eksperimen pembelajaran matematika dengan strategi thinking

advertisement
EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 3 COLOMADU
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
Nur Fadhilah Bunga Hapsari
A410130167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 3 COLOMADU
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Nur Fadhilah Bunga Hapsari
A410130167
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom)
NIP. 19610722 198503 1 003
i
HALAMAN PENGESAHAN
EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 3 COLOMADU
Oleh:
Nur Fadhilah Bunga Hapsari
A410130167
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pada hari Senin, 08 Mei 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Nining Setyaningsih, M.Si
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Sumardi, M.Si
(Anggota II Dewan Penguji)
(
)
(
)
(
)
Dekan,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum
NIP. 19650428 199303 1 001
ii
PERNYATAAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi yang saya
serahkan ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang
lain, keculai yang secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada
daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti artikel publikasi ini hasil plagiat,
saya bertangggungjawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Surakarta, 27 April 2017
Yang membuat pernyataan,
Nur Fadhilah Bunga Hapsari
A410130167
iii
DAMPAK STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII
Abstrak
Penelitian ini memiliki tiga tujuan. (1) menguji pengaruh strategi pembelajaran
Thinking Aloud Pair Problem Solving dan Problem Posing terhadap hasil belajar
matematika, (2) menguji pengaruh kemampuan penalaran matematis terhadap
hasil belajar matematika, (3) menguji interaksi antara strategi pembelajaran dan
kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini
menrupakan penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Colomadu tahun ajaran
2016/2017. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua kelas yaitu Kelas VIII G
sebagai kelas eksperimen dan Kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan metode tes dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan
analisis dengan taraf signifikansi 5% diperoleh kesimpulan bahwa: (1) ada
pengaruh strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dan
Problem Posing terhadap hasil belajar matematika, (2) ada pengaruh kemampuan
penalaran matematis terhadap hasil belajar matematika, dan (3) tidak ada interaksi
antara startegi pembelajaran dan kemampuan penalaran matematis terhadap hasil
belajar matematika.
Kata kunci: hasil belajar matematika, kemampuan penalaran matematis, Thinking
Aloud Pair Problem Solving, Problem Posing.
Abstract
This research have three purposes. (1) examine the effect of learning strategies
Thinking Aloud Pair Problem Solving and Problem Posing on mathematics
learning outcomes, (2) examine the effect of mathematics reasoning ability on
mathematics learning outcomes, (3) the interaction between learning strategy
and mathematics reasoning ability on mathematics learning outcomes. The type of
this research is all students of VIII SMP N 3 Colomadu of academic year
2016/2017. Sample of this research consisted of two classes there are class VIII G
as experiment class and class VIII F as control class. The sampling technique is
cluster random sampling. Method of data collection used test and documentation.
Technique of analyzing data used analysis of variance two paths with different
cells. Results of the data analysis with a significance level of 5% was obtained:
(1) there is a effect of learning strategies Thinking Aloud Pair Problem Solving
and Problem Posing on mathematics learning outcomes, (2) there is a effect of
mathematics reasoning ability on mathematics learning outcomes, (3) there is no
interaction between learning strategy and mathematics reasoning ability on
mathematics learning outcomes.
Keywords: mathematics reasoning ability, mathematics learning outcomes,
Thinking Aloud Pair Problem Solving, Problem Posing.
1 1. PENDAHULUAN
Kemampuan siswa SMP dalam mempelajari, memahami serta
memaknai matematika masih rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015
yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika SMP kelas VIII di
Indonesia berada diperingkat 45 dari 50 negara dengan nilai rata-rata 397 poin
(http://puspendik.kemdikbud.go.id).
Hasil
penelitian
Programme
for
International Student Assessment (PISA) tahun 2012 menunjukkan bahwa
hasil belajar matematika di Indonesia berada diperingkat 64 dari 65 negara
(www.oecd.org). Penilaian internasional PISA difokuskan pada bidang
membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains
(scientific literacy). Dalam kompetensi membaca Indonesia mendapat 396
poin, kompetensi sains mendapat 373 poin dan kompetensi matematika 375
poin.
Berdasarkan data di atas, rendahnya hasil belajar dapat bersumber dari
penguasaan siswa terhadap konsep matematika yang rendah serta dipicu oleh
kegiatan pengalaman pembelajaran yang tidak bermakna. Dalam pembelajaran
matematika guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan
mekanistik,
pembelajaran
berpusat
pada
guru,
konsep
matematika
disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal
tanpa pemahaman yang mendalam. Menurut Juwita Rini, Budiyono dan Imam
Sujadi (2014) pembelajaran seperti itu lebih menekankan pada siswa untuk
mengingat,
(reasoning),
menghafal
dan
pemecahan
tidak
menekankan
masalah
(problem
pentingnya
solving),
penalaran
komunikasi
(communication), ataupun pemahaman (understanding). Kecenderungan ini
dapat dikatakan telah mengabaikan kebermaknaan dari konsep yang dipelajari
oleh siswa. Selain itu, menurut Budi Murtiyasa, Sri Rejeki dan Sarlita (2016)
faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika dapat
bersumber dari buku pegangan siswa yang tidak melibatkan penerapan,
penalaran, pemikiran kritis dan pemecahan masalah serta kurangnya konteks
ilmiah di dalamnya.
2
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil belajar yaitu
kemampuan penalaran matematis siswa. Kemampuan penalaran merupakan
hardskill dan softskill matematik yang perlu dikembangkan pada siswa SMP
seperti yang termuat dalam tujuan pembelajaran matematika sekolah
menengah antara lain, meliputi: a) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika dan b)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Ade Mulyana, 2015: 40).
Menurut Razak, Kusmayadi, dan Riyadi (2015: 218) materi matematika dan
penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika
dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui
belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dapat menjadi solusi bagi guru
sehingga meningkatkan kemampuan penalaran siswa terhadap hasil belajar
matematika dengan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving dan
Problem Posing. Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat
diartikan sebagai teknik berpikir keras secara berpasangan yang lebih
ditekankan pada kemampuan penyelesaian atau pemecahan masalah (problem
solving). Menurut Benham model TAPPS merupakan pengembangan dari
model pembelajaran kooperatif (Maula, Rochmad, dan Soedjoko, 2013).
Menurut Selim Guvercin (2014) menyatakan bahwa pembelajaran Problem
Posing lebih baik dari pembelajaran konvensional. Menurut Ghasempour, Md
Nor Bakar, dan Golam Reza Jahanshahloo (2013) menyatakan bahwa Problem
Posing merupakan sebuah inovasi yang dapat digunakan dalam mengajar dan
belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan tiga hipotesis. (1) Ada
pengaruh strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dan
Problem Posing terhadap hasil belajar matematika, (2) ada pengaruh
3
kemampuan penalaran matematis siswa terhadap hasil belajar matematika, (3)
ada interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan penalaran
matematis siswa terhadap hasil belajar matematika.
Tujuan penelitian ini ada tiga. (1) Menguji pengaruh strategi
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dan Problem Posing
terhadap hasil belajar matematika, (2) menguji pengaruh kemampuan
penalaran matematis siswa terhadap hasil belajar matematika, (3) menguji
interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan penalaran matematis
siswa terhadap hasil belajar matematika.
2. METODE
Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya yaitu penelitian
kuantitatif dengan desain kuasi eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan
membagi subyek menjadi dua yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen menggunakan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving dan
kelas kontrol menggunakan strategi Problem Posing.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3
Colomadu Tahun Ajaran 2016/2017 yang tersebar dalam delapan kelas yaitu
kelas VIII A sampai kelas VIII H. Sampel diambil dua kelas yaitu kelas VIII
G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster
Random Sampling.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes dan
dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar dan
kemampuan penalaran matematis siswa. Dokumen yang diambil adalah daftar
nama dan nilai matematika siswa kelas VIII yang dijadikan sampel nilai UAS
SMP N 3 Colomadu semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang digunakan
untuk melihat hasil belajar sebelum dan setelah dilakukan penerapan strategi.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
analisis variansi dua jalan. Uji prasyarat meliputi uji normalitas menggunakan
metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan
4
taraf signifikansi 5% (Budiyono, 2009:170). Jika pada uji anava H0 ditolak,
maka dilakukan uji lanjut pasca anava dengan menggunakan metode Scheffe
yang meliputi uji komparasi ganda rataan antar baris, antar kolom, antar sel
pada baris yang sama, dan antar sel pada kolom yang sama.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum
dilakukan
tindakan,
terlebih
dahulu
dilakukan
uji
keseimbangan untuk memastikan bahwa kedua kelas sampel dalam keadaan
seimbang kemampuannya. Berdasarkan hasil uji keseimbangan dengan uji t
diperoleh
maka
dengan
. Karena
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen
dan siswa kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama atau
seimbang.
Selanjutnya dilakukan tindakan pada kelas VIII G dengan strategi
Thinking Aloud Pair Problem Solving dan kelas VIII F dengan strategi
Problem Posing. Data hasil belajar matematika diperoleh dari instrumen tes
hasil belajar yang terdiri dari 3 soal uraian. Berdasarkan analisis data
diperoleh skor hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yang tertinggi
adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 50. Dengan nilai rata-rata (mean)
82,6, standar deviasi (SD) sebesar 10,1246, median sebesar 79,50 dan modus
sebesar 77,192. Sedangkan skor hasil belajar siswa kelas kontrol yang
tertinggi adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 50. Dengan nilai rata-rata
(mean) 77,75, standar deviasi (SD) sebesar 11,555, median sebesar 76,17 dan
modus sebesar 75,50. Berdasarkan analisis data diperoleh skor kemampuan
penalaran matematis siswa kelas eksperimen yang tertinggi adalah 28
sedangkan skor terendah adalah 10. Dengan nilai rata-rata (mean) adalah
20,67, standar deviasi (SD) adalah 7,1225, median sebesar 26,5 dan modus
sebesar 30,5. Sedangkan skor kemampuan penalaran matematis siswa kelas
kontrol yang tertinggi adalah 28 sedangkan skor terendah adalah 8. Dengan
nilai rata-rata (mean) adalah 20,39, standar deviasi (SD) adalah 5,608, median
sebesar 25,5 dan modus sebesar 28,5.
5
Berdasarkan tes hasil belajar dan kemampuan penalaran matematis,
dilakukan uji normalitas dan homogenitas dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
uji normalitas dengan metode Lilliefors diperoleh hasil masing-masing
kelompok Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas
dengan metode Bartlett diperoleh hasil masing-masing kelompok
, maka
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi dari
setiap variabel adalah sama atau homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada taraf
signifikansi 5%. Adapun rangkuman hasil uji analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama dan rangkuman rerata antar sel dan rerata marginal
sebagai berikut.
Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber
JK
dK
RK
Fobs
Fα
Strategi (A)
Kemampuan
Penalaran (B)
Interaksi (AB)
Galat
Total
259,6705
1
259,6705
6,2966
4,032
Keputusan
H0
H0 ditolak
4664,893
2
2332,446
56,5586
3,182
H0 ditolak
20,9295
2144,45
7089,94
2
52
57
10,4647
41,2394
-
0,2537
-
3,182
-
H0 diterima
-
Tabel 2. Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Strategi
Pembelajaran
Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)
Thinking Aloud Pair
90,36
77,27
68,00
Problem Solving (A1)
87,50
72,22
62
Problem Posing (A2)
88,9286
74,7475
65,0000
Rerata
Rerata
78,5433
73,9074
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama dan tabel 2 hasil uji lanjut pasca anava dengan metode Scheffe dapat
diinterpretasikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis pertama pada tabel 1 diperoleh
dan
. Karena
6
maka H0A ditolak yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving
dan Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini sejalan
dengan penelitian Zuhri dan Ali (2015) yang menyatakan bahwa Thinking
Aloud Pair Problem Solving merupakan strategi yang efisien untuk
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemahaman siswa.
Berdasarkan tabel 2 diatas, rata-rata hasil belajar matematika siswa
dengan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving memiliki rerata
marginal lebih tinggi yaitu 78,5433 sedangkan rata-rata hasil belajar
matematika siswa dengan strategi Problem Posing memiliki rerata marginal
73,9074 sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi Thinking Aloud Pair
Problem Solving memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan strategi Problem Posing.
Hasil tersebut didukung dengan kegiatan selama proses pembelajaran
menggunakan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving di kelas
eksperimen. Siswa terlihat berpartisipasi aktif dan kritis dalam mengerjakan
soal yang diberikan guru. Siswa berdiskusi dan berperan aktif untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan, sehingga dalam proses ini
dapat mengembangkan karakter kerja keras dan kemampuan berpikir kritis.
Sesuai dengan penelitian Wulandari, YL Sukestiyarno dan Sugiman (2013)
yang menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat meningkatkan hasil belajar dan
mengembangkan karakter kerja keras, yaitu dari yang belum terlihat
meningkat menjadi mulai terlihat, mulai berkembang dan mulai membudaya,
serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa. Penelitian
Widiyastuti, Sri Elniati, dan Minora Longgom Nasution (2014) menyatakan
bahwa dengan strategi TAPPS siswa telah mampu melukiskan gambar secara
lengkap dan benar serta mempresentasikan situasi soal dengan tepat, mampu
menggunakan bahasa dan simbol, ide dan/atau model matematika secara jelas,
mampu memberikan alasan atau bukti secara tepat, lengkap dan logis,
perhitungannya benar serta mampu meningkatkan hasil belajar matematika
7
siswa. Penelitian Rohman, Kusni dan Wuryanto (2013) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan model TAPPS membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran, melatih siswa untuk berpikir keras dalam memecahkan masalah
sehingga pola berpikir mereka lebih terstruktur, serta mampu meningkatkan
hasil belajar matematika. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa penggunaan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
lebih efektif diterapkan khususnya pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar karena mampu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran
dan mendorong siswa berpikir kritis sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar matematika.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis kedua pada tabel 1 diperoleh nilai
dan
. Karena
maka H0B ditolak, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar
matematika siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Kiray, Gok, dan Bozkir
(2015) yang menyatakan bahwa keterampilan matematika seperti pemecahan
masalah, penalaran, pemodelan matematika, mengembangkan hubungan, dll
harus dianggap sebagai bagian terintegrasi yang harus diajarkan kepada siswa,
karena keterampilan tersebut berpengaruh pada hasil belajar matematika.
Terdapat tiga kategori pada tingkat kemampuan penalaran matematis siswa
yaitu tinggi, sedang, dan rendah sehingga perlu dilakukan uji komparasi ganda
antar kolom untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata hasil belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis tinggi,
sedang, dan rendah dengan menggunakan metode Scheffe.
Berdasarkan tabel 2 diatas, rata-rata hasil belajar matematika siswa
dengan kemampuan penalaran tinggi, sedang dan rendah berturut-turut adalah
88,9286, 74,7475 dan 65,0000 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan kemampuan penalaran tinggi mempunyai hasil belajar matematika
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat kemampuan penalaran
sedang dan rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Razak, Kusmayadi, dan
Riyadi (2016) yang menyatakan bahwa siswa dengan kemampuan penalaran
8
tinggi dan sedang mempunyai hasil belajar lebih baik daripada siswa dengan
kemampuan penalaran rendah.
Hal tersebut didukung dengan kegiatan selama proses pembelajaran di
kelas ketika siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru. Siswa dengan kemampuan penalaran matematis yang tinggi,
mereka antusias dan serius dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa dengan
kemampuan penalaran matematis sedang, mereka aktif dan serius dalam
menyelesaikan permasalahan maupun soal yang diberikan guru namun
sesekali tidak fokus dengan proses pembelajaran di
kelas dan berbicara
dengan temannya. Siswa dengan kemampuan penalaran matematis rendah,
kurang aktif dan sulit fokus pada proses pembelajaran di kelas dan lebih
banyak berbicara dengan temannya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan penalaran tinggi dan sedang
mempunyai hasil belajar lebih baik daripada siswa dengan kemampuan
penalaran rendah.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis ketiga pada tabel 1 diperoleh nilai
dan
. Karena
maka H0AB diterima, yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan penalaran matematis
terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat disajikan dalam grafik
Rerata Hasil Belajar
Matematika
berikut.
RERATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA
100
80
60
40
Eksperimen
20
Kontrol
0
Tinggi
Sedang
Rendah
Kemampuan Penalaran
Matematis
9
Gambar 1. Grafik Profil Efek Rerata Strategi Pembelajaran dan Kemampuan
Penalaran Matematis terhadap Hasil BelajarMatematika
Berdasarkan gambar 1 profil efek rerata strategi pembelajaran dan
kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar matematika siswa
dapat dilihat bahwa tidak terjadi perpotongan antara profil Thinking Aloud
Pair Problem Solving dan Problem Posing yang artinya tidak terjadi interaksi
antara strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dan
Problem Posing dengan kemampuan penalaran matematis terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Hasil belajar matematika yang konsisten antara strategi pembelajaran
dan kemampuan penalaran matematis satu sama lain juga dapat dilihat pada
gambar 1 yaitu kemiringan garis diagonal yang dibentuk oleh kedua kelompok
siswa terlihat sejajar namun tidak berhimpit. Hal tersebut berarti siswa dengan
kemampuan penalaran matematis tinggi, sedang, dan rendah pada strategi
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving mempunyai hasil belajar
yang lebih baik dibandingkan pada strategi pembelajaran Problem Posing.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
tidak terjadi interaksi antara strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving dan Problem Posing dengan kemampuan penalaran
matematis terhadap hasil belajar matematika siswa. Tidak adanya interaksi
antara strategi pembelajaran dengan kemampuan penalaran matematis siswa
terhadap hasil belajar dapat disebabkan karena kurang maksimalnya
penerapan strategi tersebut ketika proses pembelajaran, strategi pembelajaran
yang tidak sesuai dengan kemampuan penalaran matematis siswa,
keterbatasan waktu dalam penerapan strategi tersebut sehingga tidak
berdampak signifikan terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.
4. PENUTUP
10
Berdasarkan analisis data dengan taraf signifikansi 5% dan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh tiga kesimpulan. (1)
Ada perbedaan pengaruh antara strategi pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving dan Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
. Nilai rata-rata hasil
belajar matematika siswa dengan strategi Thinking Aloud Pair Problem
Solving lebih besar dari nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan
strategi Problem Posing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi Thinking
Aloud Pair Problem Solving memberikan hasil belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan strategi Problem Posing. (2) Ada perbedaan pengaruh
antara kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar matematika
siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
. Siswa
dengan kemampuan penalaran tinggi memberikan hasil belajar matematika
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan penalaran sedang.
Siswa dengan kemampuan penalaran tinggi memberikan hasil belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan
penalaran rendah. Siswa dengan kemampuan penalaran sedang memberikan
hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan
kemampuan penalaran rendah. (3) Tidak ada interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar
matematika siswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara strategi
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dan Problem Posing
ditinjau dari kemampuan penalaran matematis terhadap hasil belajar
matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aylon, M.,Gomez, I., & Ballesta-Claver, J. (2016). Mathematical Thinking and
Creativity Through Mathematical Problem Posing and Solving. Propositos
y Representaciones. 4(1), 169-218.
Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
11
Ghasempour, Md Nor, dan Golam. (2013). “Innovation in Teaching and Learning
through Problem Posing Tasks and Metacognitive Strategies”.
International Journal of Pedagogical Innovation. 1(1), 53-62.
Gurria, Angel. (2012). PISA Result in Focus-OECD. Diakses pada 24 Februari
2017
dari
https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-resultoverview.pdf
Guvercin, Selim. (2014). “The Effect Of Problem Posing Tasks Used In
Mathematics Instruction To Mathematics Academic Achievement And
Attitudes Toward Mathematics”. International Online Journal of Primary
Education. 3(2), 59-65.
Juwita Rini, Budiyono, dan Imam. (2014). “Eksperimentasi Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Problem Posing pada Materi Bangun Ruang Sisi
Datar Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII SMP N di
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika”. 2(8). 779-790.
Kiray, Gok, dan Bozkir. (2015). Identifying the Factors Affecting Science and
Mathematics Achievement Using Data Mining Methods. Journal of
Education in Science, Environment and Healt (JESEH). 1(1), 28-48.
Maula, Rochmad, dan Soedjoko. (2013). “Keefektifan Pembelajaran Model
TAPPS Berbantuan Worksheet Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Materi Lingkaran”. Unnes Journal of Mathematics
Education. 2(1), 33-39.
Mulyana, Ade. (2015). “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah”. Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung. 9(1), 40-51.
Murtiyasa, Budi. (2016). Isu-Isu Kunci dan Tren Penelitian Pendidikan
Matematika. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I). Diakses pada 26 April 2017 dari
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7051/0_Makalah
%20REVISI%20_Pak%20Budi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Murtiyasa, Budi., Sri R, Sarlita M. (2016). An Analysis of Problem on Eight
Grade of Mathematics Textbook Based on PISA’s Framework.
Proceeding of Third International Conference on Research,
Implementation and Education of Mathematics and Science.
Diakses
pada
26
April
2017
dari
http://seminar.uny.ac.id/icriems/sites/seminar.uny.ac.id.icriems/files/prosi
ding/ME-45.pdf
Rahmawati. (2016). Seminar Hasil TIMMS 2015. Diakses pada 24 Februari 2017
dari
http://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/RahmawatiSeminar-Hasil-TIMSS-2015.pdf
12
Razak, Kusmayadi, dan Riyadi. (2016). “Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS)
dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Relasi dan Fungsi ditinjau dari
Kemampuan Penalaran Siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015”. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika. 4(2), 215-228.
Rohman, Kusni, dan Wuryanto. (2013). “Keefektifan Model Pembelajaran
TAPPS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”. Unnes
Journal of Mathematics Education. 2(1), 1-6.
Widiyastuti, Sri Elniati, dan Minora Longgom Nasution. (2014). “Penerapan
Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam
Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMPN 11 Padang”. Jurnal
Pendidikan Matematika. 3(1), 20-25.
Wulandari, YL Sukestiyarno, dan Sugiman. (2013). “Pengembangan Karakter dan
Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Matematika dengan Model
TAPPS”. Unnes Journal of Mathematics Education. 2(3), 40-46.
Zuhri, dan Arman Ali. (2015). “ Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
Strategy In Teaching Reading”. Indonesian EFL Journal. 1(2), 131-149.
13
Download