BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Menurut Andreas Lako (2011) CSR merupakan kewajiban asasi perusahaan
yang tidak boleh dihindari. Hal ini berdasar pada teori akuntabilitas korporasi
(corporate accountability theory). Menurut teori ini, perusahaan harus bertanggung
jawab atas semua konsekuensi yang ditimbulkannya baik sengaja maupun tidak
sengaja kepada para stakeholder.
Secara khusus, teori tersebut menyatakan CSR tidak hanya sekedar aktivitas
kedermawan (charity) yang bersifat sukarela kepada sesama seperti yang dipahami
para pebisnis selama ini, tetapi juga harus dipahami sebagai suatu kewajiban asasi
yang melekat dalam sistem serta praktik bisnis. Alasannya karena CSR merupakan
konsekuensi logis dari adanya hak asasi yang diberikan negara kepada perusahaan
untuk hidup dan berkembang dalam suatu area lingkungan.
Teori-teori lainnya juga menekankan akan pentingnya perusahaan peduli dan
melaksanakan CSR secara tepat, sungguh-sungguh, dan konsisten. Setidaknya ada
lima dasar teoritis yang memiliki perspektif yang sama dengan teori akuntabilitas
korporasi. Teori-teori tersebut adalah :
a. Teori Stakeholder. Teori ini menyetakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya
suatu perusahaan sangan tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan beragam
9
kepentingan dari para stakeholder. Jika mampu, maka perusakaan akan meraih
dukungan yang berkelanjutan dan menikmati pertumbuhan pangsa pasar, penjualan
serta laba. Dalam perspektif teori stakeholder, masyarakat dan lingkungan merupakan
stakeholder inti yang harus diperhatikan.
b. Teori legitimasi ( legitimacy theory). Dalam perspektif teori legitimasi, perusahaan
dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat
dalam suatu “social contract”. Teori Kontrak Sosial (social contract) menyatakan
bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan
dijamin oleh regulasi pemerintah serta parlemen yang juga merupakan representasi
dari masyarakat. Dengan demikian ada kontrak sosial secara tidak langsung antara
perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi costs dan benefits untuk
keberlanjutan suatu perusahaan. Karena itu CSR merupakan suatu kewajiban asasi
perusahaan yang tidak bersifat sukarela.
c. Teori sustainabilitas korporasi ( corporate sustainability theory). Menurut teori ini,
agar bisa hidup dan tumbuh secara berkelanjutan perusahaan harus mengintegrasikan
tujuan bisnis dengan tujuan sosial dan ekologi secara utuh. Pembangunan bisnis harus
berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan secara
terpadu, serta tidak mengorbankan kepentingan generasi-generasi berikutnya untuk
hidup dan memenuhi kebutuhannya. Dalam perspektif teori corporate sustainability,
masyarakat dan lingkungan adalah pilar dasar dan utama yang menentukan
10
keberhasilan bisnis suatu perusahaan sehingga harus selalu diproteksi dan
diberdayakan.
d. Teori political economy. Menurut teori ini domain ekonomi tidak dapat
diisolasikan dari lingkungan dimana transaksi-transaksi ekonomi dilakukan. Laporan
keuangan (ekonomi) perusahaan merupakan dokumen sosial dan politik serta juga
dokumen ekonomi. Karena tidak dapat diisolasikan dari masyarakat dan lingkungan,
perusahaan wajib memperhatikan dan melaksanakan CSR.
e. Teori keadilan (justice theory). Menurut teori ini dalam sistem kapitalis pasar
bebas laba/rugi sangat bergantung pada the equal rewards and previleges yang
terdapat dalam laba dan kompensasi. Laba/rugi mencerminkan ketidak adilan antar
pihak yang dinikmati atau diderita suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
harus adil kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang sudah turut
menanggung dampak eksternalitas perusahaan melalui program-program CSR.
1. Definisi CSR
Yusuf Wibisono (2007) mengemukakan beberapa definisi pengertian CSR
dari sejumlah lembaga internasional diantaranya World Business Council for
Sustainable Development dalam publikasinya Making Good Business Sense
mendefinisikan CSR sebagai “Continuing commitment by business to behave
ethically and contribute to economic development while improving the quality of life
11
of the workforce and their families as well as of the local community and society at
large.”
Versi lain mengenai definisi CSR dikemukakan oleh World Bank. Lembaga
keuangan global ini mendefinisikan CSR sebagai berikut :
The commitment of business to contribute to sustainable economic
development working with employees ang their representatives the local
community and society at large to improve quality of life, in ways that are
both good for business and good for development.
Sementara itu sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri mengenai
CSR. Uni Eropa ( EU Green Paper on CSR ) mengemukakan bahwa “ CSR is concept
whereby companies integrate social and environmental concern in their business
operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basic.”
Dalam ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility (2010)
menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas
dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan,
melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari para
stakeholder, sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma
internasional dan
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini
meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan
12
perusahaan atas dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasionalnya
yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup karyawan, lingkungan dan masyarakat
luas. Disamping aktivitas perusahaan untuk mengasilkan profit yang tinggi,
seharusnya perusahaan juga memiliki komitmen untuk memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya antara lain dengan menyediakan
produk yang aman dikonsumsi, menjamin bahwa aktivitas produksi perusahaan tidak
mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar, menyediakan lapangan
kerja bagi masyarakat sekitar, menyediakan lingkungan kerja yang aman atau
membatu penyediaan modal bagi usaha kecil di lingkungan perusahaan.
2. Ruang Lingkup CSR
Di dalam ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility (2010)
dijelaskan tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan
yaitu :
a.
Tata kelola perusahaan
Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak sebagai elemen dasar
dari tanggungjawab sosial dan sebagai saran untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menerapkan perilaku yang bertanggungjawab sosial (socially
responsible behavior) yang berkaitan dengan elemen dasar lainnya.
13
b.
Hak Asasi Manusia
Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak asasi manusia
terbagi menjadi dua kategori utama, kategori pertama mangnai hak-hak sipil dan
politik (civil and polotical rights) yang mencakup hak untuk hidup dan kebebasan
(right to life and liberty), kesetaraan dimata hukum (equity before the law) dan hak
untuk berpendapat (freedom of expression). Kategori kedua mengenai hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya (economic, social and cultural rights) yang mencakup
hak untuk bekerja (right to work), hak atas pangan (right to food), hak atas kesehatan
(right to health), hak atas pendidikan (right to education) dan hak atas jaminan sosial
( right to social security).
c.
Ketenagakerjaan (labour practices)
Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat di dalam prinsip dasar deklarasi ILO
1944 dan hak-hak tenaga kerjan dalam deklarasi hak asasi manusia.
d.
Lingkungan
Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak aktivitas perusahaan,
pencegahan global warming, pendayagunaan sumber alam secara efektif dan efisien,
dan pengunaan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan berkelanjutan.
14
e.
Praktik operasional yang adil (fair operational practices)
Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas sarana etik dan pengungkapan aktivitas
perusahaan yang transparan, pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan
sehat, penghormatan terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan stakeholder, serta
perlawanan terhadap korupsi.
f.
Konsumen (consumer issues)
Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan relevan tentang produk
perusahaan kepada pelanggan, penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi
pelanggan.
g.
Keterlibatan dan pengembangan masyarakat (community envolvement and
development)
Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, aktivitas sosial kemasyarakatan (philantrophy), dan melibatkan
masyarakat di dalam aktivitas operasional perusahaan.
3. Prinsip-Prinsip CSR
Ranah CSR mengandung dimensi yang sangat luas dan kompleks. Di samping
itu, tanggung jawab sosial (social responsibility) juga mengandung interpretasi yang
sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan
(stakeholder).
Untuk
itu
dalam
rangka
15
memudahkan
pemahaman
dan
penyederhanaan, banyak ahli menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam
CSR.
Crowther David (2008) mengurai prinsip-prinsip CSR menjadi tiga, yaitu ;
1.
Sustainability
Berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas tetap
memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga
memberikan
arahan
bagaimana
penggunaan
sumberdaya
sekarang
tetap
memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan
demikian sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society
memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa depan.
2.
Accountability
Merupakan upaya perusahaan untuk terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas
yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan
mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan
pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal
(Crowther David, 2008).
Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan
network terhadap para stakeholder. Nor Hadi (2009) menunjukkan bahwa tingkat
keluasan dan keinformasian laporan perusahaan memiliki konsekuensi sosial maupun
ekonomi. Tingkat akuntabilitas dan tanggungjawab perusahaan menentukan
legitimasi stakeholder eksternal, serta meningkatkan transaksi saham perusahaan.
16
Crowther David (2008) menyatakan akuntabilitas dan keterbukaan (disclosure)
memiliki manfaat secara sosial dan ekonomi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
informasi yang disampaikan perusahaan bermanfaat bagi para stakeholder dalam
mendukung pengambilan keputusan. Agar informasi dalam laporan perusahaan
sebagai wujud akuntabilitas memenuhi kualifikasi, maka akuntabilitas seharusnya
mencerminkan karakteristik antara lain : (1) understand ability to all paries
concerned; (2) relevance to the users of the information provided; (3) reliability and
terms of accuracy of measurement, representation of impact and freedom of bias; and
(4) comparability, which implies consistency, both over time and between different
organizations.
3.
Transparency
Transparansi merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi
bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan termasuk dampak terhadap
pihak eksternal. Crowther David (2008) menyatakan :
Transparency, as a principle, means that the external impact of the actions of the
organisasion can be ascertained from that organisasion’s reporting and pertinent facts
are not disguised within that reporting. ....... the effect of the action of the of the
organisation, including external impacts, should be apparent to all from using the
information provided by organisation’s reporting mechanism.
Transparansi merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan
untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dalam lingkungan.
17
4. Undang – Undang Mengenai CSR
Dalam Buletin Akuntansi Staf Bapepam dan LK No. 8 dinyatakan bahwa
tidak adaketentuan spesifik yang mengatur perlakuan akuntansi atas pengeluaran dana
dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi alokasi
dana tersebut dapat dianalogikan dengan pemberian sumbangan. Perlakuan akuntansi
atas pengeluaran dana dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan
yang diperlakukan sebagaimana sumbangan perlu mempertimbangkan beberapa hal.
Hal yang perlu dipertimbangkan seperti dalam penjelasan :
1. ISAK No. 3 : Interprestasi Tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian
Sumbangan atau Bantuan (Buletin Akuntansi Staf Bapepam dan LK No. 8)
“ Sumbangan atau bantuan diakui sebagai beban dalam penetapan laba-rugi
bersih periode berjalan, kecuali apabila pemberian sumbangan atau bantuan tersebut
berkaitan dengan perolehan suatu aktiva.”
Pada paragraph 3 dinyatakan juga bahwa
“ Sumbangan atau bantuan diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar
akrual. Saat terjadinya pemberian suatu sumbangan atau bantuan adalah pada saat
kondisi tertentu yang disyaratkan untuk pemberian sumbangan atau bantuan telah
terpenuhi, atau bila kegiatan atau transaksi tertentu yang mendasarinya telah
dilakukan atau pada saat dijanjikan atau dibayar.”
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
18
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang melaksanakannya dilakukan memperhatikan kepatuhan
dan kewajaran.
3) Persero yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Yusuf Wibisono (2007) menyatakan bahwa UU No. 40 pasal 27 kurang
memberikan penjelasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang tertuang dalam
pasal 34 menjelaskan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut :
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban :
a). Menerapkan prinsip Corporate Governance yang baik.
b). Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
c). Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
d). Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal.
19
e). Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.
Pasal 17
Penanam Modal yang mengusahakan Sumber Daya Alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasi secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 34
Badan usaha / usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat
dikenai sanksi administratif berupa :
a) Peringatan tertulis
b) Pembatalan kegiatan usaha
c) Pembekuan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal
d) Pencabutan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal
5. Manfaat CSR
Andreas Lako (2011) mengungkapkan bahwa dari perspektif keuangan, ada
lima hipotesis berkenaan dengan peran strategis dan manfaat ekonomik CSR bagi
perusahaan, yaitu :
20
Pertama, CSR berpengaruh positif meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.
Hipotesis itu didasarkan pada premis bahwa perusahaan yang berinvestasi pada CSR
akan mendapatkan citra positif, reputasi bagus dan goodwill sehingga akan
mendapatkan banyak kemudahan dari para stakeholder dalam akses ekonomi, pasar
dan bisnis dalam jangka panjang.
Kedua, CSR meningkatkan nilai pasar perusahaan. Nilai pasar yang dimaksud
adalah nilai pasar saham bagi perusahaan go public. Hipotesis itu didasarkan pada
prediksi teori sinyal (signaling theory) dan teori pasar efisien (efficient market
hypothesis/EMH). Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang peduli dan
mengungkapkan informasi CSR memberi sinyal positif ke pasar bahwa perusahaan
itu memiliki risiko yang rendah, punya prospek yang bagus dan memiliki business life
cycle yang pasti dan berkelanjutan. Sehingga pelaku pasar akan mengapresiasi harga
saham dari perusahaan yang peduli CSR.
Ketiga, CSR meningkatkan efisiensi, produktifitas dan efektivitas kinerja
operasional bisnis. Hipotesis itu didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan yang
peduli pada CSR internal akan meningkatkan rasa nyaman, rasa memiliki, kepuasan
dan etos kerja bagi karyawan dan pihak-pihak yang bekerja dalam jaringan bisnis
perusahaan. Peningkatan itu berdampak positif pada efisiensi biaya dan produktifitas
output, kualitas produk/jasa dan efektivitas pencapaian tujuan bisnis. Pada akhirnya
pencapaian itu akan menaikkan laba dan nilai ekuitas perusahaan.
21
Keempat,
CSR
menurunkan
resiko
dan
memudahkan
perusahaan
mendapatkan akses pendanaan dari para kreditor dan investor. Hipotesis ini
didasarkan pada premis bahwa perusahaan yang peduli CSR akan dinilai memiliki
risiko finansial dan risiko bisnis yang rendah serta memiliki prospek bisnis yang
bagus oleh para kreditor dan investor. Karena itu perusahaan pantas diberi pendanaan
dengan tingkat suku bunga yang rendah. Para investor juga memiliki persepsi yang
sama.
Kelima, CSR dan pengungkapan informasinya dalam pelaporan perusahaan
bisa mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan para stakeholder.
Implikasinya, resistensi para stakeholder akan rendah dan risiko-risiko perusahaan
bisa diminimalisir. Political costs juga dapat diminimalisir karena perusahaan
diapresiasi sebagai the good corporate citizen yang patut dilindungi.
6. Pengungkapan CSR
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No.
KEP-134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten
atau Perusahaan Publik mengatur bahwa :
-
Laporan Tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata kelola
perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode
laporan keuangan tahunan terakhir
22
-
Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang
disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting
dalam Rika Nurlela &
Islahuddin (2008) adalah Pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan
sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability report harus
menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu-isu, tantangan
dan peluang.
Dalam bukunya, Ismail Solihin (2009) menyatakan bahwa Sustainable
Reports adalah laporan yang bersifat non finansial yang dapat dipakai sebagai acuan
oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi dan
lingkungan. Akan tetapi tidak semua perusahaan di Indonesia membuat sustainability
reports dan banyak mengungkapkan kegiatan CSR dalam annual report.
Dengan adanya ketentuan dari pemerintah bahwa perusahaan publik wajib
untuk mengungkapkan kegiatan CSR maka perusahaan memasukkan item-item CSR
baik bidang sosial, tenaga kerja, dan lingkungan dalam laporan tahunannya. Laporan
Tahunan perusahaan (Annual Report)adalah laporan keuangan yang dibuat setiap
tahun yang berisi kinerja perusahaan dilihat melalui ikhtisar keuangan dan kinerja
perusahaan non financial seperti kegiatan CSR atau SDM perusahaan bahkan laporan
dewan komisaris atau jajaran direksi. Laporan keuangan tahunan perusahaan
23
merupakan laporan yang dipublikasikan kepada publik yang mengangkat topik
seputar kegiatan operasional perusahaan selama satu tahun.
B. Kinerja Keuangan yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR
Belum adanya standar baku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas sosial
perusahaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk pengungkapan sosial
perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam
pengungkapan CSR sesuai dengan karakteristik perusahaan. Banyak faktor yang
mempengaruhi CSR antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, ukuran
dewan komisaris, maupun profile yang dianggap sebagai variabel dalam
pengungkapan
CSR.
Mengingat
banyaknya
faktor
yang
mempengaruhi
pengungkapan CSR perusahaan, maka penelitian ini akan berfokus pada tiga variabel
apakah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage perusahaan akan berpengaruh
terhadap CSR perusahaan.
1.
Ukuran Perusahaan
Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak
dari perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang
lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teori perusahaan besar tidak akan lepas
dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan CSR. Pengungkapan sosial yang
lebih besar akan mengurangi biaya politis bagi perusahaan. Dengan mengungkapkan
kepedulian sosial melalui laporan keuangan, maka dalam jangka panjang perusahaan
24
akan terhindar dari biaya besar sebagai akibat dari tuntutan masyarakat. Di samping
itu perusahaan besar cenderung memiliki publik demand yang tinggi akan informasi
dibanding dengan perusahaan kecil.
Faktor lain adalah perusahaan besar memiliki sumber daya besar, sehingga
perusahaan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk kepentingan
internal maupun eksternal. Dengan demikian perusahaan tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan CSR dengan lebih
lengkap. Sebaliknya perusahaan kecil dengan sumber dayanya yang relatif kecil
mungkin tidak memiliki infomasi siap saji sebagaimana yang dimiliki perusahaan
besar, sehingga perlu adanya tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat
melakukan pengungkapan CSR dengan lengkap.
Ukuran perusahaan dapat diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total aset,
total tenaga kerja, dsb (Retno, 2006). Pada penelitian ini ukuran perusahaan
dinyatakan dengan jumlah aktiva perusahaan pada BUMN di Indonesia. Pengukuran
ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar jumlah aktiva perusahaan maka
semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan. Dalam penelitian
ini variabel ukuran perusahaan disajikan dalam bentuk logaritma karena nilai dan
sebarannya yang besar dibanding variabel lain. Pengukurannya dengan menggunakan
rumus :
SIZE = Total Aktiva Perusahaan
SIZE = log Total Aktiva Perusahaan
25
2.
Profitabilitas
Profitabilitas dalam Sri Sulastri (2007) diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang saham.
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba
bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas
pemilik.
Rasio
profitabilitas
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan perusahaan adalah
keuntungan setelah pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen. Para manajer tidak hanya
mendapatkan dividen tetapi juga mendapatkan power yang lebih besar dalam
menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar dividen
(dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer
menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat
peneriamaan dividen sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas
menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
Beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan antara lain
return of equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA).
26
ROA =
Laba bersih setelah pajak
Total aktiva
Peneliti menggunakan ROA karena dengan rasio ROA, peneliti dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam memutar seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan laba bersih dan penggunaan ROA dalam mengukur
profitabilitas.
3.
Leverage
Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan
(lever up) profitabilitas. Leverage merupakan tolak ukur sejauh mana aktivitas
perusahaan dibiayai oleh hutang. Leverage dibagi menjadi dua, yaitu Operating
Leverage dan Financial Leverage. Operating Leverage adalah tingkat sampai sejauh
mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating
leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana denganbiaya tetap dengan
harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup
biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan financial leverage adalah tingkat sampai
sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam
struktur modal sebuah perusahaan.
27
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang
lebih tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi karena biaya keagenan
perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Tambahan informasi
diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya
hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Pengukurannya menggunakan rumus :
Total Kewajiban
DER =
Equitas Pemegang Saham
Dalam penelitian ini pengungkapan CSR merupakan variabel dependen.
Pengungkapan CSR merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan
dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat dan umum.
Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu; lingkungan, energi, kesehatan dan
28
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan
umum (Cahya, 2010). Kemudian diberikan nilai 1 jika mengungkapkan dan nilai 0
jika tidak mengungkapkan kemudian dijumlah total pengungkapan. Masukkan total
pengungkapan tiap perusahaan ke rumus CSR Indeks.
Total Pengungkapan
CSR =
Total item indikator pengungkapan CSR (63)
C.
Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial. Untuk menggambarkan lebih
rinci mengenai penelitian sebelumnya, penulis merangkumnya dalam tabel berikut
ini.
29
Tabel 2.1
Penelitian sebelumnya mengenai pengungkapan CSR
Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Fr. Reni Retno Anggraini Variabel Independen :
(2006)
Persentase
kepemilikan
manajemen, tipe industri,
ukuran
perusahaan,
prifitabilitas, leverage
Variabel seperti persentase
kepemilikan manajemen
dan tipe industri
berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi
sosial, sedangka ukuran
Variabel Dependen :
perusahaan, leverage dan
Pengungapan
informasi profitabilitas tidak
sosial
berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi
sosial.
Yie Ke Feliana, Cornelia Variabel Independen :
Susatya, dan Stevanus Likuiditas
perusahaan,
Hadi Darmadji (2007)
leverage,
profitabilitas,
porsi saham publik, dan
lama
perusahaan
go
publik.
Tingkat
kelengkapan
pengungkapan informasi
baik wajib dan sukarela
hanya ditentukan oleh
lama
perusahaan
go
publik,
sedangkan
pengungkapan informasi
Variabel Dependen :
wajib dipengaruhi oleh
Kelengkapan
leverage dan porsi saham
pengungkapan (disclosure) perusahaan yang dikuasai
laporan keuangan
publik
Rika Nurlela dan
Islahuddin (2008)
Variabel Independen :
CSR, persentase
Pengaruh Corporete Social kepemilikan manajemen
Responsibility
serta interaksi antara
corporate social
Variabel dependen :
responsibility dengan
Nilai perusahaan
persentase kepemilikan
berpengaruh secara
Kepemilikan manajemen
signifikan terhadap nilai
sebagai Variabel
perusahaan.
Moderating
30
Tabel 2.1 lanjutan
Penelitian sebelumnya mengenai pengungkapan CSR
Peneliti
Anggara Fahrizqi (2010)
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen :
Ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan
ukuran dewan komisaris
Ukuran perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan
CSR, sedangkan leverage
dan ukuran dewan
komisaris tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR
Variabel dependen :
Pengungkapan CSR
Bramantya Adhi Cahya
(2010)
Variabel Independen :
Ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan leverage
Variabel dependen :
Pengungkapan CSR
D.
Ukuran perusahaan dan
leverage berpengaruh
terhadap pengungkapan
CSR, sedangkan
profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang pengungkapan CSR
yang dilakukan oleh perusahaan
BUMN dan mengetahui pengaruh
size/ukuran
perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan CSR.
Size/ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk
menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan
yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi
risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil (Cahya, 2010). Dengan
31
mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka
perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar
akibat dari tuntutan masyarakat. Secara teorotis perusahaan besar tidak akan lepas
dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan operasi dan pengaruh yang
lebih besar terhadap masyarakat akan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang
lebih luas. Dikaitkan dengan teori agensi, bahwa semakin besar suatu perusahaan
maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih
luas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam mencetak
keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun
nilai ekonomis atas
penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (Raharjaputra, 2009).
Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan paling baik
diekspresikan dengan profitabilitas, hal ini disebabkan karena tingkat profitabilitas
dapat menunjukkan seberapa baik pengelolaan manajemen perusahaan, oleh sebab itu
semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka pengungkapan CSR cenderung
semakin luas. Dikaitkan dengan teori agensi, perolehan laba yang semakin besar akan
membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang semakin luas.
Leverage
mencerminkan
resiko
keuangan
perusahaan
karena
dapat
menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya
suatu utang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki
resiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para debtholders. Teori
32
keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih tinggi
akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan perusahaan
dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Anggraini, 2006).
Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran
seperti pada gambar di bawah ini :
Size/Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Leverage
Gambar 2.1
Kinerja Keuangan Perusahaan yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR
33
Download