Pertemuan Pertama - UIGM | Login Student

advertisement
MATERI V
LAPORAN KEUANGAN
Kompetensi Dasar
a. Mampu menjelaskan Laporan Keuangan Laba/Rugi dan Neraca
b. Mampu menjelaskan isi laba/rugi dan neraca serta metode-metode yang digunakan
dalam menyusun dan mengkaji elemen dalam laporan keuangan
c. Mampu menjelaskan pengertian komponen-komponen dalam laporan keuangan
d. Mampu menjelaskan peristiwa kemudian dan catatan atas laporan keuangan
e. Mampu menjelaskan keterbatasan laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan :
1. Dapat dipahami
2. Relevan : dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
3. Keandalan (reliable) : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material &
disajikan secara jujur
Termasuk dalam pengertian ini :
-
substansi mengungguli bentuk
-
Netralitas
1
-
Pertimbangan sehat (karena adanya ketidakpastian)
-
Kelengkapan
4. Dapat diperbandingkan : antar periode & antar perusahaan
Asumsi Dasar (SAK) :
1. ACCRUAL BASIS (DASAR AKRUAL) :
Transaksi diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima/dibayar.
2. GOING CONCERN (Kelangsungan usaha)
Unsur-unsur laporan keuangan :
1. Berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan :
a. AKTIVA : Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan.
b. KEWAJIBAN : Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu , penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
c. EKUITAS
: Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
2. Berhubungan langsung dengan pengukuran kinerja :
- Ukuran kinerja : LABA,, unsur yang berhubungan langsung dengan laba :
2
PENGHASILAN & BEBAN
a. PENGHASILAN : kenaikan manfaat eikonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiba atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
Penghasilan (income) meliputi : Pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains)
PENDAPATAN : Timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
dividen, royalti, dan sewa.
KEUNTUNGAN : mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi penghasilan
dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitras
perusahaan yang biasa.
b. BEBAN : penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Beban meliputi : KERUGIAN dan beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas biasa, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
KERUGIAN :
mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa.
3
Pengakuan Unsur laporan keuangan :
Unsur laporan keuangan harus diakui jika :
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan.
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
Pengakuan AKTIVA
aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa
depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal
Pengakuan KEWAJIBAN
kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
(obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Pengakuan PENGHASILAN
penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal.
Pengakuan BEBAN
beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal.
4
Dasar pengukuran unsur laporan keuangan :
1. Biaya historis : aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas/setara kas yang dibayar atau
sebesar niali wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar
dari kewajiban (obligation) , atau dalam keadaan tertentu (mis: pajak penghasilan),
dalam jumlah kas/setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya kini (current cost) : aktiva diinilai dalam jumlah kas/setara kas yang
seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas /setara kas yang tidak didiskontokan yang
mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/setllement value) : Aktiva dinyatakan dalam
jumlah kas /setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjuual aktiva dalam
pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah
kas/setara kas yang tidak didikontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal
4. Nilai sekarang (present value) : aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di
masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar
arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang
diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
5
KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL
KONSEP MODAL KEUANGAN : modal adalah sinonim dengan aktiva bersih/ekuitas
perusahaan. Konsep modal tersebut menciptakan konsep pemeliharaan modal :
a. Pemeliharaan modal keuangan.
Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (uang) dari aktiva
bersih pada akhir periode melebihi jumlah finansial(uang) dair aktiva bersih pada
awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada dan
mengeluarkan setiap kontiribusi dari, para pemilik selama periode. Pemeliharaan
modal keuangan dpat diukur dalam satuan moneter nominal atau dalam satuan daya
beli yang konstan.
b. Pemeliharaan modal fisik.
Menurut konsep ini , laba hanya diperoleh kalau kapasitas porduktif fisik(kemampuan
usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode,
setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap
kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode.
LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan
suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi
6
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugastugas yang dibebankan kepada manajemen.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri
dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan
sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi
dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
Laporan keuangan terdiri dari:
-
Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada
jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.
-
Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
-
Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat
dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan.
-
Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang
mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang
mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi
perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan
kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk
meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu
7
barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap
praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.
TUJUAN LAPOARAN KEUANGAN
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris:
stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Pemakai
yang
ingin
melihat
apa
yang
telah
dilakukan
atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.
KARAKTERISRIK KUALIFIKASI LAPORAN KEUANGAN
Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan,
dan dapat diperbandingkan.
8
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi
dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan
dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu .
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan
penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan
besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha
meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi
terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam
memberikan penegasan (confirmatory role)terhadap prediksi yang lalu, misalnya,
tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang
hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar
untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,
9
pergerakan
harga
sekuritas
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu
harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan
keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi
tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi
dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa ,abnormal
dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal {reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan
pemakainya
sebagai
penyajian
yang
tulus
atau
jujur
(faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu
tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk
mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat
untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai
juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
10
Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut,
antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa
pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan
kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama
dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang
berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya
banding.
Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman sematamata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar
akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan
akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan
keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi
kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin
membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar
periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam
laporan keuangan.
11
Laporan keuangan terdiri dari 3 macam :
a. Laporan Laba-Rugi (income statement) Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan
keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami
laba atau rugi dalam satu periode akuntansi.
Laporan laba-rugi (statement of income) adalah laporan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan selama periode waktu tertentu.
Kegunaan laporan laba-Rugi
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu
2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan
3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastiaan pencapaian arus kas masa depan
Keterbatasan Laporan Laba-Rugi
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan labarugi
2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi
3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan
Kualitas Laba
Pengelolaan laba adalah (earnings management) adalah perencanaan waktu dan
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian untuk mengurangi gejolak laba.
Pengelolaan laba seperti itu dapat membawa dampak tehadap kualita laba (quality of
earnings).
FORMAT LAPORAN LABA-RUGI
Unsur Unsur Laporan Lab-Rugi

Pendapatan

Beban
12

Keuntungan

Kerugian
Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung
Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung hanya ada dua pengelompokan: yaitu
pendapatan dan beban.
Keuntungan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak
adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari
yang lainnya.dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi
yang muncul.
Laporan Laba-Rugi Bentuk Bertahap
Klasifikasi Lanjutannya meliputi:
1. Pemisahan aktifitas operasi dan non operasi perusahaan
2. Klasifikasi beban menurut fungsi,seperti barang dagang atau manufaktur,
penjualan, dan administrasi
Bagian Laporan Laba-rugi
1. Bagian Operasi
o
Bagian penjualan/pendapatan
o
Bagian Harga pokok penjualan
o
Beban penjualan
o
Beban Administrasi atu umum
2. Bagian Non opoerasi
o
Pendapatan dan keuntungan lain
o
Beban kerugian lain
3. Pajak Penghasilan
13
4. Operasi yang dihentikan
5. Pos-pos luar biasa
6. Laba per saham
b. Laporan Perubahan Modal (statement of equity)
Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang
menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari
laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi.
Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diataranya :

Modal awal : Keseluruhan dana yang di investasikan kedalam perusahan yang
digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahan pada saat awal perusahan
tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahan pada awal bulan pada tahun
yang bersangkutan.

Laba / rugi : Selisih dari bersih antara total pendapatan dengan total biaya.

Prive : Penarikan sejumlah dana oleh pemilik perusahan yang digunakan untuk
keperluan di luar kegiatan / operasional perusahaan atau yang digunakan untuk
keperluan pribadi.

Modal akhir : Keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari penambahan
modal awal ditambah dengan laba ( jika mengalami keuntungan ) atau
pengurangan modal awal dikurangi rugi usaha ( Jika mengalami kerugian )
kemudian dikurangi dengan total prive dan hasil merupakan modal akhir.
Jadi unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari Investasi awal
atau modal awal, laba-rugi selama periode yang bersangkutan, prive penarikan modal
oleh pemilik dan modal akhir
14
c. Neraca (balance sheet)
Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang
menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat
tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan.
Isi/komponen laporan neraca terdiri atas:
HartaAktiva (Asset)
Asset adl harta yg dimiliki perusahaan yg berperan dalam operasi perusahaan misal
kas persediaan aktiva tetap aktiva yg tak terwujud dan lain-lain. Pengertian asset ini
dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :
Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement (1970:132) dikemukakan
bahwa
:
“kekayaan ekonomi perusahaan termasuk didalam pembebanan yg ditunda yg dinilai
dan diakui sesuai prinsip akuntansi yg berlaku.”
Selanjut Financial Accounting Standard Board (FASB) (1985) memberikan definisi
sebagai berikut :
“asset adl kemungkinan keuntungan ekonomi yg diperoleh atau dikuasai di masa yg
akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yg lalu.”
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sesuatu dianggap
sebagai asset jika di masa yg akan datang dapat diharapkan memberikan net cash
inflow yg positif kepada perusahaan.
Klasifikasi aktiva yg dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam. Secara umum
klasifikasi aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset) dan 2)
aktiva tetap tak berwujud (Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua
15
barang yg dimiliki perusahaan dgn tujuan utk dipakai secara aktif dalam operasi
perusahaan dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud
yg mempunyai masa kegunaan yg terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaan
dan disajikan dalam neraca sebesar nilai buku (harga perolehan dikurangi dgn
akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva ini adl bangunan
mesin dan alat-alat pabrik mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport
alat kerja bengkel aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yg mempunyai
masa kegunaan tak terbatas disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan.
Sedangkan aktiva tetap tak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yg
dijamin oleh undang-undang kontrak perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa
manfaat dalam waktu relatif permanen.
Menurut Harnanto (1991:357) bagi manajemen operating investment (assets) meliputi
seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan lain-lain equipmen serta modal kerja yg
ditempatkan utk dikelola atau dioperasikan dalam usaha perusahaan utk menghasilkan
laba.
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang operasional
investasi aktiva tetap adl merupakan salah satu unsur penting yg perlu menjadi fokus
perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasional dalam kaitan dgn menghasilkan
pendapatan/laba. Disamping itu utk untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap
baik berwujud maupun tak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan
diperlukan ada depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva
tetap tersebut.
16
Kewajiban/utang (Liabilities)
Menurut definisi yg diberikan oleh APB bahwa :
“kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yg diakui dan dinilai seusuai prinsip
akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yg ditunda yg bukan
merupakan utang atau kewajiban. ”Berdasarkan definisi di atas maka kewajiban
ekonomis bagi perusahaan adl diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yg
akan datang. Selanjut FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut :
“….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yg akan datang yg timbul
akibat kewajiban perusahaan sekarang utk memberikan harta atau memberikan jasa
kepada pihak lain di masa yg akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian
yg sudah terjadi. ” Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa kewajiban memiliki 3
sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada (2) kewajiban itu tak dapat dihindarkan
(3) kewajiban yg mewajibkan perusahaan telah terjadi.
Kewajiban jika dikategorikan sesuai dgn jangka waktu maka terdapat kewajiban
jangka pendek (Current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long-term
liabilities). Menurut Harnanto (1991:59) hutang jangka panjang adl semua hutang yg
jatuh tempo pembayaran melampaui batas waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau
pembayaran tak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan tetapi lbh
panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi hutang hipoteik hutang bank (kredit
investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang jangka panjang.
Dalam kegiatan operasi perusahaan hutang jangka panjang merupakan salah satu
sumber permodalan yg mengandung resiko krn memiliki komitmen utk melakukan
pembayaran sesuai jumlah yg disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi
sekalipun sehingga hutang dapat saja menanggung resiko melebihi jumlah modal
sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto (1991:304) bahwa semakin besar proporsi
17
hutang di dalam struktur permodalan perusahaan akan semakin besar pula
kemungkinan terjadi ketak mampuan utk membayar kembali hutang beserta bunga
pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur
bahwa kemungkinan turut serta dana yg mereka tanamkan di dalam perusahaan utk
dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik
khusus pemegang saham biasa adaaa hutang di dalam perusahaan merupakan pula
suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yg dihadapi dari dana yg mereka
tanamkan. Tetapi resiko itu juga diimbangi ada harapan utk mendapatkan tingkat
keuntungan yg lebih tinggi (rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan
tetapi perlu diingat bahwa proporsi hutang/modal asing yg berlebihan akan berakibat
pada fleksibilitas manajemen utk beralih pada aktivitas yg profitable akan tertutup dan
menghadapi banyak hambatan/tintangan.
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Equity adalah suatu hak yg tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi
kewajibannya. Kategori modal bagi tiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada
perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemilik sendiri. Sedangkan
dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan
(retained Earnings).
FASB dalam SFAC Nomor 1 telah menerangkan tujuan utama pelaporan keuangan adalah
untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan melalui ukuran pendapatan.
Income Statement (Laporan Laba Rugi) merupakan sesuatu yang utama bagi perusahaan
terkait ukuran pendapatan. Income statement memiliki nilai prediktif sesuai karakteristik
kualitatif yang didefinisikan dalam SFAC Nomor 2. Income statement memiliki nilai
18
sebagai ukuran arus kasa masa depan, yakni sebagai ukuran dari efisiensi manajemen dan
panduan dalam pencapaian tujuan manajerial.
Di sisi yang lain, investor merupakan fokus utama dalam lingkungan pelaporan keuangan.
Sumber daya investor (current resources) yang digunakan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan mengandung sifat ketidakpastian atas arus kas masa depan (future-uncertain
resources). Sebagai konsekuensinya, investor dalam kondisi seperti ini memerlukan
informasi yang yang dapat membantu mereka untuk menilai arus kas di masa yang akan
datang.
Seperti kita ketahui bersama, pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi
ekonomis (economic consequences of financial reporting) yakni:
1.
Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor.
Investor yang memperoleh informasih lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas)
mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang
informasi.
2.
Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan.
Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin mengandung
efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects).
3.
Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan
menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi.
4.
Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam
perusahaan.
Konsekuensi-konsekuensi ekonomis inilah yang seharusya dipertimbangkan oleh FASB
dan SEC, sebagai organisasi penyusun standar akuntansi, mengingat pengaruh yang
ditimbulkan oleh masing-masing konsekuensi di atas akan berbeda-beda bagi para
pengguna informasi keuangan.
19
INCOME STATEMENT ELEMENTS
Penekanan fungsi income statement sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan
penilaian kinerja kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan diantara para
akuntan tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni
pendapatan, keuntungan, beban, dan kerugian.
SFAC Nomor 6
FASB menerbitkan SFAC no.6 yang mendefinisikan elemen-elemen income statement
sebagai berikut :
1. Pendapatan, merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas
ATAU pengurangan kewajiban (ATAU gabungan keduanya) selama periode tertentu,
yang diperoleh dari penjualan barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang
merupakan operasi utama perusahaan.
2. Keuntungan, merupakan peningkatan aset bersih yang berasal dari transakti
peripheral atau insidental suatu entitas DAN dari transaksi lainnya, kegiatan lainnya,
dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode
KECUALI yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik.
3. Beban, arus keluar atau penggunaan aset lainnya ATAU timbulnya kewajiban (ATAU
kombinasi keduanya) selama satu periode mulai dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.
4. Kerugian, penurunan nilai aset bersih yang berasal dari transaksi yang bersifa
peripheral atau insidental dari suatu entitas DAN dari semua transaksi lain serta dari
peristiwa lain DAN keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu
periode KECUALI yang termasuk beban atau distribusi kepada pemilik.
20
Dari definisi elemen-elemen income statement diatas, tampak bahwa FASB berusaha
menggeser terminologi APB yang menekankan pada arus masuk dan arus keluar, realisasi,
dan konsep penandingan. FASB telah menggunakan perubahan aset dan/atau kewajiban
dalam kriteria pengakuan dan pengukuran. Dan sebagai dampaknya, kini neraca tampil
lebih dari sekedar tempat menyimpan NILAI SISA dalam proses penentuan pendapatan.
Perbandingan atas kedua konsep diatas adalah :
No. FASB (perubahan aktiva/kewajiban)
APB (inflows/outflows)
1.
Sebagai alat ukur perubahan sumber Sebagai alat ukur efektifitas perusahaan
daya ekonomi
2.
Tergantung pada definisi aktiva dan Tergantung pada definisi pendapatan dan
kewajiban untuk menentukan laba
beban dan menandingkan keduanya untuk
menentukan income
3.
Mengakui hal-hal yang ditangguhkan Membentuk biaya dan hutang yang
hanya saat merupakan sumber daya atau ditangguhkan dan cadangan ketika
kewajiban ekonomi
menghitung income
4.
Keduanya sepakat bahwa laporan laba rugi lebih penting dari neraca karena dapat
meramal arus sumber daya dia masa yang akan dating
5.
Membatasi populasi pada kejadian- Pendapatan dan beban meliputi seluruh
kejadian yang mengakibatkan perubahan item yang diperlukan untuk menandingkan
sumber daya ekonomis
pendapatan dan biaya
Dalam teori akuntansi dikenal dua pendekatan dalam menilai hubungan antarabalance
sheet dan income statement, yakni articulated dan non-articulated.Pendekatan articulated
berarti income statement dianggap sebagai subklasifikasi dari pos modal. Laba rugi hanya
merupakan hasil matematis yang berasal dari perubahan modal dari satu periode ke
periode yang lainnya.
Dalam pendekatan articulated ada dua konsep, yaitu konseprevenue-expense approach
dan asset-liability approach. Dalam konsep pertama, revenue expense, income statement
diaggap laporan yang paling utama dimana semua transaksi dpandang sebagai posrevenue
21
dan expense, semua transaksi dinggap sebagai pengakuan laba (matching), pengukuran
laba dan alokasi ke laba rugi.
Dalam konsep ini yang dipindahkan ke neraca adalah by product dari hasil pengakuan laba
atau matching tadi. Artinya yang dicatat ke neraca hanya deferred credits (liabilities) dan
deferred charges (asset).
Sementara dalam pendekatan non-articulated, balance sheet dan income statement secara
matematis independen satu sama lain. Pendekatan ini banyak menjadi perhatian karena
ada transaksi yang tidak memengaruhi laba tetapi langsung dipindah ke pos yang bukan
hasil dan bukan biaya. Misalnya, ada kerugian sementara yang langsung dianggap
merupakan penyesuaian terhadap unrealized capital (SFAS No. 12)
INCOME STATEMENT FORMAT
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah : format income statement seperti apakah yang
diinginkan oleh berbagai pengguna laporan keuangan? Dua pendapat yang kemudian
mendominasi diskusi ini adalah current operating performance concept dan all-inclusive
concept.
Current Operating Performance Concept
Konsep ini berpendapat bahwa hanya perubahan dan kejadian yang dapat dikendalikan
oleh manajemen yang dihasilkan dari keputusan periode sekarang yang seharusnya
dimasukkan dalam laba. Hanya hal-hal yang NORMAL dan BERULANG yang
seharusnya membentuk ukuran dasar kinerja perusahaan. Maka LABA BERSIH pun harus
mencerminkan AKTIFITAS HARI KE HARI.
All-inclusive Concept
Konsep ini berpendapat bahwa laba bersih harus mencerminkan SEMUA ITEM yang
mempengaruhi KENAIKAN atau PENURUNAN ekuitas pemegang saham selama satu
22
periode, dengan pengecualian dari transaksi modal. LABA BERSIH TOTAL ditentukan
dengan MENJUMLAHKAN LABA BERSIH PERIODIK.
FASB dalam SFAC No.5 mencatat bahwa laporan laba rugi menurut
all-
inclusivedimaksudkan untuk menghindari penghapusan informasi secara bebas dari
laporan keuangan, walaupun pencantuman keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan
tidak berulang-ulang mungkin dapat mengurangi fungsi dari laporan laba rugi dalam satu
tahun untuk tujuan prediksi.
Kedua konsep ini hanya berkontroversi dalam bagaimana informasi keuangan
ditampilkan, tempat dimana pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian ditampilkan.
Namun yang lebih penting, sejatinya kedua konsep ini setuju dengan informasi yang harus
disajikan. Sedangkan penelitian menunjukkan bahwa investor tidak terpengaruh dengan
tempat dimana item dilaporkan dalam laporan keuangan selama pernyataan itu menyajikan
informasi yang sama. Dengan kata lain, kontroversi dari kedua konsep ini menjadi suatu
yang TIDAK PENTING.
APB OPINION NO. 9
Salah satu masalah yang pertama kali dipelajari APB adalah apa yang termasuk dalam
laba bersih. Kurangnya batasan formasl mengenai penyesuaian laba ditahan ternyata
menghasilkan banyak ketidakseragaman dalam praktik bisnis.
Dalam salah satu hasil studinya tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum
secara menyeluruh dari pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang
“Reporting The Result of The Operation“. APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan
tengah antara current operating performance concept dan all-inclusive concept.
Secara umum, APB No.9 memberi ketentuan bahwa semua item dianggap NORMAL dan
BERULANG kecuali jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pengklasifikasian
23
baik sebagai extraordinary item maupun penyesuain periode sebelumnya. APB No. 9
mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai :
1. hal normal yang berulang-ulang,
2. kejadian luar biasa (extraordinary item),
3. penyesuaian terhadap periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Maka LABA BERSIH seharusnya menggambarkan seluruh pos keuntungan dan kerugian
yang diakui selama periode, dengan pengecualian penyesuaian terhadap periode
sebelumnya. Format laporan yang ditentukan memuat dua bentuk laba, yakni laba bersih
dari operasi dan laba bersih operasi ditambahextraordinary item. Hal ini memberikan
kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi hasil operasi
normal atau total laba setelah extraordinary item sesuai dengan kebutuhan mereka.
1. Income from Continuing Operations
Jumlah yang diperlihatkan untuk laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan
dan beban normal perusahaan yang berulang-ulang. ANGKA LABA menggambarkan
jumlah yang dapat diperoleh kembali di masa depan. Bahkan sering merujuk pada laba
perusahaan yang dapat dipertahankan sebagai titik awal bagi investor untuk
memprediksi pendapatan masa depan.
2. Income from Nonrecurring Items
Ada tiga macam pendapatan tidak biasa yang mungkin diperoleh oleh sebuah
perusahaan yang harus diungkapkan, yakni : operasi yang dihentikan,extraordinary
item, dan perubahan prinsip akuntansi.
24
Discontinued Operations
Sebuah studi menyebutkan bahwa terjadi beberapa penyimpangan dalam pelaporan terkait
penerapan opini APB no.9 terkait penyajian hasil penjualan bagian aset sebagai
extraordinary namun memasukkan pendapatan dari bagian ini selama periode penjualan
sebagai laba biasa.
Maka APB No. 30 diterbitkan untuk menyimpulkan kriteria tambahan untuk
mengidentifikasi bagian bisnis yang akan dijual dengan mensyaratkan penyajian terpisah
atas :
(1) hasil operasi dari segmen yang dihentikan,
(2) keuntungan atau kerugian pada penjualan aset untuk segmen yang dihentikan termasuk
adanya keuntungan dan kerugian operasional selama periode penghentian.
Total keuntungan atau kerugian ditentukan dengan menjumlahkan semua keuntungan atau
kerugian pada penjualan bagian aset, dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan oleh
kegiatan penghapusan segmen selama masa penghapusan.
APB No.30 kemudian diamandemen dengan SFAS No. 144 tentang “Accounting for
Impairment or Disposal of Long-Lived Assets“. Untuk memenuhi syarat untuk
diperlakukan sebagai sebuah operasi yang dihentikan harus memenuhi beberapa kriteria,
yakni :
(1) Unit yang dihentikan harus dianggap sebagai sebuah “komponen” bisnis. Definisi
“komponen” didasarkan pada pengertian operasi dan arus kas yang dapat dibedakan.
“Komponen” ini dapat berupa segmen, bagian, divisi operasi, lini bisnis, anak
perusahaan, dan lain-lain, tergantung kegiatan bisnis dimana entitas beroperasi.
Sedangkan untuk mengasumsikan sebuah “komponen” sebagai kegiatan operasi
yang dihentikan harus memenuhi dua kriteria tambahan, yaitu :
25
(i) operasi dan arus kas dari komponen yang dihentikan harus dihilangkan dari hasil
transaksi operasional dan arus kas entitasnya,
(ii) entitas tidak boleh memiliki keterlibatan yang signifikan dalam operasi komponen
setelah penjualan berlangsung.
(2) Saat manajemen memutuskan untuk menjual suatu komponen, maka aktiva dan
kewajiban komponen diklasifikasikan “held for sale” di dalam balance sheet.
Kemudian, apabila penghentian komponen telah dilakukan, hasil dari operasi
komponen harus dilaporkan dalam income statement sebagai discontinued operations
dan dicantumkan tepat dibawah bagian income from continuing operations. Hasil ini
dilaporkan bersih setelah dikurangi pajak. Keuntungan atau kerugian penjualan
kemudian baru diungkapkan di catatan atas laporan keuangan (CaLK).
Extraordinary Items
APB No.9 mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang
mempunyai efek material yang tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap sebagai
faktor yang berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar.
APB kemudian membuat review di tahun 1973 tentang kegunaan definisiextraordinary
item yang ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak
dikelompokkan dengan cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan. Bisnis tidak
mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih banyak kriteria spesifik
yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih seragam atas ketetapannya.
Maka diterbitkanlah APB No. 30 tentang “Reporting The Result of Operations” yang
mendefiniskan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh
sifat sebagai berikut :
26
(1) Unusual nature, kejadian atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang
tinggi dan tidak berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan
aktivitas biasa.
Karena suatu perubahan filosofi, beberapa hal yang dulunya didefinisikan sebagai
extraordinary item dalam APB No.9 kini dikeluarkan dari APB No. 30 yakni :
-
penurunan dan penghapusan piutang, persediaan, peralatan yang dileasing kepada
pihak lain, biaya penelitian dan pengembangan yang ditangguhkan, atau aset tidak
berwujud lainnya,
-
keuntungan atau kerugian dari penjualan bagian bisnis,
-
keuntungan atau kerugian lainnya dalam penjualan atau penghancuran properti
(kekayaan), pabrik, dan peralatan yang digunakan dalam bisnis,
-
akibat pemogokan,
-
penyesuaian kontrak jangka panjang akrual.
Hal ini menyebabkan jumlah pendapatan dan beban yang diijinkan untuk dilaporkan
sebagai extraordinary item berkurang signifikan.
(2) Infrequency of occurance, kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal
diperkirakan tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang.
Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary item dari item lainnya dalam laporan laba
rugi tidak dipisahkan menurut item yang berulang dan tidak berulang. Item yang
jarang terjadi namun bukan tidak biasa diklasifikasikan sebagai laba non operasi dalam
kelompok keuntungan dan kerugian lainnya dalam income statement. Penelitian
mengindikasikan persyaratan ini sebagai sebuah inkonsistensi kecuali FASB
mewajibkan catatan kaki pengungkapan atas efek kejadian tidak teratur pada laba dan
pendapatan per lembar saham (EPS).
27
Perubahan Prinsip Akuntansi
Standar akuntansi atas kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama seharusnya
dilaporkan dengan cara yang sama setiap tahun. Namun manajemen seharusnya memilih
perangkat praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber daya dan kinerja unit
pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap tahunnya. Sehingga terkadang,
perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan berkembang oleh perubahan metode atau
perubahan prosedur mungkin diperintahkan oleh FASB atau SEC.
Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah : haruskah laporan keuangan yang
telah diterbitkan sebelumnya diubah untuk menggambarkan metode atau prosedur yang
baru?
Dalam APB no. 20 tentang “Accounting Channges” mengindentifikasikan tiga jenis
perubahan akuntansi dan mendiskusikan penyiapan laporan keuangan. Bahkan dewan
merekomendasikan sebuah kelayakan penyajian retroaktif (bergaya membalik) atas ketiga
macam perubahan prinsip akuntansi dan errordi bawah ini.
(i) Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi
Jenis perubahan ini terjadi jika suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari
yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan. Contohnya perubahan
penghitungan persediaan dari LIFO ke FIFO.
Jika prinsip akuntansi diubah, maka perusahaan menampilkan laporan keuangan
tahun-tahun sebelum perubahan dilakukan. Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun
perubahan dilakukan dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item.
SFAS No. 154 tentang “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan
aplikasi retrospective ke periode sebelumnya.
28
1. Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana
jika perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya
2. Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan
perubahan entitas pelaporan
3. Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi
atas kesalahan
(ii) Perubahan dalam estimasi akuntansi
Penyajian laporan keuangan mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan
estimasi seperti itu adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan
penyajian periodok). Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat
didepresiasi atau estimasi kolektabilitas piutang.
Perubahan ini tidak membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahuntahun sebelumnya yang telah diterbitkan. Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh
pada tahun terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya.
(iii) Perubahan entitas pelaporan
Perubahan jenis ini disebabkan oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin
disebabkan oleh penggabungan usaha, perubahan spesifik anak perusahaan, atau
perubahan konsolidasi.
Perubahan dalam pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan
kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru
telah diterapkan di laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan kembali
laporan laporan keuangan tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil
dari perubahan pelaporan keuangan yang baru dan yang lama. Selain itu, efek
perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi, laba bersih, dan laba per saham
terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan.
29
(iv) Error
Kesalahan tidak dipandang sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari
kesalahan perhitungan matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah. Error
didefinisikan sebagai prior period adjustment. Contoh erroradalah :
1. Perubahan praktek akuntansi yang awalnya tidak diterima menjadi diterima.
2. Kesalahan matematis, klerikal.
3. Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir periode
akuntansi.
4. Salah pengklasifikasian biaya dan beban.
Dalam SFAS No. 16, periode dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya
terhadap pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus
diungkapkan. Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan secara
retroaktif
yang
diperlukan
untuk
perubahan-perubahan
akuntansi.
Dengan
menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna bisa mempredikasi dengan lebih baik
prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan tepat.
Terdapat error yang bersifat counterbalanced apabila error tidak ditemukan dalam dua
tahun. Error ini tidak memerlukan penyesuaian apabila ditemukan setelah dua tahun.
Apabila error tidak bersifat counterbalanced, maka penyesuaian harus diungkapkan.
30
MATERI VI
LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS
Kompetensi Dasar
a. Mampu menjelaskan kegunaan laporan arus kas bagi para investor, kreditur, dan
pemakai lainnya
b. Mampu menjelaskan pengelompokan penerimaan dan pengeluaran dalam penyajian
arus kas
c. Mampu menjelaskan bentuk-bentuk penyajian laporan arus kas dan isi yang ada di
dalamnya
Tujuan Laporan Arus Kas
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan
sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian
perolehannya. Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan
(financing) selama suatu periode akuntansi.
31
RUANG LINGKUP
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan
ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral)
dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan dan
menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak tergantung pada
aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai produk perusahaan, seperti
yang berlaku di lembaga keuangan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan
alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan
utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan
usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor.
Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas.
KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS

Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas
dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam
rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.

Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash
flows) dari berbagai perusahaan.
32

Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan
kepastian arus kas masa depan.

informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa
depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam laporan arus kas, masing-masing
didefinisikan sebagai berikut:

Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue- producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan .

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.

Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
33
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi
menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih dari satu
aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan
bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi
dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas
dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan
peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:

penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;

penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;

pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

pembayaran kas kepada karyawan;

penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi,
klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya;

pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika
dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi;
34

penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi
usaha dan perdagangan.
Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah
satu dari metode berikut ini:
a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
b) metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan .
Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab
arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan
sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:

pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka
panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri;

penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan
aktiva jangka panjang lain;

perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.

uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali
yang dilakukan oleh lembaga keuangan) .
35

pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option
contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan
perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan;
Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna
dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode
tidak langsung.
Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:
1. dari catatan akuntansi perusahaan; atau
2. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain dalam
laporan laba rugi untuk:

perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama periode berjalan;

pos bukan kas lainnya; dan

pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasidan pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan
menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:
a) perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan;
b) pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan
kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum
dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan
c) semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sebagai
alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak
langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan
36
laba rugi serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama
periode.
Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan
sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok
modal perusahaan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:

penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya

pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham
perusahaan

penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya
o pelunasan pinjaman

pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi
menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas operasi
Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah
satu dari metode berikut ini: (a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau (b) metode tidak
langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
37
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan
atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depanf dan unsur penghasilan
atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan,
Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih
Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat
disajikan menurut arus kas bersih: (a) penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan
para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada
aktivitas perusahaan; dan (b) penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan
perputaran cepat, dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat
(maturity short).
Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan
dengan dasar arus kas bersih:

penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka waktu
tetap;

penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan

pemberian dan pelunasan kredit.
Arus Kas dalam Valuta Uang Asing
Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang
yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing
38
tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. Arus kas anak perusahaan di luar
negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas.
Pos Luar Biasa
Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah.
Bunga dan Dividen
Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing harus
diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasi secara konsisten antar periode
sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.
Pajak Penghasilan
Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri dan
diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.
Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak perusahaan dan Unit Bisnis lainnya
Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau unit
bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas
investasi.
Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan dengan
perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya selama satu periode: (a)
jumlah harga perolehan atau pelepasan; (b) bagian nilai perolehan atau pelepasan yang
dibayarkan dengan kas dan setara kas. (c) jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan
atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan (d) jumlah aktiva dan kewajiban
39
selain kas atau setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau
dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya.
Transaksi bukan Kas
Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas
harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan
sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua
informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.
CONTOH LAPORAN ARUS KAS
Wiloyo Service Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009
Arus kas dari aktivitas operasi
Kas yang diterima dari pelanggan
Rp. 7.500.000
Dikurangi :
pembayaran kas untuk beban dan pembayaran kepada kreditor
Rp. 4.600.000
Arus kas dari aktivitas operasi
Rp. 2.900.000
Arus kas dari aktivitas investasi
Pembayaran kas untuk pembelian tanah
(Rp.20.000.000)
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Kas yang diterima sebagai investasi pemilik
Rp.25.000.000
Dikurangi : penarikan kas oleh pemilik
Rp. 2.000.000
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
Rp. 23.000.000
Saldo kas pada 31 Desember 2009
40
MATERI VII
KONSEP AKTIVA
Kompetensi Dasar
a. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan
aktiva berujud
b. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan
aktiva tidak berujud
KARAKTERISTIK AKTIVA
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva.
Karakteristik umum aktiva sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
3. Berkaitan dengan entitas tertentu
4. Menunjukkan proses akuntansi
5. Berkaitan dengan dimensi waktu
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi
aktiva memiliki 3 karakteristik utama:
41
1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang
cukup pasti dimasa mendatang.Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik
secara individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran
kas masuk dimasa mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari
aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar
dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi hutang.Jadi manfaat ekonomi
masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan
setara kas kepada perusahaan.
Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-sumber
ekonomi. Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan
sumber-sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No
4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:
a. Sumber-sumber ekonomi yang produktif
1. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan
dalam produksi.
2. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain
seperti hak guna bangunan dsb.
b. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/yang masih dalam proses produksi.
c. Uang
d. Klaim untuk menerima uang
e. Hak pemilikan pada perusahaan lain
42
2. Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat menggunakan
manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak
lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan
faktor yang sangat penting agar suatuunit usaha dapat menghalangi akses pihak lain
terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat
diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian,
produksi, penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk mengakui
suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah
menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak
memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan pada substansi
ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu
perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui
aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik bukan
faktor penentu dari aktiva.
3. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian
terhadap manfaat dari aktiva
tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat
diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam
definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability.
Mac Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan
43
untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut.
Meskipun demikian, FASB menolak ise tersebut karena pada dasarnya manfaat
darisuatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan.
2. KONSEP PENILAIAN
Konsep penilaian berkaitan dengan masalah penentuan makna yang ingin disampaikan
pada pemakai laporan terhadap aktiva yang bersangkutan. Konsep penilaian harus
didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi.
A. TUJUAN
Adapun tujuan pengukuran atau penilaian aktiva adalah sebagai berikut :
a) Sebagai salah satu langkah dalam penentuan laba.
b) Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan.
c) Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan.
d) Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk
kepentingan manajemen.
B. DASAR PENILAIAN
Penilaian aktiva berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva tersebut.
Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat
digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values).
1) Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan padajumlah kas atau non kas yang diterima suatu
unit usaha bila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit tersebut
karena suatu pertukaran. Apabila nilai tersebut tidak relevan, ada dasar lain
yang dapat digunakan yaitu :
44
a. Discounted future cash receipts or service potential
Adalah nilai sekarang kas masa yang akan diterima perusahaan seandainya
aktiva tersebut dijual.
b. Harga keluaran sekarang (Current output price)
Apabila produk perusahaan umumnya dijual di pasar yang terorganisis,
harga pasar sekarang merupakan dasar yang rasional untuk menilai
besarnya harga jual di masa mendatang.
c. Nilai setara kas sekarang ( Current cash Equivalent ).
Nilai setara kas sekarang menunjukkan jumlah kas atau daya beli umum
yang dapat diperoleh dengan menjual setiap aktiva berdasarkan keadaan
perusahaan normal.
d. Nilai Likuidasi (Liquidation value).
Nilai likuidasi sama dengan harga jual sekarang atau nilai setara kas
sekarang, dengan perbedaan bahwa nilai keluarannya diperoleh dari kondisi
pasar yang berbeda.
2) Nilai Masukan
Dalam menilai aktiva, nilai masukan sering dianggap lebih tepat daripada nilai
keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya atau nilai tersebut
tidak memungkinkan dilakukannya pelaporanpendapatan sebelumpendapatan
benar-benar terealisasi. Dasar yang dapat digunakan untuk nilai masukan
adalah sebagai berikut :
a. Cost histories
Cost merupakan harga pertukaran barang dan jasa pada saat terjadinya.
b. Cost masukan terkini (Current input cost)
45
Menunjukkan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang
untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
c. Discounted future cost
Menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang
seandainya potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang.
d. Standart cost
Menunjukkan cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada
tingkat efisiensi dan kapasitas produksi normal.
3. PENGAKUAN AKTIVA
Penentuan definisi aktiva merupakan langkah pertama dalam proses identifikasi suatu
aktiva. Apabila jumlah rupiah tertentu akan mempengaruhi posisi keuangan/hasil
usaha dan akan tampak dalam neraca.
FASB(1984) menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada 4 kriteria, sbb :
1. Definisi
Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen
laporan keuangan.
2. Keterukuran
Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya
dengan reliabilitas yang tinggi.
3. Relevansi
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan
untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan
keuangan.
4. Reliabilitas
46
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau
direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya dan netral. Dalam praktik ada
beberapa pos yang memenuhi kriteria definisi tapi tidak dicatat dalam stuktur
akuntansi.penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang
dinamakan aturan pengakuan(recognized rules).
Beberapa aturan secara informal diwujudkan dalam bentuk konvensi atau hal lain
yang secara formal dirancang oleh badan yang berwenang. Contoh aturan menurut
konvensi adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan dan
peralatan dicatat saat pembelian. Contoh aturan yang didasarkan pada keputusan
badan berwenang adalah capital lease.Dalam SFAS No.13 “accounting for lease”
disebutkan bahwa kapitalisasi lease (sewa gung usaha) hanya dilakukan bila salah
satu/lebih kriteria ini dipenuhi:
a) Adanya transfer hak milik kepada pembeli (lessee)
b) Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih untuk membeli dengan syarat
yang menguntungkan pembeli
c) Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat
kontrak ditandatangani
d) Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai
pasar yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.
Praktik menunjukkan banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva
tertentu. Aturan pengakuan menunjukkan aturan khusus yang digunakan untuk
mengidentifikasi aktiva tertentu. Sedang kriteria pengakuan merupakan pedoman
umum yang digunakan untuk memformulasikan aturan pengakuan. Tujuan
akuntansi adalah memberikan dasar bagi kriteria pengakuan, yaitu menyediakan
47
informasi yang relevan dan reliable. Kam (1992) memberikan beberapa kriteria
yaitu:

Didasarkan pada hukum

Pemakaian prisip koservatif

Makna /substansi ekonomi suatu transaksi

Kemampuan mengukur nilai aktiva
4. MASALAH-MASALAH KHUSUS
A. BEBAN TANGGUHAN
Beban tangguhan sering menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Masalah
tersebut adalah; apakah beban tangguhan dapat digolongkan sebagai aktiva? Jenis
beban tangguhan yang mana yang dapat digolongkan sebagai aktiva? Beban
tangguhan tidak hanya menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga
cost jasa dalam bentuk lain selama memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan.
Kriteria umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan beban tangguhan
adalah:
a) Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran pengeluaran yang sah dan
wajar?
b) Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya dimasa
mendatang dapat diantisipasi dengan mudah?
c) Apakah cost tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang
setiap periode?
Ukuran manfaat tidak hanya didasarkan pada kemampuan untuk menambah
volume produk tapi lebih ditekankan pada manfaat yang berhubungan dengan
kegiatan operasi perusahaan dimasa mendatang secara keseluruhan. Dalam
48
praktek, beberapa pos yang sebenarnya berbeda sifat sering dikelompokkan dalam
neraca dengan satu judul yaitu “beban tangguhan”. Misalnya:biaya dibayar
dimuka,cost pendirian perusahaan, cost penelitian dan pengembangan, dan
diskonto surat berharga. Walaupun itu sebenarnya kurang tepat.
B. KAPITALISASI BUNGA
Ada beberapa perlakuan akuntansi bunga :
1. Bunga tidak dikapitalisasi
2. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai eleman cost fasilitas fisik yang
dibangun sendiri
3. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik
yang dibangun
Dalam kondisi tertentu mungkin saja tidak perlu dilakukan kapitalisasi apabila
memang manfaatnya kecil. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untukaktiva yang
memenuhi syarat tertentu. Ada beberapa pedoman yang diatur dalam standar
akuntansi yaitu :
1. Aktiva yang memenuhi syarat
Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut :
a. Aktiva yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.
b. Aktiva yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai
unit/proyek yang berdiri sendiri.
Aktiva yang tidak dapat dijadikan objek kapitalisasi yaitu:
a. Aktiva yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan
pembangunan atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan
pendapatan
49
b. Aktiva yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan
pendapatan dan juga tidak sedang mengalami penyelesaian/perbaikan atau
aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap
digunakan lagi dalam operasi.
2. Besarnya Kapitalisasi
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang
diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Besarnya
tarif kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :
a. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana
pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk
konstruksi tersebut.
b. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya
dana pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk
kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari
tingkat bunga sumber dana lainnya.
3. Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat
berikut dipenuhi :
a. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar
b. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak berhenti cukup lama
selama periode bersangkutan
c. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya
pembangunan konstruksi
d. Penyajian dan pengungkapan
50
Hal yang perlu diungkapkan sebagai penjelasan dalam laporan keuangan :
• Total bunga yang terjadi selama periode
• Bagian dari total bunga yang dikapitalisasi
• Total bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode
tersebut tidak ada bagian bunga yang dikapitalisasi
C. PENGELUARAN KAPITAL/UNTUK AKTIVA (CAPITAL EXPENDITURE)
Capital Expenditure adalah pengorbanan sumber ekonomik yang berkaitan dengan
objek jasa (fasilitas fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam
operasi. Aturan umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi
sebagai pengeluaran capital:
1. Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan
dikapitalisasi jika pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva
sampai aktiva yang bersangkutan siap digunakan untuk operasi perusahaan.
2. Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi
bila memenuhi syarat berikut:
• Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan
• Menambah umur ekonomi
• Menambah nilai aktiva
D. AKTIVA DONASI /SUMBANGAN
Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh
suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan /mengorbankan sumber ekonomi. Aktiva
yang berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan,
maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini
51
dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
E. TRANSAKSI AKTIVA NON MONETER
Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva
bukan berupa kas tetapi berbentuk aktiva non moneter.
52
MATERI VIII
KONSEP HUTANG DAN EKUITAS
Kompetensi Dasar
a. Mampu menjelaskan tentang konsep hutang, karakteristik hutang pengukuran dan
pengakuan hutang
b. Mampu menjelaskan tentang konsep ekuitas
Kepemilikan dan teori entitas
Dua teori yang telah diusulkan untuk memahami akuntansi, teori yaitu proprietary dan
teori entitas.
Teori Kepemilikan
Kepemilikan merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam
persamaan akuntansi:
P = A-L
Dimana kepemilikan (atau ekuitas pemilik) adalah sama dengan aset kurang kewajiban. P
merupakan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague :
Neraca kepemilikan adalah menjumlahkan pada beberapa waktu tertentu dari
semua elemen yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kumpulan orangorang ..... Seluruh tujuan dari perjuangan usaha adalah peningkatan kekayaan,
yaitu, peningkatan kepemilikan.

Aset milik pemilik dan kewajiban adalah kewajiban pemilik.
53

tujuan akuntansi adalah untuk menentukan nilai bersih pemiliknya. Pendapatan
dan beban piutang adalah anak rekening P, yang untuk sementara waktu
memisahkan untuk tujuan menentukan laba pemilik.

Pendapatan
adalah
peningkatan
kepemilikan,
beban
adalah
penurunan
kepemilikan. Vatter menjelaskan :
Teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa beban dan
pendapatan piutang memiliki karakteristik aljabar sama seperti kekayaan
bersih, yaitu rekening cenderung meningkatkan kekayaan bersih
meningkat sebesar kredit, account cenderung menurunkan kekayaan
bersih ditangani dalam urutan terbalik.
Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan
pendapatan serta perubahan nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead
dapat meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika
menyadari (dijual). Dalam kasus tersebut, argumen adalah bahwa peningkatan kekayaan
bersih pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan nasional sampai waktu seperti
surat kabar sebenarnya dijual kepada pihak ketiga. Masalah akuntansi adalah mengukur
perubahan nilai nasional.
Untuk sebagian besar, praktik akuntansi ini didasarkan pada teori berpemilik.
Dividen dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena mereka adalah
pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan dianggap
beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik.
Sebuah modal finansial daripada modal fisik pandangan adalah wajar teori
kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan yang
terakhir berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa
54
mempedulikan klaim kepemilikan. Pandangan eksklusif tidak melihat perbedaan antara
aset pemilik dan aset entitas. Oleh karena itu, semua laba entitas didistribusikan kepada
pemilik perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan. Modal merupakan
kas diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan yang diinvestasikan kembali oleh
berikut tegangan kembali dalam bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan
keuangan modal dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional
tradisional.
Akuntabilitas untuk pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar
karena kesenjangan antara manajemen dan pemegang saham. Untuk perusahaan kecil,
pemilik menyadari status keuangan usaha sehingga gagasan akuntabilitas atau
kepengurusan tidak seperti miningful. Dalam contast, kontak pemegang saham dengan
urusan yang dilaporkan kepada mereka oleh manajemen.
Teori entitas
Teori entitas dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kekurangan pandangan
eksklusif mengenai status hukum yang terpisah dari perusahaan. Teori ini dimulai dengan
fakta bahwa perusahaan merupakan entitas yang terpisah dengan identitasnya sendiri.
Teori melampaui asumsi entitas akuntansi tentang pemisahan urusan bisnis dan pribadi.
Martin Menguraikan dua asumsi terkait terkandung dalam pengertian entitas akuntansi :
• Pemisahan, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.
•
Sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.
Meskipun teori entitas sangat cocok untuk pendukung akuntansi perusahaan percaya
bahwa hal itu dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan dan bahkan bukan untuk
organisasi nirlaba, yang menyediakan :
55

Laporan keuangan dan transaksi diklasifikasikan dan menganalisis dari sudut
pandang entitas sebagai unit operasi dan,

Prinsip dan prosedur Akuntansi tidak diformulasikan dalam bentuk suatu
kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.
Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis : Ini adalah bisnis yang keuangan
sejarah pemegang buku dan akuntan mencoba untuk merekam dan menganalisa, buku dan
rekening adalah catatan bisnis; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan
adalah laporan bisnis.
Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi dapat kepengurusan atau
akuntabilitas. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis
beroperasi untuk kepentingan equityholders, mereka yang menyediakan dana untuk
entitas. Entitas karena itu harus melaporkan kepada equityholders status dan konsekuensi
dari investasi mereka.
Dalam teori entitas, fokus dari persamaan akuntansi aktiva dan ekuitas. senilai
Bersih pemilik bukanlah konsep yang bermakna, karena entitas adalah pusat perhatian.
Pemilik dan kreditur dipandang hanya sebagai equityholders, penyedia dana. Persamaan
akuntansi demikian.
Aktiva = ekuitas
Neraca menunjukkan aset entitas, yang mengacu Paton sebagai mewakili
pernyataan langsung dari nilai entitas dan ekuitas, yang disebutnya sebuah ekspresi tidak
langsung dari total yang sama. Aset milik perusahaan dan kewajiban kewajiban
perusahaan, bukan pemilik. Telah berpendapat bahwa karena jumlah yang diinvestasikan
oleh equityholders harus dicatat, tujuan ini secara logis mengarah ke penggunaan biaya
historis untuk aktiva non moneter, karena total pada sisi kanan dari laporan posisi
56
keuangan harus sama dengan total kiri. Setelah menerima dana yang diberikan oleh
equityholders, perusahaan menginvestasikan dana dalam aset. Untuk aset non moneter, ini
adalah harga beli.
Aset dan beban pada dasarnya sama di alam mereka menyediakan jasa. Ini
hanyalah sebuah pertanyaan apakah jasa digunakan atau tetap untuk penggunaan masa
depan. Karakteristik dasar dari pendapatan adalah bahwa hal itu menciptakan aset lebih
sedangkan biaya akhirnya mengurangi aktiva:
Teori Akuntansi, karena itu harus menjelaskan konsep pendapatan (penghasilan) dan
biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan
ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki klaim
sisa kontrak pada total aktiva, dan itu untuk alasan ini bahwa pendapatan bersih laba
ditahan. Para pemegang saham mendapatkan sisanya, sisa, setelah para kreditur telah
dibayar dalam hal terjadi likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi
konvensional teori ekuitas. Penafsiran yang lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai
modal perusahaan atau investasi sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya
karena baik kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu,
bunga perubahan dan dividen, serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka
mengurangi jumlah ekuitas entitas memiliki dalam dirinya sendiri.
Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa baik teori proprietary dan
entitas yang berpengaruh dalam praktek. teori akuntansi konvensional didasarkan pada
konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan pandangan badan, dengan fokus
mereka pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan perdagangan saham mereka
sendiri, yang menunjukkan pasar menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah.
57
Namun, konsep kepemilikan, beban bunga dianggap sebagai beban dan dividen distribusi
laba.
Definisi kewajiban
IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah:
Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang
diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya
dan manfaat ekonomi.
Kewajiban Kini
Ayat 62 dari Kerangka menyatakan bahwa "penyelesaian" dari kewajiban kini dapat
terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan
1. pembayaran tunai
2. transfer lainnya asset
3. penyediaan jasa
4. penggantian bahwa kewajiban dengan yang lain kewajiban,
5. konversi dari kewajiban terhadap ekuitas
metode ini, jika penyelesaian kewajiban, hanya yang pertama harus melibatkan dua arus
keluar jika aset yang diakui oleh entitas. misalnya, hutang akan diselesaikan secara tunai
(pendapatan yang dibayar di muka) diselesaikan dengan pemberian barang atau jasa.
Transaksi Terakhir
Persyaratan bahwa kewajiban harus hasil dari peristiwa masa lalu memastikan bahwa
hanya kewajiban kini dicatat dan bukan yang akan datang. Namun, keadaan masa lalu
bahkan mungkin sulit menetapkan yang ada dalam kewajiban sampai barang diterima atau
58
sampai lewat judul. Oleh karena itu, masa lalu bahkan dalam hal ini adalah penerimaan
barang, bukan penempatan pesanan. pelaksana sepenuhnya memberikan kasus yang
menarik untuk menafsirkan ‘past event’. Sebagai contoh, adalah kewajiban membeli
kewajiban tanpa syarat? Mempertimbangkan situasi di mana pembeli setuju untuk
membayar jumlah tertentu secara berkala sebagai imbalan untuk produk atau jasa, dan
pembayaran ini harus dibuat terlepas dari apakah pembeli mengambil pengiriman produk
atau layanan. Pembeli wajib melakukan pembayaran berkala, bahkan jika servic tersebut
gagal kapal kuantitas minimum. Pada tahap ini, ada perjanjian antara dua pihak yang yang
tidak dilakukan oleh keduanya. asumsi bahwa pembelian harus melakukan pembayaran
terlepas dari apakah produk atau layanan recevied, kewajiban untuk pengorbanan manfaat
ekonomi masa depan (dengan membayar tunai) kepada entitas lain ada dari
penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, kewajiban pembelian bersyarat merupakan
sebuah kewajiban, yang muncul dari masa lalu bahkan penandatanganan kontrak.
kewajiban ada meskipun tidak dilakukan
Pengakuan Kewajiban
Sekali definisi kewajiban terpenuhi, akuntan harus menentukan aturan apakah itu harus
diakui. Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan
untuk pengakuan aset. Mereka termasuk :
o
ketergantungan pada hukum
o
penentuan substansi ekonomi acara
o
kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban
o
penggunaan prinsip konservatisme
59
Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar
sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan
jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.
Kerangka IASB
Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan
laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen harus
diakui jika:
1. Hal ini kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang
akan mengalir ke atau dari entitas
2. Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan
Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui
di neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya
yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di
mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.
Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah 'bebas dari kesalahan
material dan bias'; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga 'setia merupakan' apa yang
dimaksudkan untuk mewakili (paragraf 31) menyatakan kerangka kerja ini secara khusus
bahwa kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal.
Salah satu contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan yang akan dibayar tidak dapat
diestimasi dengan andal maka item tidak dapat diakui sebagai kewajiban. Contoh tindakan
hukum menggambarkan perdagangan dibuat antara relevansi dan keandalan. Sebuah
keluar kemungkinan masa depan manfaat ekonomi yang terkait dengan gugatan adalah
informasi yang relevan, tetapi untuk mengenali jumlah yang salah dapat menyesatkan
pengguna informasi keuangan.
60
Beberapa orang mengambil pandangan bahwa pengukuran yang dapat diandalkan berarti
pengukuran diverifikasi, yaitu pengukuran kewajiban dapat dihubungkan dengan bukti
obyektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Namun, dalam banyak kasus akuntan harus
menggunakan pertimbangan untuk membuat perkiraan terbaik kewajiban mereka.
Misalnya kewajiban untuk klaim garansi. akuntan ini menggunakan data masa lalu yang
relevan (seperti tingkat penjualan) untuk memperkirakan kewajiban. Jika memperkirakan
cukup handal (yang hanya akan diketahui di masa depan) kemudian informasi tersebut
juga akan relevan bagi pengguna informasi keuangan. Buktinya adalah pandangan yang
berbeda tentang bagaimana mendefinisikan dan kapan harus mengakui kewajiban
yang muncul sebagai bagian dari IASB / proyek s FASB 'pada kerangka konseptual.
Penyisihan dan Kontinjensi
Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada batas kabur antara kewajiban sekarang
dan masa depan. PSAK 37 Penyediaan, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi
mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua
ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba
untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban
tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan ini tergantung tingkat besar pada sifat '
bahkan masa lalu ' tersebut
IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai :
a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya
akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa
masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas
b) kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
61

Tidak kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan manfaat
ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut

Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan
kriteria kerangka untuk pengakuan kewajiban. Dengan demikian. Kewajiban dan
ketentuan diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan
bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.
Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi
tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS
37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui
dalam laporan keuangan. PSAK 37 IS saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari
proyek kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan
'kewajiban kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non-finansial'. Proposal
bertujuan untuk memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37; tanggapan mived
namun, seperti biasa, proposal telah diterima dari pihak.
Efek dari IAS 27 adalah untuk membatasi penggunaan jika ketentuan. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat ketentuan untuk
tidak diasuransikan kehilangan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban
tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang
memerlukan pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan
kerugian' atau sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut
kinerja yang buruk. Karena tidak ada kewajiban keluar kepada pihak eksternal (misalnya
62
komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat
dihindari) seperti ketentuan tidak akan diizinkan dalam kerangka atau standar saat ini.
Kewajiban pengukuran
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban
adalah biaya historis (atau diubah biaya historis). Nilai wajar,, pengukuran digunakan pada
pengukuran awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS
17 sewa, IAS 39 pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2 setoran saham
berbasis IFRS 3 penggabungan usaha. Apa yang kita maksud dengan nilai wajar? Konsep
ini didefinisikan dalam standar seperti IAS 17 (ayat 4) menjadi :
Jumlah aset yang bisa tukar atau kewajiban diselesaikan antara luas, pihak bersedia
panjang.
Dengan demikian, kewajiban yang timbul dalam sewa pembiayaan diakui pada awal
berdasarkan nilai wajar sewa (yang menurut definisi di atas bisa menjadi harga pasar
untuk aset sewaan) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah ( IAS
17, ayat 20) di tahun-tahun berikutnya, jumlah kewajiban pengukuran berdasarkan 'biaya
diamortisasi' metode itu, yaitu, 'biaya' dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai
tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah) disesuaikan secara tahunan untuk
mencerminkan estimasi nilai saat ini. Saldo kewajiban berdasarkan metode tingkat bunga
efektif amortisasi (ayat 25). Dalam hal sewa pembiayaan, standar yang memberikan
panduan yang jelas untuk menentukan nilai kewajiban sewa guna usaha. Namun, dalam
kasus lain, pengukuran nilai wajar kewajiban hadir beberapa tantangan. Sebagai contoh,
63
bagaimana kita memperkirakan nilai wajar suatu kewajiban yang tidak ada nilai pasar.
Banyak kewajiban diselesaikan, tidak dijual.
Kita bisa melihat bahwa biaya historis (yang agak dimodifikasi biaya historis, dalam hal
ini diamortisasi biaya) adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran
selanjutnya kewajiban. Dua contoh di mana pengukuran nilai wajar diperlukan setelah
akuisisi adalah kewajiban pasca kerja seperti pensiun (pensiun) di bawah 119 IAS
Manfaat karyawan 19/AASB dan ketentuan jangka panjang dengan ketentuan 37/AASB
IAS 137. Kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi. Perhatikan bahwa dalam kedua
kasus kewajiban jangka panjang dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh nilai waktu
banyak. Dalam hal nilai sekarang, semakin lama jangka waktu sampai dengan
penyelesaian kewajiban, semakin rendah nilainya. Hal ini karena suatu entitas manfaat
dari kemampuan untuk mendapatkan bunga pada dana yang belum digunakan saat ini
untuk menyelesaikan kewajiban. Bagian berikutnya membahas pengukuran kewajiban
yang terkait dengan pensiun (pensiun) dan ketentuan dan kontinjensi.
RENCANA IMBALAN KERJA PENSIUN
Di banyak negara pensiun (atau dana) rencana ditetapkan oleh atasan untuk memberikan
manfaat pensiun untuk karyawan. Pengusaha melakukan pembayaran kepada dana pensiun
yang memiliki aktiva, kepercayaan, untuk mendanai pembayaran ketika karyawan
pensiun. Dana pensiun adalah suatu badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja.
Dana pensiun mungkin iuran (baik atasan dan pekerja berkontribusi untuk mendanai) atau
non-iuran (dimana hanya atasan membuat kontribusi). Untuk dana imbalan pasti, jumlah
yang akan dibayarkan kepada karyawan setidaknya sebagian fungsi dari gaji karyawan
64
akhir atau rata-rata, sebaliknya, suatu iuran pasti (atau akumulasi manfaat) dana membayar
jumlah yang adalah fungsi dari kontribusi dibuat untuk dana tersebut.
Tabel pengukuran 1. Kewajiban dalam laporan keuangan konsolidasi IFRS.
Biasanya
Diizinkan
pengukuran
oleh
IFRS
dasar
dan
diadopsi
Dalam praktek
Nilai Wajar Opsi
Pinjaman jangka panjang
Amortisasi biaya
Tidak
Sewa pembiayaan
Amortisasi biaya
Tidak
Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban imbalan pasca kerja Nilai
kini
pembayaran
diharapkan Tidak
imbalan
dikurangi nilai wajar aktiva program
Pajak tangguhan
Diharapkan pembayaran
Tidak
Ketentuan jangka panjang
Nilai kini pembayaran diharapkan
Tidak
Hutang usaha
Amortisasi biaya
Tidak
Derivatif
Nilai wajar
-
Pinjaman jangka pendek
Amortisasi biaya
Tidak
dari Amortisasi biaya
Tidak
Kewajiban lancar
Bagian
jangka
pendek
hutang jangka panjang
Kewajiban keuangan lainnya
Amortisasi biaya
Ya
Hutang pajak kini
Diharapkan pembayaran
Tidak
Jangka pendek ketentuan
Diharapkan pembayaran
Tidak
Dana pensiun dapat seluruhnya dibiayai, sebagian didanai atau tidak didanai. Sepenuhnya
didanai rencana memiliki kas yang cukup atau investasi untuk memenuhi kewajiban dana
untuk anggota. Sebaliknya, rencana didanai tidak memiliki uang tunai atau investasi untuk
menutupi potensi pembayaran di bawah rencana. Sejauh yang jumlah yang
diselenggarakan di percaya dan yang dibayarkan ke dana pensiun tidak cukup untuk
65
memenuhi kewajiban berdasarkan program saat mereka jatuh tempo, dana pensiun adalah
kekurangan dana.
Karena dana pensiun adalah badan hukum yang terpisah, mungkin akan dianggap bahwa
komitmen tidak didanai, rencana bukan merupakan kewajiban dari sebuah perusahaan
atasan yang membayar ke dana pensiun. Namun, bisa dikatakan bahwa perusahaan
memiliki kewajiban yang adil untuk memenuhi komitmen tidak didanai dan karenanya,
memiliki kewajiban. Untuk mendukung argumen ini, Whittred, Zimmer dan Taylor
menawarkan contoh sebuah perusahaan yang memungkinkan superannuation disponsori
default dana dan menderita kehilangan reputasi dalam Tenaga Kerja dan pasar lain sebagai
konsekuensinya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat ekonomi. Meskipun
beberapa perusahaan tradisional belum mengakui komitmen didanai sebagai kewajiban,
dalam kerangka dan IAS 37/AASB 137 sulit untuk berpendapat bahwa mereka bukan
merupakan kewajiban.
Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban untuk pensiun
(tabungan hari tua) pembayaran. Apakah :

Sebagai jasa karyawan yang membuat? gagasan adalah bahwa pembayaran adalah
bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat pemberian jasa. Namun,
dibayarkan di masa depan, setelah pensiun.

Ketika karyawan pensiun?

Bila dana yang dibutuhkan untuk membuat pembayaran berdasarkan program pensiun?
Dana pensiun dapat dianggap sebagai janji oleh entitas untuk memberikan pensiun kepada
karyawan sebagai imbalan jasa masa lalu dan saat ini. manfaat pensiun adalah bentuk
kompensasi ditangguhkan ditawarkan oleh perusahaan dalam pertukaran untuk pelayanan
oleh karyawan yang telah memilih, baik implisit maupun eksplisit, untuk menerima
66
kompensasi yang lebih rendah saat di kembali untuk pembayaran pensiun di masa depan.
Ini manfaat pensiun yang diterima oleh karyawan, dan biaya mereka mencatat selama
bertahun-tahun jasa diberikan. Acara lalu kritis adalah jasa oleh karyawan dan, oleh
karena itu, kewajiban muncul bagi mereka manfaat pensiun yang belum didanai. Studi
kasus 8.2 menganggap masalah yang berhubungan dengan akuntansi pensiun (pensiun) di
kerajaan bersatu dan Australia dengan fokus pada pensiun (pensiun) kewajiban dari
sejumlah perusahaan yang terdaftar besar.
Ketentuan dan kontinjensi
Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada kabur batas antara kewajiban sekarang dan
masa depan. IAS 37/AASB 137 Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi
mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua
ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba
untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban
tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan tergantung derajat besar pada sifat dari
'peristiwa masa lalu'
IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai:
a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya
akan dikonfirmasi hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas, atau kewajiban kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena :
o Hal ini tidak mungkin tersebut mengakibatkan arus keluar atau sumber daya yang
memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban
tersebut; atau
o Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
67
Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan
kriteria Kerangka pengakuan kewajiban. Dengan demikian, kewajiban dan ketentuan
diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan bahwa suatu
arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.
Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi
tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS
37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui
dalam laporan keuangan. PSAK 37 saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari
proyek Kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan
'kewajiban kontinjensi' menggantinya dengan 'non-keuangan. Proposal bertujuan untuk
memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37, namun, seperti biasa, proposal telah
menerima tanggapan beragam dari stakeholder.
Pengaruh IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan ketentuan. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat penyisihan kerugian yang
tidak diasuransikan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban tidak dapat
diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan
pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan kerugian' atau
sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut kinerja yang
buruk. Karena tidak ada kewajiban yang ada kepada pihak eksternal (misalnya komitmen
untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat dihindari)
ketentuan tersebut tidak akan diizinkan dalam Kerangka atau standar saat ini.
Tentu saja, ada keadaan ketika pengguna informasi keuangan ingin tahu tentang potensi
kerugian atau pengeluaran. PSAK 37 menyatakan bahwa dalam beberapa keadaan catatan
ke rekening diperlukan karena pengetahuan tentang kewajiban yang relevan bagi
68
pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya yang langka. Artinya, penyelesaian masa depan mungkin diperlukan,
tetapi diperkirakan kemungkinan tidak cukup tinggi untuk menjamin pengakuan formal.
Tes probabilitas subyektif memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengecualikan
kewajiban dari laporan keuangan mereka. Namun, kewajiban tetap harus diungkapkan
ketika pengetahuan dari mereka cenderung mempengaruhi pengambilan keputusan
pengguna. Teori dalam aksi 8.3 memberikan contoh dari catatan kewajiban kontinjensi
dari Public Transport Authority of Western Australia (badan sektor publik). Ini adalah
latihan yang berguna untuk mempertimbangkan tingkat pengungkapan termasuk dalam
catatan dan alasan yang telah disediakan.

Pemilik ekuitas
ekuitas Pemilik 'adalah ketiga dari konsep-konsep dasar akuntansi ditangkap dalam
persamaan akuntansi. Ini merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari
entitas (P = AL). demikian, pemilik ekuitas (atau usaha) menangkap pemilik 'klaim
terhadap aktiva bersih entitas, entitas yang tidak memiliki kewajiban lancar membayar. Ini
mewakili kepentingan pemilik 'atau modal dalam perusahaan. ekuitas Pemilik '(bunga
sisa) adalah sebuah klaim atau kanan ke aktiva bersih entitas. Kerangka mendefinisikan
ekuitas dalam ayat 49 (C) sebagai berikut:
Ekuitas 'adalah kepentingan sisa dalam aset perusahaan setelah dikurangi semua
kewajibannya. Oleh karena itu, ekuitas pemilik 'tidak kewajiban untuk pengalihan aset,
namun klaim sisa. Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan secara terpisah dari aktiva
dan kewajiban. Dengan demikian, definisi aset dan kewajiban yang harus disepakati
sebelum definisi ekuitas dapat diselesaikan dan diterapkan dalam arti teoritis atau praktis
suara. Sebagai hasil dari sifat residu, jumlah yang ditampilkan dalam neraca sebagai
69
mewakili ekuitas tergantung pada tidak hanya aset dan kewajiban yang diakui tetapi juga
bagaimana mereka diukur. Sebagai contoh, asumsikan sebuah Perusahaan A melakukan
revaluasi atas aktiva sesuai IAS 16/AASB 116 Aktiva Tetap tetapi Perusahaan B, yang
memegang aset identik, tidak. Perusahaan A akan melaporkan aset yang lebih tinggi dan
ekuitas dari Kantor B.
Pertanyaan mendasar yang harus ditangani dalam mencapai jumlah ekuitas adalah
apakah item merupakan kewajiban atau ekuitas entitas. Ada dua fitur penting yang dapat
membantu kita untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik. Mereka adalah:
• Hak para pihak
• Substansi ekonomi pengaturan
Hak hukum adalah pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh
menjadi dasar satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Setelah semua, definisi
kewajiban termasuk kewajiban konstruktif dan adil serta kewajiban hukum. Alasan lain
adalah bahwa sudut pandang hukum terlalu sempit fokus yang akan berguna dalam
mencapai tujuan keputusan kegunaan akuntansi. Oleh karena itu, substansi ekonomi juga
harus dipelajari.

Hak para pihak
satu fitur dari hak yang diberikan kepada para pihak baik oleh hukum atau oleh kebijakan
perusahaan berkaitan dengan prioritas hak untuk (kembali) dibayar dalam hal badan
tersebut ditutup. Secara hukum, untuk kepemilikan tunggal atau kemitraan, kreditur
mempunyai klaim pada pemilik (s) dan, untuk korporasi, tuntutan terhadap perusahaan.
Namun, dalam teori akuntansi, tidak peduli apa bentuk hukum organisasi, entitas diakui
sebagai unit akuntabilitas.
Oleh karena itu, kreditur mempunyai klaim atas entitas dan dengan demikian terhadap
aset.
70
Kreditor memiliki hak-hak berikut:
• Penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau
jasa)
• Prioritas dari pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam likuidasi
Perhatikan bahwa klaim kreditur terbatas pada jumlah tertentu (yang mungkin
berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan persyaratan perjanjian). Sebaliknya, pemilik
memiliki kepentingan sisa saja, walaupun dengan pengaturan kontrak kelas yang berbeda
dari pemilik mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam pengembalian modal.
Aspek lain dari hak kreditur dan pemilik berkaitan dengan penggunaan aset atau ke
operasi bisnis. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan aset dari perusahaan lain
selain yang dirinci dalam kontrak. Kecuali secara tidak langsung dalam beberapa kasus,
mereka tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan dalam operasi bisnis.
Dalam cara yang terbatas, dengan kontrak, mereka mungkin mengganggu operasi dengan
mensyaratkan bahwa saldo laba dibatasi, atau bahwa aset diberikan tidak akan dijual tanpa
persetujuan mereka. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau wewenang untuk
menjalankan usahanya.

Substansi Ekonomi
Baik kewajiban dan ekuitas pemilik 'mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu
terhadap entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya kreditur,
risiko mereka lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal
dari kegiatan perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap
perusahaan, tingkat risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan
demikian, perbedaan utama antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor
memiliki hak untuk pemukiman, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini mencerminkan risiko ekonomi dan fitur
71
pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung risiko kurang dan mendapatkan
imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok), sedangkan pemilik menanggung
risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan variabel (dan sering lebih tinggi)
tingkat pengembalian melalui partisipasi mereka dalam keuntungan. Memberikan
representasi diagram hubungan antara substansi ekonomi dan hak.

Konsep modal
Akuntansi ekuitas dipengaruhi oleh resep hukum. Sebagai contoh, di Inggris Raya dan
hukum perusahaan Australia termasuk undang-undang yang berkaitan dengan akuntansi
untuk modal. Terpenting adalah kebutuhan 'pemeliharaan modal', yang menuntut bahwa
perusahaan mempertahankan utuh awal mereka (dan berikutnya) basis modal. Kerangka
mengakui bahwa baik atau tidak perusahaan mempertahankan modal yang utuh
merupakan fungsi tidak hanya dari definisi ekuitas sebagai suatu kepentingan sisa dalam
suatu entitas, tetapi juga konsep modal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai uang
ditemukan atau ditemukan daya beli (modal keuangan) atau sebagai kapasitas produktif
dari entitas (modal fisik). Selanjutnya, modal dapat diukur di kedua satu dolar nominal
atau daya beli ('nyata') skala. Berbagai kombinasi dari konsep modal dan skala
pengukuran yang digunakan dalam model yang berbeda yang menghasilkan ukuran yang
berbeda dari modal dalam keadaan yang identik. Kerangka tidak memberikan panduan
tentang model mana yang paling sesuai, tetapi tidak mengakui dalam paragraf 108 dan 109
bahwa perusahaan akan membutuhkan jumlah yang berbeda untuk mempertahankan
sumber daya untuk mempertahankan konsep yang berbeda dan ukuran modal.
Tujuan lain persyaratan perawatan modal adalah untuk melindungi kreditur dengan
memberikan sebuah 'bantal' atau 'buffer'. Misalnya, suatu entitas memiliki tidak lebih dari
ibukota Leal sebesar $ 10.000. jika jumlah aktiva adalah $ 100.000, ini berarti bahwa
jumlah kewajiban kepada $ 90,000. ini adalah:
72
A=L+P
$ 100.000 = $ 90.000 + $ 10.000
Jika entitas itu harus dilikuidasi dan nilai tercatat aktiva menyadari hanya $ 80.000, ada
akan cukup untuk membayar kreditur. Hal ini dimungkinkan karena adanya modal sebesar
$ 10.000. tanpa itu, kreditur tidak akan. Dibayar lunas. Modal bukan jaminan untuk
perlindungan kreditur, tetapi tidak menawarkan keamanan beberapa. Pentingnya cadangan
modal disorot dalam krisis perbankan dan likuiditas 2007-2008.

Klasifikasi Modal
Perbedaan antara kontribusi dan memperoleh modal adalah salah satu yang akuntan
menemukan berguna. Alasannya adalah untuk menjaga memisahkan nilai investasi dari
jumlah yang diinvestasikan kembali. Yang pertama adalah karena transaksi pembiayaan,
sedangkan surat ini berasal dari aktivitas laba-diarahkan. Saldo laba, atau laba
dicadangkan, membentuk modal diperoleh.
Saldo laba dapat disesuaikan untuk tujuan tertentu. Ingat bahwa saldo aktiva
produktif tidak dalam diri mereka sendiri dan oleh karena itu alokasi dana cadangan ke
rekening cadangan khusus tidak merupakan aktiva tertentu. Pada tahun 1950, sebuah
komite khusus dari American Association Akuntansi menjelaskan bahwa alokasi berasal
dari tiga jenis:

Mereka yang dirancang untuk menjelaskan kebijakan manajerial tentang
reinvestasi keuntungan

Mereka yang dimaksudkan untuk membatasi dividen sebagaimana disyaratkan
oleh hukum atau kontrak

Mereka yang memberikan kerugian diantisipasi.
Komite ini menyatakan sebagai berikut :
73

Jenis pertama tidak efektif mencapai tujuan dan akan menjadi yang terbaik
dijelaskan dalam bentuk narasi di tempat lain.

Untuk tipe kedua, panitia diyakini catatan ke rekening akan lebih baik pada suatu
pengalokasian

Untuk tipe ketiga, komite merasa apropriasi adalah tidak perlu dan sering
menyesatkan catatan akan lebih cocok. Komite ini menekankan bahwa alokasi
tidak boleh mempengaruhi penentuan keuntungan. Ada sedikit yang bisa dicapai
dengan alokasi. Beberapa perusahaan dituduh menggunakan alokasi sebagai cara
untuk mengurangi jumlah yang tersedia untuk dividen, berharap demikian untuk
mengurangi keluhan oleh pemegang saham tentang tingkat dividen yang
dibayarkan. argumen tersebut mengasumsikan bahwa manajer percaya pemegang
saham naif. Demarkasi antara kontribusi dan memperoleh modal tidak dapat dijaga
ketat karena transaksi yang tidak jatuh rapi ke dalam kategori ini. Sebagai contoh,
saham dividen (dividen yaitu yang 'Disetor' dalam bentuk alokasi saham)
merupakan perubahan dalam klasifikasi dari yang diperoleh menjadi modal
memberikan kontribusi.

Perbedaan Hutang dengan ekuitas
Berdasarkan kriteria definisi dan pengakuan dibahas dalam bab ini, kita dapat setuju
bahwa saham yang dikeluarkan untuk membentuk bagian investor dari ekuitas dan
pinjaman dari kreditur merupakan kewajiban. Namun, pertanyaan diajukan tentang
instrumen hibrida yang memiliki karakteristik dari kedua hutang dan ekuitas. Sebagai
contoh, saham preferensi secara tradisional dianggap sebagai modal dan, karena itu,
sebagai bagian dari ekuitas pemilik ', tetapi mereka memiliki karakteristik yang juga
menyelaraskan mereka dengan kewajiban, seperti berikut:
74
- Mereka adalah tetap klaim
- Mereka mungkin tidak berpartisipasi dalam dividen lain dari pada tingkat pra-tertentu
(mirip dengan bunga)
- Mereka memiliki prioritas atas saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya
kewajiban)
- Mereka umumnya melakukan tidak memiliki hak suara
Meskipun mereka adalah saham disebut, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang
memenuhi
definisi
kewajiban,
dan
harus
diklasifikasikan
sebagai
kewajiban.
Klasifikasi instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas memiliki efek luar neraca
sejak klasifikasi menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan yang
berhubungan dengan instrumen yang diakui sebagai pendapatan atau beban dalam
menghitung laba bersih, atau apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi dari
keuntungan dihitung. Distribusi bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait
dengan instrumen keuangan atau komponen dari instrumen keuangan yang kewajiban
diakui sebagai pendapatan atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen
ekuitas diperlakukan sebagai pembagian keuntungan setelah mereka telah dihitung.
Tujuan membedakan antara pemilik modal dan kewajiban adalah untuk meningkatkan
manfaat informasi bagi pengambilan keputusan. pertanyaan menarik yang diajukan
tentang bagaimana investor melihat efek hibrida yang disebut, yang menggabungkan
kedua fitur hutang dan ekuitas seperti catatan konversi, saham preferensi ditebus dan
hutang subordinasi. IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara instrumen
ekuitas dan non-ekuitas. Titik awalnya adalah gagasan bahwa semua instrumen abadi
adalah modal. Selain itu, instrumen dipertukarkan sesuai dengan pilihan penerbit akan
ekuitas. Sebaliknya, kewajiban adalah wajib diuangkan pada tanggal tertentu atau tanggal
atau pasti terjadi.
75
Penyelesaian utang
Utang mungkin diselesaikan dengan cara lain selain dengan pembayaran langsung atau
jasa kepada kreditur. Situasi itu berhubungan dengan disebut sebagai 'off-set dan
pelunasan utang' atau 'di-substansi peniadaan'. Hal ini memungkinkan debitur untuk
menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau kewajiban hanya
jika entitas memiliki hak t kekuatan hukum tetap saat berangkat jumlah yang diakui, dan
bermaksud baik untuk (a) menyelesaikan secara bersih atau (b) merealisasikan aktiva dan
menyelesaikan kewajiban secara bersamaan.
Misalnya Perusahaan A memiliki hutang obligasi dari $ 10.000.000 dijual awalnya
setara dengan tingkat bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun sisa hidup.
Saat ini, karena suku bunga yang lebih tinggi, nilai pasar obligasi lebih rendah dari nilai
jatuh tempo mereka. Sebuah perusahaan akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai
nominal sebesar $ 10.000.000 suku bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun
sisa hidup, untuk $ 7.500.000. Ini akan ditempatkan dalam sebuah kepercayaan tidak dapat
dibatalkan untuk tujuan melunasi obligasi perusahaan hutang.
Investasi dalam Obligasi Pemerintah
Kas
$ 7.500.000
Hutang Obligasi
Investasi dalam Surat Utang
Keuntungan Hutang Obligasi
$ 10.000.000
$ 7.500.000
$ 7.500.000
$ 2.500.000
Keuntungan bagi perusahaan adalah :
- Hutang dihapus dan, oleh karena itu, utang perusahaan terhadap ekuitas meningkatkan
Laba tahun berjalan meningkat dengan jumlah keuntungan yang Untuk keperluan
pajak, keuntungan tersebut tidak diakui karena perusahaan masih secara hukum
diwajibkan untuk membayar obligasi.
76
- Untuk tujuan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan diperhitungkan dengan beban
bunga obligasi perusahaan
- Pencabutan izin perusahaan untuk mengelola sisi kewajiban dalam neraca karena akan
surat berharga pada sisi aktiva
Definisi kerangka kewajiban menyiratkan bahwa itu diselesaikan pada saat aktiva atau jasa
telah dialihkan ke entitas lain.
Karyawan saham (pembayaran saham-based)
IASB telah memutuskan untuk mengobati remunerasi saham berdasarkan sebagai
beban. IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham berbasis membedakan antara pembayaran
saham berbasis yang cash-diselesaikan dan mereka yang ekuitas-diselesaikan. Ketika
barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham,
entitas mencatat kejadian ketika mendapatkan barang barang atau jasa tersebut diterima.
Jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan sahamsaham berbasis, sisi kredit masuk adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa
yang diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai, kredit entri yang sesuai
adalah kewajiban.
77
MATERI IX
KONSEP PENDAPATAN DAN BEBAN
Kompetensi Dasar
a. Mampu menjelaskan tentang konsep pendapatan,pengukuran dan pengakuan
pendapatan
b. Mampu menjelaskan tentang konsep biaya
c. Mampu menjelaskan konsep prinsip matching
PENDAPATAN (REVENUE)

Sifat Pendapatan
Definisi pendapatan yang lebih tradisional adalah bahwa pendapatan merupakan arus
masuk aktiva atau aktiva bersih ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau
jasa. Inilah pendekatan FASB Statement of Financial Accounting Concept No.3 (SFAC 3).
Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus, yaitu
penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu.

Apakah yang seharusnya termasuk dalam pendapatan
Dalam Statement No.4. APB menyajikan pandangan yang komprehensif mengenai
pendapatan. Selain penjualan dan jasa, dalam pendapatan dimaksudkan penjualan sumbersumber daya selan produk perusahaan, seperti pabrik, peralatan dan investasi.
Di dalam FASB SFAC No.3, dijelaskan definisi pendapatan yang lebih sempit sebagai
produk atau jasa perusahaan sebagai berikut: “pendapatan terjadi (dari) operasi utama atau
operasi pusat perusahaan yang bersinambung selama satu periode”. Jadi dalam definisi ini,
pendapatan tidak mencakup keuntungan. Paton dan Littleton mengutarakan juga
pandangan ini dengan mengakui arus penyelesaian sebagai sumber utama pendapatan.
78

Pengukuran pendapatan
Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan. Nilai
tukar ini menunjukkan ekivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang
yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan.

Saat pelaporan pendapatan
Suatu alternative pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian kegiatan utama
ekonomik adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian kritis.
Pencatatan pendapatan di dalam laporan akuntansi harus berdasarkan krtiteria berikut: (1)
nilai ekonomik harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya, (2) jumlah
pendapatan harus dapat diukur, (3) pengukuran harus dapat dibutuhkan dan secara relative
bebas dari bias, (4) beban yang berkaitan harus dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan
yang layak.
Pada umumnya, laporan akuntansi akan lebih baik jika pendapatan dilaporkan sedini
mungkin sesudah pertambahan nilai dapat diukur. Akan tetapi pengukuran pendapatan
dengan menggunakan probabilitas akan lebih baik daripada hanya melaporkan jumlah
pendatan berniali tunggal yang menggambarkan ekivalen kepastian.
79
Saat Pelaporan
Ktriteria
Contoh
Selama produksi
Penetapan harga perusahaan berdasarkan Akrual: kontrak jangka
Pada saat penyelesaian
kontrak atau persyaratan usaha yang
panjang, pertumbuhan
produksi
umum ataupun harga pasar yang ada
(accreation)
Pada saat penjualan
pada berbagai tingkat produksi.
Logam muli; produk
Pada saat penagihan kas
Adanya harga jual yang dapat ditentukan pertanian; jasa
atau harga pasar yang stabil. Biaya
Sebagian besar penjualan
pemasaran tidak besar.
barang dagangan.
Harga yang ditetapkan untuk produk itu.
Penjualan angsuran;
Metode yang layak untuk menaksir
pertukaran aktiva tetap tanpa
jumlah yang dapat ditagih. Penaksiran
nilai yang ditetapkan secara
semua beban material yang berkaitan.
teruji.
Tidak mungkin menilai aktiva yang
diterima dengan tingkat ketepatan yang
wajar. Beban tambahan material,
mungkin masih ada, dan beban ini tidak
dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan
yang wajar pada saat penjualan
BEBAN (EXPENSES)
Seperti istilah pendapatan, istilah beban juga merupakan konsep arus, yang
menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan dalam sumber daya perusahaan.
Tetapi tidak semua perusahaan yang tidak menguntungkan itu termasuk beban.
Definisinya yang lebih tepat, beban adalah penggunaan atau pemakaian barang dan jasa di
dalam proses mendapatkan pendapatan.
Aspek yang tidak menguntungkan dari kegiatan menghasilkan pendapataan cenderung
mengurangi kekayaan pemegang saha di dalam perusahaan. Beban sering didefinisikan
dalam konteks ini. Biaya sering didefinisikan dalam arti biaya yang habis terpakai atau
80
alokasi biaya. Definisi ini tidak mencerminkan observasi dunia nyata. Penilaian beban
tidak sama dengan pendefinisian beban.

Apakah yang seharusnya termasuk di dalam beban?
Perhimpunan Akuntansi Amerika (AAA) pada tahu 1948 mendefinisikan bahwa beban
terdiri dari biaya operasi dan kerugian. Dengan kata lain, FASB SFAC No.3 dengan jelas
membedakan antara beban dan kerugian. Hanya beban berkaitan dengan operasi utama
dan operasi perusahaan berkaitan dengan atau incidental bagi kegiatan perusahaan.
Perbedaan ini akan diteuskan di dalam penambahan berikut untuk mempertahankan
kejelasan penambahan

Bagaimanakah beban seharusnya diukur?
Menurut mereka yang mendefinisikan beban sebagai penurunan dalam aktiva bersih
perusahaan, suatu alat ukur yang logis adalah nilai barang dan jasa pada waktu digunakan
dalam operasi perusahaan. Pengukuran biaya yang paling umum adalah: (1) biaya historis,
(2) nilai berjalan, seperti biaya pengganti, dan (3) biaya oportunitas atau ekivalen kas pada
saat berjalan.

Saat pengakuan beban
Menurut difinisi, beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau dilakukan dengan
mencatat kegiatan di dalam perkiraan atau memasukkannya di dalam laporan keuangan.
Pelaporan beban dapat terjadi bersamaan dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa;
atau boleh dilakukan sesudah kegiatan itu; atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh
mendahului kegiatan itu.
81
Definisi laba sebagai perubahan dalam nilai umumnya menyarankan bahwa beban harus
dilaporkan kapan saja terjadi penurunan nilai atau jika tidak terdapat manfaat atau nilai
nyata yang akan diterima pada masa yang akan datang dari penggunaan barang atau jasa.
Konsep laba yang menekankan arus kas menyimpulkan beban bahwa beban harus
dilaporkan sedekat mungkin dengan saat pengeluaran kas yang sebenarnya. Akuntansi
akrual yang tradisional yang agaknya berada diantara kedua ekstrem ini, tetapi bersandar
pada konsep nilai yang menyarankan bahwa harga masukan (biaya) harus ditahan sampai
pertambahan nilai dilaporkan dengan penggantinya, yaitu harga keluar (penjualan).
Artinya, beban harus diakui pada periode dimana pendapatan yang berkaitan diakui.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Keuntungan dan kerugian merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang
menghasilkan pendapatan. Definisi keuntungan dan kerugian yang disajikan dalam FASB
SFAC No.3 konsisten dengan definisi di atas.
Keuntungan
Pemberian kepada perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai modal atau laba, tergantung
pada maksud pemberian dan keadaan yang melatarbelakangi pemberian tersebut.
Pemberian harus diukur seperti pendapatan – yaitu menurut nilai berjalan dari aktiva yang
diterima. Sebagian besar keuntungan lainnya berasal dari pertukaran, sehingga diperlukan
penandingan di antara aspek-aspek yang menguntungkan dan tidak menguntungkan.
Saat pengakuan keuntungan sama dengan pengakuan pendapat, kecuali bahwa umumnya
para akuntan berpegang lebih erat pada konsep realisasi. Artinya, keuntungan umumnya
tidak diakui sampai pertukaran atau penjualan terjadi.
82
Kerugian
Istilah kerugian yang digunakan oleh akuntan untuk memaksudkan kelebihan beban atas
pendapatan suatu periode – yaitu kebalikan laba bersih. Tetapi istilah kerugian digunakan
di sini sebagai kebalikan dari keuntungan yang berkaitan dengan hasil bersih peristiwa
yang tidak menguntungkan yang tidak timbul dari kegiatan normal yang menghasilkan
pendapatan.
Pengukuran kerugian serupa dengan pengukuran beban kecuali bahwa hasilnya langsung
diofset untuk mencerminkan jumlah bersih. Sebagimana halnya dengan beban, kelihatnnya
lebih disukai untuk merumuskan kerugian sebagai habisnya nilai dan bukannya sebagai
alokasi biaya. Sebagaimana halnya dengan beban, harga perolehan merupakan pengukuran
yang dapat diverifikasi dan nilai tukar aktiva pada saat diperoleh.
Criteria pengakuan kerugian sama dengan criteria pengakuan beban periode. Kerugian
tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan, sehingga harus diakui pada periode dimana
kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat yang lebih
sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat.
83
MATERI X
KONSEP LABA
Kompetensi Dasar
Mampu menjelaskan tentang konsep laba, karakteristik pengakuan,
pengukuran,
penilaian, dan penyajian
KONSEP LABA DALAM PELAPORAN KEUANGAN
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu
dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi (Belkaoui,1993) Dalam SFAC
no. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang
disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja
manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang
dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional
adalah nilai maksimum yang dapat dibagi atau di konsumsi selama satu periode akuntansi
dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal periode.
Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut
dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih
selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang
diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu
perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha
selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang
comprehensive income merupakan konsep paling luas (Muqodim, 2005:110).
84
Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen
pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak
(Muqodim, 2005:131). Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor
dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332)
mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu
perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa
depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara
yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor.
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai (Suwardjono, 2005: 456) :
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested
capital).
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.
Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari
laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba.
Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa
85
keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim
(2005 : 114) adalah:
a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para
pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj
kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi
memenuhi dasar konservatisme.
d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan
pertanggungjawaban manajemen.
TUJUAN PELAPORAN LABA
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat
menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Dengan
konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil
keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep laba yang
digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya
berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua
alternative yang dapat digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk
memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba dan
menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus.
Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan
untuk memnuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk meyajikan informasi
86
yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat
digunakan:
1. Sebagai indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran
8. Sebagai dasar pembagian deviden
KUALITAS INFORMASI LABA
M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam kaitannya
dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh
kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan
yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang
menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi
perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi
arus kas dan laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi
kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur
laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:
87
a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan
aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah
berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba
(income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan
Aktiva.
b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)
Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya
memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para
akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut
adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.
c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan
keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha
users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor,
reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari
manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
Konsep income ini paling tidak harus memberikan implikasi income sebagai bahan
pengambilan keputusan manajemen.
PENGUKURAN & PENGAKUAN LABA
Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada
88
besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep
penghimpunan an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian
perlakuan akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi
terhadap pendapatan.
Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba diakui
sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa:
penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang
yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap 92)
Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan
mempertahankan capital/kemakmuran (capital maintenence)
A. Pendekatan Transaksi
Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya
karena transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena
adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar perusahaan.
Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.
Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui
pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari
pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama
akan diubah menjadi aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi
pendapatan.
Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :
89
1. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas
dasar, produk /konsumen.
2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang
ada pada akhir periode.
4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.
B. Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada
tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam
penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini
disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.
Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang
mengukur transaksi dengan pihak luar.
Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/ kegiatan dalam arti
luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar. Meskipun demikian keduanya gagal
menunjukan pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan dua pendekatan
tersebut di dasarkan pada hubungan struktural yang sama yang tidak ada dalam dunia
nyata.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :
1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenios evaluasi
dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan
penjualan surat berharga yang ditukar pada usaha memperoleh capital gain.
90
2. Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku
dari jenis kegiatan yang berbeda.
C. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)
Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat
dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan
kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep laba dan kapital.
Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) artian luas dan dalam
berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa
memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefinisikan laba
sebagai berikut :
Laba (income) adalah perubahan dalam kapital perusahaan diantara dua titik waktu yang
berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distribusi
kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada
skala pengukuran tertentu (p. 194)
Sementara Hendrikson (1989) mengartikan kapital laba sebagai berikut : Laba adalah
aliran jasa sepanjangperiode waktu. Kapital adalah persediaan kemakmuran (the
embodiment of future services), dan laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat
dinikmati selama satu periode tertentu (p. 142)
Dari pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat
kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di konsumsikan
(dinikmati) selama satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya.
Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir
91
periode dengan tingkat kemakmuran pada awal periode [ Laba = total aktiva neto (akhir
periode)- kapital yang diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut
dengan konsep mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance
concept).
Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto (net-worth) atau aktiva neto.
Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu.
pengukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital, dan skala
pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan
besarnya laba yang diperoleh.
LABA (INCOME)
Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital
dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat
dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi
kemampuan ekonomik kapital paa awal perioda. Dalam teori akuntansi sendiri, laba
diartikan sebagai laba komprehensif yaitu kenaikan asset bersih selain yang berasal dari
transaksi dengan pemilik. Apabila dilihat menggunakan PABU, laba adalah selisih
pendapatan dan biaya yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima
umum (PABU).
Tujuan Pelaporan Laba
Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran, laba akuntansi diharapkan dapat digunakan
sebagai: pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan
pajak, sarana alokasi sumber ekonomik, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak
utang-piutang, basis kompensasi, motivator, dasar pembagian dividen.
92
Konsep Laba Konvensional
Laba akuntansi menurut konsep konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: tidak
bermakna semantik, berfokus pemegang saham, PABU memberi peluang perbedaan
antarentitas, berbasis kos histories, dan hanya sebagian masukan informasi bagi investor.
Konsep Laba Dalam TataranSemantik
konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus
dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba
bermanfat dan bermakna sebagai informasi.
Pengukur Kinerja
Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur keefisienan bila dihubungkan dengan
tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan. Dalam
pengukuran kinerja, laba dapat mempresantikan kinerja efisiensi karena laba menentukan
ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.
Konfirmasi Harapan Investor
Informasi yang tersedia dalam pelaporan keuangan akan mempresentasikan informasi
privat mengenai perusahaan atau laba bila dirujuk secara lebih spesifik. Kondisi pasar
yang efisien ataupun yang tidak efisien akan sangat mempengaruhi prediksi / harapan
investor mengenai laba yang akan diperoleh sehingga akan mempengaruhi keputusan yang
akan diambil investor dalam melakukan sebuah investasi. Jadi informasi mengenai laba
dapat diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengkorfirmasi harapan/ prediksi mengenai
keputusan investasi yang akan dilakukan .
93
Estimator Laba Ekonomik
Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena laba digunakan untuk menilai
investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunkan informasi yang tersaji dalam
pelaporan laba secara akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat digunakan
sebagai estimator/prediktor laba ekonomik. Maka akuntansi cukup menyediakan informasi
laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan analisis dan perhitungan laba ekonomik
kepada investor, walaupun persepsi dari masing-masing investorlah yang aakn memegang
peranan yang lebih besar dalam penilaian/estimasi mengenai laba ekonomi suatu entitas.
Makna Laba
diartikan sebagai kemakmuran yang dicapai, hal ini dapat dilihat dengan kenaikan
kemakmuran yang dikuasai suatu entitas, prubahan kemakmuran yang dilihat dari selisih
kemakmuran awal dan akhir dari suatu perioda, dan perubahan kemakmuran harus dapat
didistribusikan , dinkmati atau ditari oleh entitas yang menguasai kemakmuran tersebut.
Laba dan kapital
Kapital adalah sediaan atau potensi jasa, maka laba bila dilihat dari pespektif kapital
merupakan kemakmuaran yang bisa diraih ari aliran petensi jasa yang dapat dinikmati
dalam suatu periode tanpa mengurangi tingkat potensi jasa pada awal perioda.
Konsep Pemertahanan Kapital
Berdasarkan konsep ini laba diartikan sebagai harapan supaya kapital atau investasi yang
tertanam akan terus dan selalu berkembang.
94
Konsep Laba Dalam Sintatik
Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan dalam
tataran sintaktik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba sebagai selisih
pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran
sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat
beberapa criteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi,
pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan kapital.
Pendekatan transaksi
Berdasarkan pendekatan transaksi laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi
yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Pengukuran dan pengakuan laba akan
paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya
Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan
sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Pendekatan Pemertahanan Kapital
Entitas berhak mendapatkan imbalan dan menikmatinya setelah kapital dipertahankan
keutuhannya atau pulih seperti seperti awal, pada pendekatan ini imbalan atau laba
didefinisikan sebagai konsekuansi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang
berbeda. Elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban.
95
Pengukuran atau Penilaian Kapital
Jenis Kapital
Kapital finansial adalah klaim dari jumlah rupah atau nilai yang melekat pada aset total
badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen aset. Laba akan timbul bila jumlah
rupiah aset pada akhir perioda lebih banyak dari jumlah rupiah pada awal perioda.
Kapital fisis, dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis, jadi laba akan dinilai dengan
melihat kelebihan antara produksi fisis di akhir perioda dengan awal perioda.
Skala Pengukuran
Skala nominal adalah satuan rupiah yang seperti terjadi tanpa memperhatikan perubahan
daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik, skala nominal
lebih menitikberatkan pada jumlah unuit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
Skala Daya Beli adalah skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah normal atas dasar
harga indeks tertentu.
Dasar atau Atribut Pengukuran
Kos historis adalah jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat
dalam system pembukuan),
Kos sekarang adalah jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan
sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau
penggantinya yang setara.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital
Menggambarkan laba secara umum sebagai perubahan kapital atas dasar konsep
pemertahanan kapital. Pendekatan penilaian dan implikasinya terhadap penentuan laba :
96
Kapitalisasi aliran kas harapan, Penilaian pasar atas perusahaan, Setara kas sekarang,
Harga masukan historis, Harga masukan sekarang, Pemertahanan daya beli.
Konsep Laba dalam tataran Pragmatik
Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah
pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah,
sedangkan dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi
laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.
Prediktor Aliran Kas ke Investor
Laba disisni bertujuan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model
untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya
Laba dan Harga Saham
Laba merupakan prediktor aliran kas masa depan ke investor digunakan untuk menentukan
apa yang disebut nilai intrinsik sekuritas atau saham, dan nilai intrinsik inilah yang akan
memnentukan harga saham di pasar modal pada saat tertentu.
Perkontrakan Efisien
Kontrak yang efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan
mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan yang diperjanjikan.
97
Pengendalian Manajemen
Dalam tataran pragmatik, laba juga dapat digunakan sebagai pengendalian manajemen,
yaitu sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Perilaku manajer dikendalikan
melalui laba dengan cara mengaitkan kompensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.
Teori Pasar Efisien
Pasar modal dikatakan efisien terhadap suatu informasi bila harga saham merefleksi secara
penuh informasi tersebut, atau, bila harga sekuritas merefleksi secara cepat dan penuh
semua informasi yang tersedia dalam suatu sistem pelaporan keuangan.
Bentuk Efisiensi Pasar Laba Sebagai Signal :
Bentuk lemah, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume
sekuritas masa lalu, Bentuk semi-kuat ,jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua
informasi yang tersedia secara public termasuk data statemen keuangan), Bentuk kuat ,
jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat
atau dalam yang tidak dipublikasikan).
Pengujian Kandungan Informasi Laba
Terdapat dua bentuk pengujian terhadap kandungan informasi laba yaitu pengujian
peristiwa dan pengujian asosiasi (nilai relevan laba), Pengujian peristiwa adalah pengujian
yang berfokus pada peristiwa pengumuman laba. Pengujian asosiasi dilihat dari kepekaan
return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan.
98
Laba dan Teori Entitas
Membahas berbagai konsep entitas selain kesatuan usaha dan implikasinya terhadap
pengertian dan penyajian laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori
entitas (kesatuan) sering disebut pula dengan teori ekuitas. Terdapat beberapa teori entitas
atau teori ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akutansi, yaitu entitas usaha
bersama, entitas usaha atau bisnis, entitas investor, entitas pemilik, entitas pemilik
residual, entitas pengendali, dan entitas dana.
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik. Partispan
tersebut merupakan pihak yang akhirnya meneima manfaat dari nilai tambahan yang
timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga mempunyai implikasi tentang
tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen laba-rugi.
Penyajian Laba
Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos
transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen
laba-rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui
statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas
99
MATERI XI
POSITIVE ACCOUNTING THEORY
Kompetensi Dasar
a. Menjelaskan praktik akuntansi yang berlaku saat ini
b. Menerangkan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan
c. Menjelaskan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kontrak-kontrak yang telah
dibuat
Teori Positive
Teori ekonomi positif menjelaskan fenomena ekonomi dan bisnis melalui
spesifikasi variabel yang saling terkait. Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini
merupakan sekumpulan proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk
yang didefinisikan secara luas dan menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam
proposisi tersebut. Teori ekonomi positif, menurut Friedman (1953), pada hakekatnya
terbebas dari ikatan berbagai aspek etika, sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih
mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it
should be).
Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan ketepatan (precision),
bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan berdasarkan pada pengalaman.
Ringkasnya, ekonomi positif adalah, atau dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan
yang objektif (objective science), seperti halnya ilmu fisika.
Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan Zimmerman,
100
1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan akuntansi normatif,
yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku, it should be.
Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik
akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan
menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata.
Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa
yang nyatanya terjadi (what it is).
Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah
dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada kasus
ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan krisis
kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur Andersen,
tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah
yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali
jaminan terhadap hasil audit mereka.
Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik
Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU
adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan.
SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal
dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk
menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut
terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan
101
sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat
luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan
mengesahkan
standar
tersebut
dan
diberlakukan
secara
efektif.
Berbeda dengan di Indonesia, Amerika Serikat mendirikan badan penyusun standar
akuntansi yang berada di luar asosiasi profesi. Badan ini adalah Financial Accounting
Standards Board (FASB) yang tidak berada di bawah AICPA melainkan di bawah
Financial Accounting Foundation (FAF). Badan ini berwenang penuh dalam menentukan
standar akuntansi yang akan ditetapkan.
Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika
Jensen menyatakan bahwa “penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua
pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus penelitian ini telah
sangat normatif dan terdefinisi”. Jensen selanjutnya meminta akan adanya “perkembangan
suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya
ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang
dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang dan sumber daya.
Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester”
adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat
normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi
aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan
bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.
Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan
manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai
individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi.
102
Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan
aparat pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan
kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan
oleh karena itu kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh
beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari
prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan
mereka.
Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau faktorfaktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji validitas dari
hipotesis ini secara empiris:
1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan
perataan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang
dianggap terbaik atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka
pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya dengan
menurunkan kovarians pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.
Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa harga
saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang dilaporkan. Lebih jauh lagi pada
pasar yang efisien dua perusahaan dengan distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama
tanpa memperhatikan perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam
teori positif adalah untuk menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus
kas, dan kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas
faktor yang mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari
masalah ini di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini:
103
1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul
di antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap
konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas
perusahaan sebagai suatu “penghubung (nexus)kontrak” melalui pernyataan Jensen
dan Macklin yang menyatakan bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang
berfungsi sebagai penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu.
Farma memperluas pandangan “penghubung kontrak” ini dengan mencakup baik
pasar modal maupun pasr untuk tenaga kerja manajerial.
2. Dengan adanya perspektif “penghubung kontrak” terhadap perusahaan ini, teori
biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak
atas kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan
tertentu. Satu konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara
pemegang obligasi dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada.
Dalam kejadian seperti ini keputusan yang menguntungkan pemegang saham
tidaklah harus selalu keputusan yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi.
Hal ini mungkin meminta perjanjian pemberian pinjaman untuk mendefinisikan
aturan perhitungan guna menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan
perjanjian yang terbatas.
Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada
besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:
1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)
2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa akibat
keputusan yang disfungsional)
3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)
104
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada ketika
kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang tidak dapat
diperkirakan)
5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya keputusan
yang disfungsional)
Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan intensif
manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang,
dan proses politik. Sebagai hasilnya ada tiga hipotesis yang dihasilkan; hipotesis rencana
bonus, hipotesis modal hutang, dan hipotesis biaya politis. Hipotesis ini secara umum
dinyatakan dalam bentuk perilaku oportunistis dari para manajer. Hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Hipotesis rencana bonus berpendapat bahwa manajer perusahaan dengan rencana
bonus kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan
laporan laba periode di periode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa
tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak
terdapat penyesuaian terhadap metode terpilih.
2. Hipotesis ekuitas utang berpendapat bahwa semakin tinggi hutang/ekuitas
perusahaan yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahaan
terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian hutang dan semakin
besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan
teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa para manajer menggunakan
metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.
3. Hipotesis biaya politis berpendapat bahwa perusahaan besar dan bukannya
perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan
laporan laba.
105
Pesan dasar yang selanjutnya menjadi dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester”
adalah hampir semua teori akuntansi tidak bersifat keilmuan karena ia bersifat “normatif”
dan harus diganti dengan teori “positif” yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dalam
bentuk pilihan bebas manajemen terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar
peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.
Evaluasi Pendekatan Positif
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktek akuntansi dan/atau teori akuntansi
berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau meramalkan
peristiwa akuntansi. Karenanya pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai
faktor yang mungkin mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada
dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang
diamati. Pendekatan positif secara umum dibedakan dari pendekatan normatif yang
berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan “apa yang seharusnya” dan
bukannya “apa yang ada”. Pendekatan positif sepertinya menimbulkan rasa optimisme
yang cukup besar di antara para pendukungnya. Rasa optimisme ini tidak dimiliki secara
hal alamiah oleh semua orang. Satu kritik keras terhadap pendekatan positif didasarkan
pada empat hal pokok:
1. Pernyataan dari Kelompok Rochester bahwa jenis penelitian “positif” yang mereka
lakukan menjadi suatu prasyarat bagi teori akuntansi normatif yang berdasar pada
suatu kebingungan dari wilayah fenomenal ditingkat-tingkat yang berbeda (anuitas
akuntansi berbanding akuntan) dan telah salah.
2. Konsep “Teori Positif” berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan
dalam hal apapun merupakan suatu istilah yang kurang sesuai karena teori ilmu
empiris tidak membuat pernyataan positif atas “apakah”
106
3. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah
diketahui salah, suatu teori penjelasan atas jenis yang dicari oleh Kelompok
Rochester atau teori yang biasa dipakai untuk menguji proposal normatif
seharusnya diketahui tidak akan salah. Metode analisis yang dasar pemikirannya
berasal dari fenomena hingga premis yang diterima atas dasar bukti independen
adalah metode yang sesuai untuk membangun teori penjelasan.
4. Bertolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usaha
yang gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subyek, Kelompok Rochester
memperkenalkan argumen ad hoc sebagai alasan bagi kegagalan teori mereka.
Satu titik lainnya berdasar pada pendapat bahwa teori positif atau “empiris” adalah juga
normatif dan bernilai karena teori tersebut biasanya menandai suatu ideologi konservatif
dalam dampak kebijakan akuntansi mereka.
Kritik yang terkeras atas teori akuntansi positif (positive accounting theory-PAT) berasal
dari Sterling dengan komentarnya bahwa:
1. Dua pilar dari studi bebas-nilai dan praktek akuntansi adalah hal yang tidak
bersifat substantif
2. Pendukung ekonomi dan ilmu dari teori adalah salah
3. Hasil pencapaiannya nihil
Sterling juga membuat kesimpulan yang patut untuk tidak kita lewatkan, ia menyatakan
bahwa:
…saya merekomendasikan para akuntan untuk menerapkan “pisau bedah milik sterling”
yang lemah dan secara memalukan tercuri, dimana konsep akuntansi apapun yang tidak
memiliki inti logika umum yang dapat Anda jelaskan pada diri Anda seharusnya
dilupakan. Saya percaya bahwa suatu penerapan yang baik atas kriteria tersebut dalam
akuntansi akan membuat PAT menjadi suatu industri penginapan dan menggantinya
sebagai gaya dominan masa ini, sekaligus memberikan perlindungan terhadap gaya
mendatang.
107
MATERI XII
AKUNTANSI INFLASI (PERUBAHAN HARGA)
Kompetensi Dasar
a. Menjelaskan beberapa alasan yang mendukung masih diterapkannya historical cost
b. Menjelaskan beberapa pendapat tentang pengaruh akuntansi perilaku
c. Menjelaskan penerapan teori Efficiency Market Hyphotesis dalam Pasar Modal
d. Menjelaskan konsep mengenai indeks harga
PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen
selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor.
Laporan keuangan memberikan informasi yang disajikan oleh akuntansi keuangan dalam
rangka menilai kinerja perusahaan. Informasi yang disajikan pada laporan keuangan ini
disusun berdasarkan standar yang sudah ditetapkan dan prinsip-prinsip yang sudah baku.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum atas semua barang dan jasa di dalam
suatu perekonomian.Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat
dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses
pembangunan. Sebagai negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan,
Indonesia mengalami inflasi dari tahun ke tahun.
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa
inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan
fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat
108
faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau
hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term
of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di
pasar domestik.
Pengukuran yang selama ini digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical
Cost. Historical Cost adalah menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga
acquisition cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang , jasa ,
biaya , harga pokok, dan ekuitas. Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai
berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan (Sofyan Syafri Harahap:2011).
Metode historical cost ini menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat
historis,yaitu merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga
disusun berdasarkan prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya memberikan data
kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang sifatnya material.
Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang akan datang, yang di
pengaruhi dari kejadian sebelumnya.
Inflasi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak terhadap laporan
keuangan yang disajikan karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai
dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu
kesatuan moneter dianggap stabil. Hal ini tidak berlaku pada kenyataannya karena kita
ketahui bahwa dimana saja di dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia
pada tahun 1956 tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat
inflasinya mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011)
Permasalahan- permasalahan inilah, yang memicu banyaknya kritik terhadap
kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi khusunya pada masa inflasi. Pada
saat inflasi, informasi-informasi yang disajiakn pada laporan keuangan hanya sia-sia saja
109
karena informasi yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal
ini juga yang memicu munculnya akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun laporan
keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan
keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga
yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.
Pengertian Inflasi dan Tingkatan Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
1. Menurut Nopirin (1987:25) adalah `Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus selama peride tertentu.
2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) Inflasi dinyatakan sebagai
kenaikan harga secara umum.
Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l)
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
110
a. Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat
dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
b. Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali
dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa
indeks
harga
yang
dapat
digunakan
untuk
mengukur
laju
inflasi
(Nopirin,1987:25) antara lain:
a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam
membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw
material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
111
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI,
dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan
GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi
produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
pennintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan
penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi
oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.
b) Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
112
Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan laba.
Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan
oleh laporan keuangan , sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan
keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga diperlukan metodemetode. Menurut Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi :
1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :
a. Historical cost
b. General price level
c. Replacement cost
d. Reproduction cost
2. The Exit Value System harga pasar atau current market value yang terdiri dari :
a. net realizable value
b. selling price
c. expected value
Pada akuntansi inflasi ,metode –metode di atas digunakan dalam menyusun laporan
keuangan pada saat inflasi adalah :
a. General Price Livel
Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah :
1. Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
2. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antarperiode
3. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih
baik
113
4. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angkaangka laporan keuangan yang sudah disesuaikan
Kelemahannya adalah :
1. Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak
bisa disamakan
2. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
3. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
4. Rasio itu adalah indikator mentah
b. Current Cost Accounting
Menurut Edgar Edward dan Philip Bell (1961), yang dibutuhkan oleh manajer adalah
bagaimana mereka mengalokasiakan sumber-sumber ekonomi
memaksimalkan
laba.
Manajer
biasanya
menghadapi
yang ada untuk
masalag
apakah
ingin
mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana
menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini mereka
mengusulkan perhitungan business profit, yang memliki dua komponen.
1. Current Operating Profit
Laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang
dijual dengan harga pokoknya.
2. Realizable Cost Saving ( Holding Gain)
Kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dilmiliki sekarang ( dengan harga
sekarang) .
Beberapa bentuk Current Cost :
114
a. Replacement Cost
nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya
dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan
pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan
menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai.
Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi
backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pada masa inflasi nilai dari
replacemet value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini dikritik dalam hal :

Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul
tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.

Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan
pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih
rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari
historical cost.

Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena
hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap
bukan merupakan metode akuntansi inflasi

Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah
diterapkan dalam akuntansi inflasi.
b. Reproduction cost
harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti
barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi
115
aktiva yang dibuat itu. Secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost
berlaku juga pada metode reproduction cost.
c. Net Realizable Value
merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net
relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin
menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam
metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal
dibandingkan dengan pada akhir periode.
d. selling Price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga
laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net
realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
e. Expected Value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih
kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari
present value kas di masa yang akan datang.
3. Monetary Non-Monetary Items
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang
yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah
nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa
ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah
116
yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current
value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present
value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang.
Contohnya : deposito , valuta asing , atau klaim valuta asing, dan alin-lain.
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut
kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan
nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap,lahan. Dalam metode current value harga baru itu
yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.contohnya adalah biaya dibayar dimuka.
4. Model Akuntansi
Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba yaitu:
1. pengukuran menurut unit uang :
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting
d. Present Value Accounting
2. Pengukuran menurut Uint Tenaga Beli (GPL)
a. GPL Historical Cost Accounting
b. GPL Replacement Cost Accounting
c. GPL Net Realizable Value Accounting
d. GPL Present Value Accounting
Namun yang akan dibahas pada paper ini hanya tiga model akuntansi saja, yaitu :
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting
117
1. Atribut yang akan dinilai
a. Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang
atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar
sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan
aktiva itu.
b. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas
atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis
saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva
tersebut.
c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang
yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
d. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah
arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau
arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali
hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :

Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement
cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).

Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi
perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value
menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.

Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,
present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net
realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).
118
2. Unit Of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
1. Unit Moneter (Uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
2. Unit Daya Beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu
berbeda apabila waktunya berbeda.
3. Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present
Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.
a. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.
b. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
c. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset
d. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian
adalah.
1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode
tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.
Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan
dilaporkan sesuai pada periode itu.
2. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan
dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut.
119
Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
laporan keuangan.
3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan
laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya.
Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus
menggunakan rumus :
“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).
Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami
arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan
ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai
alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah
(Number of Dollars = NOD).
Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran
tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of
Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan
tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of
Goods (COG)
4. Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya
khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena
model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti
masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi
itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.
120
Metode Pengukuran Harga Wajar ( Fair Value )
Metode pengukuran harga wajar telah berlaku di Amerika sesuai dengan statement NO.
157 tentang Fair Value Measurement.
“Statement ini mendifinisikan fair value , menentapkan kerangka untuk mengukur nilai
yang wajar ( fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan
memperluas pengungkapan tentang pengukurna fair value. Statement ini diterapkan dalam
kerangka dasar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair value.
Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value
adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak meemerlukan
metode pengukuran fair vale yang baru. Namun, untuk sebagian entitas penerapan fair
value ini akan mengubah praktik yang berlaku sekarang.
Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk memberikan gambaran yang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini
kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan
memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya
Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai
kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada
tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1
Mei 1
Desember 1
Replacement Cost
10
12
13
Net Realizable Value
-
15
17
General Price Level Index
100
130
156
121
Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”
Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu.
Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:
1. Historical Cost Accounting
2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005
Keterangan
Historical
Cost
Replacement
Value
Hasil
Harga Poko Penjualan
50.000
Laba Kotor
25.000
Bunga 10%
3.000
Laba Operasi
22.000
Realisasi holding gain and loss sudah termasuk
Holding gain and loss yang tidak dihitung
Tidak direalisasi
General Price level gain
tidak dihitung
and loss
Laba bersih
22.000
Net Realizable
Value
75.000
60.000
15.000
3.000
12.000
10.000
3.000
92.000
73.000
19.000
3.000
16.000
10.000
3.000
tidak dihitung
tidak dihitung
25.000
29.000
PT Sipangko Jaya
Neraca
31 Desember 2005
Keterangan
Harta
Kas
Persediaan
Total Harta
Historical
Cost
72.000
10.000
82.000
Reolacement
Value
72.000
13.000
85.000
Net Realizable
Value
72.000
17.000
89.000
122
Utang & Modal
Kewajiban
Modal :
Modal Saham
Laba ditahan
Realisasi
Belum realisasi
Total laba ditahan
Total Modal Setor
Total Utang & Modal
30.000
30.000
30.000
30.000
30.000
30.000
22.000
3.000
25.000
55.000
85.000
22.000
7.000
29.000
59.000
89.000
22.000
22.000
52.000
82.000
Analisis perbedaan akibat waktu
Total Laba
29.000
HC
Laba yang
dilaporkan
22.000
RC
Kesalahan
7.000
Laba yang
dilaporkan
25.000
NRV
Kesalahan
4.000
Laba yang
dilaporkan
29.000
Kesalahan
0
2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit
Tenaga Beli Umum
Dalam model ini yang kita bahas adalah:
1. General Price Level Adjusted Historical Accounting
2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005
Keterangan
Hasil
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Bunga 10%
Laba Operasi
Real Realized Holding Gain and Loss
Real Unrealized Holding Gain and Loss
General Price Level Gain and Loss
Laba Bersih
GPLA
HC
90.000
78.000
12.000
3.000
9.000
termasuk
tidak dihitung
1.800
10.800
GPLA
RC
90.000
72.000
18.000
3.000
15.000
(6.000)
(2.600)
1.800
8.200
GPLA
NRVA
107.000
85.000
22.000
3.000
19.000
(6.000)
(2.600)
1.800
12.200
123
PT Sipangko Jaya
Neraca Menurut General Price Level
Per 31 desember 2005
Keterangan
Aktiva:
Kas
Persediaan
Total Aktiva
Pasiva:
Obligasi
Modal
Laba Ditahan:
Realized
Unrealized
Laba/Rugi GPL
Total Pasiva
GPL
HC
72.000
15.600
GPL
RC
72.000
13.000
GPL
NRVA
72.000
17.000
87.600
30.000
46.800
9.000
(0)
1.800
85.000
30.000
46.800
9.000
(2.600)
1.800
89.000
30.000
46.800
9.000
1.400
1.800
87.600
85.000
89.000
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model
Timing error
No Accounting Model
Interpretation
MeasurengNOD
COG
Operating Holding Unit Error
(Number of (Command of
Profit
Gains
dollars)
Goods)
Relevance
1
Historical-cost accounting
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
2
Replacement-cost
Ya
Hilang
Ya
Ya
Laba Rugi
Ya
Harta
Ya
Harta
3
Net-realizable-value accounting
Hilang
Hilang
Ya
Ya
Ya
Laba Rugi Aktiva Moneter
dan Utang
dan Utang
4
General price-level-adjusted historical
cost accounting
Ya
Ya
Hilang
Ya
Ya
Ya
5
General Price-level-adjusted
replacement-cost accounting
Ya
Hilang
Hilang
Hilang
Ya
Ya
6
General Price-level-adjusted netrealizable-value accounting
Hilang
Hilang
Hilang
Hilang
Ya
124
Aktiva
Moneter
MATERI XIII
AKUNTANSI : ILMU DAN PARADIGMA
Kompetensi dasar
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep paradigma
b. Menjelaskan tentang pendekatan deskriptif induktif dalam dalam penyusunan teori
akuntansi dan keyakinan nilai dari praktik akuntansi
c. Menjelaskan tentang alternatif sistem akuntansi biay historis
d. Menjelaskan hubungan pemakaian informasi akuntansi dan informasi akuntansi yang
relevan dengan konsep pembuatan keputusan akuntansi
Perubahan Revolusioner Teori, dan Paradigma Punctuated Equilibrium
Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup
lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental)
menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan
perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Sejarawan
mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated
equilibrium: sebuah altematif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur
yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang
bergolak (Niles Eldredge dan Stephen Gould).
Pada dasamya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti
bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba, melalui perubahan
yang secara tiba-tiba menyela (punctuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin
- seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)".
125
Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok
yaitu:
 struktur yang mendalam,
 periode keseimbangan, dan
 periode revolusioner.
http://www.blogger.com/postedit.g?blogID=270526506489306105&postID=4340176887558244991
Teori Umum Kuhn tentang Revolusi Ilmiah
Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan
dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada
pengembangan pengetahuan dalam bidang sain normal tertentu. Tesis utama revolusi
pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik
tentang perbedaan dan ketidak konsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn
memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:
Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda.
Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik
yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu
bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada
sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam sain normal.
Paradigma-paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali
dijumpai adanya sejumlah anomali (kelainan/keganjilan). Anomali ini tidak dapat
diperbaiki. Suatu periode ketidak nyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan
126
antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang
tidak menganggapnya:
Sain normal berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi-yaitu saat profesi tidak
lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu
pengetahuan yang ada-maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota
profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu
pengetahuan.
Krisis berlanjut dengan munculnya sekumpulan alternatif ide dan identifikasi
cabang pemikiran baru. Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak
banyak yang tahu. H.Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan
kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dr sain
normal:
o Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini
terdiri dari;

naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan

diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru,
diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik
dibandingkan tulisan yang lain.
o Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan
ini terdiri dari

suatu kenaikan, yang mungkin dlikuti penurunan, dalam tingkat usaha di
antara para pengikut paradigma yang ada, dan
127

diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma
baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan
masalah lain.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif
dibandingkan tulisan yang lain.
o Peningkatan usaha kuanfitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.
o Akan terjadi peningkatan jml penulis selama pengembangan revolusi.
o Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengemba- ngan revolusi.
o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumiah tulisan penulis muda
daripada penulis yang lebih tua.
o
Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma
lama.
o Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.
o Porsi pengharpan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat
selama revolusi.
Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirk. Penolakan suatu
paradigma terhadap paradigma lain bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti
empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan
filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin
menjadi beban keputusan. Pengakuan paradigma oleh para pendukungnya yang lebih dari
sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti maupun
komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial
terhadap informasi.
128
Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi
penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama
penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik.
Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses
pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti
popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai
kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan
kedudukan
motivasi
yang
sesungguhnya:
perhatian
terhadap
pengakuan
akan
menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.
PANDANGAN RITZER TENTANG BERBAGAI PARADIGMA
Fokus perhatikan teori revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang
konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten.
Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap
tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan
Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan
akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari
pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan,
manfaat, dan kesamaannya".
Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:
1.
Contoh (exemplar), atau potongan akfivitas yang berfungsi sebagai model bagi
individu yang bekeda menggunakan suatu paradigma;
2.
gambaran (images) dari pokok persoalan;
3.
teori-teori (theories); dan
4.
metode dan instrumen.
129
Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak
semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan
implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara
bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara
umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan
dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan
jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat
prediksi bagi para pengguna.
PARADIGMA DALAM AKUNTANSI
Paradigma Antropologikal / Induktif
Gambaran Pokok Masalah
Bagi pengguna paradigma anthropological/ inductive, pokok persoalan yang ada adalah:
o
Praktik-praktik akuntansi yang ada, dan
o
Sikap manajemen terhadap praktik-praktik tersebut.
Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa pada umumnya teknik-teknik mungkin
diturunkan dan dipertimbangkan dengan berdasarkan pengujian terhadap manfaatnya atau
bahwa manajemen memegang peranan utama dalam menentukan teknik-teknik yang akan
diimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang berhubungan
dengan paradigma anthropological/ inductive adalah untuk memahami, menjelaskan, dan
memprediksi praktik-praktik akuntansi yang ada. Contoh, Ijiri memandang misi
pendekatan paradigma ini sebagai berikut:
Bentuk penalaran induktif untuk memperoleh tujuan yang secara implisit terkandung
dalam perilaku sistem yang ada, tidak ditujukan untuk menjamin kelangsungan sistem
130
yang sudah ada. Tujuan sejumlah pengujian adalah untuk menyoroti di mana perubahan
diperlukan dan di mana sebaiknya dilakukan.
Perubahan yang disarankan sejumlah penelitian memiliki lebih banyak kesempatan yang
secara aktual dapat diimplementasikan.
Teori-teori
Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari paradigma anthropologikal/
inductif
o
Informasi ekonomis
o
Model analitis/agensi
o
Hipotesis income smoothing/eamings management; dan
o
Teori akuntansi positif.
Metode-metode
Para pengguna paradigma anthropological/ inductive cenderung untuk menggunakan
salah satu dari tiga teknik berikut ini:
o
Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian income smoothing;
o
Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian eamings management; dan
o
Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif.
Paradigma True Income / Deduktive
Gambaran Pokok Masalah
Siapa saja yang mengadopsi paradigma true-income/deductive, pokok persoalannya
adalah:
131
o Penyusunan teori akuntansi dengan menggunakan dasar logika, alasan normatif, serta
konsep yang baku dan
o Konsep income yang ideal berdasarkan sejumlah metode lain selain metode historical
cost.
MacNeal berpendapat bahwa konsep income yang ideal adalah sebagai berikut:
Ada satu definisi profit yang benar dalam istilah akuntansi. Profit merupakan peningkatan
bersih dalam tingkat kesejahteraan. "Loss" merupakan penurunan bersih dalam tingkat
kesejahteraan. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi para ekonom. Definisi ini
singkat dan tepat, jelas, serta dapat diukur secara matematis.
Alexander, berpendapat tentang konsep income yang ideal, menyatakan:
Kita harus menemukan apakah income ekonomik yang ideal berbeda dengan income
akuntansi hanya dalam tingkatan bahwa yang ideal itu sulit dicapal, atau apakah income
ekonomis sudah cukup memadai apabila pengukurannya mudah dilakukan.
Teori-teori
Teori yang muncul dari paradigma true income/ deductive menyajikan altematif terhadap
sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, lima teori atau cabang pemikiran dapat
diidentifikasi:

Price-level adjusted (atau current-purchasing-power) accounting.

Replacement-cost accounting.

Deprival-value accounting (Likuidasi).

Continuously contemporary (net-realizable-value) accounting.

Present-value accounting.
Masing-masing teori menyajikan altematif metode penilaian assets dan penentuan income
yang dapat mengatasi akuntansi biaya historis.
132
Metode-metode
Para pengguna paradigma true-income/deductive umumnya menggunakan alasan analitis
untuk membenarkan penyusunan teori akuntansi atau untuk mempertahankan keunggulan
suatu model tertentu dalam penilaian assets/penentuan income, selain akuntansi
biaya-historik. Para pendukung paradigma ini umumnya mengawali tujuan dan postulat
lingkungan ke metode yang spesifik.
Paradigma Decision-Usefulness / Secision - Model
Gambaran Pakok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/ decision- model, pokok persoalan
dasamya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang
relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih
altematif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model
keputusan yang relevan.
Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka
pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan
tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan
keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan
model keputusan tersebut)."
Teori-teori
Dua bentuk teori dapat dimasukkan sebagai bagian paradigma decision-usefulness/
decision-model yaitu;
133

Bentuk pertama berhubungan dengan perbedaan bentuk model keputusan yang
berhubungan dengan pembuatan keputusan bisnis (seperti EOQ, PERT, linear
programming, penganggaran modal, beli vs sewa beli [lease], membuat atau
membeli dan sebagainya).

Informasi yang diperlukan oleh sebagian besar model ini dengan mudah dapat
ditentukan.

Bentuk kedua berhubungan dengan perbedaan kejadian ekonomis yang mungkin
dapat mempengaruhi going concem (seperti kebangkrutan, pengambil-alihan,
merger, peringkat obligasi, dan sebagainya). Teori yang menghubungkan informasi
akuntansi dengan kejadian-kejadian tersebut banyak yang tidak dapat diketahui.
Pengembangan sejumiah teori merupakan tujuan utama aktivitas tsb dalam
paradigma decision-usefulness/ decision-model.
Metode-motode
Para pengguna paradigma cenderung untuk tergantung pada teknik-teknik empirik dalam
menentukan kemampuan prediktif dari elemen-elemen informasi yang terpilih. Pendekatan
yang umumnya digunakan dalam analisis diskriminan untuk mengelompokkannya dalam
satu bentuk kelompok dari sejumlah kelompok yang ada sebelumnya, tergantung pada
karakteristik keuangan perusahaan secara individual.
Paradigma Decision-Usefullness/Decision-Maker/Agregat-Market- Behavior
Gambaran Pokok Masalah
Bagi
para
pengguna
paradigma
decision-usefulness/
decision–maker/
agregat-market-behavior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara
keseluruhan terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa
134
manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku
pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya
pengaruh prosedur akuntansi altematif atau spekulasi yang dapat diniial dari perilaku pasar
secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi
ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.
Teori-teori
Hubungan antara perilaku pasar secara keseluruhan dengan variabel akuntansi didasarkan
pada teori efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar akan dikatakan efisien jika;

harga pasar mencerminkan secara penuh (fully reflect) seluruh informasi yang
tersedia untuk umum, dan dr sudut implikasinya bahwa,

harga pasar tidak bias dan merespon secara cepat seluruh informasi baru.
Teori ini secara jelas menyatakan bahwa umumnya dalam kondisi pasar efisien, abnormal
retum yang dapat diperoleh dari pemanfaatan informasi yang lebih luas dalam
hubungannya dengan setiap pola perdagangan adalah nol.
Perubahan dalam kumpulan informasi yang tersedia secara otomatis akan menyebabkan
keseimbangan harga yang baru. Pada kenyataannya teori yang menegaskan perilaku pasar
meliputi:

the efficient market model;

the efficient market hypothesis;

the capital asset pricing model;

the arbitrage pricing theory;

the equilibrium theory of option pricing.
135
Metode-motode
Para pengguna paradigma ini akan mengikuti metode:

the market model,

the beta estimation model;

the event study methodology;

the Ohlson's Valuation model,."

the price level balance sheet evaluation model,

the information content of eamings models,

the models of the relation between eamings and retum.
Paradigma Decision-Usefullness / Decision Maker / Individual - User
Gambaran Pokok Masalah
Bagi para pengguna paradigma decision-usefullness/ decision- maker/ individual-user,
pokok masalahnya adalah respon pengguna individu terhadap variabel-variabel akuntansi.
Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel
akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia.
Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan.
Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan
memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Paradigma ini
berhubungan dengan kepentingan pengguna akuntansi secara intemal, prosedur dan penilai
informasi, serta masyarakat umum atau perwakilannya.
Teori-teori
Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan paradigma decision-usefulness/
decision-maker/ individual-user tidak dikaitkan dengan manfaatnya dalam pembentukan
136
teori secara jelas. Secara umum, altematif untuk mengembangkan teori akuntansi
keperilakuan yang memadai meminjam, dari disiplin ilmu yang lain.
Sebagian besar teori tersebut cukup memadai untuk menjelaskan dan memprediksi
perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi.
Teori-teori pinjaman ini di antaranya:

relativisme kognitif (kesadaran) dalam akuntansi;

relativisme budaya dalam akuntansi;

pengaruh keperilakuan dari informasi akuntansi;

relativisme linguistik dalam akuntansi;

hipotesis fiksasi fungsional dan fiksasi data;

hipotesis information inductance;

hipotesis slack organisasional dan penganggaran;

pendekatan kontinjensi dalam penyusunan sistem akuntansi;

penganggaran partisipatif dan kinerja;

model pemrosesan informasi yang berhubungan dengan manusia; meliputi:

the lens model,.

the probabilistic judgment model;

the predecisonal behavioral model;

the cognitive style approach.
Model-model
Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai
oleh para ahli keperilakuan-teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta
137
eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal
yang baik untuk suatu proses pengakuan.
Paradigma Information / Economics
Gambaran Pokok Masalah
Pokok masalah yang dihadapi para pengguna paradigma information/ economics, adalah
sebagai berikut:
o Informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan
o Perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis.
Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal teori
pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:
... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran
bahwa

pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak
informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow,

accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan
informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya,

nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk
memproduksinya.
Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk
meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus
diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu
yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga
memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku
pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan
138
dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu. Dalam
kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes
sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:

tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda; dan

tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan
kondisi dengan tindakan terbaik
Sistem informasi dengan expected utility terbesar lebih disukai. Informasi yang diperlukan
dalam analisis revisi probabilitas secara sistematis (Bayesian-version) pada gilirannya
memudahkan analisis informasi dengan dasar yang bersifat subjektif yaitu aturan
maksimalisasi expected utility.
Teori-teori
Paradigma information/economic memberikan gambaran mendalam tentang "theory of
teams", yang dikembangkan oleh Marschak dan Radner, pada teori keputusan secara
statistik, dan pada teori ekonomi pemilihan. Apa yang dihasilkan adalah teori normatif
dari penilaian informasi untuk analisis sistematis terhadap altematif-altematif informasi.
Fokus paradigma information/ economic adalah asumsi ekonomi tradisional yang
konsisten, yaitu perilaku pemilihan yang rasional.
Metode-metode
Para pengguna paradigma ini umumnya memanfaatkan alasan analitis dengan dasar teori
keputusan secara statistik dan teori ekonomis proses pemilihan. Pendekatan ini
memisahkan hubungan-hubungan yang bersifat umum dan pengaruh rencana altematif,
kemudian menerapkan Boyesian-revision analysis dan kriteria cost-benefit untuk
139
menganalisis pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan akuntansi. Asumsi utama
pendekatan ini adalah rasionalitas.
ILMU AKUNTANSI
Situasi dalam penelitian akuntansi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun.
Tidak ada gunanya mengatakan bahwa situasi telah berubah untuk mendukung agenda
penelitian yang dinamis, seperti adanya bukti transformasi akuntansi ke dalam ilmu yang
benar-benar secara penuh diakui sebagai ilmu normal dengan paradigma-paradigma
bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada
sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat sosial, dan telah menghasilkan
perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya dan mengembangkan pemahaman
kita tentang praktik akuntansi. Aliran utama penelitian akuntansi memandang secara
sejajar antara ilmu fisik, sosial, dan akuntansi, justifikasi dalam proses penghitungan
hypothetic-deductive dari penjelasan secara ilmiah dan perlunya konfirmasi terhadap
hipotesis tersebut.
DEKONTRUKSI
Berbagai tulisan akuntansi tentang paradigma atau teori akuntansi tertentu menyatakan
bahwa paradigma dan teori tersebut seharusnya memiliki hak-hak istimewa dibandingkan
bentuk-bentuk pengetahuan atau tulisan akuntansi lainnya. Tulisan tersebut digunakan
untuk menjamin kewenangan (hegemony) suatu paradigma dan kepentingan tertentu,
sebagai penghambat produksi pengetahuan lainnya.
Dekonstruksi dalam penelitian akuntansi mengundang banyak upaya untuk
mengungkap asumsi tersembunyi dalam tulisan akuntansi. Diasumsikan bahwa seluruh
wacana ilmiah bidang akuntansi, termasuk uraian historis, pada dasamya retoris. Para
140
penganut dekonstruksi akuntansi akan mengkritik tulisan akuntansi melalui berbagai
teknik termasuk demythologizing, deceinonizing, dephallicizing, atau defaming.
141
Download