II. TELAAH PUSTAKA Polen berada dalam kepala sari (antera) tepatnya dalam kantung yang disebut ruang serbuk sari (theca). Setiap antera rata-rata memiliki dua ruang polen yang berukuran relatif besar. Polen mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu intin lapisan yang di dalam dan eksin yang di bagian luar (Septina, 2004). Intin adalah dinding sel yang terdapat pada bagian dalam dan mengelilingi protoplasma, dengan zat penyusun sebagian besar adalah selulosa. Lapisan intin bersifat seperti selaput, tipis dan lunak. Pada bagian luar terdapat lapisan dinding yang disebut eksin, memiliki sifat keras dan tebal, serta daya tahan yang luar biasa terhadap suhu yang tinggi dan pemberian asam dan basa. Pada permukaan eksin terdapat lubang-lubang kecil (pori) yang digunakan untuk berkecambah (Kapp, 1969). Menurut Septina (2004), menyatakan bahwa studi tentang polen merupakan objek yang penting karena umumnya polen resisten terhadap bahan organik, sifat resisten polen karena adanya sporopolenin pada lapisan eksin. Sebagian besar tanaman memiliki bentuk unit polen monad. Pada beberapa genus ada yang tetrad, diad, dan poliad. Eksin pada beberapa spesies memiliki duri-duri, guratan-guratan, cekungan dan tipe ornamentasi yang lainnya. Bentuk polen berdasarkan perbandingan panjang aksis polar dengan diameter equator (indeks P/E) menurut Kremp (1965) yaitu perprolate (>2,00), prolate (1,33-2,00), subprolate (1,14-1,33), prolate spheroidal (1,00-1,14), oblate spheroidal (0,88-1,00), suboblate (0,75-0,88), oblate (0,50-0,75) dan peroblate (< 0,50). Beberapa tipe ornamentasi eksin antara lain: rugulate, striate, reticulate, foveolate, verrucate, pilate, capillate, baculate, dan echinate. Pada polen terdapat suatu area tipis yang disebut apertur pada eksin yang berhubungan dengan perkecambahan polen. Apertur merupakan salah satu karakter polen yang sangat penting, yaitu evolusi apertur sangat berguna dalam menentukan bio.unsoed.ac.id perjalanan evolusi tumbuhan berbiji (Aprianty & Kriswiyanti, 2008). Apertura dapat berupa alur (kolpi) dan pori, dimana susunan dan jumlah pori dan alur merupakan kriteria penting dalam klasifikasi polen (Davis, 1999). Berdasarkan tipe aperturnya ada dua macam, yaitu pori (lubang) dan kolpi (celah). Butiran dengan pori disebut porat sedangkan kolpi disebut kolpat dan bila kedua kolpi dan pori bergabung pada apertura yang sama disebut kolporat. Jumlah apertur, yaitu di, tri, tetra, penta, hexa dan poly (Moore & Webb, 1978). Ukuran 4 polen bervariasi antara 5 μ sampai lebih dari 200 μ. Sebagian besar polen berukuran antara 20-50 μ (Kapp, 1969). Ukuran polen berbagai jenis tanaman sangat bervariasi, sehingga serbuk sari tanaman dari suku, marga, atau jenis yang berbeda bisa memiliki tipe atau kelas bentuk yang sama namun memiliki variasi ukuran yang berbeda (Nirmala et al., 2013). Solanaceae adalah salah satu familia tumbuhan berbunga, herba atau perdu dan kadang-kadang pohon. Variasi sifat dan ciri morfologi bunga dan buah dari familia Solanaceae memiliki persamaan dan perbedaan. Semua anggota familia Solanaceae mempunyai trikoma pada daun kelopaknya dan variasi bentuk trikomanya yaitu bentuk gelembung, sabit, bintang dan berjumbai (Ngasinah, 2008). Solanaceae mempunyai daun tunggal sampai majemuk, berlekuk, duduk daunnya tersebar tanpa daun penumpu. Bunga banci (berkelamin dua), kebanyakan berbilangan lima. Kelopak berlekatan begitu juga dengan mahkota. Mahkotanya berbentuk bintang, terompet atau corong. Benang sari umumnya lima dan semuanya tertanam pada mahkota. Bakal buah menumpang dengan tipe buah buni (Tjitrosoepomo, 2000). Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman perdu dari familia terong-terongan. Cabai digolongkan menjadi cabai besar (C. annuum L.) dan cabai kecil (C. frutescens L.) yang lebih dikenal dengan cabai rawit (Setiawan, 1995). Morfologi bunga cabai, bunga pertama muncul dari puncak sumbu utama dan untuk selanjutnya akan muncul di ketiak daun. Warna mahkota bunga putih hingga ungu (Sumarsono et al., 2012). Cabai rawit mengandung zat oleoresin dan zat aktif capsaicin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit rematik, obat batuk, sakit gigi, masuk angin, dan asma (Wijayakusuma et al, 1992). Terong (Solanum melongena L.) mempunyai bentuk buah beragam yaitu silindris, lonjong, oval atau bulat. Warna kulit ungu dan hijau. Buah tergantung pada tangkai buah. Biji terdapat dalam jumlah banyak dan tersebar didalam daging buah. bio.unsoed.ac.id Bunga terong merupakan bunga banci (berkelamin dua), dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga terong bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau lembayung, cerah sampai gelap (Astawan, 2009). Terong mengandung vitamin dan mineral, serta fitonutrien yang penting sebagai antioksidan (Hanhineva et al., 2010). Selain itu, memiliki kandungan 5 solasodin yang tinggi, 2 hingga 3,5% efektif sebagai kontrasepsi serta dapat meningkatkan libido (Matsubara et al., 1999). Ciplukan (Physalis minima L.) merupakan herba yang memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Bunga berbentuk tunggal muncul dari ketiak daun yang terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga menyerupai terompet, mahkota bunga berwarna kuning berbentuk lonceng. Buah berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, memiliki kelopak buah, kulit buah semula berwarna hijau keputihan akan berubah menjadi hijau tua. Biji ciplukan berstruktur keras dengan panjang kurang dari 1 mm, berwarna cokelat muda (Pitojo, 2003). Ciplukan mengandung saponin, flavonid, polyphenol dan physalin yang berperan dalam penghambatan sel kanker. Selain itu, tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat kencing manis, sakit paru-paru, ayan, borok (Fitria et al., 2011). Leunca (Solanum nigrum L.) termasuk golongan semak, dengan tinggi lebih kurang 1,5 m. Bunga berupa bunga majemuk dengan mahkota kecil,bangun bintang, berwarna putih,benang sari berwarna kehijauan dengan jumlah 5 buah. Tangkai bunga berwarna hijau pucat dan berbulu. Buah berbentuk bulat, jika masih muda berwarna hijau, dan berwarna hitam mengkilat jika sudah tua. Biji berbentuk bulat pipih, kecil-kecil, dan berwarna putih (Lestario et al, 2005). Leunca mengandung solanine, solasonine, solamargine dan chaconine. Daun dari tumbuhan ini bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri dan peradangan (Edmonds & Chweya, 1997). Tekokak (Solanum torvum Sw.) termasuk famili Solanaceae dan genus Solanum. Beberapa wilayah Indonesia memiliki nama lain dari tanaman tekokak, seperti terong pipit (Sumatera), terong rimbang (Melayu), tekokak (Jawa Barat) dan terong cepoka, atau poka, cong belut atau cokowana (Jawa Tengah). Tekokak merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak. Daun tekokak tunggal, berwarna hijau, tersebar. Ciri-ciri bunga tekokak, antara lain majemuk, bentuk bintang, kelopak berbulu, bertajuk lima, runcing, panjang bunga kira-kira 5 mm, benang sari bio.unsoed.ac.id lima, kepala sari berbentuk jarum, berwarna kuning. Buah tekokak berbentuk buni, bulat, licin. Buah tekokak sebagai salah satu jenis sayuran Indonesia memiliki banyak potensi sebagai bahan pangan karena salah satu fungsinya sebagai antioksidan (Kusuma, 2012). Butir polen yang lonjong lebih umum dijumpai pada monokotil dibandingkan dikotil, tetapi hal ini bukanlah suatu ciri pembeda di antara kedua kelompok ini. Pada 6 monokotil butir polen pada tetrad tunggal biasanya tersusun dalam satu bidang, sedangkan dalam dikotil susunannya biasanya tetrahedral. Butir polen tumbuhan monokotil biasanya mempunyai satu apertur, sedangkan pada dikotil biasanya ada tiga. Pada banyak tipe polen, pola dari pori serta kerutan – kerutan mendukung adanya hubungan yang erat terhadap geometri kontak dari mikrospora selama asosiasinya dalam tetrad (Fahn, 1991). Menurut Warid & Palupi (2009), dalam penelitiannya diketahui bahwa C. annuum memiliki bentuk polen yang lonjong dengan panjang 46,9 ± 2,89 μm dan lebar 21,8 ± 2,20 μm. Porinya berbentuk kolpata berjumlah 3 buah (trikolpata). Ketiga spesies dari famili Solanaceae yaitu C. annuum, Nicotiana tabacum dan Solanum torvum menunjukkan morfologi yang serupa. Meskipun demikian dalam satu famili belum tentu memiliki bentuk yang sama karena morfologi polen dalam Solanaceae tidak selalu berpori, tetapi ada beberapa spesies yang tidak memiliki pori. bio.unsoed.ac.id 7