1 ISSN - Cendekia Niaga

advertisement
Volume : 1 No: 1
ISSN
: 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
ii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
REDAKSI
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan
Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan,
Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun.
Penanggung Jawab :
R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si
Pemimpin Redaksi :
Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM
Editor :
Sunang Kori, SE, MM
Mitra Bestari :
Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE
Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM
Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE
Dr. Azis Muslim, ST, MSE
Dudi Adi Firmansyah, Ph.d
Dr. Sukoco, S.Tp, MSE
Dr. Wahyu Widji Pamungkas, S.KOM, MM
Design Grafis :
Nasrudin
Fotografer :
Suaip Rizal, ST
Penerbit :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan
Alamat :
Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka,
Sawangan, Depok, Jawa Barat
Telp/fax : 021-7422570, e-mail : [email protected]
ii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud
dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana
pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan
pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di
sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan
pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan
sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan
baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan
sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor
perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 1 No.1, Desember 2016 Jurnal
Cendekia Niaga memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan
didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya
penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan.
Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan
pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita
semua
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Salam redaksi
iii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
DAFTAR ISI
PERAN PUSAT LOGISTIK
MENURUNKAN DWELLING
INDONESIA
Aviv Haryana
BERIKAT (PLB) DALAM
TIME DI PELABUHAN
1-10
PENGARUH FAKTOR MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PT. SURABAYA AUTOCOMP
INDONESIA MOJOKERTO
Budi Mulyadi Muslim
11-20
DAMPAK KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN
INDONESIA-YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN
JORDAN FREE TRADE AREA (FTA)
Dian Dwi Laksani
21-27
PENERAPAN MARKETING PUBLIC RELATIONS PADA
PERTUMBUHAN INDUSTRI FARMASI
Dwi Putri Destiani
28-34
ANALISIS EKSPORT
MAKROEKONOMI
Edy Purwoto
INDIKATOR
35-47
ANALISIS KETERBUKAAN DAN DAYA SAING UNTUK
MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN
INVESTASI
DI
INDONESIA
Ilham Winoto
48-57
ANALISIS FAKTOR PENINGKATAN NILAI EKSPOR
INDONESIA UNTUK PRODUK BERBASIS DESIGN
Noto Yuhartono
58-68
PENTINGNYA KEBERADAAN PASAR FISIK KOMODITI
UNTUK PENGEMBANGAN PERDAGANGAN BERJANGKA
DI INDONESIA
Nurlisa Arfani
69-82
IMPORT
SEBAGAI
iv
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
DAFTAR ISI
DESAIN STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN DAYA
SAING INDONESIA DALAM KOMPETISI PASAR
GLOBAL
83-103
Azman Ridha
VIDEO PRODUCTION
AS
A LEARNING TOOL TO
INCREASE
TRAINING
PARTICIPANTS’
LEARNING
MOTIVATION IN ACHIEVING LEARNING GOAL
Ratnaningsih Hidayati
104-113
MENGUKUR KESIAPAN PEMBELAJARAN DIGITAL PADA
INSTITUSI PEMERINTAHAN
Reni Sri Marliani
114-124
POTENSI PASAR INTERNASIONAL DALAM INDUSTRI
PRODUK BERBASIS DESAIN: DAMPAK DARI FAKTOR
PERMINTAAN DAN GAYA HIDUP MASYARAKAT
Teguh Sayekti
125-138
DAMPAK KEBIJAKAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014
TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI PPC DI ERA
PASAR BEBAS
Sang Saniaka Tajul Fitri
139-147
PENGGUNAAN INTERNET OF THINGS (IOT) DAN
TEKNOLOGI RFID DALAM MENINGKATKAN VISIBILITAS
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
148-164
Victor Tulus Pangapoi Sidabutar
v
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI
Edy Purwoto
Badan Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Abstrak
Faktor yang diperkirakan mampu mempengaruhi perekonomian suatu negara, terdiri
atas faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat non-ekonomi. Sebagai negara yang
menerapkan sistem pasar bebas menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kinerja dari perdagangan internasional, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kausal, adalah suatu penelitian yang menggambarkan suatu
generalisasi atau menjelaskan hubungan sebab akibat dan pengaruh dari suatu variabel
terhadap variabel lain. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan
bantuan program E-views versi 4.1 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Squares) atau metode kuadrat terkecil biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekspor,
impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan devisa mempengaruhii perekonomian
Indonesia kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia di
pengaruhi factor nilai ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI dan cadangan devisa.
Kata kunci : nilai ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan devisa
mempengaruhi perekonomian Indonesia
Abstract
There are economic and non-economic conditions which can impact on the
implementation of free market among Asian countries. This also becomes concern for
Indonesia. The country's economic growth is influenced by the performance of international
trade. The purpose of this study was to determine the factors that impacting the international
trade. It used regression analysis as approach to measure the percentage of variable export,
import, exchange rate, inflation rate, SBI, and reserves that affect economic growth. This study
also used a causal research design to explain the causal relationship and the influence among
the variable. The analysis result of OLS (Ordinary Least Squares) method showed that the
value of exports, imports, exchange rates, inflation rates, SBI, and foreign exchange reserves
can impact on Indonesia's economic situation. It is suggested that the variables must be
observed further to understand the economic growth in Indonesia in the long term.
Keywords: exports, imports, exchange rates, inflation rates, foreign exchange reserves,
economic growth
PENDAHULUAN
Berbicara kondisi perekonomian
Indonesia saat ini, maka analisis
ekonomi makro dan fiskal menjadi
memainkan peranan penting. Dengan
melihat analisis ekonomi makro dan
fiskal dapat memberikan gambaran
kinerja
perekonomian
secara
keseluruhan pada tahun berjalan dan
juga dapat memberikan perkiraan akan
kinerja perekonomian tahun yang akan
datang dan faktor-faktor apa saja yang
akan mempengaruhi perekonomian
(Almilia dan Devi, 2007).
Faktor yang diperkirakan mampu
mempengaruhi perekonomian suatu
negara, terdiri atas faktor yang bersifat
ekonomi maupun yang bersifat nonekonomi. Dari indikator yang bersifat
35
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
ekonomi, indikator makro ekonomilah
yang sering diungkap dalam mencoba
memahami
perekonomian
suatu
negara. Demikian juga indikator yang
bersifat non ekonomi, seperti indikator
faktor sosial dan politik, hukum,
hubungan dengan luar negeri serta
masih banyak faktor lainnya juga perlu
diungkap dalam memahami prospek
perekonomian suatu negara.
adalah perekonomian terbuka, maka
didalam indikator makro ekonominya
terdapat fungsi ekspor dan impor.
Keadaan perdagangan internasional
Indonesia
saat ini menunjukkan
penurunan baik impor maupun ekspor.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2016
mencapai
US$10,50
miliar
atau
menurun 2,8 persen di banding nilai
eksport bulan Januali 2015. Nilai
ekspor
Indonesia
Januari
2015
mencapai US$13,30 miliar. Ekspor
nonmigas Januari 2016 mencapai
US$9,39 miliar, atau menurun 1.83% di
banding nilai Ekspor nonmigas Januari
2015 mencapai US$11,22 miliar.
Seiring
dengan
menurunnya
perekonomian
global
yang
juga
berdampak
bagi
perekonomian
Indonesia yang berpengaruh pada
kinerja dari indikator ekonomi makro.
Karena bentuk perekonomian kita
Grafik 1 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2014-2016
Sumber : BPS (2016)
Menurut Badan Pusat Statistik
(2016) neraca perdagangan Indonesia
pada Februari 2016 surplus USD1,14
miliar. Pada Februari nilai ekspor
tercatat USD11,3 miliar, sementara
impor USD10,16 miliar. Angka ini yang
tertinggi sejak lima tahun terakhir. Data
BPS mencatat, pada Februari 2013
neraca perdagangan mengalami defisit
sebesar USD732,4 juta, sementara
pada
Februari
2014
neraca
perdagangan mengantongi surplus
senilai USD844,4 juta dan pada 2015
juga surplus sebesar USD662,7 juta.
36
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
Menurut data tersebut dari sisi
volume perdagangan, pada Februari
2016 neraca volume perdagangan
Indonesia mengalami surplus sebesar
25,51 juta ton. Hal tersebut didorong
oleh
surplusnya
neraca
volume
perdagangan migas sebesar 0,06 juta
ton dan sektor migas sebesar 24,45
juta ton. Tercatat, kinerja ekspor pada
Februari 2016 mencapai USD11,3
miliar atau mengalami kenaikan
sebesar 7,8% jika dibandingkan
dengan Januari lalu sebesar USD10,49
miliar. Namun, jika dibandingkan
dengan kinerja pada Februari 2015,
ekspor tercatat turun 7,18%. Ekspor
mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan Januari 2016 lalu, untuk sektor
nonmigas naik 8,67%, sementara
migas naik 0,47%.
Nilai
ekspor
nonmigas tercatat mencapai USD10,19
miliar atau mengalami kenaikan
sebesar 8,67% dibanding Januari 2016
yang tercatat sebesar USD10,19 miliar.
Namun, dibandingkan dengan Februari
2015, ekspor nonmigas turun 2,25%
dari sebelumnya USD10,42 miliar.
Namun
demikian
efek
dari
perdagangan internasional menjadi
landasan suatu masyarakat berinteraksi
dengan perekonomian lain. Mereka
melakukan kegiatan produksi dan
pertukaran modal, asset, dan juga hasil
produksi. Hasil dari kegiatan itu
mengakibatkan aliran barang masuk
dan keluar dalam bentuk impor ekspor.
Terdapat beberapa metric yang penting
yang mempengaruhi keseimbangan
aliran barang tersebut terutama pada
pendapatan nasional dan ekspor neto.
Neraca Perdagangan menjadi patokan
penting bagi penjual atau pembeli. Jika
ekspor neto bernilai positif, maka
ekspor lebih besar dari impor,
menunjukkan bahwa negara tersebut
menjual barang dan jasanya secara
luas melebihi pembeliannya dari negara
lain.
Indonesia
sebagai
negara
berkembang selalu berupaya mencetak
surplus perdagangan internasional.
Ekspor neto adalah suatu keadaan
dimana nilai ekspor lebih besar
daripada nilai impor. Jika ekspor neto
positif maka mencerminkan tingginya
permintaan akan barang dan jasa
dalam negeri, tentunya hal ini akan
meningkatkan produktivitas yang dapat
menyebabkan naiknya pertumbuhan
ekonomi dalam negeri. Sebaliknya, jika
ekspor
neto
negative
maka
mencerminkan turunnya permintaan
barang
dan
jasa
yang
akan
menyebabkan
menurunnya
produktivitas, dan akan mengganggu
laju pertumbuhan ekonomi (Pridayanti
dan Fitrayati,2012).
Perdagangan internasional (ekspor
dan impor) ini akan menimbulkan
perbedaan mata uang yang digunakan
antar
negara-negara
yang
bersangkutan.
Akibat
adanya
perbedaan mata uang antar negara
eksportir dan importir menimbulkan
suatu perbedaan nilai tukar mata uang
atau yang biasa lebih dikenal dengan
istilah kurs. Nilai tukar atau kurs adalah
jumlah uang domestik yang dibutuhkan
yaitu
banyaknya
rupiah
yang
dibutuhkan untuk memperoleh 1 unit
mata uang asing (Ansori,2011). Nilai
tukar merupakan salah satu variabel
yang
penting
dalam
suatu
perekonomian terbuka, karena variabel
ini berpengaruh pada variabel lain
seperti harga, tingkat bunga, neraca
pembayaran, dan transaksi berjalan
(Batiz, 1994).
Berdasarkan pada latar belakang
diatas maka dalam makalah ini ingin
meneliti tentang faktor-faktor apa saja
37
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
yang
berpengaruh
pada
makro
ekonomi Indonesia dan bagaimana
pengaruh faktor-faktor makro ekonomi
tersebut terhadap perekonomian di
Indonesia.
pemerintah dengan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing, serta
melakukan komunikasi dengan bahasa
asing. Jadi hasil yang diperoleh dari
kegiatan mengekspor adalah berupa
nilai sejumlah uang dalam valuta asing
atau biasa disebut dengan istilah
devisa yang juga merupakan salah satu
sumber pemasukan negara. Yang
dimaksud dengan ekspor adalah
kegiatan
perdagangan
yang
memberikan
rangsangan
guna
menumbuhkan
permintaan
dalam
negeri yang menyebabkan timbulnya
industri-industri
pabrik
besar,
bersamaan dengan struktur politik yang
stabil dan lembaga sosial yang efisien
(Kresna dan Yogi Swara, 2013).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berpengaruh
pada
pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
LANDASAN TEORI
Ekspor
Pengertian
Ekspor
adalah
upaya melakukan penjualan komoditi
yang kita miliki kepada bangsa lain atau
negara asing dengan ketentuan
Tabel 2 Ekspor Menurut Bulan, Tahun 2015 – 2016
(dalam Juta US$)
Nilai/Value
Berat/Weight
Nilai/Value
Berat/Weight
(US $)
(KG)
(US $)
(KG)
Januari/January
13 244
43 443
10 480
39 337
Pebruari/February
12 172
39 768
11 312
38 294
Maret/March
13 634
48 209
11 810
43 027
April/April
13 104
44 113
11 475
39 171
Mei/May
12 754
41 543
11 514
40 622
Juni/June
13 514
40 886
12 974
44 698
Juli/July
11 465
40 908
9 530
39 029
Agustus/August
12 726
41 703
12 748
45 794
September/September
12 588
41 130
12 568
44 141
Oktober/October
12 121
43 492
0
0
Nopember/November
11 122
41 572
0
0
Desember/December
11 917
42 889
0
0
TOTAL
150 366
509 661
104 414
374 116
Bulan/Month
Sumber : BPS (2016).
Ekspor merupakan salah satu
sektor perekonomian yang memegang
peranan penting melalui perluasan
pasar antara beberapa negara di mana
dapat mengadakan perluasan pasar
dalam
sektor
industri,
sehingga
mendorong dalam sektor industri lain,
selanjutnya mendorong sektor lainnya
38
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
dan perekonomian. Secara teoritis
ekspor suatu barang dipengaruhi oleh
suatu penawaran dan permintaan.
Dalam teori perdagangan internasional
disebut bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari
sisi
permintaan
dan
penawaran
(Krugman dan Obstpfetd, 1985) dari
sisi permintaan ekspor dipengaruhi oleh
harga
ekspor,
nilai
tukar
rill,
pendapatan dunia dan kebijakan
devaluasi.
Sedangkan
dari
sisi
penawaran, ekspor dipengaruhi oleh
harga ekspor, harga domestik, nilai
tukar rill, kapasitas produksi yang bisa
diproduksi melalui investasi, impor
bahan baku dan kebijakan deregulasi.
Impor
Pengertian
Impor
adalah
pengiriman barang dagangan dari luar
negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah
Indonesia kecuali wilayah bebas yang
dianggap luar negeri, yang bersifat
komersial maupun bukan komersial.
Barang-barang luar negeri yang diolah
dan diperbaiki di dalam negeri dicatat
sebagai barang impor meskipun barang
olahan tersebut akan kembali ke luar
negeri. Pengertian impor secara yuridis
menurut UU No. 10 Tahun 1995 Pasal
2 Ayat (1), yaitu pada saat barang
memasuki
Daerah
Pabean
dan
menetapkan saat barang tersebut wajib
bea masuk serta merupakan dasar
yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai
untuk melakukan pengawasan.
Kebijakan
Impor
Kebijakan
perdagangan internasional di bidang
impor diartikan sebagai berbagai
tindakan
dan
peraturan
yang
dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang
akan
mempengaruhi
struktur,
komposisi, dan kelancaran usaha untuk
melindungi/mendorong
pertumbuhan
industri dalam negeri dan penghematan
devisa.
Kebijakan impor dikelompokkan
menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
a) Kebijakan Tariff Barrier (TB)
dalam bentuk bea masuk terdiri dari :
 Pembebasan bea masuk/tarif
rendah adalah antara 0% sampai
dengan 5% : dikenakan untuk bahan
kebutuhan pokok dan vital, seperti
beras, mesin-mesin vital, ala-alat
militer/pertahanan keamanan, dll.
 Tarif sedang antara >5%
sampai dengan 20% : dikenakan untuk
barang setengah jadi dan barangbarang yang belum cukup diproduksi di
dalam negeri.
Tarif tinggi di atas 20% :
dikenakan untuk barang-barang mewah
dan barang-barang lain yang sudah
cukup diproduksi di dalam negeri dan
bukan barang kebutuhan pokok b)
Kebijakan Non Tariff Barrier Kebijakan
non tariff barrier adalah kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang
dapat menimbulkan distorsi, sehingga
mengurangi
potensi
manfaat
perdagangan internasional.
Kurs (Nilai Tukar)
Nilai tukar rupiah atau disebut
juga kurs rupiah adalah perbandingan
nilai atau harga mata uang rupiah
dengan mata uang lain. Perdagangan
antarnegara di mana masing-masing
negara mempunyai alat tukarnya
sendiri mengharuskan adanya angka
perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lainnya, yang
disebut kurs valuta asing atau kurs
(Salvatore, 2008). Nilai tukar terbagi
atas nilai tukar nominal dan nilai tukar
riil. Nilai tukar nominal adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukar
39
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lain. Sedangkan nilai riil
adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukar barang dan jasa dari
suatu negara dengan barang atau jasa
dari negara lain (Mankiw, 2006). Kurs
valuta asing akan berubah-ubah sesuai
dengan perubahan permintaan dan
penawaran valuta asing. Permintaan
valuta
asing
diperlukan
guna
melakukan pembayaran ke luar negeri
(impor), diturunkan dari transaksi debit
dalam
neraca
pembayaran
internasional.
Nilai
tukar
yang
melonjak-lonjak secara drastis tak
terkendali akan menyebabkan kesulitan
pada
dunia
usaha
dalam
merencanakan usahanya terutama bagi
mereka yang mendatangkan bahan
baku dari luar negeri atau menjual
barangnya ke pasar ekspor, oleh
karena itu pengelolaan nilai mata uang
yang relatif stabil menjadi salah sau
faktor moneter yang mendukung
perekonomian secara makro (Pohan,
2008).
Suku bunga SBI yang digunakan
sebagai acuan bagi bank-bank umum
dalam menentukan tingkat suku bunga
depositonya,
Suku
bunga
Bank
Indonesia adalah salah satu instrumen
kebijakan moneter yang didapat
diimplementasikan
pada
operasi
moneter yang dilakukan oleh Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter. Suku
bunga Bank Indonesia atau yang
digunakan untuk Sertifikat Bank
Indonesia
dikeluarkan
sebagai
prasarana
pemerintah
untuk
mempengaruhi investasi dalam negeri.
Investasi tersebut antara lain adalah
investasi dalam bentuk Obligasi Negara
dan deposito.
Cadangan Devisa
Bank Indonesia (BI) melaporkan
posisi cadangan devisa Indonesia pada
akhir Juli 2016 tercatat sebesar
USD111,4 miliar atau sekitar Rp1.462
triliun (Rp13.125/USD). Angka ini lebih
tinggi USD1,6 miliar dibandingkan
dengan posisi akhir Juni 2016 sebesar
USD109,8 miliar. Direktur Departemen
Komunikasi BI Arbonas Hutabarat
mengatakan, peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh penerimaan cadangan
devisa. Di antaranya, berasal dari
penerimaan pajak dan devisa migas
pemerintah serta hasil lelang Surat
Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
Bank Indonesia menilai cadangan
devisa tersebut mampu mendukung
ketahanan
sektor
eksternal
dan
menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
ke
depan.
Menurunnya kurs rupiah terhadap
mata uang asing khususnya dollar AS
memiliki pengaruh negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal. Jika kurs
mengalami depresiasi, yaitu nilai mata
uang dalam negeri menurun berarti
bahwa
nilai
mata
uang
asing
bertambah tinggi kursnya (harganya)
maka akan menyebabkan ekspor
meningkat, sehingga meningkatnya
ekspor akan mendorong kenaikan
pertumbuhan ekonomi. Apabila nilai
kurs dollar meningkat, maka volume
ekspor juga akan meningkat (Sukirno,
2002).
40
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
Tanggal
2016-09-22
2016-07-31
2016-06-30
2016-05-31
2016-04-29
2016-03-31
2016-02-29
2016-01-29
Sumber : BI (2016)
Table 3 Cadangan Devisa
(dalam Jutaan US$)
Cadangan Devisa
113.538
111.409
109.789
103.591
107.711
107.543
104.544
102.134
Tingkat Investasi
perluasan ruang fiskal dalam jangka
pendek,
sambil
memperkenalkan
reformasi untuk memfasilitasi investasi
dan mengurangi biaya berusaha untuk
jangka menengah.
Menurut Boediono (2000) inflasi
adalah kecenderungan dari kenaikan
harga-harga secara umum dan terus
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga
berbagai macam barang itu naik
dengan persentase yang
sama.
Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
bukanlah merupakan inflasi. Inflasi
adalah kecenderungan dari hargaharga untuk naik secara umum dan
terus-menerus (Sukirno, 2002). Akan
tetapi apabila kenaikan harga hanya
dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga
barang-barang lain.
Bank Dunia memproyeksikan
pertumbuhan PDB sebesar 5,1% untuk
tahun 2016, dan 5,3% untuk tahun
2017. Proyeksi ini lebih rendah 0,2%
dari proyeksi bulan Desember, akibat
kondisi eksternal yang lebih lemah dari
perkiraan awal, serta kemungkinan
pertumbuhan pendapatan rendah yang
bisa menjadi hambatan bagi rencana
pemerintah
untuk
meningkatkan
belanja.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pemodelan regresi linier majemuk.
Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas
dengan menggunakan variabel ekspor
(x1), impor (x2), nilai tukar (x3), inflasi
(x4), SBI (x5), dan cadangan devisa
(x6). Sedangkan, variabel terikatnya
adalah
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia (Y) (Berlianta, 2005; Joesoef,
2008).
Pertumbuhan global yang lemah
pada tahun 2015 telah berdampak
pada Indonesia, dengan pertumbuhan
hanya sebesar 4,8% tahun lalu.
Pertumbuhan Indonesia pada tahun
2015 cukup baik untuk negara
pengekspor komoditas, tetapi belum
cukup untuk menyerap sekitar 3 juta
anak muda yang baru masuk dalam
pasar tenaga kerja, juga tidak cukup
untuk membalik tren pengentasan
kemiskinan yang melambat.
Penelitian ini menggunakan data
sekunder.
Data
sekunder
yang
digunakan berupa time series. “Data
time series (data deretan waktu) adalah
Untuk mempercepat pertumbuhan,
Indonesia
harus
mengandalkan
41
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang dikumpulkan selama suatu
periode/jangka waktu tertentu” (Firdaus,
2011:59).
Hasil analisis regresi berganda
pada tabel 2 digunakan untuk
mengetahui pengaruh variable bebas
yang terdiri variable ekspor, impor, nilai
tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan
devisa sebagai variabel bebas terhadap
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
terikat. Dari hasil analisis regresi
berganda tersebut dapat diketahui
persamaan regresi berganda OLS.
Penelitian ini dilakukan pada
website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
yang selaku bank sentral berdasarkan
pasal 4 ayat 1 Undang-undang RI No.
23 Tahun 1999. Bank Indonesia
merupakan lembaga negara yang
independen dan memiliki satu tujuan
tunggal
yakni
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
Uji Normalitas bertujuan yang
digunakan
pada
penelitian
ini
menggunakan teknik Jarque-Berra.
Pedoman yang digunakan adalah
apabila nilai Jarque-Berra lebih besar
jika dibanding X2 tabel dengan (α 5
persen) atau probabilitas <0,05 data
yang digunakan tidak berdistribusi
normal dan sebaiknya, bila probabilitas
>0,05 maka data yang digunakan
adalah berdistribusi normal (Winarno,
2011. 5.37).
Populasi yang digunakan adalah
seluruh data time series triwulan tingkat
inflasi, tingkat suku bunga SBI,
pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar
Rupiah selama periode 2011-2015.
Selanjutnya,
data
dianalisis
menggunakan analisis regresi dengan
bantuan program E-views versi 4.1
dengan menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Squares) atau metode
kuadrat terkecil biasa.
Gambar 1 Uji Normalitas
Sumber : data olah (2016)
Gambar 1 menunjukkan bahwa
setelah dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan eviews maka
semua variabel pada pengujian model
ini menunjukkan bahwa penelitian
diatas berdistribusi normal atau dapat
dikatakan
bahwa
persyaratan
normalitas dapat dipenuhi. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Jarque Berada pada
penelitian
ini
4.288004
dengan
probability
0.117185.
Dimana
probabilitas harus lebih besar dari α=
42
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
0.05. Oleh karena itu, kita tidak bisa
menolak
hipotesis
nol
dan
menunjukkan bahwa penelitian tersebut
berdistribusi normal, Sehingga dapat
dikatakan
bahwa
persyaratan
normalitas terpenuhi.
SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
terbukti dari hasil uji t yang memiliki
harga signifikansi lebih kecil dari taraf
nyata 0,05 maupun secara bersamasama yang dibuktikan dari uji F yang
memperoleh harga signifikansi kurang
dari taraf nyata 0,05. Untuk lebih jelas
lihatlah tabel 4 dibawah ini:
Hasil penelitian secara parsial
menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan dari variabel ekspor, impor,
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi
Sumber : data olah eviews (2016)
Hasil
analisis
regresi
menunjukkan bahwa ekspor (X1)
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding searah antara ekspor
dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu
jika
variabel
ekspor
mengalami
kenaikan maka pertumbuhan ekonomi
juga mengalami kenaikan. Hal ini
sejalan dengan (Appleyeard, Field dan
Cobb, 2008) yang menyatakan bawah
ekspor sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara,
seperti yang telah dijelaskan dalam
teori
Hecksher-Ohlin
(dalam
Appleyeard, Field dan Cobb, 2008)
bahwa suatu negara akan mengekspor
produknya
yang
produksinya
menggunakan faktor produksi yang
murah dan berlimpah secara intensif.
Kegiatan ini akan menguntungkan bagi
negara
tersebut,
karena
akan
meningkatkan pendapatan nasional
dan
mempercepat
proses
pembangunan
dan
pertumbuhan
ekonomi.
Naiknya
ekspor
ini
memberikan angin segar terhadap
ekonomi Indonesia khususnya terhadap
penerimaan APBN dan meningkatkan
kinerja neraca perdagangan. Ekspor
yang surplus ini dapat meningkatkan
penerimaan
pemerintah
dan
mengurangi defisit APBN yang selalu
43
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
membengkak. Akan tetapi sampai saat
ini sumbangan ekspor
terhadap
terhadap APBN belum dapat menutupi
defisit negara. Faktor yang paling
menghambat
didalam
pencapaian
surplus APBN yaitu masih tingginya
pengeluaran
pemerintah,
dan
pemerintah
sendiri
tidak
dapat
menentukan skala prioritas terhadap
pengeluarannya.
menyebabkan berkurangnya jumlah
output yang dihasilkan dalam negeri.
Penurunan jumlah output yang berupa
barang
dan
jasa
inilah
yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
suatu
negara
akan
mengalami
penurunan.
Sedangkan untuk variabel nilai
tukar berdasarkan analisis regresi
menunjukkan bahwa nilai tukar (X3)
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0320 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
searah antara nilai tukar dengan
pertumbuhan ekonomi, yaitu jika nilai
tukar mengalami kenaikan maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami
peningkatan. Selain itu, kegiatan
perdagangan
internasional
sangat
ditentukan oleh nilai kurs mata uang
negara yang bersangkutan. Misalnya,
nilai tukar naik (depresiasi) harga
barang ekspor dari Indonesia relatif
akan lebih murah di AS, sehingga
ekspor akan cenderung meningkat.
Sebaliknya, harga barang-barang dari
AS relatif menjadi mahal sehingga
impor akan cenderung menurun.
Dengan demikian, penurunan nilai kurs
mata uang sendiri akan cenderung
mempengaruhi kinerja perdagangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Sedangkan untuk variabel impor
berdasarkan
analisis
regresi
menunjukkan bahwa impor (X2)
berpengaruh
negative
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0473 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding terbalik antara impor
dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu
jika impor mengalami kenaikan maka
pertumbuhan ekonomi akan mengalami
penurunan.
Sedangkan,
Impor
merupakan pembelian atau pemasukan
barang dari luar negeri ke dalam suatu
perekonomian dalam negeri (Sukirno,
2006 : 203). Impor sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara, seperti yang telah dijelaskan
dalam teori Hecksher-Ohlin (dalam
Appleyeard, Field dan Cobb, 2008)
menyatakan bahwa suatu negara akan
mengimpor
produk/barang
yang
menggunakan faktor produksi yang
tidak atau jarang dimiliki oleh negara
tersebut.
Kegiatan
ini
akan
menguntungkan bagi negara tersebut
dibandingkan
melakukan
produksi
sendiri namun tidak secara efisien.
Sebaliknya, impor akan menurunkan
permintaan masyarakat di dalam
negeri. Permintaan masyarakat yang
menurun akan mengurangi tingkat
produktivitas
dalam
negeri
dan
mengurangi jumlah kesempatan kerja
yang tersedia. Penurunan ini akan
Untuk variabel SBI berdasarkan
analisis regresi menunjukkan bahwa
SBI(X4)berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0004 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05 . Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding searah antara SBI dengan
pertumbuhan ekonomi, yaitu jika
variabel SBI mengalami kenaikan maka
44
Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto
pertumbuhan ekonomi juga mengalami
kenaikan. Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. SBI merupakan
salah satu mekanisme yang digunakan
Bank Indonesia untuk mengontrol
kestabilan nilai Rupiah. Dengan
menjual SBI, Bank Indonesia dapat
menyerap kelebihan uang primer yang
beredar. Tingkat suku bunga yang
berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar
berdasarkan sistem lelang.
sistem
kurs
diganti
mengambang
terkendali
2004)).
dengan
(Ritonga,
Sedangkan
untuk
variabel
cadangan devisa berdasarkan analisis
regresi menunjukkan bahwa tingkat
cadangan devisa (X6) berpengaruh
signifikan
dan
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0413 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05.Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding searah antara tingkat
cadangan devisa dengan pertumbuhan
ekonomi, yaitu jika variabel tingkat
cadangan devisa mengalami kenaikan
maka pertumbuhan ekonomi juga
mengalami kenaikan. Ekspor yang
tinggi daripada impor akan meningkat
neraca
perdagangan
Indonesia.
Peningkatan neraca perdagangan ini
akan terakumulasi nantinya pada
peningkatan posisi cadangan devisa
sebab ekspor merupakan pendapatan
bagi negara dan impor merupakan
pengeluaran bagi suatu negara. Oleh
karena itu, peningkatan net ekspor
akan meningkatkan pendapatan suatu
negara sehingga akan meningkatkan
cadangan
devisa.
Sebaliknya,
penurunan net ekspor menandakan
ekspor lebih kecil daripada impor
sehingga akan berdampak terhadap
penurunan
neraca
perdagangan.
Penurunan neraca perdagangan akan
membawa
efek
pada
neraca
pembayaran
sehingga
cadangan
devisa pun tergerus atau menurun.
Untuk variabel tingkat inflasi
berdasarkan
analisis
regresi
menunjukkan bahwa tingkat inflasi (X5)
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0365 lebih kecil
dari nilai α sebesar 0.05.Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang
berbanding searah antara tingkat inflasi
dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu
jika variabel tingkat inflasi mengalami
kenaikan maka pertumbuhan ekonomi
juga mengalami kenaikan. Adanya
Kebijakan devaluasi dalam jangka
pendek dapat meningkatkan daya saing
sehingga merangsang kegiatan ekspor,
dengan asumsi negara lain tidak
membalas
dengan
melakukan
devaluasi
dan
eksportir
dapat
melakukan
peningkatan
efisiensi
produksi untuk pemenuhan permintaan
ekspornya. Devaluasi yang pernah
dilakukan pemerintah yakni, Pada
bulan
agustus
1971
tersebut
pemerintah melakukan devaluasi mata
uang rupiah dari Rp 378/US$1 menjadi
Rp 415/US$1 dan sejak tahun tersebut
Indonesia menganut rezim devisa
bebas, kurs ini dipertahankan hingga
bulan November 1978. Sejak 1978
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi posisi kondisi makro
ekonomi di Indonesia dan pengaruh
faktor-faktor
tersebut
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
45
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47
maka
penulis
dapat
mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
berpengaruh signifikan dan positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0004.
6.
Untuk variabel tingkat
inflasi berdasarkan analisis regresi
menunjukkan bahwa tingkat inflasi (X5)
berpengaruh signifikan dan positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0365.
7.
Sedangkan
untuk
variabel cadangan devisa berdasarkan
analisis regresi menunjukkan bahwa
tingkat
cadangan
devisa
(X6)
berpengaruh signifikan dan positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0413.
1.
Sebagai negara yang
menerapkan sistem pasar bebas
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kinerja dari perdagangan internasional,
hal ini terbukti pada analisis regresi
yang menunjukkan bahwa persentase
dari pengaruh variabel ekspor (x1),
impor (x2), nilai tukar (x3), tingkat inflasi
(x4), SBI (x5), dan cadangan devisa
(x6). Sangat besar yaitu sebesar
78,5%, sisanya 21,5 % merupakan
pengaruh dari variabel lain yang tidak
diteliti Ekspor akan meningkatkan
permintaan akan barang dan jasa
dalam negeri, tingginya permintaan
akan barang dan jasa dalam negeri
akan mengakibatkan meningkatnya
produktivitas dalam negeri, tentunya hal
ini akan berakibat pada bertambahnya
lapangan pekerjaan yang tersedia.
2.
Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa ekspor (X1)
berpengaruh signifikan dan positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0000.
3.
Sedangkan
untuk
variabel impor berdasarkan analisis
regresi menunjukkan bahwa impor (X2)
berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0473.
4.
Sedangkan
untuk
variabel nilai tukar berdasarkan analisis
regresi menunjukkan bahwa nilai tukar
(X3) berpengaruh signifikan dan positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dengan nilai signifikansi sebesar
0.0320.
5.
Untuk
variabel
SBI
berdasarkan
analisis
regresi
menunjukkan
bahwa
SBI
(X4)
Daftar Pustaka
Almilia, L. S., & Devi, V. (2007).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. In Proceeding
Seminar Nasional Manajemen SMART
(Vol. 3).
Ansori, R. (2011). Analisis
pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah
uang beredar, dan tingkat pendapatan
terhadap nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika.
Appleyard, D. R., Field Jr, A. J.,
Cobb, S. L., & Lima, A. F. (2010).
Economia
Internacional-6.
AMGH
Editora.
Gang, I. N., & Rivera-Batiz, F. L.
(1994). Labor market effects of
immigration in the United States and
Europe.
Journal
of
population
economics, 7(2), 157-175.
Kresna Dewata, B., & Yogi
Swara, I. W. (2013). Pengaruh Total
Ekspor, LIBOR, dan Upah Tenaga
Kerja
Terhadap
Investasi
Asing
Langsung di Indonesia. E-Jurnal
46
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 148-164
Ekonomi
Pembangunan
Universitas Udayana, 2(8).
Pridayanti, A., &Fitrayati, D.
(2012). Pengaruh Ekspor, Impor, Dan
Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia Periode 20022012.
Mankiw, N. G. (2006). The
macroeconomist as scientist and
engineer. The Journal of Economic
Perspectives, 20(4), 29-46.
Ritonga, J. T. (2004). Krisis
Moneter dan Reformasi Pembangunan
Ekonomi
Indonesia.
Universitas
Sumatera Utara (U SU) Press. Medan.
Obstfeld, M., Cooper, R. N., &
Krugman, P. R. (1985). Floating
exchange
rates:
experience
and
prospects.
Brookings
Papers
on
Economic Activity, 1985(2), 369-464.
Sukirno, S. (2002). Pengantar
Teori Ekonomi Mikro, Edisi ketiga, PT.
Raja
Grafindo
Perkasa,
Jakarta.
Pohan, A. (2008). Kerangka
kebijakan moneter & implementasinya di
Indonesia. Rajawali Pers.
164
Download