Analisis Hubungan Kausalitas antara Pertumbuhan

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN
PEMERINTAH DI INDONESIA
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Sigit Harjanto
115020115111004
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA
Yang disusun oleh :
Nama
:
Sigit Harjanto
NIM
:
115020115111004
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2014
Malang, 24 Juli 2014
Dosen Pembimbing,
Setyo Tri Wahyudi, SE., M.Ec., Ph.D.
NIP. 19810702 200501 1 002
Analisis Hubungan Kausalitas antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah
di Indonesia
Sigit Harjanto
[email protected]
Setyo Tri Wahyudi
[email protected]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to find out how the relationship of causality between economic growth and
government expenditure. Government expenditure is divided according to the functions of the general
services, the functions of defense, security and public order, the economic function and the function of
education. Using the Toda-Yamamoto Causality Test, that can be used in time-series data with
different levels of integration, we found unidirectional causality relationship between economic growth
and government expenditure in which government expenditure affect economic growth that supports
Wagner’s Law. On expenditure by function, we found the relationship that supports Keynessian
aproach between economic growth and the government expenditure in economic functions . In another
functions of government expenditure we not found the existence of a relationship of causality with
economic growth.
Keyword: Economic Growth, Government Expenditure, Toda-Yamamoto Causality Test
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan kesejahteraan warganya diukur melalui tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai. Tinggi rendah laju pertumbuhan ekonomi suatu negara
menunjukkan tingkat perubahan kesejahteraaan ekonomi warganya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan stabil dari tahun ke tahun berarti kesejahteraan ekonomi meningkat, sementara perekonomian
yang menurun atau pertumbuhan ekonomi dengan nilai negatif berarti turunnya kesejahteraan
ekonomi. Disisi lain tingkat pertumbuhan ekonomi juga digunakan untuk mengevaluasi tepat atau
tidaknya kebijakan yang telah diambil sehubungan dengan peran pemerintah dalam perekonomian.
Pemerintah memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kegagalan pasar
mendorong pemerintah untuk lebih jauh masuk dalam pasar dan melakukan intervensi. Merupakan
tanggung jawab pemerintah untuk menciptakan efisiensi ekonomi dan menjamin keadilan dalam
berusaha. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) peran
alokasi (2) peran distribusi, dan (3) peran stabilisasi (Musgrave dan Musgrave, 1993).
Bentuk intervensi atau campur tangan pemerintah dalam perekonomian terkait dengan peran
alokasi, dimana pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan barang
publik. Hal ini terjadi karena mekanisme pasar tidak akan berminat menyediakannya. Konsekuensi
dari peran alokasi pemerintah adalah ketersediaan anggaran yang pada akhirnya berwujud pada
pengeluaran pemerintah.
Menurut Keynes pemerintah masuk kedalam perekonomian melalui kebijakan-kebijakan yang
diambil dan dilaksanakan. (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Kebijakan fiskal yang ditempuh oleh
pemerintah Indonesia ditunjukkan oleh besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang ditetapkan. Permasalahannya adalah lokasi anggaran belum memberikan arah perubahan bagi
terciptanya pertumbuhan ekonomi serta masih besarnya porsi pengeluaran tidak produktif seperti
pembayaran bunga utang serta pinjaman pemerintah.
Terlihat pada gambar 1 dibawah pertumbuhan ekonomi dan porsi pengeluaran pemerintah
keduanya sama-sama memiliki pola yang fluktuatif, namun pertumbuhan ekonomi memiliki deviasi
yang lebih besar dibanding porsi pengeluaran pemerintah. Pada suatu periode, pertumbuhan ekonomi
dan porsi pengeluaran pemerintah memiliki arah pergerakan yang sama, namun pada periode
berikutnya memiliki arah pergerakan yang berlawanan.
Gambar 1: Perbandingan antara Porsi Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Tahun 1971-2013
30.00
20.00
Pertumbuhan Ekonomi
10.00
0.00
-10.00
'71 '74 '77 '80 '83 '86 '89 '92 '95 '98 '01 '04 '07 '10 '13
Porsi Pengeluaran
Pemerintah
-20.00
Sumber: Kementerian Keuangan RI, berbagai tahun (diolah)
Keterkaitan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian
dari banyak peneliti sebelumnya dan menghasilkan dua pendapat mengenai hubungan antara kedua
variabel. Keynes dan para pendukungnya menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi sesuai dengan persamaan identitas perekonomian terbuka. Sementara Hukum
Wagner (Wagner’s Law) menyatakan bahwa peningkatan perekonomian yang terjadi mempengaruhi
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah.
Perdebatan berlanjut dengan dilakukannya penelitian-penelitian lanjutan untuk mengetahui
kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan. Berbagai penelitian mengenai hubungan antara
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi menghasilkan simpulan beragam yang
menciptakan pendukung untuk masing-masing teori. Keberagaman hasil yang didapat disebabkan oleh
perbedaan tempat penelitian, jenis data, metode penelitian, serta devinisi operasional masing-masing
variabel yang digunakan (Peacock dan Scott, 2000).
Sebagaimana penjelasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan
kausalitas yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah di Indonesia.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu melengkapi penelitian sebelumnya dengan penggunaan
variabel pengeluaran pemerintah secara agregat dan disagregat yang belum banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.
B. KERANGKA TEORI
Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran yang dilakukan pemerintah akan mempengaruhi berbagai sektor dalam
perekonomian. Adanya pengeluaran pemerintah secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap sektor produksi barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa
akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap
perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas dan pada akhirnya
akan meningkatkan produksi.
Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa.
Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang
kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah
mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi. Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya
BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi
masyarakat terhadap BBM turun.
Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat
pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektorsektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila
target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat
membiayainya dengan pola defisit anggaran.
Paham Keynesian menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh
besarnya pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor. Menurut Keynes
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur pada peningkatan pendapatan nasional,
diperlukan peningkatan permintaan konsumsi, permintaan pengeluaran pemerintah, permintaan
investasi, serta permintaan ekspor dan impor.
Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa:
Y = C + I + G + X-M
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan identitas pendapatan nasional, dimana Y adalah
pendapatan nasional sekaligus sebagai penawaran agregat, G menyatakan pengeluaran pemerintah, I
menyatakan investasi, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta
mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah
dalam pembentukan pendapatan nasional.
Ekonom lain, Adolf Wagner, menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan
pemerintah semakin lama semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan pengeluaran
pemerintah terhadap produk nasional kepada negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada
abad ke-19. Hasilnya terbukti menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian
mengalami kecenderungan yang semakin meningkat. Kecenderungan ini oleh Wagner disebut dengan
hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah (law of ever increasing state activity).
Berlawanan dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (GY), Wagner menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomilah
yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah (YG). Jelasnya, dalam suatu perekonomian apabila
pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.
Lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan
perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang
mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang
mengiringi perkembangan pemerintahan.
Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:
GpC
GpC
>
YpC
YpC
>
GpC
YpC
>⋯>
GpC
YpC
Dimana:
GpC = Pengeluaran pemerintah perkapita
YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita
t
= Indeks waktu
Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state
yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas
dengan masyarakat lain.
Penelitian Terdahulu
Studi empiris mengenai kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah
mendapatkan hasil yang beragam. Disatu pihak penelitian yang dihasilkan mendukung teori Keynes,
antara lain: Loizides dan Vamvoukas (2005), Manik dan Hidayat (2010), pihak lain menghasilkan
kesimpulan yang mendukung Hukum Wagner, misal: Pahlavani et al. (2011), Sukartini dan Saleh
(2012) Attari dan Javed (2013). Sesuai dengan analisis kausalitas yang memungkinkan terjadinya
kausalitas dua arah, sebagian peneliti mendapati berlakunya teori Keynes dan Hukum Wagner
bersama-sama, seperti: Samudram et al., (2009) Olaiya et al., (2012) sementara peneliti lain tidak
menemukan adanya hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah
seperti penelitian Bagdigen dan Cetintas (2004) dan Anasmen (2009).
Loizides dan Vamvoukas (2005) meneliti pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan
inflasi atau pengangguran sebagai variabel ketiga di Yunani (1948-1995), Inggris Raya dan Irlandia
(1950-1995). Menggunakan bivariat dan trivariat causality dengan metode kointegrasi, ECM dan
kausalitas Granger. Dari uji kausalitas bivariat antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran
pemerintah ditemukan hasil bahwa di Yunani berlaku hukum Wagner dimana pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi pengaluaran pemerintah, sementara di Irlandia dan Inggris Raya berlaku teori Keynes.
Sementara untuk Yunani dan Irlandia berlaku kausalitas searah yaitu pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi pengeluaran pemerintah.
Penelitian Manik dan Hidayat (2010) di Sumatra Utara menggunakan data runtun waktu pada
periode 1972-2006 dengan metode cointegration test dan Granger causality test menemukan
hubungan keseimbangan jangka panjang antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi,
serta kausalitas searah antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dimana pengeluaran
pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pahlavani et al., (2011) meneliti keseimbangan
jangka panjang dan hubungan kausalitas antara ukuran pemerintah yang diproksi dengan persentase
total pengeluaran terhadap GDP dan pertumbuhan ekonomi di Iran periode tahun 1960-2008. Uji
empiris menggunakan metode kointegrasi dan kausalitas Granger menemukan terjadi kausalitas searah,
yaitu pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya ukuran pemerintah.
Sukartini dan Saleh (2012) melakukan pengujian hukum Wagner di Indonesia. Kajian dalam
penelitian ini dibagi dua, untuk pemerintah pusat, menggunakan data time series tahunan periode
1991-2010 dan untuk pemerintah daerah menggunakan data panel terdiri dari 26 propinsi dan 10
periode. Hasilnya, ditemukan berlakunya hukum Wagner, di tingkat pusat maupun tingkat daerah
(provinsi) yang berarti pengeluaran pemerintah menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian Attari dan Javed (2013) di Pakistan, menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi,
pengeluaran pemerintah dan inflasi dengan metode ARDL pada periode tahun 1980-2010, menemukan
hubungan jangka panjang antara inflasi, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah. Pada
jangka pendek pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi tidak.
Penelitian ini juga menemukan hubungan kausalitas searah antara tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi, dimana inflasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi, serta pengeluaran pemerintah dengan
pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya pengeluaran
pemerintah (Wagner Law).
Samudram et al., (2009) meneliti hubungan antara pengeluran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi di Malaysia dengan menggunakan data tahunan periode 1970-2004. Analisis yang dilakukan
meliputi pengujian stasioneritas menggunakan Philip-Peron unit root test (PP-test), Gregory-Hansen
structural break test dan dilanjutkan analisis dengan metode Autoregresive Distributed Lag (ARDL).
Ditemukan hubungan jangka panjang antara total belanja pemerintah dan GNP. Menggunakan
Structural break di tahun 2008, karena krisis ekonomi yang melanda Asia (termasuk Malaysia),
terdapat kausalitas dua arah antara GNP dan belanja pemerintah sektor administrasi dan kesehatan
yang berarti mendukung hukum Wagner maupun teori Keynes. Kausalitas searah terjadi dari GNP ke
belanja pemerintah sektor pendidikan, pertahanan, pertanian dan pembangunan sebagaimana hukum
Wagner.
Kerangka Pikir
Perekonomian Indonesia bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantab dan
stabil. Pengeluaran pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal dalam perekonomian
digunakan pemerintah untuk menjaga kestabilan perekonomian dari fluktuasi/siklus ekonomi yang
terjadi. Keynes menyatakan pengeluaran pemerintah berlaku sebagai salah satu unsur permintaan
agregat dan sekaligus sebagai instrumen kebijakan fiskal memiliki peran besar dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Dipihak lain Wagner sebagaimana dinyatakan dalam Wagner Law berpendapat
bahwa perkembangan perekonomilah yang menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah.
Selanjutnya penelitian ini mencoba untuk menguji hubungan kausalitas antara pertumbuhan
ekonomi dan pengeluaran pemerintah untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dapat membantu
pengambilan kebijakan publik yang tepat bagi perekonomian Indonesia.
Gambar 2: Kerangka Pikir Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian
Pertumbuh
an
Pengeluara
n
Keynessian view : G Y
Wagner view : Y  G
Kebijakan Publik dan
Komposisi APBN
Sumber : Ilustrasi Peneliti (2014)
C. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan pada penelitan ini
adalah pendekatan kuantiatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari
Kemenkeu, Bank Dunia, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, berupa data tahunan periode untuk
periode 1971-2013. Pembahasan mengacu pada hasil pengujian secara empiris dan faktual. Uji
kausalitas Toda-Yamamoto digunakan untuk menjelaskan hipotesis yang menjelaskan bagaimana
hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah.
Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan adalah :
1. Pertumbuhan ekonomi (GROWTH), diukur dengan pertumbuhan GDP harga tetap dan
dinyatakan dalam satuan persen , menggunakan selisih antara GDP tahun berjalan dan tahun
sebelumnya;
2. Pengeluaran Pemerintah (GOVEXP), merupakan rasio dan diukur menggunakan perbandingan
antara belanja pemerintah pusat terhadap GDP yang dinyatakan dalam satuan persen. Belanja
pemerintah pusat terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, namun tidak
termasuk pengeluaran transfer ke daerah;
3. Pengeluaran fungsi pelayanan umum (GENEXP), diukur menggunakan rasio pengeluaran
pelayanan umum terhadap GDP dalam persentase;
4. Pengeluaran fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban (DEFEXP), diukur menggunakan
perbandingan antara pengeluaran pertahanan, keamanan dan ketertiban terhadap GDP dan
dinyatakan dalam satuan persen;
5. Pengeluaran fungsi ekonomi (ECOEXP), digunakan dalam upaya percepatan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas, diukur menggunakan perbandingan antara pengeluaran ekonomi
terhadap GDP dan dinyatakan dalam persentase;
6. Pengeluaran fungsi pendidikan (EDUEXP) mencerminkan upaya pemberian pelayanan kepada
masyarakat di bidang pendidikan dan diukur menggunakan perbandingan antara pengeluaran
pendidikan terhadap GDP dan dinyatakan dalam satuan persen.
Terdapat dua uji kausalitas yang sering digunakan yaitu uji kausalitas Grager dan uji kausalitas
Toda-Yamamoto. Uji kausalitas Granger akan mendapatkan hasil yang dapat dipercaya jika digunakan
pada data time-series yang terintegrasi pada derajat yang sama, namun akan mendapatkan kesimpulan
yang tidak valid jika diterapkan pada data dengan derajat integrasi yang berbeda-beda. Pemilihan uji
kasalitas Toda-Yamamoto didasarkan pada sifat data time series yang memiliki kemungkinan untuk
terintegrasi pada derajat yang sama, berbeda atau bahkan tidak terkointergrasi sama sekali. Toda dan
Yamamoto (1995) mengembangkan uji kausalitas yang dapat diterapkan pada data dengan berbagai
tingkat derajat integrasi namun tetap mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, yang selatjutnya
terkenal dengan uji kausalitas Toda-Yamamoto. Uji kausalitas metode Toda Yamamoto akan
diterapkan pada fungsi yang diadopsi dari penelitian Samudram et al., (2009) sebagai berikut:
= ( ) +
Dimana untuk Wagner’s Law Yt = pengeluaran pemerintah dan Xt = pertumbuhan ekonomi. Untuk
paham Keyness Yt = pertumbuhan ekonomi dan Xt = pengeluaran pemerintah.
Berdasarkan Pahlavani et al., (2011) fungsi diatas dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan yang
akan diuji dengan kausalitas metode Toda Yamamoto menjadi:
=
α +
α +
=
α +
α +
Dimana k adalah optimum lag, dmax adalah derajat integrasi tertinggi, Yt adalah pertumbuhan
ekonomi pada periode t, dan Gt adalah pengeluaran pemerintah pada periode t. Untuk pengujian
kausalitas pada pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertahanan dan keamanan, ekonomi
dan pendidikan, variabel pengeluaran pemerintah akan disubstitusi dengan pengeluaran pemerintah
berdasarkan fungsi terpilih.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Stasioneritas dan Derajat Integrasi
Uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan ada tidaknya akar unit pada variabel-variabel
yang diteliti. Pengujian stasioneritas dilakukan dengan menggunakan metode ADF-test. Setiap variabel
diuji secara berurutan, mulai dari derajat I(0) atau derajat level dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho = variabel memiliki akar unit
H1 = variabel tidak memiliki akar unit
Ketika nilai t-statistic ADF lebih besar dari critical value maka Ho ditolak atau menerima Ha
yang berarti variabel tidak memiliki akar unit. Data runtut waktu yang tidak memiliki akar unit berarti
data telah stasioner. Nilai kestasioneritas data juga dapat diketahui dari nilai probabilitas Mac-Kinnon
dimana jika nilai prob. Mac-Kinnon kecil dari nilai derajat kepercayaan α = 1%, 5% atau 10%, maka
Ho ditolak dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil uji ADF dapat diketahui bahwa beberapa variabel telah stasioner pada derajat
level dan beberapa lainnya baru stasioner pada derajat first difference-nya. Variabel GROWTH,
GOVEXP, dan GENEXP dapat menolak H0 (data tidak stasioner) pada tingkat kepercayaan 5%, dengan
nilai t-statistic lebih besar dari critical value. Sedangkan variabel DEFEXP, ECOEXP DAN EDUEXP
baru dapat menolak H0 pada derajat first difference dengan tingkat kepercayaan 1%.
Tabel 1:Hasil Uji Stasioneritas dengan Uji ADF
Critical Value
Variabel
Level
(Level)
GROWTH
-4.627609***
-4.192337 (1%)
GOVEXP
-3.917752**
-3.520787 (5%)
GENEXP
-4.459207***
-3.191277(10%)
DEFEXP
-2.341819
ECOEXP
-2.400130
EDUEXP
-3.200078*
Sumber: Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)
***, **, * signifikan pada derajat kepercayaan 1, 5 dan 10
First Difference
-7.041718***
-6.335673***
-6.915255***
Critical Value
(1st Diff)
-4.198503 (1%)
-3.523623 (5%)
-3.192902(10%)
Pemilihan Lag Optimal
Pemilihan panjang lag digunakan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh sebuah variabel
agar dapat merespon perubahan yang terjadi pada variabel lainnya. Pemilihan panjang lag menjadi
sangat penting karena pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan residual yang terbebas dari masalah
autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 2 dibawah panjang lag optimal untuk
persamaan dengan variabel pertumbuhan dan pengeluaran pemerintah yang disarankan dari empat
kriteria yaitu LR, FPE, AIC dan HQ adalah lag tiga. Adapun untuk persamaan dengan variabel
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum lag yang disarankan
adalah satu. Lag yang sama disarankan untuk persamaan dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan
pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban, persamaan dengan variabel
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi, serta persamaan dengan variabel
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan.
Tabel 2: Hasil Pemilihan Panjang Lag Optimal
Endogenous Var
Growth
Govexp
Lag
LR
1
13.59265
2
12.70366
3
11.19486*
Growth
1
16.55231*
Genexp
2
0.739483
Growth
1
37.43216*
Defexp
2
4.818147
Growth
1
65.94808*
Ecoexp
2
5.734581
Growth
1
18.87859*
Eduexp
2
4.554298
Sumber: Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)
FPE
AIC
SC
HQ
72.95076
60.2193
51.09786*
14.50183*
17.83725
0.531768*
0.57093
7.710226*
8.028988
0.614349*
0.665419
9.964695
9.769811
9.598566*
8.349186*
8.553108
5.043364*
5.11133
7.717458*
7.754877
5.187719*
5.26448
10.23133
10.21420*
10.22071
8.615817*
8.997493
5.309995*
5.555715
7.984089*
8.199262
5.454350*
5.708865
10.05674
9.923213
9.813329*
8.441227*
8.706509
5.135405*
5.264732
7.809499*
7.908279
5.279760*
5.417882
Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan jangka panjang di
antara variabel-variabel penelitian. Jika variabel/series dalam penelitian terbukti terkointegrasi maka
terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika tidak ada kointegrasi maka
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan hubungan antar variabel dalam jangka panjang.
Pengujian kointegrasi dengan metode Johansen memberikan hasil sebagai berikut:
Tabel 3: Hasil Uji Kointegrasi
Persamaan
Trace Statistic
Critical Value 5%
Growth-Govexp
15.64978
15.49471
Growth-Genexp
20.42933
15.49471
Growth-Defexp
21.04305
15.49471
Growth-Ecoexp
19.07369
15.49471
Growth-Eduexp
27.0988
Sumber : Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)
15.49471
Berdasarkan output hasil uji kointegrasi Johansen diketahui bahwa untuk masing-masing
padangan variabel, trace statistic menunjukkan nilai yang lebih besar dari critical value. Dengan
demikian, H0 yang menyatakan tidak ada hubungan kointegrasi dapat ditolak, dan H1 yang menyatakan
bahwa terdapat kointegrasi antar variabel dapat diterima. Artinya masing-masing pasangan variabel
yaitu pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah , pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran
pemerintah fungsi pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi serta
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan memiliki hubungan atau
keseimbangan jangka panjang.
Uji Kausalitas Toda-Yamamoto
Uji kausalitas Toda-Yamamoto digunakan untuk melihat arah hubungan atau keterkaitan diantara
variabel yang diteliti. Uji kausalitas Toda-Yamamoto yang dilakukan meliputi pemilihan derajat
integrasi menggunakan ADF root test, penentuan optimum lag berdasarkan kriteria LR, FPE, AIC, SC
dan HQ serta uji Wald untuk mengetahui hubungan kausalitas diantara masing-masing variabel.
Hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antar variabel, dapat ditolak jika nilai
probabilitas kurang dari 5%.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan satu arah dari pertumbuhan
ekonomi ke pengeluaran pemerintah dan dari pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi kepertumbuhan
ekonomi dengan derajat kepercayaan di bawah 5%. Antara ertumbuhan ekonomi dan pengeluaran
pemerintah fungsi pelayanan umum, antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi
pertahanan, keamanan dan ketertiban serta antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah
fungsi pendidikan tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas diantara variabel.
Tabel 4: Hasil Uji Wald
Dependent Variable
Excluded
Chi-sq
GROWTH
GOVEXP 7.131302
GOVEXP
GROWTH 18.11423
GROWTH
GENEXP 0.674668
GENEXP
GROWTH 0.511768
GROWTH
DEFEXP
0.010606
DEFEXP
GROWTH 0.444296
GROWTH
ECOEXP
4.152246
ECOEXP
GROWTH 0.386400
GROWTH
EDUEXP
0.060380
EDUEXP
GROWTH 0.091092
Sumber: Hasil estimasi Eviews 7.2 (diolah)
Probability
0.0678
0.0004
0.4114
0.4744
0.9180
0.5051
0.0416
0.5342
0.8059
0.7628
Intepretasi Hasil Analisis
Berdasarkan hasil uji stasioneritas dan kointegrasi diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dan
pengeluaran pemerintah, secara agregat maupun berdasarkan fungsi adalah stasioner dan memiliki
hubungan atau keseimbangan jangka panjang sehingga analisis kausalitas yang dilakukan
mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, bukan nonsense regression (Gujarati dan Porter, 2012: 437).
Dari uji kausalitas Toda-Yamamoto yang dilakukan ditemukan adanya hubungan kausalitas searah
dimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pemerintah dan pengeluaran pemerintah
fungsi ekonomi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pada pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan
umum, pertahanan dan keamanan, dan pendidikan, masing-masing tidak memiliki hubungan kausalitas
dengan pertumbuhan ekonomi pada derajat kepercayaan 5%.
Manik dan Hidayat (2010) mengemukakan bahwa peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi
sebagian besar merupakan konsekuensi dari semakin kompleks dan saling ketergantungan dalam
masyarakat modern. Meningkatnya pengeluaran pemerintah antara lain disebabkan oleh adanya
tuntutan atas peningkatan kebutuhan perlindungan keamanan dan pertahanan, naiknya tingkat
pendapatan masyarakat, urbanisasi seiring pertumbuhan ekonomi dan ketidakefisienan birokrasi yang
mengiringi perkembangan pemerintahan.
Penjelasan diatas sejalan dengan Birds (1971), Dimitrios & Richter (no date) dalam Sukartini dan
Saleh (2012) yang mengemukakan tiga alasan (justifikasi) berlakunya hukum Wagner. Pertama,
perkembangan aktivitas pemerintah berkaitan dengan fungsi administrasi dan fungsi perlindungan
terhadap warga negara. Kondisi ini juga diindikasikan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan arus urbanisisasi. Perubahan tersebut akan
membutuhkan lebih banyak penyediaan fasilitas publik (perumahan, fasilitas sanitasi, sarana
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain) serta peraturan-peraturan baru yang harus disediakan oleh
pemerintah. Kedua, seiring dengan semakin bertambahnya kesejahteraan individu, yang diindikasikan
oleh peningkatan permintaan terhadap barang-barang yang berkualitas lebih baik, penyediaan
pemerintah atas sarana dan prasara pendidikan, kesehatan dan pelayanan umum lain juga harus
responsif terhadap peningkatan kuantitas maupun kualitas permintaan dari masyarakat. Ketiga,
diperlukan lebih banyak peraturan untuk mencegah timbulnya perusahaan yang bersifat monopoli
akibat peningkatan teknologi dan perubahan pola investasi.
Pada gambar dibawah terbukti pendapatan perkapita masyarakat cenderung naik dari satu periode
ke periode berikutnya. Hal tersebut mendorong peningkatan kualitas maupun kuantitas kebutuhan
publik yang dibutuhkan masyarakat dan itulah harus disediakan pemerintah.
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
1983
1981
Millions
Gambar 3 : Perkembangan Pendapatan Perkapita di Indonesia Tahun 1981-2012
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
GDP per kapita
2.00
0.00
Sumber: World Bank, 2013 (data diolah)
Hubungan satu arah antara pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
dimana pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menunjukkan
berlakunya teori Keynes. Artinya bahwa kebijakan yang diambil dan diterapkan pemerintah
menyangkut pengeluaran fungsi ekonomi telah mencapai tujuan yaitu sebagai salah satu upaya dalam
percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat daya tahan ekonomi. Hasil ini mendukung
penelitian Samudram et al (2008) yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah salah satu
komponen dari kebijakan fiskal dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus melakukan upaya untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Pada
periode waktu 2005-2013 anggaran belanja pada fungsi ekonomi mengalami peningkatan dari Rp25,9
triliun (1,0 persen terhadap PDB) pada tahun 2005, menjadi Rp118,5 triliun (1,3 persen terhadap PDB)
pada tahun 2013. Peningkatan porsi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama berkaitan dengan
ditempuhnya upaya pemerintah untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Sementara itu, pada periode waktu 2006-2011, realisasi anggaran belanja pada fungsi ekonomi
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 22,0 persen, yaitu dari sebesar Rp38,3 triliun (1,1 persen
terhadap PDB) pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp103,3 triliun (1,4 persen terhadap PDB) dalam
APBN-P tahun 2011. Peningkatan realisasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama berkaitan
dengan upaya yang ditempuh pemerintah dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas.
Tidak adanya hubungan (independency) antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran
pemerintah fungsi pelayanan umum, antara pertumbuhan ekonomi dan fungsi pertahanan keamanan
dan ketertiban, serta antara pertumbuhan ekonomi dan fungsi pendidikan berarti bahwa pengeluaran
pemerintah fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban dan fungsi
pendidikan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan sebaliknya. Hal ini dapat
terjadi karena PDB sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi lebih banyak disusun oleh kegiatan
ekonomi swasta, seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto, dan kegiatan ekspor
barang dan jasa, dibanding pengeluaran pemerintah. Terlihat pada gambar 4 dibawah, pada periode
tahun 2011-2013 rata-rata nilai penyusun PDB komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga
mencapai 55,03 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 32,09 persen, kegiatan ekspor barang
dan jasa sebesar 24,79 persen, sedangkan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah bernilai lebih
paling kecil yaitu sebesar 9,02 persen.
Gambar 4: Komponen PBD menurut Pengeluaran Tahun 2011-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik, (2014)
Secara teori pelayanan umum pemerintah kepada masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, namun hal tersebut tidak terbukti pada
penelitian ini. Tidak adanya hubungan antara pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum dan
pertumbuhan ekonomi mungkin terjadi karena masalah efisiensi dan efektifitas dalam pemerintahan
dan birokrasi. Meskipun pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum terus meningkat (dijelaskan
pada bagian sebelumnya), namun ternyata hal tersebut belum mampu untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan transparan. Reformasi birokrasi telah berjalan di beberapa instansi,
namun secara keseluruhan birokrasi di Indonesia belum dapat dinyatakan bersih dan transparan
terbukti dengan banyaknya kasus korupsi dan ketidakpuasan masyarakat atas layanan yang diberikan.
Selanjutnya ketiadaan hubungan antara pengeluaran fungsi pelayanan umum dengan pertumbuhan
ekonomi mungkin terjadi karena pengeluaran fungsi pelayanan umum antara lain digunakan untuk
membayar pinjaman yang harus ditanggung pemerintah dan subsidi yang kurang tepat sasaran.
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan
dan ketertiban tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Hal ini mungkin terjadi
karena pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban memiliki dampak yang
bervariasi terhadap ekonomi. Belanja alutsista (alat utama sistem senjata) serta sarana dan prasarana
pertahanan dan keamanan negara merupakan belanja tidak produktif yang bersifat membebani
anggaran sehingga berdampak negatif terhadap perekonomian. Disisi lain usaha pemerintah untuk
menjaga keamanan dan ketertiban umum akan memberikan rasa aman kepada masyarakat. Adanya
rasa aman dalam berusaha akan mendorong kegiatan ekonomi dan masuknya investasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan tidak memiliki
hubungan kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat terjadi karena pengeluaran
pemerintah fungsi pendidikan dimana konstitusi mengamanatkan untuk mengalokasikan 20 persen dari
jumlah anggaran pemerintah bagi anggaran pendidikan, lebih dialokasikan pada pendidikan formal
seperti pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (misal: pada periode 2006-2011
mencapai 87,5 persen terhadap alokasi fungsi pendidikan) sehingga tingginya angkatan kerja tidak
diimbangi dengan ketrampilan yang dimiliki untuk terjun ke dunia kerja yang pada akhirnya muncul
masalah pengangguran yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
E. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah berlaku
hubungan kausalitas satu arah dimana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pemerintah
sesuai dengan hukum Wagner yang menyatakan bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah terjadi
seiring dengan meningkatnya perekonomian. Hal ini dapat terjadi karena pengeluaran pemerintah
digunakan sebagai alat atau kebijakan penyeimbang (countercyclical) untuk menanggapi
perkembangan ataupun siklus perekonomian yang terjadi.
Pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, pertumbuhan
ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban, serta pertumbuhan
ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan tidak memiliki hubungan kausalitas. Hasil
yang didapat menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah fungsi pelayanan umum, fungsi pendidikan
dan fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban memberikan output yang tidak berhubungan langsung
dengan pertumbuhan ekonomi yaitu terciptanya birokrasi yang bersih, sumberdaya manusia yang
berkualitas dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi memiliki hubungan
kausalitas satu arah dimana pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sesuai
dengan teori Keynes. Hal ini menunjukkan alokasi pengeluaran pemerintah fungsi ekonomi telah
diperuntukkan untuk kegiatan yang secara langsung menunjang kegiatan perekonomian seperti
infrastrukutur dan transportasi.
Saran
Untuk mendukung perekonomian yang terus berkembang, perhatian pemerintah harus difokuskan
kepada administrasi pemerintah untuk membentuk: (i) Pusat pemerintahan yang lebih kuat untuk
mengelola proses kebijakan dan menyelesaikan konflik kebijakan, (ii) Birokrasi yang lebih ramping
demi terwujudnya peningkatan akuntabilitas (iii) Peningkatan pengelolaan strategis sumber daya
manusia pada administrasi pemerintahan, (iv) Tata cara perencanaan dan penganggaran yang lebih
baik demi peningkatan realisasi belanja pemerintah
Pemerintah diharapkan meningkatkan kualitas semua tingkatan pendidikan dan fungsi pusatpusat pelatihan untuk menutup kesenjangan tenaga terampil, menyediakan lebih banyak informasi bagi
siswa dan lulusan tentang kesempatan di pasar tenaga kerja, membuat pendidikan kejuruan lebih
tanggap terhadap kebutuhan pasar dan memperbaiki alokasi pengeluaran pendidikan pada sektor
formal dan non formal.
DAFTAR PUSTAKA
Anasmen. 2009. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sumatera Barat: 2000-2006. Tesis Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Kekhususan Ekonomi Keuangan Negara dan Daerah. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Attari, M I Javaid dan Javed, Attiya Y. 2013. Inflation, Economic Growth and Government
Expenditure of Pakistan: 1980-2010. International Converence on Applied Economics (ICOAE)
2013. Procedia Economics and Finance 5. (2013) 58-67.
Badan Pusat Statistik. 2014. Berita Resmi Statistik. No. 16/02/Th.XVII, 5 Februari 2014.
Bagdigen, M. dan Cetintas, H. 2004. Causality between Public Expenditure and Economic Growth: Te
Turkish Case. Journal of Economic and Social Research. Vol 6: 53-72
Due, John F. 1985. Keuangan Negara Perekonomian Sektor Pemerintahan. Jakarta: UI Press
Govindaraju, C. Rao, R. & Anwar, S. 2010. Economic Growth and Government Spending in Malaysia:
A Re-examination of Wagner and Keynesian Views, . Econ Change Restruct. 203-219
Gujarati, Damodar N dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga
Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Jiranyakul, Komain dan Barahmasrene, Tantatape. 2007. The Relationship Between Government
Expenditure and Economic Growth in Thailand. Journal of Economics and Economic Education
Research . Vol 8. No. 1. 2007.
Kementerian Keuangan RI. Nota Keuangan Pemerintah (berbagai tahun). http://www.bappenas.go.id/
terakhir diakses 13 Februari 2014.
Loizides, Jhon. dan Vamvoukas, George. 2005. Government Expenditure and Economic Growth:
Evidence from Trivariate Causality Testing. Journal of Applied Economic. Vol VIII. No. 1. Mei
2005. 125-152
Mangkoesubroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE UGM
Manik, Rikwan E.S. dan Hidayat, Paidi. 2010. Analisis Kausalitas antara Pengeluaran Pemerintah dan
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara (Metode Cointegration Test dan Granger Causality Test).
Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 2. No.1. Maret 2010
Mankiw, Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga
Musgrave, Richard A. dan Musgrave, Peggy B. 1993. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Erlangga
Muthui, JN. Kosimbei, G. Maingi, J. Thuku, GK. 2013. The Impact of Publik Expenditure Componen
on Economic Growth in Kenya 1964-2011. International Journal of Business and Social Science.
Vol. 4. No 4. April 2013.
Pahlavani, M. Abed, D. & Pourshabi, F. 2011. Investigating the Keynesian View and Wagner’s Law
on the Size of Government and Economic Growth in Iran. International Journal of Business and
Social Science. Vol. 2. No. 13. (Special Issue – Juli 2011).
Peacock, Alan. dan Scott, Alex. 2000. The Curious Attraction of Wagner’s Law. Public Choice. 102:
1-17.
Samudram, M. Nair, M. Vaithilingan, S. 2009. Keynes and Wagner on Government Expenditures and
Economic Development: the Case of Developing Economy. Empir Econ (2009) 36: 697-712
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makroekonomi. Jakarta: Media Global
Edukasi
Sinha, Dipendra. 1998. Government Expenditure and Economic Growth in Malaysia. Journal of
Economic Development. Vol. 23 No.2 December 1998
Sukartini, Ni Made. dan Saleh, Samsubar. 2012. Pengujian Hukum Wagner dalam Perekonomian
Indonesia Kajian Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE). Vol. 19. No. 1. Maret 2012. Hal. 1-24. ISSN: 1412-3126
Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Supangat, E. dan Gaol HS. 1991. Pengantar Ilmu Keuangan Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Suparmoko. 2000. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.
Toda, Hiro Y. dan Yamamoto, Taku. 1995. Statistical Inference in Vector Autoregressions with
Possibly Integrated Processes. Jurnal of Econometrics 66 (1995) 225-250.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
World Bank. 2013. WDI. www.worldbank.org terakhir diakses tanggal 6 Januari 2014.
Download