bab ii tinjauan umum penentuan batas daerah

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18
menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah
laut sejauh 12 mil laut (22,224 km) diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan.
Dari isi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tersebut, jelas bahwa penetapan
batas wilayah laut merupakan persoalan yang tidak mudah untuk diselesaikan, hal
ini menyangkut masalah penegasan batas wilayah daerah di laut yang imaginer
(tidak terlihat di lapangan), serta dari aspek teknis dan hukum akan timbul
beberapa persoalan pada daerah Provinsi yang mempunyai letak berdampingan
atau saling berhadapan serta pada daerah yang memiliki wilayah kepulauan.
Setelah berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, maka peta-peta yang
menyajikan batas-batas administratif juga harus meliputi batas-batas di wilayah
laut. Dalam kaitannya dengan penetapan batas wilayah laut provinsi, maka
diperlukan panduan teknis tentang penetapan batas di wilayah laut, yang
dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PerMendagri 1 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah).
Menurut PerMendagri 1 Tahun 2006, batas daerah di darat dibagi menjadi 2 (dua)
macam yaitu:
a. Batas daerah yang ditegaskan dapat dinyatakan dalam bentuk
bangunan fisik buatan manusia seperti pilar, gapura, persil tanah,
jalan dan atau batas alam seperti watershed, sungai.
b. Batas daerah yang tidak dapat ditegaskan dalam suatu bentuk
bangunan fisik seperti melalui danau dan tengah sungai dinyatakan
dengan pilar acuan batas.
6
Dan dalam rangka menetapkan dan menegaskan batas daerah di darat, maka perlu
dilakukan kegiatan penelitian dokumen batas, pelacakan batas, pemasangan pilar
batas, pengukuran dan penentuan posisi pilar batas, dan pembuatan peta batas.
Berbeda dengan batas daerah di darat dimana pemisah antara daerah yang
berbatasan berupa pilar batas di lapangan dan daftar koordinat di peta, batas
daerah di laut adalah pemisah antara daerah yang berbatasan berupa garis khayal
(imajiner) di laut dengan di lampirkan daftar koordinat geografis titik batasnya di
peta.
Sesuai dengan judul tugas akhir ini, penulis hanya akan mengkaji aspek teknis
dalam menentukan batas laut dan luas daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Maka yang dibahas adalah batas laut daerah, dan dari data yang diperoleh penulis,
batas darat antara Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung
dengan Negara Timor Leste sudah tersedia. Batas darat ini diperlukan untuk
mengetahui luas daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan bagaimana menarik
garis median line (perpanjangan dari garis batas di darat) apabila diperlukan.
2.1
Garis Pantai
Garis pantai berdasarkan IHO Hydrographic Dictionary (1970) adalah garis
pertemuan antara pantai (daratan) dan air (lautan). Secara periodik tinggi
permukaan air laut selalu berubah, sehingga terdapat dua variasi yang ekstrim,
yaitu bentuk garis pantai pada saat pasang tinggi dan pada saat surut rendah. Garis
pantai teridentifikasi secara visual di lapangan saat survei dilakukan adalah
perpotongan bidang permukaan air sesaat terhadap topografi pantai.
Garis pantai yang tergambar di atas peta adalah perpotongan antara topografi
pantai dengan kedudukan tertentu tinggi muka laut yang ditetapkan sebagai
bidang referensi vertikal. Penggunaan garis air rata-rata (mean sea level), garis air
tinggi atau garis air rendah sebagai bidang permukaan laut yang dipotongkan
dengan topografi pantai akan sangat bergantung dari aplikasi surveinya, antara
7
lain untuk penetapan batas wilayah, pembuatan peta navigasi, atau peta
perencanaan wilayah.
Dalam tugas akhir ini, garis pantai diperlukan untuk menetapkan batas wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu diperlukan pengertian garis pantai
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Penegasan Batas Daerah, yaitu dijelaskan bahwa garis pantai adalah
garis yang dibentuk oleh perpotongan garis air rendah dengan daratan. Ilustrasi
tentang kedudukan garis pantai dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Garis Air Tinggi Garis Air Rendah Gambar 2.1 Kedudukan Garis Pantai
2.2
Garis Air Rendah
Garis air rendah didefinisikan sebagai perpotongan bidang permukaan air laut
rendah dengan pantai. Namun garis air rendah yang dimaksud masih
menimbulkan keraguan, karena pengertian air rendah bisa banyak mengacu pada
muka air rendah tertentu. Akan tetapi pada tugas akhir ini, karena hasil akhirnya
penulis akan menyajikan Peta Batas Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur skala
1:500.000, maka pengertian garis air rendah, apakah itu mengacu pada muka air
8
rendah tertentu, tidak akan menjadi pengaruh yang berarti, karena masih
memenuhi standar ketelitian dalam pembuatan peta yaitu 0.5 mm (yang
dipengaruhi ketelitian alat gambar, ketelitian SDM, dll).
Dalam konteks penentuan garis air rendah, hal ini mencakup standarisasi dan
spesifikasi teknis untuk survei bathymetri dan pengamatan pasut yang perlu
dilakukan. Dan karena survei bathymetri ini bertujuan untuk menentukan garis
kedalaman (kontur) nol maka surveinya dinamakan survei garis air rendah.
Untuk kepraktisan dan juga untuk meminimalkan biaya pelaksanaan penetapan
dan penegasan batas daerah, maka bagi wilayah laut yang sudah dipetakan dan
sudah mempunyai peta laut (bathymetri), kontur nol yang merupakan bidang
muka surutan peta laut dapat digunakan sebagai garis air rendah untuk penentuan
garis pantai yang nantinya akan digunakan untuk penetapan titik awal dan garis
dasar, serta untuk penetapan dan pengukuran titik-titik batas.
Apabila tidak terdapat peta laut, tetapi terdapat peta rupa bumi (seperti dalam
tugas akhir ini), maka permukaan air laut rata-rata (MSL) diasumsikan sebagai
garis air rendah.
Untuk kasus daerah yang wilayah lautnya belum mempunyai peta bathymetri,
maka perlu dilaksanakan survei bathymetri (survei garis air rendah) dan
pengamatan pasut untuk menentukan garis pantai.
2.3
Titik Acuan dan Titik Awal
2.3.1 Titik Acuan
Dalam PerMendagri 1 Tahun 2006, dijelaskan tentang pengertian titik acuan yaitu
titik yang digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi titik awal. Dan
dalam proses penetapan dan penegasan batas di laut, hanya titik-titik acuan
(reference points) yang direpresentasikan di daerah pantai dengan suatu pilar atau
9
tugu. Sementara titik lainnya yaitu titik awal dan titik batas yang digambarkan
pada peta batas, koordinat titik-titik tersebut dibaca secara kartometrik dan
dicantumkan pada peta batas, dan karena tidak memungkinkan, di lapangan titiktitik ini tidak ditandai dengan pilar atau tugu.
Dalam survei garis air rendah (untuk menentukan kountur kedalaman nol),
diperlukan titik acuan dimana titik acuan berguna untuk menentukan kedalaman
dan posisi, dalam hal ini menentukan garis kedalaman nol. 2.3.2 Titik Awal
Sedangkan titik awal menurut PerMendagri 1 Tahun 2006 adalah titik koordinat
yang terletak pada garis pantai dan ditetapkan sebagai titik untuk menentukan
garis dasar. Atau titik awal dapat juga didefinisikan sebagai titik terluar yang
terletak pada garis dasar dimana batas suatu daerah ditentukan.
Berdasarkan karakteristik lapangan, kemungkinan letak titik awal di Indonesia
adalah:
y
Terletak pada kontur kedalaman nol di tepi pantai landai (garis air rendah
sepanjang pantai), termasuk di batas pinggir instalasi pelabuhan permanen.
Jenis dan bentuk pantai-pantai landai tersebut antara lain pantai pasir,
pantai lumpur, pantai bakau, pantai batu karang landai, pantai batu kersik
atau kerikil landai.
y
Terletak pada bentukan alamiah yang tampak di permukaan laut pada
waktu air surut (low tide elevation/LTE). LTE merupakan istilah resmi
yang digunakan untuk objek umum yang disebut sebagai batu, karang,
gosong-gosong kering, dan atol (pulau karang kecil).
y
Terletak di tepi pantai yang terjal/curam, karena sulitnya diperoleh kontur
kedalaman nol.
Akan tetapi pada praktisnya, penentuan titik awal di atas peta dalam tugas akhir
ini dilakukan berdasarkan lokasi pulau-pulau atau karang-karang terluar suatu
10
daerah pantai ataupun daerah kepulauan, dan juga terkait dengan jenis garis dasar
yang akan digunakan yaitu garis dasar normal dan garis dasar lurus (dimana jarak
antara titik awal tidak boleh melebihi 12 mil laut).
2.4
Penentuan Garis Dasar
Garis dasar adalah garis lengkung atau garis lurus yang dari garis tersebut batasbatas dari zona-zona laut suatu daerah diukur/ditentukan. Dalam tugas akhir ini,
zona laut yang akan ditentukan adalah batas laut daerah provinsi dan laut
territorial apabila provinsi tersebut berbatasan langsung dengan negara lain.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 didefinisikan satu macam garis
dasar yaitu garis dasar normal yang digunakan untuk menetapkan batas laut. Dan
terdapat dua macam garis dasar berdasarkan PerMendagri 1 Tahun 2006 yakni
garis dasar normal dan garis dasar lurus.
2.4.1 Garis Dasar Normal
Garis dasar normal adalah garis antara dua titik awal yang berhimpit dengan garis
air rendah (garis nol) sepanjang tepian daratan dan sekeliling pulau termasuk batas
pinggir instalasi pelabuhan permanen. Secara visual dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Laut
Garis Dasar Normal
Darat
Darat
Garis Pantai
Gambar 2.2 Garis Dasar Normal
11
2.4.2 Garis Dasar Lurus
Garis dasar lurus merupakan garis lurus yang menghubungkan dua titik awal yang
berdekatan pada garis air rendah yang merupakan titik terluar dan berjarak tidak
lebih dari 12 mil. Secara visual dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Garis Dasar Normal
Laut
Garis Dasar Lurus
Titik Awal
Garis Pantai
Darat
Gambar 2.3 Garis Dasar Lurus
Garis dasar lurus digunakan pada saat :
a. Garis pantai daerah tersebut tidak stabil.
b. Untuk daerah yang memiliki daratan terlalu menjorok ke arah dalam
(darat).
c. Jika di hadapan daratan utama terdapat pulau.
2.5
Interpretasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Garis Dasar
Kepulauan
Dalam pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, disebutkan : “Yang
dimaksud dengan ‘cakupan wilayah’ dalam ketentuan ini, khusus untuk daerah
yang berupa kepulauan atau gugusan pulau-pulau dalam penentuan luas wilayah
di dasarkan atas prinsip negara kepulauan yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan
pemerintah”.
Dari
undang-undang
tersebut,
maka
dapat
diinterpretasikan bahwa penggunaan garis dasar kepulauan dapat diterapkan juga
terhadap daerah (provinsi) yang juga merupakan daerah kepulauan. Sehingga juga
12
harus memenuhi aturan-aturan seperti yang dituangkan dalam pasal 47 ayat 1 dan
2 UNCLOS 1982, yaitu bahwa garis dasar kepulauan ditarik dari titik-titik terluar
pulau-pulau atau karang-karang kering terluar dimana perbandingan antara daerah
perairan dan daratan antara 1 : 1 hingga 9 : 1. Dan panjang garis dasar tidak boleh
melebihi 100 mil laut, kecuali sejumlah 3 % dari jumlah keseluruhan garis dasar
dapat mencapai kepanjangan maksimum 125 mil laut.
Garis dasar kepulauan merupakan garis dasar lurus yang ditarik menghubungkan
titik-titik terluar dari pulau-pulau dan karang-karang terluar yang digunakan untuk
menutup seluruh atau sebagian dari daerah kepulauan. Penarikan garis dasar lurus
kepulauan dilakukan dengan memperhatikan tatanan letak kepulauan atau
kelompok pulau-pulau yang letaknya berurutan dan bersambungan secara
beraturan. Oleh karena itu penarikan garis dasar lurus kepulauan tidak dapat
dilakukan menyimpang dari arah konfigurasi umum kepulauan. Secara visual
dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pengertian konfigurasi umum kepulauan
merupakan pengertian yang tujuannya identik dengan pengertian arah umum
pantai dan dimaksudkan untuk mencegah perluasan laut teritorial suatu daerah
dengan cara yang tidak sewajarnya.
Garis Dasar Kepulauan
Perairan
Kepulauan
Laut
Pulau
Garis Dasar Normal
Titik Dasar
Gambar 2.4 Garis Dasar Kepulauan
13
Garis Pantai
2.6
Penentuan Garis Batas Daerah di Laut
Penentuan garis batas daerah ke arah laut lepas dan kepulauan dilakukan dengan
memperhatikan kemungkinan batas-batas wilayah daerah yang memiliki pantai
yang bebas, pantai yang berdampingan, pantai yang berhadapan, batas daerah
terhadap pulaunya diluar garis batas dan batas daerah dengan daerah tetangga.
Dalam penentuan garis batas daerah di laut, kewenangan batas laut provinsi
adalah 12 mil laut.
2.6.1 Pantai yang Menghadap Laut Lepas
Untuk pantai yang menghadap laut lepas, pengukuran batas dilakukan sejauh 12
mil laut untuk batas wilayah laut daerah provinsi dari garis dasar, pengukuran
garis batas dapat dilakukan seperti penjelasan dengan Gambar 2.5 berikut ini:
Keterangan :
TA : Titik Awal
TB : Titik Batas
Gambar 2.5 Pengukuran Batas Pada Pantai yang Menghadap Laut Lepas
Garis yang menunjukkan batas wilayah laut provinsi ditentukan berdasarkan garis
dasar normal dan garis dasar lurus. Pada kondisi yang memungkinkan, garis batas
wilayah ditarik sejajar dengan garis dasar yang diperoleh dengan cara diukur
tegak lurus dari garis dasar sejauh 12 mil laut untuk wilayah laut daerah provinsi.
14
2.6.2 Pantai Daerah yang Saling Berdampingan
Prinsip sama jarak digunakan sebagai batas antara wilayah laut daerah yang
berhadapan atau yang berdampingan. Pengukuran batas dengan menggunakan
prinsip sama jarak ini, untuk daerah yang berdampingan dilakukan dengan
menarik garis batas dari garis batas yang ada di darat. Untuk daerah yang saling
berdampingan, garis batasnya ditarik dari pasangan titik awal yang berada di
masing-masing daerah yang berbatasan. Pengukuran batas bersama daerah yang
berdampingan dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini :
Garis Batas di Darat
Gambar 2.6 Penarikan Garis Tengah Pada Daerah yang Berdampingan
Cara penarikan garis tengah pada gambar di atas adalah sebagai berikut :
1. Sebuah garis tegak lurus terhadap garis pantai ditarik atau
kemiringan garis pantai ditarik berdasarkan titik 1. Garis tersebut
merupakan perpanjangan dari garis batas wilayah provinsi di darat.
2. Titik 2 ditentukan sedemikian rupa dimana jarak titik 2 ke titik 1
(mewakili Daerah A) yaitu garis 1-2 dan titik 2 ke titik awal
terdekat adalah titik c pada Daerah B.
3. Titik 3 berada pada garis dimana titik-titik sepanjang garis tersebut
mempunyai jarak yang sama terhadap titik c dan 1. Titik 3 yang
merupakan titik tengah berikutnya ditentukan sedemikian rupa,
15
dimana jarak titik 3 ke titik 1, titik 3 ke titik c, dan titik 3 ke titik a
adalah sama.
4. Selanjutnya diperoleh titik 4 dan titik 5 dengan cara yang sama,
sehingga garis-garis yang dihasilkan yaitu garis-garis 1, 2-3, 3-4, 45 akan membentuk garis tengah.
2.6.3 Pantai Daerah yang Saling Berhadapan
Prinsip sama jarak juga digunakan untuk menetapkan batas terhadap daerah yang
saling berhadapan, terutama apabila dua buah provinsi yang berhadapan
mempunyai jarak kurang dari 24 mil laut, karena dapat menimbulkan masalah
untuk menetapkan batas wilayah secara normal yaitu sejauh 12 mil laut.
Penetapan batas dengan menggunakan prinsip sama jarak tersebut akan
menghasilkan garis tengah yang merupakan suatu garis yang sama jaraknya dari
titik-titik terluar pantai atau pada garis dasar masing-masing provinsi. Pengukuran
batas bersama daerah yang saling berhadapan dapat dilihat pada Gambar 2.7 di
bawah ini :
Gambar 2.7 Penarikan Garis Tengah Pada Daerah yang Berhadapan [Pedoman
Penetapan Batas Daerah]
16
Cara penarikan garis tengah pada gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. Terlebih dulu tetapkan titik-titik awal kendali pada masing-masing
provinsi yaitu titik A1, A2, dan A3 pada Provinsi A, dan titik B1, B2, B3,
dan B4 pada Provinsi B.
2. Penentuan titik awal berupa titik perpotongan garis-garis batas laut kedua
provinsi (TM1), kemudian tarik garis tengah yang membagi sama panjang
garis A1-B1.
3. Ukur jarak A1-B2 dan B1-A2, pilih jarak yang terpendek dari keduanya,
dalam Gambar 2.7 jarak yang terpendek adalah B1-A2. Kemudian tarik
garis tengah yang membagi sama panjang jarak B1-A2.
4. Perpanjangan garis tengah yang memotong A1-B1 dengan B1-A2 adalah
titik TM2. Garis median line ditarik dari TM1-TM2.
5. Dari garis B1-A2 kemudian dilakukan hal yang sama terhadap garis B1A3 dan A2-B2 seperti pada langkah 3. Sehingga didapatkan TM3.
6. Ulangi langkah-langkah di atas hingga titik-titik awal kendali selesai
ditarik garis median linenya. Sehingga didapatkan garis median line TM1TM2-TM3-TM4-TM5-TM6.
Penggambaran garis tengah menggunakan prinsip equidistance artinya titik-titik
tengah mempunyai jarak yang sama terhadap titik-titik kendali terdekat pada
kedua daerah. Titik kendali adalah titik yang mempengaruhi secara signifikan
bentuk garis tengah. Salah satu cara untuk mengidentifikasi titik awal mana yang
dapat dipilih menjadi titik kendali adalah dengan metode titik salient. Titik salient
adalah titik-titik terluar dari bagian garis dasar yang menjorok ke laut.
2.6.4 Batas Daerah Terhadap Pulaunya yang Berjarak Lebih dari 12 Mil
Laut
Untuk mengukur batas laut pulau kecil yang berjarak lebih dari 12 mil laut untuk
yang berada dalam suatu provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil
laut untuk laut provinsi. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2.8 berikut ini :
17
Gambar 2.8 Penarikan Batas Daerah Terhadap Pulau-Pulau yang Jaraknya
Lebih dari 12 Mil Laut
2.6.5 Batas Daerah Terhadap Pulaunya yang Berjarak Kurang dari 12 Mil
Laut
Untuk mengukur batas laut pulau-pulau kecil yang jarak antar pulau kurang dari
12 mil laut yang berada dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar
dengan jarak 12 mil laut untuk provinsi. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar
2.9 berikut ini :
Gambar 2.9 Penarikan Batas Daerah Terhadap Pulau-Pulau yang Jaraknya
Kurang dari 12 mil laut
18
2.6.6 Batas Daerah dengan Negara Tetangga
Penetapan batas daerah dengan negara tetangga (laut territorial) dilakukan dengan
perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh negara daerah tersebut dengan negara
tetangga. Batas daerah tersebut tidak melampaui wilayah kedaulatan negara yang
berdampingan maupun yang berhadapan dengan negara tetangga. Penetapan batas
daerah laut dengan negara tetangga mengacu pada UNCLOS 1982.
Pada tanggal 31 Desember 1985 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.
17 Tahun 1985 tentang Pengesahan atas UNCLOS untuk meratifikasi Konvensi
PBB tentang Hukum Laut pada tahun 1982. Menurut UNCLOS, Indonesia berhak
untuk menetapkan batas-batas terluar dari berbagai zona maritim dengan batasbatas laut teritorial sebagai bagian dari wilayah negara sejauh 12 mil laut dari
garis dasar.
2.7
Peta Batas Daerah
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, daerah akan membutuhkan suatu peta yang
memuat batas-batas wilayahnya. Dalam peta tersebut terdapat data-data dan
informasi tentang wilayah bersangkutan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk
perencanaan dan pembangunan wilayah sesuai dengan penataan ruang wilayahnya
sebagai pedoman dalam pemanfaatan sumber daya alamnya secara optimal.
Berbeda dengan batas daerah di darat dimana pemisah antara daerah yang
berbatasan berupa pilar batas di lapangan dan daftar koordinat di peta, batas
daerah di laut adalah pemisah antara daerah yang berbatasan berupa garis khayal
(imajiner) di laut dengan dilampirkan daftar koordinat geografis titik batas
luarnya di peta. Daftar koordinat geografis titik batas ini adalah daftar posisi titik
batas yang ditulis dalam derajat lintang dan derajat bujur. Sebagai produk akhir
tugas akhir ini adalah Peta Batas Daerah.
19
Untuk mendapatkan Peta Batas Daerah, maka peta dasar yang seharusnya
digunakan adalah Peta Laut dan Peta LLN (Lingkungan Laut Nasional) untuk
batas Provinsi [Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah].
Apabila tidak tersedia, dapat menggunakan peta lain dengan skala terbesar yang
tersedia. Peta dasar yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah Peta Rupa Bumi
digital dengan skala 1 : 25.000 dengan visualisasinya menggunakan data SRTM
resolusi 90 m dan data ETOPO 2’.
Dalam PP Republik Indonesia No. 78 Tahun 2007 tentang tingkat ketelitian peta
untuk penataan ruang wilayah disebutkan bahwa peta wilayah daerah provinsi
sebagaimana dimaksud berpedoman pada tingkat ketelitian minimal berskala
1:250.000 sampai 1:500.000, dengan unsur-unsur meliputi garis pantai, batas
administrasi berupa batas negara, provinsi, batas kabupaten, batas kota dan unsurunsur lainnya (Pasal 9).
Spesifikasi peta batas wilayah laut daerah yang digunakan yaitu sebagai berikut :
•
Skala peta batas daerah di laut secara umum, adalah : 1 : 500.000 untuk
Provinsi.
•
Ukuran peta sesuai standar peta (A0) dan pada setiap lembar peta memuat
seluruh daerah yang bersangkutan serta koridor perbatasan dengan daerahdaerah tetangganya, di samping daftar koordinat geografis dari titik-titik
batas.
•
Sistem koordinat geografis dan datum geodetiknya adalah WGS 1984.
•
Dalam penyajian informasi peta, selain data dan informasi dasar batas
daerah, pada peta batas daerah kartometrik di laut juga dilampirkan daftar
koordinat titik batas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.
20
Tabel 2.1. Spesifikasi Pembuatan Peta Batas Daerah
No.
2.8
Jenis
1.
Skala Peta
2.
3.
Datum Geodetik
Sistem Koordinat
4.
Ukuran dan Format Peta
Persyaratan
1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
Untuk batas daerah Provinsi
WGS’84
Geografi (Lintang, Bujur)
Ukuran peta ditentukan dengan ukuran
standar peta (Ao)
Dilampirkan daftar koordinat titik batas
Perhitungan Luas Daerah dengan Metode Numeris
Setelah koordinat titik-titik batas didapatkan, maka hal yang harus dilakukan
selanjutnya yaitu melakukan perhitungan numeris untuk mendapatkan luas daerah
provinsi. Persamaan dan ilustrasi dalam menetapkan batas daerah dapat dilihat
pada Gambar 2.10 di bawah ini :
D(Xd,Y d)
C(Xc, Yc)
Arah
Perhitungan
A(Xa, Ya)
B(Xb, Yb)
Gambar 2.10 Gambar Contoh Area untuk Perhitungan Luas dengan Metode
Numeris
Dengan persamaannya sebagai berikut :
2 Luas = [(Xa.Yb)+(Xb.Yc)+(Xc.Yd)+(Xd.Ya)][(Ya.Xb)+(Yb.Xc)+(Yc.Xd)+(Yd.Xa)]
21
Contoh di atas hanya sebanyak 4 titik saja, sehingga apabila titik yang digunakan
ternyata banyak maka untuk perhitungannya menggunakan persamaan yang sama
seperti yang ada di atas, hanya saja harus memperhatikan arah perhitungan
koordinatnya. Semakin banyak titik koordinat batasnya maka semakin teliti
perhitungan luas daerahnya.
22
Download