrol orang tua, agama, norma budaya dan media
informasi. Lingkungan keluarga merupakan salah
satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
perilaku seksual remaja.5
Remaja yang hidup dalam keluarga besar,
remaja yang menjadi yatim piatu dan remaja dalam
keluarga transisi mempunyai risiko yang signifikan
dalam melakukan seks pranikah begitupula dengan
AFIASI
keluarga yang menganut poligami. Hubungan
antara orang tua dan anak yang lebih kuat dan
kontrol yang baik dari orang tua terhadap anak
dapat menurunkan risiko terjadinya hubungan seks
pranikah.6
Seks pranikah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor agama merupakan salah satu faktor
yang tidak bisa diremehkan. Agama mempunyai
standar untuk menilai dan membimbing umatnya
serta mempunyai fungsi kontrol sosial sehingga
umat beragama diharapkan bertindak dengan caracara yang sesuai dengan norma-norma tertentu.7
Faktor jenis kelamin, besarnya uang saku,
keterpaparan pornografi, mempunyai berhubungan
yang signifikan dengan praktik hubungan seksual
pranikah, dan faktor yang paling mendominasi
adalah pengaruh keterpaparan pornografi.8
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Indramayu
Bidang
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) periode
Januari sampai dengan Oktober 2014 didapatkan
data tentang kasus-kasus yang berhubungan
dengan perilaku seksual remaja dan akibat yang
ditimbulkan, diantaranya yaitu perilaku seksual
pranikah sejumlah 589, persalinan 34, abortus 66,
kehamilan tidak diinginkan (KTD) 73, infeksi
menular seksual 235, HIV/AIDS 19.9
Berdasarkan data tersebut diatas bahwa banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan
seksual pranikah pada remaja dan begitu banyak
dampak yang ditimbulkan karena hal tersebut
sehingga perlu adanya upaya-upaya pencegahan
maupun penanganan bagi yang sudah terjadi dari
berbagai pihak, dengan melihat uraian tersebut
sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Determinan Praktik
Seksual Pranikah pada Remaja di Indramayu
Tahun 2015”.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode survey non
eksperimental, data dikumpulkan secara cross
sectional. Kerangka konsep dalam penelitian ini
dengan mengadopsi model precede dari Green
bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor
utama yaitu predisposing factors, enabling factors
dan reinforcing factor.10
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X
dan XI yang berjumlah 607. Tehnik hitung sampel
dengan menggunakan proporsi binomunal dan
7
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
menghasilkan 236 sampel, sedangkan tehnik
pengambilan sampel menggunakan sistem random
acak sistematis. Pengambilan data dilakukan secara
langsung dari responden (data primer) dan
instrumen pengumpulan data menggunakan
kuisioner.
Terdapat 8 variabel yang
diteliti dalam
penelitian
ini,
diantaranya
dari
faktor
pendorong/predisposing factor adalah pendidikan
orang tua dan pekerjaan orang tua, dari faktor
pemungkin/enabling factor yaitu kepemilikan
kendaraan, tempat tinggal, kepemilikan televisi
atau
computer,
sedangkan
dari
faktor
penguat/reinforcing factor adalah pengaruh teman
sebaya, aktivitas keagamaan dan peran sekolah.
AFIASI
Analisa data menggunakan univariat, bivariat
(menggunakan uji chi square) dan analisis
multivariat menggunakan uji regresi logistik
ganda.
Hasil
Penelitian ini mengenai Determinan Praktik
Seksual Pranikah pada Remaja di Indramayu
Tahun 2015”.
Berikut ini adalah analisis hasil penelitian yang
ditampilkan
dalam
bentuk
tabel
yang
menggambarkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel, hubungan antar variabel dan
variabel yang paling mempengaruhi.
a. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Dependen dan Independen
Variabel
Praktik Hubungan Seksual Pranikah
Tidak melakukan
Melakukan
Tempat Tinggal
Kos
Tidak kos
Pendidikan Orang Tua
Tinggi
Rendah
Pekerjaan Orang Tua
Formal
Informal
Kepemilikan Kendaraan
Tidak punya
Punya
Kepemilikan TV/Computer
Tidak punya
Punya
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak ada
Ada
Ketaatan Beragama
Taat
Tidak Taat
Peran Sekolah
Ada
Tidak ada
8
N (%)
196 (83.1)
40 (16.9)
209 (88.6)
27 (11.4)
39 (16.5)
197 (83.5)
96 (40.7)
140 (59.3)
92 (39.0)
144 (61.0)
92 (39.0)
144 (61.0)
142 (60.2)
94 (39.8)
90 (38.1)
146 (61.9)
196 (81.3)
40 (16.9)
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
AFIASI
b. Analisis Bivariat
Tabel 2. Analisis Bivariat Variabel Dependen dan Independen
Praktik Seksual Pranikah
Tidak
Melakukan
Melakukan
N
%
N
%
Variabel
Tempat Tinggal
Kos
Tidak kos
Pendidikan Orang Tua
Tinggi
Rendah
Pekerjaan Orang Tua
Formal
Informal
Kepemilikan Kendaraan
Tidak punya
Punya
Kepemilikan TV/Computer
Tidak punya
Punya
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak ada
Ada
Ketaatan Beragama
Taat
Tidak Taat
Peran Sekolah
Ada
Tidak ada
%
OR
95% CI
0.166 –
2.032
17.7
11.1
172
24
82.3
88.9
209
27
100
100
0.557
0.581
6
34
15.4
17.3
33
163
84.6
82.7
36
197
100
100
0.959
1.147
0.446 –
2.958
19
21
19.8
15.0
77
119
80.2
85.0
96
140
100
100
0.431
0.715
0.361 –
1.417
8
32
8.7
22.2
84
112
91.3
77.8
92
144
100
100
0.012
3.000
1.315 –
6.844
8
32
8.7
22.2
84
112
91.3
77.8
92
144
100
100
0.012
3.000
1.315 –
6.844
11
29
7.7
30.9
131
65
92.3
69.1
142
94
100
100
0.000
5.313
2.497 –
11.305
9
31
10.0
21.2
81
115
90.0
78.8
90
146
100
100
0.040
2.426
1.096 –
5.371
29
11
14.8
27.5
167
29
85.2
72.5
196
40
100
100
0.085
2.184
0.983 –
4.853
reproduksi/seksualitas terkadang tidak selalu
diimbangi dengan kematangan mental remaja.
Remaja diharapkan memahami perilaku yang
dilakukan dan dapat mempertanggungjawabkan
risiko dari perilaku yang dilakukannya. Tingkat
kematangan remaja dalam pengambilan keputusan
juga belum matang, ditambah rasa ingin tahu yang
tinggi dan keinginginan untuk memenuhi hasrat
seksualnya karena sudah berfungsinya hormonhormon reproduksi sehingga mengalahkan norma,
agama serta kontrol diri untuk tidak melakukan
hubungan seksual.
Dampak hubungan seksual yang dilakukan oleh
remaja seperti kehamilan tidak diinginkan yang
bisa menimbulkan efek baik secara fisik,
psikologis maupun sosial dan melibatkan bukan
hanya dirinya sendiri namun keluarga dan
masyarakat tentunya merupakan hal yang perlu
dipahami oleh remaja. Selain itu penularan
penyakit akibat hubungan seksual juga dapat
Tabel 3 Analisis Multivariat Variabel Dependen
dan Variabel Independen
Pengaruh
teman sebaya
Kepemilikan
kendaraan
N
pvalue
37
3
c. Analisis Multivariat
Variabel
Total
Nilai p
Nilai OR
0.000
5.248
0.013
2.936
CI 95%
2.44111.282
1.2506.896
Pembahasan
1. Praktik seksual pranikah
Berdasarkan hasil penelitian yang ada disajikan
pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa responden
yang sudah melakukan hubungan seksual
berjumlah (16.9%) dan yang tidak melakukan
sejumlah (83.1%). Dorongan atau hasrat seksual
sudah ada dalam diri remaja dimana pada masa
remaja ini alat-alat reproduksi mereka memang
mulai
berfungsi.
Kematangan
fungsi
9
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
terjadi sehingga remaja haruslah berpikir panjang
bila hendak melakukan hal tersebut.
AFIASI
pendidikan seks harus diberikan sejak dini agar
perilaku anak tersebut kedepannya tidak berlanjut
kearah negatif.11
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pendidikan itu
sangat penting, jika orang tua memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi tentunya diharapkan
mengetahui perkembangan dan perubahanperubahan yang terjadi saat anaknya memasuki
masa remaja. Pendidikan seks sejak dini yang
sesuai dengan usia anak juga diharapkan mampu
diberikan oleh orang tua tanpa memandang bahwa
pendidikan seks itu tabu jika diberikan oleh orang
tua, hal seperti ini diharapkan anak-anak bisa
mendapatkan pendidikan seks dari orang atau yang
tepat sehingga remaja tidak mencari kepuasan
informasi dari sumber yang lain yang belum tentu
kebenarannya.
2. Tempat tinggal
Hasil uji statistik menghasilkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara tempat
tinggal responden dengan praktik hubungan
seksual pranikah. Tempat tinggal dan kontrol
lingkungan merupakan faktor yang tidak kalah
penting yang dapat diprediksi sebagai determinan
hubungan seksual. Siswa yang tinggal bersama
dengan orang tua mendapatkan pengawasan dan
bimbingan penuh dari orang tua maupun sanak
saudaranya. Siswa yang tinggal ditempat kos
cenderung untuk bebas dan pengawasan dan
bimbingan orang tuanya kurang.
Namun dalam penelitian ini siswa yang tinggal
dengan orang tua justru banyak yang melakukan
hubungan seksual dibandingkan dengan siswa
yang tinggal ditempat kos. Hal ini mungkin
disebabkan karena jumlah siswa yang tinggal
dirumah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
siswa yang tinggal ditempat kos. Kemungkinan
yang lain diantaranya karena orang tua yang
kurang memberikan bimbingan dan pengawasan
serta perhatian kepada anaknya, apalagi jika orang
tuanya bekerja disektor informal yang jam
kerjanya tidak menetap, sehingga disaat dirumah
tidak ada orang tua kesempatan tersebut digunakan
oleh remaja untuk melakukan hubungan seks
dirumahnya.
4. Pekerjaan orang tua
Hasil uji statistik disimpulkan tidak ada
hubungan antara pekerjaan orang tua responden
dengan praktik hubungan seksual pranikah. Hasil
penelitian diatas dapat dianalisis bahwa perbedaan
jumlah responden yang melakukan praktik
hubungan seksual antara responden yang orang
tuanya bekerja disektor formal dengan responden
yang orang tuanya bekerja di sektor informal
sangat rendah.
Pekerjaan orang tua akan menggambarkan
status sosial maupun ekonomi, begitu juga tingkat
kesibukan orang tua dalam membagi waktu dan
perhatian antara pekerjaan maupun keluarga.
Setiap pekerjaan mempunyai risiko masingmasing.
Orang tua yang bekerja disektor formal
tentunya mempunyai jam kerja yang pasti, namun
jika ada tuntutan yang tinggi dari tempatnya
bekerja tentunya hal ini dapat pula menyita waktu
untuk keluarga. Sedangkan orang tua yang bekerja
disektor informal mempunyai jam kerja yang tidak
pasti namun hal inipun tidak menjamin, sehingga
keseimbangan orang tua dalam membagi waktu,
perhatian dan kontrol kepada remaja sangat
diperlukan dalam hal ini.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa orang tua yang bekerja disektor formal
harus lebih baik lagi membagi waktu, bimbingan,
pengawasan dan kasih sayang sebagai salah satu
upaya pencegahahan seks pranikah.
3. Pendidikan orang tua
Hasil uji statistik disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi praktik hubungan seksual
pranikah dengan tingkat pendidikan orang tua
responden tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan orang tua responden
dengan praktik hubungan seksual pranikah. Dari
hasil analisis diatas walaupun tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan praktik
hubungan seksual pranikah namun bisa kita lihat
bahwa untuk siswa yang mempunyai orang tua
dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak
melakukan praktik hubungan seksual jika
dibandingkan dengan siswa yang orang tuanya
berpendidikan tinggi.
Orang tua berpengaruh positif terhadap perilaku
seksual yang dilakukan oleh remaja, maka
10
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
5.
Manusia adalah mahluk sosial, selama
hidupnya manusia akan terus membutuhkan orang
lain. Perkembangan sosial masa remaja sangat erat
kaitannya dengan pergaulan bersama temantemannya. Remaja akan mencari teman yang
menurut dia sesuai dengan hatinya dan merasa
nyaman jika sedang berkumpul. Remaja akan
berinteraksi baik dengan teman sejenis maupun
dengan lawan jenis. Saat mereka berkumpul
mereka bisa membicarakan hal apa saja yang
menurut mereka menarik termasuk tentang
hubungan seksual.
Peran teman sebaya mempengaruhi perilaku
seks remaja. Hal ini juga dapat dicetuskan karena
remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya.12
Pada remaja kedekatan dengan kelompok atau
peergroup sangat tinggi dan intens. Apalagi remaja
yang kehidupan keluarganya tidak kondusif
sehingga akan mencari kepuasan diluar rumah
diantaranya dengan teman. Pengaruh teman
seringkali membuat individu mengikuti perilaku
yang dilakukan oleh peergroupnya salah satunya
adalah melakukan hubungan seksual pranikah.
Sejalan dengan pendapat BKKBN 2010, bahwa
ada tiga faktor besar yang paling mempengaruhi
remaja untuk melakukan praktik hubungan seksual
diantaranya yaitu teman sebaya (mempunyai
pacar), mempunyai teman yang setuju dengan
hubungan seksual pranikah dan mempunyai teman
yang mempengaruhi atau mendorong untuk
melakukan praktik hubungan seksual pranikah.13
Kepemilikan kendaraan
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara ketersediaan fasilitas sepeda motor dengan
praktik hubungan seksual pranikah. Remaja yang
memiliki kendaraan mempunyai peluang 3 kali
untuk melakukan hubungan seksual pranikah
dibandingkan dengan remaja yang tidak
mempunyai kendaraan.
6.
AFIASI
Kepemilikan televisi
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan fasilitas televisi dengan praktik
hubungan seksual pranikah. Responden yang
mempunyai televisi mempunyai peluang 3 kali
untuk melakukan praktik hubungan seksual
pranikah dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki televisi.
Televisi merupakan salah satu media masa yang
hampir semua keluarga punya dan setiap hari
ditonton. Media masa dalam hal ini memiliki tugas
utama untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat, diantaranya memuat pesan-pesan yang
bersifat sugesti yang dapat mempengaruhi sikap
maupun perilaku masyarakat diantaranya remaja.
Tayangan yang ada ditelevisi tidak semuanya
positif, adapula tayangan-tayangan yang tidak
mendidik yang mungkin saja dikonsumsi oleh
remaja bahkan anak-anak yang tidak sesuai dengan
usianya. Seperti halnya tayangan-tayangan yang
berbau seksualitas yang ditampilkan tanpa sensor,
film-film orang dewasa yang dapat ditonton oleh
siapa saja. Kondisi seperti ini perlu sekali peran
orang tua untuk dapat memantau anak-anaknya
pada saat menonton televisi untuk menghindari
anak-anak menonton tayangan yang tidak
mendidik.
8. Ketaatan beragama
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dapat
dijelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara ketaatan beragama dengan praktik hubungan
seksual pranikah Peran sekolah. Responden yang
tidak taat beragama mempunyai peluang 2.246
kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah
dibandingkan dengan responden yang taat
beragama.
Agama merubakan dasar bagi seseorang dalam
menjalani fungsi kehidupan. Agama mengikat
umatnya dalam aturan-aturan serta kewajiban yang
harus jalankan dalam upaya menjalin hubungan
antara individu dengan Tuhannya. Hal ini bukan
hanya pengetahuan tentang keagamaan saja yang
harus dipahami oleh seseorang namun lebih jauh
lagi tentang keimanan. Keimanan bukan hanya
7. Pengaruh teman sebaya
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square
dihasilkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengaruh peran teman sebaya dengan
praktik hubungan seksual pranikah. Responden
yang mendapatkan pengaruh dari teman sebaya
mempunyai peluang 5.313 kali untuk melakukan
hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan
responden yang tidak ada pengaruh dari teman
sebaya.
11
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
AFIASI
dikatakan namun harus diaplikasikan kedalam
kegiatan sehari-hari individu. Keimanan seseorang
kadang bertambah, kadang stabil dan kadang pula
berkurang.
Remaja
yang
dalam
perkembangannya
mengalami perubahan berbagai aspek perlu sekali
dilakukan upaya-upaya intervensi keagamaan
untuk menjaga mereka dari perbuatan-perbuatan
yang melanggar agama. Upaya kegiatan
keagamaan bisa dilakukan oleh keluarga, sekolah
maupun kegiatan majlis ta’lim. Dengan kegiatankegiatan tersebut selain pemahaman keagamaan
remaja bertambah diharapkan juga keimanannya
bisa membentengi dirinya dari nafsu yang akan
merugikan dikemudian hari.
Semakin tinggi pemahaman dan ketaatan
seseorang dalam
menjalankan religiusitasnya
maka diharapkan semakin terarah sikap dan
perilakunya untuk menjalankan perintah agama
dan menjauhi larangan agama seperti halnya
praktik hubungan seksual pranikah.
Semakin rendah religiusitas maka semakin
tinggi intensitas perilaku seksual pranikah yang
dilakukan remaja.14 Hal ini sejalan pula dengan
penelitian yang dilakukan Darmasih, bahwa ada
pengaruh pemahaman tingkat agama terhadap
perilaku seks pranikah pada remaja SMA di
Surakarta. Semakin baik pemahaman tingkat
agama, maka perilaku seks pranikah remaja
semakin baik dan sebaliknya. Alasan melakukan
hubungan seksual pranikah adalah rendahnya
tingkat keagamaan.15
selalu menjaga sikap, perilakunya terutama
berhubungan dengan seksualitas.
Peranan sekolah dalam pengawasan siswanya
tentang perilaku seksualitas dalam penelitian ini
cukup bagus, berdasarkan observasi disekolah
tersebut guru BK dan kesiswaan bekerjasama
dengan wali kelas sangat tanggap terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh siswanya. Di
sekolah juga sudah terbentuk Duta Kesehatan
Reproduksi namun kegiatannya belum berjalan.
Salah satu aturan yang sudah jelas dan
diterapkan di sekolah ini adalah apabila ada siwa
yang melakukan pelanggaran asusila maupun
kriminal termasuk mengalami kehamilan di luar
nikah maka siswa yang bersangkutan akan
dikeluarkan dari sekolah.
9. Peran Sekolah
1. Penelitian ini menemukan 16,9% remaja telah
melakukan praktik hubungan seksual pranikah
2. Dari berbagai variabel yang diteliti didapatkan
hasil:
a. Kepemilikan Televisi dan kepemilikan
kendaraan
yang termasuk faktor
pemungkin/enabling berhubungan dengan
praktik seksual pranikah
b. Pengaruh teman sebaya dan ketaatan
beragama yang merupakan faktor penguat
juga berhubungan dengan praktik hubungan
seksual pranikah.
3. Pengaruh peran teman sebaya adalah variabel
yang paling berhubungan dengan praktik
hubungan seksual pranikah.
10. Faktor yang paling mempengaruhi praktik
hubungan seksual pranikah
Berdasarkan hasil uji multivariat didapatkan
hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi
pada praktik hubungan seksual pranikah pada
remaja dalam penelitian ini adalah pengaruh teman
sebaya dengan nilai p = 0.000 dan OR = 5.248,
artinya responden yang mendapatkan pengaruh
dari teman sebaya memiliki kemungkinan untuk
melakukan praktik hubungan seksual pranikah 5
kali dibandingkan dengan responden yang tidak
ada pengaruh dari teman sebaya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara peran sekolah dengan praktik
hubungan seksual pranikah.
Sebagian besar waktu remaja dihabiskan di
sekolah untuk belajar dan berinteraksi dengan
lingkungan sekolah. Sekolah merupakan wadah
yang paling tepat untuk bisa membantu siswanya
membentuk sikap, karakter dan kepribadian yang
sehat. Guru merupakan orang tua saat siswa ada di
sekolah sehingga peran guru sangat diperlukan
sekali untuk membantu siswanya agar mempunyai
pengetahuan yang memadai dalam hal ini tentang
kesehatan reproduksi melalui pelajaran yang
terkait seperti biologi, selain itu diharapkan siswa
12
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 Desember 2015]
10. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori &
Aplikasi. Rineka Cipta: Jakarta.
11. Alfiani dkk. 2013. Perilaku Seksual dan Faktor
Determinannya di SMA Se-Kota Semarang,
Indonesian of Journal Guidance and Conceling:
Theory
And
Aplication,
http//journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk
12. Dien P. 2007. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seks Bebas. Tesis. Program Studi
Magister FKM USU Medan.
13. BKKBN.
2010.
Penyiapan
Kehidupan
BerkeluargaBagi Remaja. Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi: Jakarta.
14. Irmawati, Leni. 2013. Perilaku Seksual Pranikah
Pada Mahasiswa, Jurnal Kesehatan Masyarakat
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas
15. Darmasih,R. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMA di
Surakarta, Universitas Surakarta.
Saran
1.
2.
3.
Perlu adanya upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh berbagai pihak untuk
menangani maraknya praktik hubungan
seksual pranikah yang dilakukan remaja.
Peran orang tua, sekolah, lembaga keagamaan
dan lembaga pemerintahan dalam hal ini
Dinas Kesehatan untuk turut ambil bagian
untuk melakukan pembinaan-pembinaan pada
remaja.
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan sampel yang lebih banyak dan wilayah
yang lebih luas sehingga dapat didapatkan
hasil yang lebih baik.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
AFIASI
BKKBN. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja
(10-24 tahun), Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan, BKKBN, Seri 1 no. 6
Laksmiwati, IAA. 2003. Transformasi Sosial dan
Perilaku
Reproduksi
Remaja.http://download.portalgaruda.org/article.ph
p?article=13333&val=929&title=inas
BKKBN.
2010.
Menyiapkan
Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja, Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi. BKKBN:
Jakarta
Setiawan R, Nurhidayah S. 2008. Pengaruh
Pacaran
Terhadap
Perilaku
Seks
Pranikah,http://download.portalgaruda.org/article.p
hp?article=94974&val=1228
Saleha, Ina. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan
tentang perilaku seks dengan perilaku seks
pranikah pada siswa SMPN 5 Depok,
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/dataIdentifi
er.jsp?id=20276761
Dimbuene and Defo. 2011. Family Environment
and Premarital Intercourse in Bandjoun (West
Cameroon),
http://eresources.pnri.go.id/library.php?id=00001
Gyimah et all. 2013. Religion, Religiosity and
Premarital Sexual Attitude of Young Peoplei in the
Informal Settlements of Nairobi, Kenya, Journal of
Biosocial
Science 45.1
(Jan
2013):
1329.http//e.resources…rary.php?id=00001
Marlia Tutin. 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Praktik
Hubungan
Seksual
Pranikah pada Remaja di Salah Satu SMA di
Indramayu, Prosiding Seminar Nasional Penelitian
dan PKM Kesehatan, Unisba, Vol 1. N0 1.
Bidang Kesehatan Reproduksi Remaja. 2014
Laporan Bulanan: Dinas Kesehatan Kabupaten
Indramayu.
13
Download