Analisis Perbedaan Ketepatan Waktu Internet Financial Reporting

advertisement
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat pada
suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi di antaranya ukuran
perusahaan, jenis perusahaan, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham
baru (Sari, 2011). Dalam penelitian ini, variabel karakteristik perusahaan yang
digunakan adalah ukuran perusahaan, umur listing, profitabilitas, leverage, dan
likuiditas.
Mekanisme Corporate governance
Corporate governance mengacu pada tata kelola perusahaan. Tata kelola
perusahaan menetapkan aturan-aturan mengenai hubungan antara manajemen dan
karyawan dan aktivitas untuk menciptakan berbagai nilai. Salah satu fungsi
terpenting dari tata kelola perusahaan bahwa tata kelola perusahaan dapat
berperan dalam memastikan kualitas proses pelaporan keuangan (Sari, 2011).
Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk
memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan
suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan
(Ningsaptiti, 2010). Menurut Iskander & Chamlou (2000) dalam Lastanti (2004),
mekanisme dalam pengawasan Corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan external mechanism. Internal mechanisms adalah
cara untuk mengendalikan perusahaan menggunakan struktur dan proses internal
seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi,
komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan
external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan
menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan
pengendalian pasar.
Ketepatan Waktu IFR
Internet financial reporting adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan
untuk mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui website
6
yang dimiliki perusahaan. Beberapa tahun belakangan ini, IFR muncul dan
berkembang sebagai media yang paling cepat untuk menginformasikan hal- hal
yang terkait dengan perusahaan (Kusumawardani, 2011). Informasi perusahaan
yang disampaikan melalui internet meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Penyampaian
laporan keuangan perusahaan melalui internet mendukung program di Indonesia
mengenai paper-less reporting. Adanya penyampaian laporan keuangan
perusahaan melalui internet juga mendukung transparansi kondisi perusahaan di
mata publik (Kusrinanti, 2012).
Secara konseptual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas
ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang
baik dilihat dari segi waktu (Owusu-Ansah, 2000 dalam Sari, 2011). Ketepatan
waktu menghendaki informasi harus tersedia untuk pengguna laporan keuangan
secepat mungkin dan ini merupakan kondisi yang diperlukan untuk menjadikan
kepuasan jika laporan keuangan tersebut berguna. Dengan kata lain, informasi
akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya
guna pengambilan keputusan. Sesuai dengan ketentuan BAPEPAM yang
menyebutkan bahwa penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut
(Sari, 2011).
Hipotesis Penelitian
-
Perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan ukuran perusahaan
Perusahaan besar lebih dikenal dan lebih banyak disorot oleh masyarakat
dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung
lebih menjaga kualitas dan imagenya di mata masyarakat. Oleh karena itu,
perusahaan besar cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporannya (Sari, 2011).
Berbeda dengan perusahaan kecil yang belum banyak dikenal oleh masyarakat.
Perubahan atau aktivitas perusahaannya belum disorot oleh masyarakat, belum
banyak yang mengakses websitenya sehingga mereka cenderung tidak tepat waktu
7
dalam memperbarui laporan keuangan perusahaan yang ada pada websitenya.
Widaryanti (2011), Lestari dan Chariri (2007) menemukan bahwa perusahaan
yang memiliki ukuran besar tepat waktu sedangkan perusahaan yang memiliki
ukuran kecil tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan di
websitenya.
Perusahaan besar memiliki banyak aktivitas yang harus diselesaikan.
Sehingga proses penyusunan laporan keuangan menjadi semakin lama. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perusahaan besar tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan tahunannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dirumuskan hipotesis :
H1 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan ukuran
perusahaan.
-
Perbedaan Ketepatan Waktu IFR berdasarkan Umur Listing
Lestari dan Chariri (2007) menyatakan perusahaan yang sudah lama listing
di BEI sebagian besar telah memiliki website dan telah dikenal oleh publik.
Karena perusahaan yang sudah lama listing di BEI memiliki lebih banyak
pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangan perusahaannya dan
ditunjang dengan tersedianya website, maka perusahaan dapat menyajikan laporan
keuangan perusahaannya secara tepat waktu. Sedangkan perusahaan yang baru
listing di BEI belum memiliki banyak pengalaman dalam menyampaikan laporan
keuangan perusahaan pada websitenya, sehingga perusahaan tersebut tidak dapat
menyampaikan laporan keuangan perusahaannya secara tepat waktu.
Namun, perusahaan yang sudah lama listing di BEI mungkin saja tidak
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan tahunannya, karena
perusahaan yang sudah lama listing di BEI telah dikenal dan dipercaya oleh
masyarakat. Sehingga meskipun perusahaan tersebut tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan tahunan di websitenya, hal tersebut tidak
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
H2 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan umur listing.
8
-
Perbedaan Ketepatan Waktu IFR berdasarkan Profitabilitas
Profitabilitas merupakan
suatu indikator
kinerja
yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan (Sudarmadji dan Sularto,
2007). Banyak alasan mengenai pentingnya mempelajari hubungan antara
profitabilitas dan pengungkapan secara online. Perusahaan dengan kinerja yang
buruk menghindari penggunaan teknik pelaporan seperti IFR karena mereka
berusaha untuk menyembunyikan badnews. Berbeda dengan perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi, mereka menggunakan IFR untuk membantu
perusahaan menyebarluaskan goodnews (Lestari dan Chariri, 2007).
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan menyampaikan berita
baik tersebut sesegera mungkin, yaitu melalui website mereka. Sedangkan
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan menunda menyampaikan
berita buruk tersebut pada website mereka. Hasil penelitian Hilmi dan Ali (2008),
Mensah (2011) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya, sedangkan perusahaan dengan
profitabilitas
rendah
tidak
tepat
waktu
dalam
menyampaikan
laporan
keuangannya.
Namun, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi mungkin saja tidak
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan tahunannya, karena ada
faktor-faktor lain. Misalnya perusahaan tersebut baru saja listing di BEI sehingga
belum memiliki banyak pengalaman dalam menyampaikan laporan keuangan
tahunan melalui website. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan profitabilitas.
-
Perbedaan Ketepatan Waktu IFR berdasarkan Leverage
Leverage merujuk pada penggunaan sumber daya keuangan seperti utang
dan dana pinjaman untuk meningkatkan rasio pengembalian ekuitas. Leverage
keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan
9
potensial pemegang saham. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi
berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Tingginya
rasio leverage mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko
keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan akan mempengaruhi kondisi perusahaan
di mata publik (Fitriani, 2010).
Lestari dan Chariri (2007) serta Mensah (2011) menyatakan bahwa
leverage yang tinggi merupakan berita buruk bagi perusahaan, dan perusahaan
cenderung menunda untuk menyampaikan berita tersebut di websitenya.
Sedangkan perusahaan yang memiliki leverage rendah akan menyampaikan berita
baik tersebut sesegera mungkin pada websitenya.
Namun, seringkali investor tidak memperhatikan besar kecilnya hutang
yang dimiliki perusahaan, investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen
perusahaan mengunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien untuk mencapai
nilai tambah bagi nilai perusahaan (Mahendra, 2011). Hal tersebut memungkinkan
perusahaan yang memiliki leverage tinggi bisa saja tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan tahunan di websitenya. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
H4 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan leverage
-
Perbedaan Ketepatan Waktu IFR berdasarkan Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi
utang jangka pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut. Dimana
tingkat likuiditas perusahaan akan mempengaruhi investor dalam mengambil
keputusan investasi. Investor tidak akan menanamkan modalnya pada perusahaan
yang kurang likuid karena mereka akan beranggapan bahwa perusahaan yang
kurang likuid memiliki kecenderungan akan mengalami suatu kebangkrutan
(Kusumawardani, 2011).
Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melunasi utang
jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik sehingga perusahaan akan
10
mengungkapkan informasi perusahaan di website secara tepat waktu. Sebaliknya,
apabila perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang rendah, maka perusahaan
tersebut mempunyai kemampuan yang rendah dalam melunasi utang jangka
pendeknya. Hal ini merupakan berita buruk sehingga perusahaan akan menunda
untuk mengungkapkan di websitenya. Hasil penelitian Hilmi dan Ali (2008), Sari
(2011) menemukan perusahaan yang dengan likuiditas tinggi tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya, dan perusahaan dengan likuiditas rendah
tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Namun, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi bisa saja tidak tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangan tahunannya karena ada
kemungkinan sebagian besar aset lancar yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh
hutang jangka panjangnya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan :
H5 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan Likuiditas
-
Perbedaan
Ketepatan
Waktu
IFR
berdasarkan
Kepemilikan
Manajerial
Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer
dengan
menyelaraskan
kepentingan
manajer
dengan
pemegang
saham.
Kepemilikan perusahaan oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer
sehingga mereka akan lebih bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan
karena adanya rasa memiliki perusahaan, dengan demikian akan mempengaruhi
kinerja pihak manajemen menjadi semakin baik (Saleh, 2004 dalam Srimindarti,
2008).
Semakin besar proporsi kepemilikan saham oleh manajer dalam
perusahaan akan mendorong mereka untuk bertindak sesuai keinginan para
pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri dan semakin bertanggungjawab
dalam mengelola perusahaan, sehingga kinerja perusahaan menjadi semakin baik.
Hubungan yang selaras antara pemegang saham dengan pihak manajemen yang
tak lain juga pemegang saham serta didukung dengan kinerja perusahaan yang
baik akan mendorong perusahaan sesegera mungkin memperbarui informasi
terkini melalui websitenya. Sedangkan proporsi kepemilikan saham yang kecil
11
oleh manajer akan menimbulkan rasa kurang memiliki perusahaan oleh manajer
sehingga manajer akan mendahulukan kepentingannya daripada kepentingan
pemegang saham, sehingga terjadilah ketidakselarasan antara kepentingan
manajer dengan pemegang saham. Ketidakselarasan tersebut dapat berdampak
pada ketidaktepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan. Seperti
hasil penelitian Kadir (2011) terbukti bahwa perusahaan dengan proporsi
kepemilikan manajerial yang besar tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya, sedangkan perusahaan dengan proporsi kepemilikan manajerial
yang kecil tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan
perusahaannya.
Namun, perusahaan yang kepemilikan manajerialnya besar, dimungkinkan
pemilik saham yang tidak bertindak sebagai manajer lemah dalam mengawasi
manajer dalam menjalankan perusahaan, mereka mempercayakan jalannya
perusahaan kepada manajer, sehingga perusahaan bisa saja tidak tepat waktu
dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan di websitenya. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan :
H6 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan kepemilikan
manajerial
-
Perbedaan
Ketepatan
Waktu
IFR
berdasarkan
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga. Kepemilikan institusional memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula
kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan
(Permanasari, 2008). Kekuatan yang dimaksud misalnya mewajibkan perusahaan
untuk menyampaikan laporan keuangan perusahaan sesegera mungkin. Karena
informasi perusahaan yang disajikan tepat waktu akan sangat membantu pihak
luar, salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan
menyajikannya melalui website perusahaan. Sedangkan kepemilikan saham oleh
12
institusi dalam prosentase yang kecil berarti pengawasan dari pihak luar juga
semakin kecil, kondisi tersebut memungkinkan kinerja perusahaan menjadi buruk.
Kinerja perusahaan yang buruk dapat berakibat pada ketidaktepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan, karena kinerja buruk merupakan
badnews bagi perusahaan. Seperti hasil penelitian Kadir (2011) terbukti bahwa
perusahaan yang proporsi kepemilikan institusionalnya besar tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya, dan perusahaan dengan kepemilikan
institusional kecil tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Perusahaan yang kepemilikan saham oleh pihak institusinya besar juga
bisa saja tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan di
websitenya, karena dimungkinkan pengawasan yang tidak optimal, sehingga
manager dapat mengambil keputusan yang lebih leluasa didalam pengelolaan
manajemen perusahaan. Akibatnya, investor institusi ini gagal untuk memberikan
kontribusi positif untuk meningkatkan nilai perusahaan (Saputra, 2010). Dengan
demikian hipotesis yang ditujukan :
H7 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan kepemilikan
institusional
-
Perbedaan Ketepatan Waktu IFR berdasarkan Jumlah dewan
komisaris
Dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi
monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Dewan Komisaris memegang
peranan penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan
serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja
perusahaan sebagai bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan . Secara umum
dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Sehingga dewan komisaris
diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan (Sam’ani, 2008).
Semakin banyak dewan komisaris semakin besar pengawasannya terhadap
dewan direksi dan manajer, sehingga tujuan perusahaan yaitu menghasilkan
informasi yang berkualitas dapat tercapai. Perusahaan yang memiliki informasi
yang berkualitas akan sesegera mungkin menyampaikan laporan keuangan
13
melalui websitenya. Sedangkan perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang
kecil berarti semakin kecil pula pengawasannya. Kondisi tersebut memungkinkan
manajer tidak bertindak sesuai keinginan pemegang saham dan informasi yang
disajikan perusahaan kurang berkualitas, sehingga mengakibatkan perusahaan
tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan perusahaan di
websitenya.
Namun, beberapa perusahaan di Indonesia sahamnya dimiliki oleh
keluarga, pengangkatan posisi dewan komisaris diberikan sebagai rasa
penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat
(Herwidayatmo, 2000 dalam Widaryanti, 2011). Meskipun perusahaan memiliki
banyak dewan komisaris, namun pihak komisaris tersebut lemah dalam
mengawasi jalannya perusahaan, atau komisaris telah percaya penuh pada manajer
perusahaan. Sehingga dewan komisaris tersebut tidak melakukan pengawasan
yang optimal. Hal tersebut mungkin saja mengakibatkan perusahaan menjadi tidak
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan di websitenya. Dari uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H8 : Terdapat perbedaan ketepatan waktu IFR berdasarkan Jumlah dewan
komisaris.
14
Download