kemitraan

advertisement
KONTRAK PERKULIAHAN
 KONSEP DAN DEFINISI KEMITRAAN,
TUJUAN DAN MANFAAT KEMITRAAN
 BENTUK-BENTUK POLA KEMITRAAN
 ASAS PERJANJIAN INTI PLASMA
 PELAKU KEMITRAAN
 KEMITRAN DALAM AGRIBISNIS
 STRATEGI KEMITRAAN
Learning Outcome (LO)
Mahasiswa memahami konsep pola
kemitraan dan mampu menunjukkan studi
kasus berdasarkan bentuk pola kemitraan
serta menyajikannya sesuai dengan fakta
KONSEP, DEFINISI,
TUJUAN DAN MANFAAT
KEMITRAAN
DARMAWANTO URIA, SP.,M.SI
Konsep Kemitraan
• Konsep kemitraan memiliki cakupan yang sangat luas meliputi
perilaku, sikap, nilai- nilai dan teknik (Bresnen & Marshal 2000)
• Kemitraan secara mendasar dapat didefinisikan menurut dua cara
yaitu;
-
Pertama, melalui atribut yang sangat melekat pada kemitraan
-
Kedua, melalui proses di mana kemitraan dilihat dilihat sebagai
seperti; kepercayaan, saling berbagai visi dan komitmen jangka
panjang.
suatu kata kerja, seperti; membangun pernyataan misi, kesepakatan
terhadap sasaran dan tujuan berasama serta pengorganisasian
lokakarya kemitraan (Crowley & Karim, 1995)
Lanjutan...
• Construction Institute (CII, 1989), secara
konseptual kemitraan didefinisikan sebagai suatu
komitmen jangka panjang antara dua atu lebih
organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan
bisnis tertentu dengan memaksimalkan keefektifan
sumberdaya dari setiap partisipan.
Konsep dasar kemitraan menurut Handayani
dan priyanti (1995) antara lain :
 Kemitraan harus dilihat dalam satu entitas atau keseluruhan
dimana unsur- unsur yang terlibat dalam kemitraan dipandang
sebagai satu kesatuan sistem.
 Kemitraan harus melibatkan lembaga-lembaga ekonomi yang
benar-benar saling membutuhkan dan melengkapi agar tujuan
yang bersifat ekonomis dapat tercapai.
 Kemitraan harus dilandasi pijakan norma yang disepakati
bersama dan mencerminkan azas keadilan yang sesuai dengan
tingkat pengorbanan masing-masing unsur yang terlibat.
Jalur operasional pola kemitraan
Tujuan Kemitraan
Tujuan dari Aspek Ekonomi
- Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan menengah
- Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku
-
kemitraan agar lebih menguntungkan
Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan
masyarakat dan usaha kecil
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah
dan nasional
Memperluas kesempatan kerja
Meningkatkan ketahanan nasional
Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya
• Kemitraan dapat diwujudkan melalui pembinaan dan
pembimbingan
• Dari segi kultural, mitra dapat menerima dan
mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti
perluasan wawasan, prakarsa dan kreativitas, berani mengambil
resiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja
atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan.
Tujuan dari Aspek Teknologi
• Dengan adanya kemitraan pengusaha besar dapat
membina dan membimbing peternak / petani untuk
mengembangkan kemampuan teknologi
produksi sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usaha.
Tujuan dari Aspek Manajemen
• Kemitraan diharapkan pengusaha besar dapat
membina pengusaha kecil untuk membenahi
manajemen, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan memantapakan organisasi
usaha.
Manfaat dan Keuntungan dari
Kemitraan:
• Efisiensi dan efektifitas
• Jaminan mutu, jumlah dan keberlanjutan mulai dari
penyedia input, proses hingga output yang
dihasilkan.
• Mengurangi risiko dan meningkatkan keuntungan
• Memberi manfaat sosial
• Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
• Mendukung keberlangsungan program
Lanjutan...
• Keuntungan yang dapat diperolah dari kemitraan di
antaranya adalah: meningkatkan kesempatan
berinovasi, serta perbaikan berkelanjutan, juga
peningkatan kualitas produksi dan jasa.
Bentuk Kemitraan
•
•
•
•
•
•
Pola inti plasma
Pola kemitraan sub kontrak
Pola kemitraan dagang umum
Pola keagenan
Kerjasama operasional agribisnis (KOA)
Waralaba
Pola Inti Plasma.
- Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara petani/kelompok tani
atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
usaha.
- Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, menerangkan
pengertian pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan
mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam menyediakan
lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen
usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha
Gambar pola inti plasma
PLASMA
PLASMA
PPERUSAHAAN
PLASMA
PLASMA
Masalah dalam pola inti plasma
• Pihak plasma masih kurang mampu memahami hak dan
kewajibannya dengan baik
• Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi
dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan.
• Petani yang tergabung dalam kelompok atau koperasi belum
mampu untuk mewakili aspirasi dan kepentingan anggotanya.
• Belum ada kontrak kemitraan yang benar-benar menjamin hak dan kewajiban
dari komoditi yang dimitrakan, serta belum ada pihak ketiga yang secara
efektif berfungsi sebagai arbitrator atas penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kontrak kerja.
Keunggulan dari pola kemitraan inti plasma
ini, diantaranya adalah (Sumarjo, 2001) :
• Memberikan manfaat timbal balik
• Membangun pemberdayaan pengusaha kecil di bidang teknologi, modal,
kelembagaan,
• Mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga dapat dicapai efisiensi,
• Pengusaha besar/menengah yang mempunyai kemampuan dan kawasan
pasar yang lebih luas
• Keberhasilan kemitraan ini dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha
besar/menengah lainnya sebagai investor
Agar pelaksanaan kemitraan ini sesuai
dengan manfaat dan keunggulan yang
dimilikinya maka perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini :
• Persiapan dan tahapan awal kemitraan merupakan proses yang memakan
waktu, perhatian, upaya terus-menerus serta kesabaran hingga menjadi pola
yang berhasil dan saling menguntungkan,
• Jenis kegiatan usaha dari pengusaha besar/menengah sama atau saling
terkait dengan apa yang dihasilkan usaha kecil
• Kemitraan ini dapat berhasil bila dilaksanakan pada skala ekonomi yang
layak, dan
• Kemitraan harus didasarkan pada perjanjian kerja yang merinci secara jelas
kewajiban dan tugas masing-masing pihak yang bermitra.
Pola Kemitraan Sub-kontrak
• Sumardjo (2001) menyatakan bahwa pola subkontraktor adalah suatu
sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan
usaha kecil atau menengah, dimana usaha besar sebagai perusahaan
induk (parent firm) meminta kepada usaha kecil atau menengah
selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian
pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada
perusahaan induk.
• Penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
menyatakan bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang
didalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh
usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.
• Gambar pola kemitraan sub kontrak
Kelompok
Mitra
Kelompok
Mitra
PERUSAHA
AN MITRA
Kelompok
Mitra
Kelompok
Mitra
Kelemahaan pola kemitraan sub kontrak
• Hubungan subkontrak cenderung mengisolasi produsen kecil sebagai
subkontrak pada suatu bentuk yang mengarah kepada monopoli atau
monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran,
• Kecenderungan tersebut bisa menyebabkan berkurangnya nilai-nilai
kemitraan seperti saling menguntungkan, saling memperkuat, dan
saling menghidupi,
• Kecenderungan kontrol kualitas produk secara ketat, namun tidak
diimbangi dengan sistem pembayaran yang tepat, dan timbulnya
gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target produksi.
• Belum ada pihak yang berperan secara efektif dalam mengatasi
persoalan hubungan kemitraan ini.
Menurut Sumardjo (2001) kelemahan yang dimiliki oleh
pola ini dapat diminimalisasi dengan usaha-usaha
pengembangan sebagai berikut :
• Perlu dikembangkan asosiasi kelompok mitra, khususnya usaha
kecil yang berfungsi sebagai produsen sehingga mempunyai
posisi tawar yang layak, terutama di dalam kesepakatan
penetapan harga, mutu produk, volume dan waktu, dalam
hubungan kemitraan dengan perusahaan mitra agar senantiasa
mengikuti win-win principle.
• Perlu mendapat perhatian atas komponen yang berperan penting
dalam pelaksanaan kemitraan semacam ini, yaitu pengembangan
sumberdaya manusia, inovasi teknologi, manajemen dan
permodalan kearah terwujudnya kemampuan menjaga mutu dan
daya saing produk dan pelayanan.
Lanjutan...
• Masing-masing pihak yang bermitra perlu saling menjaga
kepercayaan (trust), baik antara perusahaan mitra dengan
kelompok mitra, maupun sesama anggota kelompok mitra
dalam mengembangkan kesepakatan bermitra dengan pola
subkontrak tersebut.
• Perlu kehadiran pihak yang berperan secara efektif sebagai
arbitrator mengontrol dan menghindarkan terjadinya
penyimpangan dalam kemitraan pola subkontrak semacam ini.
 Pola kemitraan dagang umum
• Penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995, pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara
usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang
didalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil
produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
• Penjelasan senada juga diberikan oleh Sumardjo (2001) bahwa
pola kemitraan dagang umum merupakan pola hubungan usaha
dalam pemasaran hasil antara pihak perusahaan pemasar dengan
pihak kelompok usaha pemasok kebutuhan yang diperlukan
oleh perusahaan pemasar.
Gambar Pola Kemitraan Dagang Umum
KELOMPOK
MITRA
KOMSUMEN/I
NDUSTRI
PERUSAHAAN
MITRA
• Keuntungan dalam pola kemitraan ini bersumber dari marjin
harga dan jaminan harga produk yang diperjualbelikan, serta
kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak yang bermitra
(Sumardjo, 2001).
• Kelemahan pola kemitraan dagang umum:
- Sering ditemukan pengusaha besar (seperti swalayan) secara
sepihak menentukan harga dan volume, hanya menguntungkan
satu pihak saja
- Sering ditemukan pembayaran dalam bentuk konsinyasi,
sehingga pembayaran barang-barang pengusaha kecil tertunda
dan bahkan menjadi penanggung beban modal pemasaran
produk.
Pola Keagenan
• Pasal 27 huruf (e) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
menerangkan bahwa pola keagenan adalah hubungan kemitraan
yang didalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar
mitranya.
• Selanjutnya menurut Fuady (1997) pola keagenan merupakan
hubungan kemitraan, dimana pihak prinsipal memproduksi atau
memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai
pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan
produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
Gambar pola keagenan
KELOMPOK MITRA
KONSUMEN/MASY
ARAKAT
PERUSAHAAN
MITRA
Download