Volume : 1 No: 1 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145 ii Volume 1 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145 REDAKSI JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun. Penanggung Jawab : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si Pemimpin Redaksi : Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM Editor : Sunang Kori, SE, MM Mitra Bestari : Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE Dr. Azis Muslim, ST, MSE Dudi Adi Firmansyah, Ph.d Dr. Sukoco, S.Tp, MSE Dr. Wahyu Widji Pamungkas, S.KOM, MM Design Grafis : Nasrudin Fotografer : Suaip Rizal, ST Penerbit : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Alamat : Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat Telp/fax : 021-7422570, e-mail : [email protected] ii Volume 1 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145 PENGANTAR REDAKSI Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 1 No.1, Desember 2016 Jurnal Cendekia Niaga memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan. Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua Selamat menyimak dan semoga bermanfaat. Salam redaksi iii Volume 1 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145 DAFTAR ISI PERAN PUSAT LOGISTIK MENURUNKAN DWELLING INDONESIA Aviv Haryana BERIKAT (PLB) DALAM TIME DI PELABUHAN 1-10 PENGARUH FAKTOR MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SURABAYA AUTOCOMP INDONESIA MOJOKERTO Budi Mulyadi Muslim 11-20 DAMPAK KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA-YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN JORDAN FREE TRADE AREA (FTA) Dian Dwi Laksani 21-27 PENERAPAN MARKETING PUBLIC RELATIONS PADA PERTUMBUHAN INDUSTRI FARMASI Dwi Putri Destiani 28-34 ANALISIS EKSPORT MAKROEKONOMI Edy Purwoto INDIKATOR 35-47 ANALISIS KETERBUKAAN DAN DAYA SAING UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN INVESTASI DI INDONESIA Ilham Winoto 48-57 ANALISIS FAKTOR PENINGKATAN NILAI EKSPOR INDONESIA UNTUK PRODUK BERBASIS DESIGN Noto Yuhartono 58-68 PENTINGNYA KEBERADAAN PASAR FISIK KOMODITI UNTUK PENGEMBANGAN PERDAGANGAN BERJANGKA DI INDONESIA Nurlisa Arfani 69-82 IMPORT SEBAGAI iv Volume 1 Nomor 1 tahun 2016 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145 DAFTAR ISI DESAIN STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDONESIA DALAM KOMPETISI PASAR GLOBAL 83-103 Azman Ridha VIDEO PRODUCTION AS A LEARNING TOOL TO INCREASE TRAINING PARTICIPANTS’ LEARNING MOTIVATION IN ACHIEVING LEARNING GOAL Ratnaningsih Hidayati 104-113 MENGUKUR KESIAPAN PEMBELAJARAN DIGITAL PADA INSTITUSI PEMERINTAHAN Reni Sri Marliani 114-124 POTENSI PASAR INTERNASIONAL DALAM INDUSTRI PRODUK BERBASIS DESAIN: DAMPAK DARI FAKTOR PERMINTAAN DAN GAYA HIDUP MASYARAKAT Teguh Sayekti 125-138 DAMPAK KEBIJAKAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI PPC DI ERA PASAR BEBAS Sang Saniaka Tajul Fitri 139-147 PENGGUNAAN INTERNET OF THINGS (IOT) DAN TEKNOLOGI RFID DALAM MENINGKATKAN VISIBILITAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN 148-164 Victor Tulus Pangapoi Sidabutar v Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI Edy Purwoto Badan Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Abstrak Faktor yang diperkirakan mampu mempengaruhi perekonomian suatu negara, terdiri atas faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat non-ekonomi. Sebagai negara yang menerapkan sistem pasar bebas menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perdagangan internasional, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal, adalah suatu penelitian yang menggambarkan suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan sebab akibat dan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan bantuan program E-views versi 4.1 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares) atau metode kuadrat terkecil biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan devisa mempengaruhii perekonomian Indonesia kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia di pengaruhi factor nilai ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI dan cadangan devisa. Kata kunci : nilai ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan devisa mempengaruhi perekonomian Indonesia Abstract There are economic and non-economic conditions which can impact on the implementation of free market among Asian countries. This also becomes concern for Indonesia. The country's economic growth is influenced by the performance of international trade. The purpose of this study was to determine the factors that impacting the international trade. It used regression analysis as approach to measure the percentage of variable export, import, exchange rate, inflation rate, SBI, and reserves that affect economic growth. This study also used a causal research design to explain the causal relationship and the influence among the variable. The analysis result of OLS (Ordinary Least Squares) method showed that the value of exports, imports, exchange rates, inflation rates, SBI, and foreign exchange reserves can impact on Indonesia's economic situation. It is suggested that the variables must be observed further to understand the economic growth in Indonesia in the long term. Keywords: exports, imports, exchange rates, inflation rates, foreign exchange reserves, economic growth PENDAHULUAN Berbicara kondisi perekonomian Indonesia saat ini, maka analisis ekonomi makro dan fiskal menjadi memainkan peranan penting. Dengan melihat analisis ekonomi makro dan fiskal dapat memberikan gambaran kinerja perekonomian secara keseluruhan pada tahun berjalan dan juga dapat memberikan perkiraan akan kinerja perekonomian tahun yang akan datang dan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi perekonomian (Almilia dan Devi, 2007). Faktor yang diperkirakan mampu mempengaruhi perekonomian suatu negara, terdiri atas faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat nonekonomi. Dari indikator yang bersifat 35 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 ekonomi, indikator makro ekonomilah yang sering diungkap dalam mencoba memahami perekonomian suatu negara. Demikian juga indikator yang bersifat non ekonomi, seperti indikator faktor sosial dan politik, hukum, hubungan dengan luar negeri serta masih banyak faktor lainnya juga perlu diungkap dalam memahami prospek perekonomian suatu negara. adalah perekonomian terbuka, maka didalam indikator makro ekonominya terdapat fungsi ekspor dan impor. Keadaan perdagangan internasional Indonesia saat ini menunjukkan penurunan baik impor maupun ekspor. Nilai ekspor Indonesia Januari 2016 mencapai US$10,50 miliar atau menurun 2,8 persen di banding nilai eksport bulan Januali 2015. Nilai ekspor Indonesia Januari 2015 mencapai US$13,30 miliar. Ekspor nonmigas Januari 2016 mencapai US$9,39 miliar, atau menurun 1.83% di banding nilai Ekspor nonmigas Januari 2015 mencapai US$11,22 miliar. Seiring dengan menurunnya perekonomian global yang juga berdampak bagi perekonomian Indonesia yang berpengaruh pada kinerja dari indikator ekonomi makro. Karena bentuk perekonomian kita Grafik 1 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2014-2016 Sumber : BPS (2016) Menurut Badan Pusat Statistik (2016) neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2016 surplus USD1,14 miliar. Pada Februari nilai ekspor tercatat USD11,3 miliar, sementara impor USD10,16 miliar. Angka ini yang tertinggi sejak lima tahun terakhir. Data BPS mencatat, pada Februari 2013 neraca perdagangan mengalami defisit sebesar USD732,4 juta, sementara pada Februari 2014 neraca perdagangan mengantongi surplus senilai USD844,4 juta dan pada 2015 juga surplus sebesar USD662,7 juta. 36 Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto Menurut data tersebut dari sisi volume perdagangan, pada Februari 2016 neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 25,51 juta ton. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan migas sebesar 0,06 juta ton dan sektor migas sebesar 24,45 juta ton. Tercatat, kinerja ekspor pada Februari 2016 mencapai USD11,3 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 7,8% jika dibandingkan dengan Januari lalu sebesar USD10,49 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan kinerja pada Februari 2015, ekspor tercatat turun 7,18%. Ekspor mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Januari 2016 lalu, untuk sektor nonmigas naik 8,67%, sementara migas naik 0,47%. Nilai ekspor nonmigas tercatat mencapai USD10,19 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 8,67% dibanding Januari 2016 yang tercatat sebesar USD10,19 miliar. Namun, dibandingkan dengan Februari 2015, ekspor nonmigas turun 2,25% dari sebelumnya USD10,42 miliar. Namun demikian efek dari perdagangan internasional menjadi landasan suatu masyarakat berinteraksi dengan perekonomian lain. Mereka melakukan kegiatan produksi dan pertukaran modal, asset, dan juga hasil produksi. Hasil dari kegiatan itu mengakibatkan aliran barang masuk dan keluar dalam bentuk impor ekspor. Terdapat beberapa metric yang penting yang mempengaruhi keseimbangan aliran barang tersebut terutama pada pendapatan nasional dan ekspor neto. Neraca Perdagangan menjadi patokan penting bagi penjual atau pembeli. Jika ekspor neto bernilai positif, maka ekspor lebih besar dari impor, menunjukkan bahwa negara tersebut menjual barang dan jasanya secara luas melebihi pembeliannya dari negara lain. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya mencetak surplus perdagangan internasional. Ekspor neto adalah suatu keadaan dimana nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor. Jika ekspor neto positif maka mencerminkan tingginya permintaan akan barang dan jasa dalam negeri, tentunya hal ini akan meningkatkan produktivitas yang dapat menyebabkan naiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Sebaliknya, jika ekspor neto negative maka mencerminkan turunnya permintaan barang dan jasa yang akan menyebabkan menurunnya produktivitas, dan akan mengganggu laju pertumbuhan ekonomi (Pridayanti dan Fitrayati,2012). Perdagangan internasional (ekspor dan impor) ini akan menimbulkan perbedaan mata uang yang digunakan antar negara-negara yang bersangkutan. Akibat adanya perbedaan mata uang antar negara eksportir dan importir menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang atau yang biasa lebih dikenal dengan istilah kurs. Nilai tukar atau kurs adalah jumlah uang domestik yang dibutuhkan yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 unit mata uang asing (Ansori,2011). Nilai tukar merupakan salah satu variabel yang penting dalam suatu perekonomian terbuka, karena variabel ini berpengaruh pada variabel lain seperti harga, tingkat bunga, neraca pembayaran, dan transaksi berjalan (Batiz, 1994). Berdasarkan pada latar belakang diatas maka dalam makalah ini ingin meneliti tentang faktor-faktor apa saja 37 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 yang berpengaruh pada makro ekonomi Indonesia dan bagaimana pengaruh faktor-faktor makro ekonomi tersebut terhadap perekonomian di Indonesia. pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing. Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Kresna dan Yogi Swara, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. LANDASAN TEORI Ekspor Pengertian Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan ketentuan Tabel 2 Ekspor Menurut Bulan, Tahun 2015 – 2016 (dalam Juta US$) Nilai/Value Berat/Weight Nilai/Value Berat/Weight (US $) (KG) (US $) (KG) Januari/January 13 244 43 443 10 480 39 337 Pebruari/February 12 172 39 768 11 312 38 294 Maret/March 13 634 48 209 11 810 43 027 April/April 13 104 44 113 11 475 39 171 Mei/May 12 754 41 543 11 514 40 622 Juni/June 13 514 40 886 12 974 44 698 Juli/July 11 465 40 908 9 530 39 029 Agustus/August 12 726 41 703 12 748 45 794 September/September 12 588 41 130 12 568 44 141 Oktober/October 12 121 43 492 0 0 Nopember/November 11 122 41 572 0 0 Desember/December 11 917 42 889 0 0 TOTAL 150 366 509 661 104 414 374 116 Bulan/Month Sumber : BPS (2016). Ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara di mana dapat mengadakan perluasan pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya 38 Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto dan perekonomian. Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran dan permintaan. Dalam teori perdagangan internasional disebut bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran (Krugman dan Obstpfetd, 1985) dari sisi permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar rill, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar rill, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku dan kebijakan deregulasi. Impor Pengertian Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang olahan tersebut akan kembali ke luar negeri. Pengertian impor secara yuridis menurut UU No. 10 Tahun 1995 Pasal 2 Ayat (1), yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib bea masuk serta merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan. Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan impor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu : a) Kebijakan Tariff Barrier (TB) dalam bentuk bea masuk terdiri dari : Pembebasan bea masuk/tarif rendah adalah antara 0% sampai dengan 5% : dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, ala-alat militer/pertahanan keamanan, dll. Tarif sedang antara >5% sampai dengan 20% : dikenakan untuk barang setengah jadi dan barangbarang yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. Tarif tinggi di atas 20% : dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok b) Kebijakan Non Tariff Barrier Kebijakan non tariff barrier adalah kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional. Kurs (Nilai Tukar) Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antarnegara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar 39 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang atau jasa dari negara lain (Mankiw, 2006). Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor, oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah sau faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008). Suku bunga SBI yang digunakan sebagai acuan bagi bank-bank umum dalam menentukan tingkat suku bunga depositonya, Suku bunga Bank Indonesia adalah salah satu instrumen kebijakan moneter yang didapat diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Suku bunga Bank Indonesia atau yang digunakan untuk Sertifikat Bank Indonesia dikeluarkan sebagai prasarana pemerintah untuk mempengaruhi investasi dalam negeri. Investasi tersebut antara lain adalah investasi dalam bentuk Obligasi Negara dan deposito. Cadangan Devisa Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2016 tercatat sebesar USD111,4 miliar atau sekitar Rp1.462 triliun (Rp13.125/USD). Angka ini lebih tinggi USD1,6 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2016 sebesar USD109,8 miliar. Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat mengatakan, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh penerimaan cadangan devisa. Di antaranya, berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun berarti bahwa nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) maka akan menyebabkan ekspor meningkat, sehingga meningkatnya ekspor akan mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2002). 40 Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto Tanggal 2016-09-22 2016-07-31 2016-06-30 2016-05-31 2016-04-29 2016-03-31 2016-02-29 2016-01-29 Sumber : BI (2016) Table 3 Cadangan Devisa (dalam Jutaan US$) Cadangan Devisa 113.538 111.409 109.789 103.591 107.711 107.543 104.544 102.134 Tingkat Investasi perluasan ruang fiskal dalam jangka pendek, sambil memperkenalkan reformasi untuk memfasilitasi investasi dan mengurangi biaya berusaha untuk jangka menengah. Menurut Boediono (2000) inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja bukanlah merupakan inflasi. Inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk naik secara umum dan terus-menerus (Sukirno, 2002). Akan tetapi apabila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,1% untuk tahun 2016, dan 5,3% untuk tahun 2017. Proyeksi ini lebih rendah 0,2% dari proyeksi bulan Desember, akibat kondisi eksternal yang lebih lemah dari perkiraan awal, serta kemungkinan pertumbuhan pendapatan rendah yang bisa menjadi hambatan bagi rencana pemerintah untuk meningkatkan belanja. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pemodelan regresi linier majemuk. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dengan menggunakan variabel ekspor (x1), impor (x2), nilai tukar (x3), inflasi (x4), SBI (x5), dan cadangan devisa (x6). Sedangkan, variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia (Y) (Berlianta, 2005; Joesoef, 2008). Pertumbuhan global yang lemah pada tahun 2015 telah berdampak pada Indonesia, dengan pertumbuhan hanya sebesar 4,8% tahun lalu. Pertumbuhan Indonesia pada tahun 2015 cukup baik untuk negara pengekspor komoditas, tetapi belum cukup untuk menyerap sekitar 3 juta anak muda yang baru masuk dalam pasar tenaga kerja, juga tidak cukup untuk membalik tren pengentasan kemiskinan yang melambat. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa time series. “Data time series (data deretan waktu) adalah Untuk mempercepat pertumbuhan, Indonesia harus mengandalkan 41 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 HASIL DAN PEMBAHASAN data yang dikumpulkan selama suatu periode/jangka waktu tertentu” (Firdaus, 2011:59). Hasil analisis regresi berganda pada tabel 2 digunakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas yang terdiri variable ekspor, impor, nilai tukar, tingkat inflasi, SBI, dan cadangan devisa sebagai variabel bebas terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat. Dari hasil analisis regresi berganda tersebut dapat diketahui persamaan regresi berganda OLS. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id) yang selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang-undang RI No. 23 Tahun 1999. Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen dan memiliki satu tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Uji Normalitas bertujuan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik Jarque-Berra. Pedoman yang digunakan adalah apabila nilai Jarque-Berra lebih besar jika dibanding X2 tabel dengan (α 5 persen) atau probabilitas <0,05 data yang digunakan tidak berdistribusi normal dan sebaiknya, bila probabilitas >0,05 maka data yang digunakan adalah berdistribusi normal (Winarno, 2011. 5.37). Populasi yang digunakan adalah seluruh data time series triwulan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar Rupiah selama periode 2011-2015. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan bantuan program E-views versi 4.1 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares) atau metode kuadrat terkecil biasa. Gambar 1 Uji Normalitas Sumber : data olah (2016) Gambar 1 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan eviews maka semua variabel pada pengujian model ini menunjukkan bahwa penelitian diatas berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Jarque Berada pada penelitian ini 4.288004 dengan probability 0.117185. Dimana probabilitas harus lebih besar dari α= 42 Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto 0.05. Oleh karena itu, kita tidak bisa menolak hipotesis nol dan menunjukkan bahwa penelitian tersebut berdistribusi normal, Sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi. SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi terbukti dari hasil uji t yang memiliki harga signifikansi lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maupun secara bersamasama yang dibuktikan dari uji F yang memperoleh harga signifikansi kurang dari taraf nyata 0,05. Untuk lebih jelas lihatlah tabel 4 dibawah ini: Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari variabel ekspor, impor, Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Sumber : data olah eviews (2016) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ekspor (X1) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding searah antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika variabel ekspor mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan. Hal ini sejalan dengan (Appleyeard, Field dan Cobb, 2008) yang menyatakan bawah ekspor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, seperti yang telah dijelaskan dalam teori Hecksher-Ohlin (dalam Appleyeard, Field dan Cobb, 2008) bahwa suatu negara akan mengekspor produknya yang produksinya menggunakan faktor produksi yang murah dan berlimpah secara intensif. Kegiatan ini akan menguntungkan bagi negara tersebut, karena akan meningkatkan pendapatan nasional dan mempercepat proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Naiknya ekspor ini memberikan angin segar terhadap ekonomi Indonesia khususnya terhadap penerimaan APBN dan meningkatkan kinerja neraca perdagangan. Ekspor yang surplus ini dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dan mengurangi defisit APBN yang selalu 43 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 membengkak. Akan tetapi sampai saat ini sumbangan ekspor terhadap terhadap APBN belum dapat menutupi defisit negara. Faktor yang paling menghambat didalam pencapaian surplus APBN yaitu masih tingginya pengeluaran pemerintah, dan pemerintah sendiri tidak dapat menentukan skala prioritas terhadap pengeluarannya. menyebabkan berkurangnya jumlah output yang dihasilkan dalam negeri. Penurunan jumlah output yang berupa barang dan jasa inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami penurunan. Sedangkan untuk variabel nilai tukar berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa nilai tukar (X3) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0320 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang searah antara nilai tukar dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika nilai tukar mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan. Selain itu, kegiatan perdagangan internasional sangat ditentukan oleh nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan. Misalnya, nilai tukar naik (depresiasi) harga barang ekspor dari Indonesia relatif akan lebih murah di AS, sehingga ekspor akan cenderung meningkat. Sebaliknya, harga barang-barang dari AS relatif menjadi mahal sehingga impor akan cenderung menurun. Dengan demikian, penurunan nilai kurs mata uang sendiri akan cenderung mempengaruhi kinerja perdagangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sedangkan untuk variabel impor berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa impor (X2) berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0473 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara impor dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika impor mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan. Sedangkan, Impor merupakan pembelian atau pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian dalam negeri (Sukirno, 2006 : 203). Impor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, seperti yang telah dijelaskan dalam teori Hecksher-Ohlin (dalam Appleyeard, Field dan Cobb, 2008) menyatakan bahwa suatu negara akan mengimpor produk/barang yang menggunakan faktor produksi yang tidak atau jarang dimiliki oleh negara tersebut. Kegiatan ini akan menguntungkan bagi negara tersebut dibandingkan melakukan produksi sendiri namun tidak secara efisien. Sebaliknya, impor akan menurunkan permintaan masyarakat di dalam negeri. Permintaan masyarakat yang menurun akan mengurangi tingkat produktivitas dalam negeri dan mengurangi jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Penurunan ini akan Untuk variabel SBI berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa SBI(X4)berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0004 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 . Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding searah antara SBI dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika variabel SBI mengalami kenaikan maka 44 Analisis Faktor-Faktor yang..., Edy Purwoto pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. sistem kurs diganti mengambang terkendali 2004)). dengan (Ritonga, Sedangkan untuk variabel cadangan devisa berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat cadangan devisa (X6) berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0413 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05.Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding searah antara tingkat cadangan devisa dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika variabel tingkat cadangan devisa mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan. Ekspor yang tinggi daripada impor akan meningkat neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan neraca perdagangan ini akan terakumulasi nantinya pada peningkatan posisi cadangan devisa sebab ekspor merupakan pendapatan bagi negara dan impor merupakan pengeluaran bagi suatu negara. Oleh karena itu, peningkatan net ekspor akan meningkatkan pendapatan suatu negara sehingga akan meningkatkan cadangan devisa. Sebaliknya, penurunan net ekspor menandakan ekspor lebih kecil daripada impor sehingga akan berdampak terhadap penurunan neraca perdagangan. Penurunan neraca perdagangan akan membawa efek pada neraca pembayaran sehingga cadangan devisa pun tergerus atau menurun. Untuk variabel tingkat inflasi berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat inflasi (X5) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0365 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05.Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding searah antara tingkat inflasi dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu jika variabel tingkat inflasi mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan. Adanya Kebijakan devaluasi dalam jangka pendek dapat meningkatkan daya saing sehingga merangsang kegiatan ekspor, dengan asumsi negara lain tidak membalas dengan melakukan devaluasi dan eksportir dapat melakukan peningkatan efisiensi produksi untuk pemenuhan permintaan ekspornya. Devaluasi yang pernah dilakukan pemerintah yakni, Pada bulan agustus 1971 tersebut pemerintah melakukan devaluasi mata uang rupiah dari Rp 378/US$1 menjadi Rp 415/US$1 dan sejak tahun tersebut Indonesia menganut rezim devisa bebas, kurs ini dipertahankan hingga bulan November 1978. Sejak 1978 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi posisi kondisi makro ekonomi di Indonesia dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, 45 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 35 - 47 maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0004. 6. Untuk variabel tingkat inflasi berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat inflasi (X5) berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0365. 7. Sedangkan untuk variabel cadangan devisa berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat cadangan devisa (X6) berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0413. 1. Sebagai negara yang menerapkan sistem pasar bebas menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perdagangan internasional, hal ini terbukti pada analisis regresi yang menunjukkan bahwa persentase dari pengaruh variabel ekspor (x1), impor (x2), nilai tukar (x3), tingkat inflasi (x4), SBI (x5), dan cadangan devisa (x6). Sangat besar yaitu sebesar 78,5%, sisanya 21,5 % merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti Ekspor akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa dalam negeri, tingginya permintaan akan barang dan jasa dalam negeri akan mengakibatkan meningkatnya produktivitas dalam negeri, tentunya hal ini akan berakibat pada bertambahnya lapangan pekerjaan yang tersedia. 2. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ekspor (X1) berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0000. 3. Sedangkan untuk variabel impor berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa impor (X2) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0473. 4. Sedangkan untuk variabel nilai tukar berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa nilai tukar (X3) berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai signifikansi sebesar 0.0320. 5. Untuk variabel SBI berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa SBI (X4) Daftar Pustaka Almilia, L. S., & Devi, V. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. In Proceeding Seminar Nasional Manajemen SMART (Vol. 3). Ansori, R. (2011). Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Appleyard, D. R., Field Jr, A. J., Cobb, S. L., & Lima, A. F. (2010). Economia Internacional-6. AMGH Editora. Gang, I. N., & Rivera-Batiz, F. L. (1994). Labor market effects of immigration in the United States and Europe. Journal of population economics, 7(2), 157-175. Kresna Dewata, B., & Yogi Swara, I. W. (2013). Pengaruh Total Ekspor, LIBOR, dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia. E-Jurnal 46 Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 148-164 Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 2(8). Pridayanti, A., &Fitrayati, D. (2012). Pengaruh Ekspor, Impor, Dan Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 20022012. Mankiw, N. G. (2006). The macroeconomist as scientist and engineer. The Journal of Economic Perspectives, 20(4), 29-46. Ritonga, J. T. (2004). Krisis Moneter dan Reformasi Pembangunan Ekonomi Indonesia. Universitas Sumatera Utara (U SU) Press. Medan. Obstfeld, M., Cooper, R. N., & Krugman, P. R. (1985). Floating exchange rates: experience and prospects. Brookings Papers on Economic Activity, 1985(2), 369-464. Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta. Pohan, A. (2008). Kerangka kebijakan moneter & implementasinya di Indonesia. Rajawali Pers. 164