BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Berikut merupakan beberapa pengertian mengenai komunikasi berdasarkan pendapat para ahli: Yang pertama Littlejohn, dan A. Foss dalam buku Teori Komunikasi mengatakan, “Komunikasi adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusiaan, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya”.10 Kemudian berlanjut pada pendapat D. Lewis dalam buku Komunikasi Bisnis Lintas Budaya menyatakan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses dua-arah, yang menyangkut tidak hanya keterampilan komunikasi penyaji pesan, namun yang sama pentingnya, kebiasaan mendengar penerima”.11 Lalu pakar komunikasi berasal dari Indonesia Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa: 10 Stephen W Littlejohn, dan Karen A.Foss. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2011 Hal 3 11 Richard D. Lewis. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Bandung: Rosda, 2005 Hal 103 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 “Kita mulai dengan suatu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusiamanusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi”. 12 Masih dalam buku yang sama, kemudian berkata pada bukunya, “…, komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku”. 13 Dilanjutkan pada sumber yang sama kemudian Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat juga menyatakan: “Komunikasi sekarang didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu.” 14 Berdasarkan beberapa definisi mengenai komunikasi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah kegiatan penyampaian pesan yang 12 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Rosda, 2010 Hal 12 13 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 13 14 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 didalamnya terdapat suatu makna, yang dapat dilakukan secara dua arah (komunikator dapat menjadi komunikan, komunikan dapat menjadi komunikan) sehingga menghasilkan feedback kepada satu sama lainnya yang bersifat tidak dapat dibalikkan kembali serta berlangsung dalam beberapa konteks tak terpisahkan. 2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam buku Komunikasi Antarbudaya bahwa terdapat delapan (8) unsur khusus komunikasi dalam konteks komunikasi sengaja, antara lain: a. Sumber (source) Suatu sumber adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan ini mungkin berkisar dari kebutuhan social untuk diakui sebagai individu hingga kebutuhan berbagai informasi dengan orang lain atau mempunyai sikap atau perilaku seseorang atau sekelompok orang lainnya. Keinginan sumber untuk berkomunikasi adalah keinginan untuk berbagi internal states dengan orang lain dengan derajat kesengajaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku orang lain tersebut. b. Penyandian (encoding) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Encoding adalah suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan. c. Pesan (message) Hasil dari perilaku menyandi adalah suatu pesan (message). Suatu pesan terdiri dari lambing-lambang verbal dan atau suatu nonverbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Meskipun encoding merupakan suatu kegiatan internal yang menghasilkan suatu pesan, pesannya itu sendiri bersifat eksternal bagi sumber; pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima. d. Saluran (channel) Pesan harus memindahkannya menggunakan dari sumber ke suatu alat untuk penerima. Unsur komunikasi keempat adalah saluran (channel) yang menjadi penghubung antara sumber dan penerima. Suatu saluran adalah alat fisik yang memindahkan pesan dari sumber ke penerima. e. Penerima (receiver) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Penerima adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima mungkin dikehendaki oleh sumber atau orang lain yang dalam keadaan apapun menerima pesan sekali pesan itu telah memasuki saluran. Penerima mungkin mempunyai masalah ketika menerima pesan. Pesan biasanya sampai ke penerima dalam bentuk gelombang cahaya atau gelombang suara meskipun pesan tersebut merangsang mungkin indera. juga Apapun dalam bentuk yang bentuk perangsangan inderanya, penerima harus mengubah energi-energi ini menjadi pengalaman-pengalaman yang bermakna. f. Penyandian balik (decoding) Decoding adalah proses internal penerima dan pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber. g. Respons penerima (receiver response) Ini menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respons ini bisa beraneka ragam, mulai dari tingkat minimum hingga tingkat maksimum. Respons minimum adalah keputusan penerima untuk mengabaikan pesan atau tidak berbuat apapun setelah ia menerima pesan. Sebaliknya, respons maksimum bisa merupakan suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 tindakan penerima yang segera, terbuka dan mungkin mengandung kekerasan. Komunikasi dianggap berhasil, bila respons penerima mendekati apa yang dikehendaki oleh sumber yang menciptakan pesan. h. Umpan balik (feedback) Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian- penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya. Meskipun umpan balik dan respons bukan hal yang sama, keduanya jelas sangat berkaitan. Respons adalah apa yang penerima putuskan atau lakukan setelah ia menerima pesan, sedangkan umpan balik adalah informasi tentang keefektifan komunikasi. Keduanya berhubungan oleh karena respons penerima merupakan sumber umpan balik yang normal.15 2.1.3 Tujuan Komunikasi Mengutip dari Ghazaly Ama La Nora dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Politik, bahwa Hewitt (1981) mengatakan terdapat beberapa tujuan komunikasi, antara lain: a. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu 15 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 14-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 b. Mempengaruhi perilaku seseorang c. Mengungkapkan perasaan d. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain e. Berhubungan dengan orang lain f. Menyelesaikan suatu masalah g. Mencapai suatu tujuan h. Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik i. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain16 2.1.4 Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi yang terdapat dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek karya Onong Uchjana Effendy17 adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi (to inform) Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini, maupun komentar. Sehingga masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun. b. Mendidik (to educate) Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan kreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberi pendidikan untuk membuka 16 Ama La Nora, Ghazaly. Ilmu Komunikasi Politik. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014 Hal 33-34 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 Hal 8 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal disekolah maupun non formal diluar sekolah, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, dan berkembang. c. Menghibur (to entertain) Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagu, bunyi, gambar maupun bahasa. d. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi. masyarakat memberikan juga dapat berbagai dijadikan informasi pada sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. Terdapat fungsi lain dari komunikasi khususnya komunikasi yang dilakukan secara tatap muka (komunikasi langsung) yang diperoleh dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 jurnal internasional terbitan International Journal of Communication karya Hobis bersaudara 18 yaitu: “…, in Nie’s (2001) view—face-to-face (F2F) communication provides important insights about people’s ability to navigate successfully their social environment.” Hal ini menunjukkan bahwa fungsi lain dari komunikasi yaitu dapat mengarahkan seseorang berhasil dalam lingkungan social terutama dengan menggunakan komunikasi langsung. 2.2 Komunikasi Antarbudaya 2.2.1 Definisi Budaya Membahas budaya berikut merupakan beberapa pengertian budaya merurut para ahli: D. Lewis mengatakan dalam bukunya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya bahwa, “Hofstede mendefinisikan budaya sebagai „pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya‟. Pernyataan kunci dalam definisi ini adalah pemrograman kolektif. Meskipun tidak sekeras istilah „pencucian otak‟-yang 18 Georgeta M. Hodis, danFlaviu A. Hodis. “A Mediation Analysis of International Students’ Patterns of Computer-Mediated Communication.” International Journal of Communication 6. 2012 Hal 2847 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 berkonotasi pemaksaan politis-istilah tersebut menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang dari kita segera setelah kita lahir (menurut sebagian orang bahkan sebelum kita lahir)”.19 Tidak jauh berbeda menurut Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat mengenai budaya, “Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok”.20 Mulyana, dan Rakhmat selanjutnya berkata, “Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, dan mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya”.21 19 Richard D. Lewis. Op.cit., Hal 21 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 18 21 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 18 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Berdasarkan beberapa referensi mengenai budaya diatas dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan suatu kebiasaan, pengetahuan yang secara turun-temurun telah diterapkan pada suatu daerah maupun Negara dimana masing-masing Negara memiliki budayanya masing-masing dan tak ayal terkadang berbeda dengan budaya yang dimiliki. 2.2.2 Definisi Komunikasi Antarbudaya Pembahasan mengenai pengertian komunikasi antarbudaya yaitu sebegai berikut: Deddy Mulyana, Komunikasi dan Jalaluddin Antarbudaya Rakhmat mengatakan, pada “… bukunya komunikasi antarbudaya memfokuskan perhatian pada bagaimana budayabudaya yang berbeda itu berinteraksi dengan proses komunikasi;”22 Sebagai contoh komunikasi antarbudaya yaitu hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Dalam hubungan bilateral tersebut terjadi komunikasi antarbudaya. Komunikasi yang dijalin antara dua budaya yang berbeda. 2.2.3 Hubungan Budaya dan Komunikasi Antara budaya dan komunikasi memiliki keterikatan yang membuat mereka berhubungan. Terdapat beberapa teori relevan 22 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 242 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 yang mengaitkan hubungan dari suatu budaya dengan komunikasi, berikut beberapa diantaranya: Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat pada bukunya mengatakan: “Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi”.23 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat kemudian mengatakan pula, “Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi.”.24 Kemudian Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat juga menyatakan, “Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami 23 24 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 20 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian”.25 Masih menggunakan sumber buku yang sama yaitu mengenai hal benar dan salah dalam komunikasi antarbudaya bahwa, “Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan.”26 Pola pikir Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat mengenai menyatakan, “Pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana setiap orang merespon indivudi-individu dari suatu budaya lain.” 27 Budaya takkan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya”. 28 Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu 25 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 25 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 26 27 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 31 28 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 34 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 kelompok social dan berwujud dalam lembaga-lembaga dan artefak-artefak mereka. 29 Dalam salah satu jurnal internasional dalam International Journal of Communications 6: Broadening the Scope of Cultural Preferences: Movie Talk and Chinese Pirate Film Consumption from the Mid-1980s to 200530 berbicara mengenai komunikasi dan budaya. Literatures in both cultural sociology and communication endeavor to explain cultural preferences. Current research concerns mainly cross-sectional studies with individuals as the unit of analysis (Griswold, Janssen, & Van Rees, 1999; Webster, 2009). Yang dalam bahasa Indonesia berarti: Literatur dari keduanya baik sosiologi budaya dan komunikasi usaha untuk menjelaskan preferensi budaya. Jurnal internasional kedua yang dibuat oleh Perry R. Hilton dalam salah satu jurnal terbitan International Journal of Communication31 bahwa, “…, representations emerge through communication within 29 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 56 Angela Xiao Wu. “Broadening the Scope of Cultural Preferences: Movie Talk and Chinese Pirate Film Consumption from the Mid-1980s to 2005.” International Journal of Communication 6 (2012), Hal 501 31 Perry R. Hinton. “Returning in a Different Fashion: Culture, Communication, and Changing Representations of Lolita in Japan and the West.” International Journal of Communication 7. 2013 Hal. 1584 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 a culture which become the “commonsense” views of the people in that culture.” 2.2.4 Model Komunikasi Antarbudaya Model komunikasi antarbudaya akan dijelaskan secara lengkap oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat32: Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan haus disandi balik dalam budaya lain. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segala macam kesulitan. Namun, melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya, kita dapat mengurangi atau hamper menghilangkan kesulitan-kesulitan ini. Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada Gambar 2.2.1. Tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir 32 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 20-22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisiknya dari budaya A dan budaya B. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan dua hal. Pertama, ada pengaruhpengaruh lain disamping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang-orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan budaya-budaya itu. Panah-panah in menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya di mana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi (encoder). Ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Ketika suatu pesan sampai pada budaya di mana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik (decoder) telah menjadi bagian dari makna pesan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Budaya A Budaya B Budaya C Gambar. 2.2.1 Model Komunikasi Antarbudaya Sumber: Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat (2010:21) Derajat pengaruh budaya dalam situasi-situasi komunikasi antarbudaya merupakan fungsi perbedaan antara budaya-budaya yang bersangkutan. Ini ditunjukkan pada model oleh derajat perubahan pola yang terlihat pada panah-panah pesan. Perubahan antara budaya A dan budaya B lebih kecil daripada perubahan budaya A dan budaya C. ini disebabkan oleh kemiripan yang lebih besar antara budaya A dan budaya B. Perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna keduanya mirip dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 usaha penyandian balik yang terjadi, oleh karenanya, menghasilkan makna yang mendekati makna yang dimaksud dalam penyandian pesan asli. Tetapi oleh karena budaya C tampah sangat berbeda dengan budaya A dan budaya B, penyandian baliknya juga sangat berbeda dan lebih menyerupai budaya C. Model tersebut menunjukkan bahwa bisa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur atau subkelompok yang berbeda. 2.2.5 Permasalahan-Permasalahan Dalam Komunikasi Antarbudaya Setelah membahas mengenai model komunikasi antarbudaya, selanjutnya pembahasan mengenai permasalahan-permasalahan dalam komunikasi antarbudaya yang diperoleh dari berbagai sumber referensi buku terkait, yaitu sebagai berikut: Permasalahan yang terjadi pada komunikasi antar budaya disebabkan oleh kesalahpahaman antara individu-individu yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 berlainan bangsa.33 Inti lain dari masalah komunikasi antarbudaya, yakni perbedaan latar belakang kultural dalam menafsirkan pesan34 Memperhatikan hal ideal dalam komunikasi antarbudaya Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat berpendapat seperti ini: “Dalam komunikasi antarbudaya yang ideal kita akan mengaharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Tetapi karakter budaya cenderung memperkenalkan kepada kita pengalaman-pengalaman yang tidak sama, dan oleh karenanya, membawa kita kepada persepsi yang berbeda-beda atas dunia eksternal”. 35 Menurut D. Lewis dalam bukunya mengatakan, “Orang-orang dari kebanyakan kelompok budaya melihat diri mereka sendiri sebagai etis, namun etika dapat diarahkan sebaliknya”. 36 D. Lewis juga mengatakan bahwa, “Interaksi antara bangsa-bangsa yang berbeda melibatkan tidak hanya metode komunikasi, namun juga proses pengumpulan informasi”.37 D. Lewis mengatakan bahwa, “Bahasa adalah suatu alat komunikasi, yang menyampaikan pesan-namun bahasa jauh lebih dari itu, ia mempunyai 33 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 235 Deddy Mulyana, dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 236 35 Deddy Mulyana., dan Jalaluddin Rakhmat. Op.cit., Hal 26 36 Richard D. Lewis. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Bandung: Rosda, 2005 Hal 7 37 Richard D. Lewis. Op.cit., Hal 45 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 kekuatan dan kelemahan yang mencerminkan karakter dan bahkan filsafat nasional.” 38 Kesenjangan komunikasi didasarkan atas tiga aspek: linguistik, praktis, dan budaya. Merunut D. Lewis39 A Saefudin Ma‟mun dalam buku Citra Indonesia dimata dunia mengatakan, “Tentunya masyarakat yang satu dengan yang lain memiliki latar belakang yang berbeda dalam melakukan persepsi, demikian pula pencitraan, diantaranya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan budaya yang berbeda. Terlebih masyarakat yang berbeda budaya maka dalam melakukan dialog dalam rangka mewujudkan dan mempraktekan sebuah diplomasi yang tepat tentunya sangat sulit”. 40 Kemudian Ma‟mun juga mengatakan: “… untuk melakukan komunikasi antarbudaya yang efektif merupakan serangkaian sikap bagaimana menerima dan menghormati budaya lain yang dilandasi kesadaran bahwa dalam 38 Richard D. Lewis. Op.cit., Hal 94 Richard D. Lewis. Op.cit., Hal 48 40 A Saefudin Ma’mun. Citra Indonesia Di Mata Dunia: Gerakan Kebebasan Informasi dan Diplomasi Politik. Op.cit., Hal 75 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 kehidupan bermasyarakat senantiasa berhadapan dengan berbagai budaya”.41 Apabila dalam komunikasi antarbudaya menggunakan Model Aktivasi Air terjun (Cascading Activation Models) maka berikut sedikit penjelasannya yang merupakan salah satu jurnal internasional yang dibuat oleh mahasiswa-mahasiswa dari Universitas berbeda42 yaitu: “…, the cascading activation model suggests that the communication environment is like a waterfall: Some ideas, usually those introduced at the top by White House or military officials, cascade smoothly downward past potential obstacles—such as congressional opponents or the press—and into public consciousness.” Lanjut dari sumber yang sama yaitu International Journal of Communication yang membahas mengenai 5 interupsi dalam arus budaya global43 “Presenting the five dimensional interruptions in global cultural flows—ethnoscapes, mediascapes, technoscapes, financescapes, and ideoscapes.” Komunikasi antarbudaya cenderung melihat perspektif komunikasi yang terjadi diantara perbedaan budaya. Budaya merupakan suatu unsur konkrit dan abstrak yang dipercayai oleh seluruh pengikutnya. Budaya 41 A Saefudin Ma’mun. Citra Indonesia Di Mata Dunia: Gerakan Kebebasan Informasi dan Diplomasi Politik. Op.cit., Hal 77 42 Charles M. Rowling, Penelope Sheets, & Timothy M. Jones. “Frame Contestation in the News: National Identity, Cultural Resonance, and U.S. Drone Policy.” International Journal of Communication 7. 2013 Hal 2234 43 Sookeung Jung & Hongmei Li. “Global Production, Circulation, and Consumption of Gangnam Style.” International Journal of Communication 8 2014 Hal 2791 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 terbagi menjadi konkrit dan abstrak. Salah satu contoh dari budaya konkrit yaitu Tari Daerah. Tari daerah merupakan tari yang menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu. Menjadi ciri khas karena tarian tersebut telah sejak lama dan menjadi warisan budaya turun temurun. Contoh dari budaya abstrak yaitu perilaku, logat berbicara. Masing-masing dari daerah memiliki berbagai logat dalam berbicara seperti halnya perbedaan logat berbicara pada Suku Betawi dan Suku Jawa. Tetapi, perbedaan budaya tersebut membuat seluruh komunikasi yang terjadi tidak berjalan mulus. Perbedaan bahasa sudah sangat jelas, Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia dan Korea Selatan menggunakan Bahasa Korea. Perilaku atau kebiasaan-kebiasaan dari kedua Negara yaitu Indonesia dan Korea Selatan dimana turut dibawa kedalam kehidupan berkomunikasi dalam kerjasama bilateral juga menjadi salah satu kendala. Sebagai contoh, kebiasaan sebagian orang Indonesia ketika membuat janji pertemuan akan sedikit terlambat dengan berbagai jenis alasan. Lain halnya dengan kebiasaan orang Korea Selatan yang sangat disiplin waktu. Gap tersebut dapat pula menimbulkan negative impression atau kesan buruk terhadap Indonesia. Fluktuasi yang terjadi dalam mengkomunikasikan budaya dari masing-masing Negara haruslah dikurangi. Fluktuasi yang dimaksud adalah naik-turunnya tingkat kesinambungan pesan dan pengertian yang baik satu sama lain. Penurunan dalam berkomunikasi ditujukan untuk permasalahan-permasalahan yang terjadi. Semakin banyak masalah yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 terjadi dalam proses komunikasi, semakin dalam pula penurunan yang terjadi. Yang ingin dicapai dalam mengkomunikasikan budaya yaitu suksesnya kedua bela pihak dalam memperkenalkan budayanya satu sama lain. Untuk mencapai tersebut, sangat dianjurkan pengurangan fluktuasi sehingga yang terjadi hanyalah peningkatan kualitas komunikasi. 2.3 Komunikasi Internasional 2.3.1 Definisi Komunikasi Internasional Berikut pengertian mengenai Komunikasi Internasional menurut Bakri Abbas dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya. 44 Secara umum komunikasi internasional dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu Negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas. 2.3.2 Hubungan dengan Komunikasi Antarbudaya Tentunya antara komunikasi internasional memiliki keterkaitan dengan komunikasi antarbudaya yang. Berikut penjelasan mengenai 44 Bakri Abbas. Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta – IISIP, 2003 Hal 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 hubungan Komunikasi Internasional dengan Komunikasi Antarbudaya menurut Ade Armando dalam buku Komunikasi Internasional.45 Sebagian kita bergerak terlalu jauh, ada baiknya perbedaan dilakukan dengan satu bidang kajian yang juga penting, komunikasi antarbudaya (cross-cultural communication). Kedua kajian ini saling berkaitan dan bahkan terkadang terkesan tumpang tindih. Dalam banyak literatur istilah komunikasi internasional banyak digunakan tanpa kepastian apakah penulisannya tengah membedakan antara komunikasi dalam konteks internasional dengan komunikasi dalam konteks antarbudaya (intercultural). Dengan demikian sebuah perbedaan penting dilakukan agar sejak awal kita sudah bersepakat bahwa kajian yang kita lakukan tidaklah berada dalam perspektif komunikasi antarbudaya, melainkan yang lebih dekat ke perspektif hubungan internasional. 2.3.3 Pendekatan dalam Komunikasi Internasional Terdapat beberapa pendekatan dari komunikasi internasional yang banyak digunakan ilmuwan berdasarkan pada Hamid Mowlana (1986) dalam buku Komunikasi Internasional oleh Ade Armando.46 Pendekatan pertama adalah pendekatan idealistic-humanistic yang menggolongkan komunikasi internasional sebagai alat/cara untuk menyatukan bangsa-bangsa di dunia, dan sebagai kekuatan untuk 45 46 Ade Armando. Komunikasi Internasional. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004 Hal 5 Ade Armando. Op.cit., Hal 9-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 membantu organisasi internasional dalam melaksanakan pelayanan mereka terhadap komunitas dunia. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan yang sering disebut dengan political proselytization. Sangat berbeda dengan pendekatan pertama, pendekatan ini justru cenderung memfokuskan diri pada berbagai peristiwa komunikasi internasional di mana proses penyebaran pasar difungsikan sebagai sarana propaganda, konfrontasi ideologis, serta penciptaan mitos politik. Pendekatan ketiga memandang informasi dalam konteks internasional sebagai kekuatan ekonomi. Jadi arus informasi dari Negara maju ke Negara berkembang misalnya, dilihat dalam konteks arti ekonominya pada salah satu atau masing-masing pihak. Terakhir adalah pendekatan keempat yang melihat informasi sebagai kekuatan politis. Sebagaimana pendekatan ketiga, informasi dalam beragam bentuknya diperlakukan sebagai komoditas yang tidak netral dan bebas nilai, melainkan mengandung arti politik (sementara dalam pendekatan ketiga dipandang sebagai mengandung arti ekonomi. 2.3.4 Faktor Penyebab Ketimpangan Informasi Tidak hanya dalam komunikasi sederhana terdapat ketimpangan yang terjadi. Selain itu, ketimpangan tersebut terjadi pula dalam komunikasi internasional. Dibawah ini merupakan faktor-faktor penyebab http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 ketimpangan informasi dan komunikasi ditingkat internasional menurut Bakri Abbas.47 a. Adanya perbedaan yang tajam dalam hal kemampuan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. b. Kemampuan negara berkembang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah lemah dibandingkan dengan negara-negara maju. c. Tidak adanya kesamaan hak antara negara maju dan negara berkembang di bidang arus informasi dan komunikasi. d. Adanya dominasi negara-negara maju yang ditujukan kepada media negara berkembang. e. Tidak adanya hubungan yang saling menguntungkan antara negara maju dengan negara berkembang di bidang informasi dan komunikasi f. Adanya perbedaan sistem politik dan nilai-nilai budaya antara negara maju dan negara berkembang. 2.4 Teori Pusat Kebudayaan 2.4.1 Definisi Pusat Kebudayaan Mengambil dari sebuah asbtrak pada penelitian terdahulu yang berasal dari mahasiswi bernama Viera Rachmawati yang berjudul Pusat 47 Bakri Abbas. Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta – IISIP, 2003 Hal 35-36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Kebudayaan Skandinavia Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia 48 bahwa, Pusat Kebudayaan adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh suatu negara di negara yang lain untuk memperkenalkan, memasyarakatkan dan memberikan informasi mengenai kebudayaan negara pendirinya kepada masyarakat dimana berdirinya Pusat Kebudayaan tersebut. 2.4.2 Fungsi Pusat Kebudayaan Terdapat beberapa fungsi dari berdirinya suatu Pusat Kebudayaan pada suatu Negara Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.106/HK.501/MKP/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian49, berikut beberapa diantaranya: a. Fungsi Administratif / Perkantoran Dimana pusat kebudayaan menjalankan fungsi dan kegiatan administratif dalam pusat kebudayaan b. Fungsi Edukatif / Pendidikan Disini pusat kebudayaan bertindak sebagai wadah meliputi seluruh kegiatan pendidikan, seperti kegiatan perpustakaan, penyelenggaraan seminar, kursus, peragaan budaya interaktif, dan yang lainnya 48 http://www.fsrd.itb.ac.id/wpcontent/uploads/PUSAT%20KEBUDAYAAN%20SKANDINAVIA%20PADA%20FAKULTAS%20ILMU%2 0BUDAYA%20UI.pdf diakses pada 7 Juni 2015 Hal. 1 49 http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-00023-DI%20Bab2001.pdf diakses pada 7 Juni 2015 Hal 25-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 c. Fungsi Rekreatif / Hiburan Pusat kebudayaan berperan sebagai wadah seluruh kegiatan seni seperti pementasan, pemutaran film, dan yang lainnya d. Fungsi Informatif / Penerangan Disini pusat kebudayaan melakukan seluruh kegiatan yang bersifat informatif melalui media cetak, radio, televisi, dan lainnya 2.4.3 Tugas Pusat Kebudayaan Selain fungsi, terdapat pula yang menjadi tugas adanya Pusat Kebudayaan50, yaitu sebagai berikut: a. Mengenalkan kebudayaan yang belum dikenal oleh masyarakat secara luas. b. Merancang, melaksanakan dan memantau kegiaan kebudayaan dan kesenian. c. Menyediakan sarana dan prasana untuk menunjang perkembangan pendidikan kebudayaan dan kesenian. d. Menggalakkan program kebudayaan dan kesenian yang bertujuan membina masyarakat agar kebudayaan tidak luntur. e. Mengundang pakar dalam mengisi event atau kegiatan tertentu yang berhubungan dengan sosialisasi kebudayaan. 50 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00165-DI%20Bab2001.pdf diakses pada 7 Juni 2015 Hal 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 2.4.4 Klasifikasi Jenis Kegiatan Masih menggunakan sumber yang sama yaitu Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.106/HK.501/MKP/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian membahas mengenai jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Kebudayaan51 yaitu sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1) Dialog Antar Budaya Pusat Kebudayaan menyediakan sebuah kegiatan penghubung dimana setiap orang dengan masing – masing budayanya dapat berbagi pemahaman antar budaya dan saling mengembangkan pendekatan 2) Kelas Bahasa Pada sebuah pusat kebudayaan biasanya dapat ditemukan kelas bahasa yang dapat diikuti oleh masyarakat, untuk mengenal bahasa suatu budaya secara lebih jauh. Kegiatan atau program ini biasanya dapat diikuti melalui sebuah pendaftaran. Untuk mengikuti jenis kelas bahasa biasanya dibutuhkan biaya. Selain mempelajari bahasa, terdapat pula pembelajaran 51 http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-00023-DI%20Bab2001.pdf diakses pada 7 Juni 2015 Hal 27-29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 mengenai percakapan sehari – hari, bahasa tradisional, puisi, hingga bahasa musik 3) Seminar Untuk meningkatkan pemahaman mengenai sebuah budaya, biasanya diadakan seminar mengenai sejarah, kesenian, kebudayaan umum dan lainnya 4) Kunjungan Pendidikan / Open House Untuk memperkenalkan sebuah kebudayaan secara lebih luas dan menyeluruh, biasanya sebuah pusat kebudayaan menyediakan kegiatan seperti Program Kunjungan Pendidikan ataupun Open House. Kegiatan ini dapat dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan promosi dimana di dalamnya para peserta dapat mengetahui seluk beluk dari sebuah pusat kebudayaan dan kegiatan yang ada di dalamnya. Biasanya akan dilakukan pratinjau mengenai semua fasilitas dan kegiatan yang dapat dinikmati di dalam sebuah pusat kebudayaan b. Bidang Kesenian dan Budaya 1) Pameran Di dalam sebuah pusat kebudayaan tidak jarang diadakan sebuah pameran. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pameran ini dapat 41 memamerkan berbagai macam warisan budaya hingga hasil karya kerjasama dengan seniman dari budaya yang bersangkutan 2) Pementasan Tari dan Musik Untuk lebih memperkenalkan satu budaya, biasanya sebuah pusat kebudayaan melakukan berbagai macam pementasan seperti tarian tradisonal hingga musiknya secara langsung, agar masyarakat mendapatkan pengalaman untuk melihatnya secara langsung. 3) Pemutaran Film Pemutaran film juga sering digelar di sebuah pusat kebudayaan. Biasanya film yang diputar dapat berupa film–film bersejarah, film dokumenter mengenai kegiatan adat hingga film – film fiksi dengan berbagai macam genre yang diproduksi bertahun – tahun yang lalu hingga yang terbaru. 4) Kelas Kesenian Kelas – kelas kesenian juga diadakan yang sifatnya terbuka dan dapat diikuti masyarakat dengan terlebih dahulu melakukan pendaftaran di tempat. Kegiatan ini dibuat untuk memberikan masyarakat pengalaman secara langsung mengenai hal – hal yang menyangkut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 bidang kesenian dari sebuah kebudayaan secara langsung. Beberapa contoh dari kelas ini adalah kelas tarian traisional, seni lukis dan yang lainnya 5) Kelas Kerajinan Tangan / Workshop Kelas kerajinan tangan diadakan dengan tujuan untuk memberikan masyarakat kesempatan untuk turut berkarya secara personal dengan mengetahui proses dari sebuah kerajinan tangan dibuat dan dibentuk. Terdapat beberapa pusat kebudayaan yang kemudian mengadakan pameran hasil karya kelas kerajinan tangan secara kecil–kecilan 2.4.4 Fasilitas Pusat Kebudayaan Suatu Pusat Kebudayaan tentunya memiliki berbagai macam fasilitas didalamnya yang digunakan untuk menjalankan berbagai aktivitas baik administratif, aktivitas perkenalan kebudayaan, dsb. Berikut merupakan beberapa fasilitas yang dimiliki oleh suatu Pusat Kebudayaan52: a. Kantor Fasilitas ini sangat penting karena sebagai penunjang fungsi administratif. Fasilitas perkantoran mencatat semua data program dan kegiatan yang berlangsung selama pusat 52 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00165-DI%20Bab2001.pdf diakses pada 7 Juni 2015 Hal 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 kebudayaan beroperasi, termasuk didalamnya data properti yang tersedia, jumlah pengunjung dan sebagainya. b. Perpustakaan Perpustakaan pada pusat kebudayaan berisikan buku atau majalah terbitan dari negara asal kebudayaan yang membahas informasi tentang negara tersebut, buku pembelajaran dan buku lainnya. Informasi yang terdapat dalam perpustakaan dapat berupa fisik (buku, majalah) atau nonfisik (digital). c. Kelas kursus/kelas bahasa Fasilitas ini memungkinkan masyarakat yang memiliki keterkaitan lebih jauh pada suatu budaya untuk belajar bahasa asal budaya tersebut. Biasanya disediakan instruktur khusus yang didatangkan langsung dari negara asal. Fasilitas ini terdapat pada semua pusat kebudayaan. d. Galeri seni Galeri seni pada pusat kebudayaan dibuat berdasarkan kebutuhan khusus, bisa berupa galeri seni yang memamerkan karya berupa lukisan atau patung maupun berupa sebuah aula pertunjukkan yang menampilkan pertunjukkan musik, tari, drama atau film. Fasilitas ini tidak semua Pusat Kebudayaan memilikinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/